Jurnal Skripsi Irfan
Jurnal Skripsi Irfan
SKRIPSI
MUHAMMAD IRFAN
I 411 07 008
1
ABSTRAK
Pengembangan peternakan sapi perah telah mengalami kemajuan dari tahun ke tahun.
Hal ini tidak luput dari dukungan pemerintah di setiap daerah dan juga pengetahuan
peternak tentang sapi perah telah meluas. Untuk menghasilkan susu yang berkualitas
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan ternak
sapi perah tersebut salah satunya adalah faktor pakan. Pakan yang diberikan harus
memiliki kandungan gizi yang tinggi untuk digunakan ternak tersebut untuk
berproduksi dalam hal ini menghasilkan susu. Salah satu pakan yang dapat diberikan
adalah tepung murbei (Morus alba L). Penambahan tepung daun murbei (Morus alba
L) pada ransum ternak sapi perah diharapkan akan memperbaiki kualitas air susu
pada sapi perah, sehinnga penelitian ini ditujukan untuk menentukan level
penambahan tepung daun murbei yang baik terhadap peningkatan kualitas susu.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011, bertempat di bertempat di
Jl. Telaga Biru Juppandang, Kabupaten Enrekang.Peralatan yang digunakan pada
penelitian ini adalah kandang, milk can, kantong plastik, liter susu, timbangan,
laktodensimeter, pengukur lemak (butirometer), tabung reaksi, pH meter, gelas piala,
pipet tetes, alat titrasi.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor
induk sapi perah Friesh Holland yaitu 2-3 kali laktasi dengan masa laktasi ke 5-6,
tepung daun murbei (Morus alba L), NaOH 1%, PP indicator (fenoptalin). Konsentrat
yang diberikan berupa ampas tahu, pemberian konsentrat diberikan pada pagi hari.
Hijauan diberikan secara ad libitum berupa rumput gajah. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), 3 perlakuan dengan 4 kali
ulangan dengan faktor pertama P0 : Tanpa Penambahan tepung daun murbei, P1 :
Pemberian 25 % (250 gr) tepung daun murbei, P2 : Pemberian 50 % (500 gr) tepung daun
murbei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pemberian tepung
daun murbei pada pakan ternak sapi perah dapat meningkatkan kualitas kadar lemak,
berat jenis, dan kadar persentase asam laktat pada susu, namun tidak nyata meningkat
antara perlakuan P1 dan P2, sedangkan nilai pH tidak berpengaruh nyata antar
perlakuan.
2
ABSTRACT
Muhammad Irfan (I41107008). Quality Milk Dairy Cattle On Feed Wheat Granting
Leaves Mulberry (Morus alba L). Under the guidance of Prof. Dr. drh. Ratmawati
Malaka, M. Sc, and Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M. Sc as Supervising Member.
Development of dairy farming has progressed from year to year. It is not lost
on government support in each region and also knowledge about the dairy farmers
have been widespread. To produce high quality milk there are several factors that
must be considered in the management of dairy cattle raising is one of them is a
factor of feed. Feed given should have a high nutrient content to be used to produce
cattle that produce milk in this case. One of feed that can be given is the flour
mulberry (Morus alba L). The addition of flour mulberry leaves (Morus alba L.) in
dairy cattle rations is expected to improve the quality of milk in dairy cattle, sehinnga
this study aimed to determine the level of addition of mulberry leaf powder is good to
increase the quality of milk. The research was conducted in July-August 2011,
located at located at Jl. Juppandang Blue Lake, District Enrekang.Peralatan used in
this study are stable, milk cans, plastic bags, quart milk, scales, laktodensimeter,
measuring fat (butirometer), test tubes, pH meters, glass cup, dropper drops,
appliance titration. Materials used in this study were 12 breeding cows Friesh
Holland is 2-3 times with the lactation lactation 5-6, flour mulberry leaves (Morus
alba L), NaOH 1%, PP indicator (fenoptalin). The concentrate is given in the form of
pulp, giving concentrates are given in the morning. Forage is given ad libitum in the
form of elephant grass. Experimental design used was Randomized Complete Design
(CRD), 3 treatments with 4 replications with the first factor P0: Without the addition
of mulberry leaf powder, P1: Provision of 25% (250 grams) flour mulberry leaves,
P2: Delivery of 50% (500 gr ) flour mulberry leaves. The results showed that with
increasing of mulberry leaf meal in cattle feed dairy cows can improve the quality of
fat content, specific gravity, and percentage levels of lactic acid in milk, but no
treatment was significantly increased between P1 and P2, whereas no significant
effect of pH values between treatment.
3
KATA PENGANTAR
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .............................................................................. 19
Materi Penelitian .................................................................................. 19
Metode Penelitian................................................................................. 19
Analisa Data ........................................................................................ 22
5
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Tanaman Murbei (Morus alba L) ......................................................... 12
6
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Susu Sapi, Kambing, dan Kerbau ........................................ 6
7
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
2. Hasil Pengamatan Berat Jenis (BJ) Susu Sapi Perah yang diberi
Pakan Tepung Daun Murbei (Morus alba L)....................................... 40
8
PENDAHULUAN
ke tahun. Hal ini tidak luput dari dukungan pemerintah di setiap daerah dan juga
pengetahuan peternak tentang sapi perah telah meluas. Peternakan sapi perah
pedesaan dalam hal ini mengurangi pengangguran dan untuk memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat.
komposisinya yang ideal selain susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh
tubuh, semua zat makanan yang terkandung di dalam susu dapat diserap oleh darah
dan dimanfaatkan oleh tubuh. Susu dapat dikomsumsi oleh semua kalangan
masyarakat.
Untuk menghasilkan susu yang berkualitas ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan ternak sapi perah tersebut salah satunya
adalah faktor pakan. Pakan yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang
tinggi untuk digunakan ternak tersebut untuk berproduksi dalam hal ini menghasilkan
susu. Salah satu pakan yang dapat diberikan adalah tepung murbei (Morus alba L).
Murbei dikenal sebagai tanaman obat yang mempunyai berbagai manfaat dan
mudah untuk dibudidayakan. Murbei lebih dikenal sebagai tanaman yang daunnya
digunakan sebagai pakan ulat sutera untuk keperluan industri tekstil. Padahal buah
HDL serta menurunkan kadar kolesterol LDL yang menjadi salah satu penyebab
9
penyakit jantung koroner. Hasil penelitian menginformasikan bahwa kombinasi daun
respon yang berbeda terhadap sapi potong. Kombinasi daun murbei dengan jagung-
urea menghasilkan produktivitas yang terbaik, akan tetapi kombinasi daun murbei
dengan onggok-urea juga dapat menjadi salah satu alternatif yang baik untuk
(Kartiarso, 2009).
Ditambahkan pula oleh Syahrir, et.al. (2009) bahwa penggunaan daun murbei
dalam ransum berbahan dasar jerami padi akan meningkatkan efektivitas fermentasi
(nilai pH) dalam rumen yang cenderung semakin rendah, produksi gas yang semakin
tinggi, konsentrasi amonia yang semakin rendah pada tingkat penggunaan murbei
pembuatan benang sutra, tetapi setelah tanaman murbei tersebut sudah tua
pemanfaatannya sudah tidak ada, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
memanfaatkan tanaman murbei tersebut sebagai campuran bahan pakan ternak sapi
perah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
Penambahan tepung daun murbei (Morus alba L) pada ransum ternak sapi
perah diharapkan akan memperbaiki kualitas air susu pada sapi perah, sehinnga
penelitian ini ditujukan untuk menentukan level penambahan tepung daun murbei
10
TINJAUAN PUSTAKA
Susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan
(Hadiwiyoto, 1994). Sedangkan menurut Saleh (2004), susu yang baik adalah susu
yang mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikroba patogen,
bersih debu atau kotoran lainnya dan mempunyai cita rasa (flavour) yang baik.
mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa mikroba (Lampert, 1980). Susu
Susu didefinisikan sebagai hasil sekresi normal kelenjar susu dari binatang
yang menyusui anaknya. Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari
tidak dikurangi dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain. Susu merupakan makanan
cair yang diproduksi oleh kelenjar susu mamalia betina. Sedangkan definisi susu
secara kimiawi adalah emulsi (campuran zat yang tidak saling larut) butiran lemak
dalam cairan berbahan dasar air. Kandungan terbesar susu adalah air dan lemak. Susu
biasanya berarti cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia
betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna
makanan padat. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan bahan makanan yang
11
hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang
baru lahir, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi kehidupan
segera sesudah kelahiran. Pada dasarnya semua jenis mamalia termasuk manusia,
terdiri dari selapis epitel yang disebut sel myoepitel dan sel sekresi berbentuk kubus
dan ditengahnya terdapat lumen. Sel sekresi dikelilingi oleh sel myoepitel dan
kapiler-kapiler darah. Susu yang terbentuk dari lumen alveoli kemudian dialirkan
masuk ke dalam sisterna melalui duktus alveolus ke lobus kemudian ke lobulus dan
akhirnya ke sisterna ambing. Lubang puting susu mempunyai otot – otot sirkuler di
dalam dindingnya. Akibat dari rangsangan syaraf atau karena tekanan susu di dalam
ambing, maka otot mengendur (relaksasi) sehingga susu keluar (Malaka, 2010).
Komposisi Susu
Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau
hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan
makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau
gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh
Komposisinya yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin
yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang
dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera
12
konsumen. Susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Susu
yang baik yaitu apabila mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora
mikrobia patogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya,
mempunyai cita rasa (flavour) yang baik, dan tidak dipalsukan. Komponen-
komponen susu yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu
berkisar antara 3-5 % sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3–8%. Kandungan
energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. Komposisi susu rata-rata adalah
enzim, gas (0,85 %) (Rasyid, 2000). Komposisi susu sapi, susu kambing, dan susu
Tabel 1. Komposisi Susu Sapi, Kambing dan Kerbau (Williamson dan Payne, 1993)
Spesies Air (%) Lemak (%) Protein (%) Laktosa (%) Abu (%)
13
Protein Susu
Kadar protein di dalam susu rata-rata 3,20% yang terdiri dari: 2,70% casein
(bahan keju), dan 0,50% albumen. Terdapat 26,50% dari bahan kering susu adalah
protein. Di dalam susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein di dalam
susu juga merupakan penentu kualitas susu sebagai bahan konsumsi. Albumin
ditemukan 5 g/kg susu, dalam keadaan larut. Di dalam pembentukan keju, albumin
memisah dalam bentuk whey. Beberapa hari setelah induk sapi melahirkan,
kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan normal setelah 7 hari. Pada suhu 64°
C albumin mulai menjadi padat, sifat ini identik dengan sifat protein pada telur. Akan
tetapi karena kadar albumin yang sedikit maka pada pasteurisasi tidak dapat
ditemukan, bahkan pada pemasakan yang dapat dilihat hanya merupakan titik-titik
Lemak Susu
Lemak tersusun dari trigliresida yang merupakan gabungan gliserol dan asam-
asam lemak. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30%
lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak
polyunsaturated. Komponen mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, α-
Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing dalam bentuk butiran lemak
(fat globule) yang diameternya bervariasi antara 0,1 – 15 mikron. Butiran lemak susu
tersusun atas butiran trigliserida yang dikelilingi membran tipis yang dikenal dengan
Fat Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu. Persentasi lemak
susu bervariasi antara 2,4 – 5,5%. Lemak susu terdiri atas trigliserida yang tersusun
14
dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid) melalui ikatan
– ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikrobiologi
dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori (Shiddieqy,
2004).
kondisi asam dan basa susu, yaitu dengan mengetahui nilai pH susu. Alat yang
digunakan adalah pH meter. Pada suhu 25°C, pH susu bervariasi yaitu 6,5-6,7
sehingga menyebabkan susu bersifat buffer. Penurunan pH susu dari kisaran normal
susu menurun akibat terputusnya fosfat koloidal dan berkurangnya ikatan antara
Laktosa
Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam susu. Bentuk ini
tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa di dalam air susu
adalh 4,60% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua
komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat susu yang sedikit manis ditentukan
oleh laktosa. Kadar laktosa dalam susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman
pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau
gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini
15
Vitamin
Kadar vitamin di dalam susu tergantung dari jenis makanan yang diperoleh
ternak sapi dan waktu laktasinya. Vitamin diukur dengan satuan Internasional Units
(UI) dan mg, vitamin yang terdapat di dalam lemak A,D,E,K, dan vitamin yang larut
vitamin D. Vitamin yang larut di dalam susu yang terpenting adalah vitamin B1, B2,
asam nikotinat dan asam pantotenat. Bila susu dipanaskan / dimasak, dipasteurisasi
atau disterilisasi maka 10-30% vitamin B1 akan hilang, vitamin C akan hilang 20-
60%.
Karbohidrat
molekul air. Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6,
sedangkan rumus sukrosa adalah C12H22O11. Pada glukosa tampak bahwa jumlah
atom hidrogen berbanding jumlah atom oksigen ialah 12:6 atau 2:1, sedangkan pada
sukrosa 22:11 atau 2:1. Dengan demikian dahulu orang berkesimpulan adanya air
dalarn karbohidrat. Karena haI inilah maka dipakai kata karbohidrat, yang berasal
dari “karbon”dan “hidrat” atau air. ataupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat
tidak mengandung molekul air, namun kata karbohidrat tetap digunakan di samping
16
Faktor yang mempengaruhi komposisi susu
1. Faktor keturunan
Perbedaan komposisi terutama pada kadar lemaknya yang bervariasi secara luas.
Kadar lemak yang tinggi biasanya diikuti dengan kenaikan kadar protein, sedangkan
2. Faktor makanan
Jumlah makanan yang diberikan akan mempengaruhi jumlah produksi susu. Sapi
terutama protein dan mineral. Jadi yang terpengaruh oleh makanan adalah
3. Pengaruh iklim
Kadar lemak dan protein sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada musim dingin kadar
4. Pengaruh suhu
Pada suhu 30-70oF susu tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu.
5. Waktu laktasi
Susu yang dihasilkan 4-5 hari pertama pada waktu laktasi disebut kolostrum,
kandungan garamnya lebih tinggi terutama Na dan Cl. Mulai hari kelima dan
seterusnya kadar lemak dan protein akan naik sedangkan kadar laktosa makin lama
makin berkurang.
17
Tahap laktasi merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil dan
komposisi susu sapi. Konsentrasi dari total protein, lemak, kasein, dan whey protein
meningkat selama tahap laktasi berlangsung dari ternak sapi perah yang diberi makan
6. Prosedur pemerahan
Prosedur pemerahan sangat mempengaruhi kadar lemak, sedangkan kadar protein dan
laktosa tidak terpengaruh. Kadar lemak juga dipengaruhi interval dari pemerahan.
Interval yang lebih lama dapat menurunkan kadar lemak pada pemerahan berikutnya.
Makin tua sapi, susu yang dihasilkan akan mengandung kadar lemak yang lebih
sedikit. Sedangkan untuk komposisi susu dan maupun sifat unsur-unsur yang lain
8. Waktu pemerahan
Waktu pagi kadar lemak 0,5-2% lebih banyak dibanding siang. Pemerahan 3-4 kali
Susu segar mempunyai pH 6,5 – 6,6 (bersifat agak asam). Keasaman susu
segar berhubungan dengan fosfat susu, protein (kasein dan albumin), serta sejumlah
kecil CO2 dan sitrat yang terdapat pada susu. Berat jenis susu berkisar 1,027 – 1,035.
Semakin banyak lemak susu, semakin rendah BJ-nya. Semakin banyak prosentase
padatan bukan lemak, semakin berat susu tersebut. Susu segar mempunyai rasa agak
18
amis. Flavour yang khas pada susu mempunyai hubungan dengan kandungan laktosa
Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun,
apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun
syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis,
kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman.Warna susu bergantung pada
beberapa faktor seperti jenis ternak dan pakannya. Warna susu normal biasanya
berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan
hasil dispersi cahaya dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di
dalam susu. Lemak dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning,
sedangkan apabila kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.
Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya kandungan gula
laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu sendiri mudah sekali berubah
bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan ternak penghasil susu, kerja
enzim dalam tubuh ternak, bahkan wadah tempat menampung susu yang dihasilkan
nantinya. Bau susu umumnya sedap, namun juga sangat mudah berubah bila terkena
faktor di atas. Berat jenis susu adalah 1,028 kg/L. Penetapan berat jenis susu harus
dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah, dipengaruhi
oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu. Viskositas susu
biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2 cP, yang dipengaruhi oleh bahan padat susu,
sedangkan titik didihnya adalah 100,16°C. Titik didih dan titik beku ini akan
19
mengalami perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan penambahan air
yang terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang berbeda.
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat berada di antara sifat asam dan
sifat basa. Secara alami pH susu segar berkisar 6,5–6,7. Bila pH susu lebih rendah
dari 6,5, berarti terdapat kolostrum ataupun aktivitas bakteri (Anonim, 1998).
Divisi : Spermathophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl,
dan memerlukan banyak sinar, nama dari murbei itu ada banyak: besaran (Indonesia),
20
murbai, besaran (Jawa); kerta, kitau (Sumatera) ; sangye (Cina), maymon, dau tam
(Vietnam); morus leaf, morus fruit, mulberry leaf, mulberry bark ; mulberry twigs,
percabangan banyak, cabang muda berambut halus. Daun tunggal, letak berseling,
bertangkai yang panjangnya 4 cm. Helai daun bulat telur sampai berbentuk jantung
ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip agak menonjol,
permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5-20 cm, lebar 1,5-12 cm, warnanya
hijau. Bunga majemuk bentuk tandan keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk taju
warnanya putih. Dalam 1 pohon terdapat bunga jantan, betina dan bunga sempurna
yang terpisah. Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak, tumbuhan
ini dibudidayakan karena daunnya digunakan untuk makanan ulat sutra, daun enak
disayur dan berkhasiat sebagai pembersih darah bagi orang yang sering bisulan.
Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain
sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai
bahan obat -obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam
berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit (Sunarto, 1997).
moracetin, isoquersetin, scopoletin, scopolin, alfa, betahexenal, cis beta hexenol, cis
alcohol, butylamine, acetone, trigonelline, cholin, a denin, asam amino, copper, zinc,
21
vitamin (a,b1,c dan karoten), asam klorogenik, asam fumarat, asam folat, asam
mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat, asam stearat, asam oleat,
dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C). Kulit batang mengandung (1) triterpenoids:
Murbei dikenal sebagai tanaman obat yang mempunyai berbagai manfaat dan
mudah untuk dibudidayakan. Murbei merupakan obat tradisional (obat herbal) yang
manjur dan sudah digunakan oleh para tabib jaman dahulu untuk mengobati berbagai
menurunkan berat badan, kolesterol, detoksifikasi. Selain itu murbei juga bermanfaat
hati, meningkatkan daya tahan tubuh, menambah Air Susu Ibu (ASI), melancarkan
klorofil dan vitamin C (Bambang, 2009). Komposisi nutrien tanaman murbei (Morus
22
Tabel 2. Komposisi nutrien tanaman murbei (Morus alba L)
BETN 57,24
Sumber : Hasil analisis proksimat Laboratorium Biologi Hewan, Pusat
Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian
Bogor (dikutip oleh Syahrir dkk, 2009).
Bagian tanaman murbei yang dapat dimanfaatkan yaitu bagian daun, batang,
ranting, akar dan kulit batang. Daun bersifat pahit, serta manis dingin, berkhasiat
tonik pada jantung. Kulit akar bersifat manis, sejuk, berkhasiat sebagai anti asmatik,
pembentukan kolateral (Setiadi, 2007). Komposisi asam amino dan vitamin daun
23
Tabel 3. Komposisi 15 macam asam amino daun murbei (% dari bahan kering)
Daun Murbei (Morus alba L)
Jenis asam amino
Muda Tua
24
Penelitian Syahrir, dkk. (2009), substitusi daun murbei menggantikan
konsentrat dalam ransum tidak mengganggu keseimbangan sistem rumen. Nilai pH,
produksi gas, konsentrasi amonia dan VFA sistem rumen in vitro mengindikasikan
atau seluruh konsentrat dalam sistem rumen. Namun demikian, penggunaan daun
jerami padi sebesar 50% (P2) menghasilkan degradasi pakan yang lebih tinggi.
Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok
ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut mempunyai akses bebas pada
pakan dan tempat makan. Menurut Parakkasi (1999), konsumsi pakan merupakan
faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena
dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan kadar zat makanan
berkelanjutan didapat kesimpulan bahwa Kombinasi daun murbei dengan bahan yang
yang terbaik, akan tetapi kombinasi daun murbei dengan onggok-urea juga dapat
kombinasi daun murbei dengan onggok-urea juga dapat menjadi salah satu alternatif
yang tinggi.
25
Peneliti Akbar (2009), ternak yang diberi perlakuan menggunakan ransum
Daun murbei) konsumsinya nyata lebih tinggi dibandingkan P3 (50% Jerami padi +
50 % Daun murbei), tapi tidak berbeda dengan P1 (50% Jerami padi + 50%
lebih baik yaitu meningkat 11,8 % dari ransum kontrol, sedangkan perlakuan P3
menunjukkan nilai konsumsi yang rendah yaitu menurun 10,1 % dari ransum kontrol.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yulistiani (2008), yang memberikan perlakuan
palatabilitas yang kurang akibat pakan murbei diberikan dalam bentuk mash kering.
Hal ini didukung dengan hasil penelitiannya Firdaus, Astuti dan Wina (2004)
menunjukkan bahwa pemberian pakan kaliandra dalam bentuk segar memiliki hasil
konsumsi tertinggi dibanding pemberian pakan dalam bentuk kering ataupun kukus.
Oleh karena itu, pemberian daun murbei dalam bentuk segar dimungkinkan dapat
meningkatkan konsumsi pakan. Sifat fisik ransum akan ditentukan oleh pengolahan
palatabilitas pakan. Palatabilitas ransum dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan
temperatur ransum yang diberikan (Church dan Pond, 1988). Beberapa ahli
nilai nutrien pakan tersebut karena pakan dengan nilai nutrien tinggi tidak akan
26
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2011 dan bertempat di
Materi Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang, milk can,
(butirometer), tabung reaksi, pH meter, gelas piala, pipet tetes, alat titrasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor induk sapi perah
Friesh Holland yaitu 2-3 kali laktasi dengan masa laktasi ke 5-6, tepung daun murbei
(Morus alba L), NaOH 1%, PP indicator (fenoptalin). Konsentrat yang diberikan
berupa ampas tahu, pemberian konsentrat diberikan pada pagi hari. Hijauan diberikan
Metode Penelitian
Tanaman murbei yang digunakan adalah tanaman murbei yang sudah tua
(daun dan ranting yang belum mengeras). Tanaman dipanen kemudian dikeringkan
selama 5-7 hari (kadar air 2-3%) selanjutnya digiling dengan menggunakan mesin
Penelitian ini menggunakan induk sapi perah laktasi yang dibagi dalam tiga
perlakuan yaitu :
27
- Perlakuan P0 :Pemberian konsentrat dengan tanpa penambahan tepung murbei
(control).
Perlakuan
Pakan yang diberikan
P0 P1 P2
perlakuan masing-masing. Pembuatan tepung murbei dilakukan hanya satu kali sesuai
Kabupaten Enrekang.
28
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah berat jenis, kadar lemak, pH,
dan persentase asam laktat pada susu yang dipengaruhi oleh pemberian tepung daun
murbei.
Cara kerjanya :
dihomogenkan dengan sempurna (dituangkan dari gelas piala satu ke gelas piala
skala yang ditunjukkan dan angka yang terbaca menunjukkan angka ke-2 dan ke-3
27,50 76 cm Hg.
Rumus BJ =
27,50
Cara Kerjanya :
10,75 ml contoh susu dan 1 ml amil alkohol. Urutan dari pemasukan bahan ke dalam
butirometer harus runtut seperti cara di atas. Butirometer disumbat sampai rapat,
butirometer ke dalam sentrifus dan disentrifusi pada 1200 rpm selama 5 menit.
29
5 menit. Setelah itu, bacalah skala yang tertera pada butirometer. Skala tersebut
Cara kerjanya :
2006).
Volume sample
Analisis Data
Yij = µ + αi + €ij
Dimana:
30
i : 1, 2, 3, 4
Ke-j, j= 1, 2, 3, 4
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa sapi perah yang diberi
pakan tepung murbei dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar lemak susu . Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan
kadar lemak susu sapi perah pada penambahan tepung daun murbei pada konsentrasi
25% (250 gr) dan 50% (500 gr). Pada kontrol kadar lemaknya hanya 3,34 %, pada
penambahan 250 gr tepung daun murbei kadar lemaknya meningkat menjadi 6,86 %
dan pada penambahan 500 gram tepung daun murbei kadar lemaknya 7,32 %. Hasil
ini menunjukkan bahwa dengan pemberian pakan tepung daun murbei pada ternak
lemak susu sapi perah dengan penambahan tepung daun murbei sangat nyata
32
perlakuan P1 (250 gram tepung daun murbei) dan P2 (500 gram tepung daun murbei),
Kadar lemak susu yang diperoleh dari analisis laboratorium pada kontrol 3,34
%, pada penambahan tepung daun murbei dengan konsentrasi 25 % (250 gr) sebesar
6,68 %, penambahan tepung daun murbei dengan konsentrasi 50 % (500 gr) sebesar
7,32 %. Hasil yang diperoleh sesuai dengan standar kadar lemak susu sapi perah.
Saleh (2004), yang menyatakan susu merupakan suspensi alam antara dan bahan
terlarut di dalamnya. Salah satu di antaranya adalah lemak. Kadar lemak di dalam
susu adalah 3,45%. Kadar lemak sangat berarti dalam penentuan nilai gizi susu.
Bahan makanan hasil olahan dari bahan baku susu seperti mentega, keju, krim, susu
Hal ini juga dinyatakan dalam SNI 01-3141-1998 bahwa kadar lemak
minimun susu yaitu 3,0%. Kadar lemak minimum susu berdasarkan milk codex
adalah 2,75%. Hal ini juga disebabkan karena adanya kandungan asam amino pada
daun murbei (aspartat, threonin, serin, glutamat, glisin, alanin, valin, mehtionin,
isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin, histidin, lisin, dan arginin) serta pada daun
murbei memiliki kandungan kimia yang dapat mensintesa asam-asam lemak. Hal ini
sesuai pendapat Hariana (2008) yang menyatakan kandungan kimia daun murbei
acetone, trigonelline, cholin, adenin, asam amino, copper, zinc, vitamin (a,b1,c dan
33
dan mioinositol, juga mengandung phytoestrogens. Hal ini juga dinyatakan Anonim
glukosa, asetat, keton hidroksibutirat dan trigliserida. Salah satu faktor yang
Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa sapi perah yang diberi
pakan tepung murbei dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap berat jenis susu. Hal ini disebabkan karena tepung daun murbei
yang diberikan memiliki nilai gizi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tasripin (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi berat jenis susu
segar diantaranya pemberian pakan pada sapi tersebut. Pemberian pakan yang baik
pada sapi perah akan berpengaruh besar terhadap kandungan-kandungan dalam susu
34
Hasil Uji BNT (Lampiran 2) menunjukkan bahwa susu pada setiap perlakuan
memiliki berat jenis yang berbeda nyata. Berat jenis susu pada perlakuan kontrol (P0)
berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan berat jenis susu pada perlakuan 25 % (P1)
dengan perlakuan 50 % (P2). Rata-rata berat jenis susu pada perlakuan kontrol yaitu
1,032, pada perlakuan P1 (25 %) yaitu 1,034, pada perlakuan P2 (50 %) yaitu 1,034,
tetapi antara perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata. Berat Jenis susu pada semua
perlakuan tersebut sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berat Jenis susu
segar sesuai Stasndar Nasional Indonesia (SNI) dan Milk Codex yaitu 1,028. Susu
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari air yaitu 1,027 – 1,035 dengan rata-rata
1,031. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi susu sebagai
bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia,
Saleh, 2004). Hal ini juga dinyatakan oleh Winarno (1997) Berat jenis suatu bahan
adalah perbandingan antara berat bahan tesebut dengan berat air pada volume dan
suhu yang sama. Berat jenis susu rata-rata 1,032 atau berkisar antara 1,027-1,035.
Prinsip dari pengujian berat jenis berdasarkan hukum Archimides yaitu benda padat
yang dicelupkan ke dalam suatu cairan akan mendapatkan tekanan ke atas seberat
volume cairan yang dipindahkan. Berat jenis biasanya diukur di antara suhu 20-30˚C.
Semakin besar berat jenis pada susu semakin bagus karena komposisi atau
kandungan dari susu tersebut masih pekat dan kadar air dalam susu adalah kecil,
sedangkan semakin banyak lemak pada susu maka semakin rendah berat jenis-nya,
35
semakin banyak persentase bahan padat bukan lemak, maka semakin berat susu
pH Susu
diberi pakan tepung daun murbei tidak berpengaruh terhadap pH susu yang tidak
diberi pakan tepung daun murbei (kontrol), pada perlakuan kontrol pH susu yaitu 6,7,
pada perlakuan P1 (penambahan tepung murbei 250 gram ) pH susu yaitu 6,6, dan
pada perlakuan P2 (penambahan daun tepung murbei 500 gram) pH susu yaitu 6,5.
Hasil yang didapatkan masih memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh SNI
01-3141-1998 tentang mutu baku susu segar. Hal ini sesuai dengan pendapat Malaka
(2010) yang menyatakan bahwa pH susu dibawah 6,5 menunjukkan susu kolostrum
normal susu segar dikarenakan adanya kasein, buffer, fosfat dan sitrat, secara
terbatas karena adanya albumin, globulin dan CO2. Jika pH tinggi atau basa
diduga ternak tersebut terjangkit mastitis. Ditambahkan oleh Sugitha dan Djalil
konversi dari laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme dan aktivitas
enzimatik. Syahrir, et.al (2009) menyatakan Pemberian tepung daun murbei sebagai
sehingga tidak menimbulkan perbedaan nyata pada nilai pH rumen antar perlakuan.
36
Penggunaan daun murbei menggantikan seluruh konsentrat da lam ransum P4
(P4=ransum mengandung 50% jerami padi + 50% daun murbei) masih dapat
ransum yang mengandung murbei yang semakin banyak. Hasil ini menjelaskan
proses fermentasi yang baik, dengan produk total asam yang lebih banyak, namun
No Perlakuan pH
1 P0 6,7
2 P1 6,6
3 P2 6,5
Rata-rata 6,6
Ket : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan.
P0 : Tanpa Penambahan tepung daun murbei
P1 : Pemberian 25 % (250 gr) tepung daun murbei
P2 : Pemberian 50 % (500 gr) tepung daun murbei.
Menurut Harjadi (1996) yang menyatakan bahwa susu segar yang baru
diperah menunjukkan reaksi amfoter, yaitu berubah menjadi merah dengan lakmus
biru dan biru dengan lakmus merah. Susu secara normal mempunyai suatu
konsentrasi ion hydrogen sekitar pH 6,5-6,7 yang menunjukkan agak asam. Susu
segar mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika
diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi
kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen
37
(pH) susu segar terletak antara 6,5 – 6,7. Jika dititrasi dengan alkali dan katalisator
penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0,10 – 0,26 % saja. Sebagian
besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman
susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-
senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang
larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan
terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun
pembusukan bakteri. Sugitha dan Djalil (1989) yang menyatakan bahwa susu
cenderung normal.
penambahan pakan tepung daun murbei berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
asam laktat susu sapi yang dihasilkan. Rata-rata persentase asam laktat pada masing-
masing perlakuan yaitu perlakuan P1 (kontrol) yaitu 0,15 %, perlakuan P2 (250 gram
tepung daun murbei) yaitu 0,18 %, dan perlakuan P2 (500 gram tepung daun murbei)
yaitu 0,18 %. Persentase asam laktat susu segar sesuai Standar Nasional Indonesia
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mengubah laktosa menjadi asam laktat
yang dikenal dengan istilah developed acidity. Perubahan laktosa menjadi asam laktat
menyebabkan perubahan pada senyawa kalsium fosfat yang terdapat di dalam protein,
38
Tabel 6. Kandungan Asam Laktat Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan
Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei
diistilahkan sebagai “masam”, dan rasa masam susu disebabkan karena adanya asam
laktat. Pengasaman susu ini disebabkan oleh aktivitas bakteri yang memecah laktosa
membentuk asam laktat. Persentase asam dalam susu dapat digunakan sebagai
dengan dua cara yaitu asam titrasi dan pH (pH susu normal 6,6 – 6,8). Penetapan
asiditas susu segar dengan cara titrasi alkali sebenarnya tidak menggambarkan jumlah
asam laktat karena susu segar tidak mengandung asam laktat. Terdapat komponen-
komponen dalam susu yang bersifat asam dapat bereaksi dengan alkali, misalnya
fosfat, protein (casein dan albumin), karbondioksida dan sitrat. Asiditas susu segar
dikenal sebagai asiditas alami yaitu berkisar 0,10-0,26 % sebagai asam laktat. Uji
asiditas sering digunakan dalam penilaian mutu susu. Walaupun demikian uji asiditas
39
saja tidak cukup untuk menilai mutu susu karena adanya penyimpangan aroma dan
perlakuan memiliki persentase asam laktat yang berbeda sangat nyata. Persentase
asam laktat susu pada perlakuan kontrol (P0) berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan
persentase asam laktat susu pada perlakuan 25 % (P1) dengan perlakuan 50 % (P2).
Rata-rata persentase asam laktat susu pada perlakuan kontrol yaitu 0,15 % pada
perlakuan P1 (25 %) yaitu 0,18 %, pada perlakuan P2 (50 %) yaitu 0,18 %. Hasil
mutu susu segar berdasarkan SNI 01-3141-1998, hal ini dikarenakan dalam
persyaratan mutu SNI satuan yang dipergunakan adalah derajat SH (oSH), sedangkan
perhitungan yang dilakukan saat penetapan sampel susu segar menggunakan satuan
persen (%). Akan tetapi berdasarkan litelatur lainnya menyebutkan bahwa derajat
asam dari susu biasanya berkisar 0,10 s/d 0,26 % sebagai asam laktat, jika hasil
penetapan dibandingkan dengan nilai tersebut maka hasilnya diketahui bahwa derajat
asam dari sampel memenuhi kisaran tersebut. Rata-rata persentasi P1 dan P2 tidak
tidak berbeda dengan 50% dalam mempengaruhi persentasi asam laktat susu.
40
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
meningkatnya pemberian tepung daun murbei pada pakan ternak sapi perah dapat
meningkatkan kualitas kadar lemak, berat jenis, dan kadar persentase asam laktat
pada susu, namun tidak nyata meningkat antara perlakuan P1 dan P2, sedangkan nilai
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, N. 2009. Subtitusi Konsentrat dengan Daun Murbei dalam Pakan yang
Berbasis Jerami Padi Pada Sapi Peranakan Ongol. Skipsi, Fapet IPB. Bogor
Anonim. 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 tentang Air Susu
Murni.
Anonim. 2011a. Budidaya Ternak Sapi Perah. BPP Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
http://ebookgratisan.net/budidaya-ternak-sapi-perah (diakses pada tanggal 15
Februari 2011).
Anonim. 2011b. About Our Cattle. CV Lemboepasang Dairy Farm. http://www.
lemboepasang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid
=33 (diakses pada tanggal 15 Februari 2011).
Azis, V. 2007. Analisis Kandungan Sn, Zn, Dan Pb dalam Susu Kental Manis
Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta
Bambang. 2009. Tanaman Penurun Kolesterol. http://www.agrisilk.com/ tanaman-
penurun-kolesterol/tanaman-obat.html (diakses pada tanggal 17 Februari 2011).
Church, D. C and W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd
Edition. John Wiley & Sons, Inc., Canada
Firdaus, D. A. Astuti dan E. Wina. 2004. Pengaruh kondisi fisik kaliandra dan
campurannya dengan gamal segar terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien pada
domba. JITV 9(1): 12-16.
Gasperz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu-
Ilmu Teknik dan Biologi. Bandung : Penerbit PT. Armico.
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Hariana, H.A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta : Penerbit
Penebar Swadaya
Harjadi, W. 1996. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
42
Lampert, C.M. 1980. Moderm Dairy Produc. New York Publising, Co. Inc, p. 234-
255
Malaka, R. 2010.Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.
Mcllroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Rumput Tropika. Terjemahan : Susetyo, S.
Soedarmadi, I Kismono, dan Harini, S. Praditya Pratama. Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas
Indonesia Press, Indonesia
Rasyid, Y. Ganesha. 2000. Susu Makanan Sempurna. Kumpulan Ilmu Pengetahuan
Indonesia, IPB.
Saleh, E. 2004. Teknologi pengolahan susu dan hasil ikutan ternak. USU. Digital
library. Medan
Setiadi, A. 2007. Murbei (Morus alba L). Laboratorium Kimia Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Shiddieqy, M. Ikhsan, (2004), Memetik Manfaat Susu Sapi, http://www.pikiran-
rakyat.com/index.htm, diakses 24/07/20011.Soeharsono. 1996. Fisiologi
Laktasi. Universitas Padjajaran : Bandung
Sudarmadji, S. 1981. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sudono, A. 1983. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugitha, I.M. dan Djalil. 1989. Susu, Penanganan dan Teknologinya : Fakultas
Peternakan Universitas Andalas.
Sunarto, H. 1997. Budidaya Murbei & Usaha Pesutraan Alam. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius
Susilorini, Tri Eko, (2006), Produk Olahan Susu, Penebar Swadaya, Jakarta.
Syahrir, S., Wiryawan, K.G., Parakkasi, A., Winugroho, O.N.P dan Sari. 2009.
Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in
Vitro. Media Peternakan. 32 (2) : 112-119
Syarifah. 2007. “ Suke” Sisi lain kedelai. Bandung pikiran rakyat. Bandung
Tasripin, 2011. Deskripsi Sapi Perah FH. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
Bandung.
43
Willianson, G. and Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan di Indonesia. UGM
press. Yogyakarta
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
44
RIWAYAT HIDUP
Mularanrue liu, pada Tahun 1993. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan
di SD 234 Liu, Tarumpakkae, Wajo sampai tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Majauleng dan lulus pada tahun 2003. Pada
sekretaris Osis periode 2004-2005. Penulis lulus SMA pada tahun 2006 dengan nilai
Hasanuddin melalui jalur SPMB UNHAS dan masuk pada Fakultas Peternakan
45
46