Anda di halaman 1dari 21

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMK-SMAK MAKASSAR


Mata Pelajaran : ANALISIS TITRIMETRI
Kelas/Semester : XI/I (Ganjil)
Materi Pokok : Reaksi Asam Basa
Alokasi Waktu : 20 x 45 menit (4 x pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI ( KI ) :
KI 3 : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.

B. KOMPETENSI DASAR
3.2 Mengevaluasi data hasil penentuan kadar suatu bahan berdasarkan
titrasi asam basa
4.2 Membuat laporan hasil evaluasi data titrasi asam basa

C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


3.2.1 Mendeteksi kesalahan yang mungkin terjadi pada penentuan kadar suatu
bahan (C4)
3.2.2 Membandingkan data hasil penentuan kadar suatu bahan dengan kadar
teori (C5)
3.2.3 Menafsirkan kelayakan kadar suatu bahan yang diperoleh (C5)
3.2.4 Menyajikan data ke dalam job sheet (MSL922001A)
4.2.1 Mengelola data hasil penetapan titrasi asam basa (P5)
4.2.2 Membuat laporan hasil evaluasi data data titrasi asam basa (P5)

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti diskusi proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Mendeteksi kesalahan yang mungkin terjadi pada penentuan kadar suatu
bahan dengan cermat
2. Menemukan solusi pemecahan masalah yang terjadi dengan tepat
3. Menghitung kadar suatu komponen dalam sampel secara teori dengan
mandiri
4. Membandingkan data hasil penentuan kadar suatu bahan dengan kadar teori
secara jujur
5. Menafsirkan kelayakan kadar suatu bahan yang diperoleh dengan jujur
6. Mengevaluasi kelayakan suatu bahan untuk digunakan dengan benar
7. Menyajikan data ke dalam job sheet secara mandiri
8. Memilih rumus perhitungan yang akan digunakan dengan tepat
9. Menggunakan rumus perhitungan yang tepat dalam membuat laporan hasil
penetapan titrasi asam basa dengan tepat
10. Mengelola data hasil penetapan titrasi asam basa dengan benar
11. Mengintegrasikan data faktual yang diperlukan untuk menyelesaikan laporan
hasil dengan tepat
12. Membuat laporan hasil evaluasi data data titrasi asam basa secara
mandiri

E. MATERI PEMBELAJARAN
Materi Prosedural
1. Analisis kesalahan praktikum
2. Hukum Proust
3. SNI berbagai bahan uji
4. MSDS bahan kimia
5. Prosedur kerja titrasi asam basa
6. Perhitungan kimia
7. Reaksi kimia
8. Teknik penulisan laporan

F. PENDEKATAN/MODEL/METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning
3. Metode Pembelajaran : Diskusi, kerja kelompok, dan penugasan

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Rincian Kegiatan Waktu

I). Kegiatan Awal


 Guru memeriksa kelengkapan praktikum
 Guru memeriksa perlengkapan alat pelindung diri
 Peserta didik mengumpulkan laporan lengkap
 Guru menyuruh salah satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum belajar
 Guru menanyakan kesehatan dan kesiapan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran
 Guru mengabsen kehadiran peserta didik
 Penanganan peserta didik yang datang terlambat
30 menit
 Penjelasan awal mengenai unit kompetensi yang akan dipelajari serta hubungannya dengan unit
kompetensi lainnya
 Apersepsi,
Penggambaran materi dalam kehidupan sehari-hari
 Motivasi,
Menginformasikan kepada peserta didik pentingnya belajar penentuan kadar suatu zat
 Guru mengajukan pertanyaan apakah peserta didik pernah melihat kadar suatu zat dalam suatu
bahan makanan atau minuman?
 Menyampaikan tujuan pembelajaran.
II). Kegiatan Inti

Sintaks Model Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik)


Kompetensi Dasar IPK Tujuan Discovery Mengumpulkan
Mengamati Menanya Menalar Mengomunikasikan
Learning Informasi
3.2 Mengevaluasi 3.2.1 Mendeteksi Setelah mencari 1. Pemberian  Guru
data hasil kesalahan yang informasi, serta stimulus memperlihatkan
penentuan mungkin terjadi mengikuti diskusi terhadap sampel yang
kadar suatu pada penentuan proses pembelajaran peserta didik. akan dianalisa
bahan kadar suatu bahan peserta didik dapat:  Peserta didik
berdasarkan (C4) 1. Mendeteksi memperhatikan
titrasi asam 3.2.2 Membandingkan kesalahan yang serta menulis
basa data hasil mungkin terjadi sifat fisik dari
penentuan kadar pada penentuan sampel yang
suatu bahan kadar suatu bahan diberikan
dengan kadar teori dengan cermat
(C5) 2. Menemukan solusi
3.2.3 Menafsirkan pemecahan
kelayakan kadar masalah yang
suatu bahan yang terjadi dengan
diperoleh (C5) tepat
3.2.4 Menyajikan data 3. Menghitung kadar
ke dalam job suatu komponen
sheet dalam sampel
(MSL922001A) secara teori dengan
mandiri
4. Membandingkan
data hasil
penentuan kadar
suatu bahan
dengan kadar teori
secara jujur
5. Menafsirkan
kelayakan kadar
suatu bahan yang
diperoleh dengan
jujur
6. Mengevaluasi
kelayakan suatu
bahan untuk
digunakan dengan
benar
7. Menyajikan data ke
dalam job sheet
secara mandiri
8. Memilih rumus
perhitungan yang
akan digunakan
dengan tepat
4.2 Membuat 4.2.1 Mengelola data Setelah mengikuti 2. Identifikasi  Guru
laporan hasil hasil penetapan proses diskusi masalah menugaskan
evaluasi data titrasi asam basa pembelajaran peserta peserta didik
titrasi asam (P5) didik dapat: menulis
basa 4.2.2 Membuat 1. Menggunakan pertanyaan
laporan hasil rumus perhitungan yang dipikirkan
evaluasi data yang tepat dalam selama
data titrasi asam membuat laporan mengamati
basa (P5) hasil penetapan sampel yang
titrasi asam basa diberikan
dengan tepat  Guru
2. Mengelola data menanyakan
hasil penetapan rumus
titrasi asam basa senyawa,
dengan benar kandungan,
3. Mengintegrasikan maupun sifat
data faktual yang sampel yang
diperlukan untuk diberikan
menyelesaikan 3. Pengumpulan  Guru membagi
laporan hasil data kelompok
dengan tepat praktikum
4. Membuat laporan peserta didik
hasil evaluasi data  Peserta didik
data titrasi asam melakukan
basa secara praktium titrasi
mandiri penetralan
4. Pembuktian  Peserta didik
mengisi format
pengamatan
hasil praktium
(job Sheet)
 Peserta didik
berdiskusi
dengan sesama
peserta didik
maupun guru
mengenai hal
yang belum
dipahami
5. Generalisasi  Peserta didik
mempersentasikan
hasil pengamatan
praktikum
 Peserta didik yang
lain memberikan
tanggapan
terhadap hasil
persentasi
 Peserta didik
didampingi guru
membuat simpulan
dari hasil
persentasi
kelompok
 Peserta didik
membuat laporan
pratikum serta
memeriksa
kesesuaian teori
dengan data yang
diperoleh

III). Penutup
 Membuat rangkuman/simpulan pembelajaran
 Refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan
30 menit
 Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas mandiri
 Guru menyampaikan meteri untuk pertemuan selanjutnya
 Guru meminta peserta didik membuang limbah pada tempat yang sesuai

Pertemuan kedua, ketiga, dan keempat dilakukan dengan model pembelajaran yang sama tetapi berbeda dalam hal praktikum.
Pertemuan Praktikum
Penetapan kenormalan NaOH 0,1 N dengan bahan baku asam oksalat
1
Penetapan bobot ekivalen asam organik dengan larutan NaOH 0,1 N
Penetapan kenormalan HCl 0,1 N dengan bahan baku boraks
2
Penetapan kenormalan HCl 0,1 N dengan bahan baku soda kering
Penetapan kadar Na2CO3 dalam soda kering
3
Penetapan kadar NaHCO3 dalam natrium bikarbonat
Penetapan kadar Na2CO3 dan NaHCO3 (Cara Warder)
4 Penetapan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam soda api (Cara Warder)
Penetapan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam soda api (Cara Winkler)
H. PENILAIAN
1. KD 3.2 Mengevaluasi data hasil penentuan kadar suatu bahan
berdasarkan titrasi asam basa
 Essay
2. KD 4.2 Membuat laporan hasil evaluasi data titrasi asam basa
a. Penilaian unjuk kerja
b. Laporan kerja peserta didik

I. PROGRAM TINDAK LANJUT (REMEDIAL DAN PENGAYAAN)


1. Remedial jika peserta didik tidak mencapai batas Ketuntasan KD 3.1 dan KD
4.1 yakni 75.
Bentuk pemberian remedial:
Jika lebih dari 75 % peserta didik tidak tuntas = Remedial klasikal
Jika kurang dari 75 % = Remedial Individu
2. Ulangan remedial : setiap peserta didik diidentifikasi pada setiap indikator-
indikator yang tidak dikuasainya (tidak bisa dijawab), dan ulangan remedial
hanya pada soal /indikator yang tidak dikuasai tersebut (Dibuatkan soal
yang setara)
3. Peserta didik yang tuntas diberi pengayaan untuk pendalaman materi

J. MEDIA, ALAT/BAHAN DAN SUMBER PEMBELAJARAN


1. Media : LCD
2. Alat dan Bahan : - Neraca analitik digital - HCl 37%
- Spatula - NaOH p.a
- Gelas kimia 100 mL - Aquades
- Labu semprot - Indikator PP
- Corong - H2C2O4.2H2O
- Pengaduk - Na2CO3
- Gelas kimia 300 mL
- Statif
- Klem
- Pipet tetes
- Erlenmeyer 250 mL
- Kuas
- Buret 50 mL
- Labu ukur 100 mL
- Pipet volume 25 mL
3. Sumber belajar : - Matana, O, dkk. 2018. Penuntun Praktikum Kimia
Analisis Volumetri. Makassar: SMK-SMAK Makassar
- Sudarmo, Unggul. 2014. Kimia untuk SMA/MA
Kelas XI. Jakarta: Erlangga
- Sutresna, Nana. 2008. Cerdas Belajar Kimia.
Jakarta: Grafindo Media Pratama

Makassar, 3 Juli 2019


Mengetahui:
Kepala Sekolah, Tim Volumetri

Muhammad Nadar, ST
NIP.196612311995032004
Lampiran
A. Materi
Kegiatan Pembelajaran 1. Mengevaluasi hasil data hasil penentuan kadar
suatu bahan
Kegiatan Pembelajaran 2. Titrasi Asidi-alkalimetri

B. Deskripsi
Analisis titrimetri atau analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan standar (standar) yang
telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis
dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Analisa titrimetri
merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya berdasarkan
hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia.
aA + tT  produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T
disebut titran, ditambahkan sedikit-demi sedikit, biasanya dari dalam buret.
Larutan dalam buret bisa berupa larutan standar yang konsentrasinya diketahui
dengan cara standarisasi ataupun larutan dari zat yang akan ditentukan
konsentrasinya. Penambahan titran diteruskan sampai jumlah T yang secara
kimia setara atau ekivalen dengan A, maka keadaan tersebut dikatakan telah
mencapai titik ekivalensi atau disingkat TE dari titrasi itu. Namun kapan
tepatnya tercapai suatu titik ekivalensi tidak dapat dilihat secara kasat mata.
Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan, digunakanlah
suatu zat yang disebut indikator yang dapat menunjukkan terjadinya kelebihan
titran dengan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa tepat atau tidak tepat
pada titik ekivalensi. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir titrasi atau disingkat TA, idealnya adalah titik akhir titrasi
sedekat mungkin dengan titik ekivalensi sehingga pemilihan indikator yang tepat
merupakan salah satu aspek yang penting dalam analisis Volumetri (Titrimetri)
untuk mengimpitkan kedua titik tersebut.
Berdasarkan cara titrasinya, titrimetri dikelompokkan menjadi:
1. Titrasi langsung. Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung
terhadap zat yang akan ditetapkan.
2. Titrasi tidak langsung. Cara ini dilakukan dengan cara penambahan titran
dalam jumlah berlebihan, kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran
lain, volume titrasi yang didapat menunjukkan jumlah ekivalen dari kelebihan
titran, sehingga diperlukan titrasi blanko. Larutan blanko adalah larutan yang
berisi semua pereaksi yang digunakan tanpa sampel.
Berdasarkan reaksi kimia yang berperan sebagai dasar dalam analisis
titrimetri, maka metoda analisa Titrimetri dikelompokkan dalam empat jenis,
yaitu:
1. Titrasi asam basa
2. Titrasi pengendapan
3. Titrasi reduksi oksidasi
4. Titrasi pembentukan kompleks
Syarat reaksi yang harus dipenuhi dalam analisis Titrimetri adalah:

1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak
boleh ada reaksi samping.
2. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai, baik
secara kimia maupun fisika.
3. Harus ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, jika
reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat digunakan pula.
4. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam
beberapa menit.
Dalam bahan makanan banyak mengandung senyawa yang bersifat asam
ataupun basa, misalnya asam askorbat dalam buah-buahan, asam asetat dalam
cuka, senyawa karbonat dalam minuman dan lain-lain. Komponen utama cuka
yang terdapat di pasaran adalah asam asetat walaupun terdapat sedikit asam
lain di dalamnya. Biasanya kadar total asam dalam cuka dinyatakan dengan
konsentrasi asam asetat. Dalam beberapa kasus kadar asam asetat yang
terdapat di dalam larutan cuka tersebut tidak sesuai dengan nilai konsentrasi
asam asetat yang tercantum dalam kemasan cuka tersebut.
Untuk menentukan kadar senyawa-senyawa tersebut dapat dilakukan
analisis dengan menggunakan metode titrasi berdasarkan reaksi penetralan
(asam basa). Sebelum melakukan titrasi penetralan perlu memahami prinsip
dasar reaksi penetralan yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa sehingga menghasilkan air yang
bersifat netral. Setelah memahami prinsip dasar titrasi penetralan kemudian
melakukan pemilihan larutan standar yang akan digunakan untuk mentitrasi
sampel, melakukan standarisasi larutan standar, melakukan titrasi sampel dan
melakukan perhitungan kadar sampel serta bagaimana membuat laporan hasil
titrasi. Untuk mengetahui kapan suatu titrasi berakhir (titik akhir titrasi) maka
diperlukan suatu indikator. Indikator yang digunakan harus dipilih agar trayek
pH indikator sesuai dengan trayek pH titrasi pada saat titik ekivalen tercapai
sehingga titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan tepat pada saat indikator
tepat berubah warna dan tidak berubah lagi warnanya setelah beberapa detik.
Titrasi penetralan didasarkan pada reaksi netralisasi proton (asam) oleh
ion hidroksil (basa) atau sebaliknya :
H3O+ + OH-  2H2O
Yang termasuk ke dalam titrimetri penetralan adalah Asidimetri (kadar suatu
sampel basa ditetapkan dengan larutan standar asam) dan alkalimetri (kadar
suatu sampel asam ditetapkan dengan larutan standar basa). Reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi
dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- ⇄ H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, pada praktiknya,
zat baku asam berada dalam buret atau sebagai titran, sedangkan analitnya
berada di labu erlemeyer. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam (di erlemeyer) dengan menggunakan
baku basa (di buret).
Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang dibuat dan diketahui konsentrasinya
secara teliti. Larutan standar dikelompokkan menjadi larutan standar primer dan
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan baku yang konsentrasinya
dapat langsung diketahui dari berat bahan yang sangat murni yang dilarutkan
dan volume larutannya diketahui. Larutan standar sekunder yaitu larutan baku
yang konsentrasinya tidak diketahui dengan pasti karena bahan yang digunakan
untuk membuat larutan tersebut memiliki kemurnian yang rendah. Syarat-syarat
larutan standar primer adalah sebagai berikut:
1. Kemurnian tinggi atau mudah dimurnikan (misalnya dengan dikeringkan) dan
mudah dipertahankan dalam keadaan murni
2. Zat harus mudah diperoleh (tersedia dengan mudah)
3. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan (stabil terhadap
udara)
4. Bukan kelompok hidrat
5. Zat mempunyai berat ekivalen yang tinggi
6. Zat mudah larut
7. Jika suatu reagensia tersedia dalam keadaan murni, suatu larutan dengan
normalitas tertentu disiapkan hanya dengan menimbang satu ekivalen atau
kelipatan dari satu ekivalen, melarutkannya dalam pelarut, biasanya air dan
mengencerkan larutan sampai volume yang diketahui.
Pada prakteknya lebih mudah untuk menyiapkan larutan standar
tersebut lebih pekat daripada yang diperlukan, kemudian mengencerkannya
dengan air suling sampai diperoleh normalitas yang dikehendaki. Jika N1 adalah
normalitas yang diperlukan, V1 Volume setelah pengenceran, N2 normalitas yang
semula dan V2 volume semula yang dipakai maka:
V1N1 = V2N2
Beberapa contoh zat yang dapat diperoleh dalam keadaan kemurnian tinggi,
sehingga cocok untuk larutan standar primer diantaranya adalah: natrium
karbonat, kalium hidrogenftalat, asam benzoat, natrium tetraborat, asam
sulfamat, kalium hidrogen iodat, natrium oksalat, perak, natrium klorida, kalium
klorida, iod, kalium bromat, kalium iodat, kalium dikromat dan arsen (II) oksida.
Bila reagensia tidak tersedia dalam bentuk murni misalnya hidroksida
alkali dan beberapa asam anorganik, maka mula-mula siapkan larutan dengan
normalitas mendekati yang diperlukan kemudian larutan tersebut harus
distandarkan dengan titrasi terhadap larutan dari zat murni dengan konsentrasi
yang diketahui. Beberapa contoh larutan standar sekunder yang harus
distandarkan terhadap larutan standar primer diantaranya adalah: larutan asam
klorida, natrium hidroksida, kalium hidroksida, barium hidroksida, kalium
permanganat, amonium tiosianat, kalium tiosianat dan natrium tiosulfat.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin, sebagai penitrasi sampel
asam biasanya dipakai larutan NaOH yang merupakan larutan standar sekunder,
sedangkan untuk menitrasi larutan sampel basa digunakan larutan HCl yang
juga adalah larutan sekunder. Larutan-larutan NaOH dan HCl disebut sebagai
“larutan kerja” (working solution) yang harus dibakukan (distandarisasi) oleh
larutan-larutan standar primernya masing-masing. Konsentrasi-konsentrasi
larutan yang digunakan umumnya sekitar 0,1000 N atau 0,1000 M)
Larutan standar NaOH biasanya distandarisasi oleh larutan standar primer
seperti asam oksalat atau kalium dihidrogen ptalat. Larutan HCl biasanya
distandarisasi oleh Larutan Standar primer seperti boraks atau dinatrium
karbonat. Larutan standar primer yang digunakan secara meluas untuk
menstandarisasi larutan basa adalah kalium dihidrogenptalat disingkat KHP
(KHC8H4O4), asam sulfamat (HSO3NH2) dan kalium hidrogen iodat (KH(IO3)2),
sedangkan larutan standar primer yang lazim digunakan untuk menstandarisasi
larutan asam adalah natrium karbonat (Na2CO3), dan
tris(hidroksimetil)aminometana ((CH2OH)3CNH2)
Cara Menentukan Titik Ekivalensi Atau TE
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen atau TE pada titrasi
asam basa yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen
telah terlewati, pada saat indikator mulai berubah warna inilah titik akhir
titrasi tercapai maka proses titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Untuk memperoleh ketepatan
hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen,
hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan
titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi” atau
sering disingkat TA titrasi.
Larutan Indikator
Untuk mengetahui kapan asam dan basa tepat bereaksi (ekivalen) dapat
digunakan indikator. Dalam praktiknya titrasi dihentikan pada saat indikator
(larutan) berubah warna. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa
kompleks dalam bentuk asam (Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang
mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain pada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Indikator untuk suatu titrasi dipilih sedemikian rupa sehingga pH pada
titik ekivalen berada pada rentang pH indikatornya. Jalannya proses titrasi
netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi.
Seperti diketahui, warna indikator asam-basa tergantung pada pH larutan. pH
pada saat asam dan basa tepat ekivalen disebut titik ekivalen. Titik ekivalen ini
tergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan. Pemilihan indikator
menjadi hal yang sangat penting agar perubahan warna tepat pada saat dan di
sekitar titik ekivalen supaya kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak
terdisosiasinya menunjukkan warna yang berlainan. Molekul-molekul semacam
itu dapat digunakan untuk menetapkan kapan telah ditambahkan cukup titran
dan disebut indikator tampak (visual indikator). Tabel 1 menunjukkan berbagai
indikator asam basa serta perubahan warnanya pada rentang pH tertentu.
Nama Indikator Warna Asam Warna Basa Trayek pH
Biru timol Merah Kuning 1,3 – 3,0
Kuning metil Merah Kuning 2,9 – 4,0
Jingga metil Merah Kuning jingga 3,1 – 4,4
Biru brom fenol Kuning Pink 3,0 – 4,6
Hijau brom kresol Kuning Biru 4,8 – 5,4
Metil merah Merah Kuning 4,2 – 6,2
Biru brom timol Kuning Biru 6,0 – 7,6
Merah fenol Kuning Merah 6,4 – 8,0
Fenolftalein Tidak berwarna Pink 8,0 – 10,0
Timolftalein Tidak berwarna Biru 8,3 – 10,5
C. Kegiatan Praktikum
Pertemuan Praktikum
1. Penetapan kenormalan NaOH 0,1 N dengan
bahan baku asam oksalat
1
2. Penetapan bobot ekivalen asam organik dengan
larutan NaOH 0,1 N
1. Penetapan kenormalan HCl 0,1 N dengan bahan
baku boraks
2
2. Penetapan kenormalan HCl 0,1 N dengan bahan
baku soda kering
1. Penetapan kadar Na2CO3 dalam soda kering
3 2. Penetapan kadar NaHCO3 dalam natrium
bikarbonat
1. Penetapan kadar Na2CO3 dan NaHCO3 (Cara
Warder)
2. Penetapan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam soda
4
api (Cara Warder)
3. Penetapan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam soda
api (Cara Winkler)
SOAL SOAL
No KD IPK Materi Indikator soal Bentuk Tes Butir soal
1. 3.2 3.2.1 Mendeteksi Teknik Analisis 1. Peserta didik dapat essay 1. Jelaskan kesalahan apa saja
Mengevaluasi kesalahan yang mendeteksi yang mungkin terjadi pada
data hasil mungkin terjadi kesalahan yang penentuan kadar suatu bahan!
penentuan pada penentuan mungkin terjadi 2. Apa saja yang perlu
kadar suatu kadar suatu pada penentuan diperhatikan dalam pemilihan
bahan bahan kadar suatu bahan indikator asam basa?
berdasarkan 3.2.2 Membandingkan Hukum Proust 2. Peserta didik dapat essay 3. Berapakah massa NaOH padat
titrasi asam data hasil membandingkan yang diperlukan untuk
basa penentuan kadar data hasil membuat larutan NaOH 0,1 N
suatu bahan penentuan kadar sebanyak 100 mL jika
dengan kadar suatu bahan diketahui Ar Na = 23, Ar H =
teori dengan kadar teori 1, dan Ar O = 16!
4. Berapakah kadar Na2CO3
dalam soda kering secara
teori?
3.2.3 Menafsirkan SNI 3. Peserta didik essay 5. Suatu analisis penentuan kadar
kelayakan kadar dapat Na2CO3 dan NaHCO3 dalam
suatu bahan menafsirkan soda api diperoleh kadar
yang diperoleh kelayakan kadar Na2CO3 dan NaHCO3 berturut-
suatu bahan yang turut sebesar 46,98% dan
diperoleh 60,02%. Apakah hasil yang
diperoleh memiliki keakuratan
yang memenuhi standar?
Jelaskan!
3.2.4 Menyajikan data Teknik Analisis 4. Peserta didik dapat essay 6. Jelaskan perbedaan kritis
ke dalam job menulis laporan antara alat dan bahan!
sheet dengan benar 7. Tuliskan semua alat dan bahan
yang digunakan dalam
penetapan kenormalan HCl 0,1
N dengan bahan baku soda
kering!
Kunci Jawaban:
1. Kesalahan yang mungkin terjadi pada penentuan kadar suatu bahan antara lain:
a. Kesalahan tertetapkan (determinate error)
Kesalahan tertetapkan merupakan kesalahan yang bisa dihindari, besarnya dapat ditetapkan, dan terjadi berulang-ulang (satu arah). Kesalahan tertetapkan
dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Kesalahan operasional
Kesalahan yang disebabkan karena manusia yang mengalisis itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan metode atau prosedur percobaan.
Contoh:
- Perlakuan yang tidak kuantitatif dari analis saat melakukan percobaan
- Pencucian endapan yang kurang kuantitatif
- Pemijaran/pemanasan endapan pada temperature yang kurang tepat
- Pendinginan kurs yang kurang cukup sebelum digunakan menimbang
2. Kesalahan Instrumen dan Reagensia
Kesalahan analis saat menggunakan instrumen maupun memilih reagen.
Contoh:
- Instrumen/alat yang digunakan tidak dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
- Buret berlemak/kotor tidak dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan
- Reagen yang digunakan tidak murni
3. Kesalahan Metode
Contoh:
- Pengambilan sampel yang kurang tepat
- Reaksi tidak sempurna
- Adanya pengotor pada endapan saat menggunakan Gravimetri
- Pemilihan indikator yang kurang tepat untuk menentukan titik akhir titrasi
4. Kesalahan Aditif dan Sebanding (Proporsional)
Nilai mutlak kesalahan aditif tidak bergantung pada kuantitas konstituen zat yang ditetapkan, sedangkan pada kesalahan proporsional hal tersebut
sangat berpengaruh.
Contoh:
- Hilangnya bobot kurs pada waktu pemijaran tidak akan mempengaruhi kuantitas konstituen zat yang diletakkan dalam kurs tersebut nantinya.
- Adanya zat pengotor pada larutan standar menyebabkan terjadinya kenaikan kuantitas konstituen secara linier maupun tidak, sehingga bisa
berakibat adanya kesalahan nilai normalitas (N) suatu larutan standar.
b. Kesalahan tidak tertetapkan (accidental error)
Kesalahan yang terjadi walaupun si analis sudah bekerja dengan metode yang baik dan benar secara hati-hati. Misalnya, masih terjadi sedikit perbedaaan
dalam pengukuran berulang. Hal ini ditimbulkan oleh sebab-sebab yang tidak dapat dikendalikan oleh si analis dan umumnya sulit untuk dipahami.
2. Titik ekuivalen titrasi asam-basa terjadi pada saat asam tepat bereaksi dengan basa secara stoikiometri dan sebaliknya. Oleh sebab itu untuk memilih indikator
mana yang harus dipergunakan dalam titrasi asam basa adalah memilih indikator yang memiliki kisaran pH yang sama atau setidaknya mendekati titik
ekuivalen tersebut.
3. Massa NaOH padat yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 100 mL jika diketahui Ar Na = 23, Ar H = 1, dan Ar O = 16 sebesar:
Mr NaOH = 1(Ar Na) + 1(Ar O) + 1(Ar H)
= 1(23) + 1(16) + 1(1)
= 40
Mr
BE NaOH =
Valensi
40
=
1
= 40
Sehingga;
massa
N =
BE x Vol
Massa = N x BE x Vol
= 0,1 x 40 x 0,1
= 0,4 gram
4. Kadar Na2CO3 dalam soda kering secara teori sebesar 100% karena soda kering murni memiliki rumus kimia Na2CO3.
5. Kadar Na2CO3 dan NaHCO3 berturut-turut sebesar 46,98% dan 60,02% belum memiliki keakuratan yang memenuhi standar karena total kadar campuran
melebihi 100%.
6. Perbedaan kritis antara alat dan bahan adalah:
- Alat adalah benda yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya tidak dapat habis meski dipakai berulang kali.
- Bahan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk membuat sesuatu yang sifatnya dapat habis jika digunakan.
7. Alat dan bahan yang digunakan dalam penetapan kenormalan HCl 0,1 N dengan bahan baku soda kering meliputi:
a. Alat
- Neraca analitik digital
- Spatula
- Gelas kimia 100 mL
- Labu semprot
- Corong
- Pengaduk
- Gelas kimia 300 mL
- Statif
- Klem
- Pipet tetes
- Erlenmeyer 250 mL
- Kuas
- Buret 50 mL
- Labu ukur 100 mL
Pipet volume 25 mL
b. Bahan
- HCl 0,1 N
- Na2CO3
- Indikator SM
- Aquades
- Kertas saring
- Kertas penyangga
- Label

Pengolahan Nilai:
IPK No.Soal Skor Penilaian Rumus

1 10 Nilai perolehan KD pengetahuan:rerata dari nilai IPK


3.2.1
2 10
Skor yang diperoleh
3 15 Nilai = ----------------------------- x 100
3.2.2
4 15 Skor max
3.2.3 5 10
6 10
3.2.4
7 10
Jumlah Skor 80
PENILAIAN PRAKTIKUM ANALISIS VOLUMETRI

Pencapaian kompetensi
Ya
NO. Komponen/subkomponen Tidak
Kurang Cukup Baik
Skor : 0
Skor =1 Skor =2 Skor =3
I Persiapan Kerja
1.1. Menyiapkan alat
1.2. Menyiapkan Bahan Praktek
Skor komponen
Skor Maksimum = 6
II Proses Sistimatika dan cara
kerja
2.1 Membersihkan alat
2.2 Menimbang sampel
2.3 Memipet larutan contoh
2.4 Mengisi buret
2.5 Menitar sampel
2.6 Membaca skala penunjukan
2.7 Membersihkan kembali alat
2.8 Menyimpan kembali alat
pada tempatnya semula
Skor Komponen
Skor Maksimum = 24
III Mengolah Data
3.1 Menghitung Massa Jenis
sampel
3.2 Menarik simpulan
Skor Komponen
Skor Maksimum = 6
IV Sikap Kerja
4.1 Penggunaan alat
4.2 Penggunaan APD
Skor Komponen
Skor Maksimum = 6
V Waktu Penyelesaian
5.1 Waktu Penyelesaian
Skor Komponen
Skor Maksimum = 3
Perhitungan Nilai Praktik (NP)

Nilai
Persentase Bobot Komponen Penilaian Praktik
(NP)
Mengolah Sikap
Persiapan Proses Waktu ∑ NK
Data Kerja
Skor
Perolehan
Skor
Maksimal
Bobot 10% 60 % 10 % 10 % 10 %
NK

Keterangan:
a. Skor perolehan adalah hasil penjumlahan skor perkomponen penilaian
b. Skor maksimal adala skor maksimal perkomponen penilaian
c. Bobot penilaian adalah besarnya prosentase dari setiap komponen
d. NK = Nilai komponen yang merupakan perkalian dari skor perolehan dengan
bobot dibagi skor maksimal
Skor Perolehan
NK = x Bobot
Skor maksimum

NP = Nilai prakteik merupakan penjumlahan dari nilai NK

Anda mungkin juga menyukai