Tulisan ini hendak mengelaborasi sejumlah pemikiran dan konsep yang meyakini
pentingnya faktor kultural dalam mendorong dinamika perubahan institusional,
khususnya dalam konteks persekolahan (schooling). Perlu tilikan secara seksama
bahwa budaya/kultur merupakan kekuatan konstitutif untuk inovasi dan perubahan
sosial, sekaligus memiliki kekuatan reflektif dalam melakukan peran legitimasi
sosial.Kultur meliputi faktor material yang tangible dan non-material yang intangible.
Realitas menunjukkan bahwa kunci keberhasilan pendidikan seringkali justru terletak
pada faktor yang tak terlihat. Karenanya, menekankan perbaikan pendidikan di
sekolah pada proses restrukturisasi semata, tidak lagi memadai. Namun demikian,
restrukturisasi yang bersifat struktural dan rekonstruksi yang bersifat kultural tidak
perlu saling menegasikan dalam praktiknya. Dalam pengembangan kultur sekolah,
terdapat aneka pilihan alternatif yang dapat disesuaikan dengan visi-misi dan kondisi
sekolah, serta profil siswa dalam aneka kecerdasan majemuk (multiple intelligences).
Betapapun intervensi kebijakan pendidikan telah dilakukan, tidak akan memberikan
efek bermakna, tanpa perubahan yang sifatnya kultural dari dalam institusi
pendidikan itu sendiri. Dalam konteks sekolah yang berada dalam masyarakat
paternalistik, pimpinan sekolah menjadi ikon yang memiliki peran utama dalam
pengembangan kultur sekolah.
Kata kunci : Pelayanan prima dan kultur sekolah
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan,
yang merupakan salah faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui
lembaga pendidikan ini para peserta didik atau siswa, secara mental maupun
intelektual digembleng agar dapat mencapai mutu sesuai dengan target yang
ditetapkan oleh sekolah Sebagai lembaga pendidikan yang melaksanakan
pemberdayaan invidu untuk berubah (change) menjadi lebih baik dan dewasa.
Sebagai pendidik dan pengajar, guru sangat dibutuhkan dalam membentuk manusia
berkarakter cerdas untuk membangun mutu diri dan mutu pendidikan sekolah,
sehingga sekolah mampu berinovasi dan memiliki daya saing yang tinggi dalam skala
lokal dan global. Untuk mencapai itu, maka organisasi harus mampu melakukan
pekerjaan secara lebih baik, lebih efektif, dan lebih efisien dalam menghasilkan
output yang berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing. Untuk menghasilkan
output yang bersaing, maka pada masa mendatang bukan lagi mengandalkan
keunggulan komparatif saja, melainkan juga harus meningkatkan keunggulan
kompetitif (Umiarso, 2009: 192-193).
Untuk terciptanya pencapaian mutu pendidikan, organisasi sekolah sebagai
pelaksana pelayanan pendidikan harus berupaya optimal dalam melakukan proses
pembelajaran yang bermutu, sehingga akan dihasilkan peserta didik dengan output
yang bermutu pula.
RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Pelayanan Prima dan Kultur sekolah
2. Kasus – kasus Pelayanan Prima dan Kultur sekolah
3. Fakta – fakta yang ada di dalam pelayanan prima dan kultur sekolah
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus (case study).
Case Study didefinisikan sebagai suatu metode untuk memahami individu yang
dilakukan secara integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan
masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik
(Raharjo & Gudnanto, 2011). Case Study menyiratkan peneliti melakukan analisis
secara intensif pada satu unit analisis yang diteliti (Case). Case Study dalam hal ini
bertujuan untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam membina
kompetensi sosial (pelayanan prima) tenaga administrasi sekolah dan kultur sekolah.
Kualitas sekolah tidak terlepas dari sebuah pelayanan prima yang ditawarkan
olehnya. Kualitas yang baik akan menentukan harga jual yang baik pula. Pelayanan
prima yang dimiliki sekolah dapat menaikkan harga jualnya. Nah, apa saja poin
penting yang harus di perhatikan dalam meningkatkan pelayanan sekolah.
Senyuman seorang dokter kepada pasiennya dapat mengurangi derita pasien dua
puluh persen. Selebihnya pelayanan yang ramah dan resep obat yang diberikan. Coba
bayangkan jika ada pasien datang lalu dokternya jutek malah marah-marah, bisa jadi
si pasien akan semakin menderita selain sakit yang dirasa karena penyakitnya.
Begitu juga dengan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah. Menjamu wali
murid dengan senyuman dapat menciptakan rasa nyaman pada mereka. Jika itu sudah
terjadi, maka kepercayaan orang tua untuk menyekolahkan anaknya disitupun akan
terbangun.
Kedua, timbulkan sifat optimis. Berani berfikir positif dan maju adalah
pengertiannya. Jangan takut untuk berhayal akan kemajuan sekolah. Silahkan anda
menghayal mempunyai sekolah hingga lima tingkat, menggunakan eskalator dan lift,
kelas ber-AC dan lain-lain. Semua itu dimulai dari mimpi. Keinginan yang kuat akan
memacu diri untuk bekerja keras. Tidak ada yang tidak mungkin jika mau berusaha.
Masih ingat film "sang pemimpi" yang diangkat dari novel andrea hirata? Ikal
seorang anak kampung yang miskin tapi punya cita-cita bersekolah tinggi. Hanya
bermodalkan mimpi hingga ia bisa ke Prancis untuk melanjutkan jenjang
pendidikannya sampai S3. Bukankah semua itu di awali dengan mimpi? Seorang
yang tidak mempunyai mimpi maka ia akan tertinggal, karena tidak memiliki
keinginan untuk meraih kesuksesan.
Ketiga, buatlah mereka terkesan. Bak slogan sebuah iklan parfum ternama yang
berbunyi "kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda." Ini
menunjukkan bahwa kesan pertama adalah penilaian awal yang ditujukan pada objek.
Dan ini sangat menentukan. Buatlah suatu hal yang dapat membuat orang terkesan.
Misalnya mempersiapkan anak-anak didik untuk bertanding di Olimpiade Sains
Nasional. Apalagi jika bisa sampai mendapatkan juara dalam olimpiade tersebut. Ini
merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke
sekolah tersebut.
Keempat, bersikap antusias. Bergairah atau semangat, begitu kata KBBI. Guru harus
punya seribu satu cara dalam mengajar. Jika satu cara masih belum berhasil membuat
siswa menyukai pelajaran tersebut, guru masih punya seribu cara lainnya untuk
membuat anak didik menyukai pelajaran tersebut.
Jika selama ini guru hanya monoton menjelaskan pelajaran dengan metode
ceramah, coba gunakan bahasa tubuh yang lebih aktif. Misalnya untuk
menggambarkan pulau sumatera, deskripsikan dengan gerakan tangan menyapu
udara hingga membentuk pola seperti bentuk pulau sumatera dalam peta. Ini dapat
menyedot perhatian anak didik dalam kelas.
KULTUR SEKOLAH
MASYARAKAT SEKOLAH