Pendahuluan
Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, yang merupakan
salah faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui lembaga pendidikan ini para
peserta didik atau siswa, secara mental maupun intelektual digembleng agar dapat mencapai
mutu sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sekolah Sebagai lembaga pendidikan yang
melaksanakan pemberdayaan invidu untuk berubah (change) menjadi lebih baik dan dewasa.
Sebagai pendidik dan pengajar, guru sangat dibutuhkan dalam membentuk manusia
berkarakter cerdas untuk membangun mutu diri dan mutu pendidikan sekolah, sehingga
sekolah mampu berinovasi dan memiliki daya saing yang tinggi dalam skala lokal dan global.
Untuk mencapai itu, maka organisasi harus mampu melakukan pekerjaan secara lebih baik,
lebih efektif, dan lebih efisien dalam menghasilkan output yang berkualitas tinggi dengan harga
yang bersaing. Untuk menghasilkan output yang bersaing, maka pada masa mendatang bukan
lagi mengandalkan keunggulan komparatif saja, melainkan juga harus meningkatkan
keunggulan kompetitif (Umiarso, 2009: 192-193).
Untuk terciptanya pencapaian mutu pendidikan, organisasi sekolah sebagai pelaksana
pelayanan pendidikan harus berupaya optimal dalam melakukan proses pembelajaran yang
bermutu, sehingga akan dihasilkan peserta didik dengan outputyang bermutu pula.
Ujung tombak pencapaian layanan pendidikan yang bermutu sangat erat hubungannya dengan
guru sebagai profesi pendidik dalam melakukan layanan pendidikan di sekolah. Menurut
Arcaro (2005), mutu pendidikan di sekolah hanya dapat dicapai bila kepala sekolah, guru dan
staff administrasi sekolah serta warga sekolah mampu mengembangkan komitmen yang
berfokus pada kepemimpinan, teamwork, kerjasama, akutabilitas dan kebersamaan. Ujung
tombak dari pelaksanaan pencapaian mutu pendidikan pada peserta didik harus dilaksanakan
oleh guru bersama organisasinya searah dengan tujuan dan komitmen menghasilkan produk
pendidikan yang bermutu.
Guru bertanggungjawab atas tercapainya mutu produk pendidikan yang dihasilkan, sehingga
dalam melakukan proses, guru harus bersungguh-sungguh membangun dan mencitrakan
dirinya sebagai fasilitator, inisiator, mediator, motivator maupun evaluator atas pekerjaan yang
dilakukannya. Mutu akan tercapai jika guru dengan tanggung jawabnya berkomitmen tinggi
untuk memberikan pelayanan pendidikan bermutu kepada pelanggannnya sesuai dengan tujuan
organisasi. Artinya bahwa untuk mencapai mutu layanan pendidikan, harus dilakukan oleh
seorang guru yang profesional.
Sehingga dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang
pekerjaan utamanya mengajar dan mendidik sebagai bentuk pengabdian kepada komunitas
belajar (learning community) atau dalam ruang lingkup lebih luas kepada masyarakat, bangsa
dan negara.
Guru sebagai pekerja atau individu yang berada dalam organisasi, harus bekerja secara
profesional sebagai bentuk pelaksanaan pekerjaan yang bermutu dan berkualitas tinggi, di
mana pada semua jenjang unit usaha dan atau unit organisasi, upaya bersaing dan berinovasi
serta berkompetisi sudah merupakan suatu keharusan jika organisasi itu ingin tetap eksis atau
bertahan. Untuk mencapai itu, maka setiap organisasi harus mampu secara efisien dan efektif
untuk memciptakan dan membangun mutu organisasi.
Di era yang semakin kompetitif saat ini, setiap bidang usaha atau organisasi harus peduli
terhadap kualitas produk. Dalam bidang pendidikan, perihal kualitas juga harus menjadi
perhatian utama. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, usaha-usaha tesebut haruslah
bermuara pada peningkatan kualitas produk suatu barang tertentu, yang hal itu akan berdampak
terhadap serangkaian aktivitas di bidang pendidikan, yang kesemuanya berorientasi pada
kualitas atau mutu (Hanik, 2011: 1).
Menurut Sallis (2010), mutu dapat dipandang sebagi sebuah konsep yang absulut dan relatif.
Mutu dalam konsep layanan didifinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui
keinginan dan kebutuhan pelanggan. Mutu dalam konteks ini dianggap sebagai mutu sesuai
persepsi (quality in perception), di mana sesuatu dikatakan bermutu hanya didapat dan
difinisikan sendiri dari orang yang melihat atau merasakannya (yaitu pelanggan). Difinisi ini
sangat penting, karena pelangganlah yang membuat keputusan terhadap suatu mutu.
Sebagai salah satu upaya menciptakan mutu pendidikan di sekolah, maka diperlukan upaya
sepakat pencapaian tujuan organisasi yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru dan semua
unsur sekolah melalui semangat dan komitmen yang tinggi dengan saling berkerjasama dan
berkemitraan. Menurut Arcaro (2005), mutu pendidikan di sekolah hanya dapat dicapai bila
kepala sekolah, guru dan staff administrasi sekolah serta warga sekolah mampu
mengembangkan komitmen yang berfokus pada kepemimpinan, teamwork, kerjasama,
akutabilitas dan kebersamaan.
Guru profesional menurut Suhertian (1995), memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1) memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar,
2) memiliki rasa tanggungjawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap
tugasnya, dan
3) memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatau karier serta
menjunjung tinggi kode etik jabatan guru.
Bentuk pelayanan bermutu yang berkelanjutan terhadap penjaminan mutu, jika semua
komponen sekolah mampu melakukan kegiatan penyelenggaraan pendidikan berkualitas dan
bermutu sehingga produk jasa yang hasilkan memenuhi kualitas dan keinginan pelanggan.
Tercapainya rasa kepuasan pelanggan atas pelayanan pendidikan yang diberikan merupakan
cerminan telah terjadinya pelayanan pendidikan bermutu.
A. KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan
tantangan masyarakat. Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata
curriculum dalam bahasa Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari
bahasa latin currere yang berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha
untuk.
Banyak defenisi kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Defenisi-defenisi tersebut
bersifat operasioanl dan sangat membantu proses pengembangan kurikulum tetapi pengertian
yang diajukan tidak pernah lengkap. Ada ahli yang mengungkapkan bahwa kurikulum adalah
pernyataan mengenai tujuan, ada juga yang mengemukakan bahwa kurikulum adalah suatu
rencana tertulis.
Dalam sejarah kurikulum Indonesia telah berulang kali melakukan penggantian kurikulum
seperti :
• Tahun 1947-Leer Plan (Rencana Pelajaran),
• Tahun 1952-Rencana Pelajaran Terurai,
• Tahun 1964-Rentjana Pendidikan,
• Tahun 1968-Kurikulum 1968,
• Tahun 1975-Kurikulum 1975,
• Tahun 1984-Kurikulum 1984,
• Tahun 1994 dan 1999-Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999,
• Tahun 2004-Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
• Tahun 2006-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
• Tahun 2013-Kurikulum 2013.
2. Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli
Banyak defenisi kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Defenisi-defenisi tersebut
bersifat operasioanl dan sangat membantu proses pengembangan kurikulum tetapi pengertian
yang diajukan tidak pernah lengkap.
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang di kutip dari beberapa sumber dan dari
beberapa para ahli:
a. Menurut Kerr J. F. (1968)
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu
ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Menurut Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing
murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
c. Menurut Neagley dan Evans (1967)
Kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
d. Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada
peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
3. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi sekolah atau
pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi
orang tua, kurikulurn itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di
rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri,
kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:
a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
b. Fungsi Integrasi (the integrating function)
c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
d. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
e. Fungsi Pemilihan (the selective function)
f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
4. Komponen Kurikulum
Ada empat unsur komponen kurikulum yaitu:
1) Tujuan
2) Isi (bahan pelajaran)
3) Strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar)
4) penilaian (evaluasi).
5. Peranan Kurikulum
a. Peranan Konservatif
Bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan
budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda,
dalam hal ini para siswa. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina
perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai social yang hidup dilingkungan masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif
Bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan
masa mendatang.
c. Peranan Kritis dan Evaluatif
Bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup masyarakat senantiasa mengalami perubahan,
sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa
sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu,
peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil
perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan
memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal
ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter sosial. Nilai-nilai sosial
yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan
modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
6. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang
diberikan kepada anak didik. Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka
kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia. Di Indonesia ada
empat tujuan utama yang secara hirarki sebagai berikut:
a. Tujuan Nasional
Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan
pendidikan nasional disebutkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan. Kesehatan asmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Tujuan Intitusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan,
umpamanya MI. MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya. Artinya apa yang harus
dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut, Sebagai contoh,
kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan
tersebut.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah penjabaran dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan
institusiorial). Tujuan kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran sehingga
mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya. Secara oerasional adalah rumusan
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata
pelajaran atau bidang studi tersebut.
d. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ini adalah tujuan yang langsung
dihadapkan kepada anak didik sebab hrus dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses
belajar-mengajar. Oleh karena itu tujuan instruksional dirumuskan sebagai kemampuan-
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka menyelesaikan
proses belajar-mengajar. Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum
(TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
B. PEMBELAJARAN
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru atau dosen menciptakan situasi agar siswa atau
mahasiswa belajar. Pembelajaran juga dapat didefinisikan upaya untuk mengembangkan
potensi, kecakapan, dan kepribadian siswa.
Berikut ini beberapa pengertian pembelajaran meurut para ahli:
a. Menurut Warsita
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan
untuk membelajarkan peserta didik.
b. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
c. Menurut Sudjana
Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta
didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
membelajarkan.
2. Komponen Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat
komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komponen strategi
pembelajaran tersebut adalah:
a. Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran.
b. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan
potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini
dapat dimodifikasi oleh guru.
c. Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media
dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan
merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan
pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
d. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa
materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi
(1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
e. Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pembelajaran.
f. Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
g. Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki
fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan
lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
h. Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal
dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa,
lingkungan, museum, dan lain-lain.
i. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan
balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan