Anda di halaman 1dari 17

A.

Pendahuluan
Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, yang merupakan
salah faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui lembaga pendidikan ini para
peserta didik atau siswa, secara mental maupun intelektual digembleng agar dapat mencapai
mutu sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sekolah Sebagai lembaga pendidikan yang
melaksanakan pemberdayaan invidu untuk berubah (change) menjadi lebih baik dan dewasa.
Sebagai pendidik dan pengajar, guru sangat dibutuhkan dalam membentuk manusia
berkarakter cerdas untuk membangun mutu diri dan mutu pendidikan sekolah, sehingga
sekolah mampu berinovasi dan memiliki daya saing yang tinggi dalam skala lokal dan global.
Untuk mencapai itu, maka organisasi harus mampu melakukan pekerjaan secara lebih baik,
lebih efektif, dan lebih efisien dalam menghasilkan output yang berkualitas tinggi dengan harga
yang bersaing. Untuk menghasilkan output yang bersaing, maka pada masa mendatang bukan
lagi mengandalkan keunggulan komparatif saja, melainkan juga harus meningkatkan
keunggulan kompetitif (Umiarso, 2009: 192-193).
Untuk terciptanya pencapaian mutu pendidikan, organisasi sekolah sebagai pelaksana
pelayanan pendidikan harus berupaya optimal dalam melakukan proses pembelajaran yang
bermutu, sehingga akan dihasilkan peserta didik dengan outputyang bermutu pula.
Ujung tombak pencapaian layanan pendidikan yang bermutu sangat erat hubungannya dengan
guru sebagai profesi pendidik dalam melakukan layanan pendidikan di sekolah. Menurut
Arcaro (2005), mutu pendidikan di sekolah hanya dapat dicapai bila kepala sekolah, guru dan
staff administrasi sekolah serta warga sekolah mampu mengembangkan komitmen yang
berfokus pada kepemimpinan, teamwork, kerjasama, akutabilitas dan kebersamaan. Ujung
tombak dari pelaksanaan pencapaian mutu pendidikan pada peserta didik harus dilaksanakan
oleh guru bersama organisasinya searah dengan tujuan dan komitmen menghasilkan produk
pendidikan yang bermutu.

Guru bertanggungjawab atas tercapainya mutu produk pendidikan yang dihasilkan, sehingga
dalam melakukan proses, guru harus bersungguh-sungguh membangun dan mencitrakan
dirinya sebagai fasilitator, inisiator, mediator, motivator maupun evaluator atas pekerjaan yang
dilakukannya. Mutu akan tercapai jika guru dengan tanggung jawabnya berkomitmen tinggi
untuk memberikan pelayanan pendidikan bermutu kepada pelanggannnya sesuai dengan tujuan
organisasi. Artinya bahwa untuk mencapai mutu layanan pendidikan, harus dilakukan oleh
seorang guru yang profesional.

B. Guru sebagai Pendidik Profesional


Guru adalah sebuah profesi, sebagimana profesi lainnya yang merujuk pada pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggungjawab dan kesetiaan dalam memberikan pelayanan
jasa kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan pendidikan. Sebagai sebuah profesi, guru juga
adalah pendidik dan pengajar, yang tidak dapat tergantikan dengan semakin hebatnya
kemajuan teknologi, sehingga guru dituntut untuk mampu mencintai, menghayati, menyenangi
pekerjaannya, serta bertanggungjawab dan berkomitmen tinggi atas pekerjaannya secara
profesional.
Guru sebagai teacher memiliki arti sebagai a person whose accupation is teaching
others (seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain). Menurut UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat (1) disebutkan bahwa :
“pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi”

Sehingga dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang
pekerjaan utamanya mengajar dan mendidik sebagai bentuk pengabdian kepada komunitas
belajar (learning community) atau dalam ruang lingkup lebih luas kepada masyarakat, bangsa
dan negara.
Guru sebagai pekerja atau individu yang berada dalam organisasi, harus bekerja secara
profesional sebagai bentuk pelaksanaan pekerjaan yang bermutu dan berkualitas tinggi, di
mana pada semua jenjang unit usaha dan atau unit organisasi, upaya bersaing dan berinovasi
serta berkompetisi sudah merupakan suatu keharusan jika organisasi itu ingin tetap eksis atau
bertahan. Untuk mencapai itu, maka setiap organisasi harus mampu secara efisien dan efektif
untuk memciptakan dan membangun mutu organisasi.
Di era yang semakin kompetitif saat ini, setiap bidang usaha atau organisasi harus peduli
terhadap kualitas produk. Dalam bidang pendidikan, perihal kualitas juga harus menjadi
perhatian utama. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, usaha-usaha tesebut haruslah
bermuara pada peningkatan kualitas produk suatu barang tertentu, yang hal itu akan berdampak
terhadap serangkaian aktivitas di bidang pendidikan, yang kesemuanya berorientasi pada
kualitas atau mutu (Hanik, 2011: 1).
Menurut Sallis (2010), mutu dapat dipandang sebagi sebuah konsep yang absulut dan relatif.
Mutu dalam konsep layanan didifinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui
keinginan dan kebutuhan pelanggan. Mutu dalam konteks ini dianggap sebagai mutu sesuai
persepsi (quality in perception), di mana sesuatu dikatakan bermutu hanya didapat dan
difinisikan sendiri dari orang yang melihat atau merasakannya (yaitu pelanggan). Difinisi ini
sangat penting, karena pelangganlah yang membuat keputusan terhadap suatu mutu.
Sebagai salah satu upaya menciptakan mutu pendidikan di sekolah, maka diperlukan upaya
sepakat pencapaian tujuan organisasi yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru dan semua
unsur sekolah melalui semangat dan komitmen yang tinggi dengan saling berkerjasama dan
berkemitraan. Menurut Arcaro (2005), mutu pendidikan di sekolah hanya dapat dicapai bila
kepala sekolah, guru dan staff administrasi sekolah serta warga sekolah mampu
mengembangkan komitmen yang berfokus pada kepemimpinan, teamwork, kerjasama,
akutabilitas dan kebersamaan.
Guru profesional menurut Suhertian (1995), memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1) memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar,
2) memiliki rasa tanggungjawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap
tugasnya, dan
3) memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatau karier serta
menjunjung tinggi kode etik jabatan guru.

C. Guru Sebagai Pelayanan Pendidikan


Jika dilihat dari UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat (1) di atas tadi, jelas dapat
disimpulkan bahwa guru adalah tenaga profesional yang pekerjaan utamanya adalah mengajar
dan mendidik sebagai bentuk pengabdian kepada komunitas belajar. Makna mengajar dan
mendidik sebagai bentuk pengabdian ini dapat kita taafsirkan sebagai sebuah pekerjaan yang
memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat.
Sebagai pemberi layanan pendidikan melalui kegiatan mengajar dan mendidik ini, guru
melakukan aktivitasnya dalam konteks pendidikan yang berfungsi sebagai fasilitator, mediator
maupun evaluator. Sebagai fasilitator, guru melakukan kegiatan secara bersama pada individu
atau kelompok yang berkonsekuensi terjadinya perubahan pola hubungan antara siswa dan
guru dalam bentuk kemitraan. Makna pelayanan pada pola kemitraan ini merupakan sesuatu
yang utuh karena masing-masing pihak akan saling bertukar pikiran, berbagi ide, pendapat dan
hal-hal yang dapat membangun perubahan diri ke arah yang lebih baik. Fungsi pelayanan
sangat jelas disini, karena guru merupakan orang dekat “sahabat” dari siswa.
Dalam memberikan pelayanan sebagai konsep kemitraan ini, tak menutup kemungkinan
terjadinya informasi tertutup antara guru dan siswa sebagai sebuah mitra belajar. Konsep
pelayanan akan menjadi bias dan masing-masing pihak akan mengklaim bahwa pelayanan telah
berjalan baik dan membawa perubahan. Namun konsep kepuasan yang diberikan guru sebagai
fasilitator akan dimaknai lain oleh siswa. Apabila interaksi antar kedua belah pihak berjalan
sinergis, dan siswa merasa mendapat kepuasan dari pelayanan guru, maka konsep kepuasan ini
akan berdampak, bahwa pelayanan yang dierikan oleh guru dalam bentuk interasi, komunikasi
sebagai bentuk kegiatan pelayanan akan bermakna bahwa telah terjadi pelayanan bermutu.
Kepuasan siswa atas pelanggan yang telah memenuhi standar dan kreteria kepuasan (walaupun
bersifat abstrak) pelanggan maka pelayanan itu adalah pelayana bermutu.
Guru sebagai orang yang mentranfer ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma siswa yang
dapat merubah prilaku menjadi lebih bermakna dan dewasa merupakan satu kegiatan pelayanan
pendidikan. Transfer bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang atau individu, jika
diterima dengan baik, dan tercapai kepuasan dan tidak adanya zero complain dari yang
diberikan itu, maka bentuk pelayanan pendidikan yang diberikan oleh guru pada siswa dalam
pelayanan pendidikan dapat dianggap guru te;ah memberikan pelayanan bermutu kepada
konsumennya.
Untuk mampu melaksanakan transfer pelayanan kepada siswa, maka seorang guru harus
memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengalaman sehingga pelayanan yang diberikan dapat
memuaskan. Menurut Moh. Uzer (2005), Guru adalah seorang yang profesional yang memiliki
kemampuab dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia akan mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
D. Sekolah Yang Bermutu Dalam Pelayanan Pendidikan
Mutu yang baik merupakan dambaan setiap orang, terlebih dalam bidang pendidikan. Mutu
pendidikan biasanya terdiri dari beberapa indikator dan komponen yang saling barkait.
Komponen dan variabel yang menetukan terwujudnya mutu pendidikan yang baik secara
umum, masih dikaitkan dengan sistem, kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, PBM,
anggaran, sarana dan prasarana pendidikan, lingkungan belajar, budaya organisasi,
kepemimpinan dan lain sebagainya (Onisimus, 2010: 138). Mutu pendidikan tidak dilihat dari
hasil UN dan hasil test belajar siswa. Mutu adalah serangkaian proses sampai dengan outpun,
dan outcome. Dalam konteks pendidikan kualitas dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah
dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang
berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut
menurut norma/standar yang berlaku.
Sekolah berkualitas adalah sekolah yang mampu mewujudkan siswa-siswa yang bermutu, yang
sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu manusia yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti
luhur, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki kepribadian yang baik.
Sekolah berkualitas sangat erat hubungannya dengan pemberian layanan pendidikan yang
bermutu, dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kualitas itu, maka sekolah berkualitas
harus merujuk kepada PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standat Nasional Pendidikan di Indonesia
meliputi : 1) standar isi, 2) standar kompetensi lulusan, 3) standar proses, 4) standar sarana dan
prasarana, 5). Standar pengelolaan, 6). Standar pendidik dan tenaga kependidikan, 7) standar
pembiayaan, dan 8) standar penilaian (Depdiknas, 2006).
Dari ke-8 standar itu kemudian akan dapat ditentukan apakah sekolah itu berkualitas dan
bermutu, walaupun mutu bukan satu-satunya diukur dari ke-8 standar tersebut. Tercapainya
kualitas dari kedelapan standar itu kemudian berujung kepada layanan pendidikan kepada
peserta didik dan masyarakat serta stakeholder pendidikan sebagai bagian dari konsumen atau
customer pendidikan.
Sekolah sebagai institusi pendidikan, memiliki karakteristik sekolah berkualitas dan sekolah
bermutu, sebagai alat ukur sederhana tercapainya mutu pendidikan dapat dilihat dari
pelaksanaan operasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Quality Management
(TQM) yang dilaksanakan dalam pendidikan. Menurut Sallis (2010), dengan indikator sebagai
berikut :
1.Terjadinya perbaikan yang terus meneru
2.Perubahan kultur
3.Organisasi terbalik
4.Menjaga hubungan dengan pelanggan
5.Kolega sebagai pelanggan
6.Pemasaran internal
7.Profesionalisme dan fokus pelanggan, dan
8.Mutu pembelajaran
E. Pendapat siswa dan orang tua terhadap guru yang baik dan berkualitas, serta keluhan orang
tua dalam pelayanan pendidikan
Dari berbagai tanggapan siswa tentang guru yang baik dan berkualitas, serta orang tua siswa
dalam hal menanggapi tentang sekolah yang berkualitas dalam konsep layanan pendidikan
berdasarkan service marketing, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Guru yang baik menurut siswa
1. Guru yang mampu memahami kebutuhan siswa sebagai orang yang membutuhkan belajar
tanpa membedakan individu dan kelompok serta faktor-faktor lain yang membuat orang
melakukan persepsi positif maupun negatif
2. Guru yang menyenangkan siapa saja, baik siswa, sesama guru, dan antara guru dengan
warganya dalam lingkungansekolah
3. Guru yang selalu tersenyum dan empati terhadap siswa dan orang lain, menghargai
kekurangan dan kelebihan individu atau kelompok serta selalu berpikiran positif
4. Guru yang selalu berbagi pemikiran dan mampu mengajak orang lain untuk bekerjasama
untuk kemajuan
b) Guru yang berkualitas, yaitu :
1. Guru yang mampu mentransfer ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma dan prilaku
baik kepada siswa sehingga siswa menjadi siswa yang berilmu dan bertagwa dan menghargai
orang lain
2. Guru yang mampu mengajar dengan menggunakan komponen dan fasilitas yang ada
sehingga mampu menyenangkan dalam melakukan PBM
3. Guru yang selalu menjadikan dirinya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kemajuan zaman di era globalisasi dan kontemporer
4. Guru yang mampu melaksanakan tugas dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta
mampu membimbing siswa untuk maju dalam belajar
5. Guru yang bertanggungjawab terhadap beban tugas yang dibebankan kepada dirinya
sebagai guru profesional yang mampu memberikan layanan bermutu
6. Guru yang mampu membawa perubahan positif kepada peserta didiknya sebagai bentuk
implementasi dari peembelajaran yang dilakukannya.

c) Sekolah yang baik dan berkualitas :


1. Sekolah yang mampu memberdayakan semua unsur sekolah dalam kehiduan sehari-hari
sehinggan menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan yang berujung kepada tercapaianya
PBM yang optimal
2. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, dan penunjang pendidikan yang selalu
terawat rapih dan berdaya guna
3. Sekolah yang mampu memubuat siswa betah dan tenang dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien, yang berujung pada tercapainya tujuan sekolah
secara keseluruhan
4. Tersedianya fasilitas kesehatan, toilet, tempat olaahraga, ibadah serta kantin sehat yang
akan berujung kepada terciptanya pelayanan pendidikan bermutu pada siswa.
5. Sekolah yang mampu melakukan proses pelayanan pendidikan dan pembelajaran yang
berujung kepada berhasilnya siswa dalam pembelajaran sehingga mampu bersaing dan
berinovasi diluar sekolah, serta mampu diterima di tempat lain outpun dan outcame yang
mampu diterima ditempat lain tanpa diragukan kualitasnya.
6. Sekolah yang mampu menvetak manusia cerdas, beriman dan berbudi pekerti luhur yang
mampu bersaing dan berinovasi diluar sekolah.

Bentuk pelayanan bermutu yang berkelanjutan terhadap penjaminan mutu, jika semua
komponen sekolah mampu melakukan kegiatan penyelenggaraan pendidikan berkualitas dan
bermutu sehingga produk jasa yang hasilkan memenuhi kualitas dan keinginan pelanggan.
Tercapainya rasa kepuasan pelanggan atas pelayanan pendidikan yang diberikan merupakan
cerminan telah terjadinya pelayanan pendidikan bermutu.

A. KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan
tantangan masyarakat. Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata
curriculum dalam bahasa Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari
bahasa latin currere yang berarti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha
untuk.
Banyak defenisi kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Defenisi-defenisi tersebut
bersifat operasioanl dan sangat membantu proses pengembangan kurikulum tetapi pengertian
yang diajukan tidak pernah lengkap. Ada ahli yang mengungkapkan bahwa kurikulum adalah
pernyataan mengenai tujuan, ada juga yang mengemukakan bahwa kurikulum adalah suatu
rencana tertulis.
Dalam sejarah kurikulum Indonesia telah berulang kali melakukan penggantian kurikulum
seperti :
• Tahun 1947-Leer Plan (Rencana Pelajaran),
• Tahun 1952-Rencana Pelajaran Terurai,
• Tahun 1964-Rentjana Pendidikan,
• Tahun 1968-Kurikulum 1968,
• Tahun 1975-Kurikulum 1975,
• Tahun 1984-Kurikulum 1984,
• Tahun 1994 dan 1999-Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999,
• Tahun 2004-Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
• Tahun 2006-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
• Tahun 2013-Kurikulum 2013.
2. Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli
Banyak defenisi kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Defenisi-defenisi tersebut
bersifat operasioanl dan sangat membantu proses pengembangan kurikulum tetapi pengertian
yang diajukan tidak pernah lengkap.
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang di kutip dari beberapa sumber dan dari
beberapa para ahli:
a. Menurut Kerr J. F. (1968)
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu
ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Menurut Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing
murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
c. Menurut Neagley dan Evans (1967)
Kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
d. Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada
peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
3. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi sekolah atau
pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi
orang tua, kurikulurn itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di
rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri,
kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:
a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
b. Fungsi Integrasi (the integrating function)
c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
d. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
e. Fungsi Pemilihan (the selective function)
f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
4. Komponen Kurikulum
Ada empat unsur komponen kurikulum yaitu:
1) Tujuan
2) Isi (bahan pelajaran)
3) Strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar)
4) penilaian (evaluasi).
5. Peranan Kurikulum
a. Peranan Konservatif
Bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan
budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda,
dalam hal ini para siswa. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina
perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai social yang hidup dilingkungan masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif
Bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan
masa mendatang.
c. Peranan Kritis dan Evaluatif
Bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup masyarakat senantiasa mengalami perubahan,
sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa
sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu,
peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil
perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan
memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal
ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter sosial. Nilai-nilai sosial
yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan
modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
6. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang
diberikan kepada anak didik. Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka
kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia. Di Indonesia ada
empat tujuan utama yang secara hirarki sebagai berikut:
a. Tujuan Nasional
Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan
pendidikan nasional disebutkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan. Kesehatan asmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Tujuan Intitusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan,
umpamanya MI. MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya. Artinya apa yang harus
dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut, Sebagai contoh,
kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan
tersebut.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah penjabaran dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan
institusiorial). Tujuan kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran sehingga
mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya. Secara oerasional adalah rumusan
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata
pelajaran atau bidang studi tersebut.
d. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ini adalah tujuan yang langsung
dihadapkan kepada anak didik sebab hrus dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses
belajar-mengajar. Oleh karena itu tujuan instruksional dirumuskan sebagai kemampuan-
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka menyelesaikan
proses belajar-mengajar. Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum
(TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
B. PEMBELAJARAN
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru atau dosen menciptakan situasi agar siswa atau
mahasiswa belajar. Pembelajaran juga dapat didefinisikan upaya untuk mengembangkan
potensi, kecakapan, dan kepribadian siswa.
Berikut ini beberapa pengertian pembelajaran meurut para ahli:

a. Menurut Warsita
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan
untuk membelajarkan peserta didik.
b. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
c. Menurut Sudjana
Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta
didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
membelajarkan.
2. Komponen Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat
komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komponen strategi
pembelajaran tersebut adalah:
a. Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran.
b. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan
potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini
dapat dimodifikasi oleh guru.
c. Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media
dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan
merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan
pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
d. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa
materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi
(1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.

e. Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pembelajaran.

f. Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.

g. Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki
fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan
lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.

h. Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal
dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa,
lingkungan, museum, dan lain-lain.

i. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan
balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan

j. Situasi atau Lingkungan


Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran.
Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak
madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan
peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya
seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena
kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya
membuat kliping.
3. Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan bentuk aplikasi dari kurikulum. Hubungan antara keduanya sangat
erat. Keduanya memiliki keterkaitan yang padu. Tanpa kurikulum, pembelajaran tidak akan
efektif sementara tanpa pembelajaran kurikulum tidak berarti apa-apa.
\

 Layanan kesiswaan atau peserta didik


Manajemen kesiswaan (murid) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik
(dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya
peserta didik dari suatu sekolah. Nantinya akan di ketahui output dari lembaga tersebut sudah
baik atau belum dari manajemen kesiswaan tersebut.
Manajemen Peserta Didik atau Pupil Personnel Administration sebagai layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar
kelas seperti : pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Sehingga peserta
didik akan memiliki kemampuan untuk terjun ke masyarakat dengan di bekali dari sekolah
melalui manajemen kesiswaan.
Manajemen Kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
siswa, pembinaan sekolah mulai dari penerimaaan siswa, pembinaan siswa berada di sekolah,
sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya mulai penciptaan suasana yang kondusif
terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.
Mulyono mengemukakan bahwa manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang
di rencanakan dan di usahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap
seluruh siswa (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses
PBM secara efektif dan efisien.
Manajemen kesiswaan juga berarti seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik
(dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya
peserta didik dari suatu sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa manajemen kesiswaan merupakan
proses pengursan segala hal yang berkaitan dengan siswa mulai dari penerimaan peserta didik
hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.

Tujuan dan Fungsi Manajemen Kesiswaan


Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional yang penting dalam
kerangka manajemen sekolah. Tujuan umum manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Dan berjalan
secaara efektif dan efesien.
Selain itu manajemen kesiswaan di sekolah secara baik dan berdaya guna akan membantu
seluruh staf maupun masyarakat untuk memahami kemajuan sekolah. Mutu dan derajat suatu
sekolah tergambar dalam sistem sekolahnya. mengembangkan seluruh kemampuan warga
sekolah untuk lebih profesional dan terlatih.
Secara umum tujuan manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, teratur
serta dapat mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Selain itu manajemen kesisswaan di sekolah secara baik dan berdaya guna akan membantu
seluruh staf maupun masyarakat untuk memahami kemajuan sekolah. Mutu dan derajat
sekolah tergambar dalam system sekolahnya.
Jadi tujuan manajemen kesiswaan adalah mengatur berbagi kegiatan dalam bidang kesiswaan
serta serta sebagai wahana bagi siswa untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin.
Prinsip-Prinsip Manajemen Kesiswaan
Berkenaan dengan manajemen kesiswaan ada beberapa prinsip dasar yang harus mendapat
perhatian berikut ini, yaitu:
1. Siswa harus diperlukan sebagai subyek dan bukan obyek
2. Kaeadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
intelektual, sosial ekonomi, minat dan sebagainya.
3. pada dasrnya siswa hanya akan termotifasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang
diajarkan.
4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga
afektif dan pisikomotorik.
Adapun kewajiban siswa adalah:
1. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan
2. Mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku.
3. menghormati tenaga kependidikan
4. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan dan ketertiban serta keamanan
sekolah yang bersangkutan.
Jadi dalam manajemen kesiswaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang ada agar siswa
melaksanakan kewajibannya dan mendapatkannya.

Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan


Kegiatan administrasi siswa dapat didaftar melalui gambaran bahwa lembaga pendidikan
diumpamakan sebuah transformasi, yang mengenal masukan (input). Pengelolaan didalam
tranformasi (proses) dan keluaran (output). Dengan demikian penyajian penjelasaan
administrasi siswa dapat diurutkan menurut aspek-aspek tersebut. Dengan melihat pada
proses memasuki sekolah sampai murid meninggalkannya, terdapat 4 (empat) kelompok
pengadministrasian yaitu: (1) penerimaan murid, (2), pencatatan prestasi belajar (3)
pencatatan bimbingan dan penyuluhan serta (3).Monitoring.

a. Penerimaan Siswa Baru


1) Petatapan persyartan siswa yang akan diterima.
Setiap sekolah berbeda dalam menetapkan persyaratan calaon siswa baru yang akan di
terima. Pada umumnya persyaratan itu menyangkut: aspek waktu, persyaratan dan proses
penerimaan siswa baru.
Penerimaan siswa baru harus di lakukan sedemikian rupa, sehingga kegiatan mengajar-
belajar sudah dapat di mulai pada hari pertama setiap tahun ajaran baru.
Setiap sekolah berbeda dalam menetapkan persyaratan calaon siswa baru yang akan di
terima. Pada umumnya persyaratan itu menyangkut: aspek: umur, kesehatan, kemampuan
hasil belajar dan persyartan administrasi lainnya.
Persyaratan untuk masuk SMA adalah sebagai berikut
a) Besarnya uang pendaftaran
b) Berapa rata-rata nilai raport yang bisa diterima sebagai pendaftar
c) STTB/ijazah dan foto copy ijazah terakhir yang sudah di sahkan oleh yang berwenang
d) Pas foto (selain jumlah ditentukan juga ukurannya)
Cara Penerimaan siswa baru yaitu : Pertama, berdasrkan hasil Tes masuk yaitu siapa yang
diterima dari calon peserta didikyang mendaftar, ditentukan berdasarkan hasil tes yang
diadakan. Sekolah menentukan nilai batas lulus, calon yang memperoleh nilai tes masuk
sama atau lebih tinggi dari nilai batas lulus dinyatakan diterima. Kedua Berdasarkan Hasil
UAN (Ujian Akhir Nasional). Dengan cara ini filter atau penyaring diterimanya calon peserta
didik yang mendaftar didasarkan pada posisi jumlah NEM yang dimiliki dikaitkan dengan
posisi jumlah NEM dari semua pendaftar.Semua calon di rangking menurut jumlah NEM
.Penentuan siapa yang diterima hingga NEM tertentu, sampai jumlah peserta didik yang
diperlukan sekolah terpenuhi.

2). Pembentukan Panitia penerimaan siswa baru


Panitia penerimaan siswa baru di lakukan sekali setahun. Oleh karena itu dibentuk khusus
untuk itu dan dibubarkan setelah kegiatan selesai.
Panitia penerimaan siswa baru terdiri dari kepala sekolah dan beberapa guru yang ditunjuk
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukan yakni:
a) Syarat-syarat pendaftaran murid bari
b) Formulir Pendaftaran
c) Pengumuman
d) buku pendaftaran
e) waktu pendaftaran
f) jumlah calon yan diterima.

3) Masa Orientasi Siswa Baru


Orientasi siswa baru adalah kegiatan penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan
kondisi lembaga pendidikan sekolah. Tujuan orientasi siswa baru yaitu agar peserta didik
dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah, Agar peserta didik
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan sekolah, dan agar
peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan
emosional sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta
dapat menyesuaikan dengan kehidupan sekolah.
Sebelum siswa baru menerima pelajaran biasa di kelas-kelas,ada sejumlah kegiatan yang
harus diikuti oleh mereka selama OSPEK. Kegiatan-kegiatan itu di antara lain adalah :
a) Perkenalan dengan para guru dan staf sekolaha
b) Perkenalan dengan siswa lama dan pengurus OSIS
c) Penjelasan tentang program sekolah
d) Penjelasan tentang tata tertib sekolah
e) Mengenal fasilitasm pendidikan yang dimiliki sekolah
f) Penjelasan tentang struktur organisasi sekolah.
Waktu MPLS juga untuk penelusuran bakat-bakat khusus dan siswa baru, misalnya
penelusuran bakat-bakat olah raga, bakat-bakat seni, bakat-bakat menulis (mengarang). Oleh
karena itu selama MPLS banyak diisi kegiatan-kegiatan pertandirigan olah raga, lomba
menyanyi, pidato, dan sebagainya.
Setelah proses penerimaan siswa baru, maka kegiatan kesiswaan selanjutnya yang perlu
dilaksanakan adalah pengelompokan siswa. Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud
agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar berjalan lancar, tertib sehingga dapat
tercapal tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan.
Ada dua jenis pengelompokan siswa yang dilaksanakan di, diantaranya yaitu pengelompokan
menurut kelas dan pengelompokan berdasarkan rangking. Hal ini dengan tujuan untuk
meinilahkan mana siswa yang kemampuannya lebih dan kurang. dikarenakan adanya
penguatan dalam pengajaran atau dalam arti lain siswa dalam memahaini pelajaran dapat
secara merata atau seimbang.
b. Pendataan Kemajuan Belajar Siswa
Keberhasilan kemajuan da prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat
dipercaya dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol
keberhasilan atau prestasi oleh kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolah.
Kemajuan belajar siswa secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua sebagai masukan
untuk berprestasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya dalam belajar baik di
rumah maupun di sekolah.
c. Bimbingan dan Pembinaan Disiplin Siswa
1) Bimbingan Guidance as the proces of assiting individuals in making life adjustment, it is
needed in the home, school, community and in the other all phases, of the individuals
environment”. (Bimbingan adalah proses untuk membantu individu di dalam membuat
keputusan hidup yang positif, hal ini diperlukan di rumah, sekolah, dan di lingkungan sosial
serta di setiap individu berada).
Secara khusus layanan bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat tercapai
tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir bimbingan
pribadi; sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung jawab.
2) Pembinaan Disiplin Siswa Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau
norma dalam kehidupan bersama yang melibatkan orang banyak. disiplin merupakan
kepatuhan kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya.
Menurut asal-usul kata disiplin berasal dari kata “discipline” yakni seorang yang bbelajar dari
satu secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pimpinan
dan anak mrupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hudup yang
berguna dan bahagia.
Disiplin sekolah ialah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk dapat berprilaku sesuai dengan norma,
peraturan, dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Disiplin siswa dimaksudkan untuk
mengarahkan siswa agar tumbuh dan berkembang sesuai kapasitas dan kemapuan bakat dan
minat serta menjadi pribadi yang utuh sebagai makhluk individu dan sosial, cerdas, terampil
dan bermoral.
d. Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang
pelaksanaan suatu kegiatan yakni manajemen kesiswaan. Kegiatan monitoring adalah suatu
kegiatan memonitor atau mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seluruh warga
sekolah; dalam hal ini difokuskan pada aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan
monitoring ini dapat dilakukan secara langsung pada kegiatan yang di lakukan oleh siswa dan
kegiatan monitoring secara tidak langsung dengan mendengarkan laporan dari orang yang
terlibat dalam kegiatan.
Kesimpulan
Sekolah adalah lembaga pendidikan, yang memberikan layanan pendidikan kepada individu,
kelompok dana masyarakat agar menjadi berilmu pengetahuan, cerdas, beriman dan bertaqwa
serta berbudi pekerti luhur.
Sebagai konsep layanan pendidikan, ketercapaian layanan bermutu hanya dapat dilakukan
oleh guru secara bersama-sama dengan warga sekola untuk menciptakan proses pendidikan
yang berkualitas, sehingga nantinya akan menghasilkan produk yang bermutu.
Sebagai bentuk pelayanan jasa pendidikan, guru dan sekolah harus berkomitmen secara
bersama-sama untuk membangun organisasi sekolah dengan dukungan sekitarnya sehingga
menjadi institusi pendidikan yang mampu memberikan layanan berkualitas kepada
masyarakat dalam pendidikan.

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

Layanan Pendidikan Di Sekolah


(Namamu)

DOSEN PENGAMPUH : Edi Setiyo,S.Pd,M.Pd.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

Anda mungkin juga menyukai