Anda di halaman 1dari 14

JurnalIlmiahPlatax Vol.

6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

BIODIVERSITAS MAKROALGA DI PERAIRAN PESISIR DESA BLONGKO,


KECAMATAN SINONSAYANG, KABUPATEN MINAHASA SELATAN
(The biodiversity of macroalgae in the coastal waters of Blongko Village, Sub-
District of Sinonsayang, District of South Minahasa)

Rene Charles Kepel¹, Desy Maria Helena Mantiri², Anton Rumengan², Nasprianto

¹) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado
²) Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: renecharleskepel1965@unsrat.ac.id

Abstract
This study was carried out in coastal waters of Blongko Vilage, Sub-District
of Sinonsayang, District of South Minahasa with an objective of knowing the taxa
composition of macroalgae through morphological studies. Data collection used
exploring survey. Results found 14 species that consisted 8 species of green algae,
2 species of brown algae, and 4 species of red algae.
Keyword: Macroalgae, Blongko.

Abstrak

Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Blongko, Kecamatan


Sinonsayang, Kabupaten Minahasa Selatan dengan tujuan untuk mengetahui
komposisi taksa makroalga melalui pendekatan morfologi. Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan metode Survei Jelajah. Hasil penelitian
menemukan 14 spesies, yang terdiri dari 8 spesies alga hijau, 2 spesies alga
cokelat dan 4 spesies alga merah.
Kata Kunci: makroalga, Blongko.

PENDAHULUAN bagian terbesar dari tumbuhan yang


hidup di laut sehingga dapat dijumpai
Perairan laut Sulawesi utara
pada semua perairan di dunia.
memiliki berbagai sumberdaya hayati
Berdasarkan ukurannya, alga dapat
yang sangat potensial untuk
dibedakan menjadi dua yaitu mikroalga
dikembangkan bagi kesejahteraan
dan makroalga. Alga yang hidup di laut
manusia. Namun, pemanfaatan dan
ada yang melekat di dasar perairan
pengelolaan sumberdaya hayati yang
sebagai fitobenthos (alga bentik), tetapi
ada di laut kebanyakan hanya
ada juga yang melayang-layang di atas
difokuskan pada sumberdaya ikan yang
permukaan air sebagai fitoplankton
bernilai ekonomis penting, sedangkan
(alga planktonik).
sumberdaya alam lainnya relatif masih
terbatas pengelolaannya. Salah satu Perairan pesisir Desa Blongko
jenis sumberdaya yang belum banyak memiliki biodiversitas atau
mendapat perhatian untuk keanekaragaman vegetasi yaitu
dikembangkan tetapi mempunyai nilai mangrove, lamun dan makroalga. Hal ini
ekonomis penting adalah makroalga. berhubungan dengan produktivitas
primer maupun fungsi dan peranannya
Makroalga (seaweed)
secara ekologis baik sebagai tempat
merupakan salah satu sumberdaya
berlindung, memijah dan tempat
yang tersebar luas dan merupakan

174
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

mencari makan bagi organisme lain. karang, karang mati, kulit kerang, batu,
Adapun penelitian tentang sumberdaya kayu bahkan sebagai epifit dengan
makroalga di Blongko telah dilakukan menancapkan dirinya pada tumbuhan
oleh Kepel dan Rawung (2000), Kepel lain (Trono, 1997).
(2001), Kepel dan Wondal (2001), dan Odum (1996) menjelaskan
Kepel dkk (2001). Oleh sebab itu, perlu bahwa distribusi alga laut dapat dibagi
dilakukan penelitian kembali untuk menurut kedalaman. Alga hijau
melihat biodiversitas makroalga di dominan pada bagian permukaan di
wilayah tersebut. daerah intertidal, dan alga coklat
dominan sepanjang bagian tengah dan
TINJAUAN PUSTAKA
bawah daerah intertidal dan pada
Deskripsi Makroalga bagian permukaan subtidal, dan alga
Alga merupakan tumbuhan merah dominan sepanjang batas
tingkat rendah yang tidak memiliki bawah dari zona fotik. Alga cokelat
perbedaan susunan kerangka seperti berukuran mulai dari epifit mikroskopik
akar atau alat perekat (holdfast), sampai yang paling besar yaitu
batang (stipe) dan daun (blade), Macrocystis, dengan panjang 60 m.
meskipun wujudnya tampak seperti Struktur yang sederhana dari alga
ada perbedaan, tetapi sesungguhnya coklat yaitu tersusun menegak, filamen
hanya merupakan bentuk thallus bercabang atau filamen tidak
belaka (Winarno, 1990). Alga laut yang bercabang dan sistem dasar
mempunyai nilai ekonomis di berfilamen (Bold dan Wynne, 1985).
Indonesia adalah dari jenis alga hijau Dawes (1998) membagi distribusi alga
(Chlorophyta), alga merah laut berdasarkan posisi geografisnya
(Rhodophyta) dan alga coklat sebagai berikut: (i) Alga hijau
(Phaeophyta) (Kadi dan Atmadja, (Chlorophyta) ditemukan pada
1988). perairan tropis dan sub tropis berupa
Menurut Sumich (1992), struktur alga Cladophorales, Siphonocladales,
terdiri dari tiga struktur bagian yaitu Pasicladales, Caulerpales dalam
struktur yang menyerupai daun utama jumlah yang melimpah. Disamping itu
yang dikenal dengan blade yaitu juga terdapat Ulva dan Enteromorpha
bagian yang menyerupai daun pipih yang tersebar luas pada perairan yang
yang biasanya lebar, kemudian kedua memiliki temperatur dingin di Artik
adalah stipe yaitu bagian yang sampai pada perairan tropis; (ii) Alga
menyerupai batang dan berfungsi Cokelat (Phaeophyta) yang berukuran
sebagai penahan goncangan ombak, besar hidup di perairan dingin seperti
dan ketiga yaitu holdfast, yang di pantai Atlantik Utara; dan (iii) Alga
merupakan bagian yang menyerupai Merah (Rhodophyta) ditemukan
akar yang berfungsi sebagagi alat tersebar luas dan melimpah pada
pelekat pada substrat. bagian daerah intertidal dan subtidal,
juga tersebar luas pada perairan dingin
Habitat Makroalga Artik dan perairan tropis.
Habitat merupakan suatu Tomascik dkk (1997)
tempat organisme terbentuk dari menyatakan bahwa di Indonesia pada
keadaan luar, baik secara langsung rataan intertidal ditemukan alga merah
maupun tidak langsung mempengaruhi berkapur seperti Galaxaura, Amphiroa
organisme tersebut. Makroalga dapat dan alga cokelat Turbinaria dan
dijumpai hidup dan melekat pada tipe Sargassum. Pada daerah terumbu tepi
substrat seperti pasir, berlumpur, (fringing reef) pada bagian yang lebih
bahkan pada tipe substrat keras dalam dari parit-paritnya didominasi
seperti karang dan batu. Makroalga oleh alga Penicillus capitatus, P.
hidup dengan menancapkan dirinya firiformus, Caulerpa spp.,
pada substrat berlumpur, pasir, Rhipocephalus dan Udotea. Pada

175
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

kebanyakan terumbu besar yang Kepel, 2004), 1 jenis alga hijau


terdiri dari pecahan-pecahan karang Halimeda di Tanjung Merah, Bitung
sering ditumbuhi oleh Caulerpa, (Pulukadang dkk, 2004), 27 jenis di
Halimeda, dan Goniolithon. Poopoh – Minahasa (Luarwan dkk,
2004a), 13 jenis di Rap-rap –
Penelitian Makroalga Minahasa (Luarwan dkk, 2004b), 23
Penelitian-penelitian jenis di Pulau Gangga, 15 jenis di
biodiversitas makroalga yang telah Pulau Tindila dan 3 jenis di Pulau
dilakukan khusus untuk Sulawesi Lehaga – Minahasa Utara (Kepel dkk,
Utara, antara lain terdapat 30 jenis di 2006), 14 jenis di Kahuku dan 14 jenis
Sulawesi Utara (Kadi, 1990), 20 jenis di Lihunu, Pulau Bangka – Minahasa
di Rap-rap – Minahasa (Kepel dkk, Utara (Kepel dkk, 2010a), 16 jenis di
1999), 13 jenis di Maen – Minahasa Libas dan 8 jenis di Pahepa, Pulau
(Kepel dan Madundang, 2001), 7 jenis Bangka – Minahasa Utara (Kepel dkk,
di perairan hidrotermal dan sekitarnya, 2010b), 7 rekor baru untuk makroalga
Moinit – Minahasa (Kepel dan Mukuan, di Pulau Mantehage dan Pulau Siladen
2001), 13 jenis di Aertembaga, (Wattimury dkk, 2010a), 44 jenis di
Manembo-nembo dan Tanjung Merah Pulau Mantehage dan 27 jenis di Pulau
– Bitung (Kepel dan Rum, 2001), 16 Siladen – Sulawesi Utara (Wattimury
jenis di Daerah Perlindungan Laut dan dkk, 2010b), 7 jenis di Mokupa –
sekitarnya, Blongko – Minahasa Minahasa (Wowor dkk, 2015), 44 jenis
(Kepel dan Wondal, 2001), 6 jenis di Pulau Mantehage – Sulawesi Utara
pada beberapa konstruksi buatan di (Watung dkk, 2016), dan 15 spesies di
Teluk Manado (Kepel dan Mamole, Tongkaina – Manado (Kepel dkk,
2002), 11 jenis pada sarana budidaya 2018).
di perairan Bentenan – Minahasa
METODOLOGI PENELITIAN
(Kepel dkk, 2002), 22 jenis di Daerah
Perlindungan Laut dan sekitarnya, Waktu dan Tempat Penelitian
Tumbak – Minahasa (Beelt dan Kepel, Penelitian ini berlangsung dari
2003), 23 jenis di Poopoh – Minahasa bulan Mei 2018. Tempat pelaksanaan
(Kepel dan Rumondor, 2003), 5 jenis penelitian yaitu di perairan pesisir Desa
alga hijau Halimeda di perairan Blongko, Kecamatan Sinonsayang,
Laboratorium Basah Universitas Sam Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi
Ratulangi, Likupang – Minahasa Sulawesi Utara dengan hamparan
(Kepel dkk, 2003), 25 jenis di Daerah makroalga di wilayah pesisir (Gambar
Perlindungan Laut dan sekitarnya, 1).
Pulau Talise – Minahasa (Ngangi dan

Gambar 1. Hamparan alga di lokasi penelitian

176
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Metode Pengambilan Sampel Menurut Sumich (1992), jika suhu terlalu


Pengambilan sampel alga tinggi di batas maksimum toleransi alga
menggunakan metode Survei Jelajah di tersebut, dapat mengakibatkan alga sulit
perairan pesisir Tongkaina. Selanjutnya, untuk bertahan hidup. Umumnya, alga
dilakukan identifikasi dengan dapat bertahan hidup pada suhu 24-
menggunakan buku identifikasi dari 30°C, namun ada juga spesies yang
Calumpong dan Menez (1997), Trono dapat hidup pada suhu 31°C (Lobban
(1997), Kepel dkk (2012) dan Kepel dan dan Harrison, 1994). Salinitas yang
Baulu (2013). diukur di lokasi penelitian yaitu 30,18-
Pengukuran parameter air dilakukan 31,1‰. Menurut Luning (1990), setiap
bersamaan dengan pengambilan spesies alga memiliki tingkat toleransi
sampel makroalga, meliputi suhu, salinitas untuk dapat bertahan hidup dan
salinitas dan kecerahan dengan bertumbuh secara maksimal.
menggunakan Horriba. Selain itu untuk Kecerahan pada lokasi pengambilan
daerah pengambilan sampel alga, data yaitu 7,45 m. Kecerahan seperti ini
dilakukan pengamatan secara visual mendukung pertumbuhan makroalga,
terhadap kondisi substrat dasar karena makroalga ini membutuhkan
perairan. cahaya untuk melakukan fotosintesis
(Nybakken, 1992).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi taksa dari makroalga
Di lokasi penelitian ditemukan yang ditemukan terdiri dari 3 divisi yaitu
substrat pasir, pasir berlumpur, pasir Divisi Chlorophyta yang terdiri dari 1
bercampur dengan karang mati, kelas, 5 ordo, 7 famili, 7 genera dan 8
patahan karang serta batuan. Secara spesies (Tabel 1); Divisi Phaeophyta
keseluruhan substrat yang yang terdiri dari 1 kelas, 2 ordo, 2 famili,
mendominasi yaitu pasir bercampur 2 genera dan 2 spesies (Tabel 2); Divisi
lumpur dan pada beberapa lokasi Rhodophyta yang terdiri dari 1 kelas, 3
terdapat hamparan lamun (seagrass). ordo, 3 famili, 3 genera dan 4 spesies
Suhu perairan berkisar 29,76-30,06°C. (Tabel 3).

Tabel 1. Klasifikasi alga hijau


No Divisi Kelas Ordo Famili Genera Spesies
1 Chlorophyta Chlorophyceae Ulvales Ulvaceae Ulva lactuca
2 Cladophorales Anadyomenaceae Anadyomene wrightii
3 Siphonocladales Siphonocladaceae Boodlea composita
4 Valoniaceae Dictyosphaeria versluysii
5 Bryopsidales Halimedaceae Halimeda macroloba
6 Halimeda opuntia
7 Udoteaceae Avrainvillea erecta
8 Dasycladales Dasycladaceae Bornetella oligospora

Tabel 2. Klasifikasi alga cokelat


No Divisi Kelas Ordo Famili Genera Spesies
1 Phaeophyta Phaeophyceae Dictyotales Dictyotaceae Padina australis
2 Fucales Sargassaceae Turbinaria ornata

Tabel 3. Klasifikasi alga merah


No Divisi Kelas Ordo Famili Genera Spesies
1 Rhodophyta Rhodophyceae Bonnemaisoniales Galaxauraceae Galaxaura obongata
2 Gigartinales Gracilariaceae Gracilaria edulis
3 Gracilaria salicornia
4 Ceramiales Rhodomelaceae Laurencia tronoi

177
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Deskripsi Makroalga menyatu dengan alat pelekat; hidup


pada substrat karang mati; melekatkan
1. Ulva lactuca Linnaeus
diri dengan alat pelekat pada substrat
Thallus berwarna hijau segar,
keras di daerah intertidal terdeah pada
melebar hingga menipis, bagian
saat air surut (Gambar 2).
tepinya bergelombang; daunnya

Gambar 2. Ulva lactuca Linnaeus (herbarium)

2. Anadyomene wrightii Harvey semua batang daunnya menyatu


ex J.E. Gray dengan alat pelekat; hidup pada
Thallus berwarna hijau segar, substrat karang mati; melekatkan diri
tumbuh mendatar, bagian tepinya dengan alat pelekat pada substrat
kadang-kadang bergelombang; keras di daerah intertidal (Gambar 3).
membentuk rumpun daun dimana

Gambar 3. Anadyomene wrightii Harvey ex J.E. Gray (herbarium dan di alam)

3. Boodlea composita (Harvey) filamen uniseriat bercabang membentuk


Brand spons; hidup pada substrat karang mati
di daerah intertidal (Gambar 4).
Thallus berwarna hijau muda
hingga hijau tua, memiliki filamen-

178
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Gambar 4. Boodlea composita (Harvey) Brand (herbarium dan di alam)

4. Dictyosphaeria versluysii thallus berongga, tebal menyerupai


Weber-van Bosse kerak; memiliki alat pelekat diskoid yang
terletak dekat thallus basal; hidup pada
Thallus berwarna hijau tua,
substrat berbatu di daerah subtidal
biasanya hidup menempel pada batu;
(Gambar 5).

Gambar 5. Dictyosphaeria versluysii Werber-van Bosse (herbarium dan di alam)

5. Halimeda macroloba percabangan 3-4, tersusun tumpang


Decaisne tindih; thallus berwarna hijau pada saat
Thallus rimbun dn tegak; segmen- masih segar dan kuning kehijauan pada
segmen tebal dan berkapur berbentuk saat kering; hidup pada substrat berpasir
seperti gada; mempunyai jumlah dan pasir bercampur lumpur (Gambar 6).

Gambar 6. Halimeda macroloba Decaisne (herbarium dan di alam)

179
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

6. Halimeda opuntia (Linnaeus) segmen berkapur, sangat kaku,


Lamouroux bentuknya bertekuk tiga, susunannya
Thallus tegak, bersegmen tumpang tindih, tidak teratur dan tidak
dengan percabangan trikotom; terletak pada satu percabangan tidak
segmen membentuk segitiga, segmen beraturan sehingga thallus terletak
muncul pada segmen basatl; tinggi tidak pada satu bidang; hidup pada
thallus 4 cm; alat pelekat berupa substrat berpasir dan karang pada
filamen yang keluar dari segmen basal daerah intertidal hingga subtidal
yang mencengkram substrat; segmen- (Gambar 7).

Gambar 7. Halimeda opuntia (Linnaeus) Lamouroux (herbarium dan di alam)

Penelitian beberapa aspek dari Thallus berwarna hijau tua, daun


populasi alga hijau H. opuntia telah terdiri dari beberapa lapis, dengan alat
dilakukan oleh Pulukadang dkk (2004), pelekat yang memanjang; panjang dari
Saromeng dkk (2004), dan Parera dkk alat pelekat sampai ke daun 5-6 cm,
(2015). lebar daun 2-3 cm, alat pelekat
berdiameter 0,5-0,8 cm dengan tinggi 3-
7. Avrainvillea erecta (Berkeley) 4 cm, tinggi daun 1,5-2,0 cm (Gambar
A. Gepp and E.S. Gepp 8).

Gambar 8. Avrainvillea erecta (Berkeley) A. Gepp and E.S. Gepp (herbarium dan di
alam)

8. Bornetella oligospora Solms- pada bagian atas; tinggi thallus 1,5-2,0


Laubach cm dan lebar 0,3-0,4 cm; hidup
Thallus silindris dan berbentuk seperti membentuk koloni di daerah berbatu
jari, melengkung, bagian bawah thallus pada daerah intertidal (Gambar 9).
berwarna hijau dan coklat kemerahan

180
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Gambar 9. Bornetella oligospora Solms-Laubach (herbarium dan di alam)

9. Padina australis Hauck ganda pada permukaan bawah dimana


mempunyai jarak sama satu dengan
Thallus seperti kipas membentuk
yang lain berkisar 2-3 mm. Pengapuran
segmen-segmen lembaran tipis (lobus),
terjadi di bagian permukaan daun;
berwarna cokelat kekuningan, terdiri
hidup pada substrat berpasir, karang
dari beberapa cuping-cuping dengan
mati di daerah intertidal (Gambar 10).
lebar 3-4 cm; memiliki garis konsentrik

Gambar 10. Padina australis Hauck (herbarium dan di alam)

Penelitian beberapa aspek dari membentuk corong dengan dikelilingi


populasi alga cokelat P. australis telah gerigi yang tajam dan terletak tidak
dilakukan (Kepel dkk, 2001) dan Kepel beraturan; bagian tengah daun
dkk (2015). melengkung ke dalam; mempunyai
reseptakel yang melekat pada batang;
10. Turbinaria ornata (Turner) J.
berwarna cokelat gelap dan membentuk
Agardh
rhizoid alat pelekat; hidup pada subsrtrat
Thallus tegak dengan bentuk
berkarang (Gambar 11).
daun agak membulat, umumnya

Gambar 11. Turbinaria ornata (Turner) J. Agardh (herbarium dan di alam)

181
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Penelitian beberapa aspek dari diukur dari alat pelekat sampai ke apeks
populasi alga cokelat T. ornata telah 6-8 cm, sedangkan thallus yang diukur
dilakukan oleh Kepel dan Rawung dari alat pelekat sampai ke percabangan
(2000), Kepel (2001), Kepel dkk (2003), pertama 0,5-1,0 cm, memiliki
Masloman dkk (2003), Tupan dkk percabangan dikotom dan multiaksial,
(2004), dan Magenda dkk (2004). pada bagian cabang bundar dan lebar
daun adalah 0,2 cm; pada saat masih
11. Galauxaura oblongata (Ellis
segar spesies ini kemerah-merahan;
and Solander) Lamouroux
hidup pada batu di daerah rataan
Thallus berbentuk rimbun, terumbu (Gambar 12).
dengan ukuran tinggi total thallus yang

Gambar 12. Galaxaura oblongata (Ellis and Solander) Lamouroux (herbarium dan di
alam)

12. Gracilaria edulis (S.G. Gmelin) tidak beraturan, pada bagian pucuk
P.C. Silva biasanya mengecil dan melengkung
waktu kering. Thallus berwarna cokelat
Thallus berbentuk silindris, tinggi
kehijauan di alam dan coklat tua saat
4-14 cm dengan diameter 0,1-0,2 mm.
kering; hidup pada substrat pasir
Bagian alat pelekat berbentuk cakram
berbatu, lumpur di daerah intertidal
kecil. Bercabang dua, kadang dijumpai
(Gambar 13).

Gambar 13. Gracilaria edulis (S.G. Gmelin) P.C. Silva (herbarium)

13. Gracilaria salicornia (C. rumpun yang lebat, tinggi mencapai 5-


Agardh) Dawson 14 cm dengan diameter 0,3-0,4 mm,
bagian alat pelekat berbentuk cakram;
Thallus berbentuk silindris, licin,
bentuk percabangan dikotomi, tetapi
bersegmen-segmen membentuk
kadang tidak beraturan, umumnya

182
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

timbul pada setiap bagian antar jernih tapi pada perairan keruh berwarna
segmen; berwarna hijau kekuning- coklat tua; hidup pada substrat berpasir,
kuningan sampai oranye pada perairan lumpur di daerah intertidal (Gambar 14).

Gambar 14. Gracilaria salicornia (C. Agardh) Dawson (herbarium dan di alam)

14. Laurencia tronoi Ganzon- namun cenderung berselang-seling;


Fortes berbentuk sederhana dan silindris pada
bagian pucuk; hidup pada substrat
Thallus berwarna cokelat tua,
berpasir dengan pecahan karang mati di
tersusun dari cabang-cabang tegak
daerah intertidal yang sebagian tededah
yang muncul dari alat pelekat berbentuk
pada saat air surut (Gambar 15).
cakram; cabang-cabang tidak beraturan

Gambar 15. Laurencia tronoi Ganzon-Fortes (herbarium dan di alam)

DAFTAR PUSTAKA Calumpong, H.P. dan E.G. Menez.


1997. Field Guide to the
Beelt, P.M., dan R.Ch. Kepel. 2003.
Common Mangroves:
Komunitas Alga Laut di Daerah
Seagrasses and Algae of the
Perlindungan Laut dan
Philippines. Bookmark, Inc, 264-
Sekitarnya, Perairan Pesisir
A Pablo Ocampo Sr. Ave. Makati
Desa Tumbak, Minahasa, Jurnal
City, Philippines. 197 hal.
Perikanan dan Ilmu Kelautan
UNSRAT 1(8), 8-17.
Dawes, C.J. 1998. Marine Botany.
Second Edition. John Wiley and
Bold, H.C. dan M.J. Wynne. 1985.
Sons, Inc. University of South
Introduction to the Algae.
Florida. 480 hal.
Prentice Hall Inc. Eglewood
Cliffs. New Jersey USA. 720 hal.
Kadi, A. 1990. Inventarisasi Rumput
Laut di Teluk Tering. Dalam:
Perairan Pulau Batam (D.P.

183
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Praseno, W.S. Atmadja, I. Kepel, R.Ch., dan A.O.U. Rawung.


Supangat, Rujitno dan B.S. 2000. Kandungan Nutrisi Alga
Sudibjo eds.). Lembaga Ilmu Coklat Turbinaria ornata (Turner)
Pengetahuan Indonesia, J. Agardh yang Diambil dari
Puslitbang Oseanologi, Jakarta. Perairan Blongko, Minahasa,
Hal. 44-50. Jurnal Fakultas Perikanan
UNSRAT 2(1), 77-82.
Kadi, A. dan W.S. Atmadja, 1988.
Rumput Laut (Algae) Jenis, Kepel, R.Ch., dan M. Rum. 2001.
Reproduksi, Produksi, Budidaya Kelimpahan, Keanekaragaman
dan Pasca Panen Proyek Studi dan Pola Penyebaran Alga Laut
Dan Potensi Sumberdaya Alam di Perairan Aertembaga,
Indonesia. Pusat Manembo-nembo dan Tanjung
Pengembangan dan Penelitian Merah, Kota Bitung, Jurnal
Oseanografi, LIPI. Jakarta. Lembaga Penelitian Universitas
de la Salle Manado 1(1).
Kepel, R.Ch. 2001. Laju Pertumbuhan
Turbinaria ornata (Turner) J. Kepel, R.Ch., dan H.J.F. Rumondor.
Agardh di Perairan Desa 2003. Komunitas Alga Laut di
Blongko, Minahasa, Jurnal Perairan Pesisir Desa Poopoh,
Fakultas Perikanan UNSRAT Minahasa, Jurnal Perikanan dan
3(2), 6-9. Ilmu Kelautan UNSRAT 1(5), 39-
52.
Kepel, R.Ch. dan S. Baulu. 2013.
Makroalga dan Lamun: Kepel, R.Ch., dan S. Wondal. 2001.
Keanekagaraman Vegetasi Laut Struktur Komunitas Alga Laut di
di Maluku Tenggara Barat. Desa Blongko, Minahasa:
Penerbit PT Cahaya Pineleng. Daerah Perlindungan laut dan
138 hal. Sekitarnya, Jurnal Fakultas
Perikanan UNSRAT 3(3), 1-5.
Kepel, R.Ch., dan J. Madundang. 2001.
Kelimpahan, Keanekaragaman Kepel, R.Ch., G.S. Gerung, dan J.B.
dan Pola Penyebaran Alga Laut Paillin. 2006. Komunitas
pada Mata Air Panas dan Makroalga di Perairan Pulau
Sekitarnya di Perairan Desa Gangga, Pulau Tindila dan Pulau
Maen, Minahasa, Jurnal Lehaga, Kabupaten Minahasa
Fakultas Perikanan UNSRAT Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
3(1), 27-31. Jurnal Perikanan dan Ilmu
Kelautan UNSRAT 1(1), 34-47.
Kepel, R.Ch., dan S.J. Mamole. 2002.
Komunitas Alga Laut pada Kepel, R.Ch., G.S. Gerung dan R.
Beberapa Konstruksi Buatan di Subur. 2010a. Komunitas
Teluk Manado, Jurnal Perikanan Makroalga di Perairan Pesisir
dan Ilmu Kelautan UNSRAT Kahuku dan Lihunu, Pulau
1(4), 9-15. Bangka, Minahasa Utara,
Sulawesi Utara. Pacific Journal
Kepel, R.Ch., dan D. Mukuan. 2001. of Regional Board of Research,
Kelimpahan, Keanekaragaman North Sulawesi 1(5), 748-753.
dan Pola Penyebaran Alga Laut
di Perairan Hidrotermal dan Kepel, R.Ch., G.S. Gerung dan R.
Sekitarnya, Moinit, Minahasa, Subur. 2010b. Komunitas
Jurnal Fakultas Perikanan Makroalga di Perairan Pesisir
UNSRAT 3(2), 1-5. Libas dan Pahepa, Pulau

184
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Bangka, Minahasa Utara, Minahasa, Jurnal Perikanan dan


Sulawesi Utara. Pacific Journal Ilmu Kelautan UNSRAT 1(6), 34-
of Regional Board of Research, 41.
North Sulawesi 2(5), 817-822.
Kepel, R.Ch. L.J.L Lumingas, dan S.
Kepel, R.Ch., G.S. Gerung, dan M.M. Talakua. 2012. Makroalga dan
Takalamingan. 2003. Struktur Lamun: Keanekagaraman
Populasi Alga Coklat Turbinaria Vegetasi Laut di Manokwari.
ornata (Turner) J. Agardh dan Penerbit PT Cahaya Pineleng.
Turbinaria decurrens Bory 156 hal.
(Sargassaceae) di Perairan
Desa Poopoh, Minahasa, Jurnal Kepel, R.Ch., D.M.H. Mantiri, dan G.D.
Perikanan dan Ilmu Kelautan Manu. 2015. Pertumbuhan Alga
UNSRAT 1(7), 1-6. Cokelat Padina australis Hauch
di Perairan Pesisir, Desa
Kepel, R.Ch., A.D. Kambey, dan M. Kampung Ambon, Kecamatan
Sendow. 1999. Laju Likupang Timur, Kabupaten
Pertumbuhan Sargassum Minahasa Utara. Jurnal LPPM
polycystum C.A. Agardh 1824 di Bidang Sains dan Teknologi
Perairan Pesisir Desa Rap-Rap, 2(2), 78-85.
Minahasa, Jurnal Fakultas
Perikanan UNSRAT 1(1), 13-18. Kepel, R.Ch., D.M.H. Mantiri, dan
Nasprianto. 2018. Biodiversitas
Kepel, R.Ch., R. Lintang dan L. Makroalga di Perairan Pesisir
Monoarfa. 1999. Kelimpahan Tongkaina, Kota Manado. Jurnal
Keanekaragaman, Pola Ilmiah Platax 6(1), 160-173.
Penyebaran Alga Laut di
Perairan Pesisir Desa Rap-Rap, Lobban, C.S. dan P.J. Harrison. 1994.
Minahasa. Jurnal Fakultas Seaweed Ecology and
Perikanan dan Ilmu Kelautan Physiology. Cambridge Univ.
UNSRAT 1(1), 24-27. Press. 266 hal.

Kepel, R.Ch., L.J.L. Lumingas, dan M. Luarwan, J.N., R.Ch. Kepel, dan L.J.L.
Palyn. 2002. Alga Laut yang Lumingas. 2004a. Komunitas
Tumbuh Secara Alami pada Makroalga di Perairan Pesisir
Sarana Budidaya di Perairan Desa Poopoh, Minahasa, Jurnal
Bentenan, Minahasa, Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan
Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT 2(2).
UNSRAT 1(4), 26-32.
Luarwan, J.N., R.Ch. Kepel, dan L.J.L.
Kepel, R.Ch., L.J.L. Lumingas, dan F.N. Lumingas. 2004b. Struktur
Pangau. 2001. Kepadatan dan Komunitas Alga Laut di Perairan
Pertumbuhan Alga Coklat Pesisir Desa Rap-rap, Minahasa,
Padina australis Hauck di Jurnal Perikanan dan Ilmu
Perairan Desa Blongko, Kelautan UNSRAT 2(3), 14-23.
Minahasa, Jurnal Fakultas
Perikanan UNSRAT 3(3), 27-32. Luning, K. 1990. Seaweeds. Their
Environment, Biogeography and
Kepel, R.Ch., L.J.L. Lumingas, dan I. Ecophysiology. John Wiley and
Pulukadang. 2003. Komunitas Sons, Inc. 527 hal.
Alga Halimeda di Perairan
Laboratorium Basah Universitas Magenda, O., R.Ch. Kepel, dan L.J.L.
Sam Ratulangi – Likupang, Lumingas. 2004. Populasi Alga

185
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Coklat Turbinaria ornata (Turner) opuntia (Linneaus) Lamouroux di


J. Agardh (Phaeophyta, Fucales) Perairan Pesisir Desa Poopoh
di Perairan Pesisir Desa Poopoh, dan Desa Rap-rap, Sulawesi
Minahasa, Jurnal Perikanan dan Utara, Jurnal Perikanan dan Ilmu
Ilmu Kelautan UNSRAT 2(1), 26- Kelautan UNSRAT 2(3), 30-37.
30.
Sumich, J.L. 1992. Introduction to the
Masloman, I.Y., D.J. Paransa, dan Biology of Marine Life. Wmc.
R.Ch. Kepel. 2003. Analisis Brown Company Publisher
Kandungan Pigmen pada Iowa.
Bagian Daun, Batang dan
Reseptakel dari Alga Coklat Tomascik, T.A., J. Mah., A. Nontji dan
Turbinaria ornata (Turner) J. M.K. Moosa. 1997. The Ecology
Agardh, Minahasa, Jurnal of the Indonesia Seas. Part Two.
Perikanan dan Ilmu Kelautan Periplus Editions. 1387 hal.
UNSRAT 1(7), 7-19.
Trono, G.C. 1997. Field Guide and Atlas
Ngangi, V.C.S., dan R.Ch. Kepel. 2004. of the Seaweed Resources of the
Komunitas Alga Laut di Daerah Philippines. Bookmarks, Inc.
Perlindungan Laut dan Makaty City. 306 hal.
Sekitarnya, Pulau Talise,
Minahasa, Jurnal Perikanan dan Tupan, B.M., R.Ch. Kepel, dan G.S.
Ilmu Kelautan UNSRAT 2(1), 10- Gerung. 2004. Struktur Populasi
20. Alga Coklat Turbinaria ornata
(turner) J. Agardh 1848 dan
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Turbinaria decurrens Bory de
Suatu Pendekatan Ekologi. Saint Vincent 1828 (Phaeophyta,
Gramedia Jakarta. Fucales) di Perairan Pesisir
Desa Tambala, Minahasa, Jurnal
Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Perikanan dan Ilmu Kelautan
Ekologi. Terjemahan Samigan UNSRAT 2(1), 1-9.
dan B. Srigadi. Gajah Mada
University. Press. Yogyakarta. Wattimury, D.L., R.Ch. Kepel, dan G.S.
Gerung. 2010a. Rekor Baru
Parera, K., R.Ch. Kepel dan A.D. Makroalga di Perairan Pesisir
Kambey. 2015. Population Pulau Mantehage, Minahasa
Analysis (Total Weight, CaCO3 Utara, dan Pulau Siladen,
Total Weight and Segment Manado, Sulawesi Utara. Pacific
Numbers) of Halimeda opuntia Journal of Regional Board of
(Linn.) Lamouroux in Tongkeina Research, North Sulawesi 3(5),
Waters, Manado. Jurnal Ilmiah 899-901.
Platax 3(2), 68-78.
Watung, R.M., R.Ch. Kepel dan L.J.L.
Pulukadang, I., R.Ch. Kepel, dan L.J.L. Lumingas. 2016. Inventarisasi
Lumingas. 2004. Komunitas Makroalga di Perarian Pesisir
Makroalga Halimeda di Perairan Pulau Mantehage, Kecamatan
Tanjung Merah, Bitung. Jurnal Wori, Kabupaten Minahasa
Perikanan dan Ilmu Kelautan Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
UNSRAT 2(2). Jurnal Ilmiah Platax 4(2), 84-
108.
Saromeng, H., R.Ch. Kepel, dan J.K.
Winarno, F.G. 1990. Teknologi
Rangan. 2004. Karakteristik
Pengelolaan Rumput Laut.
Morfometrik Alga Hijau Halimeda

186
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Komunitas Makro Alga di Pantai


112 hal. Desa Mokupa Kecamatan
Tombariri, Kabupaten Minahasa,
Wowor, R.M., R.Ch. Kepel dan L.J.L.
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
Lumingas. 2015. Struktur
Platax 3(1), 30-35.

187
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

Anda mungkin juga menyukai