Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

BAB I .......................................................................................................................................................
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................
1.2. Fungsi dan Pentingnya Ilmu Ukur Tanah Dalam Pekerjaan Teknik Sipil .......................
1.3. Definisi dan Istilah ..................................................................................................................
1.4. Materi Praktikum ...............................................................................................................
1.5. Tujuan Praktikum ..............................................................................................................
1.6. Peserta Praktek ...................................................................................................................
1.7. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum .......................................................................
BAB II ......................................................................................................................................................
SIPAT DATAR........................................................................................................................................
2.1 Pengertian Sipat Datar ...........................................................................................................
2.2 Peralatan ..................................................................................................................................
2.3 Bagian-bagian Alat Sipat Datar.............................................................................................
2.4 Cara Mengoperasikan Alat Sipat Datar. ..............................................................................
2.5 Sipat Datar Memanjang. ........................................................................................................
2.6 Perhitungan. ............................................................................................................................
2.7 Sipat Datar Melintang. ...........................................................................................................
2.8 Penggambararn .......................................................................................................................
BAB III....................................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................................
4.1. Kesimpulan ..............................................................................................................................
4.2. Saran ........................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Ilmu Ukur Tanah (IUT) merupakan salah satu bagian dari suatu ilmu yang lebih luas
yaitu ilmu geodesi. Ilmu ini mempunyai dua maksud yakni:

a. Maksud Ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi


b. Maksud Praktis : Membuat bayangan yang dinamakan peta.
Maksud ilmiah yang menentukan bagian dari permukaan bumi, sedangkan maksud
praktis yaitu membuat bayangan dari sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi
yang disebut peta. Didalam peta terdapat skala yaitu perbandingan jarak sebenarnya dan jarak
diatas kertas. Macam - macam cara pengukuran yang biasanya digunakan dapat kita bagi dalam
2 bentuk yaitu pengukuran tegak dan pengukuran mendatar.

Ilmu Ukur Tanah (IUT) ini telah dikenal sejak zaman dahulu yakni pada saat zaman
orang-orang romawi. Dimana oarang-orang romawilah yang lebih dahulu mengenalkan tentang
manfaat pengukuran tanah, sehubungan dengan pembatasan daerah-daerah kerajaan romawi
pada waktu itu. Sehingga akhirnya orang-oarang romawi membuat alat-alat ukur seperti groma
(dipakai untuk membidik), litella (sebuah kerangka berbentuk huruf A dengan sebuah
bandul/unting-unting untuk menyipat datar), serta chorobates (sebuah tepi lurus horizontal
dengan kaki penyangga dengan sebuah lekukan bagian atas untuk diisi air yang berfungsi
sebagai nivo).

Dalam pengertian yang lebih umum, Ilmu Ukur Tanah dapat di anggap sebagai disiplin
yang meliputi semua metode untuk mengumpulkan pemrosesan informasi tentang bumi dan
lingkungan fisis, atau dengan kata lain maksud praktis yang dicapai dengan melakukan
pengukuran pada permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan.

1.2. Fungsi dan Pentingnya Ilmu Ukur Tanah Dalam Pekerjaan Teknik Sipil

Secara umum Ilmu Ukur Tanah dapat berfungsi :

1. Melakukan pemetaan bumi di atas dan di bawah permukaan laut;


2. Membantu menyiapkan peta-peta navigasi untuk penggunaannya di udara, darat dan laut;
3. Menetapkan batas kepemilikan tanah pribadi dan tanah negara;
4. Membantu pengembangan informasi tata guna lahan dan sumber daya alam yang
membantu pengelolaan lingkungan;
5. Mempersiapkan peta-peta bulan dan planet;
6. Merencanakan, membangun dan memelihara jalan;
7. Membantu membuat saluran irigasi dan bendungan;
8. Membuat pengkaplingan tanah-tanah di perkotaan;
9. Membangun dan memelihara sistem persediaan air dan saluran pembuangan limbah;
10. Dan lain-lain.
Ilmu Ukur Tanah sangat penting dalam pekerjaan Teknik Sipil misalnya, dalam
penentuan batas-batas bangunan baik berupa gedung bertingkat, jembatan maupun perumahan,
selain itu dapat membantu dalam pengukuran luas maupun kemiringan suatu daerah atau lahan
sehingga dapat direncanakan pengembangan daerah atau wilayah tersebut sambil
mempertimbangkan hal-hal apa yang dapat dijadikan sebagai objek dan konstruksi yang dirasa
sangat tepat untuk memanfaatkan wilayah yang ada. Dengan mengetahuinya maka akan sangat
membantu juga dalam menentukan sistem pengairan, jalur jalan ataupun hal-hal lain yang
berkaitan dengan pengembangan suatu kawasan. Aplikasi Ilmu Ukur Tanah akan terlihat jelas
pada pelaksanaan proyek Teknik Sipil, khususnya rekayasa struktur, untuk mengetahui
topografi suatu lahan sehingga dapat memudahkan penyesuaian struktur bangunan dengan
topografi setempat.

1.3. Definisi dan Istilah


 Altimeter : Alat pengukur tinggi
 Azimuth : Sudut yang diukur dari arah utara dan searah jarum jam
 Back Azimuth : Sudut yang diukur dari arah utara dan berlawanan arah jarum
jam.
 Bench Mark : Titik tepat duga, yaitu sebuah objek tetap (alamiah ataupun
buatan) yang mempunyai tiang yang di tandai dan elevasinya di
atas atau di bawah datum tertentu.
 Datum : Sembarang permukaan datar yang di pakai sebagai acuan
(referensi) elevasi, misalnya MSL (Mean Sea Level)
 Elektronic Distance
Mousture (EDM) : Alat Pengukur jarak elektronik yang dipasang di atas Theodolite
dan bekerja berdasarkan kecepatan Gelombang Elektronik.
 Elevasi : Jarak vertikal dari sebuah datum (titik acuan) sampai ke suatu
titik atau objek.
 Garis Bidik : Garis singgung di bagian dalam teropong di tengah - tengah
pembagi.
 Garis Kontur : Garis yang membedakan ketinggian dari daerah - daerah yang
tergambar dalam peta dan menghubungkan daerah yang sama
tinggi.
 Jalon : Besi atau baja yang berwarna hitam atau putih berganti -
gantian dan di bagian bawah diruncing untuk di tancapkan pada
titik yang di ukur.
 Jarak Datar : Jarak antara dua titik yang diukur secara horisontal, bukan di
ukur mengikuti kemiringan tanah.
 Jarak Langsung : Jarak yang diperoleh dengan menngunakan alat ukur langsung
seperti pita ukur, dan instrumenukur jarak elektrik.
 Jarak Optis : Jarak tidak langsung atau jarak yang diperoleh dari hasil
pengolahan data yang didapat dari alat ukur.
 Koordinat : Hubungan antara sumbu X dan Y.
 Mean Sea Level
(MSL) : Mean Sea Level (Permukaan air laut dijadikan sebagai acuan
elevasi).

 Lensa Centering
Optis (LCO) : (lensa centering optis) lensa yang terdapat pada Theodolite yang
digunakan untuk centering.

 Pengunci Halus
Horizontal : Bagian dari theodolite yang digunakan untuk mengunci sudut
horizontal secara halus.

 Pengukuran : Sistem pengukuran pada Waterpass, muka – belakang.


 Peta situasi : Peta yang menggambarkan keadaan lokasi atau daerah yang di
tinjau, misalnya letak bangunan, jalan, dan sebagainya.
 Peta topografi : Peta yang mengganbarkan permukaan bumi yaitu mengenai
bentuk (relief) bumi, seperti tinggi rendahnya permukaan bumi,
lalu dilengkapi dengan keadaan suatu daerah, misalnya posisi
benda – benda alam ataupun batuan yang terdapat pada
permukaan bumi.
 Plotting : Pekerjaan pembuatan peta dengan cara menggunakan kertas
kalkir dan peralatan gambar.
 Poligon : Serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukandari pengukuran lapangan.
 Poligon terbuka : Serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukan dari pengukuran lapangan dan garis – garis tidak
kembali ke titik awal dan membentuk sudut banyak.
 Skala : Angka perbandingan jarak di peta dengan jarak yang
sesungguhnya di permukaan bumi.
 Stereoskop : Alat optis binokuler yang membantu kita melihat 2 foto yang di
oriontasikan secara baik untuk memper oleh kesan model 3
dimensi.
 Theodolite : Alat ukur sudut yang digunakan untuk mengukur sudut kearah 2
titik atau lebih serta sudut vertikal terhadap bidang yang
horizontal pada titik pembacaan.
 Theodolite Repetisi : Theodolit ini mempunyai sumbu I (tegak) rangkap sehingga
pengukuran sudut rangkap dapat dilakukan 1 kali
 Theodolite Reiterasi : Theodolit ini tidak dilengkapi dengan sumbu I rangkap sehingga
pengukuran sudut atau azimuth hanya dapat dilakukan dengan
terpisah atau satu persatu.
 Titik kontrol : Serangkaian BM yang di ketahui elevasinya
 Tripod : Alat penyangga yang terdiri dari 3 kaki yang bisa disesuaikan
dengan tinggi pengamat digunakan untuk meletakkan waterpass
dan thedolite.
Waterpass : Suatu alat penyipat datar yang terutama berfungsi untuk
mengukur beda tinggi dan elevasi.
1.4. Materi Praktikum
1.4.1 Sipat datar memanjang.
1.4.2 Sipat datar melntang.

1.5. Tujuan Praktikum


Setelah selesai praktikum dihrapkan :
Praktikan mengenal dan dapatnmenggunakan alat ukur sipat datar.
1. Praktikan dapat mengukur sipat datar memanjang dan melintang.
2. Praktikan dapat menggambar profil memanjang dan melintang.

1.6. Peserta Praktek

Kelompok XI :

1. Nashaihul Ikbat (17041000076)


2. Muhammad Ikhwal Ardhani (17041000077)
3. Yoon Marulitua Simbolon (17041000081)
4. I Made Sudiatmika (17041000082)
5. Jorghi Aditya Monabo (17041000083)
6. Amila Faradina (17041000084)

1.7. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum :

 Praktikum Waterpass Sipat datar Melintang


 Waktu : Jumat/ 07.30 WIB - Selesai
 Tanggal : 03 Agustus 2018
 Tempat : Perumahan Istana Dieng

 Praktikum Waterpass Sipat datar Memanjang


 Waktu : Sabtu/ 07.30 WIB - Selesai
 Tanggal : 04 Agustus 2018
 Tempat : Perumahan Istana Dieng
BAB II

SIPAT DATAR

2.1 Pengertian Sipat Datar


Yang dimaksud dengan sipat datar (water passing) adalah suatu cara untuk
menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih di atas permukaan bumi. Apabila
beda tinggi dua titik telah diketahui dan titik salah satu titik diketahui pula, maka tinggi
titik yang lain dapat dihitung. Dengan demikian sipat datar dapat digunakan untuk
mengukur tinggi titik-titik di atsa permukaan bumi.

Tinggi suatu titik diukur dari bidang datum sepanjang garis unting-unting (garis gaya
gravitasi bumi). Bidang datum yang dipakai biasanya bidang permukaan air laut rata-rata
yag sering disebut MSL (mean sea level). Bidang datum adalah suatu bidang lengkung,
akan tetapi untuk daerah pengukuran yang sempit dan untuk keperluan praktis bidang
datum dapat dianggap sebagai bidang datar.

2.2 Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut :
1. Waterpass (sipat datar).
Alat ini merupakan alat utama untuk mengukur beda tinggi.
2. Statif (kaki tiga).
Untuk menopang alat utama untuk mengukur beda tinggi.
3. Rambu ukur.
Alat yang dibuat dari kayu atau logam, panjangnya 3m atau 5m.
Diamati melalui teropong untuk memperoleh bacaan ba, bb dan bt.
4. Pita ukur untuk mengukur jarak langsung.
5. Jalong untuk menandai titik di lapangan
6. Payung sebagai pelindung alat ukur dari sinar matahari langsung dan hujan.
7. Palu (martil) untuk memasang patok.
8. Patok dan paku untuk menandai titik ukur.
9. Cat untuk menandai patok atau titik ukur agar mudah dicari.
2.3 Bagian-bagian Alat Sipat Datar

Pada alat ukur sipat datar yang tergolong kuno, bagian alat ukur tersebut cukup
banyak sehingga cara pengaturannya pun cukup komplek. Pada alat ukur sipat datar yang
lebih baru bagian-bagian tersebut lebih sederhana sehongga pemakaiannya pun lebih
mudah namun hasilnya lebih baik. Dalam kesempatan ini akan diperkenalkan alat untuk
sipat datar uang sudah tergolong baru, yaitu TOPCON AUTOLEVEL model AT-F3 yang
ada di Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Fakultas Unmer Malang.

GAMBAR 1

TOPCON AUTOLEVEL model AT-F3

Secara garis besar bagian-bagian alat ukur datar tersebut sebagai berikut :

1. Teropong.
Teropong mempunyai lensa obyektif di muka dan lensa okuler di belakang.
Perbesaran teropong 30 kali, sehingga memudahkan dalam mencari obyek yang
akan dibidik. Jarak minimum fokus sangat dekat, yaitu 0,5 m.
2. Nivo Kotak.
Nivo Kotak digunakan untuk mengatur alat sipat datar agar garis bidiknya mendatar.
Nivo kotak diatur dengan tiga sekrup penyetel. Sebuah cermin pada tutup nivo dapat
digunakan untuk pengaturan.
3. Sekrup penggerak halus horisontal.
Teropong dapat digerakkan horisontal secara halus. Untuk menepatkan pada sasaran
dipergunakan sekrup penggerak halus horisontal.
4. Alat Bidik.
Di atas teropong terdapat alat bidik untuk mengarahkan teropong pada sasaran
secara kasar.
5. Bidang pelat kaca (recticule glass).
Adalah suatu kaca datar dimana terdapat benang silang. Benang silang dapat diatur
dengan memutar-muta sekrup pengaturan dibelahan lensa okuler.
6. Pengaturan bayangan.
Di bagian samping kanan terdapat sekrup untuk mengatur bayangan agar tampak
jelas.
7. Sekrup penahan, untuk memasang alat sipat datar di atas statif (tripod).

Gambar.1 Waterpass
1. Cermin Pemantul Nivo / Reflektor
2. Visir Kasar
3. Sekrup Penahan Nivo Tabung
4. Nivo Tabung
5. Sekrup ABC
6. Plat Skala
7. Sekrup Penggerak Halus Horizontal
8. Lensa Objektif
9. Fokus
10. Piringan Skala Horizontal
11. Jendela Skala
12. Retikel
13. Lensa Okuler

2.4 Cara Mengoperasikan Alat Sipat Datar.

1. Memasang statif (setting up the tripod).


a. Panjangkan kaki statif sampai sepanjang yang dikehendaki.
b. Kencangkan semua sekrup.
c. Dirikan statif di titik yang dikehendaki, tancapkan statif kuat-kuat agar tidak
tergeser lagi serta aturlah agar kepala statif kira-kira mendatar.
2. Memasang alat (attaching the instrument).
Keluarkan alat dari kotaknya dengan hati-hati kemudian pasang pada kepala statif,
kencangkan sekrup statif pada alat sipaat datar.
3. Menghorisontalkan alat (levelling the instrument).
a. Stel ketiga sekrup penyetel agar nivo kotak berada di tengah.
b. Pertama-tama gunakan dua sekrup penyetel saja dan pindahkan gelembung udara
terletak tegak lurus dengan garis pusat dari kedua sekrup penyetel.
c. Kemudian gerakkan sekrup penyetel yang ketiga agar gelembung udara bergerak
ke pusat nivo kotak tersebut.
d. Kalau belum berhasil, ulangi penyetelan dari permulaan.
4. Menyetel lensa okuler (eyepices adjusment).
a. Arahkan teropong ke tempat yang terang tanpa sasaran misalnya langit atau
tembok yang putih, kemudian setel lensa okuler berlawanan arah jarum sampai
penuh (stop).
b. Kemudian putar penyetel lensa okuler perlahan-lahan searah jarum jam sambil
membidik melalui lensa okuler sampai benang silang terlihat paling jelas. Dengan
demikian lensa okuler sesuai dengan keadaan pengamat.
5. Mencari obyek sesuai sasaran (target sighting).
a. Arahkan teropong ke obyek sasaran dengan melalui pembidik kasar.
b. Tepatkan ke sasaran dengan menggerakkan penggerak halus horisontal.
Kedudukan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu.
6. Mencari titik tajam (focusing).
a. Putar sekrup pengatur bayangan sambil melihat melalui teropong dan berhenti
apabila obyek sudah terlihat paling jelas.
b. Apabila obyek sudah terlihat jelas sekali, tepatkan obyek pada benang silang
dengan sekrup penggerak halus horisontal.
c. Kontrol ketajamannya sekali lagi.
7. Mengecek kesalahan paralak (checking paralax).
Gerakkan mata ke atas dan ke bawah sambil mengecek apakah ada perpindahan dari
benang silang horisontal dan obyek. Kalau ada berarti ada kesalahan paralak. Hal ini
berarti ada kesalahan focusing dan atau penyetelan okuler, sehingga penyetelan harus
diulang kembali

2.5 Sipat Datar Memanjang.

Tujuan sipat datar memanjang adalah untuk mengetahui ketinggian dari titik-titik
yang dilalui, yaitu semua titik yang ditempati oleh rambu. Hasil akhir daari pekerjaan ini
adalah data ketinggian dari pilar-pilar sepanjang jalur pengukuran.
Biasanya data ketinggian ini diperlukan sebagai kerangka vertukal bagi suatu daerah
pemetaan. Di samping itu data ketinggian sipat datar memanjang dipakai untuk
menggambar profil memanjang.
Pengukuran sipat datar memanjang biasanya dilakukan dua kali, yaitu pengukuran
pergi dan pengukuran pulang. Pengukuran pergi-pulang yang diselesaikan dalam satu
hari dinamakan satu seksi. Panjang satu seksi diukur dengan mendirikan alat beberapa
kali. Pengukuran dengan satu kali mendirikan alat (jarak ke belakang dan jarak ke muka)
dinamakan satu slag.
2.1.1. Langkah Pengukuran.

Misalkan titik-titik yang akan diukur adalah titik 1, 2, 3, 4 dan 5. Lihat gambar di
bawah ini :

GAMBAR 2

SIPAT DATAR MEMANJANG

a. Pasang patok (paku) di titk 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan jarak antar titik 40 m.


b. Pasang alat ukur di tengah-tengah antara titik 1 dan 2, alat ukur disetel dengan
baik sehingga siap dioperasikan.
c. Dirikan rambu ukur di titik 1 sebagai rambu belakang. Arahkan teropong ke
rambu belakang dan di baca ketiga benang dengan urutan ba, bt dan bb. Catat
hasil bacaan pada formulir menggunakan pensil.
d. Rambu ukkur dipindah ke titik 2 sebagai rambu muka. Teropong di bidikkan ke
rambu ukur muka, baca dan catat bacaan ba, bt dan bb.
e. Check hasilnya sehingga yakin bahwa hasil ukkuran pada slag pertama sudah
betul. Konsultasikan pada pembimbing sebelum alat ukur dipipndah ke slag
berikutnya.
f. Selanjutnya pindahkan alat ukur di tengah-tengah antara titik 2 dan 3 (sag ke-2).
Lakukan pengukuran dengan urutan seperti pada slag pertama. Demikian
seterusnya sampai dengan slag terakhir.
g. Jika sudah sampai pada slag terakhir, kemudian dilakukan pengukuran pulang.
Pada pengukuran pulang, rambu muka pada pengukuran pergi sebagai rambu
belakang dan rambu belakang pada pengukkuran pergi sebagai rambu muka.
2.6 Perhitungan.

Langkah hitungan sipat datar memanjang sebagai berikut :

1. Hitung kontrol bacaan rambu.


a. Hitung ba + bb
b. Hitung 2bt
Apabila ba + bb dan 2 bt selisihnya tidak melebihi 1 mm, maka bacaanya benar.
Apabila selisihnya lebih besar dari 1 mm berarti bacaannya salah, sehingga harus
diulangi.
2. Hitung jarak tiap slag.
dbelk = 100 (babelk – bbbelk)
dmuka = 100 (bamuka – bbmuka)
d = dbelk + dmuka

dbelk = jarak alat ke rambu belakang.

dmuka = jarak alat ke rambu muka.

d = jarak tiap slag

3. Hitung beda tinggi tiap slag baik pengukuran pergi maupun pulang.
∆h = btbelk - btmuka

btbelk = bacaan benang tengah rambu belakang.

btmuka = bacaan benang tengah rambu muka.

4. Hitung beda tinggi rata-rata tiap slag.


∆hpergi + ∆hpulang
∆h𝑟 =
2
Tanda +/- nya mengikuti tanda ∆hpergi
5. Hitung tinggi tiap titik.
h2 = h1 + hr1
h3 = h2 + hr2
h4 = h3 + hr3
2.7 Sipat Datar Melintang.

Yang dimaksud dengan sipat datar melintang adalah pengukuran sipat datar tegak
lurus dengan as (sumbu) ketika kita mengukur sipat datar memanjang. Maksud pengukuran
sipat datar melintang yaitu bersama-sama dengan pengukuran sipar datar memanjang untuk
menghitung volume dari suatu rencana bangunan, misalnya rencana jalan, selokan dan
volume lain-lainnya.

Tinggi titik-titik detail pada sipat datar melintang tidak diukur berdasarkan rambu
belakang dan rambu muka, tetapi berdasarkan pertolongan tinggi garis bidik.

Ada dua car pengukuran sipat datar melintang, yaitu :

1. Dengan cara langsung.


2. Dengan cara tidak langsung.

2.6.1. Cara Langsung.

Yang dimaksud pengukuran dengan cara langsung adalah pengukuran sipat datar
melintang dengan memasang alat ukur di atas titik ukur pada garis profil melintang.

Langkah pengukurannya :

1. Didirikan alat di atas titik ukur, atur hingga siap dioperasikan. Ukur tinggi alat dari
atas patok, misal ti.
2. Teropong diarahkan tegak lurus terhadap sumbu memanjang. Pasang rambu ukur di
titik-titik detail yang kan diukur tinggi-tinggi untuk menggambar profil. Pada setiap
titik detail dibaca bacaan tengah saja, yaitu bti.
3. Ukur jarak semua titik detail dari as (tempat alat).
GAMBAR 3

SIPAT DATAR MELINTANG DENGAN CARA LANGSUNG

Langkah hitungan :

1. Hitung tinggi garis bidik.


Tgb = h + ti
Tgb = tinggi garisbidik.
h = tinggi titik di tempat alat.
ti = tinggi alat.
2. Hitung tinggi titik detail.
hi = Tgb - bti
hi = tinggi titik detail ke-i.
bti = bacaan benang tengah titik ke-i.
2.6.2. Cara Tidak Langsung

Yang dimaksud pengukuran dengan cara tidak langsung adalah pengukuran sipat
datar melintang dengan memasang alat disembarang tempat, di luar garis profil. Cara
ini lebih mudah karena dengan satu kali mendirikan alat dapat diukur beberapa
proffil.
Langkah pengukurannya :
1. Dirikan alat disembarang tempat, dapat juga pada garis profil memanjang.
Alat diatur hingga siap diopersikan. Tinggi alat tidak perlu diukur.
2. Rambu dipasang di atas titik ukur (titik acuan). Baca bacaan benang tengah (bt).
3. Rambu dipasang pada titik-titik detail dan dibaca bacaan benang tengah untuk
semua titil detail (bti).
4. Ukur jarak semua titik detail dari as dengan pita ukur
a
b

d Alat
As

e
f

g GAMBAR 4
SIPAT DATARMELINTANG DENGAN CARA TIDAK LANGSUNG
Langkah hitungan :
1. Hitung tinggi garis bidik.
Tgb = h + bt
h = tinggi titik acuan.
bt = benang tengah di titik acuan.
2. Hitung tinggi semua titik detail.
hi = Tgb - bti

2.8 Penggambararn

Dari hasil perhitungan profil memanjang dan melintang dapat digambarkan


sebagai berikut:
BAB III

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pengukuran tanah merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari suatu proyek.
Oleh sebab itu, setiap mahasiwa Teknik Sipil harus menguasai dasar-dasar pengukuran tanah.
Pengukuran dalam Teknik Sipil memiliki peran penting dalam suatu pekerjaan. Pengukuran
tersebut menggunakan alat waterpass.

Dengan adanya Praktikum Ilmu Ukur Tanah (IUT), mahasiswa dapat memahami dan
mampu menggunakan berbagai macam type alat ukur waterpass, serta mampu menangani
berbagai macam proyek pengukuran jalan, jaringan irigasi, pengukuran bangunan, dan
pekerjaan pengukuran lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan Teknik Sipil. Mahasiswa juga
dapat membuat peta situasi dan peta topografi suatu daerah yang mengacu pada cara
pengukuran tanah dan pengambilan data lapangan.

4.2. Saran

Setiap praktikum yang telah dilaksanakan tidak lepas dari bimbingan dan pengawasan
dosen pembimbing praktikum agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan baik,
sehingga praktikan dapat mengingat dan mengaplikasikan Ilmu Ukur Tanah (IUT) dengan baik
setelah praktikum selesai.

Anda mungkin juga menyukai