PENGARUH PH MUKUS SERVIKS SAPI ACEH TERHADAP DAYA PENETRASI SPERMA
PENGARUH PH MUKUS SERVIKS SAPI ACEH TERHADAP DAYA PENETRASI SPERMA
ROMY AMANSYAH
NPM. 1402101010128
PENDAHULUAN
estrus teramati dan tercatat dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
khususnya pada saat mendekati puncak birahi (Silaban, 2012). Mukus serviks
mengandung sekitar 1-3% protein dalam dua bentuk dasar yaitu protein yang larut
dan musin. Komponen utama dari protein yang larut terdiri dari albumin dan
berpengaruh terhadap viskositas mukus serviks dan berperan penting dalam dalam Commented [i-[4]: delete
Manfaat utama dari mukus serviks adalah untuk lubrikasi saluran genitalia
(Odeblad, 1994). Selama usia reproduksi terjadi perubahan mukus serviks pada Commented [i-[5]: bubuhkan tanda koma
migrasi dan membuahi sel ovum. Sekresi mukus serviks yang abnormal dapat
estrogen menstimulasi produksi mukus serviks yang cair dalam jumlah yang
Kandungan fisik dan kimia tertentu dari mukus serviks menunjukkan variasi pada
fase siklus dan perbedaan tersebut dipakai untuk mengamati secara tak langsung
kadar hormon steroid darah dan dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya
ovulasi. Selain itu, perubahan siklik dalam kandungan mukus serviks juga
1995).
di dalam saluran reproduksi betina dan sifat fisik mukus serviks berhubungan
langsung dengan status kesuburan hewan (Rangnekar dkk., 2002). Sifat mukus
serviks memiliki pengaruh yang besar pada aktivasi spermatozoa dalam saluran
reproduksi betina. Mukus serviks menunjukkan perubahan sifat fisik dan kimia
di bawah kendali hormon gonad dan fertilitas berhubungan dengan sifat fisik
mukus serviks tersebut seperti warna, konsistensi, pola pakis, pH dan spinnbarkeit
saat pembuahan. Hafez dan Hafez (2000) menyatakan bahwa keasaman atau
spermatozoa immotil jika pH menurun dari 6,5 menjadi 6,0. Noakes dkk., (2003) Commented [i-[6]: tanda koma delete
menyatakan bahwa kondisi pH asam atau basa disebabkan oleh kondisi biofisik
dan biokimia dari mukus serviks yang dikendalikan oleh perubahan hormon
sperma ?
TINJUAN PUSTAKA
Serviks adalah bagian dari saluran reproduksi betina yang terdiri dari
sphincer otot polos yang kuat dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi Commented [i-[12]: Cek kata ini, sudah benar atau belum? lalu
miringkan
atau pada saat kelahiran. Pada saat birahi serviks agak relaks sehingga Commented [i-[13]: Bubuhkan tanda koma
ke vulva. Peningkatan jumlah mukus juga dipengaruhi oleh sel-sel goblet pada Commented [i-[14]: Goblet
ke dalam uterus (Frandson, 1986). Mukus serviks ini dapat digunakan untuk
mendeteksi birahi, khususnya pada saat mendekati puncak birahi (Silaban, 2012).
Mukus serviks adalah mukus yang disekresikan oleh serviks selama birahi
dan serviks merupakan salah satu bagian dari uterus (Abidin dkk., 2012). Hormon
estrogen yang bekerja pada organ kelamin betina akan menyebabkan peningkatan
sekresi mukus serviks sehingga dijumpai adanya mukus yang menempel pada
bagian vulva. Hormon estrogen tersebut diproduksi oleh folikel yang tumbuh pada
saat ternak sedang birahi. Estrogen merupakan hormon yang berperan penting
Mukus serviks di samping sebagai media bagi spermatozoa untuk Commented [i-[15]: disamping
dkk., 1997; Hafez dan Hafez, 2000). Sifat mukus serviks dipengaruhi oleh
(Rangnekar dkk., 2002). Sifat mukus serviks memiliki pengaruh yang besar pada
menunjukkan perubahan siklik dalam sifat fisik dan kimia di bawah kendali
hormon gonad dan kesuburan berhubungan dengan melihat sifat fisik mukus
serviks tersebut seperti warna, konsistensi, pola pakis, pH dan spinnbarkeit mukus Commented [i-[16]: bubuhkan tanda koma
Sinkronisasi estrus merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan
dengan memperpanjang atau memperpendek masa hidup corpus luteum (CL) atau Commented [i-[18]: miringkan
fase luteal (Hafez dkk., 2000). Metode yang umum digunakan dalam sinkronisasi
estrus yaitu dengan melisiskan corpus luteum menggunakan prostaglandin. Commented [i-[19]: cukup ditulis CL
prostaglandin akan cepat diimetabolisme karena secara fisiologi protaglandin juga Commented [i-[20]: prostaglandin
penyuntikan dalam selang waktu 11 hari, hal ini bertujuan untuk mendapatkan
corpus luteum yang telah berfungsi, sehingga prostaglandin akan dapat meregresi Commented [i-[21]: CL
corpus luteum dan memicu timbulnya birahi (Wurlina 2005). Commented [i-[22]: CL
Pengaruh pH Mukus Serviks Terhadap Motilitas Sperma
penyimpanannya menuju ke tempat terjadinya konsepsi (Overstreet dkk.., 1980). Commented [i-[23]: ketempat
membuahi sel telur. Clare dkk. (1986), mengatakan bahwa penetrasi spermatozoa Commented [i-[24]: delete tanda koma
Commented [i-[25]: menyatakan
ke dalam cairan serviks tergantung dari motilitasnya.
terjadinya kegagalan pembuahan. pH asam atau basa sering disebabkan oleh Commented [i-[26]: Keadaan pH
kondisi biofisik dan biokimia dari mukus serviks dikendalikan oleh perubahan
hormon selama siklus estrus. Mekanisme ini yang menyebabkan masing – masing Commented [i-[27]: -
tahap siklus estrus menghasilkan nilai pH yang berbeda (Noakes dkk., 2003).
Menurut Suharto (2003) Kondisi lingkungan pengukuran pH juga akan Commented [i-[28]: Bubuhkan tanda koma
Commented [i-[29]: kondisi
mempengaruhi pH. Pengukuran lender serviks yang dilakukan di luar (invitro) Commented [i-[30]: memengaruhi
Commented [i-[31]: in vitro
akan mempunyai kelembaban tinggi, sehingga pH mukus cenderung lebih basa.
Menurut Muflichatun (2003) mukus yang letaknya lebih dalam Commented [i-[32]: bubuhkan tanda koma
mempunyai pH yang lebih rendah. Sifat tersebut merupakan salah satu factor yang Commented [i-[33]: faktor
membantu spermatozoa agar dapat hidup lebih lama dalam mukus. Toelihere
(1977) selama masa birahi (atau perkembangan folikel yang maksimal) serviks Commented [i-[34]: menyatakan bahwa
mensekresi mukus dalam jumlah terbesar dan tercair mukus serviks memiliki pH
6,6 sampai 7,5 (pada sapi rata-rata 6,9), dan pH ini kira-kira tetap stabil sepanjang
siklus. Sperma tetap hidup dalam serviks (sampai 72 jam pada betian), jauh lebih Commented [i-[35]: betina
baik dibanding didalam vagina, yang hanya dalam beberapa jam saja sudah tidak Commented [i-[36]: di dalam
dapat bergerak.
BAB III
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini direncanakan akan Commented [i-[38]: delete
Alat yang digunakan meliputi mikroskop, spuit 5 ml, kapas, kateter steril,
spuit disposible syringe 20 ml, tabung penyimpanan mukus servik, object glass,
pipet tetes, kertas label, pH indikator (Nesco) dan alat tulis. Bahan penelitian yang
digunakan adalah prostaglandin F2α (PGF2α, LutalyseTM, Pfizer, Belgia), straw Commented [i-[40]: miringkan
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan delapan ekor sapi aceh betina dewasa, Commented [i-[41]: lihat panduan, jarak spasinya
umur 3-7 tahun, bobot badan 150-250 kg, sudah pernah beranak, dan telah
mengalami minimal dua kali siklus reguler. Seluruh sapi yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan sapi aceh milik UPT. Hewan Coba Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sapi yang akan diteliti merupakan
sapi aceh yang memiliki kriteria sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian
koleksi mukus serviks, sedangkan hewan yang tidak menunjukkan gejala berahi
pada saat penyuntikan pertama, maka akan dilakukan penyuntikan kedua dengan
selang waktu sebelas hari. Deteksi berahi dilakukan sebanyak tiga kali per hari
yaitu pada pagi (08.00 WIB), siang (12.00 WIB), dan sore (16.00 WIB) hari
selama 30 menit (Siregar dkk., 2017). Sapi dianggap berahi dengan tanda-tanda
berahi primer dan sekunder seperti menaiki sapi lain, gelisah, vulva merah, dan
bengkak, keluarnya mukus serviks, dan penurunan nafsu makan (Ramli dkk.,
2016).
Koleksi mukus serviks dilakukan saat keluarnya mukus serviks yakni sekitar 8- Commented [i-[43]: sesuaikan dengan yang lain (Tab)
16 jam setelah gejala-gejala berahi awal muncul (vulva bengkak, gelisah, dan
menurunnya nafsu makan). Organ genetalia eksterna hewan betina dibersih Commented [i-[44]: dibersihkan
dengan menggunakan kapas yang telah diberi alkohol 70%. Sampel mukus
dan diiringi dengan palpasi rektal untuk mengarahkan kateter masuk ke serviks
uterus (Siregar dkk., 2017). Sampel mukus serviks dikumpulkan dan langsung
Pemeriksaan Daya Penetrasi Sperma Commented [i-[45]: lihat panduan, jarak spasinya
Mukus serviks diletakkan di atas object glass yang telah diberi tanda
berupa kotak dengan ukuran 2 mm x 2 mm. Satu tetets sperma yang telah Commented [i-[46]: tetes
mengalami thawing diteteskan di salah ujung mukus serviks. Daya penetrasi Commented [i-[47]: disalah satu
diukur dengan menghitung jarak perjalanan sperma dari awal tempat sperma
diteteskan sampai mencapai jarak terjauh. Daya penetrasi sperma diamati dengan
mikroskop selama 30 menit. Metode ini sesuai dengan petunjuk Setiadi dan
Analisis Data
Anilisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Commented [i-[48]: lihat panduan, jarak spasinya
Commented [i-[49]: Analisis
deskriptif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
mikroskop. Hasil pH mukus serviks dan daya penetrasi sperma disajikan pada
Tabel 1 data hasil pemeriksaan daya penetrasi sperma Commented [i-[51]: Bubuhkan tanda titik
NO. Nilai pH Jarak Tempuh Commented [i-[52]: Data
Eartag < 7 7 – 7,5 7,5 – 8 >8
0156 √(8) 34 mm
0782 √(9) 12 mm
0784 √(8) 2 mm
0785 √(8) 4 mm
0786 √(7) 48 mm
1026 √(7) 2 mm
1029 √(6) 10 mm
1049 √(8) 2 mm Commented [i-[53]: Perbaiki tabelnya, bukan seperti ini
dan juga pengaruh perbedaan level estrogen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suharto (2003), Kondisi lingkungan saat melakukan pengukuran akan Commented [i-[54]: kondisi
mempengaruhi nilai pH. Pengukuran lender serviks yang dilakukan di luar Commented [i-[55]: memengaruhi
(invitro) akan mempunyai kelembaban tinggi, sehingga pH mukus cenderung Commented [i-[56]: in vitro
ex situ sehingga lima dari delapan ekor sapi mememiliki pH bersifat basa. Selain
dipengaruhi oleh level estradiol pada saat berahi. Prasdini dkk. (2015)
estrus. Menurut Suharto (2003) Perbedaan pH mukus serviks disebabkan oleh Commented [i-[57]: bubuhkan tanda koma
Commented [i-[58]: perbedaan
level estradiol saat berahi.
Hafez dan Hafez (2000), menyatakan bahwa keasaman atau alkalinitas Commented [i-[59]: delete tanda koma
menyebabkan terjadinya kegagalan pembuahan. pH asam atau basa sering Commented [i-[60]: Keadaan
disebabkan oleh kondisi biofisik dan biokimia dari mukus serviks yang
dikendalikan oleh perubahan hormon selama siklus estrus. Clare dkk. (1986), Commented [i-[61]: Delete tanda koma
mengatakan bahwa motilitas spermatozoa berpengaruh terhadap daya penetrasi Commented [i-[62]: Menyatakan bahwa
sperma ke dalam mukus serviks. Moeloek ( 1990 ), menambahkan bahwa secara Commented [i-[63]: Delete tanda koma
in vitro penetrasi sperma ke dalam mukus serviks dikatakan cukup bila mencapai
3 cm atau lebih.
Pada penelitian ini, pH mukus serviks yang paling sering muncul adalah
pH 8. Dari semua sampel yang diperiksa hanya ada dua sampel yang memiliki
daya penetrasi yang baik yaitu pada sampel 0156 yang memiliki pH 8 dengan
daya penetrasi sperma sejauh 34mm (3,4cm) dan sampel 0786 yang memiliki pH
7 dengan daya penetrasi sperma sejauh 48mm (4,8cm). Hasil tersebut sesuai
dengan pernyataan Zaman dkk., (2013) bahwa selama estrus nilai normal pH Commented [i-[64]: Bubuhkan tanda koma
mukus serviks sapi berkisar antara 7,0 sampai 8,5 dengan rata-rata 7,95. Branigan
dan Larry (2008) menambahkan nilai pH 7,0 - 8,5 merupakan rentang yang
Pada mukus serviks dengan nilai pH 6, terdapat satu sampel dengan daya
dengan pernyataan Rizvi dkk. (2009) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan
jumlah spermatozoa immotil jika pH menurun dari 6,5 menjadi 6,0. Pernyataan ini
sesuai dengan Agarwal dkk., (2008) yang menyaatakan bahwa nilai pH di <6 Commented [i-[65]: delete tanda koma
Colin (1986), pada pH di bawah 6,0 spermatozoa akan tidak berdaya dan
Pada mukus serviks dengan nilai pH 9, terdapat satu sampel dengan daya
penetrasi sperma hanya sejauh 12mm. Hasil tersebut juga menunjukkan adanya
penurunan daya penetrasi sperma. Hal ini sesuai dengan pernyatan Zavos dan
Melvin (1980) yang menyatakan bahwa pH >8,5 akan mempengaruhi viabilitas Commented [i-[66]: memengaruhi
dan motalitas sperma. Peningkatan pH akan menyebabkan penurunan angka Commented [i-[67]: motilitas
konsepsi pada sapi FH (Furqon, 2017), sedangkan empat sampel yang lain
memiliki daya penetrasi yang jelek yaitu sampel 0784, 1026 dan 1049 dimana
daya penetrasi spema hanya 2mm serta sampel 0785 dimana daya penetrasi
sperma sejauh 4mm. Hal ini dapat terjadi karena daya penetrasi sperma tidak
hanya dipengaruhi oleh pH mukus serviks saja tetepi dipengaruhi juga oleh Commented [i-[68]: tetapi
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pH mukus serviks dapat mempengaruhi daya penetrasi sperma. Daya penetrasi Commented [i-[69]: memengaruhi
sperma tidak hanya dipengaruhi oleh pH mukus serviks , teteapi juga dipengaruhi Commented [i-[70]: tetapi
oleh sifat mukus serviks lainnya seperti viskositas (konsistensi), warna, pola pakis Commented [i-[71]: pakis?
5.2. Saran
Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengamati pengaruh sifat-sifat
mukus serviks lainnya terhadap daya penetrasi sperma agar data yang diperoleh
lebih akurat.
Daftar Pustaka
Abidin, Z., Y.S. Ondho, dan B. Sutiyono. 2012. Penampilan birahi sapi jawa
berdasarkan Poel 1, Poel 2, dan Poel 3. Anim. Agricult. J. 1(2): 86-
90.
Agarwal, A., F.M. Bragais, and E. Sabanegh. (2008). Assesing sperm
function. Urol. Clin. North. Am. 35(2):157-171.
Branigan, R.E, and I.L. Larry. 2008. Sperm transport and capacitation.
London. Global Library of Women’s Medicine. United of
Kingdom.
Clare, R., R.J. Aitken, dan E.W. Pamela. 1986. Factors influnensing the Commented [i-[72]: and
succes of sperm cerviccal mucus in patients exhibising
Unexplained Infertility. Journal. Andrology. 7: 1018–25.
Cox, J.F., C. Martinez, S. Lagos, F. Saravia, dan R. Sasmay. 1997. Sperm Commented [i-[73]: and
migration in cervical mucus in goats. II Relationship with
colonization of the oviduct and fertilization efficiency.
Theriogenology. 47(1): 254.
Frandson, R.D. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. (Diterjemahkan oleh
B. Srigandono dan K. Praseno). Cetakan Ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Furqon, A. 2017. Hubungan body condition score (BCS), pH dan Commented [i-[74]: miringkan
kekentalan sekresi estrus terhadap non return rate (NR) dan Commented [i-[75]: miringkan
conception rate (CR) pada inseminasi buatan (IB) sapi peranakan Commented [i-[76]: miringkan
Fries Holland. Program Studi Peternakan Universitas Islam. Commented [i-[77]: skripsi, tesis atau apa?
Malang.
Hafez, B. dan E.S.E. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th Ed.
Lippincott William and Wilkins. Philadelphia.
Hafez, E.S.E., M.R. Jainudeen, Y. Rosnina. 2000. Hormones, growth Commented [i-[78]: and
factors, and reproduction. Di dalam: Hafez B dan Hafez ESE,
editor. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. USA: Lippincott
Williams and Wilkins. 33-54.
Ismail, M. 2009. Onset dan intensitas estrus kambing pada umur yang
berbeda. J.Agroland. 16(2): 180-186.
Kementan, RI. 2011. Tentang Penetapan Rumpun Sapi Aceh. Nomor
2907/kpts/ot.140/6/2011. Jakarta.
Modi, L.C., B.N. Suthar, H.C. Nakhashi, V.K. Sharma dan H.H. Commented [i-[79]: and
Panchasara. 2011. Physical Characteristic of Estrual Cervical
Mucus and Conception rate in Repeat Breeder Kankrej Cattle.
IJAVMS. 5(4): 416-423.
Moghissi, K.S. 1995. Cervical factor in infertility. In: Wallach EE , Zacur
HA, editors. Reproductive medicine and surgery. 1st ed. St Louis
Missouri: Mosby. 376-396.
Muflichatun, S. 2003. Kadar Garam Na Lender Cerviks serta Kadar Garam
Na dan Kadar Lendir Mulut Pada Berbagai Struktur Daun Pakis
(Tes Ferning). Progam Pasca Sarjana UNDIP. Semarang. Commented [i-[80]: Program
Commented [i-[81]: Tesis, atau apa?
Noakes, D., T.J. Parkinson, dan G.C.W. England. 2009. Arthur’s-veterinary Commented [i-[82]: and
Reproduction and Obstretrics (9 ed.). England. Saunders Elsevier:
22-23.
Odeblad, E. 1994. Discovery of different types of cervical mucus and the
billings ovulation method. Bulletin of ovulation method research
and reference centre of Australia. 21:3-35.
Overstreet, J.W., C. Coats, D.F. Katz, dan F.W. Hanson, 1980. The Commented [i-[83]: and
Importance of Seminal Plasma for Sperm Penetration of Human
Cervical Mucus. Journal Fertility and Sterility. 34: 271-84.
Peek, J.C, and Matthews Colin. 1986. The pH of cervical mucus, quality of Commented [i-[84]: M. Colin
semen, and outcome of the postcoital test. Clin. Reprod. Fertil.
4(3):217-225.
Prasdini, W.A., S. Rahayu, and M.S. Djati. 2015. Level of estrogen and
cervical mucus pH as indicator of estrus after calving towards the
provision of selenium vitamin ETM on dairy cow Frisien holstein
(FH). Int J. ChemTech. Res. 1(7):190-195.
Rangnekar, M.N., R.L. Dhoble, M.G. Gacche, M.V. Ingawale, A.G. Sawale,
dan J.M. Jadhav. 2002. Physical properties of oestrual mucus in Commented [i-[85]: and
repeat breeding crossbred (Holstein-Friesian) Cows with reference
to fertility. Indian. J of Anim. Scis. 72(12): 1122-1124.
Rizvi, A.A., M.I. Quraishi, V. Sarkar, C. Dubois, S. Biro, dan Mulhall, J. Commented [i-[86]: and J. Mulhall.
2009. The effect of pH and viscosity on bovine spermatozoa
motility under controlled conditions. Int Urol Nephrol. 41(3):523-
530.
Salisbury, G.W, dan N.L. Vandenmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan Pada Sapi. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press.
Setiadi, M.A. dan D. Julizar. 2001. Prediksi Kesuburan Spermatozoa
Domba Melalui Uji Penembusan Lendir Estrus. Seminar Nasional
Teknologi dan Veteriner: 169-172.
Silaban, N.L., E. T. Setiatin, Sutopo. 2012. Tipologi ferning sapi jawa Commented [i-[87]: dan
Brebes betina berdasarkan periode berahi. Anim. Agricult. J. 1(1):
777-788.
Siregar, T.N., I. Agustina., D. Masyitah., Al-Azhar., Dasrul., C.N. Thasmi.,
R. Sulaiman, and R. Daud. 2017. Physical Properties of Cervical
Mucus of Repeat Breeder Aceh Cattle. Jurnal Veteriner. 3(18):378-
382.
Siregar, T.N., T. Armansyah, A. Sayuti, dan Syafruddin. 2010. Tampilan
reproduksi kambing betina lokal yang induksi berahinya dilakukan
dengan sistem sinkronisasi singkat. J. Veteriner. 11 (1): 30-35.
Speroff, L., R.H. Glass, N.G. Kase. 1994. Sperm and egg transport, Commented [i-[88]: and
fertilization, and implantation. In: Mitchell C, Reter R, Stewart J,
Magee RD, editors. Clinical gynecologic endocrinology and
fertility. 6th ed. Baltimore:William & Wilkins; 247-274.
Suharto, K. 2003. Penampilan potensi reproduksi sapi perah Friesian
Holstain akibat pemberian kualitas ransum berbeda dan infusi
larutan iodium povidon 1% intra uterin. Fakultas peternakan
Universitas Diponegoro. Semarang.
Toelihere, M. 1977. Fisiologi reproduksi pada ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung.
Wurlina. 2005. Pengaruh berbagai dosis prostaglandin F2 α terhadap
kualitas birahi pada kambing lokal. Media Kedokteran Hewan. 21
(2): 84-87.
Zaman, M.I., U. Sharma., S. Kumar, and S. Kumar. 2013. Studies on
physical properties of cervical mucus of repeat breeding crossbred
cows. IJAR. 2(34):6-12.
Zavos, P.M, and Melvin R.C. 1980. The pH of cervical mucus and the
postcoital test. Fertil. Steril. 34(03):234-238.