Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

“PEMERIKSAAN FERN”

Dosen : Siti Fatimah, S.SiT,M.KM

Disusun Oleh :
Ria Septiana Anggraeni
(2103020004)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BREBES

Jl. Raya Jatibarang KM 8 Janegara Jatibarang 52261

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-Nya dan

karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari

makalah ini “pemeriksaan fern”

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebarnya kepada

dosen mata kuliah Asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepi yang telah

memberikan tugas terhadap saya.

Saya jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang

sesungguhnya. Oleh karena itu,keterbatasan waktu dan kemampuan saya ,maka kritik dan

saran yang membangun senantiasa saya harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi

saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Brebes , 3 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................4
B. Tujuan..........................................................................................................5
C. Rumusan masalah.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pemeriksaan fern........................................................................6
B. Fungsi pemeriksaan fern..............................................................................7
C. Prosedur pemeriksaan fern.........................................................................12
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pada saat kehamilan sel - sel mukosa endoserviks akan membentuk sebuah mukus
yang menghambat kanal serviks setelah proses konsepsi terjadi, dimana mukus tersebut
bertindak sebagai batas untuk dapat melindungi isi dari uterus terhadap infeksi, jika mukus
tersebut terlepas sebelum persalinan, maka akan menyebabkan pengeluaran darah. Lendir
yang dihasilkan oleh serviks dapat menerima atau menangkap sperma hasil ejakulasi di
vagina, dimana mukus tersebut bersifat selektif sehingga plasma seminalis dan sperma
bentuk abnormal, tidak akan di tangkap oleh mukus serviks.
Lendir serviks merupakan suatu campuran antara musin dan plasma serviks yang
diproduksi terus menerus sepanjang kehidupan wanita, namun terdapat perubahan
kuantitas dan komposisi selama berbagai fase kehidupan wanita. Lendir serviks adalah
hidrogel yang dihasilkan oleh kelenjar serviks. Manfaat utama dari lendir serviks adalah
untuk lubrikasi saluran genitalia bagian bawah, lendir serviks ini berperan dalam migrasi
dan pematangan sperma di traktus genitalia wanita, dapat memperpanjang umur sperma
dan interval kesuburan antara berhubungan dan ovulasi, serta berfungsi membentuk
penghalang untuk mencegah patogen masuk ke endometrium. Lendir serviks juga terkait
dengan patologi dari sistem imun serviks. lendir serviks sebagai barrier yang
permeabilitasnya bervariasi selama siklus haid.
Siklus menstruasi sangat erat kaitannya dengan lendir serviks. Selama masa
menstruasi, jumlah, warna, dan tekstur lendir serviks akan berubah. Oleh karena adanya
perubahan kadar hormon selama siklus haid, lendir serviks akan mengalami perubahan
biofisik dan biokimia. Oleh karena itu, lendir serviks menjadi suatu elemen yang indirek
tetapi penting untuk menghitung masa ovulasi perempuan, bukan hanya untuk dokter tetapi
juga bagi wanita yang menggunakan metode keluarga berencana alami
Selama beberapa dekade terakhir, perhatian telah di fokuskan terhadap berbgai
macam perubahan mukus selama siklus menstruasi dan kehamilan. Campos da Paz
pertama kali memperkenalkan pemeriksaan pola fern (pakis) pada mukus serviks untuk
dapat menentukan daya penerimaan terhadap peneterasi dari sperma. Pola pakis tersebut
disepakati merupakan akibat dari terdapatnya zat seperti mucus dan natrium klorida.
Fenomena fern tersebut dapat dijadikan sebagai tes untuk menilai aktifitas estrogen,
penentuan ovulasi dan kehamilan awal, mereka juga menunjukan bahwa adanya pola fern
pada lendir serviks dari wanita dengan kehamilan trimester pertama menjadi kepentingan
untuk menilai isufisiensi progresteron pada plasenta. Ditemukannya pembentukan pola
pakis (ferning) pada cairan yang dikeluarkan oleh serviks pada saat dikeringkan dapat pula
menentukan diagnosis dari ruptir membrane amnion, serta sebagai evaluasi infertilitas
dengan menilai karakteristik dari lendir serviks akibat pengaruh dari kadar estrogen yang
memicu ovulasi.
II. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pemeriksaan fern
2. Mengetahui fungsi pemeriksaan fern
3. Mengetahui cara-cara pemeriksaan fern

III. RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu pemeriksaan fern ?
2. Apa fungsi pemeriksaan fern ?
3. Bagaimana pemeriksaan fern ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN FERN

Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter
dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis
mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas permukaan
kaca objek. Wibowo (1991) menyebutkan bahwa pembentukan struktur daun pakis
pada lendir serviks salah satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus
menstruasi komponen tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi.
Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi.
Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin, protein dan
konsentrasi elektrolit . Kessereii (1993) menyebutkan bahwa pada dasarnya semua
elektrolit menghasilkan reaksi pembentukan ferning dalam larutan pada konsentrasi
yang tepat (optimum). Karena semua garam mempunyai kemampuan membentuk
ferning, maka jumlah garam yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang
lebih jelas. Lendir serviks mengandung garam kalium dalam jumlah yang sangat
sedikit atau merupakan trace elemen (Elstein et Al,,1973), sebaliknya sepanjang siklus
menstruasi garam natrium terdapat dalam jumlah paling banyak yaitu 0,7 % (Elstein et
Al,,1973). Sehingga dalam lendir serviks garam natrium lebih dominan dalam
pembentukan ferning.
Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi,
bentuk daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada waktu
yang mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan mengering menjadi sebuah
bentuk seperti daun pakis (tes fern). Sebelum dan sesudah ovulasi dan selama
kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas yang berbeda. Pada saat terjadi
ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih sebaliknya akan tampak
kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi dan pasca ovulasi
dari siklus haid.
Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan
menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola
pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas
estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.5

Gambar 1. Mukus serviks yang mengalamai kristalisasi berbentuk daun atau fern
(kepustakaan: Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24th edition. United States,
New York : McGraw-Hill Education; 2014. p. 48-49, 168 )

B. Fungsi pemeriksaan fern

a) Menilai aktivitas estrogen

Pemeriksaan fern merupakan sebuah metode sederhana untuk dapat menilai ada
atau tidaknya aktivitas dari estrogen. Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada
saat pemeriksaan fern akan menghambatkan pembentukan pola pakis yang
sempurna. Ditemukannya pola pakis yang sempurna selama pertengahan siklus
menstruasi menandakan aktivitas estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi
serviks.

Gambar 2. Fenomena kristalisasi bentuk pakis yang sempurna pada sekresi mukus serviks antara hari
ke 10 – 16 siklus menstruasi normal. (Kepustakaan: Roland Maxwell. The Fern Test, A critical
analysis. Am. J. Obst. & Gynecol. 11:01, 1958.
b) Menentukan ovulasi
Ovulasi dapat di tegakkan dengan cukup akurat pada wanita - wanita dengna
siklus menstruasi yang teratur. Tidak ditemukannya pola pakis pada mukus
serviks selama masa pra menstruasi menandakan aktivitas dari korpus luteum
yang menghasilkan progesteron. Satu apusan mukus serviks harus di ambil pada
saat pertengahan siklus menstruasi dan satu kali lagi pada saat sebelum menstruasi
untuk dapat dengan akurat menegakkan ovulasi. Ferning atau pola pakis harus
ditemukan pada saat pemeriksaan intermenstruasi dan menghilang pada saat
sebelum menstruasi untuk dapat menegakkan terjadinya ovulasi pada siklus
tersebut. Tetapi karena karena banyaknya faktor yang terlibat dalam gambaran
dari pola pakis ini, maka pemeriksaan ini tidak dapat secara akurat menentukan
hari dimana ovulasi terjadi.

Gambar 3. Berbagai macam bentuk pola pakis yang ditemukan pada


berbagai daerah yang berbeda pada saat hari ke dua puluh siklus
menstruasi normal. (Kepustakaan: Roland Maxwell. The Fern Test, A
critical analysis. Am. J. Obst. & Gynecol.11:01,1958.
c) Menilai mukus serviks dan penetrasi sperma

Ditemukannya suatu pola pakis dengan bentuk yang sangat baik pada saat
pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen dan kanal serviks
yang sehat, dimana keadaan tersebut memiliki daya penerimaan terhadap
penetrasi sperma yang tinggi. Jika gambaran pola pakis yang sempurna tidak
ditemukan, dan hanya pola pakis yang tidak khas dengan unsur seluler yang
sangat jelas, dan subyek yang di periksa tidak mengalami endoservitis maka terapi
estrogen mungkin dapat di berikan pada subyek tersebut, tetapi memberikan terapi
estrogen hanya berdasarkan pada pemeriksaan apusan lendir serviks tidak
disarankan untuk di lakukan.5

d) Insufisiensi Progesteron pada Plasenta

Pemeriksaan fern dapat di gunakan untuk menilai insufisiensi progesterone


pada plasenta. Ditemukannya pola pakis (Ferning) pada masa awal kehamilan
mungkin menandakan perlunya terapi progesteron tambahan khususnya pada
pasien - pasien dengan abrotus habitualis. Ketika pemeriksaan fern di gunakan
untuk tujuan diagnostik, maka perhatian yang sangat teliti harus dilakukan untuk
membedakan bentuk ferning yang tidak khas dan bentuk ferning yang sempurna.
Beberapa peneliti juga telah mencoba untuk membuat sebuah derajat dari jenis
dan kuantitas ferning mulai derajat 1 - 4, tergantung dari jumlah yang ditemukan
pada saat pemeriksaan, dimana derajat I dan II merupakan gambaran ferning tidak
khas dan tidak bisa dijadikan sebagai alat diagnostik. Perbedaan tersebut bisa di
lihat dengan menggunakan mirkoskop kekuatan tinggi dan rendah. Dimana fokus
akan mengalami perubahan pada ferning yang tidak khas, dimana latarnya akan
tetap menjadi hitam dan batang serta cabangnya akan menjadi bercahaya. Pada
ferning yang sempurna, batang utama begitu juga dengan cabangnya akan
menjadi lebih gelap, sementara latarnya akan tetap jelas.5
Gambar 4. Dua bentuk lain dari pembentukan ferning tidak khas yang di lihat dengan
menggunakan mikroskop kekuatan tinggi. Perhatikan kontras antara latar yang gelap
dengan pola cahaya pada gambar. (kepustakaan: Roland Maxwell. The Fern Test, A
critical analysis. Am. J. Obst. & Gynecol. 11:01, 1958.)

Gambar 5. Ferning yang sempurna terlihat dengan menggunakan mikroskop


Kekuatan tinggi. Latar ferning bercahaya dan pola pembentukan memiliki warna yang gelap
(keterbalikan dari gamnar: 4). ((kepustakaan: Roland Maxwell. The Fern Test, A critical analysis.
Am. J. Obst. & Gynecol. 11:01, 1958.)

e) Menentukan kehamilan awal


Ditemukannya pola pakis yang sempurna dapat menyingkirkan diagnosis
dari kehamilan jika seorang wanita tidak mengalami haid pada periode tersebut.
Hasil tes fern yang positif menunjukkan terjadinya siklus anovulatorik pada
wanita tersebut. Penggunaan alfa estradiol dosis tinggi parenteral pada pasien
dengan iregularitas menstruasi dan siklus anovulatorik akan mempresipitasi
pembentukan fern pada wanita - wanita yang tidak sedang hamil.
f) Memeriksa kebocoran cairan amnion

Ruptur membran amnion spontan merupakan suatu kejadian yang normal


terjadi pada saat persalinan. Ruptur yang terjadi sebelum onset

persalinan di sebut dengan ketuban pecah dini, dimana akan terjadi banyak
komplikasi (2% - 20%) infeksi dan mortalitas setelah ruptur terjadi.12 Ketuban
pecah dini dapat di diagnosis dengan anamnesis yaitu terdapat riwayat
pengeluaran cairan dari vagina, dan di konfirmasi dengan pemeriksaan speculum.
Pemeriksaan baku emas yang tidak invasif untuk menentukan diagnosis ruptur,
adalah :
1) Akumulasi cairan jernih pada fornix posterior di vagina atau kebocoran

cairan yang berasal dari ostium serviks


2) pH yang bersifat basa dari cairan yang dikeluarkan yang dapat di periksa dengan
menggunakan kertas lakmus yang akan mengubah warna kertas
dari kuning menjadi biru (tes nitrazine)
3) ditemukannya pembentukan pola pakis (ferning) pada cairan yang

dikeluarkan oleh serviks pada saat dikeringkan.


Saat ini, pemeriksaan fern sebagian besar digunakan bersama – sama dengan
tes nitrazine untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini (KPD) Tingkat
sensitivitas dan spesifisitas yang di laporkan dari pemeriksaan fern adalah 51%
dan 70%, pada pasien yang tidak sedang hamil sedangkan sensitivitas dan
spesifisitasnya akan meningkat menjadi 98% dan 88% pada pasien yang sedang h
-amil
g) Sebagai evaluasi infertilitas

Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah
menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa
menggunakan kontrasepsi tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.
Penyebab infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai factor koitus laki- laki (40%),
cerviks (5%-10%), tuba uterina (30%) factor ovulasi (15-20%) dan peritoneal atau
factor pelvik (40%).

Pemeriksaan dasar infertilitas merupakan hal yang sangat penting dalam tatalaksana
infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik dan lengkap, maka terapi
dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga penderita infertilitas dapat terhindar
dari keterlambatan tatalaksana infertilitas yang dapat memperburuk prognosis dari
pasangan suami istri tersebut. Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah
gangguan fungsi ovulasi. Dengan pengaruh kadar estrogen yang memicu ovulasi, lendir
serviks akan menjadi tipis, berair, asin dan elastis, ketiga kakrakteristik ini dapat di
evaluasi dengan tes fern. Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin,
protein, dan kosentrasi elektrolit, semua elektrolit menghasilkan reaksi pembentukan
ferning maka jumlah elektrolit yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang
lebih jelas, sepanjang siklus menstruasi natrium terdapat dalam jumlah paling banyak
0.7% sehingga dalam lender serviks natrium lebih dominan dalam pembentukan
ferning.

C. Prosedur pemeriksaan Fern


a) Tujuan

Tes fern dapat digunakan menentuka aktifitas ekstrogen, menentukan ovulasi,


memastikan kehamilan awal, dan insufisiensi progresteron pada plasenta, meskipun
belum diteliti lebih lanjut untuk digunakan secara rutin. Tes fern juga, dapat mendeteksi
kebocoran cairan amnion pada membrane yang mengelilingi fetus selama kehamilan.
b) Alat dan Bahan

Alat : Mikroskop dengan pembesaran objektif 10x - 40x


Bahan : Kaca objek mikroskop, pipet transfer atau swab vagina, spekulum vagina.
c) Spesimen

Masukkan spekulum vagina ke dalam introitus vagina yang sebelumnya telah


dibersihkan dengan air. Jangan gunakan air pada saat pemeriksaan karena dapat
mengganggu hasil dari pemeriksaan.
d)Cara kerja
a. Ambil swab kemudian teteskan cairan atau sapukan swab tersebut ke atas

kaca objek yang telah di beri label nama pasien sebelumnya.


b. Letakkan kaca objek pada permukaan yang rata.

c. Biarkan spesimen mengering dalam suhu ruangan (kurang lebih 10 menit) atau
dikeringkandengan cara melewatkannya di atas lampu spritus beberapa kali agar
benar-benar kering tidak terpengaruh oleh kelembaban udara.
d. Periksa spesimen tersebut di bawah mikroskop kekuatan rendah tanpa
menggunakan deglass untuk menilai ferning yang tidak khas atau pola
dari ferning. Lalu periksa kembali pada pembesaran 40x untuk menilai pola
kristalisasi dari spesimen.
e) Hasil Pemeriksaan

Ferning mengacu pada derajat dan pola kristalisasi yang diamati ketika lendir serviks
kering dipermukaan kaca. Dalam hal ini jenis gambaran ferning dapat bervariasi dan
bergantung misalnya pada tebal siapan atau jumlah sel. Skor (nilai) yang dipakai pada
evaluasi lender serviks adalah:
0= Tidak ada kristalisasi
1= Terjadi kristalisasi dengan pembentukan daun pakis yang hanya mempunyai batang
primer saja (atipik)
2= Pembentukan daun pakis dengan mayoritas hanya batang primer dan sekunder.
3= Pembentukan daun pakis dengan batang primer, sekunder, tersier dan kuartener
A B

D
C

Gambar 6: Contoh pembentukan pakis lendir serviks pada kaca slide yang telah keringkan di udara.
A) ferning: 1, batang utama; 2, batang sekunder; 3, batang tersier; 4, batang kuaterner (skor 3); (B)
batang primer dan sekunder (skor 2) tetapi beberapa terdapat juga batang tersier (C) atipikal pakis
kristalisasi (skor 1); (D) tidak ada kristalisasi (skor 0). (kepustakaan: WHO. WHO laboratory
manual for the examination and processing of human semen. World Health organization; 2010: P.
245-250 )
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter
dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun pakis
mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lender dikeringkan di atas permukaan
kaca objek. Wibowo (1991) menyebutkan bahwa pembentukan struktur daun pakis pada
lendir serviks salah satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus
menstruasi komponen tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi.
Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi. dimana
pemeriksaan tersebut dilakukan dapat menentukan proses ovulasi pada siklus mestruasi,
menilai mucus serviks dan penetrasi sperma, menilai insufisiensi progresteron pada
plasenta, menentukan kehamilan awal, memeriksa kebocoran cairan amnion dan
sebagainya.

B. SARAN
Terimakasih telah membaca makalah saya saran saya bacalah dengan teliti makalah ini
sehingga dapat di mengerti tentang pemeriksaan tes fern.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24th edition. United States, New York :
McGraw-Hill Education; 2014. p. 48-49, 168
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. 8th
edition. United Kingdom: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p. 1168 - 1169
3. Menarguez M, Pastor LM, Odebald E. Morphological Characterization Of
Different Human Cervical Mucus Types Using Light And Scanning Electron
Microscopy. Human Reproduction; 2003; 18(9): p. 1782-1789

4. Sofoewan M. Endometrium dan desidua. In: Ilmu Kebidanan. Saifuddin AB,


Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. 4th ed. Bina Pustaka. Jakarta.; 2010. p. 136
5. Roland Maxwell. The Fern Test, A critical analysis. Am. J. Obst. & Gynecol. 11
(01). 1958. p: 30-34
6. Caughey, A.B., Robinson, J.N., Norwitz, E.R. Contemporary Diagnosis and
Management of Preterm Premature Rupture of Membranes. Rev Obstet Gynecol.
2008;1(1):11-22
7. U.S Congress Office of Technology Assessment. Infertility: Medical and Social
Choices. Washington D.C: U.S. Government Printing Office; 1998. p.104.
8. Nakano F, Barros R. Inssight into the role of cervical mucus and vaginal pH in
unexplained infertility. Medical express journa; 2015: p. 2-3
9. Odeblad E. Discovery of different types of cervical mucus and the billings
ovulation method. Bulletin of ovulation method research and reference centre of
Australia; 1994; 21(3): p. 2-5.
10. Daunter B, councilman C. Cervical mucus: its structure and posibbel biological
functions. European Journal of Obstetric & Gynecology and Reproductive
Biology ; 1979: p. 141-142.
11. WHO. WHO laboratory manual for the examination and processing of human
semen. World Health organization; 2010: P. 245-250
12. Mardiati SM. Perbandingan Kadar Garam Natrium dan Kalium pada Tes Ferning
Lendir Mulut. Jurnal Sains dan Matematika 2007; 15(1); ISSN 0854- 0675: p.5-7.
13. Pernoll, L. M. Benson & Pernoll’s. Handbook of Obstetric and Gynecology. 10th
edition. United States, Kansas : McGraw-Hill Education; 2001. p. 51, 242, 243,
773.

Anda mungkin juga menyukai