Disusun oleh:
Safikoh (1102017206)
Pembimbing:
dr. Fredrico Patria, Sp.OG (K)
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................2
BAB I Pendahuluan...............................................................................................4
BAB IV Kesimpulan............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membrane adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Jika terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu,
maka disebut ketuban pecah dini preterm. Ketuban pecah dini pada kehamilan cukup bulan
dapat terjadi akibat melemahnya selaput ketuban secara fisiologis ditambah tekanan dari
kontraksi rahim. Sementara itu, KPD preterm sering dikaitkan dengan infeksi
intraamniotik.1,2
Ketuban pecah dini pada kehamilan cukup bulan terjadi pada 8% kehamilan,
sedangkan KPD preterm terjadi pada 1% dari seluruh kehamilan. 2 Risiko langsung dari
ketuban pecah dini adalah prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, dan abrupsio plasenta.
Risiko lanjut dari ketuban pecah dini adalah infeksi neonatal, infeksi maternal, sectio
caesarea, dan perawatan di ruang intensif.1-4
Pasien yang mengalami ketuban pecah dini akan mengeluhkan keluarnya air ketuban
melalui vagina, baik keluar secara perlahan ataupun deras. Untuk membedakan dengan
urin, keluarnya air ketuban tidak dapat ditahan sehingga akan terus mengalir.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini perlu mempertimbangkan usia kehamilan dan
faktor lain seperti infeksi, abrupsio plasenta, tanda persalinan, dan kondisi fetus. Umumnya
pasien dengan ketuban pecah dini perlu dirawat inap dan menjalani asesmen periodik untuk
memantau tanda-tanda infeksi, gawat janin, dan persalinan.1,2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jumlah cairan masuk dan cairan keluar sekitar 200- 500 mL/ hari pindah dari
rongga amnion melintasi selaput amnion saat usia kehamilan diserap oleh darah fetus
pada bagian permukaan fetus dari plasenta. Daya dorong bagi kedua perpindahan
cairan intramembranosa dan transmembranosa terjadi karena cairan amnion normal
5
mempunyai osmolalitas lebih rendah dari darah janin atau ibu setelah terbentuk kulit
janin. Studi eksperimental menggambarkan bahwa penyerapan intramembranosa
bervariasi pada rentang osmolalitas yang besar dari gradien osmotik amnion dan darah
janin. Tetapi, pada pada gradien osmotik normal, hanya 35% dari perpindahan
intramembranosa tergantung dengan gradien osmosis, sehingga mekanisme non pasif
lain berpengaruh pada penyerapan intramembranosa. Ini sesuai dengan observasi
bahwa albumin yang ditandai secara cepat berpindah dari cairan amnion ke darah janin
pada sapi hamil, dan tidak ada perpindahan baik dari darah janin ke cairan amnion. 1,3
2.2. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membrane adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Jika terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu,
maka disebut ketuban pecah dini preterm. Ketuban pecah dini pada kehamilan cukup
bulan dapat terjadi akibat melemahnya selaput ketuban secara fisiologis ditambah
tekanan dari kontraksi rahim. Sementara itu, KPD preterm sering dikaitkan dengan
infeksi intraamniotik.1,2
2.3. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa insiden ketuban pecah dini (KPD)
atau premature rupture of membrane memiliki kisaran 5-10%.4
Global
Insiden ketuban pecah dini berkisar 5-10%. KPD preterm terjadi pada 3% dari
seluruh kehamilan. Kurang-lebih 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan
cukup bulan. Meski demikian, di pusat kesehatan rujukan, lebih dari 50% kasus
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan preterm. Ketuban pecah dini telah
dilaporkan sebagai penyebab dari sepertiga kasus kelahiran preterm.4
Indonesia
Belum ada data pasti angka kejadian ketuban pecah dini secara nasional.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2015 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian neonatus 32 per 1.000 kelahiran hidup. Ketuban pecah dini merupakan salah
satu penyebab mortalitas pada ibu dan janin tersebut.5
Mortalitas
Ketuban pecah dini merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas
perinatal. KPD merupakan etiologi dari 18-20% mortalitas prenatal dan 21,4%
6
morbiditas prenatal. Etiologi kematian bayi yang berkaitan dengan KPD adalah sepsis,
asfiksia, dan hiperplasia pulmonal. Bayi yang lahir dengan sepsis memiliki tingkat
mortalitas 4 kali lebih besar dibanding yang lahir tanpa sepsis.2,6
2.4. Etiologi
Etiologi ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membrane masih belum
diketahui secara pasti, tetapi diduga melibatkan proses melemahnya selaput ketuban
secara fisiologis ditambah tekanan dari kontraksi rahim, KPD preterm sering dikaitkan
dengan infeksi intraamniotik, terutama pada usia kehamilan lebih muda.1
Faktor Risiko
Faktor risiko ketuban pecah dini dapat dibagi menjadi faktor risiko ibu dan bayi.1-4
Faktor Risiko Maternal
Faktor risiko maternal mencakup:
Infeksi dan inflamasi: peningkatan leukosit pada cairan vagina, leukosit pada urin,
riwayat infeksi saluran kemih, dan bakterial vaginosis
Kondisi obstetrik: riwayat ketuban pecah dini sebelumnya, persalinan preterm,
perdarahan pervaginam antepartum
Kondisi medis: konsumsi steroid kronik, gangguan kolagen
vaskular, penyalahgunaan kokain, anemia, indeks massa tubuh rendah
Faktor uteroplasenta: anomali uterus, insufisiensi serviks, riwayat konisasi serviks
sebelumnya, pemendekan serviks di trimester kedua, overdistensi uterus
akibat polihidramnion, korioamnionitis
Lainnya: trauma abdominal direk, merokok, status sosioekonomi rendah, status
pernikahan 1-4
Faktor Risiko Janin
Faktor risiko janin yang meningkatkan kemungkinan ketuban pecah dini adalah
kehamilan multipel.1-4
2.5. Patofisiologi
Patofisiologi ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membrane masih
belum diketahui pasti dan diduga merupakan gabungan berbagai faktor yang
mempercepat pelemahan selaput ketuban, misalnya adanya infeksi urogenital.2-4
Perubahan Struktur Kantong Ketuban
Normalnya, kantung ketuban terdiri dari 2 bagian yaitu amnion atau bagian yang
berkontak dengan cairan ketuban dan korion yang menempel pada desidua ibu. Pada
7
awal usia gestasi, kedua bagian ini terpisah, namun akan terhubung satu sama lain
dengan jaringan penyambung yang kaya akan kolagen pada usia kehamilan 14 minggu.
Seiring dengan peningkatan usia gestasi, terjadi peningkatan prostaglandin dan
metalloproteinase (MMP) yang memicu pematangan serviks dan memecah kolagen.
Selain itu, adanya pelepasan sitokin dan protease, perubahan matriks interseluler, serta
apoptosis seluler juga menyebabkan penipisan lapisan desidua dan gangguan pada
sambungan antara amnion dan korion. Akibatnya, terjadi kelemahan struktur kantong
ketuban terutama yang berlokasi di os internal serviks, lokasi tipikal terjadinya KPD.2-4
Beberapa faktor yang dapat mempercepat pelemahan selaput ketuban adalah
peningkatan sitokin lokal, ketidakseimbangan interaksi matriks metalloproteinase dan
inhibitornya, peningkatan aktivitas kolagenase dan protease, dan faktor lain yang
meningkatkan tekanan intrauterin.1-4
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan inspekulo adalah pemeriksaan fisik utama yang dilakukan untuk
mengevaluasi ketuban pecah dini (KPD). Pemeriksaan bimanual tidak dianjurkan
kecuali jika sudah direncanakan induksi persalinan, karena dapat meningkatkan
mortalitas dan morbiditas akibat risiko infeksi.
Pada pemeriksaan inspekulo dilakukan penilaian dilatasi dan pendataran serviks,
serta adanya cairan yang terkumpul di vagina atau keluar dari serviks pada saat pasien
batuk, uterus ditekan, atau saat gerakan fetus. Evaluasi pula tanda servisitis, prolaps
tali pusat, perdarahan pervaginam, atau prolaps fetus.1,2
Pemeriksaan Penunjang
Jika diagnosis ketuban pecah dini belum dapat ditegakkan karena anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan pH, dan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan Kebocoran Cairan Amnion
Pada KPD, pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan bahwa cairan
yang keluar adalah cairan amnion.
Pemeriksaan Mikroskopik:
Pada pemeriksaan mikroskopik, cairan ketuban akan menunjukkan ferning, yakni
pola menyerupai fern yang tampak ketika cairan ketuban sudah mengering di atas
preparat kaca.1,2
Pemeriksaan pH atau Uji Nitrazin:
Sekret vagina normal memiliki pH 4,5-6,0, sedangkan cairan ketuban memiliki pH
7,1-7,3, sehingga pemeriksaan pH dapat membantu menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini. Meski demikian, ada beberapa kondisi yang dapat
mengakibatkan hasil positif palsu, seperti darah, semen, antiseptik yang bersifat
basa, atau bakterial vaginosis. Ketuban pecah dini yang sudah berlangsung lama
dapat memberikan hasil negatif palsu.1,2
Pemeriksaan Fetal Fibronectin:
9
Fetal fibronectin merupakan glikoprotein matriks ekstraselular yang diproduksi
amniosit dan sitotrofoblas. Konsentrasi tertinggi fetal fibronectin didapatkan pada
cairan ketuban trimester kedua (100 mcg/mL), sedangkan pada trimester ketiga
didapatkan 30 mcg/mL fetal fibronectin dalam cairan ketuban.Pada kondisi
normal, fetal fibronectin terdapat di area antara korion dan desidua, dan sejumlah
kecil (<50 ng/mL) pada sekret serviks dan vagina setelah kehamilan 22 minggu.
Ditemukannya >50 ng/mL fetal fibronectin pada sekret serviks dan vagina
menunjukkan hasil positif dan dihubungkan dengan peningkatan risiko partus
prematurus.9
Pemeriksaan fetal fibronectin bersifat sensitif namun nonspesifik untuk ketuban
pecah dini. Hasil tes negatif menunjukkan selaput ketuban yang intak, namun hasil
positif tidak bersifat diagnostik untuk ketuban pecah dini.1,2
Alfa Fetoprotein (AFP) :
Pada cairan ketuban, zat AFP terkandung dalam jumlah yang cukup besar dan zat
ini tidak ditemukan di cairan vagina sehingga dapat digunakan sebagai pembeda
kedua cairan tersebut. Kandungan AFP >30 mcg/L menandakan cairan ketuban.1,2
Ultrasonografi (USG)
Pada kasus ketuban pecah dini, USG dilakukan untuk mengevaluasi indeks cairan
ketuban. Selain itu, jika diagnosis masih belum jelas setelah dilakukan
pemeriksaan penunjang lain, dapat dilakukan tes dengan memasukkan zat
warna indigo carmine ke dalam uterus dengan panduan USG, kemudian
dievaluasi apakah zat warna tersebut keluar melalui vagina.1,2
2.8. Tatalaksana
Untuk pasien aterm yang mengalami ketuban pecah dini (KPD) atau premature
rupture of membrane, penatalaksanaan yang direkomendasikan adalah induksi
persalinan segera karena dapat mengurangi risiko korioamnionitis. Di lain pihak, pada
pasien yang belum aterm, penatalaksanaan bergantung pada klinis masing-masing
pasien. Penatalaksanaan umum berdasarkan usia kehamilan tercantum di Tabel 1. 1,2
Tabel 1. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Sesuai Usia Kehamilan
11
Manajemen Persalinan
Selain dari usia kehamilan, keputusan untuk melahirkan bayi juga ditentukan
oleh status janin, banyaknya perdarahan pervaginam, dan kondisi umum ibu. Status
janin yang meragukan dan korioamnionitis merupakan indikasi persalinan.
Perlu dipertimbangkan abrupsio plasenta pada pasien ketuban pecah dini yang
disertai perdarahan pervaginam, dan persalinan mungkin menjadi salah satu pilihan
pada kondisi tersebut. Pada pasien hamil cukup bulan yang belum mengalami
persalinan spontan saat datang, perlu dilakukan induksi.
Umumnya, pasien dengan KPD preterm perlu dirawat inap di rumah sakit
dengan pemantauan berkala untuk menilai tanda-tanda infeksi, abruptio plasenta,
kompresi tali pusat, kondisi janin, dan tanda persalinan.
Terdapat kontroversi seputar penggunaan tokolitik pada pasien KPD preterm.
Tokolitik profilaksis dihubungkan dengan periode laten yang lebih panjang dan
berkurangnya risiko kelahiran dalam 48 jam. Namun, tokolitik juga dihubungkan
dengan peningkatan risiko korioamnionitis pada usia kehamilan di bawah 34
minggu.1,2,10
Pemberian Kortikosteroid
Kortikosteroid antenatal pada KPD preterm bermanfaat mengurangi mortalitas
neonatal, distres pernapasan, necrotizing enterocolitis, dan perdarahan intraventrikular.
Kortikosteroid direkomendasikan pada semua kehamilan usia 24 hingga 34 minggu
jika ada risiko terjadinya persalinan pada 7 hari berikutnya.1,2,10
Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat digunakan untuk mengantisipasi kelahiran sebelum usia
kehamilan 32 minggu untuk mengurangi risiko cerebral palsy. Pada KPD preterm usia
24 hingga 29 minggu 6 hari yang sudah memasuki persalinan atau persalinan
direncanakan dalam 24 jam, magnesium sulfat dapat diberikan.1,2,10
Antibiotik
Antibiotik pada kasus ketuban pecah dini terbukti memperpanjang masa
kehamilan, mengurangi infeksi maternal dan neonatal, serta mengurangi morbiditas
janin. Pada KPD preterm (<34 minggu), direkomendasikan terapi antibiotik selama 7
hari. Regimen yang direkomendasikan adalah 2 gram ampicillin intravena (IV) per 6
jam dan 250 mg erythromycin IV per 6 jam selama 48 jam. Kemudian, diikuti 250
12
mg amoxicillin oral per 8 jam dan 333 erythromycin oral per 8 jam selama 5 hari
berikutnya. Amoxicillin-klavulanat tidak direkomendasikan karena meningkatkan
risiko necrotizing enterocolitis.1,2,10,11
2.9. Komplikasi
Risiko komplikasi mortalitas dan morbiditas ibu dan janin umumnya semakin
meningkat seiring peningkatan usia kehamilan. Meski demikian, kesintasan juga
dipengaruhi oleh berat badan janin saat persalinan, usia gestasi, serta riwayat
obstetrik dan ginekologi ibu.1,2,16
Komplikasi Maternal
Komplikasi maternal mencakup risiko infeksi, termasuk sepsis, korioamnionitis,
dan endometritis. Ibu dengan ketuban pecah dini juga bisa mengalami abrupsio
plasenta dan retensio plasenta.1,2
Komplikasi Janin
40-50% pasien ketuban pecah dini dengan usia gestasi di bawah 24 minggu akan
mengalami persalinan dalam 1 minggu. Sementara itu, 70-80% mengalami
persalinan dalam 2-5 minggu. Ini berarti bayi akan lahir prematur. Selain itu,
14
hipoplasia pulmonar dilaporkan pada 10-20% kasus ketuban pecah dini dengan
usia gestasi < 24 minggu.
Oligohidramnion akibat ketuban pecah dini dapat menyebabkan deformasi Potter
berupa kuping letak rendah, resesi dagu, dan epicanthal fold yang menonjol
bilateral. Risiko komplikasi lain jika janin dilahirkan pada usia gestasi sangat
muda adalah kontraktur ekstremitas, malformasi skeletal, disabilitas intelektual,
gangguan pendengaran, dan cerebral palsy.
Bayi yang lahir prematur akibat ketuban pecah dini juga lebih berisiko
mengalami distres napas, perdarahan intraventrikular, dan necrotizing
enterocolitis.1,2
2.10. Prognosis
Prognosis ketuban pecah dini dipengaruhi oleh usia kehamilan dan kondisi klinis
ibu dan janin. Ketuban pecah dini dikaitkan dengan 30-40% persalinan prematur dan
merupakan penyebab utama persalinan preterm. Ketika terjadi jauh dari cukup bulan,
risiko morbiditas dan mortalitas yang signifikan perlu diwaspadai bagi janin maupun
ibu. Semakin lama durasi ketuban pecah dini, risiko infeksi juga akan meningkat.
Infeksi dapat menjadi infeksi berat, seperti sepsis, yang mengancam nyawa ibu dan
janin.
Seperti telah disebutkan, 40-50% kasus ketuban pecah dini dengan usia gestasi <
24 minggu dilaporkan mengalami persalinan dalam 1 minggu. Persalinan pada usia
gestasi ini memiliki kesintasan yang lebih rendah dibandingkan pada usia kehamilan
lebih tua saat janin sudah viable.1,2,12
15
PEBNTUP
Edukasi dan promosi kesehatan pada ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture
of membrane difokuskan terhadap penghindaran faktor risiko. Pasien yang sedang
mengalami kehamilan diedukasi untuk berhenti merokok dan mencegah terjadinya
infeksi saluran kemih yang meningkatkan risiko ketuban pecah dini.1,14,15
Edukasi Pasien
Jelaskan pada pasien bahwa ketuban pecah dini mengacu pada pecahnya kantong
ketuban yang terjadi sebelum permulaan persalinan dan sebelum usia kehamilan 37
minggu. Pasien dengan ketuban pecah dini perlu diedukasi mengenai kemungkinan
penyebab, rencana penatalaksanaan, serta manfaat dan risiko yang mungkin terjadi.
Diskusikan dengan pasien untung-rugi dari induksi persalinan ataupun expectant
management. Pada usia gestasi lebih muda, jelaskan apa komplikasi jangka pendek dan
jangka panjang bagi janin yang lahir jauh dari cukup bulan, misalnya disabilitas
intelektual, gangguan pendengaran, dan cerebral palsy.
Jika pasien dirawat jalan, jelaskan apa saja yang perlu pasien lakukan secara
mandiri di rumah. Ini mungkin mencakup pemantauan tanda infeksi, perdarahan, dan
gawat janin.1,14,15
1. Siegler Y, Weiner Z, Solt I. ACOG Practice Bulletin No. 217: Prelabor Rupture of
Membranes. Obstet Gynecol. 2020;136(5):1061. doi:10.1097/AOG.0000000000004142
https://sci-hub.hkvisa.net/10.1097/AOG.0000000000003700
2. Dayal S, Hong PL. Premature Rupture Of Membranes. [Updated 2022 Jul 18]. In:
StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al.
William Obstetrics. 24th ed. New York Chicago San Fransisco Lisbon London Madrid
Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul Singapore Sydney Toronto: Mc Graw
Hill; 2018. p. 396-404.
4. Jena BH, Biks GA, Gete YK, Gelaye KA. Incidence of preterm premature rupture of
membranes and its association with inter-pregnancy interval: a prospective cohort study.
Sci Rep. 2022;12(1):5714. Published 2022 Apr 5. doi:10.1038/s41598-022-09743-3
5. Assefa NE, Berhe H, Girma F, et al. Risk factors of premature rupture of membranes in
public hospitals at Mekele city, Tigray, a case control study [published correction
appears in BMC Pregnancy Childbirth. 2018 Oct 16;18(1):403] [published correction
appears in BMC Pregnancy Childbirth. 2020 Jan 13;20(1):28]. BMC Pregnancy
Childbirth. 2018;18(1):386. Published 2018 Sep 29. doi:10.1186/s12884-018-2016-6
6. Syarwani TI, Tendean HMM, Wantania JJE. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini
(KPD) di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado Tahun 2018. MSJ. 2020;1(2):24-2
7. Endale T, Fentahun N, Gemada D, Hussen MA. Maternal and fetal outcomes in term
premature rupture of membrane. World J Emerg Med. 2016;7(2):147-152.
doi:10.5847/wjem.j.1920-8642.2016.02.011
8. Wang X, Jin Y, Xu P, Feng S. Urinary incontinence in pregnant women and its impact
on health-related quality of life. Health Qual Life Outcomes. 2022;20(1):13. Published
2022 Jan 21. doi:10.1186/s12955-022-01920-2
9. Iqbal U, Wills C. Cervicitis. [Updated 2022 Sep 5]. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562193/
10. Berghella V, Saccone G. Fetal fibronectin testing for reducing the risk of preterm birth.
Cochrane Database Syst Rev. 2019;7(7):CD006843. Published 2019 Jul 29.
doi:10.1002/14651858.CD006843.pub3
11. Thomson AJ; Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Care of Women
Presenting with Suspected Preterm Prelabour Rupture of Membranes from 24+0 Weeks
17
of Gestation: Green-top Guideline No. 73. BJOG. 2019;126(9):e152-e166.
doi:10.1111/1471-0528.15803
12. National Institute for Health and Care Excellence (NICE). Preterm labour and birth.
2022.
13. Sorano S, Fukuoka M, Kawakami K, Momohara Y. Prognosis of preterm premature
rupture of membranes between 20 and 24 weeks of gestation: A retrospective cohort
study. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol X. 2019;5:100102. Published 2019 Nov 15.
doi:10.1016/j.eurox.2019.100102
14. El-Achi V, Aggarwal S, Hyett J. Interventions for the prevention of preterm premature
rupture of membranes: A systematic review and meta-analysis. Fetal Diagnosis and
Therapy. 2022;49(5-6):273-278. doi:10.1159/000525655
15. Ghomian N, Hafizi L, Takhti Z. The role of vitamin C in prevention of preterm
premature rupture of membranes. Iran Red Crescent Med J. 2013;15(2):113-116.
doi:10.5812/ircmj.5138
16. Ronzoni S, Boucoiran I, Yudin MH, Coolen J, Pylypjuk C, Melamed N, Holden AC,
Smith G, Barrett J. Guideline No. 430: Diagnosis and management of preterm prelabour
rupture of membranes. J Obstet Gynaecol Can. 2022 Nov;44(11):1193-1208.e1. doi:
10.1016/j.jogc.2022.08.014. Epub 2022 Oct 2. PMID: 36410937.
18