BAB III
ASPEK TEKNIS
III-1
III-2
60
=
0,783
= 76,6284 unit
Kolom 4 merupakan produksi mesin/ jam. Perhitungan produksi mesin/
jam didapatkan berdasarkan waktu kerja sebesar 60 menit dibagi dengan
proses kerja pada masing-masing kegiatan. Seperti contoh pada O-16 diperoleh
produksi mesin/ jam sebesar 76,6284 unit. Hal ini menunjukan dalam waktu 1
jam mesin ampelas dapat menghaluskan 76,6284 unit papan alas dan atas laci.
Kolom (5) %Scrap = 1,33%
= 435,7961 unit
Kolom 7 menunjukan jumlah bahan disiapkan. Bahan disiapkan
merupakan jumlah unit bahan yang digunakan untuk memproduksi rak
sepatu setelah dilakukan perhitungan dengan scrap yang dihasilkannya.
Bahan disiapkan didapatkan berdasarkan bahan diminta dibagi dengan 1
dibagi dikurangi dengan persentase scrap. Nomor operasi O-16, bahan
disiapkan diketahui sejumlah 435,7961 yang diperoleh dari perhitungan bahan
diminta yakni 430 unit dengan scrap yang dihasilkan proses menghaluskan
yaitu 1,33 %.
Bahan yang Disiapkan
Kolom (8) Efisiensi mesin =
Efisiensi (95%)
435,7961
=
0,95
= 458,7327
Kolom 8 menunjukan jumlah efisiensi mesin. Efisiensi mesin yang
didapatkan berdasarkan bahan diminta dibagi dengan 95% dimana 95%
menunjukan waktu yang dipakai mesin untuk bekerja dan sisanya sebesar 5%
menunjukan waktu yang dipakai untuk set-up dan maintenance mesin. Nomor
operasi O-16, efisiensi mesin yang dihasilkan adalah sebesar 458,7327 yang
artinya dalam 95% mesin ampelas hanya dapat menghaluskan sebanyak
458,7327 unit.
Efisiensi Mesin
Kolom (9) Jumlah Mesin Teoritis =
Produksi Mesin Jam Kerja
Reabilitas
Jam Hari
458,7327
=
76,6284 0,95 7
= 0,9002 unit
Kolom 9 menunjukan jumlah mesin teoritis. Jumlah mesin teoritis
adalah jumlah mesin yang dibutuhkan untuk memenuhi kapasitas produksi
yang direncanakan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus.
Jumlah kebutuhan mesin teoritis dihitung berdasarkan nilai efisiensi mesin,
produksi mesin per jam, hari kerja serta dengan mempertimbangkan
reliabilitas atau keandalan mesin yang sebesar 95%. Tingkat reliabilitas
merupakan tingkat keandalan mesin untuk berjalan dengan baik sesuai
dengan fungsinya untuk memenuhi efisiensi 95%, yaitu sebesar 95%.
Kebutuhan mesin pada mesin ampelas untuk proses penghalusan O-16 adalah
sebanyak 0,9002 unit.
Receiving
1,5394
O-24
Kape I-18 1,5394 2
5,5785
Mesin O-25
5,5785
I-19 6
Pengecatan
25
perusahaan terdiri atas 4 hal penting, yaitu perhitungan luas lantai gudang
bahan baku, luas lantai mesin dan peralatan, luas lantai gudang barang jadi,
dan luas lantai perkantoran dan fasilitas. Berikut merupakan penjabaran
perhitungan luas lantai.
11,9583
=
0,33372
= 35,8333 ≈ 36 tumpukan
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah tumpukan pada kolom 11 maka
dapat diketahui kapasitas volume/ tumpukan pada komponen papan alas dan
tengah yaitu sebesar 36. Artinya maksimal banyaknya tumpukan untuk
komponen papan alas dan tengah yaitu sebanyak 36 tumpukan.
Luas Lantai = Luas komp x jumlah tumpukan
= 0,2781 x 36
= 10,0116 m²
Berdasarkan hasil perhitungan luas lantai pada kolom 12 maka dapat
diketahui luas lantai komponen papan alas dan tengah yaitu sebesar 10,0116
m² Artinya luas lantai yang dibutuhkan untuk komponen papan alas dan
tengah sebesar 10,0116 m².
Kelonggaran = Luas lantai x 200%
= 10,0116 x 200%
= 20,0232 m²
Berdasarkan Tabel 3.3 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Rak
informasi yang dapat diperoleh adalah mengenai nomor komponen, unit
pemakaian, isi kemasan, ukuran kemasan, luas kemasan, unit/ hari, unit/
minggu, jumlah kemasan, luas lantai maksimal, kelonggaran, dan total luas
lantai. Berikut merupakan contoh perhitungan pada komponen dempul.
Kolom 1,2,3,4 = Informasi diperoleh dari data penujang
Berdasarkan informasi yang diperoleh, untuk kolom 1,2,3,4 diperoleh
dari data penunjang sebelumnya. Nomor komponen, nama komponen, unit
pemakaian/ kemasan, isi kemasan, dan ukuran kemasan diperoleh dari data
penunjang komponen tambahan.
Luas Kemasan =pxl
= 0,2 x 0,15
= 0,03 m³
Berdasarkan hasil perhitungan luas kemasan pada kolom 6, maka
dapat diketahui luas kemasan untuk komponen dempul yaitu sebesar 0,03 m2.
Perhitungan luas kemasan diperoleh dari hasil perkalian ukuran panjang dan
lebar tiap kemasan komponen tambahan.
Unit/ hari =Unit pemakaian x jumlah produksi/ hari
= 1 x 215
= 215 unit
Berdasarkan hasil perhitungan unit/ hari pada kolom 7 maka dapat
diketahui untuk komponen dempul sebesar 215 unit dalam satu hari. Hal ini
menunjukkan jumlah pemakaian dempul dalam waktu produksi satu hari
yaitu 215 unit.
Unit/ Minggu = Unit/ hari x hari kerja/ minggu
= 215 x 5
= 1075 unit
Berdasarkan hasil perhitungan unit /minggu pada kolom 8 maka dapat
diketahui komponen dempul sebesar 1075 unit dalam satu minggu. Hal ini
menunjukan jumlah pemakaian dempul dalam waktu produksi satu minggu
yang artinya bahwa dalam satu hari setiap unit produk trak sepatu
membutuhkan 215 unit dempul sehingga total kebutuhan dempul dalam satu
minggu adalah 1075 unit.
Unit/ minggu
Kemasan Tersedia =
Jumlah unit dalam kemasan
1075
=
12
= 89,5833 ≈ 90 unit
Berdasarkan hasil perhitungan kemasan tersedia pada kolom 9 maka
dapat diketahui kemasan tersedia untuk komponen dempul yaitu sebesar 90
unit. Kemasan tersedia menunjukan jumlah kemasan dempul yang harus
disediakan oleh perusahaan setiap minggunya adalah 90 kemasan paku.
Luas Lantai Maksimal = Luas kemasan x Kemasan Tersedia
= 0,03 x 90
= 2,7 m²
Berdasarkan perhitungan luas lantai pada kolom 10 maka dapat
diketahui luas lantai rak untuk menyimpan komponen dempul sebesar 2,7 m2.
Luas lantai yang diperlukan untuk komponen dempul adalah 2,7 m2. Artinya
untuk komponen dempul sebanyak 90 kemasan dalam satu minggu
dibutuhkan luas lantai sebesar 2,7 m2 .
Kelonggaran = Luas lantai maksimal x 200%
= 2,7 x 200%
= 5,4 m²
Berdasarkan perhitungan kelonggaran pada kolom 11 maka dapat
diketahui kelonggaran pada komponen paku sebesar 5,4 m2. Nilai kelonggaran
200% yang didapatkan dari perkalian antara luas lantai dan kelonggaran.
Nilai kelonggaran ini merupakan besarnya area yang disiapkan untuk proses
perpindahan bahan baku atau gang. Pemilihan nilai kelonggaran 200%
berdasarkan kelonggaran operator sebesar 100% ditambah dengan
kelonggaran alat angkut atau perpindahan bahan sebesar 100%. Kelonggaran
untuk menyimpan komponen dempul adalah 5,4 m2.
mesin, luas mesin, luas seluruh mesin, toleransi bahan, kelonggaran, dan total
luas lantai. Berikut merupakan contoh perhitungan untuk meja fabrikasi.
Kolom 1,2,3,4 = Informasi diperoleh dari data
penunjang.
Berdasarkan penjabaran diatas, diketahui bahwa informasi untuk
kolom 1,2,3,4 diperoleh dari data penunjang. Informasi mengenai nama mesin,
departemen, jumlah mesin, serta ukuran mesin diperoleh dari data tabel mesin
dari identifikasi awal.
Luas Mesin =pxl
=2x1
= 2 m²
Kolom 5 merupakan luas lantai mesin tanpa toleransi dan allowance.
Berdasarkan perhitungan luas mesin dan peralatan sebesar 2 m2. Artinya luas
mesin yang diperlukan untuk meja fabrikasi adalah 2 m2.
Luas Seluruh Mesin = Luas mesin x Jumlah Mesin
=2x3
= 6 m²
Kolom 6 merupakan luas seluruh mesin yang diperoleh dari perkalian
jumlah mesin dengan luas mesin. Jumlah mesin didapat dari Multi Product
Process Chart (MPPC) yaitu 3 unit mesin. Berdasarkan perhitungan luas
seluruh mesin dan peralatan sebesar 6 m2. Artinya luas mesin secara
keseluruhan yang diperlukan untuk meja fabrikasi adalah 6 m2.
Toleransi Bahan = Kelonggaran terbesar dari luas lantai
gudang bahan baku
= 20,0232
Kolom 7 merupakan luas toleransi bahan yang bertujuan sebagai
tempat penyimpanan bahan sementara, yaitu tempat bagi bahan yang masih
dalam proses. Apabila suatu komponen telah diproses dan menunggu
komponen lain diproses di mesin selanjutnya, maka komponen tersebut
disimpan di tempat hasil perhitungan toleransi bahan. Toleransi bahan
didapat dari kelonggaran terbesar komponen pada Tabel 3.3 dan 3.2 sehingga
didapat toleransi bahan sebesar 20,0232.
Kelonggaran = Luas seluruh mesin x Kelonggaran 200%
= 6 x 200 %
= 12 m²
Kolom 8 berisi kelonggaran yang digunakan. Kelonggaran yang
diberikan adalah sebesar 200%. Nilai kelonggaran 200% yang didapatkan dari
perkalian antara luas lantai dan kelonggaran. Nilai kelonggaran ini merupakan
besarnya area yang disiapkan untuk proses perpindahan bahan baku atau
gang. Pemilihan nilai kelonggaran 200% berdasarkan kelonggaran operator
sebesar 100% ditambah dengan kelonggaran alat angkut atau perpindahan
bahan sebesar 100%. Nilai kelonggaran adalah 12 m².
Total Luas Departemen = Luas seluruh mesin + Toleransi bahan
+ Kelonggaran
= 6 + 20,0232 + 12
= 38,0232 m²
Kolom 9 berisi total luas departemen yang dibutuhkan berdasarkan
luas gabungan dari luas lantai seluruh mesin, toleransi bahan, dan allowance.
Artinya total luas area yang diperlukan untuk menyimpan seluruh mesin pada
departemen fabrikasi produk rak sepatu yaitu 38,0232 m². Total luas area
untuk mesin dan peralatan adalah sebesar 294,1392 m²
183,7754156
=
0,36963
=497,1874999 ≈ 498 tumpukan
Kolom 11 menunjukan jumlah tumpukan yaitu jumlah tumpukan
yang diperlukan untuk menyimpan produk rak sepatu dalam seminggu.
Jumlah tumpukan yang diperlukan untuk menyimpan hasil produksi rak
sepatu per minggu yaitu sebanyak 498 tumpukan.
manajer PPIC dan staff, toilet kantor, ruang receptionist dan lobby, pantry,
ruang rapat, musala, toilet pabrik, instalasi listrik, instalasi air, pos satpam,
ruang makan, klinik, tempat pembuangan limbah, dan ruang locker. Total luas
bangunan tertutup 1369,43665 m2 yang diperoleh dari jumlah total ruangan
dengan allowance dari total ruangan tersebut. Bangunan terbuka terdiri atas
taman, parkir mobil dan parkir motor, Allowance 50% sebesar 576,718325 m2
yang diperoleh dari penjumlahan total luas lantai bahan baku, luas lantai
mesin dan peralatan, luas lantai barang jadi dan luas lantai perkantoran yang
dikalikan dengan 50%. Nilai allowance 50 % digunakan untuk
mempertimbangkan luas jalan yang berada di dalam maupun luar pabrik.
Sehingga total luas lantai bangunan terbuka sebesar 944,718325 m2 sehingga
luas total bangunan terbuka dan tertutup akan memiliki jumlah yang sama
dengan total rangkuman luas lantai yaitu sebesar 2314, 154975 m2.
Mesin
Receiving Meja Fabrikasi Mesin Potong Mesin Ampelas Meja Assembly Kape Shippping
Pengecatan
Komponen Tambahan
Komponen Tambahan
Komponen Tambahan
Berdasarkan Gambar 3.2 Pola Aliran Bahan dapat dilihat bahwa pola
aliran yang dialami bahan di PT ANREV berjalan secara lurus dimulai dari
receiving atau gudang bahan baku hingga shipping atau gudang bahan jadi.
Aliran pertama yang dialami bahan adalah dimulai dari receiving menuju meja
fabrikasi, kemudian menuju mesin potong, lalu menuju mesin ampelas,
selanjutnya menuju meja Assembly, kemudian menuju kape, selanjutnya
menuju mesin pengecatan hingga yang terakhir masuk ke shipping. Aliran
kedua yang dialami bahan adalah untuk komponen tambahan berupa paku
yaitu dari receiving langsung ke meja Assembly. Aliran ketiga yang dialami
bahan adalah untuk komponen tambahan berupa dempul yaitu dari receiving
menuju kape. Aliran keempat yang dialami bahan adalah untuk komponen
tambahan berupa cat yaitu dari receiving menuju mesin pengecatan.
Alat angkut yang digunakan di PT ANREV terdiri dari alat angkut
manusia, walking pallet, dan mini forklit yang dialokasikan berdasarkan
perhitungan supaya penggunaan dari alat angkut tersebut sesuai. Berikut
merupakan perhitungan biaya penanganan material untuk setiap meter pada
walking pallet.
Harga Alat Angkut
Depresiasi =
(Umur Ekonomis x Total Hari Kerja Setahun)
4000000
=
(5 x 245)
= Rp 3.265,30
Depresiasi ini menunjukkan biaya penyusutan alat angkut walking
pallet selama umur mesin yaitu 5 tahun. Biaya penyusutan atau biaya
depresiasi untuk alat angkut walking pallet adalah sebesar Rp 3.265,30.
Gaji Operator x 12
Biaya Operator =
Total Hari Kerja Setahun
3028861,59 x 12
Biaya Operator =
245
= Rp 148.352,40
Walking pallet tentunya dioprasikan oleh seorang operator. Biaya
operator yang mengoprasikan walking pallet tersebut dalam satu hari adalah
sebesar Rp 148.352,40
Biaya Perawatan Sebulan x 12
Biaya Perawatan =
Total Hari Kerja Setahun
= 25000 + 25000
= Rp 50.000,00
Biaya Perawatan Sebulan x 12
Biaya Perawatan =
Total Hari Kerja Setahun
50000 x 12
=
245
= Rp 2.448,97
Biaya perawatan walking pallet terdiri dari pelumas dan pembersih
komponen dongkrak. Biaya perawatan walking pallet dalam satu hari adalah
sebesar Rp 2.448,97.
Total Biaya = Depresiasi + Biaya Operator + Biaya Perawatan
= 3265,30 + 148352,40+ 2448,97
= Rp 154.066,67
Total biaya merupakan penjumlahan antara biaya depresiasi, biaya
operator, dan biaya perawatan. Total biaya untuk alat angkut walking pallet
adalah sebesar Rp 154.066,67.
½ L. meja assembly
+ 50,0232
= 29,1082 meter
Jarak yang dilalui walking pallet hanya terdiri jarak dari jarak receiving
menuju meja Assembly. Total jarak walking pallet adalah sebesar 29,1082
meter.
Total Biaya
BPM/m =
Jarak Tempuh Alat Angkut per hari
154066,67
BPM/m =
29,1082
= Rp 5.292,89/ meter
Total biaya penanganan material dari receiving ke meja meja assembly
adalah sebesar Rp 5.292,89/ meter. Artinya untuk memindahkan seluruh
komponen dari receiving ke meja assembly yang berjarak 29,1082 m dengan 1
kali pengangkutan menggunakan alat walking pallet dibutuhkan biaya sebesar
Rp 5.292,89/ meter.
PT ANREV juga menggunakan alat angkut mini forklit. Berikut
adalah perhitungan biaya penanganan material untuk setiap meter pada alat
angkut mini forklit.
Harga Alat Angkut
Depresiasi =
(Umur Ekonomis x Total Hari Kerja Setahun)
60000000
=
(5 x 245)
= Rp 48.979,59
= Rp 200.000,00
Biaya Perawatan Sebulan x 12
Biaya Perawatan =
Total Hari Kerja Setahun
200000 x 12
=
245
= Rp 9.795,91
Biaya perawatan mini forklit terdiri dari oli, filter oli, pengecekan
radiator, dan pengecekan mesin serta pengecekan kopling. Biaya perawatan
mini forklit dalam satu hari adalah sebesar Rp 9,795,91.
Jarak Tempuh Alat Angkut x 2
= x Biaya/ Liter
Biaya BBM Jarak/ Liter
58,0646 x 2
= x 9000
500
= Rp 2.090,32
Total jarak yang dilalui oleh mini forklit adalah sebesar 58,0646 m.
Jarak yang dilalui oleh mini forklit merupakan penjumlahan dari jarak
209218,22
BPM/m =
58,0646
= Rp 3.603,19/ meter
Total biaya penanganan material dari alat angkut mini forklit adalah
sebesar Rp 3.603,19/ meter. Artinya untuk memindahkan komponen dengan
jarak 58,0646 m dengan 1 kali pengangkutan menggunakan alat mini forklit
dibutuhkan biaya sebesar Rp 3.603,19/ meter.
PT ANREV juga menggunakan alat angkut manusia. Berikut adalah
perhitungan biaya penanganan material untuk setiap meter pada alat angkut
manusia.
Gaji Operator x 12
Biaya Operator =
Total Hari Kerja sebulan
3028861,59 x 12
=
245
= Rp 148.352,40
Biaya operator untuk alat angkut manusia di PT ANREV adalah
sebesar Rp 148.352,40 dalam satu hari. Hari kerja di PT ANREV adalah 245
hari dalam satu tahun.
Jarak total = 77,7375 meter
Total jarak yang dilalui oleh manusia adalah sebesar 77,7375 m. Jarak
Mini Forklift
Papan Samping Kanan Kayu 215 1300320 1,909 410,435
Receiving
Papan Samping Kiri Kayu 215 1300320 1,908 410,22 3 9,2497 3603,19 99985,27
Papan Atas dan Alas Laci Kayu 430 1229800 0,929 399,47
Papan Sekat Laci Kayu 215 132440 0,177 38,055
Papan Belakang Kayu 215 1348480 1,967 422,905
Total 7703020 8,678 2459,925
Papan Alas dan Tengah Kayu 430 2391660 1,788 768,84
Meja Fabrikasi
Mesin Potong
Mini Forklift
Papan Samping Kanan Kayu 215 1300320 1,909 410,435
Papan Samping Kiri Kayu 215 1300320 1,908 410,22
3 6,6195 3603,19 71553,94
Papan Atas dan Alas Laci Kayu 430 1229800 0,929 399,47
Papan Sekat Laci Kayu 215 132440 0,177 38,055
Papan Belakang Kayu 215 1348480 1,967 422,905
Total 7703020 8,678 2459,925
Papan Alas dan Tengah Kayu 430 2324201,6 1,7375 747,125
Mesin Ampelas
Mesin Potong
Mini Forklift
Meja Assembly
Mini Forklift
Kolom 8 merupakan berat total papan alas dan tengah. Berat total
papan alas dan tengah yang di produksi dalam satu hari sebanyak 430 unit
yaitu sebesar 768,84 kg.
Kolom 9 (Alat Angkut) = Mini forklit karena ∑ berat total lebih
dari 150 kg, yaitu 2459,925 kg
Kolom 9 merupakan alat angkut yang digunakan. Alat angkut yang
digunakan yaitu mini forklit karena berat total melebihi 150 kg.
7703020
Kolom 10 (Frekuensi/ hari) =
3375000
= 2,2823 yang dibulatkan menjadi 3
Kolom 10 merupakan frekuensi pengangkutan dalam satu hari.
Frekuensi pengangkutan dari receiving ke meja fabrikasi adalah sebanyak 3
kali pengangutan dalam 1 hari.
= ½ 152,1081 + ½ 38,0232
= 9,2497 meter
Kolom 11 merupakan jarak antar departemen. Jarak dari receiving ke
meja fabrikasi adalah sebesar 9,2497 meter.
Total Biaya
Kolom 12 (BPM/m) =
Jarak Tempuh Alat Angkut
209218,22
=
58,0646
= Rp 3.603,19/ meter
Kolom 12 merupakan biaya penanganan material untuk setiap meter
pada alat angkut. Biaya penanganan material untuk mini forklit dengan
mempertimbangkan total jarak dari mini forklit yaitu sebesar Rp 3.603,19/
meter.
Kolom 13 (Total BPM) = 3 x 3603,19 x 9,2497
= Rp 99.985,27
Kolom 13 merupakan total biaya. Total biaya penanganan material
dari receiving ke meja fabrikasi yaitu sebesar Rp 99.985,27.
Walking Pallet
Perakitan 3
Paku (10) Sisa (0) Besi 2150 43 1075 0.25 10.75 1 29.1082 5292.89 154066.5
Lem (0,2) Sisa (3) Cair 43 3 18000 0.012 0.036
Perakitan 4
Paku(7) Sisa(45) Besi 1505 31 775 0.25 7.75
Lem(0,2) Sisa(8) Cair 43 4 24000 0.012 0.048
Perakitan 5
Paku(5) Sisa(20) Besi 1075 21 525 0.25 5.25
Lem(0,2) Sisa(1) Cair 43 3 18000 0.012 0.036
Total 235 274525 1.322 55.898
Receiving Kape Dempul (1) Sisa (1) Cair 215 18 108000 0.0276 0.4968
Manusia 1 35.1952 1908.37 67165.46
Total 18 108000 0.0276 0.4968
Receiving Pengecatan Cat (1) Sisa (1) Cair 215 18 108000 0.0636 1.1448
Manusia 1 42.5423 1908.37 81186.44
Total 18 108000 0.0636 1.1448
dari 21 kg. Berikut adalah contoh perhitungan dari tabel BPM komponen
tambahan dari receiving ke kape untuk komponen tambahan berupa dempul.
Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen
Tambahan
Kolom 1 merupakan tempat asal sebelum masuk ke departemen
selanjutnya seperti contohnya receiving. Kolom 2 merupakan tempat tujuan
dari tempat sebelumnya yaitu kape. Kolom 3 merupakan nama komponen
tambahan berupa dempul. Kolom 4 merupakan jenis material dari dempul
yaitu cair.
Kolom 5 (Jumlah pcs) = Kuantitas komponen x jumlah produk
= 1 x 215
= 215 unit
Kolom 5 merupakan jumlah pcs. Jumlah pcs dempul yang dibutuhkan
dalam satu hari yaitu 215 unit.
Jumlah pcs - sisa sebelumnya
Kolom 6 (Kemasan per hari) =
Kuantitas dalam 1 kemasan
215 - 0
=
12
= 17,9166 dibulatkan menjadi 18 unit
Kolom 6 merupakan kemasan per hari. Kemasan per hari dari dempul
sebanyak 18 kemasan dimana 1 kemasan berisi 12 dempul.
Kolom 7 (Volume/ kemasan) = (p x l x t) x Kemasan/ hari
= 6000 x 18
= 108000 cm3
Kolom 7 merupakan volume/ kemasan. Volume dalam setiap kemasan
dempul adalah 108000 cm3.
Kolom 8 (Berat Kemasan) = Jumlah unit 1 kemasan x Berat 1
komponen tambahan
= 12 x 0,0023
= 0,0276 kg
148352,40
BPM/ m =
77,7375
= Rp 1.908,37/ meter
Kolom 13 merupakan biaya penanganan material untuk setiap meter.
Biaya penanganan material per meter pada alat angkut manusia dengan
mempertimbangkan total jarak dari manusia yaitu sebesar Rp 1.908,37/ meter.
Kolom 14 (Total BPM) = Frekuensi/hari x BPM/m x Jarak antar
Departemen
= 1 x 1908,37 x 35,1952
= Rp 67.165,46
Kolom 14 merupakan total biaya. Total biaya penanganan material
dari receiving ke kape yaitu sebesar Rp 67.165,46.
= 6,0870 meter
Kolom 11 merupakan jarak antar departemen. Jarak dari meja
assembly ke meja kape adalah sebesar 6,0870 meter.
Total Biaya
Kolom 12 (BPM/m) =
Jarak Tempuh Alat Angkut
209218,22
BPM/m =
58,0646
= Rp 3.603,19/ meter
FTC terbagi menjadi 2 yaitu FTC inflow dan FTC outflow. Berikut
merupakan Tabel 3.13 FTC Biaya Penanganan Material.
Tabel 3.13 FTC Biaya Penanganan Material
Dari/ ke R F1 F2 F3 A1 FN1 FN2 S Jumlah
R 99985,27 154066,5 67165,46 81186,44 402403,67
F1 71553,94 71553,94
F2 71553,94 71553,94
F3 71553,94 71553,94
A1 241258,79 241258,79
FN1 291199 291199
FN2 615231,72 615231,72
S
Jumlah 99985,27 71553,94 71553,94 225620,44 308424,25 372385,4 615231,72 1764755
Berdasarkan Tabel 3.14 FTC Inflow, tabel tersebut diisi sesuai dengan
koefisien ongkos yang masuk ke dalam mesin. Berikut merupakan contoh
perhitungan untuk koefisien biaya penanganan material dari meja assembly
menuju mesin potong.
Ongkos dari F1 ke F2
Contoh perhitungan =
Ongkos Masuk Mesin F2
71553,94
=
71553,94
=1
Berdasarkan Tabel 3.14 Seperti contoh dari F1 ke F2 mendapat
koefisien 1 yang memiliki arti bahwa ongkos mesin sama dengan ongkos
masuk mesin F2, hal ini menunjukan ongkos dari kedua mesin tersebut sama
dengan ongkos masuk A1. Koefisien 1 menunjukan biaya yang masuk ke
dalam departemen sama dengan biaya total departemen tersebut, sedangkan
koefien yang kurang dari 1 menunjukan biaya yang masuk lebih kecil dari
biaya total pemasukan departemen tersebut. Kotak biru antara F1 ke F1
menunjukan tidak adanya perpindahan dalam departemen F1 tersebut.
Koefisien terkecil dari FTC inflow adalah 0,2178 yaitu dari departemen
receiving ke FN1 (kape).
Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan from to chart outflow.
From to chart outflow merupakan koefisiensi atas biaya penanganan material
pada from to chart dilihat dari ongkos yang keluar dari suatu mesin. Berikut
adalah Tabel 3.15 FTC Outflow.
Tabel FTC outflow diisi sesuai dengan koefisien ongkos yang keluar dari
suatu mesin. Berikut merupakan contoh perhitungan untuk koefisien biaya
penanganan material dari meja assembly menuju mesin potong.
Ongkos dari F1 ke F2
Contoh perhitungan =
Total Ongkos Keluar F2
71553,94
=
71553,94
=1
Berdasarkan Tabel 3.15 yang merupakan koefisien dari ongkos mesin
yang keluar. Contoh dari F1 ke F2 mendapatkan 1 artinya ongkos dari F1
sama dengan ongkos keluar dari F2. Koefisien terkecil yang terdapat pada
FTC outflow adalah 0,1319 yaitu dari receiving ke FN2 (meja pengecatan).
Koefisien kurang dari 1 menunjukan biaya yang keluar lebih kecil dari biaya
total yang dikeluarkan dari departemen tersebut, koefisien 1 menujukan biaya
yang dikeluarkan sama dengan biaya total pengeluaran departemen tersebut,
sedangkan koefisien lebih dari 1 menunjukan biaya yang dikeluarkan lebih
besar dari biaya total pengeluaran departemen tersebut.
dimana saja tidak masalah. Pengisian derajat kedekatan pada tabel skala
prioritas berdasarkan angka-angka atau koefisien dari FTC inflow dan FTC
outflow dengan range nilai untuk masing-masing derajat kedekatan (Apple,
1990).
Berdasarkan perhitungan digunakan koefisien terkecil yaitu terdapat
pada FTC outflow sebesar 0,1319. Berikut merupakan Tabel 4.16 Tabel Skala
Prioritas.
FN2
R
FN1
A1
F1
F3
F2
FN2
R
FN1
S
F1 A1
F2 F3
FN2 R
S FN1 A1 F3 F2 F1