Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL

“GASTROSTOMY”

DISUSUN OLEH :

Alya Huwaida W P27226016157


Ardiansyah M.P P27226016159
Iftahul Uyuni P27226016175
Ina Aulia Hanifah P27226016176
Jintya Ayu Safitri P27226016177
Lusiana Dita W P27226016178
Mustofa Bayu N P27226016184
Ni P.A. Savitri M P27226016187
RR Sita Anjasari P27226016191
Wafa Amatullah P27226016201

D-IV FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019

1. Pengertian Gastrostomy
Gastrostomy adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuat
lubang ke dalam lambung untuk tujuan pemberian makanan dan cairan. Pada
beberapa kejadian, gastrostomy digunakan untuk nutrisi jangka panjang, seperti
pada lansia atau pasien yang lemah. Gastrostomy dilakukan untuk pemberian
makan nasogastrik pada pasien koma karena sfingter gatroesofagus tetap utuh.
Regurgitasi jarang terjadi pada gastrostomi disbanding pemberian makan
nasogastrik (smeltzer dan bare: 2001).
Gastrostomy adalah pembentukan lubang (apertura) secara operasi
kedalam lambung melalui dinding abdomen dan dimasukan kateter. (Anonim A,
2009). Berbagai macam pemberian makan gastrostomy dapat digunakan: Stamm
(temporer dan permanen), janeway (permanen), dan gastrostomy endoskopik
perkutan (temporer). Gastrostomy Stamm dan janeway memerlukan baik insisi
garis tengah abdomen atas maupun insisi transversum kuadran atas kiri.
Gastrostomy prosedur Stamm memerlukan jahitan purse-string konsentik untuk
mengamankan selang pada dinding lambung anterior. Jalan keluar luka tikam
dibuat di abdomen atas kiri untuk membuat gastrostomy. Prosedur janeway
memerlukan pembuaatan terowongan (yang disebut selang lambung) menembus
abdomen untuk membentuk stoma permanen.
PEG merupakan singkatan dari perkutan (melalui kulit) Endoskopi
(menggunakan alat endoskopik) gastrostomy (berarti lambung). PEG diberikan
saat pasien menunjukkan tanda-tanda obstruksi gastrointestinal dengan muntah
terus-menerus dan ketidakmampuan untuk mendapatkan makanan secara oral.
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Gauderer pada tahun 1980. Variasi
teknik ini bermacam-macam termasuk teknik pull (Ponsky), push (Sachs-Vine),
introducer (Russell), and Versa (T-fastener). Gastrostomy endoskopik perkutan
(PEG) memerlukan pelayanan dari dua dokter. Alat PEG dapat diangkat dan
ditempatkan kembali bila saluran bersedia dengan baik (10 samapi 14 hari setelah
pemasangan). Penempatan kembali alat PEG diindikasikan untuk dukungan
nutrisi jangka panjang, menggatikan selang yang tersumbat, atau meningkatkan
kenyamanan pasien. Pemasangan kembali alat ini harus disesuaikan dengan stoma
untuk mecegah kebocoranasam lambung; stoma dibersihkan dengan perlahan dan
salep antibiotic topical diberikan disekitar pemasangan. Pemasangan kembali alat
seperti pada tombol PEG atau Gasto-port, dipasang tepat sejajar kulit. Alat ini
mempunyai katup anti refluks dan penutup untuk meutup dengan rapat di antara
pemberian makan. Aliran balik utama pada alat ini adalah perlunya obturat
(pemasangan selang yang lebih besar dari stoma aktual). Alternative untuk alat ini
adalah selang MIC-KEY, selang silicon tingkat kulit tidak obturat ysng dirancang
seperti kateter indwelling pendek. MIC-KEY dipasang kedalam stoma tanpa
darongan dan balon dikembangkan untuk mengamankan penempatan. Jaga
terdapat kit selang gastrostomin pra-kemasan yang tersedia untuk memasang dan
menstabilkan selang. Kateter foley dapat digunakan sementara untuk untuk
mempertahankan patensi stoma sampai diperoleh alat penggati yang tepat.

2. Tujuan Gastrostomy

Tujuan dilakukannya gastrostomy adalah untuk memberikan asupan


makanan dan cairan ke dalam lambung melalui lubang yang dibuat dengan
prosedur pembedahan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan terutama pada organ-organ yang dilalui makanan sebelum
sampai di lambung, atau bisa saja pasien yang mengalami penyumbatan pada
lambung. Jika lambung tersumbat akan berakibat membesarnya lambung, dan
pasien menjadi kerap muntah. Gastrostomy dapat berperan menghentikan gejala
ini dengan mengeluarkan isi lambung.

3. Jenis-jenis Gastrostomy

Semua prosedur ini memerlukan laparotomi dengan anestesi umum dan


menyediakan akses jangka panjang ke lambung untuk jalur makanan atau
dekompresi ketika mencoba untuk meminimalkan potensi kebocoran lambung.
Masing-masing teknik mencoba untuk membuat interface anti bocor antara
lambung, selang makanan, dan dinding abdomen anterior.

 Stamm Gastrostomiy
Jenis gastrostomy ini paling sering digunakan sebagai prosedur sementara.
Gastrostomy Stamm mengamankan lambung ke selang gastrostomi
menggunakan jahitan-string tali ganda untuk invaginasi lambung melalui
tabung makanan.
Cara melakukan teknik Stamm Gastrostomy :
a. Melalui insisi kecil vertikal midline, dinding perut lalu diidentifikasi.
Lokasi dipilih pada area yang dapat mencapai dinding abdomen anterior
tanpa menyebabkan tension.
b. Lambung dipegang dengan Babcock dan ditarik ke luka operasi.
c. Kemudian dua jahitan purse-string dilakukan untuk menentukan batas sisi
gastrostomy.
d. Gastrostomy kemudian dilakukan di antara kedua jahitan tersebut dan
selang gastrostomy diletakkan pada insisi di antara kedua jahitan.
e. Bagian dalam purse-string diikat sehingga area di sekitar selang akan
tertutup rapat.
f. Selanjutnya bagian luar pursue-string juga diikat sehingga selang tidak
mudah terlepas dengan membalik ikatan ke dinding lambung.
g. Bagian eksternal gastrostomy kemudian disisipkan (inside to outside)
melalui dinding abdomen.
h. Dinding anterior gaster dijahit ke dinding abdomen dengan 4 jahitan
absorbable.
i. Kateter kemudian difiksasi pada dinding abdomen dan insisi laparotomi
ditutup.
Gambar dari teknik Stamm Gastrostomy

  Janeway Gastrostomi
Teknik Janeway menciptakan terowongan formal dari flap lambung untuk
menyelimuti selang gastrostomy dan membentuk stoma
gastrokutaneous. Teknik ini dilakukan dengan pembuatan
full-thickness gastric tube pada dinding anterior abdomen.
Keuntungannya adalah teknik ini tidak membutuhkan
kateter indwelling/Foley permanen. Saluran yang
terbentuk berfungsi sebagai ostomi kecil yang
memungkinkan akses intermiten untuk pemberian makanan. Teknik ini
dilakukan melalui laparotomi midline. Janeway gastrostomy memerlukan
paparan abdomen yang lebih luas jika dibandingkan dengan Stamm
gastrostomy. Arah gastric tube dapat melintang maupun oblik dan
abdomen akan dielevasikan pada arah yang dipilih. Pembuatan full-
thickness gastric tube dapat dicapai menggunakan stapling device pada
bagian yang dielevasi tersebut. Namun teknik hand-sewn juga dapat
dipilih. Selang lambung harus memiliki panjang yang cukup sehingga
dapat mencapai sisi dinding abdomen yang intak tanpa menimbulkan
tegangan. Gastric tube akan melewati selubung otot rectus, mirip dengan
penempatan ostomy. Laparotomi midline lalu ditutup untuk mencegah
kontaminasi. Ujung selang lambung kemudian dibuang. Gastrostomy tube
akan mengalami maturasi seperti ostomy menggunakan jahitan absorbable.
Ujung gastrostomy atau kateter Foley diletakkan untuk dekompresi sampai
ileus membaik. Kateter lalu dapat dilepas dan dimasukkan secara
intermiten untuk pemberian makanan.

 Teknik Witzel Gastrostomy


Yaitu teknik dengan cara menempatkan tabung gastrostomi melalui
terowongan seromuscular di dinding lambung:
Cara melakukan teknik Witzel Gastrostomy :
a. Jahitan pursestring ditempatkan di anterior lambung
b. Insisi dibuat di lambung
c. Selang dilewatkan selama 5 cm dan jahitan pursestring diamankan
d. Jahitan tambahan ditempatkan untuk overlapping dinding lambung
e. Lambung kemudian diamankan ke dinding abdomen

Gambar teknik Witzel Gastrostomi

Yang penting, ketiga teknik ini melibatkan penjahitan dinding lambung ke


permukaan bawah dinding abdomen. Hal ini penting karena jika tabung
gastrostomy yang ditempatkan secara tidak sengaja terlepas pada periode awal
pasca operasi, dinding lambung tetap menempel pada dinding abdomen dan
kemungkinan kontaminasi intraperitoneal menurun. Operasi gastrostomy ini
dianggap sebagai stoma semi permanen jangka panjang.

4. Anestesi pada gastrostomy

Pada gastrostomi bisa menggunakan anestesi general ataupun regional.


General anestesi bisa dilakukan dengan atau tanpa perileks otot sudah dapat
memudahkan untuk melakukan gastrostomi untuk mengidentifikasi organ-organ
dalam perut dengan cepat. Anestesi regional, indikasi untuk spinal anasthetic.
Anestesi
lokal dan
sedasi,
apabila
tidak
menggunakan anestesi general atau regional, dapat diindikasikan menggunakan
anestesi lokal sederhana. Anestesi lokal sederhana tersebut digunakanbdengan
mudah setelah dilakukan infiltrasi anestesi dengan Xylocaine 1% yang
dimasukkan ke dalam jaringan sebelum melakukakn pembedahan/pemotongan
jaringan. Adanya efek sedasi dapat menenangkan pasien. Tekanan awal dengan 5-
10 mmHg memadai untuk visualisasi laparoskopi. Hanya dengan anestesi lokal,
ketika tidak ada pilihan lain yang bisa digunakan dapat menggunakan infiltrasi
sederhana terutama untuk pasien yang kurus.

5. Indikasi dan Kontraindikasi Gastrostomy

a. Indikasi
 Gastrostomy di indikasikan untuk pasien dengan saluran
pencernaan utuh tetapi yang tidak mampu menerima asupan kalori
yang memadai melalui mulut untuk jangka panjang.
 Gastrostomy ini juga dapat diindikasikan untuk dekompresi
lambung dalam kasus gastroparesi parah dan penghalang usus bisa
dioperasi.
 Prosedur menetap pada obstruksi esophagus oleh karena tumor
yang unresectable.
b. Kontraindikasi
 Peritonitis
 Uncorrected coagulopathy atau thrombocytopenia
 Penyakit paru berat
 Sepsis
 Gastrektomi total
 Perforasi intra abdominal
 Obstruksi gastric outlet
 Informed consent mengenai prosedur pemasangan yang tidak
adekuat.
6. Penatalaksanaan Fisioterapi

 Mobilisasi setelah post operasi gastrectomy lebih sehat dan kuat dengan
early ambulation. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan
kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat dan
membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan,
terutamapenutupan luka jahitan. Faal usus dan kandung kencing lebih
baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.
Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja
seperti semula.
Menuruit Priharjo, 2000, mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif / free pasif exercise
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan
cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
b. Mobilisasi secara aktif / free active exercise
Mobilisasi dimana pasien melakukan sendiri melawan gravitasi
guna meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Gerakan yang
dirangkai tersebut dapat mencegah trombosis, melancarkan
sirkulasi darah, meningkatkan elastisitas otot perut dan mengurangi
nyeri dengan melibatkan semua anggota gerak tubuh bagian
ekstremitas atas maupun bawah
 Leg exercise.
Dilakukan bertujuan untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi diekstremitas bawah, misalnya berbaring pasien menggerakan
kakinya dengan tujuan mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli,
dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya
trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
 Transfer dan ambulasi
Suatu teknik perawatan pasca operasi diamana pasien dituntut dari tempat
tidur untuk melakukan aktivitas ringan (seperti duduk, berdiri, atau
berjalan) sesegera mungkin setelah operasi. Dengan bergerak, hal ini akan
mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan
metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang
pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka.
Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi pasca
operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak
negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga
terhadap pemulihan fisik.

7. Komplikasi

Pada gastrostomy dapat menimbulkan komplikasi seperti :


a. Pendarahan
b. Kebocoran stoma, peritonitis, sepsis
c. Infeksi luka operasi.

8. Kesimpulan
Gastrostomy adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
membuat lubang ke dalam lambung untuk tujuan pemberian makanan dan
cairan. Pada beberapa kejadian, gastrostomy digunakan untuk nutrisi jangka
panjang, seperti pada lansia atau pasien yang lemah. Gastrostomy dilakukan
untuk pemberian makan nasogastrik pada pasien koma karena sfingter
gatroesofagus tetap utuh. Regurgitasi jarang terjadi pada gastrostomy dibanding
pemberian makan nasogastrik. Pada prosedur gastrostomy ada indikasi dan
kontraindikasinya serta setelah melakukan gastrostomy pasien dapat terkena
komplikasi seperti pendarahan, infeksi luka operasi. Setelah melakukan
gastrostomy pasien dapat dilatih oleh tenaga medis seperti mobilisasi, latihan-
latihan tertentu guna dapat melakukan aktivitas fungsional pasien.

Anda mungkin juga menyukai