Anda di halaman 1dari 76

Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan hidraulik seperti bendungan merupakan bangunan sipil yang cukup kompleks
dan sangat berisiko terhadap terjadinya keruntuhan. Keruntuhan pada bangunan sipil
lainnya seperti jembatan ataupun gedung bertingkat hanya akan membahayakan manusia
yang berada di dekatnya. Namun, keruntuhan pada bangunan hidraulik, seperti halnya
bendungan akan dapat menimbulkan bencana besar baik itu korban jiwa maupun kerugian
harta benda bagi penduduk yang tinggal di sekitar hilir bendungan.

Material timbunan dan cara pemadatan tanah akan mempengaruhi kuat geser dan
stabilitas lereng dari suatu bendungan urugan existing. Kondisi lainnya yang membahayakan
stabilitas bendungan urugan adalah deformasi berlebihan, tegangan berlebihan, limpasan
(overtopping), dan erosi internal. Bentuk-bentuk ketidakstabilan bendungan urugan ini
dapat terjadi pada kondisi biasa dan luar biasa.

Bahan ajar ini disusun sebagai pengantar bagi peserta pelatihan untuk memahami
masalah penimbunan dan pemadatan tanah serta pengawasannya dalam melaksanakan
konstruksi suatu bendungan urugan tanah. Materi bahan ajar ini menjelaskan mengenai
dasar-dasar pemilihan material timbunan dan cara penimbunuan dan pemadatan tanah
pada suatu bendungan urugan tanah.

1.2 Deskripsi Singkat


Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan dasar
mengenai mengenai penimbunan dan pemadatan tanah pada pelaksanaan konstruksi
bendungan urugan yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya jawab.

1.3 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu memahami dasar-
dasar penimbunan dan pemadatan tanah dari suatu bendungan urugan.

1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
1) Menjelaskan sifat fisik dan teknis naterial timbunan
2) Menjelaskan mengenai jenis tanah yang bersifat khusus (tanah berproblema)
3) Menjelaskan mengenai penimbunan dan pemadatan tanah
4) Menjelaskan mengenai pengendalian mutu (quality control) hasil pemadatan tanah
timbunan untuk bendungan urugan.

1.5 Pokok Bahasan


1) Pendahuluan
2) Material timbunan bendungan, yakni tanah, pasir/kerikil, batu dan material lainnya.
Penimbunan dan Pemadatan Tanah 1
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

3) Tanah berproblema (problematic soil)


4) Penimbunan dan pemadatan tanah
5) Kendali mutu (quality control)

1.6 Petunjuk Belajar


Agar peserta diklat dapat memahami penimbunan dan pemadatan bendungan urugan
secara lebih mendalam dan komprehensif, sebaiknya peserta juga mempelajari Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman-pedoman yang terkait dengan desain bendungan
yang dikeluarkan oleh Departemen PU atau unit-unit organisasi dibawahnya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 2


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB II
MATERIAL TIMBUNAN

2.1 Umum
Secara garis besar bahan atau material pokok timbunan tubuh bendungan dapat
dibedakan dalam 2 (dua) macam, yaitu :
- Material yang fungsi utamanya untuk mendukung stabilitas tubuh bendungan, berupa
material lulus air, seperti pasir, kerikil dan batu.
- Material yang fungsi utamanya untuk mencegah rembesan air dari waduk, berupa
material kedap air yang umumnya berupa tanah lempungan.

Pada umumnya material lulus air tidak sensitif terhadap perubahan tingkat kadar air yang
dikandungnya, sehingga karakteristik mekanisnya juga tidak banyak berubah saat terjadi
perubahan kadar air, baik yang berasal dari air hujan maupun dari air tanah. Sebaliknya
material kedap air sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kadar air yang
dikandungnya. Oleh karena itu, pada saat penimbunan, kadar air material tersebut harus
selalu diawasi secara teliti, apabila kadar airnya berbeda dari spesifikasi desain, maka
kadar air material tersebut harus disesuaikan lebih dulu sebelum digunakan untuk
timbunan.

Material untuk tubuh bendungan, biasanya diusahakan agar dapat diambil sedekat
mungkin dari tempat lokasi calon bendungan. Hampir semua material tanah/batuan dapat
digunakan sebagai material tubuh bendungan, kecuali tanah yang mengandung zat-zat
organik atau zat-zat yang mudah larut lainnya.

Berhubung banyaknya jenis material yang terdapat di daerah sekitar lokasi calon
bendungan, maka dengan dasar pemilihan material yang paling ideal, tubuh bendungan
dapat direncanakan sedemikian rupa, sehingga didapatkan altermatif bentuk geometri
yang paling menguntungkan.

Material timbunan/urugan, secara umum dapat dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :


1. Tanah
2. Pasir Kerikil
3. Batu

Berdasarkan material timbunan yang digunakan, tipe bendungan urugan dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, seperti tabel di bawah.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 3


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Tabel 2.1 Berbagai jenis tipe bendungan urugan


Tipe Bendungan Gambar Keterangan

Zone Kedap
Bendungan Urugan Air Apabila 80% dari seluruh bahan
Homogen Zone Lulus Air pembentuk tubuh bendungan terdiri
dari bahan yang bergradasi sama
Drainase dan bersifat kedap air.

Bendungan Tirai Apabila bahan pembentuk tubuh


Urugan bendungan terdiri dari bahan yang
Zonal lolos air, tetapi dilengkapi dengan
tirai kedap air di udiknya.

Zone Kedap Air


Inti Miring Apabila bahan pembentuk tubuh
Zone Lolos Air
Zone Lolos Air bendungan terdiri dari bahan yang
lolos air, tetapi dilengkapi dengan
Zone Transisi
inti kedap air yang miring ke arah
hulu.

Inti Vertikal Zone Inti Kedap Air Apabila bahan pembentuk tubuh
Zone Lolos Air bendungan terdiri dari bahan yang
Zone Lolos Air
lolos air, tetapi dilengkapi dengan
Zone Transisi inti kedap air yang berkedudukan
vertikal.
Apabila bahan pembentuk tubuh
Bendungan Urugan Batu bendungan terdiri dari bahan yang
Dengan Membran Zone Lolos Air lolos air, tetapi dilengkapi dengan
Membran
membran kedap air di lereng
udiknya, yang biasanya terbuat dari
lembaran baja tahan karat,
lembaran beton bertulang, aspal
beton, lembaran plastik, dan lain-
lainnya.

Keterangan :
a) Bendungan urugan tanah homogen
Ditinjau dari pelaksanaan pembangunannya bendungan tipe ini merupakan bendungan
yang paling sederhana dibanding tipe lain. Akan tetapi karena sebagian besar material
yang digunakan berupa tanah/lempung yang sensitif terhadap kandungan air, pelaksanaan
pembangunan akan terganggu oleh curah hujan. Untuk mengurangi pengaruh air hujan
terhadap timbunan, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, diantaranya:
- Tidak menghentikan pekerjaan sebelum hamparan tanah timbunan dipadatkan.
- Setiap akhir pekerjaan atau sebelum hujan, permukaan timbunan digilas dengan mesin
gilas, sehingga membentuk ”sealing” pada permukaan timbunan dan air tidak meresap
kedalam timbunan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 4


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

- Profil timbunan dibuat miring, sehingga air hujan yang jatuh diatas timbunan akan
segera mengalir keluar daerah timbunan.
- Bila mungkin, permukaan timbunan ditutup dengan terpal atau lembaran plastik.
Timbunan berikutnya dilaksanakan setelah lapisan permukaan yang basah karena hujan
dikupas, bila tidak turun hujan permukaan yang halus harus dicacah atau dikasarkan lebih
dulu agar terbentuk ikatan yang baik dengan lapisan timbunan diatasnya. Pengkasaran
juga perlu dilakukan, apabila dijumpai permukaan timbunan yang halus bekas lalu-lalang
kendaraan atau peralatan konstruksi lain.

B) Bendungan zonal
Bendungan tipe ini memiliki 2 macam atau lebih zona timbunan, yaitu: zona kedap air,
filter, transisi, zona lulus air atau zona batu. Zona kedap air atau inti, biasanya
menggunakan tanah lempung yang sensitif terhadap air. Pada pekerjaan timbunan inti,
hindari pembuangan air hujan yang kotor ke zona filter, karena dapat mengakibatkan filter
menjadi buntu (clogging). Filter juga harus dijaga dari kontaminasi material zona inti
disebelahnya dan guguran material dari kendaraan yang lewat menyeberangi zona filter,
disamping itu gradasi filter dan juga transisi harus diperiksa dan dijaga agar selalu
memenuhi spesifikasi teknis. Untuk zona urugan batu, pilih dan tempatkan batu-batu
berukuran kecil disamping transisi, kemudian yang lebih besar di bagian timbunan lebih
luar. Awasi dengan teliti dan hindari penggunaan batu diluar jenis dan mutu yang
ditetapkan.Bagi bendungan zonal urugan batu dengan inti miring, zona urugan batu
dibawah inti juga berfungsi seperti fondasi bendungan, bentuk-bentuk ketidak beraturan
pada sisi pertemuannya dengan filter dapat menyebabkan terjadinya penurunan yang tidak
merata pada timbunan inti yang berakibat timbulnya retakan dalam timbunan.

c) Bendungan urugan batu


Bendungan tipe ini perlu fondasi yang lebih baik dibandingkan bendungan urugan lain,
khususnya fondasi dibawah plint (minimal kelas CH), dan karena membran yang
digunakan berupa plat beton yang relatif tipis, maka penurunan yang terjadi pada
timbunan batu akan menimbulkan konsentrasi tegangan pada plat yang dapat berakibat
terjadinya retakan pada plat, atau pergeseran pada sambungan yang berkibat sobeknya
plat perapat air diantara sambungan membran. Oleh karenanya, untuk mencegah
terjadinya penurunan yang besar, kualitas pemadatan dan batu yang digunakan harus
benar-benar baik. Apabila digunakan membran lembaran baja atau geosintetik, pertemuan
membran dengan tumpuan dan pasangan perlu diawasi dengan cermat karena sering
timbul bocoran di tempat tersebut.

2.2 Material Tanah


Tanah adalah material yang paling penting untuk pembangunan sebuah bendungan
urugan, karena setiap bendungan urugan akan selalu menggunakan material ini, baik
untuk penimbunan tubuh bendungan seperti halnya pada bendungan tanah, maupun
hanya untuk penimbunan-penimbunan pada zona-zona kedap air pada bendungan
batu atau bendungan zonal lainnya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 5


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Beberapa syarat teknis terpenting adalah sebagai berikut :


- Ditinjau dari stabilitas bendungan, kepadatan dan kuat geser harus memadai.
- Permeabilitas tanah harus sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.
- Indeks kompresi kecil.
- Mudah dikerjakan (pada penggalian, pengolahan, pengangkutan, penimbunan dan
pemadatannya).

Dari ukuran butiran maupun gradasi (distribusi ukuran butiran) dari suatu material
dapat diperkirakan sifat teknisnya, antara lain sebagai berikut :
- Tanah berbutir kasar yang bercampur secara homogen dengan butiran-butiran yang
lebih halus, akan merupakan bahan yang baik untuk stabilitas bendungan.
- Semakin kecil ukuran butiran tanah, maka koeffisien filtrasinya akan semakin rendah.

Seperti telah diuraikan diatas, semakin kecil ukuran butiran tanah, maka koefisien
permeabilitasnya akan semakin rendah. Biasanya jenis tanah yang baik untuk zone
atau lapisan kedap air adalah tanah dengan butiran yang agak kasar (coarse grains),
tetapi bercampur secara homogen dengan dua jenis tanah yang lebih halus yaitu :
- Tanah yang 10 -15 % bagiannya dapat melewati saringan berukuran 0,074 mm.
- Tanah lempungan yang 5 % bagiannya dapat melewati saringan 0,005 mm.

Material kedap air (ASTM D 2487-90) terdiri dari: lempung berplastisitas tinggi dan
plastisitas rendah (CH dan CL), pasir lempungan dan kerikil lempungan(SC-GC), dan
lanau lempungan (CL-ML). Material ini biasa digunakan sebagai material urugan zona inti
dan selimut kedap air, memiliki koefisien permeabilitas setelah dipadatkan lebih kecil dari
orde 10-5 cm/s.

Material semi kedap air, mecakup: lanau, pasir lanauan (SM), kerikil lanauan (GM), pasir
lanauan dan pasir bergradasi buruk (SP) yang mengandung butiran halus yang lolos
ayakan no. 200 hingga 12% (biasanya 5% adalah batas atas material lulus air) bersifat
semi kedap air, walaupun dalam spesifikasi material diizinkan dipakai untuk material
urugan zona lolos air.

2.2.1 Identifikasi Tanah di Lapangan


Mengidentifikasi dan menklasifikasi tanah adalah melakukan serangkaian pengamatan
dan pengujian serta membandingkan sifat-sifat tanah untuk mengelompokan tanah
tersebut dalam beberapa golongan tertentu. Hasil dari pada pengklasifikasian tanah ini
digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk perencanaan suatu pondasi bangunan-
bangunan sipil perencanaan tubuh bendungan. Pada umumnya tanah merupakan
susunan butiran dengan berbagai ukuran dari bongkah batu (boulder) hingga lempung.
Gradasi butiran, ukuran dan jumlahnya adalah merupakan hal yang penting. Sebelum
diadakan penyelidikan secara mendetail, pengamatan dasar dan pengidentifikasian di
lapangan sangat besar andilnya terhadap suksesnya suatu rencana pembangunan.
Selanjutnya diadakan pengelompokan tanah dalam beberapa golongan yang sering kita
sebut sebagai pengklasifikasian tanah.
Penimbunan dan Pemadatan Tanah 6
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Identifikasi tanah di lapangan dapat dilakukan secara sederhana, karena terbatas dengan
alat dan pandangan/kamampuan mata yang sangat terbatas, sehingga hanya dapat
digolongkan ke dalam butiran kasar dan butiran halus. Untuk butiran kasar merupakan
butiran yang mempunyai ukuran butiran pasiran 0,075 m sampai kerikilan (gravel) 80 mm.
Dengan mengamati diameter butiran, gradasi dan bentuknya, maka dapat dilakukan
identifikasi jenis tanah butir halus di lapangan (Peck, Hanson dan Thornburn) seperti di
bawah ini :

Tabel 2.2 Identifikasi Jenis Tanah


Uji Lanau (Silt) Lempung (Clay)
Dry strength Sangat rendah. Mudah dihancurkan Tinggi sampai sangat tinggi, terutama dalam
dengan telunjuk dan ibu jari sehingga keadaan sangat kering. Tidak mudah
diperoleh serbuk tanah. dihancurkan dengan telunjuk dan ibu jari.

Shaking test Air akan timbul secara cepat. Tidak beraksi dan tanah tidak ada perubahan.

Plasticity Kekuatan yang rendah cepat mengering. Dalam keadaan plastis mumpunyai kekuatan
Dalam keadaan sekitar plastis mudah yang tinggi. Cukup lama mengering.
dihancurkan. Umumnya dalam keadaan teguh.

Dispersion Mengendap antara 15 – 30 menit (Pasir Proses pengedapan yang cukup lama bahkan
mengendap antara 30 – 60 detik). berhari-hari.
Catatan : Cara-cara di atas mudah untuk dilakukan di lapangan.

2.2.2 Identifikasi Tanah di Laboratorium


Sistem ini berdasarkan hasil pengujian laboratorium, yakni hasil dari grain size, plasticity
dan compressibility. Di dalam pengklasifikasian dengan cara Unified Soil Classification
System (USCS) ini, digunakan singkatan dari jenis tanah yang dominan sebagai berikut :
G : Kerikil (Gravel)
S : Pasir (Sand)
M : Lanau (Silt)
C : Lempung (Clay)
O : Organis (Organic)
Pt : Gambut (Peat)

Simbol untuk memberikan keterangan mengenai keadaan konsistensi tanah adalah :


W : Bergradasi baik (Well graded)
P : Bergradasi tidak baik (Poorly graded)
L : Plasticity rendah (Low plasticity) < wL = 50
H : Plasticity tinggi (High plasticity) > wL = 50

Dengan cara pengelompokan prosentase butir halus dan butir kasar secara tabelaris dan
seterusnya dapat diperiksa tabel Unified Soil Classification di bawah, maka jenis tanah ini
dapat ditentukan.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 7


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Tabel 2.3Klasifikasi tanah (Unified Soil Classification)

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 8


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

2.3 Material Pasir dan Kerikil


Disamping sebagai bahan tubuh bendungan, biasanya material pasir dan kerikil ini
merupakan material vital untuk lapisan filter atau transisi suatu bendungan. Oleh karena
itu, gradasi dari bahan tersebut perlu mendapat perhatian khusus. Persyaratan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut :
- Gradasi material sesuai dengan fungsi yang dibebankan pada lapisan atau zona-zona
pada calon tubuh bendungan.
- Tingkat kekerasan materioal setinggi mungkin dan mempunyai kekuatan geser
yang cukup tinggi.
- Tidak mengandung campuran zat-zat organik atau mineral-mineral yang mudah larut.
- Mempunyai kestabilan struktur yang tinggi terhadap pengaruh-pengaruh atmosfir
maupun kimiawi lainnya.
- Mempunyai kemampuan drainase yang cukup memadai.

Yang dimaksudkan material lulus air menurut ”Pedoman Uji Mutu konstruksi Tubuh
Bendungan Tipe Urugan” adalah pasir dan atau kerikil non kohesif yang mempunyai sifat
meluluskan air (free drain) dan mengandung butiran yang lolos saringan no. 200 kurang
dari 5%. Uji kompaksi standar (standard proctor) di laboratorium terhadap material ini tidak
dapat menghasilkan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang jelas,
seperti halnya material kedap air (lempung). Kepadatan kering di lapangan dapat diperoleh
dari hubungan kepadatan maksimum dan minimum yang dapat diperoleh dari pengujian
kepadatan relatif di laboratorium dengan menggunakan meja getar (SNI 03-1965-1990).
Biasanya, zona urugan luar (shell) suatu bendungan menggunakan tanah berbutir kasar
yang mengandung sejumlah butiran halus dan didesain sebagai zona lulus air.

2.4 Material Batu


Material batu digunakan sebagai zona lulus air atau setengah lulus air pada bendungan
zonal dan untuk hamparan pelindung pada lereng udik atau timbunan drainase tumit di
sebelah bawah lereng hilir (tumit) bendungan tanah.

Jenis batuan yang cocok sebagai material urugan dari suatu bendungan, adalah seperti
tabel di bawah.
Tabel 2.4 Jenis Batuan yang Cocok untuk Bendungan.
Jenis batuan yang baik untuk digunakan Jenis batuan yang harus dipertim-
sebagai bahan. bangkan sebelumd
Granit Serpih, batu sabak
Basalt, andesit, dan riolit Tufa
Batu pasir yang berumur sebelum era Mesozoik Batu pasir yang berumur Era kenozoikum
Batu gamping Genes, sekis yang mengandung
Kwarsit banyak retakan

2.5 Material Campuran


Material ini digunakan untuk memenuhi persyaratan tertentu, karena material yang ada dan
tersedia di lapangan tidak memenuhi persyaratan, misalnya lempung dengan platisitas tinggi

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 10


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

dengan kadar air dan indeks plastisitas tinggi (CH) yang berpotensi bersifat ekspansif dan
sulit dikerjakan pada kadar air mendekati kadar air optimum.

Untuk memperbaiki sifat dan konsistensinya tersebut jenis tanah tersebut yang dikenal
sebagai stabilisasi tanah dengan cara pencampuran dengan pasir atau kapur, tergantung
kemudahan dan tersedianya material pencampur tersebut di lapangan. Dengan cara
stabilisasi tersebut disamping kemudahan pengerjaan (workability), juga meningkatkan kuat
geser tanah. Khusus mengenai tanah dispersif ini dibahas lebih dalam pada bab tersendiri.

2.6 Material Random


Selain material seperti yang telah diuraikan di atas, kadang-kadang juga digunakan
material yang kualitasnya lebih rendah, seperti:
a) Material batu yang berasal dari batuan lunak yang mudah lapuk.
b) Material dari dua jenis material tanah, pasir atau kerikil yang tidak mungkin
terpisahkan, karena pelapisannya pada tempat penggalian terlalu tipis.
c) Material hasil galian dari pondasi zone kedap air atau pondasi bangunan pelengkap
bendungan.
d) Material hasil galian jalan jalan masuk atau jalan exploitasi.
e) Material yang penyebarannya cukup luas, tetapi tidak mempunyai karakteristik yang
seragam.

Material seperti tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai material timbunan zona


sembarang (random zone). Zona sembarang ini bersama-sama dengan zona-zona lain
dari tubuh bendungan berfungsi untuk mempertahankan kestabilan tubuh bendungan.

Bila material random ini digunakan pada bendungan tipe sekat, maka sebagai lapisan
kedap air yang dipasang pada lereng hulu, digunakan material seperti beton aspal, beton
bertulang, material pelapis kedap air. Akan tetapi pada perhitungan stabilitas bendungan,
terutama perhitungan longsoran, kekuatan geser material pelapis kedap air yang tipis ini
biasanya diabaikan.

2.7 Tanah Bersifat Khusus


Tanah ini mempunyai sifat khusus yang sangat mempengaruhi kondisi bangunan yang
ada di sekitarnya atau secara umum sifat tanah ini dapat mempengaruhi kondisi
disekitarnya, karena mempunyai sifat-sifat khusus dan mengandung mineral-mineral
tertentu yang menyebabkan terjadinya kerusakan dan keruntuhan bangunan. Karena
mempunyai sifat-sifat yang khusus, jenis tanah ini juga dikenal sebagai tanah berproblema
(problematic soil). Secara umum ada tiga jenis tanah yang mempunyai sifat khusus ini
seperti dijelaskan di bawah.

1. Tanah Dispersif
Tanah lempung/tanah yang bersifat dispersif adalah tanah yang mudah tererosi karena
suatu proses terjadinya pemisahan butiran-butiran tanah pada air yang tenang/diam.
Sedangkan proses erosi pada tanah sedikit berbeda, karena adanya kecepatan air. Erosi

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 11


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

buluh (“piping”) pada lempung dispersif terjadi karena pergerakan air yang lambat yang
menyebabkan terjadinya kerusakan atau keruntuhan pada bendungan- bendungan urugan
tanah, saluran-saluran dan bangunan-bangunan air lainnya.

Perbedaan yang prinsip antara tanah lempung dispersif dengan lempung biasa yang tahan
terhadap erosi adalah kandungan kation unsur kimia yang ada dalam air pori. Lempung
dispersif banyak mengandung kation dari unsur natrium, sedangkan lempung biasa yang
tahan terhadap erosi banyak mengandung kation unsur kalsium dan magnesium dalam
air porinya. Sifat lain yang penting dari lempung ini adalah mudah sekali untuk mengurai
karena banyaknya larutan kation natrium dalam air pori, dalam hubungannya dengan
banyaknya larutan kation lainnya, terutama kalsium dan magnesium.

2. Tanah Ekspansif
Faktor - faktor yang sangat mempengaruhi sifat ekspansif ini adalah sebagai berikut :
- Kandungan mineral lempung dan sifat kimia air dan tanah.
- Plastisitas dan berat isi tanah.
- Kondisi lingkungan dan kadar air

Mineral utama yang menyebabkan terjadinya tanah bersifat ekspansif (perubahan


kembang susut) adalah montmorillonite. Illite dan kaolinite umumnya tidak bersifat
ekspansif, walaupun perubahan volume dapat terjadi, terutama bila ukuran butiran
tanahnya amat halus. Dengan mineralogi yang sama, pengembangan dapat terjadi lebih
besar apabila tanah memiliki kation sodium yang dapat berpindah - pindah ( Na + ) daripada
kalsium ( Ca2+ ) atau kation magnesium (Mg2+). Kemampuan mengembang suatu tanah
berhubungan dengan kandungan mineralnya masing - masing. Kapasitas mengembang
tergantung pada banyaknya mineral lempung pada tanah, susunan butir, luas permukaan
partikel lempung, dan sifat kimia air-tanah di sekeliling partikel-partikel tersebut. Untuk
mengetahui jenis tanah bersifat ekspansif dapat dilakukan berbagai cara identifikasi,
antara lain sebagai berikut di bawah:
a) Melakukan pengujian difraksi X-ray, untuk mengetahui mineral yang dikandung dalam
contoh lempung.
b) Berdasarkan hasil batas konsistensi (index properties); bertambah tinggi indeks
plastisitas (IP), bertambah tinggi potensi pengembangannya, seperti tabel di bawah.

Tabel 2.5 Klasifikasi Tanah Ekspansif Menurut Holtz Dan Gibbs

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 12


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

c) Uji konsolidasi 1-D dengan cara pengembangan bebas (free swell) atau dengan
volome tetap (constant volume).

3. Tanah Bersifat Likuifaksi


Salah satu penyebab kerusakan bangunan-bangunan sipil akibat gempa bumi adalah
terjadinya apa yang dikenal sebagai "liquefaction" pada lapisan pasir yang jenuh, yang
biasanya ditandai oleh adanya "sand boils" dan "mudspout" pada permukaan tanah,
menyebabkan bangunan-bangunan diatasnya ambles (sink, bedakan dengan penurunan
akibat konsolidasi). Fenomena likuifaksi tersebut biasanya terjadi pada daerah-daerah
yang mempunyai intensitas gempa yang cukup tinggi, dimana lapisan tanah/ batuan terdiri
dari endapan -endapan pasir yang mempunyai konsistensi, gradasi dan kepadatan relatif
tertentu vang dapat berpotensi terjadinya likuifaksi.

Likuifaksi adalah suatu fenomena lapisan tanah pasiran yang berubah konsistensinya
menjadi seperti cairan (liquid). Apabila suatu endapan lapisan pasir yang jenuh mengalami
getaran/vibrasi, lapisan pasir tersebut cenderung akan memadat dan volumenya
berkurang, yang mengakibatkan meningkatnya tekanan air pori.

Pada pasir urai, terdapat rongga-rongga (void) di antara butiran tanah. Apabila terjadi
getaran, butiran-butiran tanah akan menyebar seakan-akan mengapung di dalam air,
dimana pada keadaan tersebut tekanan air pori meningkat mendekati atau sama dengan
berat butiran-butiran tanah tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya likuifaksi, diantaranya adalah :

- frekuensi getaran
- tekanan lateral (confining pressure) → initial liquefaction - tingkat kejenuhan
- distribusi ukuran butiran tanah
- kepadatan relatif
- stress - strain history

Khusus untuk tanah berproblema ini akan dibahas lebih rinci di dalam modul geoteknik.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 13


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB III
PERSYARATAN MATERIAL TIMBUNAN

3.1 Zona Kedap Air


Persyaratan utama untuk material kedap air adalah :
- Koefisien permeabilitas serta kekuatan geser yang diinginkan.
- Tingkat deformasi yang rendah.
- Mudah pelaksanaan pemadatannya.
- Tidak mengandung zat-zat organik serta bahan-bahan mineral yang mudah terurai.
- Dan lain – lain

Beberapa kriteria dari persyaratan tersebut diuraikan seperti di bawah.


a. Koefisien permeabilitas
Sebagai pedoman, koefisien permeabilitas (k) dari material yang digunakan untuk zone
kedap air supaya tidak melebihi nilai 1 x 10 -5 cm/s. Pada hakekatnya semakin halus suatu
material, maka koeffisien permeabilitasnya akan semakin rendah dan nilai k biasanya
sudah dapat diperkirakan berdasarkan besarnya prosentase butiran material yang dapat
melalui saringan No.200. Hasil-hasil penelitian menunjukkan, bahwa apabila suatu
material yang butiran halusnya dapat melalui saringan No.200 lebih rendah dari 7 %, maka
material tersebut biasanya lulus air. Akan tetapi apabila lebih dari 50 % yang dapat melalui
saringan tersebut, maka material tersebut juga tak dapat dipergunakan sebagai material
kedap air, karena material semacam ini plastisitasnya sangat tinggi dan berpotensi untuk
mudah mengembang/menyusut (tanah dispersif). Selain itu, perlu diingat bahwa untuk
material yang sama, akan memberikan nilai k yang berbeda, apabila tingkat kepadatannya
dan angka kadar aimya berbeda-beda. Nilai k suatu material akan paling rendah pada
kadar air sedikit lebih tinggi dari kadar air optimumnya (OMC), yakni sekitar 2@3% OMC
(wet side).

b. Kekuatan geser
Untuk material berbutir halus (lempungan), biasanya mempunyai kuat geser yang lebih
rendah dibandingkan yang berbutir kasar. Besar kuat geser material ini dipengaruhi oleh
kadar air serta tingkat pemadatannya, karena itu walaupun dari material yang sama, kuat
gesernya akan berubah, apabila kadar air serta tingkat pemadatannya berubah pula. Akan
tetapi pada material berbutir kasar, perubahan-perubahan kuat gesernya tidak terlalu
besar, walaupun material tersebut mempunyai kemampuan penyerapan air yang tinggi
(angka porinya besar). Pemadatan suatu material tanah, biasanya dilaksanakan pada
kadar air mendekati kadar air optimum dan akan memberikan kuat geser yang tinggi.
Akan tetapi setelah waduk terisi air dan material menjadi jenuh air, maka kuat gesernya
akan menurun.

Kuat geser suatu material, biasanya ditentukan oleh kohesi (c) dan sudut geser dalam (Ø).
Pada umumnya, suatu material dengan tingkat kepadatan D = 95 s/d 98% merupakan
harga yang cukup baik untuk digunakan pada penimbunan tubuh bendungan. Sedang

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 14


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

material timbunan dengan harga D = 90 s/d 95% biasanya digunakan untuk pembangunan
bendungan yang rendah (< 30 meter) atau untuk bendungan dari timbunan material
berbutir halus, dimana penimbunannya dilakukan pada kadar air yang lebih basah dari
kadar air optimumnya.

c. Konsolidasi
Semakin halus gradasi suatu material dan semakin tinggi kadar airnya, maka indeks
kompresinya akan menjadi lebih besar dan tekanan air pori mungkin dapat meningkat
pada saat berlangsungnya proses konsolidasi tersebut. Dengan demikian dalam tubuh
bendungan yang baru selesai ditimbun, selain tekanan - tekanan yang disebabkan oleh
hasil pemadatan, maka timbul pula tekanan-tekanan tambahan yang diakibatkan oleh
adanya proses-proses konsolidasi tersebut di atas (tekanan konsolidasi). Terutama untuk
material tubuh bendungan yang kadar airnya yang lebih tinggi dari kadar air optimumnya,
maka pada saat penimbunan dan pemadatan, tekanan air pori dapat meningkat cukup
siknifikan yang dapat mempengaruhi satabilitas bendungan.

d. Kemudahan Pengerjaan
Pada umumnya penimbunan dan pemadatan material berbutir kasar lebih mudah
dilaksanakan dibandingkan dengan material berbutir halus. Demikian pula kadar air suatu
material urugan dapat mempengaruh pelaksanaannya; pada kondisi kadar air sedikit
rendah dari kadar air optimumnya (dry side), penimbunan dan pemadatan tanah akan lebih
mudah dilaksanakan dibandingkan dengan tanah yang kadar airnya hanya beberapa
prosen saja bergeser ke arah yang lebih tinggi dari titik optimum tersebut (wet side).

Penentuan peralatan yang tepat juga akan mempengaruhi kondisi pemadatan material,
terutama kualitas hasil penimbunan. Contoh sederhana dalam pemilihan peralatan
tersebut adalah sebagai berikut :

- Bendungan yang akan dibangun adalah merupakan bendungan yang rendah,


sehingga tidak memerlukan kekuatan geser yang terlalu besar, oleh karena itu, tidak
memerlukan pelaksanaan pemadatan yang intensif.
- Material yang tersedia untuk zona kedap air adalah merupakan bahan berbutir halus,
sehingga dengan pemadatan yang ringan, tingkat kekedapannya dapat dicapai
dengan mudah.
- Dengan mempertimbangkan tingkat kekedapannya, sebaiknya kadar air yang
digunakan adalah lebih basah dari kadar air optimumnya (wet side).

e. Kandungan Organik
Kandungan organik adalah merupakan zat-zat yang mudah terurai yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan fisik dari zat-zat tersebut yang dapat
menurunkan kekuatan geser material. Oleh karena itu, material yang terpilih untuk tubuh
bendungan supaya bebas dari campuran zat - zat organik, atau kandungan organik
tersebut tidak boleh melebihi 5 %. Di bawah adalah plasticity chart untuk menentukan jenis
dan klasifikasi tanah.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 15


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Gambar 3.1 Plasticity Chart tanah


Sedangkan gambar berikut di bawah adalah jenis tanah yang tahan terhadap erosi dan
jenis tanah yang berpotensi retak yang membahayakan.

Gambar 3.2 Plasticity chart ketahanan tanah terhadap erosi (kiri) dan gradasi tanah yang
rentan terhadap retakan (kanan)
3.2 Zona Filter dan Transisi
Untuk mencegah terbawanya material halus dari zona inti, maka di bagian hulu dan hilir
zona inti dilengkapi dengan zona filter dan zona transisi, sebelum zona batu sebagai zona
terluar dari suatu bendungan tipe zonal.

Material yang digunakan untuk zona filter/transisi tersebut adalah berupa pasir dan kerikil
yang dipilih sedemikian rupa, supaya mempunyai kuat geser dan kemampuan
meluluskan air (drainase) yang memadai. Kemampuan meluluskan air dari suatu material
berbutir kasar, biasanya sangat berbeda-beda, tergantung dari gradasinya. Sedangkan
sudut geser dalam biasanya tergantung dari bentuk butiran, kekerasan dan kestabilan
butiran terhadap pengaruh-pengaruh mekanis maupun fisik, gradasi, kepadatan, tekanan--
tekanan yang bekerja pada material tersebut, dan lain-lain. Sudut geser dalam dari
material berbutir kasar yang bentuk butirannya bersegi (angular), serta tingkat kekerasan
dan kestabilannya tinggi, gradasinya baik dan tingkat kepadatannya tinggi, akan lebih
tinggi dibandingkan dengan yang berbentuk membulat, bergradasi buruk dan tingkat
kepadatannya rendah.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 16


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Material kerikil ataupun pasir yang akan digunakan untuk lapisan filter, harus
mempunyai kemampuan menahan/menyaring keluarnya butiran-butiran halus dari zona
inti yang dilindungi, tetapi mempunyai kapasitas drainase yang memadai untuk
mengalirkan air rembesan ke hilirnya.

Agar filter dapat berfungsi sebagai penyaring butiran-butiran halus dari zona inti yang
dilindungi, maka jenis material tersebut harus memenuhi persyaratan seperti diuraikan di
bawah.

a) Kriteria pokok:
- Filter harus dapat mencegah terjadinya pengangkutan butir tanah oleh rembesan
- Permeabilitas (k) filter harus jauh lebih besar dari pada urugan yang dilindungi,
permeabilitas filter sekitar 20 ~ 100 permeabilitas inti.
Agar filter dapat berfungsi dengan baik, gradasi filter harus memenuhi kreteria berikut :

b) Kriteria gradasi filter


1). Persentase butir yang melewati saringan No. 200 harus kurang dari 5 % berat setelah
dipadatkan.
2). D15F
harus > 5
D15B

3). Kreteria filter terkait dengan jenis tanah dasar yang dilindungi, disajikan pada Tabel
3.1 di bawah.

Tabel 3.1 Hubungan antara jenis tanah dasar dan kriteria filter

Kategori Deskripsi Tanah Dasar dan Kriteria Filter 2)


Tanah 1)
Saringan No. 200
1 Lanau halus dan lempung yang melewati saringan D15F
No. 200 > 85 %. D85B

2 Pasir, lanau, lempung, dan pasir lanauan, dan pasir D15F  9mm
 0,7 3)

lempungan yang melewati saringan No. 200 antara


40 % - 85 %.

 0,7 mm
4)
3 Pasir dan kerikil mengandung lanau dan lempung D15F +
yang melewati saringan No. 200 antara 15 % - 39 (40-A) (4xD85B –
5)
%. 0,7mm)
25
4 Pasir dan kerikil lebih kecil dari 15 % yang melewati D15F /D85B
saringan No. 4 (melewati 4, 75 mm)

4 6)

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 17


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Keterangan :
1) Kategori tanah yang mengandung butiran > 4,75 mm ditentukan dari kurva gradasi dari
tanah dasar setelah disesuaikan menjadi 100 % melewati saringan No. 4.
2) Ukuran terbesar butir filter adalah 75 mm dan persentase yang melewati saringan No.
200 maksimal 5 % dan indek plastisitas ditentukan berdasar material yang melewati
saringan no. 40. Untuk meyakinkan filter mempunyai permeabilitas yang cukup maka
D15F
 5 dan lebih kecil dari 0,10 mm.
D85B

3) Apabila 9 x D85B < 0,20 mm maka digunakan 0,20 mm.


4) A adalah persentase saringan yang melewati saringan No. 200 setelah dibuat gradasi
sesuai filter.
5) Apabila 4 x D85B < 0,7 mm, maka digunakan 0,7 mm.
6) Untuk tanah kategori 4, D85B dapat ditentukan dari kurva gradasi awal tanpa
penyesuaian untuk butir-butiran yang lebih besar dari 4,75 mm.
7) - D15F adalah ukuran butiran material filter yang terletak di garis 15 % pada kurva
gradasi.
- D15B adalah ukuran butiran material zona yang dilindungi yang terletak di garis 15
pada
kurva gradasi.
- D 85B adalah ukuran butiran material zona yang dilindungi yang terletak di garis 85 %
pada kurva gradasinya.
8) Di dalam susunan material filter tidak diperkenankan adanya butiran halus melebihi 5
% (yang dapat melalui ayakan No. 200) dan juga pada material filter tidak
diperkenankan adanya butiran yang bersifat kohesif.

Koefisien permeabilitas filter, dapat diketahui dari hasil uji lapangan atau uji laboratorium
terhadap contoh tanah tidak terganggu. Pada desain awal, permeabilitas filter dapat
diperkirakan dengan menggunakan rumus empiris Hazen, seperti berikut:

k = C x D102

Keterangan :
k : koefisien permeabilitas [cm/s];
C : konstanta = 1, berlaku untuk pasir dan kerikil bergradasi seragam,
tanpa sementasi dan bersih (lanau dan lempung < 5%);
D10 : ukuran butir yang lewat saringan 10 % pada kurva gradasi material (mm)

Pada hakekatnya persyaratan-persyaratan yang telah diuraikan tersebut di atas,


merupakan persyaratan yang paling aman, terutama untuk melindungi zona-zona yang
terdiri dari material yang mengandung banyak lempung atau material dengan butiran yang
hampir seragam.

Penentuan ketebalan filter, bukan hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan teoritis,


tetapi juga dipertimbangkan faktor-faktor praktis serta faktor keamanan lainnya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 18


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Sebagai contoh dapat kiranya diikuti uraian sebagai berikut :


a) Apabila diperoleh bahan pasir sungai berbutir hampir seragam dan butirannya
berbentuk bulat dengan koefisien permeabilitas, k = 1 x 10-2 sampai dengan 1 x 10-3
cm/s, maka secara teoritis material seperti ini dapat digunakan sebagai filter dengan
ketebalan antara 20 - 30 cm saja.
b) Akan tetapi dengan mampertimbangkan faktor-faktor praktis dan faktor-fakrtor
keamanan baik pada saat penimbunan, maupun eksploitasinya serta faktor besarnya
debit filtrasi yang harus diluluskan, maka dalam pelaksanaannya filter dari material
semacam ini dapat mencapai ketebalan antara 2 - 3 meter dan minimal 1 m.

3.3 Zona Batu


Batu yang diperoleh dengan cara memecahkan lapisan batuan masif atau material
bongkah pecahan batuan yang biasanya terdapat pada alur-alur sungai, disebut sebagai
material batu. Bendungan urugan yang sebagian besar tubuhnya terdiri dari timbunan batu
berdiameter rata-rata 10-75 cm disebut bendungan batu (rockfill). Material batu dianggap
ideal, apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Ukuran diameter batu antara 45 - 60 cm dengan berat antara 250 - 500 kg atau lebih.
b) Batu yang berdiameter kurang dari 10 cm yang terdapat dalam timbunan tubuh
bendungan, komposisinya tidak diperkenankan melebihi 5 %.
c) Material batu tidak mudah pecah, baik dalam pengangkutan maupun pada saat
penuangan dari alat pengangkutan (dumping).
d) Berat jenisnya tidak kurang dari 2,5.
e) Kuat tekan batu tidak kurang dari 700 kg/cm2.
f) Daya tahan terhadap pelapukannya, tinggi (pada pengujian dengan cairan Na 2SO4
penyusutannya tidak melebihi 0,015 %).

Untuk bendungan yang tingginya kurang dari 50 meter, dapat digunakan material batu
dengan persyaratan sebagai berikut:
- Berat jenis sekitar 2,3.
- Kuat tekan batu sekitar 300 kg/cm2.
- Daya tahan terhadap pelapukan pada pengujian dengan cairan Na 2SO4,
penyusutannya sebesar 0,15 %).

Kekuatan geser material batu dapat ditentukan sebagai berikut:


a) Apabila material batu cukup keras dan stabil, maka biasanya untuk D50 = 2 - 10 cm
(D50 adalah ukuran diameter dari material batu yang terletak pada garis 50 % lolos
saringan dari kurva gradasi), sudut geser dalam (Ø) adalah sekitar 40°.
b) Sedangkan untuk D50 > 15 cm, harga Ø dapat diambil sebesar 45°.
c) Akan tetapi untuk material batu yang kuat tekannya tidak besar, maka pengambilan
harga Ø = 35° sudah cukup aman. Kestabilan karakteristik material batu, merupakan
faktor yang mutlak diperlukan, karena pada tubuh bendungan material ini harus
mampu bertahan sepanjang umur exploitasi yang direncanakan (biasanya lebih dari
lima puluh tahun). Oleh karena itu, material batu harus dipilih yang keras dengan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 19


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

intensitas retakan yang rendah pada setiap bongkah batu dan mempunyai daya tahan
yang tangguh terhadap pengaruh air maupun pengaruh atmosfir lainnya. Semakin
besar ukuran batu serta semakin masif batu tersebut, maka material ini akan semakin
baik. Karena itu biasanya material batu yang berasal dari batuan beku atau batuan
metamorfis, merupakan material yang memenuhi persyaratan tersebut di atas. Material
yang berasal dari batuan sedimen kadang-kadang juga dapat digunakan terutama
batuan sedimen tua, tetapi harus dilakukan penelitian yang seksama. Jenis bahan
batu yang umumnya memenuhi syarat sebagai material timbunan tubuh bendungan
dapat diklasifisikan seperti pada tabel di bawah.

Tabel 3.2 Batu yang digunakan sebagai material timbunan bendungan


Batuan sangat baik untuk bendungan Batuan yang dalam penggunaannya
urugan perlu penelitian yang seksama
Granit, Andesit, Riolit Shale, Slate
Basalt Tuff
Batuan pasir berumur sebelum Batuan pasir berumur Neozoikum
Mesozoikum Gneiss, Schist
Batuan kapur
Batuan silikat

Mengingat material batu tersebut biasanya diledakkan guna memperoleh ukuran batu
serta gradasi yang sesuai dengan spesifikasi teknisnya, maka dilakukan uji peledakan di
lapangan untuk menentukan cara-cara peledakan yang sesuai, terutama mengenai
kedalaman dari pada setiap lubang.

Apabila gradasi material batu tersusun dari ukuran butiran kecil, maka pemadatan yang
dilakukan adalah dengan metode pemadatan perlapisan (placement compaction method)
yang merupakan cara pemadatan yang paling baik. Sedangkan untuk gradasi material
batu berukuran besar, pemadatan yang dilakukan dengan metode pemadatan menuang -
ratakan (dumping and slincing compaction method) yang merupakan cara yang paling
sesuai.

Apabila material batu mengandung 7 % butiran halus (yang dapat melalui saringan No.
200 dengan ukuran lubang 0,074 mm), maka material campuran ini akan bersifat kedap
air. Akan tetapi apabila kandungan bahan berbutir halus hanya mencapai > 4 %, maka
material campuran ini akan bersifat semi-kedap air.

Mengingat hal tersebut, maka terutama untuk material timbunan yang berasal dari sungai
yang diambil menggunakan mesin gali seret (drag-line), supaya diperhatikan kandungan
butiran halus, agar tidak melebihi persyaratan yang telah diuraikan di atas.

3.4 Zona Random


Material random ini karena merupakan hasil galian yang biasanya ditempatkan pada
bagian bendungan yang tidak membahayakan, material ini tidak mempunyai kriteria dan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 20


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

persyaratan khusus. Namun, kandungan material halus dan organik tetap tidak boleh >
5%, disamping bukan berasal dari batuan yang terlapuk kuat.

RANGKUMAN
Dalam rangka melakukan penimbunan dan pemadatan tanah, hal yang penting dilakukan
oleh pengawas lapangan adalah mengetahui jenis tanah yang dapat dijadikan sebagai
material timbunan. Pada prinsipnya hampir semua tanah dapat digunakan sebagai
material timbunan, namun khusus untuk bendungan yang selalu berhubungan dengan
air, faktor yang berkaitan dengan keamanan bendungan adalah permeabilitas, kuat
geser dan kompresibilitas. Faktor permeabilitas berkaitan dengan masalah rembesan,
baik debit bocoran yang keluar maupun terbawanya butiran tanah (piping). Faktor kuat
geser berkaitan dengan masalah stabilitas lereng dan daya dukung yang berhubungan
dengan masalah kelongsoran lereng (sliding) yang dapat mengakibatkan berkurangnya
jagaan dan memicu terjadinya limpasan melalui puncak bendungan (overtopping). Faktor
kompresibilitas berkaitan dengan masalah penurunan yang dapat berpengaruh terhadap
terjadinya keretakan-keretakan yang terjadi di dalam tubuh bendungan.

Pengawas lapangan sebaiknya juga memahami material-material yang sesuai digunakan


sebagai zona kedap air, zona filter/transisi dan zona batu, termasuk persyaratan-
persyaratannya. Apabila ternyata jenis tanah dan batu yang tertulis di dalam spesifikasi
tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, pengawas dapat berinisiatif untuk mencarikan
altarnatif sumber-sumber material, termasuk tanah bekas hasil galian fondasi dalam
rangka memanfaatkan seoptimal mungkin material-material bangunan yang tersedia di
lapangan.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jenis tanah yang bersifat khusus, yakni tanah
dispersif, tanah ekspansif, tanah yang mudah runtuh dan tanah berpotensi likuifaksi.
Apabila pengawas menemui jenis tanah tersebut sebaiknya cepat melaporkan kepada
atasannya untuk mencari solusinya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 21


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB IV
PENANGANAN MATERIAL DI SUMBERNYA

4.1 Borrow Area


Kontraktor harus menyerahkan rencana terperinci terlebih dahulu untuk pelaksanaan
penanganan borrow area dan quarry. Rencana ini harus dikaji ulang secara hati-hati
terlebih dahulu untuk usulan dan harus diikuti dengan ketat selama pelaksanaan
konstruksi.
Pengawasan pengambilan tanah bahan urugan di borrow area dilakukan oleh Pengawas
(inspector), kemudian dilaporkan kepada Tenaga Ahli (Engineer). Pengawas melakukan
pengawasan pelaksanaan pengujian material urugan sebelum diangkut dari borrow area
ke lokasi urugan bendungan. Kedalaman galian dan tersedianya peralatan untuk
melaksanakan uji di lubang galian (borrow pit) yang harus disiapkan oleh kontraktor harus
diperhatikan dengan seksama. Pengawas harus melaporkan, mengenai kondisi dan
penyimpangan hasil uji terhadap spesifikasi desain, dengan demikian bila diperlukan
perbaikan dapat segera dilakukan.

Penyimpangan tersebut antara lain berupa :


1) Parameter tanah material borrow pit berbeda dengan parameter desain.
2) Galian borrow area tidak menghasilkan material sebagaimana yang diharapkan atau
jenis tanah berbeda dengan material yang diinginkan. Pelaksana harus melakukan uji
untuk meyakinkan bawa material sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
3) Tanah material borrow area terlalu basah atau kering untuk dapat dipadatkan dengan
baik. Selama penggalian dan proses pengambilan material, Pengawas harus
melakukan observasi terhadap semua upaya supaya kadar airnya memenuhi.

Kadar air pada borrow pit dapat berubah karena hujan, penguapan dan pengolahan tanah.
Bagaimanapun juga, sebelum tanah bahan timbunan diangkut ke tempat penimbunan,
kontraktor harus mengupayakan supaya kadar air mendekati kadar air rencana, antara
lain dengan cara seperti di bawah.

a. Penyiraman
Didaerah kering, rata-rata kadar air di sumber galian alami berkisar 10-15 % dibawah
persyaratan untuk pemadatan. Dalam keadaan demikian, borrow area harus dibasahi
dengan menambah air. Pembasahan borrow area dapat dilakukan dengan penyiraman
/mengalirkan air dengan membuat tanggul kecil atau dengan sistim sprinkler. Apabila
sumber galian tidak dapat dibasahi, sprinkle pada waktu pelaksanaan penggalian
dapat ditambahkan, sehingga air dapat bercampur secara homogen dengan tanah,
saat pembajakan, pengangkutan, penuangan dan penebaran ( ripping, hauling,
dumping dan spreading.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 22


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

b. Pengeringan
Pada saat musim hujan, tahapan pertama untuk mengeringkan atau menjaga kadar air
pada borrow pits adalah dengan membuat drainase permukaan. Cara ini dilakukan
dengan membuat saluran drainasi, dan membuat permukaan sumber galian miring
menuju saluran. Hal ini akan mengurangi penyerapan air hujan.

Untuk kondisi di Indonesia yang tanahnya berupa tanah lempungan hasil residual (residual
tropical soil), kadar air lapangan (wf) biasanya beberapa % sedikit di atas kadar air
optimum (OMC) standard proctor. Setelah diangkut ke tempat penimbunan, biasanya
kadar airnya sudah mendekati OMC.

Jenis peralatan penggali yang dipakai pada borrow area kering antara lain : Loader, back
hoe, power shovel, drag lines, scrapers, wheel excavator atau side delivery loaders.
Meskipun jarang, dredger sangat cocok digunakan untuk menggali material dari
submerged area dalam jumlah besar, yaitu dari sungai, waduk, dan lain-lain. Ada dua jenis
dredger yaitu “Bucket dredger dan Hydraulic dredger”.

Bila digunakan scraper untuk penggalian di borrow area yang lokasinya tidak berjauhan
dengan daerah timbunan, tambahan alat angkut sudah tidak diperlukan lagi. Bila
dipergunakan alat penggali lainnya, masih diperlukan alat angkut berupa truk dan belt
conveyor.

4.2 Quarry
4.2.1 Pengambilan Material
Rencana Pelaksana pengeboran dan peledakan harus mendapat persetujuan Direksi dan
Insatnsi Keamanan. Uji galian mungkin diperlukan untuk mengetahui apakah produksi batu
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan

Tenaga Ahli Geologi yang berpengalaman, ahli tehnik dan ahli peledakan, ditempatkan di
quarry untuk melakukan pengeboran dan uji peledakan, agar produksi batu dapat
mencapai hasil yang optimum. Masalah yang sering dihadapi pada peledakan adalah
bagaimana memperoleh perbandingan volume batu pasir, kerikil, ataupun diameter yang
lebih besar sesuai desain.

Sebagai alat pemuat material material ke dalam truk atau alat angkut lainnya digunakan
Front-End-Loaders yang merupakan alat yang paling mutakhir, sedangkan Power shovel
jarang digunakan di quarry, namun masih digunakan untuk mengambil langsung dari stock
pile, karena kapasitasnya besar dan efisien serta dapat memuat langsung ke alat
pengangkut.

Truk adalah merupakan alat angkut utama ; ada tiga macam truk, yaitu :
1) Side Dump type ; alat ini jarang digunakan pada pelaksanaan Bendungan Urugan, dan
lebih sering digunakan untuk melayani bangunan gedung.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 23


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

2) Bottom type ; alat ini lebih banyak digunakan, tetapi terdapat keterbatasan, batu besar
sering tidak bisa keluar, tersumbat dipintu, memerlukan buldoser untuk mencukil batu
tersebut. Jadi banyak waktu terbuang percuma dan mengganggu program angkutan.
3) End Dump Type ; alat ini adalah alat yang paling baik diantara ketiganya, karena
kecepatan, mobilitas, dan lebih murah.

Batu hasil ledakan perlu diproses lebih lanjut. Peralatan yang sering digunakan dalam
pemrosesan batu adalah sebagai berikut :
a) Grizzly
Grizzly adalah saringan dari batang baja, dipasang miring terhadap arah jatuhnya batu
yang disaring. Biasanya batang baja bagian atas lebar, kemudian makin kecil pada
bagian bawahnya, sehingga bukan semakin lebar dibagian bawahnya. Dengan
demikian saringan tidak akan tersumbat oleh jatuhnya batu yang disaring.
b) Trommel
Trommel adalah alat pemisah/pengayak yang lebih maju yang berupa silinder pelat
baja berlubang-lubang dan berputar; berfungsi untuk menyaring batu-batu besar, dan
juga bisa memisahkan batu selebihnya, ke beberapa saringan yang lebih kecil.
Trommel terbuka pada kedua ujungnya, dengan as silinder horizontal atau agak miring,
agar material dapat terdorong dengan berputarnya silinder. Sejumlah batu dimasukan
kedalam silinder yang berputar. Material yang besar bergerak dan dialirkan ke udjung
keluaran, sedangkan pecahan-pecahan kecil mengalir lewat lubang lubang kecil
dipangkal silinder, yang kemudian diterima dalam hopper dan dibawa ke stok piles
dengan menggunakan conveyor.
c) Saringan Getar (Vibrating Screen)
Alat ini digunakan untuk menyaring. Alat ini terdiri dari saringan baja, dipasang
horizontal atau miring. Material dimasukan kedalam saringan hingga sampai diujung
saringan dan keluar melalui hopper dan diterima oleh belt conveyor.
d) Alat pemecah batu (Rock Crusher Plants)
Pemecah batu tidak biasa digunakan untuk memecah batu-batu besar, karena biaya
opersionalnya terlalu besar. Pemecah batu digunakan untuk memproduksi batu filter
dan material drainase.
Beberapa macam pemecah batu, antara lain :
 Jaw Crushers, untuk pemecah awal.
 Impact Crushers, untuk pecah awal.
 Cone Crushers, untuk pemecah tahap kedua.
 Roll Crushers, untuk pemecah tahap ketiga.
Perencanaan Crushing Plant tergantung pada kondisi spesifikasi yang diperlukan.
Kontraktor harus berkonsultasi dengan pembuat peralatan pemecah batu, agar
hasilnya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
e) Alat Pencuci
Pencuci tidak diperlukan untuk produksi batu, tetapi diperlukan untuk produksi filter dan
material drainase. Pencucian dilakukan bersamaan dengan proses penyaringan, air
langsung disemprotkan ke material didalam saringan; dengan tekanan tinggi, air

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 24


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

disemprotkan tegak lurus pada permukaan saringan. Pencucian dilakukan pada waktu
akhir penyaringan.

4.2.2 Uji Quarry


Uji quarry akan membantu desainer untuk menentukan bentuk, ukuran, dan gradasi dari
batu yang dihasilkan. Uji quarry biasanya dilakukan dalam satu rangkaian dengan uji
pemadatan timbunan, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku
batuan sejak dari pengeboran, peledakan hingga pemuatan, dapat dievaluasi.

Uji quarry dilakukan untuk memperoleh :


a) Informasi bagi desainer, geologist, dan pengawas lapangan mengenai desain
pekerjaan galian, efek struktur geologi terhadap produk, cara peledakan yang terbaik
dan kontrol dalam pembuatan batu pecah untuk bangunan.
b) Contoh material uji yang dapat mewakili.
c) Memberi gambaran kepada Pelaksana, mengenai pengeboran dan perilaku batuan
saat peledakan.
d) Penentuan proses lebih lanjut, bila diperlukan, untuk pengolahan batu quarry, antara
lain penguasaan dari lahan quarry tersebut.

Pengawasan pada waktu pelaksanaan uji quarry dilakukan untuk menjamin bahwa :
a) Tetap dipatuhinya spesifikasi uji quarry walaupun ada perbedaan didalam metode uji
dan prosedur, dengan demikian perbandingan dari metode yang berbeda dan analisa
dari informasi lain, akan punya arti.
b) Kelengkapan dan akurasi data disimpan selama pekerjaan berlangsung.
c) Harus dibuat laporan yang mencatat hal-hal sebagai berikut :
- Tipe mesin pengebor yang digunakan.
- Kecepatan pengeboran, untuk masing-masing tipe batuan.
- Diameter, kedalaman, pola, jarak, lobang bor, tipe dan intensitas bahan peledak.

Metode pengeboran dan peledakan yang dilakukan oleh kontraktor, mempunyai pengaruh
yang sangat menentukan terhadap gradasi batu yang dihasilkan. Pada umumnya,
pengalaman dari Pelaksana sangat penting; pengalaman terhadap peledakan pertama
akan memperoleh kriteria pengeboran dan pola peledakan. Jarak pengeboran dan
intensitas bahan peledak, tergantung pada kondisi batuan setempat. Produksi
batu/Quarry, bisa menggunakan cara “Bench cutting atau Coyote holing”. Metode coyote
memerlukan peledakan besar, awalnya lebih murah bila dibandingkan Bench Cutting,
tetapi kemudian masih diperlukan peledakan susulan untuk memecah batu yang besar
tersebut. Peledakan metode coyote tidak digunakan bila ingin mendapatkan material batu
untuk struktur.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 25


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

4.3 Material Campuran (Blended Material)


Pencampuran dua atau lebih jenis tanah mungkin diperlukan, apabila dijumpai adanya
perbedaan lapisan dan jenis tanah di borrow area. Pertimbangan diperlukannya
pencampuran tanah adalah, sebagai berikut :
1) Untuk memperoleh material yang karakteristiknya bisa diterima sebagai bahan
timbunan suatu zona tertentu
2) Agar lapisan-lapisan tanah yang beragam dapat dimanfaatkan sebagai bahan
timbunan
3) Untuk memproduksi sejumlah material yang memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan.

Apabila material yang harus dicampur berupa perlapisan horisontal, penggalian dengan
alat power shovel pada arah vertikal harus dilakukan untuk mencampur material tersebut.
Apabila dengan cara tersebut hasil pencampurannya belum memenuhi syarat, maka
pencampuran ulang perlu dilakukan. Kontrol pelaksanaan dengan melakukan pemeriksaan
terhadap ketebalan, pemotongan lapisan, dan proporsi yang benar pada setiap lapisan,
serta memastikan bahwa material tercampur secara merata (homogen).

Pencampuran bermacam material dari bermacam sumber, dapat dilakukan dengan


membuat stock piling, satu lapis untuk setiap sumber, dan kemudian dari berbagai sumber
dibuat berlapis-lapis. Metode ini cukup mahal dan jarang dilakukan serta untuk
mendapatkan campuran material yang homogen diperlukan penanganan secara cermat.

Kemiringan : lebih dari


2%

Waktu penimbunan Tebal penebaran gravel  75 cm

Tebal penebaran tanah  25 cm

Gambar 4.1 Pelaksanaan Pencampuran Material Yang Berbeda

Bila kemajuan pekerjaan pengambilan tanah di borrow area berjalan jauh lebih cepat
dibandingkan pemadatan didaerah bendungan, atau lokasi borrow area jauh dari
bendungan maka dianjurkan untuk membuat stock pile di dekat daerah pekerjaan. Material
filter/drainase juga sering di stock, bila material tersebut harus didatangkan dari jauh.
Material tersebut harus ditempatkan sedemikian rupa, untuk menghindari terjadinya
pemisahan (segregasi) dan pencemaran (kontaminasi) dengan material lain. Penurunan
material filter, harus dilakukan dengan hati-hati, uji gradasi harus dilakukan di tempat stock
pile dan juga ditempat timbunan, agar tidak menyimpang dari spesifikasi.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 26


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Untuk menghindari segregasi, penuangan material filter dan drainase dari alat pengangkut
harus serendah mungkin. Lokasi penyimpanan filter atau drainase harus cukup jauh dari
material lain dan alat berat tidak boleh melintas diatas stock pile. Parit drainasi disediakan
untuk menjauhkan aliran air hujan dari daerah stock pile Uji gradasi harus dilakukan
terhadap contoh yang diambil dari beberapa lokasi di stock pile, demikian pula setelah
penempatan didaerah timbunan. Semua jenis material di stock pile harus diperiksa
kualitasnya dan harus memenuhi spesifikasi sebelum diangkut ke tempat penimbunan.

4.4 Rehabilitasi Lahan


Penghijauan bekas borrow area dan quarry harus dilakukan untuk mengembalikan ke
kondisi semula atau bahkan lebih baik dengan menanam tanaman yang bermanfaat,
misalnya buah-buahan yang dapat memberikan nilai tambah ekonomi. Disamping
pepohonan, penghijauan dapat ditanami dan diselingi dengan pohon bunga yang
berselang seling, sehingga memberikan daya tarik dan keindahan pada saat pohon
tersebut berbunga secara bergantian (estetika).

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 27


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB V
PENIMBUNAN DAN PEMADATAN

5.1 Tanah
Kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah ternyata telah dikenal ribuan tahun yang lalu,
seperti di Ceylon, penggunaan tanah sebagai material timbunan telah dikembangkan pada
tahun 504 SM. Pemadatan ini dilakukan pada pembangunan suatu bendungan yang
panjangnya kurang lebih 17 km dan tinggi 21 m yang dapat menampung sekitar
16.000.000 m3 air untuk keperluan irigasi. Namun kegiatan yang dilakukan tersebut belum
menggunakan suatu teknik pemadatan.

Massa tanah terdiri dari partikel-partikel padat (butiran tanah), udara dan air. Udara dan air
tersebut mengisi ruang pori diantara butirannya. Energi pemadatan umumnya
menggunakan bahan bergerak berupa penggilasan, penumbukan atau getaran.
Pemadatan adalah proses untuk meningkatkan kepadatan tanah dengan memperkecil
ruang/pori-pori antar partikel dengan berkurangnya volume udara. Pada pelaksanaan
penimbunan dan pemadatan tanah, tanah yang urai dihampar dengan ketebalan 25
sampai 40 cm, tiap lapis dipadatkan sesuai dengan standar tertentu menggunakan mesin
gilas (roller), penumbuk (rammers), atau penggetar (vibrator).

Tujuan dari pemadatan tanah adalah untuk :

- Meminimalkan angka pori tanah,


- Meningkatkan kuat geser tanah,
- Menambah sifat kedap air

Kepadatan kering tanah setelah pemadatan tergantung pada kadar air dan besarnya
energi yang diberikan oleh alat pemadat. Sifat pemadatan tanah dapat diketahui dari
pengujian pemadatan dengan metoda Standard Proctor di laboratorium. Hasil dari
percobaan pemadatan dilaboratorium dapat dilihat pada gambar hasil uji pemadatan
dilabolatorium. Bila seluruh udara dalam tanah dapat dikeluarkan akibat pemadatan, maka
tanah tersebut berada pada keadaan jenuh sempurna dan kepadatan kering mencapai
harga maksimum pada kadar air.

Pada proses pemadatan ini, udara akan keluar dari ruangan/pori-pori, sedangkan jumlah
kandungan air tidak mengalami perubahan. Dengan demikian kadar air (w) ini tetap
nilainya sesudah maupun sebelum dipadatkan. Pengalaman menunjukkan bahwa dengan
berbagai cara pemadatan, udara didalam ruang pori tak mungkin seluruhnya dapat
dikeluarkan. Ini berarti bahwa keadaan jenuh sempurna tidak akan pernah dapat dicapai.

Salah satu cara untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal telah dikembangkan
oleh Proctor (1933) di laboratorium. Dasar teknik pemadatan tanah ini mempunyai prinsip
bahwa nilai kepadatan tanah yang tinggi tergantung dari kadar air dan energi pemadatan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 28


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

yang ada. Pada kadar air tertentu, akan dicapai nilai kepadatan maksinum. Kepadatan
maksimum yang lebih tinggi akan dicapai bila energi pemadatan ditingkatkan.

Meskipun akibat pemadatan tanah, kepadatan akan meningkat, tetapi prosesnya berlainan
dengan pemampatan (konsolidasi) yang mengalami proses terdrainasinya air di dalam
tanah akibat beban statis yang bekerja. Dengan demikian pada tanah yang dipadatkan
kuat geser (shear strength) akan meningkat, pemampatan (compressibility) berkurang dan
permeabilitas juga meningkat. Namun demikian hasil pemadatan yang maksimal
tergantung dari beberapa faktor, antara lain jenis tanah dan metoda/cara pemadatan.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengawasan pemadatan adalah menjaga
supaya tanah yang dipadatkan bersifat homogin dan tidak terjadi stratifikasi, yakni
menjaga :
- Jenis tanah yang digunakan memenuhi spesifikasi.
- Kadar air dari tanah yang dihampar konsisten pada batas yang ditetapkan, misalnya
tetap pada “sisi basah (wet side)”.
- Ketebalan tanah yang dihampar sesuai dengan spesifikasi, jangan terlalu tipis dan
jangan terlalu tebal.
- Alat pemadat dan banyak gilasan sesuai degan spesifikasi, semua bagian tanah yang
dihampar harus memperoleh energi pemadatan yang sama, pada bagian yang
sempit/khusus gunakan alat pemadat yang sesuai, misalnya penumbuk tangan,
tamping rammer, baby roller, dll.

Bila kondisi tanah tidak dipadatkan dengan baik (tidak mengikuti prosedur), sehingga
terjadi lapisan yang tidak homogin serta stratifikasi, maka hal tersebut dapat menimbulkan
masalah rembesan setelah waduk diisi.

5.1.1 Pemadatan di Laboratorium


ASTM (American Society for Testing and Materials) memperkenalkan Standard Proctor
sebagai salah satu cara pemadatan tanah di laboratorium. Standar ini telah digunakan di
berbagai negara termasuk di Indonesia. Sehubungan dengan kapasitas peralatan yang
digunakan di lapangan yang bervariasi daya energinya, maka telah dilakukan cara lain
mengenai teknik pemadatan di laboratorium yatiu dengan cara Modified ASSHO. Adapun
energi yang digunakan (Compaction Energy) dihitung dari :

Jumlah pukulan x jumlah lapisan x tinggi jstuh x berat Rammer


Volume mold

a) Standar Proctor
Pemadatan ini dilakukan dengan menggunakan peralatan yang telah dibakukan. Energi
pemadatan diperoleh dengan menjatuhkan beban/penumbuk seberat 5.5 lbs (= 2.49 kg),
diameter 2 inchi (= 5.1 cm) setinggi 12 inchi (= 30.48 cm) pada lapisan yang dihampar
merata selapis demi lapis di dalam sebuah silinder besi berdiameter 4 inchi (= 10.16 cm),
tinggi 4.6 inchi (11.68 cm). Setiap lapisan ditumbuk 25 kali. Energi yang diperoleh sebesar

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 29


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

12.400 ft. lb/cu (= 60.5965 tm/m3). Pengujian kepadatan tanah ini dapat menggunakan
Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk tanah, SNI 03.1742.-1989.

1000 ml compaction mould


Gambar 5.1 Alat mould Standard Proctor

Tanah yang dipadatkan mempunyai ukuran butir yang lolos saringan no. 4. Kadar air
diperoleh dengan mengeringkan beberapa gram tanah yang telah dipadatkan di dalam
oven bertemperatur antara 105 – 110 ºC selama kurang lebih 24 jam. Dari beberapa
pemadatan dengan kadar air yang berlainan, maka diperoleh suatu lengkung/kurva
pemadatan, seperti gambar di bawah.

Gambar 5.2 Hasil uji kepadatan Standard Proctor di laboratorium

b) Modified AASHO
Pada prinsipnya pengujian dengan cara ini sama dengan cara Standard Proctor diatas,
tetapi menggunakan energi kepadatan yang lebih besar. Berat penumbuk 10 lbs (= 4.54
kg), dijatuhkan setinggi 18 inchi ( = 45.72 cm) sebanyak 25 kali pada setiap lapisan tanah.
Tanah ditempatkan selapis demi selapis dalam silinder (mold) dengan ukuran diameter 6
inchi (= 15.24 cm) dan tinggi 5 inchi (= 12.70 cm). Tanah ini dihamparkan sebanyak 5
lapis. Energi pemadatan yang diperoleh sebesar 56.250 ft. lb/cu ft (= 274.7441 tm/m3).
Cara ini dilakukan untuk mengetahui sifat kepadatan tanah timbunan yang menggunakan
alat pemadat dengan energi pemadatan yang besar (alat-alat besar). Pengujian kepadatan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 30


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

tanah cara ini sesuai dengan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah, SNI 03-
1743-1989.

Untuk memperoleh parameter teknik lainnya, maka pada kadar air tertentu (biasanya -1%
hingga +3% kadar air optimum/OMC), diambil contoh tanah (ex-proctor) untuk pengujian-
pengujian lainnya, antara lain :
- Konsolidasi untuk memperoleh indeks kompresi (Cc), koefisien konsolidasi (Cv),
tekanan prakonsolidasi ( σc), dll
- Permeabilitas (k),
- Kuat geser (triaksial, geser langsung/direct shear)
- Sifat dispersif (pin-hole test)
- Dll.

Gambar 5.3 Kurva hasil pemadatan laboratotium, Standar dan Modified Proctor

5.1.2 Percobaan Pemadatan di Lapangan (Trial Embankment)


a) Tanah
Percobaan timbunan tanah harus direncanakan dan dilaksanakan oleh Pelaksana dengan
persetujuan Direksi dan diawasi oleh Pengawas. Percobaan dilakukan pada awal tahap
pelaksanaan konstruksi, sebelum dimulai pekerjaan timbunan tubuh bendungan, dengan
tujuan untuk menentukan:
1) Tipe alat pemadat yang paling efektif
2) Ketebalan lapisan penghamparan
3) Jumlah lintasan atau frekwensi pemadatan.
4) Besar penurunan lapisan penghamparan sebelum dan sesudah dipadatkan
5) Jumlah air pembasahan yang diperlukan untuk mendapatkan kadar air secara merata,
pada lapisan tersebut mendekati kadar air optimum
Penimbunan dan Pemadatan Tanah 31
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

6) Konfirmasi antara parameter desain dengan sifat-sifat teknis dan perilaku material
pada saat pemadatan, dll.

Dengan telah diperolehnya data-data pemadatan tanah di laboratorium, maka penentuan


nilai kepadatan tanah di lapangan dapat ditentukan. Penentuan kepadatan tanah di
lapangan dapat dilakukan dengan percobaan penimbunan dan pemadatan di lapangan
yang lazim disebut “trial embankment”. Percobaan pemadatan di lapangan ini harus
menggunakan alat pemadat yang akan digunakan pada saat pekerjaan pemadatan nanti.

Percobaan pemadatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan material tanah dari


borrow area yang akan digunakan sebagai tubuh bendungan. Beberapa percobaan
penimbunan dan pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat pemadat yang telah
ditentukan (misalnya sheepfoot roller) pada ketebalan tanah yang telah ditentukan yang
telah dihampar sebelumnya menggunakan alat penghampar bulldozer. Jumlah
lintasan/tumbukan yang berbeda-beda dan penggunaan kadar air dicatat, sehingga
diperoleh variasi kepadatan tanahnya. Dengan demikian maka ketebalan dan jumlah
lintasan atau jumlah tumbukan alat dalam pekerjaan pemadatan yang akan dilakukan
dapat ditentukan sesuai dengan nilai kepadatan yang disyaratkan di dalam spesifikasi
teknik. Hasil percobaan pemadatan dilapangan digunakan untuk menentukan jumlah
lintasan dan ketebalan lapisan yang dihampar. Umumnya, untuk tanah lempung banyak
lintasan antara 8 – 10 lintasan sudah mencapai nilai kepadatan kering maksimum.
Mengingat sifat tanah bahan timbunan yang berjenis lempung mempunyai sifat rembesan
yang rendah maka alat pemadat Sheep Foot Roller merupakan alat pemadat yang paling
cocok bagi jenis tanah bersifat lempungan, sedangkan untuk tanah berbutir kasar, Vibrator
Roller merupakan alat pemadat yang paling cocok. Alat pemadat yang sudah banyak
digunakan di proyek-proyek yang cukup besar antara lain adalah Sheep Foot Roller,
Vibrator Rolle, Rubber Tire Roller, Stamper Ramer dan baby rolller untuk tempat yang
sempit, serta jenis alat pemadat lainnya.

Hasil percobaan pemadatan di lapangan (trial embankment) digambarkan pada suatu


grafik hubungan antara kepadatan kering (sumbu-y) dengan banyak lintasan (sumbu-x),
seperti gambar di bawah. Hasil dari percobaan tersebut selanjutnya digunakan sebagai
pegangan dalam melaksanakan penimbunan pemadatan di lapangan dalam hal
menentukan tebal lapisan tanah yang dihampar, banyak lintasan/gilasan alat pemadat
yang digunakan dan kadar air.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 32


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Gambar 5.4 Contoh hasil percobaan pemadatan di lapangan

b) Timbunan berbutir kasar dan batu


Percobaan timbunan batu dilaksanakan bersamaan denga percobaan kuari (quarry),
dengan demikian akan diperoleh informasi lengkap mengenai perilaku batu selama proses
penggalian/peledakan, pengangkutan dan pemadatan serta untuk memastikan bahwa
material yang digunakan dalam percobaan timbunan adalah merupakan representasi dari
material yang akan diproduksi dengan metode penggalian yang diusulkan. Percobaan
timbunan batu di lapangan direncanakan dan dilaksanakan oleh Pelaksana dengan
persetujuan Direksi dan diawasi oleh Pengawas.

Percobaan timbunan dilakukan untuk menentukan :


1) Jenis peralatan pemadat yang paling efektif,
2) Tebal lapisan pemadatan dan jumlah lintasan
3) Ukuran maksimum material batu
4) Tingkat degradasi atau segregasi yang terjadi selama penggilasan
5) Sifat fisik hasil pemadatan seperti kepadatan (density) dan gradasi butiran

Uji gradasi dilakukan sebelum dan sesudah pemadatan, untuk mengetahui banyaknya
butiran yang hancur selama pemadatan. Ketebalan lapisan juga harus diukur, demikian
pula kepadatan material setelah pemadatan harus ditentukan langsung dengan
menggunakan cara konvensional skala besar (water replacement) , atau langsung dengan
memeriksa penurunan/settlement lapis pemadatan. Bila kepadatan lapisan ditentukan dari
pengkuran penurunan, pengukuran harus dilakukan secara seksama, agar diperoleh hasil
pengukuran yang riil pada lapisan, tidak termasuk penurunan pondasi dibawahnya.
Pemeriksaan dan pengukuran dilakukan pada paritan yang dibuat ditengan hamparan batu
yang telah dipadatkan, yang mencakup pemeriksaan: tebal urugan yang dipadatkan,
distribusi material halus dan distribusi kepadatan. Untuk melengkapi data penurunan, jika
perlu dibuat beberapa uji kepadatan cara konvensional.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 33


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

5.1.3 Peralatan yang Digunakan


Secara garis besar ada 3 kelompok peralatan untuk pekerjaan timbunan yaitu:
- Alat pemadat berat
- Alat pemadat manual
- Alat penghampar dan pemroses

Untuk pemadatan lapisan urugan bendungan, ada 3 macam alat pemadat berat, yaitu:
- Mesin gilas kaki kambing (sheeps foot roller- tamping roller)
- Mesin gilas ban karet (tire wheel vibrating roller)
- Mesin gilas getar roda besi (steel wheel vibrating roller)

Kegunaan, kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis dibahas pada paragraf


dibawah. Peralatan umum lain yang digunakan adalah: alat pemadat manual/pemadat
tangan yang digunakan untuk tempat khusus, seperti medan yang sempit, bidang kontak
dengan fondasi dan konstruksi beton; peralatan pengangkut dan peralatan penghampar
urugan. Peralatan penghampar juga dapat digunakan untuk memadatkan timbunan semi
padat seperti berm pemberat. Alat lain adalah traktor rangkak (crawler tracktor) yang
kadang-kadang juga digunakan untuk pemadatan pada material lulus air non kohesi.

a) Mesin gilas kaki domba (sheep foot roller-tamping roller)


Bagian pemadatan pada mesin tersebut adalah berupa drum/silinder baja ganda yang
permukaan luarnya dilekatkan tonjolan-tonjolan berbentuk batang-batang kaki pendek.
Ditinjau dari penggeraknya, ada jenis gandengan yang ditarik traktor dan yang didorong
dengan mesin sendiri. Sesuai dengan bentuk batang-batang kakinya, selain mesin gilas
kaki domba juga ada jenis lain, yaitu :
1) Mesin gilas kaki baji (peg-foot roller)
2) Mesin gilas kaki lancip (taper foot roller)

Kelebihan: mesin gilas ini digunakan untuk memadatkan tanah berbutir halus atau tanah
berbutir kasar dengan kandungan bahan halus yang cukup besar.

Keuntungan: memiliki efek meremas (kneading), mengaduk dan memadatkan, serta


mencampur tanah dengan air lebih baik dibanding mesin pemadat lain dan menghasilkan
ikatan diantara perlapisan timbunan yang lebih baik.

Kekurangan: menghasilkan permukaan yang kasar oleh karenanya rentan terhadap


pembasahan oleh air hujan atau aliran permukaan. Jangkauan kedalaman lapis
pemadatan lebih dangkal dari pada peraltan lain. Efektivitasnya akan berkurang untuk
pemadatan tanah yang mengandung kerakal atau fragmen batuan besar. Mesin gilas yang
didorong sendiri kadang-kadang menyebabkan geseran atau perlapisan dalam urugan.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 34


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

b) Mesin gilas ban karet (tire roller)


Mesin gilas ban karet dapat diklasifikasikan dari beberapa aspek, antara lain :
1). Ditinjau dari jumlah porosnya, maka dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu mesin
gilas ban karet berporos tunggal (single axis tire roller) dan berporos ganda (double
axis tire roller).
2). Ditinjau dari tenaga penggeraknya, maka dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis lagi,
yaitu mesin gilas ban karet bermotor (self driving tire roller) dan mesin gilas ban karet
seret (dragged tire roller).

Jumlah roda tergantung dari berat mesin gilas yang bersangkutan dan tergantung pula dari
lebar jangkauan yang dikehendaki serta penempatan roda-rodanya dalam berbagai posisi.
Untuk memperoleh hasil pemadatan yang baik, maka diperlukan adanya tekanan yang
sama dan merata di seluruh bidang pemadatan, walaupun permukaan lapisan yang
dipadatkan tidak begitu rata. Persyaratan tersebut dapat dicapai dengan pengaturan udara
pada masing-masing ban, disesuaikan dengan berat mesin dan kondisi permukaan lapisan
yang akan dipadatkan.

Kegunaan: utamanya untuk memadatkan tanah kohesif (digunakan juga untuk tanah
pasiran atau tanh nonkohesif).

Kelebihan: jangkauan kedalaman pemadatan lebih dalam dari pada mesin gilas kaki
domba; permukaan tanah yang dipadatkan halus sehingga lebih tahan terhadap air hujan;
efektif untuk pemadatan pada ruang terbatas seperti pada bidang pertemuan dengan
tumpuan dan konstruksi beton; lebih efektif dari pada mesin gilas kaki domba dalam
pemadatan tanah kohesif yang mengandung butiran besar; urugan yang terlalu basah
dapat diketahui dari pengamatan adanya bekas roda mesin gilas.

Kekurangan: permukan timbunan harus dikasarkan lebih dulu sebelum dilalukan


penimbunan berikutnya karena permukaan hasil pemadatan halus; kurang efektif dalam
menghancurkan bongkah tanah dan mencampur material urugan.

Gambar 5.5 Mesin gilas kaki kambing (kiri) dan vibrating roller (kanan)

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 35


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

c) Mesin gilas roda getar (vibrating roller)


Penggunaan energi getaran pada pekerjaan pemadatan dapat menghasilkan efek
pemadatan yang cukup besar hanya dengan menggunakan mesin pemadat yang relatif
kecil dan ringan. Tekanan getaran berkisar antara 3 s/d 4 kali tekanan statis dari mesin
tersebut. Prinsip kerjanya adalah didasarkan pada terjadinya penurunan-penurunan
kekuatan gesekan diantara butiran material akibat getaran.

Kegunaan: untuk memadatkan material nonkohesif pada zona semi lulus air dan zona
llulus air yang berupa pasir, kerikil dan urugan batu

Kelebihan: dapat diperoleh kepadatan tanah nonkohesif yang lebih besar dibanding
dengan mesin gilas ban karet. Untuk memperbaiki hasil pemadatan urugan dapat
dibasahi.

Kekurangan: dapat menyebabkan degradasi butiran urugan dan membentuk lapisan


material halus.

d) Alat pemadat manual


Untuk pemadatan pada medan yang terbatas dan pada bidang kontak antara timbunan
tanah dengan tumpuan, dinding beton tipis, sekitar pipa instrumen, digunakan alat
pemadat manual atau pemadat tangan (hand operation tampers) dan untuk tanah non
kohesif menggunakan pemadat pelat getar (vibrator plate compactors).

Gambar 5.6 Alat pemadat manual (hand tamping rammer) di tempat sempit

e) Alat penghampar
Alat penghampar dan pemroses yang biasa digunakan pada pekerjaan timbunan
bendungan, antara lain seperti diuraikan di bawah.

(1) Crawler dan tire tractor dozers


Tractor ini digunakan untuk menyeret yang sekaligus juga berfungsi sebagai alat pemadat
untuk timbunan semi padat; jika dilengkapi dengan dozer blades, dapat digunakan untuk
mendorong dan menggelar material, serta untuk membuang butiran material timbunan
yang lebih besar dari yang disyaratkan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 36


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

(2) Roda pencacah (disk)


Roda pencacah/alat bajak biasanya ditarik traktor, kegunaannya untuk membuat kasar
timbunan yang telah dipadatkan yang permukaanya halus, sebelum dilakukan penimbunan
berikutnya.

Gambar 5.7 Roda pencacah (disks)

Tabel 5.1 Keuntungan dan Kerugianan dari alat-alat pemadatan di lapangan

Jenis Mesin Pemadat


Uraian
Rubber Tyred Roller Sheeps Foot Rollerrs
Kapasitas Dari ukuran kecil - berat 200 ton yang Sheeps foot rollers dilengkapi dengan
memiliki 9 – 11 buah roda karet. tonjolan berbentuk prisma. Alat ini
Tekanan angin roda 1,75 – 3,57 kg/cm2. umumnya digunakan pada
alat pemadat sebesar 50 ton dengan pembangunan bendungan urugan tanah,
tekanan angin roda 5 – 7 kg/cm2 yang memiliki diameter 1,5 m dan panjang
memadatkan tebal lapisan tanah setebal 1,80 m. Luas tonjolan sheeps foot rolles
15 – 20 cm. Sedangkan untuk seberat sekitar 64,8 cm2 dan setinggi 20 cm 2.
100 ton denga tekanan angina roda Alat ini memiliki tekanan pada
hingga 10,5 kg/cm2 yang dapat permukaan tanah sekitar 17,5 – 40
memadatkan hamparan tanah setebal 30 kg/cm2. Tebal hamparan lapisan tanah
– 40 cm. Jumlah lintasan pemadatan sekitar 15 cm.
umumnya 4 – 6 lintasan. Jumlah lintasan alat pemadat ini
umumnya 10 – 12 lintasan.

Jenis Tanah Sangat berhasil bila digunakan pada Sangat berhasil untuk digunakan tanah
jenis tanah pasiran berlempung, tanah lempungan, juga dapat digunakan untuk
berbutir halus berpasir dan mengandung tanah lempung lanauan.
lanauan.

Perilaku Dapat dilengkapi dengan getaran, hasil Dapat dilengkapi dengan getaran, hasil
Pemadatan kepadatan tanah dilapis dengan jumlah kepadatan tanah dari kedalaman sheeps
lintasan tertentu dan juga dengan foot akibat getaran yang akan
meningkatkan tekanan angin roda. meningkatkan kekuatan tanah.
Demikian pula kandungan kadar air Pada lintasan awal, lapisan tanah paling
tanah lapangan sangat menentukan hasil bawah akan memadat dan setelah
pemadatan. beberapa lintasan tanah bagian atas
akan memadat.

Pada bagian atas lapisan tanah, akan Hasil kepadatan yang lebih merata dan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 37


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Jenis Mesin Pemadat


Uraian
Rubber Tyred Roller Sheeps Foot Rollerrs
Homogenitas mengalami kepadatan yang tinggi ikatan antara butiran pada lapisan lebih
Pemadatan dibandingkan denga bagian bawah baik.
lapisan tanah sehingga bagian atas Dengan demikian maka hasil pemadatan
lapisan tanah akan memiliki kondisi labih merata/homogen dan kedap air.
tanah yang keras namun tidak
memperoleh kepadatan yang merata.

Kepadatan tanah berjenis kerakal mudah Dengan menggunakan alap pemadat


Kepadatan dicapai bila menggunakan rubber tyred sheeps foot rollers maka kepadatan yang
roler. Untuk tanah yang sedikit diinginkan bias diperoleh denga
berlempung nilai 95 % kepadatan tanah melaksanak jumlah lintasa yang
bagi Standard Proctor mudah dicapai diperkirakan jumlah lintasan yang
dengan menggunakan semua jenis diperlukan. Alat ini akan dapat
pemadat. Untuk mencapai kepadatan 95 memadatkan tanah dengan rentang
% dari nilai Modified Proctor, alat kadar air yang tinggi tidak seperti alat
pemadat dengan berat 10 ton dan rubber tyred roller akan mengalami
tekanan angina 6 – 7 kg/cm2 akan masalah bilan nilai kadar air yang cukup
memberikan nilai kepadatan tanah yang tinggi.
baik. Alat ini lebih ungguk bila digunakan
pada kegiatan pemadatan diatas lapisan
fondasi yang cukup keras.

Metode Tergantung dari pada kesesuaian Tergantung dari pada kesesuaian


Pemlihan peralatan untuk jenis tanah, kadar air peralatan untuk jenis tanah, kadar air
lapangan, kepadatan yang diperlukan lapangan, kepadatan yang diperlukan
dan tinjauan ekonomis dan keseluruhan. dan tinjauan ekonomis dan seluruh
Pada hamparan tanah yang cukup, batu- kegiatan. Kecepatan lintasan sheeps foot
batu yang dijumpai dapat ditanam pada roller hanya 5 – 7 km/jam bila ditarik
lapisan tanah ini. dengan alat penarik.
Alat ini lebih cepat dan sheeps foot roller
kapasitas 13 km/jam, dan julmlah
lintasan yang lebih sedikit.

5.2 Spesifikasi Pemadatan


Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pelaksanaan pemadatan adalah sebagai
berikut :
1). Persyaratan penting untuk pemadatan; seperti: batas kadar air, ketebalan lapisan,
derajat kepadatan, peralatan pemadat, dan banyaknya lintasan pemadatan, dll, yang
tercantum dalam spesifikasi teknis harus periksa oleh Pengawas, apakah pelaksanaannya
sudah memenuhi syarat.
2). Spesifikasi peralatan; biasanya mencantumkan tipe dan kapasitas peralatan untuk
pemadatan, dan Pelaksana diwajibkan untuk menyampaikan kepada pemberi kerja data-
data mengenai pabrik pembuat peralatan dan spesifikasi peralatannya. Pengawas harus
memeriksa kembali kesesuaian usulan terhadap kebutuhan pekerjaan di lapangan untuk

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 38


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

meyakinkan bahwa peralatan tersebut akan mampu menghasilkan pemadatan dengan


baik.

Untuk mesin gilas kaki domba harus diperiksa:


(a) Diameter dan panjang drum.
(b) Berat kosong dan berat terisi.
(c) Pengaturan panjang dan luas permukaan kaki
(d) Pengaturan beban

Untuk mesin gilas ban karet harus diperiksa:


(a) Tekanan ban
(b) Jarak ban
(c) Beban roda kosong dan roda terisi

Untuk mesin gilas getar harus diperiksa:


(a) Berat (Static weight)
(b) Gaya dinamik yang bekerja (Impacted dynamic force)
(c) Pengoperasian frekwensi getaran (Operating frequency of vibrator)
(d) Diameter dan panjang drum.

3). Tebal lapisan pemadatan ditentukan berdasarkan jenis material dan alat pemadat
yang dipergunakan. Material semi atau kedap air, biasanya dipadatkan dengan tebal
antara 15 cm - 20 cm urugan tanah lepas, dengan 6~8 lintasan pemadatan menggunakan
pemadat mesin gilas kaki domba.

Bila menggunakan mesin gilas tipe lain yang meninggalkan permukaan pemadatan yang
halus, setelah pemadatan perlu dilakukan pencacahan/pengkasaran permukaan timbunan
dengan roda pencacah, agar terjadi ikatan yang baik dengan lapisan timbunan diatasnya.

Untuk daerah yang sempit dan daerah transisi (abutment, bangunan beton, dan
sebagainya) pemadatan harus dilakukan secara manual menggunakan alat tamping
rammer atau tire roller, dengan ketebalan lapisan sebelum dipadatkan 7,5~10 cm.
Pemadatan yang dilakukan secara manual, pengasaran permukaannya dilakukan secara
manual pula misal menggunakan alat garuk.

4). Kadar air dan kepadatan material dilapangan, berdasarkan kadar air optimum dan
kepadatan maksimum hasil standar proctor di laboratorium dapat digunakan sebagai
pembanding terhadap hasil pemadatan di lapangan. Tingkat kepadatan minimum yang
dikehendaki, biasanya kepadatan kering maksimum bagi bendungan tinggi: 95~98%
kepadatan Standard Proctor, bagi bendungan rendah 90~95%, sedangkan toleransi kadar
air pada waktu dipadatkan adalah sekitar  3% dari kadar air optimum(OMC) seperti
tercantum didalam spesifikasi tekniknya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 39


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Setiap jenis tanah mempunyai kepadatan maksimum dan kadar air optimum yang
berbeda-beda. Tingkat kepadatan dan kadar air pada setiap kali pemadatan harus
dibandingkan dengan hasil uji kepadatan di laboratorium untuk jenis tanah yang sama.
Bila jenis material yang digunakan tidak sama dengan jenis tanah yang telah diuji di
laboratorium, maka sebelum digunakan lebih dulu harus dilakukan uji material di
laboratorium sebagaimana yang dilakukan pada tahap desain guna menilai kesesuaian
material dengan parameter desain. Disamping itu juga perlu dilakukan percobaan
pemadatan di lapangan kembali, untuk meyakinkan konsistesinya terhadap desain.

Pada tahap desain, perhitungan dan analisis dilakukan berdasarkan parameter-


parameter: kuat geser, koefisien permeabilitas, konsolidasi dan lain-lainnya dari hasil
pengujian material di laboratorium dan lapangan. Sifat-sifat tersebut bervariasi, tergantung
pada kepadatan dan kadar air tanah yang dipadatkan. Oleh karena itu selama
pelaksanaan penimbunan kadar air material timbunan harus selalu dikontrol dan hasil
pemadatannya harus selalu diuji kepadatannya, supaya hasil pemadatan di lapangan
dapat mendekati asumsi dan parameter desain.

5.3 Pemadatan di Lapangan


5.3.1 Umum
Jadwal pelaksanaan disusun sedemikian rupa, sehingga material hasil produksi di sumber
galian dan hasil galian dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan mempertimbangkan
banyak faktor, antara lain: metode pelaksanaan, pengelakan sungai, kondisi fondasi,
kondisi musim, sumber daya, luas medan kerja, kapasitas kerja, dll.

Pada lembah datar dan lebar, timbunan dapat dilaksanakan dalam 2 potongan/segmen,
segmen pertama pada satu sisi sungai sampai sepenuh tinggi bendungan, kemudian
setelah bagian pertama selesai dilanjutkan pelaksanaan bagian lainnya. Pada fondasi
tanah lunak, timbunan dilaksanakan hingga elevasi tertentu sesuai hasil perhitungan daya
dukung fondasi, kemudian dihentikan menunggu proses disipasi tekanan air pori sampai
nilai yang direncanakan untuk mencapai derajat konsolidasi yang cukup, setelah itu baru
dilanjutkan tahap penimbunan berikutnya. Laju pelaksanaan timbunan di kontrol berdasar
tekanan pori dan konsolidasi didalam fondasi.

Pada lembah yang curam dan sempit dengan fondasi berupa batuan, seluruh urugan
harus dikerjakan secara serempak. Untuk menghindari limpasan banjir diatas timbunan,
sebelum pelaksanaan timbunan lebih dulu harus disiapkan saluran pengelak, kemudian
bendungan pengelak sementara (primary cofferdam), coferdam hulu dan hilir. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembangunan pelimpah dan timbunan tubuh bendungan.

Pengawas bertanggung jawab terhadap penentuan setiap tahapan atau bagian


bendungan yang akan dibangun serta prosudur dan jadwal pelaksanaan yang tepat.
Perubahan urutan atau pengaturan waktu tahapan harus dilakukan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 40


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pada pelaksanaan penimbunan, umumnya bendungan dibangun secara serempak


mencakup seluruh lebar dan panjang bendungan. Bagian atas timbunan harus dibentuk
agak cembung miring ke kedua arah tepi, agar selama musim hujan dapat terdrainasi
dengan dengan baik. Kemiringan arah melintang permukaan timbunan biasanya berkisar
antara 1 % ~ 5 %. Selama musim kering, tinggi urugan zona kedap air boleh melebihi
tinggi zona lulus air bagian kiri dan kanannya biasanya sampai sebesar 1,5 m. Untuk
mendapatkan hasil pemadatan yang baik di tepi timbunan, masing-masing ditepi kiri dan
kanan diberi tambahan timbunan ekstra selebar 1 m sampai menutup zona filter. Setelah
timbunan zona inti mencapai ketinggian 1,5 m diatas zona filter, timbunan ekstra di sisi
dikiri dan kanan dipotong dan dirapihkan, filter dan urugan batu dibersihkan dari kotoran
tanah, baru kemudian dilanjutkan dengan timbunan filter dan batu. Pada metode ini harus
diperhatikan kemiringan zona inti jangan sampai melampaui kemiringan zona filter.

Pelaksanaan penimbunan material pada parit halang (cut off), harus dimulai dengan
menghampar lapisan pertama material filter di bagian hilir paritan (kalau filter tersebut
diperlukan di lereng hilir paritan) kemudian diikuti penghamparan lapis pertama material
kedap air. Setelah itu dilanjutkan pemadatan pada kedua zona, dengan alat pemadat
masing-masing yang sesuai. Didahulukannya penimbunan zona filter untuk menjaga agar
ketebalannya dapat memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Filter-drainasi horisontal
dibagian hilir, setelah selesai dipasang, harus segera ditutup dengan material shell atau
timbunan bendungan diatasnya sebanyak 2 lapis untuk mencegah terkotorinya filter oleh
tanah halus yang terbawa aliran air permukaan.

Dalam pekerjaan timbunan bendungan, sering diperlukan lintasan angkutan material


timbunan diatas zona inti. Lintasan jalan angkut material dari bagian hulu ke hilir atau
sebaliknya yang melintasi zona inti tidak boleh terlalu dekat dengan abutment; hal ini untuk
menjaga agar zona inti bebas dari gangguan-gangguan. Jalan masuk disiapkan dengan
cara menempatkan material fine rockfill diatas lembaran geotextile yang digelar diatas
zona inti memotong diatas zona transisi, filter dan drain. Dengan demikian, kendaraan dan
alat-alat berat dapat lewat dan tidak mengakibatkan gangguan pada zona inti. Jalan
masuk tersebut harus dibongkar kembali apabila pekerjaan timbunan zona inti akan
dilaksanakan di daerah tersebut.

5.3.2 Zona Inti


Berdasarkan dari hasil trial embankment, dilakukan pemadatan di daerah kerja yang
direncanakan. Pertama kali lapisan fondasi harus dibersihkan (lihat modul galian fondasi
dan perbaikan fondasi permukaan). Setelah fondasi rata dan bersih dilakukan penimbunan
pertama dengan menggunakan contact clay yang mempunyai kadar air sekitar 10-15% di
atas OMC setebal sekitar 2-3 cm. Lapisan contact clay ini biasanya dioleskan dan
dipadatkan secara manual. Diatasnya kemudian dihampar lapisan tanah yang mempunyai
kadar air sekitar +5% OMC dengan ketebalan sekitar 20 cm dan dipadatkan dengan alat
pemadat, sebanyak 3 lapis, baru di atasnya dilakukan penimbunan dan emadatan sesuai
dengan hasil trial embankment.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 41


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Bila lapangannya masih luas, pemadatan dengan alat pemadat sheepfoot roller dilakukan
secara memanjang dan melintang yang dilakukan secara bergantian, sampai banyak
lintasan yang disyaratkan terpenuhi. Namun, bila medan kerja terbatas dimana pemadatan
normal dengan alat berat tidak dapat dilakukan, pemadatan dapat dilakukan dengan alat
pemadat yang lebih kecil atau dengan manual. Bila masih memungkinkan penggunaan
alat berat, sebaiknya pemadatan dilakukan dengan alat berat. Medan terbatas yang sering
masih memungkinkan penggunaan alat pemadat berat secara sangat hati-hati (bila ruang
gerak cukup) adalah tumpuan yang agak smooth, dinding beton pelimpah, dinding conduit,
menara intake, dll.

Pemadatan dengan alat pemadat manual/tangan harus dilakukan ditempat: yang


berdekatan dengan konstruksi dinding tipis, seperti dinding sayap, dinding pengarah,
dimana pemadatan dengan alat berat dapat merusak konstruksi, demikian pula pada
lereng tumpuan yang tidak beraturan dimana alat berat tidak dapat mendekat
kepermukaan tumpuan untuk menjejalkan (squeeze) material urugan bentuk permukaan
yang tidak beraturan dan celah bukaan batuan serta pemadatan disekitar instrumentasi,
kabel instrmentasi, dan tempat-tempat yang terbatas bagi ruang gerak alat berat.

Bila pemadatan tidak memungkinkan menggunakan mesin gilas berat, diusahakan agar
mesin gilas dapat sedekat mungkin dengan permukaan fondasi/tumpuan atau dinding
bangunan dan bagian yang langsung berdekatan dengan permukaan tumpuan atau
dinding bangunan dipadatkan dengan memadat ringan (hand operated power tamper),
dengan lapisan pemadatan tipis tidak lebih dari 10 cm. Alat pemadat yang digunakan
harus memiliki berat statik minimal 45 kg (50 lb). Pengawas harus memeriksa bahwa
tekanan udara yang digunakan sesuai dengan manual dari pabrik. Dari pengalaman
menunjukkan pemadatan dengan tamper udara bertekanan satu kaki tidak dapat
menghasilkan pemadatan yang memadai. Pemadatan dengan alat berat dan dengan
tangan harus saling overlap sehingga tidak ada bagian urugan yang tidak terpadatkan.
Pemadatan zona kedap air pada daerah tersebut harus menggunakan tanah berbutir
halus. Tanah harus cukup plastis (sekitar OMC+4%) untuk dapat di-penetrasikan mengisi
rongga atau bentuk tidak beraturan permukaan fondasi/tumpuan dan membentuk ikatan
yang baik.

Gambar 5.8 Pemadatan di lapangan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 42


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pengawasan di daerah ini harus dilakukan secara ketat karena daerah ini lebih kritis
dibanding timbunan tubuh bendungan pada umumnya, terkait dengan rembesan,
penurunan yang berakibat retakan pada timbunan dan aliran buluh (piping). Harus dibuat
program khusus untuk pengambilan contoh (sample), dan pengawas harus mengawasi
setiap penggunan pemadat manual (power tamper).

1:6 1:6
1S
1S 1R
1R
1S 1S
1R
1S 1S
1S 1S
1S 1S
1S 1S

Permukaan Pondasi Rock


CATATAN
1R : ZONE - 1 REGULAR ( t = 30 cm ) PEMADATAN DG PAD FOOT ROLLER
1S : ZONE - 1 SPESIAL ( t = 10 cm ) PEMADATAN DG TAMPING RAMMER
ATAU YIRE ROLLER

Gambar 5.9 Contoh tahapan pelaksanaan timbunan zona inti pada dasar galian fondasi
dan tumpuan

Pelaksanaan penimbunan material pada parit halang (cut off), harus dimulai dengan
menghampar lapisan pertama material filter di bagian hilir paritan (kalau filter tersebut
diperlukan di lereng hilir paritan) kemudian diikuti penghamparan lapis pertama material
kedap air. Setelah itu dilanjutkan pemadatan pada kedua zona, dengan alat pemadat
masing-masing yang sesuai. Didahulukannya penimbunan zona filter untuk menjaga agar
ketebalannya dapat memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Filter-drainasi horisontal
dibagian hilir, setelah selesai dipasang, harus segera ditutup dengan material shell atau
timbunan bendungan diatasnya sebanyak 2 lapis untuk mencegah terkotorinya filter oleh
tanah halus yang terbawa aliran air permukaan.

5.3.3 Zona Filter/Transisi


Pemadatan di zona filter/transisi yang berupa tanah berbutir kasar dilakukan dengan
menggunakan alat pemadat yang digetarkan (vibratory smoothdrum roller). Lapisan tanah
dihampar terlebih dulu setebal sekitar 40 cm menggunakan bulldozer. Perlu diperhatikan
pada lapisan ini supaya tidak tercampur/terkontaminasi oleh material tanah berbutir halus
dari zona inti di dekatnya. Untuk itu, biasanya level lapisan filter/transisi dibuat lebih tinggi
dari level penimbunan zona inti.

5.3.4 Zona Batu


Jika batuan ditumpah ke suatu permukaann timbunan kemudian didorong ketempat lain
dengan bulldozer, kadang-kadang batu diameter kecil akan terangkat kebagian atas
membentuk permukaan timbunan menjadi lebih licin/smooth bagi peralatan pemadat.
Lapisan butiran halus dalam ketebalan tertentu dapat menutup permukaan lapis timbunan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 43


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

dan menghambat distribusi butiran halus kesegala penjuru lapisan. Oleh karenanya perlu
disyaratkan bahwa material batu harus ditumpah langsung ditempat pemadatan.

Sebelum pemadatan, batuan berukuran lebih besar dari yang disyaratkan, harus
dipindahkan dengan bulldozer atau dengan crawler tractor yang dipasang dengan
penggaruk batuan atau crane. Batuan ukuran terlalu besar didorong ke dalam zona
lainnya pada lereng luar atau diangkut keluar ditumpuk dilain tempat atau dihancurkan
dengan membantingnya atau dihancurkan dengan bahan peledak dan digunakan diurugan
batu atau zona rip rap. Cara lain untuk memecah batuan yang terlalu besar adalah dengan
pahat hidrolik.

Didalam praktek, pemadatan dilakukan dengan menggunakan steel-wheel vibratory roller


yang licin untuk memadatkan semua urugan batu keras dengan lapisan tipis dan sedikit
air. Vibratory roller memiliki berat statis berturut-turut 5,10 dan 15 ton telah biasa
digunakan untuk pemadatan pada bendungan urugan batu.

Ketebalan lapisan yang disyaratkan tergantung dari ukuran dan jenis batuan serta jenis
peralatan pemadat yang digunakan yang biasanya ditentukan dari hasil uji coba
penimbunan. Pada umumnya tebal hamparan dibatasi tidak boleh lebih tebal dari 60 cm
(24”) kecuali dari hasil uji coba penimbunan menunjukkan bahwa dengan hamparan yang
lebih tebal dapat diperoleh kepadatan yang memenuhi syarat. Ukuran maksimum batuan
harus tidak boleh melebihi 90% ketebalan hamparan lapisan.

Pengawasan ketat diperlukan untuk memastikan bahwa material tidak mengandung fraksi
halus berlebihan. Kelebihan fraksi halus dapat menyebabkan amblesan saat waduk diisi.

Gambar 5.10 Contoh tahap pelaksanaan timbunan dengan disertai lintasan angkutan
material diatas zona inti, tampak level lapisan filter/transisi selalu lebih tinggi dari level
zona inti

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 44


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

5.3.5 Urutan pelaksanaan penimbunan bendungan


Jadwal pelaksanaan disusun sedemikian rupa sehingga material hasil produksi di sumber
galian dan hasil galian dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan mempertimbangkan
banyak faktor, antara lain: metode pelaksanaan, pengelakan sungai, kondisi fondasi,
kondisi musim, sumber daya, luas medan kerja, kapasitas kerja, dll.

Pada lembah datar dan lebar, timbunan dapat dilaksanakan dalam 2 potongan/segmen,
segemen pertama pada satu sisi sungai sampai sepenuh tinggi bendungan, kemudian
setelah bagian pertama selesai dilanjutkan pelaksanaan bagian lainnya. Pada fondasi
tanah lunak, timbunan dilaksanakan hingga elevasi tertentu sesuai hasil perhitungan daya
dukung fondasi, kemudian dihentikan menunggu proses disipasi tekana air pori sampai
nilai yang direncanakan untuk mencapai derajat konsolidasi yang cukup, setelah itu baru
dilanjutkan tahap penimbunan berikutnya. Laju pelaksanaan timbunan di kontrol berdasar
tekanan pori dan konsolidasi didalam fondasi.

Pada lembah yang curam dan sempit dengan fondasi berupa batuan, seluruh urugan
harus dikerjakan secara serempak. Untuk menghindari limpasan banjir diatas timbunan,
sebelum pelaksanaan timbunan lebih dulu harus disiapkan saluran pengelak, kemudian
bendungan pengelak sementara (primary cofferdam), coferdam hulu dan hilir. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembangunan pelimpah dan timbunan tubuh bendungan.
Pengawas bertanggung jawab terhadap penentuan setiap tahapan atau bagian
bendungan yang akan dibangun serta prosudur dan jadwal pelaksanaan yang tepat.
Perubahan urutan atau pengaturan waktu tahapan harus dilakukan atas pertimbangan ahli
desain.

300.00 As Dam

EL.283.00
HWL. EL.274.00 Sept'00
Agt'00 EL.274.00
Jul'00
Jun'00
Mei'00
Apr'00
250.00 5 1 5
2 Mrt'00 2
Jan'00
ELEVASI ( m )

Okt'99 Feb'00
Des'99
Feb'99 Nop'99
Jan'99
Sept'99
Nop '98 Agt'99
Okt '98 Jul'99 Apr'98
Apr'98
F/M '98 Jun'99
Nop'98
200.00 EL.200.00 Nop-DES '97 Jan '98 Mei'99 EL.200.00
1 Okt '97 Okt'98 - Apr'99
Apr'98 Mrt'98
Sept'98
Mrt'98
Sept '97 Agt'98 Jan'98
4 Agt '97 Jul'98 Feb'98 Des'97
Jul '97 Jun'98 Jan'98 Nop '97
Jun '97 Mei'98 Okt '97
Mrt - Apr '98 Sept '97
Feb '98
Des'97 - Jan'98 4
3a 4
3b
150.00 3a 3a
CATATAN:
1. Inti
CATATAN
POTONGAN MELINTANG
2. Rock
1 Inti
2 Rock
3a. Filter Halus
3a Filter halus
3b. Filter Kasar
3b Filter kasar
4. Transisi  < 40 cm
4 Transisi Ø < 40 cm
5. Riprap
5 Riprap

Gambar 5.11 Contoh tahapan pelaksanaan timbunan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 45


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pada umumnya bendungan dibangun secara serempak mencakup seluruh lebar dan
panjang bendungan. Beberapa metode pelaksanaan penimbunan diuraikan seperti di
bawah.

1) Musim hujan
Semua zona bendungan dibuat rata, tetapi bagian atas timbunan harus dibentuk agak
cembung miring ke kedua arah tepi, agar selama musim hujan dapat terdrainasi dengan
dengan baik. Kemiringan arah melintang permukaan timbunan biasanya berkisar antara 1
% ~ 5 %.

2) Musim Kemarau
Selama musim kering, tinggi urugan zona kedap air boleh melebihi tinggi zona lulus air
bagian kiri dan kanannya, lazimnya sampai sebesar 1,5 m. Bila perbedaan tinggi tersebut
terlalu besar dikawatirkan menjadi longsor dan material halus dari zona inti yang logsor
akan mengotori/kontaminasi lapisan filter yang berakibat tersumbatnya filter. Untuk
memperoleh hasil pemadatan yang baik di tepi timbunan, masing-masing ditepi kiri dan
kanan diberi tambahan timbunan ekstra selebar 1 m sampai menutup zona filter. Setelah
timbunan zona inti mencapai ketinggian 1,5 m diatas zona filter, timbunan ekstra di sisi
dikiri dan kanan dipotong dan dirapihkan, filter dan urugan batu dibersihkan dari kotoran
tanah, baru kemudian dilanjutkan dengan timbunan filter dan batu. Pada metode ini harus
diperhatikan kemiringan zona inti jangan sampai melampaui kemiringan zona filter.

3) Metode Pohon Cemara Terbalik


Penimbunan zona filter kiri dan kanan dibuat lebih tinggi dari zona inti, setelah zona filter
mencapai tinggi dan kemiringan tertentu penimbunan zona inti dimulai sedemikian rupa,
sehingga zona inti berbentuk seperti pohon cemara terbalik (inverse chrismast tree). Cara
ini harus dilakukan dengan hati-hati, sebab dapat beresiko terhadap kotornya filter yang
dapat mengakibatkan tersumbatnya filter.

Pelaksanaan penimbunan material pada parit halang (cut off), harus dimulai dengan
menghampar lapisan pertama material filter di bagian hilir paritan (kalau filter tersebut
diperlukan di lereng hilir paritan) kemudian diikuti penghamparan lapis pertama material
kedap air. Setelah itu dilanjutkan pemadatan pada kedua zona, dengan alat pemadat
masing-masing yang sesuai. Didahulukannya penimbunan zona filter untuk menjaga agar
ketebalannya dapat memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Filter-drainasi horisontal
dibagian hilir, setelah selesai dipasang, harus segera ditutup dengan material shell atau
timbunan bendungan diatasnya sebanyak 2 lapis untuk mencegah terkotorinya filter oleh
tanah halus yang terbawa aliran air permukaan.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 46


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Gambar 5.12 Pelaksanaan timbunan zona inti lebih tinggi dari zona filter dan urugan batu.

5.3.6 Pengukuran kuantitas


Pengukuran volume material galian biasanya berdasar pengukuran luas potongan
melintang sebelum dan sesudah penggalian, menggunakan metode lperhitungan luas
akhir rata-rata. Untuk volume timbunan, menggunakan pengukuran potongan melintang
batas luar timbunan dan metode luas akhir rata-rata.

5.3.7 Lintasan diatas zona inti


Dalam pekerjaan timbunan bendungan, sering diperlukan lintasan angkutan material
timbunan diatas zona inti. Lintasan jalan angkut material dari bagian hulu ke hilir atau
sebaliknya yang melintasi zona inti tidak boleh terlalu dekat dengan abutment; hal ini untuk
menjaga agar zona inti bebas dari gangguan-gangguan. Jalan masuk disiapkan dengan
cara menempatkan material fine rockfill diatas lembaran geotextile yang digelar diatas
zona inti memotong diatas zona transisi, filter dan drain. Dengan demikian, kendaraan dan
alat-alat berat dapat lewat dan tidak mengakibatkan gangguan pada zona inti. Jalan
masuk tersebut harus dibongkar kembali apabila pekerjaan timbunan zona inti akan
dilaksanakan di daerah tersebut.

Gambar 5.13 Contoh tahap pelaksanaan timbunan dengan jalan angkutan material
(ramp) di atas zona inti

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 47


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

5.4 Perlindungan Lereng


Perlindungan lereng hulu, ditujukan untuk melindungi lereng dari kerusakan akibat : erosi
gelombang, pelapukan, debris hanyut dan erosi permukaan. Untuk bendungan urugan
tanah, perlindungan lereng hulu biasanya menggunakan rip rap batu, hamparan campuran
semen tanah, beton dan aspal apabila rip rap tidak ekonomis. Zona bendungan yang
bagian luarnya berupa batu besar, keras, awet, tidak memerlukan perlindungan.

Perlindungan lereng hilir diperlukan untuk melindungi lereng dari erosi permukaan dan
hujan, yang dapat berupa kerikil untuk daerah yang kering, gebalan rumput untuk iklim
basah. Kadang-kadang pada bagian kaki hilir bendungan mendapat ancaman
gerusan/scouring dari aliran air yang keluar dari pelimpah, pada kondisi tersebut lereng
bendungan perlu dilindungi dari pengaruh gerusan tersebut, misal dengan rip rap.

5.4.1 Perlindungan lereng hulu


Pemasangan perlindungan lereng hulu dapat dilakukan bersamaan dengan penimbunan
atau setelah timbunan selesai. Hal ini tergantung pada batas elevasi perlindungan lereng,
jadwal pengisian waduk dan tipe pelindung lereng. Pelaksanaan timbunan lereng hulu
hendaknya tidak lebih tinggi dari 3 m diatas bagian timbunan tanah dibelakangnya.
(a) Rip rap; adalah tipe pelindung lereng hulu yang paling sering digunakan. Rip rap
tersusun dari batu-batu besar dan kecil dengan gradasi yang cukup baik, bentuk
butiran tidak boleh pipih, saling mengunci, rongga-rongga dibuat seminimum mungkin
sehingga lapisan tanah dibawahnya tidak mudah tergerus. Beberapa faktor utama
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya, adalah :
- Setiap pemuatan dari kuari, batuan hendaknya berupa campuran dari berbagai
ukuran butiran, sesuai dengan spesifikasi gradasi yang ditetapkan. Gradasi yang
baik diperoleh dari hasil peledakan dengan operasi peledakan yang tepat,
pengawas harus terlatih untuk memahami operasi peledakan dan pemuatan
(loading).
- Penimbunan lereng dikerjakan sedemikianrupa agar distribusi butiran menjadi
seragam tanpa terjadi segregasi dan rongga besar. Uji gradasi perlu dilakukan
untuk setiap 7500 m3 dari rip rap yang dipasang. Penimbunan batu dari puncak
menggunakan talang tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan terjadinya
segregasi. Demikian juga penghamparan menggunakan bulldozer dapat
menyebabkan segregasi dan tidak diperbolehkan. Penimbunan harus dilakukan
pada arah horisontal kemudian baru maju ke arah atas lereng. Bila ukuran batu
yang digunakan sangat besar (1,2 m ~ 1,50 m), dapat dilakukan dengan
menggunakan crane yang dioperasikan menggunakan platform yang dipasang di
lereng. Sekarang backhoe dengan kapasitas 1,0 m3 hingga 2,0 m3 menjadi
peralatan yang umum dipakai untuk peletakan rip rap. Pengawasan
visual/langsung diperlukan setelah penumpukan dan penghamparan untuk
mengamati derajad keseragaman distribusi ukuran butir dan susunan penataan
antara individu batuan. Pengerjaan ulang biasanya dilakukan dengan tangan
namun diupayakan seminimum mungkin. Rip rap kadang-kadang dirapatkan
dengan pemadatan menggunakan tamper berat atau dengan bulldozer kecil.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 48


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pengecekan gradasi tambahan dapat dilakukan dengan metode photogrid yaitu


dengan cara meletakkan bingkai aluminium usuran 3m x 3m yang terdiri dari
sistem jaring atau tali 0,3m x 0,3m, diatas rip rap kemudian difoto. Dari foto
tersebut dapat diketahui jumlah dan ukuran batu dipermukaan.
- Bidang kontak antara rip rap dengan tanah harus dilengkapi dengan filter yang
cukup tebal untuk melindungi material tanah timbunan dari erosi ombak dan
sebagai tempat pijakan yang stabil. Banyak rip rap rusak karena lapisan filter tidak
cukup memadai sehingga timbunan tanah dibawahnya terbawa keluar oleh
hempasan balik ombak. Hilangnya lapisan filter dan timbunan dibawahnya
menyebabkan terjadinya amblesan dan pergerakan batu rip rap diatasnya yang
akhirnya tanah timbunan tersingkap dan menimbulkan gerusan oleh hempasan
ombak secara langsung.

Gambar 5.14 Pemasangan batu rip rap di lereng hulu bendungan

(b) Campuran Semen–Tanah; perlindungan lereng dengan campuran semen-tanah


masih jarang diterapkan di Indonesia. Bahan tanah yang dapat digunakan tanah
anorganik atau kerikilan yang mengandung <35% butiran yang lebih halus dari pada
saringan no.200, dan plastisitas butiran halus harus rendah. Tanah yang cocok adalah
tanah dengan klasifikasi: GW-GM, GP-GM, GM-GC, SW-SM, SP-SM, dan SM-SC.
Jumlah air dan tanah yang ditambahkan berdasarkan hasil uji laboratorium untuk
menentukan sifat-sifat pemadatanya. Campuran semen-tanah biasanya dihampar
setebal 15 cm pada arah horizontal, sepanjang lereng dengan lebar 2 m ~ 3 m
tergantung sudut miring lereng dan panjang lereng, kemudian dipadatkan
menggunakan mesin gilas kaki domba atau ban karet. Hamparan urugan yang baik
adalah berbentuk tangga. Kontrol terhadap kadar semen, kadar air, dan keseragaman
campuran harus dilakukan, begitu pula uji kepadatan serta pengukuran tebal dan lebar
setiap lapis. Ikatan (bonding) antara lapisan yang telah dipadatkan adalah merupakan
hal yang penting. Sebelum menimbun lapisan berikutnya, permukaan lapisan yang
telah dipadatkan perlu dikasarkan lebih dulu. Terhadap lapisan semen-tanah yang
telah terpasang, harus dilakukan perawatan (curing), dan pada iklim/musim kering
perlu penanganan secara khusus.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 49


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

(1). Penutup Tanah Lembab


(2).Lapisan Akhir Semen – Tanah
(3).Urugan Kedap Yang Digilas
(4).Lapisan Pertama Semen – Tanah
(5).Muka Tanah Asli
(6).Batu Buangan
(7).Lihat Rincian Di Atas
(8).Urugan Yang Dipadatkan

Gambar 5.15 Perlindungan lereng hulu menggunakan semen-tanah

(c) Pelindung lereng hulu lainnya


Metoda lain untuk pelindung lereng hulu diantaranya: beton monolit, rip rap yang ditata
tangan (digrout atau tanpa grout), dan pelapisan aspal . Metode ini sudah jarang
digunakan.

5.4.2 Perlindungan lereng hilir


a) Gebalan rumput
Gebalan rumput sering digunakan untuk pelindung lereng hilir bendungan urugan
tanah diiklim basah. Tanah berbutir halus atau top soil diletakkan diatasnya, supaya
rumput dapat tumbuh dengan baik. Metoda pembuatan gebalan rumput dilakukan
dengan ukuran sekitar 30x30 cm2 yang dipasang pada lereng bendungan sedalam 10
cm, kemudian dilakukan pemupukan, pemadatan, penyiraman dan pemeliharaan.
Pelaksanaan gebalan rumput harus dibuat secepat mungkin setelah selesai konstruksi
untuk mencegah erosi oleh air hujan. Bila perlu gebalan rumpu dikombinasi dengan
sistem drainasi rusuk ikan (parit diisi pasir, kerikil, batu) dan saluaran drain pengumpul
disetiap berm.
b) Rip rap
Rip rap ditempatkan pada kaki lereng hilir, bila dikhawatirkan adanya riak gelombang,
hempasan ombak atau gerusan dari air hilir seperti air yang keluar dari pelimpah.
Pengawasan harus dilakukan seperti pada rip-rap hulu.
c) Kerikil
Kerikil atau pecahan batu kadang-kadang digunakan sebagai material perlindungan
lereng hilir. Biasanya pelindung lereng hilir dengan kerikil dibuat setebal 1.5 m ~ 3 m .
Kerikil, kerakal atau remukan batu biasanya ditumpuk dan ditebar horisontal sepanjang
Penimbunan dan Pemadatan Tanah 50
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

lereng luar dengan ketebalan minimal 30 cm tegak lurus permukaan. Bila urugan
bagian luar bendungan (shell) berupa material random granular, untuk pelindung
lereng sering digunakan batu bongkah (cobles) yang ditekan masuk kepermukaan
lereng.

5.4.3 Pengukuran Hasil Pemadatan


Tanah timbunan yang telah dipadatkan dan telah memenuhi spesifikasi berdasarkan hasil
uji lapangan, dilakukan pengukuran yang dlakukan oleh kontraktor dan pengawas
lapangan untuk dibuatkan berita acara kemajuan guna pembayarannya.

5.4.4 Pelaporan
1) Laporan harian

Laporan harian atau buku harian dipersiapkan oleh petugas inspeksi lapangan yang terkait
dalam bentuk formulir atau buku harian konstruksi. Formulir yang sama yang disiapkan di
lapangan dapat juga digunakan. Formulir itu harus dapat disiapkan oleh semua tingkatan
tenaga teknik setempat karena merupakan bagian dari catatan instansi terkait yang dapat
digunakan sebagai bukti hukum jika diperlukan. Laporan harian dapat juga digunakan
dalam menentukan sebab-sebab yang mungkin terjadi dalam kondisi sulit, rembesan yang
tidak umum, atau kondisi kritis lainnya selama dan setelah konstruksi selesai
dilaksanakan. Laporan dari pengawas tidak merupakan catatan perorangan, tetapi harus
dipersiapkan dengan cermat sebagai catatan proyek. Laporan harian harus dibuat dengan
baik, akurat, ditata dengan rapi, dan mudah dibaca. Informasi terperinci yang dijelaskan
dalam laporan terdiri dari hal-hal sebagai berikut.
1) nomor kontrak dan nama kontraktor,
2) deskripsi dan lokasi pekerjaan,
3) tanggal,
4) cuaca,
5) jenis-jenis peralatan dan prosedur yang digunakan,
6) tipe dan jumlah pekerjaan yang dilakukan,
7) tipe dan jumlah uji mutu lapangan yang dilaksanakan oleh kontraktor dan oleh
proyek, serta tanggapan singkat terhadap hasil pekerjaan,
8) kemajuan pekerjaan, keterlambatan, sebab-sebab keterlambatan, dan perluasan
keterlambatan,
9) penjelasan tentang kontraktor meliputi nama kontraktor yang mewakili dan hasil
kegiatan kontraktor,
10) perincian hal-hal yang kontroversi,
11) pengunjung proyek menjadi tanggung jawab pengawas, dan
12) pelanggaran keamanan yang teramati dan kegiatan perbaikan yang dilaksanakan.
Laporan harian biasanya terdiri dari laporan kemajuan mingguan dari divisi konstruksi
daerah. Laporan mingguan mencakup informasi tentang kemajuan kondisi yang tidak
umum, dan penjelasan serta arahan yang diberikan kepada kontraktor oleh tenaga ahli
lapangan setempat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai dengan desain dan
spesifikasi teknis.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 51


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

2) Laporan uji mutu pemadatan


Data hasil uji mutu pemadatan diperlukan untuk dokumentasi prosedur yang digunakan
dan kelayakan hasil yang diperoleh. Data itu memberikan informasi untuk evaluasi uji mutu
pemadatan dan penentuan sebab-sebab terjadinya kondisi sulit atau tidak umum selama
atau setelah konstruksi selesai dilaksanakan. Formulir untuk tabulasi data hasil uji mutu
lapangan secara harian dan penjelasan persiapan dan informasi tambahan yang
diperlukan ketika menyerahkan formulir kepada konsultan ahli disajikan dalam Lampiran
D. Formulir-formulir itu dapat juga digunakan untuk laporan bulanan. Evaluasi uji mutu
pemadatan diperlukan untuk menjamin bahwa metode dan prosedur yang digunakan
dapat menghasilkan mutu urugan di lapangan sesuai dengan spesifikasi teknis.
Rangkuman data hasil uji mutu pemadatan yang disajikan dalam Lampiran B memberikan
cara evaluasi kelayakan pemadatan. Rangkuman itu sebaiknya diserahkan kepada
pemimpin proyek untuk bahan pengkajian ulang oleh konsultan ahli.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 52


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

BAB VI
KENDALI MUTU

6.1 Umum
Untuk menjamin bahwa hasil pemadatan telah memenuhi spesifikasi desain, selama
pelaksanaan timbunan harus selalu dilakukan uji mutu (quality control) terhadap hasil
pemadatan. Masing-masing zona timbunan memiliki spesifikasi dan fungsi yang berbeda.
Uji harus dilakukan terhadap hasil pemadatan material pada masing-masing zona
timbunan untuk mengetahui apakah spesifikasi dan fungsi yang direncanakan telah
terpenuhi.

Kualitas dari suatu konstruksi ditentukan dengan pemeriksaan visual, pengukuran, dan
pengujian. Sejauh mana masing-masing prosedur tersebut dilaksanakan akan tergantung
pada kondisi setempat, kepentingan dan nilai pekerjaan yang sedang disupervisi, serta
keahlian pelaksana supervisi. Jumlah setiap tipe supervisi akan beragam sesuai kemajuan
pekerjaan. Selama tahap konstruksi awal, pengujian dan pengukuran untuk menilai mutu
pelaksanaan konstruksi harus lebih sering dilakukan, sampai kemampuan untuk
menentukan kelaikan konstruksi secara visual dapat diandalkan. Dalam beberapa kasus,
banyaknya pengukuran dan pengujian dapat dikurangi sesuai kemajuan pekerjaan, tetapi
tidak boleh dihilangkan sama sekali.

Pelaksanaan supervisi akan menentukan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang


disebutkan di dalam rencana dan spesifikasi. Pengawas yang berkualitas mutlak
diperlukan untuk dapat tercapainya konstruksi yang bermutu tinggi. Pengawas harus diberi
tanggung jawab untuk memastikan bahwa pekerjaan konstruksi yang diserahkan
kepadanya dapat diselesaikan sesuai spesifikasi tekniknya dan bahwa prosedur
pengendalian mutu yang telah ditetapkan telah dipenuhi. Untuk melaksanakan tugasnya
dengan efisien, maka pengawas/supervisor harus sepenuhnya mengerti ketentuan-
ketentuan spesifikasi dan prosedur pengendalian mutu menyangkut pekerjaan konstruksi
yang akan diperiksanya. Supervisor harus mengerti asumsi-asumsi yang digunakan
dalam desain dan bila perlu dapat dibantu secara periodik oleh pendesain, terutama
dalam melaksanakan pemeriksaan kondisi pondasi.

Untuk mempermudah pengendalian mutu kontruksi, perlu dibuatkan hubungan antara


sifat-sifat teknik dari desain yang disyaratkan dengan pekerjaan konstruksi yang telah
selesai. Hal ini diperlukan karena tidak mungkin menguji seluruh pekerjaan konstruksi
yang telah selesai. Jika hubungan visual antara pekerjaan atau material yang dapat atau
tidak dapat diterima tampak jelas, hanya perlu dilakukan pengujian secukupnya saja untuk
memperoleh konfirmasi. Apabila dijumpai perbedaan antara desain dan hasil pekerjaan,
maka jumlah pengujian harus ditingkatkan. Dalam hal apapun, jumlah pengujian harus
cukup dan mewakili demi terlaksananya pengendalian mutu yang memadai untuk
melengkapi laporan/catatan supervisi permanen yang diperlukan.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 53


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pengujian terhadap seluruh pekerjaan tidak praktis untuk dilaksanakan. Prosedur yang
biasa dilakukan adalah memilih contoh-contoh yang mewakili beberapa satuan pekerjaan
konstruksi atau material untuk dilakukan pengujian-pengujian yang diperlukan.

Ketelitian prosedur tersebut tergantung pada :


1) hubungan antara ukuran contoh dengan ukuran satuan yang diwakilinya;
2) prosedur pemilihan contoh;
3) kekerapan/interval pengambilan contoh.

Untuk sebagian besar konstruksi timbunan tanah, perbandingan antara ukuran contoh
dengan satuan pekerjaan konstruksi atau material yang diwakilinya sangat kecil.
Berdasarkan hal ini, penggunaan satu contoh saja untuk mewakili suatu satuan pekerjaan
konstruksi atau material, adalah tidak memadai. Untuk memperbaiki hal tersebut, harus
digunakan prosedur khusus untuk pemilihan contoh. Karena tujuan utamanya adalah
untuk memastikan kelaikan pekerjaan konstruksi, maka cara yang dilakukan adalah
memilih contoh pada bagian-bagian pekerjaan konstruksi yang tampaknya paling tidak laik
atau kritis. Jika beberapa contoh tersebut menunjukkan tingkat kinerja yang memenuhi
persyaratan minimum, maka kelaikan pekerjaan konstruksi tersebut secara umum dapat
diterima.

Cara lain pemilihan contoh adalah memilih secara acak dengan kekerapan minimum yang
dianjurkan. Jika cara ini dilaksanakan, maka hasil pengujiannya akan lebih mewakili
kondisi rata-rata pekerjaan konstruksi yang telah dilaksanakan. Kisaran kinerja pekerjaan
konstruksi tidak setepat yang dihasilkan dengan cara pengambilan contoh dari bagian
pekerjaan yang tampak tidak laik/kritis seperti yang disebutkan sebelumnya.

Dalam malakukan evaluasi hasil pengujian, metode yang digunakan untuk


pemilihan/pengambilan contoh harus diketahui. Hal-hal yang menyebabkan hasil
pengujian berada di bawah persyaratan minimum harus diperbaiki; jika terdapat sejumlah
besar hasil pengujian yang berada pada garis batas persyaratan, maka harus segera
dicari penyebabnya dan kemudian diperbaiki. Cara pengambilan contoh yang dipilih untuk
masing-masing proyek harus ditentukan di lokasi konstruksi dan dapat diubah agar sesuai
dengan kondisi lapangan yang sebenarnya.

Selain pengujian untuk pengendalian mutu, dapat pula dipilih contoh pada interval yang
lebih jarang untuk menguji berbagai karakteristik teknik, seperti kuat geser, kelulusan air,
dan konsolidasi. Pengujian tersebut harus dimasukkan ke dalam catatan uji pelaksanaan
(record test) dan digunakan untuk memastikan bahwa parameter material yang dipakai di
dalam desain mencerminkan kondisi pelaksanaan yang sebenarnya. Catatan uji
pelaksanaan ini bersama-sama dengan data kinerja, seperti tinggi muka air pisometer,
data penurunan dan pergerakan/deformasi, serta data kuantitas rembesan yang
diperlukan untuk mengevaluasi kelayakan dan keamanan bendungan urugan yang telah
selesai dibangun.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 54


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Uji mutu secara sederhana dapat dilakukan dengan pengamatan visual dan pengukuran
secara kasar. Cara ini tidak akurat oleh karenanya tetap harus dilakukan uji mutu dengan
cara yang lebih teliti. Untuk dapat melakukan penilaian kualitas secara visual, pengawas
harus memahami perilaku dan karakteristik material urugan serta kinerja alat pemadat.
Untuk memahami itu, sebelum pelaksanaan perlu dilakukan uji penimbunan lebih dulu.
Pengawas yang terlatih harus dapat memperkirakan kadar air suatu tanah, apakah terlalu
kering, terlalu basah atau telah memenuhi kadar air optimum berdasar perasaan dan
pengalamannya. Untuk itu pengawas sebaiknya juga ikut melakukan uji pemadatan dan uji
batas-batas Atterberg di laboratorium lapangan.

Kadar air tanah, dapat diperkirakan dengan menggulung-gulung tanah diantara kedua
telapak tangan seperti pada saat uji batas-batas Atterberg. Bila gulungan tanah retak-retak
saat Ø > 3 mm bertarti tanah terlalu kering, bila retak-retak terjadi saat diameter gulungan
tanah ~3 mm berarti kadar airnya sudah memenuhi untuk pemadatan, tapi bila retak-retak
baru terjadi saat Ø < 3 mm berarti tanah terlalu basah untuk dipadatkan.

Kadar air tanah yang terlalu tinggi, juga dapat diketahui dari pengamatan bekas lintasan
mesin gilas. Bila lintasan pertama mesin gilas ban karet ambles > ½ lebar ban, dan setelah
beberapa lintasan permukaan tanah terlihat bergelombang. Tapi perlu diingat kondisi ini
juga dapat terjadi karena tekanan ban yang terlalu tinggi. Muncul dan tenggelamnya
permukaan pemadatan yang tiba-tiba juga dapat menjadi pertanda adanya lapisan tanah
lunak atau adanya kantong-kantong di bawah permukaan tanah.

Pada tanah dengan kadar air yang memadai, mesin gilas akan meninggalkan bekas yang
bagus pada lintasan pertamanya, dan roda-roda akan tertanam sedalam 7,5~10 cm.

Pengamatan lain yang penting adalah bersih tidaknya kondisi kaki mesin gilas kaki domba
setelah pemadatan. Umumnya tanah yang terlalu basah ditandai dengan banyaknya tanah
yang terbawa oleh kaki roda, kadar air yang memadai akan ditandai tanah yang melekat di
kaki roda sedikit.

Selain memperkirakan kadar air secara sederhana, Pengawas juga harus mengukur
secara langsung tebal penebaran urugan tanah, tidak cukup hanya diamati secara visual.
Pengawas hendaknya juga mampu mengukur kepadatan tanah dengan menggunakan
jarum Proctor (alat penetrasi Proctor) atau menggunakan hand penetrometer. Pengukuran
cara ini hanya akan mendapatkan perkiraan nilai kepadatan pada permukaan timbunan
sehingga masih diperlukan uji yang lebih teliti dengan uji cara langsung seperti cara sand
cone .

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 55


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

15 January 2009 ZAINUDDIN 124


Gambar 6.1 Alat pemeriksa pemadatan tanah sederhana hand penetrometer (kiri
dan tengah) serta alat pengukur kadar air (speedy moisture tester)

6.2 Program uji kepadatan di lapangan


Pada awal pelaksanan harus sering dilakukan uji kepadatan. Setelah kontraktor dan
pengawas memahami: perilaku material yang dipadatkan, prosedur pemadatan yang
berlaku, serta persyaratan pemadatan benar-benar telah dilaksanakan oleh kontraktor,
maka frekwensi uji dapat dikurangi.

Banyak faktor yang mempengaruhi frekwensi dan lokasi uji serta jumlah contoh tanah
yang diambil. Frekuensi uji tergantung pada jenis material dan tingkat kekritisan timbunan
yang akan dilakukan dikaitkan dengan keseluruhan pekerjaan (contoh inti kedap air
memerlukan uji mutu yang lebih teliti daripada urugan acak/random). Secara umum lokasi
uji dan lokasi pengambilan contoh harus dapat mewakili keseluruhan kondisi urugan.

Pada awal pekerjaan harus dibuat rencana uji dan rencana pengambilan contoh yang
sistematik. Uji rutin dilakukan di lokasi yang telah ditetapkan dalam desain, untuk setiap
750 m3 ~ 2.000 m3 material yang telah dipadatkan, bahkan dapat lebih sering pada
pekerjaan timbunan yang sempit dengan volume sedikit (seperti bendungan kecil).
Demikian pula pada lapis pertama/diatas pondasi, uji harus lebih sering dilaksanakan
untuk meyakinkan bahwa pemadatannya dilakukan dengan baik, terutama pada kontak
permukaan pondasi yang merupakan daerah sangat penting.

Agar dapat mewakili kondisi umum bendungan, lokasi uji rutin diatur secara zig-zag:
pertama dibagian tepi hilir zona timbunan, kemudian ditengah, kemudian sisi hulu, terus
kembali ditengah, tepi hilir, dst.

Selain lokasi tersebut, uji juga perlu dilakukan pada :


1) Daerah yang meragukan mengenai kualitas timbunannya.
2) Kontraktor memusatkan penimbunan pada daerah yang relatif kecil.
3) Pemadatan di daerah khusus atau terbatas
4) Daerah sekitar instrumentasi
5) Berdekatan dengan tebing tumpuan (abutment), atau bangunan lainnya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 56


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Untuk pengambilan contoh, lokasi pengambilan harus ditentukan atas petunjuk tenaga ahli
desain dan sesuai desain semula. Sebagai petunjuk praktis frekwensi pengambilan contoh
adalah: satu contoh (sample) untuk setiap 20.000 m3, bagi urugan inti dan setiap
20.000~35.000 m3 urugan diluar inti. Karena contoh yang diambil khususnya akan
digunakan untuk uji kuat geser, maka pengambilan contoh untuk zona pendukung adalah
sangat penting. Sebaliknya bila data contoh tanah untuk konfirmasi parameter konsolidasi,
maka akan lebih penting untuk mengambil contoh timbunan pada inti dari bendungan.

6.3 Pengujian di Lapangan


6.3.1 Tanah Berbutir Halus
Terdapat dua tipe dasar pengujian yang dilaksanakan selama tahap konstruksi, yaitu
pengujian untuk pengendalian mutu dan catatan uji pelaksanaan. Tujuan pengujian untuk
pengendalian mutu adalah untuk mengukur sifat-sifat material yang telah digunakan dalam
konstruksi apakah telah memenuhi persyaratan desain, seperti yang disebutkan di dalam
spesifikasi atau dokumen pengendalian teknik lainnya. Pengujian ini pada umumnya
berupa pengukuran indeks teknik atau parameter desain dan dapat dilakukan dengan
cepat (satu hari atau kurang) sehingga prosedur pemilihan material atau prosedur
konstruksi yang salah dapat segera diperbaiki. Pada umumnya, pengujian-pengujian ini
meliputi pengujian kepadatan lapangan, kadar air, gradasi, dan batas-batas Atterberg yang
dilaksanakan di lokasi pekerjaan.

Catatan uji pelaksanaan pada umumnya berlangsung selama beberapa hari atau
beberapa minggu dan merupakan pengukuran langsung terhadap sifat-sifat teknik, seperti
kuat geser, kelulusan air, konsolidasi, dan pengujian khusus lainnya.

Kekerapan/interval pengujian dapat bervariasi, tergantung dari jumlah material yang harus
ditempatkan dan ukuran butiran material tersebut Biasanya, makin besar butirannya,
makin jarang dilakukan pengujian. Dalam kenyataan, proyek kecil yang mempergunakan
urugan batu berukran besar tidak perlu melaksanakan pengujian. Untuk proyek besarpun,
pengujian untuk material berbutir besar hanya diperlukan beberapa pengujian saja karena
diperlukan peralatan khusus yang mahal untuk penanganan dan pengujian.

Kekerapan pengujian pada umumnya ditingkatkan pada awal konstruksi; peningkatan


dapat juga dilakukan jika lokasi bendungan mempunyai tingkat resiko tinggi yang dapat
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar bila terjadi keruntuhan, atau jika
Kontraktor kurang berpengalaman mengerjakan bendungan urugan atau sedang
mengalami kesulitan dalam mencapai hasil yang disyaratkan.

Untuk memperoleh nilai pemadatan tanah di lapangan, maka perlu dilakukan pekerjaan
pengawasan pemadatan tanah. Nilai kepadatan tanah yang diperoleh dari hasil pemdatan
tanah di lapangan harus mendekati nilai kepadatan tanah yang diperoleh di laboratorium.
Dengan demikian diperlukan beberapa pemeriksaan secara periodik terhadap contoh
tanah yang diambil dari lapangan untuk mengetahui nilai kepadatan dan nilai kadar airnya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 57


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Nilai kepadatan maksimum (Maximum Dry Density) yang diperoleh dari pengujian Proctor
merupakan dasar bagi hasil pemadatan di lapangan. Untuk mencapai nilai kepadatan
maksimum ini maka nilai kadar air lapangan yang digunakan agar mendekati nilai
Optimum Moisture Content (OMC) yang diperoleh dari hasil percobaan Proctor di
laboratorium.

Penentuan nilai hasil kepadatan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan :


1. Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan Benda Uji SNI 03-
3637-1994
2. Metode Pengujian Kepadatan Tanah di Lapangan dengan Alat Konus Pasir SNI 03-
2828-1992
3. Metode Pengujian Kepadatan Berat Isi Tanah di Lapangan dengan Balon Karet SNI
19-6413-2000
4. Density of Soil and Soil Aggregate in place by Nuclear Methods (shallow depth) ASTM
D 2922 – 76

Selain kegiatan diatas, pengamatan curah hujan dan cuaca di sekitar lokasi pekerjaan
perlu dilakukan.

Uji mutu dilakukan dengan cara: uji lapangan dan pengambilan contoh tanah urugan yang
telah dipadatkan, dengan maksud:
1) Untuk menjamin hasil pekerjaan timbunan telah sesuai dengan persyaratan desain.
2) Melengkapi data pemanen konstruksi pada kondisi bendungan terbangun (permanent
record as built condition of construction) yang dikemudian hari akan sangat diperlukan
dalam evaluasi keamanan bendungan.

Uji mutu lapangan yang pokok (uji rutin) terdiri dari:


- Uji kadar air
- Uji kepadatan
- Uji kelulusan air
- Klasifikasi material yang digunakan dilapangan.
Disamping pengujian tersebut, untuk memeriksa tingkat kepadatan setelah dilakukan
pemadatan dapat dilakukan dengan bantuan pocket penetrometer atau hand
penetrometer yang ditusukkan ke dalam lapisan tanah yang telah dipadatkan. Besaran
yang dibaca dapat diperoleh dari alat ukur dial yang dipasang pada batang/pipa alat yang
dapat dibandingkan dengan besaran yang diperoleh pada pengujian standard proctor di
laboratorium.

Pengujian-pengujian lapangan yang penting, antara lain adalah :


1) Uji kadar air, dapat dilakukan dengan :
(a) Pemanasan menggunakan oven, SNI 03-1965-1990
(b) Metode uji bertekanan (contoh: speedy moisture tester), SNI 03-1965-2000
2) Uji kepadatan tanah di lapangan (ins-situ) dapat dilakukan dengan :
Penimbunan dan Pemadatan Tanah 58
Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

(a) Pemindahan pasir (sand cone), SNI 03-2828-1992


(b) Silinder ring (ring cylinder), SNI 03-6792-2002
(c) Balon karet (rubber ballon), SNI 19-6413-2000
(d) Nuklir (Nucler dunsity), ASTM

Gambar 6.2 Pengujian kepadatan tanah dengan sandcone

3) Uji kelulusan air di tempat (in-situ) dengan :


(a) Melalui lubang bor, SNI 03-2411-1991
(b) Melalui sumuran dangkal, SNI 03-2527-1991
(c) Cara Dahler, SNI 03-3968-1995

Pada waktu dan interval lapisan tertentu/berkala (misalnya setelah 6 – 10 lapis tanah yang
telah dipadatkan) dilakukan pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturbed
samples) untuk di uji di laboratorium. Pengujian di laboratorium tersebut untuk
memperoleh parameter-parameter tanah guna melakukan verifikasi terhadap parameter
desain, antara lain :
(a) Berat isi dan kadar air
(b) Gradasi
(c) Batas-batas konsistensi atterberg
(d) Konsolidasi
(e) Kuat Geser
(f) Permeabilitas
(g) Dll.
Jumlah minimum uji lapangan dan program pengambilan contoh tanah tak terganggu,
harus tertuang dengan jelas dalam spsesifikasi pekerjaan.

6.3.2 Tanah Berbutir Kasar


Di tahun-tahun terakhir ini, kerikil dan batu besar sampai ke ukuran maksimum 1 (satu)
meter telah umum digunakan sebagai material urugan yang dipadatkan. Hal tersebut telah
mendorong dikembangkannya prosedur pengujian khusus untuk pengendalian mutu
material seperti itu karena standar pengujian yang biasa digunakan hanya cocok untuk
material yang ukuran maksimum butirannya kira-kira 4 cm.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 59


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Metode uji kepadatan volume pasir dan balon air/penggantian air, dapat digunakan untuk
menentukan kepadatan lapangan material urugan lulus air. Bila material mengandung
butiran besar, menggali lubang kecil untuk pengambilan contoh akan mengalami kesulitan,
lubang perlu diperbesar dan ditutup plastik film kemudian diisi air untuk mengetahui
volumenya.

Kapadatan lapangan untuk tanah berbutir kasar (pasir dan kerikil) dinyatakan dalam
kepadatan relatif (Dr), yang merupakan perbandingan dengan kepadatan minimum dan
maksimum hasil uji meja getar di laboratorium.

Dr= [(γd-γmin) /γmax-γmin)] x γmax/γd ]x 100%

γd = berat volume kering lapangan material urugan lukus air, t/m 3


γmin = kepadatan minimum dari uji laboratorium, t/m3
γmax = kepadatan maksimum dari uji laboratorium, t/m3

Uji kepadatan lapangan dengan menggunakan prosedur balon air atau volume pasir, pada
awal pelaksanaan dilakukan setiap 750 m 3 (atau 1000 yard cu) urugan dan setiap 2000 m 3
(atau 3000 yard cu) pada urugan berikutnya.

6.3.3 Pengambilan contoh tanah tak terganggu


Pengambilan contoh tanah tak terganggu harus dilakukan dengan cara memotong secara
hati-hati urugan yang telah dipadatkan dalam bentuk blok kira-kira ukuran 0,028 m3 .
Contoh dilapisi lilin dan dibungkus dengan peti kayu atau cara pengepakan lainnya
sehingga tidak terganggu atapun kehilangan kadar airnya. Contoh tanah tak terganggu,
juga dapat diambil dengan menggunakan tabung baja Ø 19 cm tinggi 25,4 cm yang
ditekan masuk kedalam tanah dengan menggunakan pisau buldozer.

Terhadap contoh tersebut, kemudian dilakukan uji kuat geser (misalnya Triaksial CU) dan
uji konsolidasi di laboratorium. Terhadap material contoh yang tersisa, dan material contoh
terganggu, kemudian dilakukan uji laboratorium, antara lain kompaksi, gradasi, berat
jenis, batas-batas Atterberg, dll.

6.3.4 Pengujian Khusus


Disamping pengujan-pengujian lapangan yang rutin dilakukan, kadang-kadang diperlukan
beberapa pengujian untuk pengendalian kualitas yang tidak umum digunakan atau disebut
pengujian khusus. Pengujian khusus ini diberikan sebagai informasi, termasuk di sin
adalah untuk memperoleh sudut geser dalam material urugan batu dengan menggunakan
large scale direct shear. Pada umumnya pengujian tersebut dikembangkan untuk
menangani situasi khusus karena adanya material atau kondisi lokasi konstruksi yang
tidak lazim.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 60


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat-alat :


1) Penetrometer. Metode ini dilakukan dengan melakukan pengukuran kepadatan
menggunakan sebuah “probe” berbentuk khusus (kerucut/konus) atau penetrometer
yang ditusukkan ke dalam suatu urugan dengan diberi beban tertentu. Korelasi antara
kedalaman penetrasi dan tingkat kepadatan diperoleh dengan cara penetrasi ke dalam
urugan yang diketahui tingkat kepadatannya. Metode ini dapat digunakan dengan
cepat tetapi terbatas pada material berbutir halus yang sangat seragam kadar airnya.

2) Pengukuran Langsung. Metode ini pada umumnya digunakan pada urugan batu
yang ukuran batuannya melebihi 300 mm. Material batu yang akan dipasang,
ditimbang di dalam alat angkutnya, dan volume material yang ditempatkan ditentukan
melalui survey topografi yang teliti. Perbandingan berat/volume memberikan besaran
kepadatan atau berat isi lapangan rata-rata.

3) Pengukuran Tak Langsung. Sebuah lubang berbentuk piramid terbalik yang sama
kedalamannya dengan lapisan yang akan dipadatkan, digali di dalam urugan yang
belum dipadatkan. Di tengah parit tersebut dipasang sebuah alat pengukur
penurunan. Kemudian parit tersebut diisi dengan material yang telah ditimbang,
diratakan, dan dilapisi dengan jala kawat halus. Setelah dipadatkan dengan banyak
lintasan dan alat pemadat yang telah ditentukan, volume yang baru dihitung dan
kemudian dihitung kepadatannya. Metode ini digunakan di Austria untuk material
lepas dengan butiran berukuran besar (batu atau kerikil).

Metode lain yang digunakan untuk mengukur kepadatan atau berat isi lapangan untuk
batu atau urugan kerikil pada umumnya sama seperti yang dipakai untuk material berbutir
halus, kecuali alat ukurnya diperbesar seperti kerucut pasir (sand cone) dan metode
volume air (water replacement) yang menggunakan cincin berdiameter 2 m. Makin besar
ukuran butiran yang akan diuji, makin besar pula volume contoh uji yang dibutuhkan dan
oleh karena itu, alat uji serta biayanyapun menjadi makin besar pula.

Gambar 6.3 Pengujian kepadatan tanah kerikil dengan water replacement

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 61


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Keputusan mengenai pelaksanaan pengujian semacam ini harus dibahas kasus per kasus.
Tujuannya agar tercapai keseimbangan antara perolehan hasil uji yang secara realistik
sesuai dengan karakteristik urugan dan parameter desain yang digunakan dengan biaya
dan kesulitan pelaksanannya. Material yang mempunyai kandungan butiran besar lebih
dari 30 - 40% memerlukan prosedur pengujian khusus.

6.4 Jenis Pengujian Lapangan


Pengujian yang umumnya digunakan dalam kendali mutu (quality control) pekerjaan
penimbunan dan pemadatan tanah di lapangan, antara lain adalah seperti yang diuraikan
di bawah.

1) Pemadatan tanah
o Tabung (silinder) berdiameter 7-10cm yang ujung bawahnya berbentuk pisau yang
ditusukkan ke dalam lapisan tanah yang telah dipadatkan, sesuai dengan ASTM D
3017- 88.
o Pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus pasir (sand replacement cone),
menggali lubang denga diameter sekitar 15-20 cm sampai kedalaman sekitar 10-15
cm pada lapisan tanah yang telah dipadatkan, pada lubang tersebut dituangkan
pasir (yang telah dikalibrasi berat isinya) melalui ujung konus dari botol berisi pasir,
hingga lubang penuh, sehingga dapat dihitung berat isi basah tanah. Berat isi
kering tanah dapat diketahui setelah kadar air tanah diketahui (menggunakan
speedy moisture tester). Sesuai dengan SNI 03-2828-1992.
o Nuclear density test, dengan alat yang canggih ini dapat diketahui sekaligus berat
isi basah dan kadar airnya, sesuai dengan ASTM D 2937- 83 1990.

Gambar 6.4 Alat Nuclear density test


o Pengujian berat isi tanah di lapangan dengan balon karet; lubang berdiameter
sekitar 7-10 cm dibuat dengan kedalaman sekitar 10-15 cm, kemudian air dari
tabung balon diisikan ke dalam lubang, volume air yang keluar dari balon dicatat
dan sama dengan volume tanah yang dikeluarkan saat digali. Tanah bekas galian
ditimbang beratnya, sehingga diketahui berat isi tanah yang dipadatkan. Berat isi
kering dapat diketahui setelah kadar airnya diketahui (SNI 19-6413-2000).

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 62


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

2) Pemadatan pasir filter


o Digunakan sand cone atau water replacement method , lihat butir (1) di atas.
o Bila pasirnya kasar campur kerikil, digunakan water replacement method.
3) Pemadatan kerikil
o Digunakan water replacement method ..
4) Permeabilitas; terutama dilakukan pada lapisan tanah yang telah dipadatkan;
menggunakan metode falling head atau constant head melalui lubang bor yang dibuat
terlebih dahulu.

Sedangkan untuk pengujian kuat geser dan konsolidasi dapat dilakukan dengan
mengambil contoh tanah menggunakan tabung contoh dan diuji di laboratorium tanah.

Pada proyek yang cukup besar biasanya kontraktor disyaratkan untuk menyediakan
peralatan Laboratorium Tanah dan Beton di lapangan.

6.5 Evaluasi Kendali Mutu


6.5.1 Tanah (Zona inti)
Evaluasi harus dilakukan terhadap data pengujian yang diperoleh di lapangan dan
dibandingkan dengan spesifikasi teknik serta parameter desain, untuk memastikan kualitas
dari hasil pemadatan timbunan yang telah dilakukan. Bila ternyata terdapat parameter
tanah yang lebih rendah dari parameter desain, maka pengawas harus segera melaporkan
hal tersebut kepada engineer dan engineer harus segera melakukan analisis untuk
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan.

Untuk mengetahui apakah kadar air material yang dihampar telah mendekati kadar air
optimum standard proctor (OMC) dapat dilakukan dengan cara mengambil segenggam
tanah dan meremasnya pada telapak tangan dan menekannya kuat-kuat. Bila gumpalan
tanah tersebut sulit dipatahkan, kemungkinan kadar airnya telah mendekati OMC.

Untuk memperoleh nilai pemadatan tanah di lapangan, maka perlu dilakukan pekerjaan
pengawasan pemadatan tanah. Nilai kepadatan tanah yang diperoleh dari hasil pemdatan
tanah di lapangan harus mendekati nilai kepadatan tanah yang diperoleh di laboratorium.

Nilai kepadatan maksimum (Maximum Dry Density) yang diperoleh dari pengujian Proctor
merupakan dasar bagi hasil pemadatan di lapangan. Untuk mencapai nilai kepadatan
maksimum ini maka nilai kadar air lapangan yang digunakan agar mendekati nilai
Optimum Moisture Content (OMC) yang diperoleh dari hasil percobaan Proctor di
laboratorium.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 63


QUALITY CONTROL
Balai Bendungan Field Moisture Content and Dry DensityKonstruksi
Pengawasan Range Chart Zone
Bendungan 1 Dasar
Tingkat

∂d max kg/cm2
Zero Air Void Line 100 %

Field Density Test Result


1.6

1.5
95 % dry density Req Degree of Compaction
1.4

1.3

1.2

0 20 22 24 26 28 30 32 34
Water Content %

∂d max = 1.537 kg/cm2 OMC = 26.209 %


23 August 2010 46

Gambar 6.5 Evaluasi hasil pengujian kepadatan tanah dengan sand cone yang diplotkan
ke dalam kurva pemadatan

Gambar 6.6 Evaluasi derajat kepadatan tanah (D) zona inti, persyaratan D ≥ 95%

Sedangkan hasil pemeriksaan kadar air lapangan (w f) dapat diplotkan seperti berikut.

Gambar 6.7 Evaluasi kadar air dari tanah yang dihampar sebelum dipadatkan

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 64


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

6.5.2 Pasir/kerikil (Zona filter/transisi)


Untuk material pasir/kerikil (zona filter/transisi) yang perlu diperiksa sebelum dihampar di
lapangan adalah gradasinya. Gradasi material filter/transisi tersebut harus
masuk/memenuhi kurva desain. Apabila keluar dari kurva desain harus dilakukan
pencampuran atau mencari dari lokasi pengambilan (quarry) lain. Kurva material tersebut
yang dibandingkan dengan kurva desain dapat dilihat seperti gambar di bawah.

Gambar 6.8 Evaluasi hasil pemeriksaan gradasi zona filter/transisi

Sedangkan hasil uji kepadatan dari material filter/transisi ini yang dibandingkan dengan
hasil uji kepadatan relatif di laboratorium (misalnya dengan meja getar), dapat dilihat
seperti ganbar di bawah.

Gambar 6.9 Evaluasi hasil pengujian kepadatan relatif zona filter/transisi


Demikian juga dengan koefisien permeabilitas material filter/taransisi dari hasil uji di
lapangan dibandingkan dengan spesifikasinya, dapat dilihat seperti gambar di bawah.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 65


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Gambar 6.10 Evaluasi hasil pengujian kelulusan air zona filter/transisi

6.5.3 Ketidaksesuaian
Pada pelaksanaan konstruksi yang dilengkapi rencana pengendalian mutu rinci, kasus
ketidaksesuaian dengan pengujian atau prosedur yang disebutkan di dalam spesifikasi
dapat diidentifikasi dan ditangani lebih cepat dari pada yang tidak memiliki prosedur
formal.

Dalam suatu proyek, ketidaksesuaian dapat terjadi di berbagai tahap, sebagai berikut :
(1) ketika pekerjaan konstruksi sama sekali belum dimulai;
(2) selama konstruksi;
(3) setelah pekerjaan selesai.

Jika kesesuaian tidak ditemukan saat konstruksi selesai, maka ketidaksesuaian tersebut
dianggap sebuah anomali. Prosedur yang harus diikuti jika terjadi hal seperti itu
tergantung dari tingkat ketidaksesuaian dan pengaruhnya terhadap baku mutu.

Tindakan perbaikan yang perlu dipertimbangkan antara lain berupa :


- Tuntutan pelaksanaan spesifikasi dan baku mutu yang ada;
- Baku mutu baru yang lebih tinggi dari pada yang semula ditetapkan dan
pelaksanaannya tidak memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari Pemilik atau
Direksi;
- Baku mutu baru yang mungkin lebih rendah dari semula, tetapi memerlukan
persetujuan Pemilik/Direksi sebelum digunakan dalam pekerjaan.

Anomali tersebut harus dikaji oleh Pemilik/Direksi atau Kontraktor, tergantung siapa yang
bertanggung jawab membuat keputusan akhir. Tindakan yang mungkin dilakukan adalah :
- Menyetujui urugan yang telah dibangun jika memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam
desain;
- Melakukan modifikasi desain, sehingga memungkinkan digunakannya material urugan
yang berbeda baku mutunya dengan tetap menjaga baku mutu keseluruhan yang
ditetapkan dalam desain, agar kinerja dan keamanan konstruksi tetap terjaga;

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 66


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

- Menghancurkan bagian urugan yang tidak sesuai dan membangunnya kembali sesuai
baku mutu semula, jika desain tidak dapat diubah, agar kinerja dan keamanan
konstruksi tetap terjaga.

Prosedur yang harus diikuti tergantung pada tingkat ketidaksesuaian yang terjadi dan
biasanya menyangkut proses dua tahap.
a) Tahap pertama adalah menentukan kelas setiap ketidaksesuaian berdasarkan tingkat
keparahannya, sehingga dapat dipilih dan dapat diperbaiki tanpa tindakan khusus
yang memerlukan perubahan kontrak.
b) Tahap kedua menyangkut ketidaksesuaian yang memerlukan penyelidikan dan
evaluasi rinci untuk menentukan perlu tidaknya mengubah desain, baku mutu, atau
kontrak sebelum mencapai keputusan akhir. Perubahan tersebut tidak boleh
dilaksanakan hanya berdasarkan persetujuan wakil Pemilik atau Direksi di lapangan
saja, tetapi harus disetujui oleh Pemilik atau Direksi terlebih dahulu.

Prosedur administrasi untuk perubahan yang harus dilakukan selama konstruksi dan
kondisi lokasi yang berbeda harus diuraikan dengan jelas oleh Pemilik atau Direksi di
dalam kontrak dan pada awal konstruksi. Begitu telah dibuat keputusan untuk membuat
perubahan, maka pekerjaan yang terkait dilaksanakan dengan baku mutu yang sama
seperti yang ditetapkan untuk konstruksi semula atau dengan baku mutu yang baru, jika
perintah perubahan diberikan. Ketidak sesuaian dengan spesifikasi harus ditentukan
berdasarkan kontrak. Prosedur administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan
perubahan, perlu diperhatikan agar tercapai keseimbangan antara kebutuhan melanjutkan
konstruksi dengan cepat dan keharusan memenuhi persyaratan desain.

6.6 Hal yang Mempengaruhi Kepadatan Tanah


1. Pengaruh Proses Pemerataan Kadar Air
Untuk memperoleh nilai maksimum kepadatan kering pada suatu proses pemadatan
diperlukan variasi nilai kepadatan kering yang ditentukan dari jumlah kadar air yang
terkandung pada setiap contoh tanah pemadatan.

Sebelum dipadatkan, material tanah tersebut perlu dikeringkan terlebih dahulu yang
selanjutnya ditambahkan sejumlah air dan diaduk-aduk agar merata, namum pada
umumnya, meskipun nilai kadar air ini sama, nilai kadar air optimum yang diperoleh akan
berbeda-beda, demikian juga kepadatan maksimum, derajat kejenuhan, tekanan air pori
dan kekuatan geser.

Berdasarkan penelititan yang telah dilakukan oleh KOTTOWICS & KIRK (1971)
menunjukkan bahwa kadar air optimum berubah-ubah sesuai dengan kadar air asli yang
tergantung pula pada derajat pemerataan kadar airnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan
ketebalan dari selaput air yang mengelilingi butiran tanhnya. Juga HILF (1969)
menjelaskan bahwa hal ini karena adanya sifat anomali air.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 67


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Atas dasar hsil penelitian diatas maka proses pemerataan kadar air (curing) pada contoh-
contoh tanah yang akan dipadatkan sangat diperlukan, lamanya proses pemerataan
minimum 24 jam.

2. Pengaruh Komposisi Mineral


Beberapa jenis mineral yang terkandung dalam tanah lempung diantaranya adalah
allophone, halloysite, monmorilonite, kaolinite, illete, bentonite, gibbsite, cristobalite dan
quartz. Pada umumnya semua jenis mineral ini tidak selalu terkandung pada suatu jenis
tanah lempung, namun hanya beberapa jenis mineral saja yang banyak terkandung pada
jenis tanah lempung ini, seperti jenis lempung yang berwarna coklat kemerahan dengan
struktur latosol banyak mengandung mineral halloysite sedangkan jenis andosol banyak
mengandung mineral allophone (Wisley. 1977).

Biasanya para teknisi menyebut lempung dengan struktur latosol ini adalah “tanah
lempung lateritik”. Dan jenis mineral monmorilonite, kaolinite, sering dijumpai pada tanah-
tanah lempung yang mudah mengalami pengembangan atau perubahan volume
(penyusutan).

Tanah-tanah lempung jenis lateritik dan jenis andosol ini pada umumnya mempunyai sifat
yang tidak mudah mengembang bila adanya penambahan air, meskipun sifat daya
rekahannya cukup besar. Tanah-tanah ini banyak dijumpai di daerah perbukitan dan
pegunungan.

Berdasarkan hasil Plasticity Chart dari Casagrande tanah-tanah Latosol yang diperoleh di
Jawa Barat sedikit di bawah garis A sedangkan tanah andosol berada jauh di bagian
sebelah bawah dan bawah garis A. Dengan nilai batas cair andosol antara 80 – 250 % dan
latosol 68 – 120 %.

Untuk mempelajari sifat halloysite dan allophan, telah dilakukan percobaan pemadatan
tanah dengan menggunakan tanah dengan kadar air asli, tanah yang dikeringkan di udara
dan tanah yang dikeringkan di oven. Hasil-hasil pemadatan dengan cara ini telah
dilakukan pada contoh-contoh tanah lempung daerah sumedang, Pangalengan, Bogor,
Purwakarta, Lembang, Telomoyo dan daerah Cipanunjang serta daerah Pakis Baru di
Daerah pacitan. Berdasarkan hasil percobaan pemadatan tanah-tanah ini, maka nilai
kepadatan tanah sangat dipengaruhi oleh proses pengeringan tersebut.

GUNAWAN BUDHIHARTANTO & NENSI ROSALINA (1979) telah meneliti tanah untuk
bahan bendungan pakis Baru. Tanah ini termasuk tanah lempung lateritik dengan nilai
batas cairnya dalam keadaan asli sebesar 81 – 131%, bila digunakan Plasticity Chart
tanah-tanah ini berada di bawah garis A. Nilai kekuatan gesernya dari tanah yang telah
dipadatkan adalah sebesar C’ = 0.15 – 0.35 t/m2 dan sudut geser Ø = 31.5 – 36 o . tanah
ini mengandung mineral halloysite.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 68


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Berdasarkan hasil-hasil penelitian contoh – contoh tanah diatas, meskipun nilai batas
cairnya cukup tinggi, namun nilai-nilai kekuatan gesernya cukup menguntungkan bagi
konstruksi bangunan, seperti bangunan Cipanunjang dengan ketinggian 33 m dan
kemiringan 1 ; 25.5 untuk lereng bagian udik dan 1 : 3 untuk lereng bagian hilir yang
dibangun antara tahun 1929 – 1939 yang sampai saat ini masih stabil dan aman.
Demikian juga tanah sejenis yang digunakan sebagai bagian bendungan yang kedap air
(core material) pada bendungan Jatiluhur; SHERAD (1963) menyatakan bahwa tanah-
tanah yang digunakan sebagai bahan kedap air yang mempunyai nilai batas cair sekitar
110% dan mempunyai kekuatan geser yang lebih besar dari tanah lainnya dengan nilai
batas cair sekitar 60%.

3. Pengaruh Struktur Tanah


Nilai kepadatan maksimum dari suatu pemadatan tergantung pula dari sifat struktur
tanahnya. Pertikel-partikel tanah pada suatu masa tanah mempunyai pengaruh listrik
antara partikel-partikelnya terutama pada partikel yang berdekatan.

LAMBE . T.W. (1958) menjelaskan bahwa pada suatu kadar air yang berada di A, gaya
tolakan listrik dari partikel-partikelnya lebih kecil dari gaya tarik listriknya, sehingga pertikel-
partikelnya membentuk suatu gumpalan dan partikelnya tidak beraturan. Bila kadar airnya
bertambah, gaya tolakan diantara partikelnya bertambah sehinga partikel-partikelnya akan
membentuk suatu keadaan yang agak teratur. Penambahan air akan memperoleh
kepadatan yang agak besar dan kepadatan kan berkurang bila nilai kadar air lebih tinggi
dari B meskipun partikel-partikelnya membentuk suatu keadaan teratur dan sejajar tetapi
kepadatan tanahnya berkurang seperti di C, karena air menempati ruangan yang
seharusnya diisi oleh partikel-partikelnya.

Penambahan daya pemadatan pada kadar air tertentu akan memberikan hasil kepadatan
tanah yang lebih besar lagi. Pendapat lain mengenai teori ini adalah bahwa tiap jenis
tanah mempunyai sifat keseimbangan dari kadar airnya.

Selama kadar air ini masih di bawah nilai kadar air keseimbangan, maka tanah ini masih
mencoba untuk menarik air di luar. Tanah timbunan yang dipadatkan dan tanah asli
maupun tanah terganggu pada keadaan di daerah kering mempunyai struktur yang
menggumpal, sedangkan di daerah basah mempunyai struktur yang lepas. Sehingga
bertambahnya kandungan kadar air bertambah pula keadaan terurainya partikel-partikel
tanah ini.

4. Pengaruh Cara Pemadatan


Berdasarkan beberapa percobaan pemadatan tanah pada contoh tanah, setelah tanah
dipadatkan dengan berbagai energi, selanjutnya diuji kekuatan gesernya. Dari hasil
percobaan membuktikan bahwa bertambah besar daya pemadatan pada daerah kering
bertambah pula kekuatannya, bertambah daya pemadatan pada daerah yang basah
kekuatan tanahnya menurun dan pada daya pemadatan yang sama kekuatan tanahnya
lebih besar pada daerah kering daripada daerah basah.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 69


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Hal ini dapat dijelaskan dengan memperhatikan di A, pertikelnya lebih tidak beraturan
daripada di E dan partikel E lebih berdekatan daripada di A, sehingga kekuatan di E lebih
besar daripada di A. Di D kekuatan tanahnya lebih kecil daripada di C karena keadaan
partikel di D lebih teratur dan lebih berdekatan daripada C.

Bila memperhatikan hal di atas, maka contoh tanah A mempunyai kekuatan yang lebih
besar daripada di C hal ini, karena di A partikelnya lebih tidak beraturan, nilai daya isap
tekanan air pori di A lebih besar daripada di C dan daya tolak partikel di A lebih kecil dari
C.

SHEED & CHAN (1959) menjelaskan pengaruh dari cara pemadatan tanah yang dapat
merubah sifat kekuatannya, seperti dapat diperhatikan pada gambar bahwa dengan
berbagai macam cara pemadatan yaitu dengan berupa beban berupa peremasan,
tumbukan, getaran dan pembebanan mempunyai nilai kekuatan yang berlainan yang juga
dipengaruhi oleh besarnya percepatan geserannya.

5. Pengaruh Rembesan
Nilai rembesan dari suatu tanggul, bendungan dan tanah pondasi lainnya sangat penting
di dalam menentukan garis depresi (seepage line), penurunan dan stabilitas.

LAMBE.T.W. (1962) mengadakan percobaan rembesan pada tanah lempung yang


dipadatkan dengan nilai kadar air yang berbeda-beda yang selanjutnya diuji rembesannya.
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai rembesan akan berkurang, jika nilai
kadar air bertambah. Nilai minimum rembesan terjadi sekitar nilai kadar air optimum atau
sedikit diatas nilai kadar air optimum, sedangkan perubahan nilai rembesan yang cukup
besar terjadi ketika penambahan kadar air di daerah kering dari optimum,. Hal ini karena
susunan keadaan partikel-partikelnya juga bertambahnya daya daya pemadatan akan
mengakibatkan berkurangnya nilai rembesan. MITCHELL, J.K. HOOPER. D.R &
CAMPANELLA R.G. (1965) telah mengadakan penelitian nilai rembesan pada tanah
timbunan lempung. Berdasarkan hasil penelitiannya, nilai rembesan suatu contoh tanah
lempung yang dipadatkan tergantung pula pada jenis serta cara beban yang diberikan.
Dengan cara pemadatan yang diremas-remas (Kneading Compaction) nilai rembesannya
lebih rendah daripada nilai rembesan yang dilakukan dengan cara pembebanan tetap
(Static Compaction) terutama didaerah basah sekitar optimum.

6. Sifat Pengembangan Lempung


Akibat terjadinya pengembangan (swelling) suatu bangunan dapat mengalami kerusakan.
Selain hanya pengembangan suatu tanah pada arah vertikal, PARCHER J.V. & PING
CHUAN LIU (1965) telah mengadakan beberapa penelitian terhadap tanah lempung yang
dipadatkan dan mengalami perkembangan ke arah horizontal. Hal ini karena rusaknya
suatu bangunan adalah terjadi pada arah horizontal dan vertikal. Beberapa faktor yang
mempengaruhi sehinnga tanah tersebut dapat mengembang diantaranya :

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 70


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

1) Komposisi Tanah
Komposisi mineral tanah merupakan faktor yang utama, sehingga tanah ini dapat
mengalami pengembangan. Hanya beberapa mineral saja yang dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan volume, yang diantaranya adalah monmorilonite, kaolinite dan
illete.
2) Kadar Air Asli
Tergantung dari kadar air aslinya, beberapa jumlah kadar air akan diserap oleh
partikel-partikelnya. Besarnya pengembangan suatu tanah sebanding dengan
jumlahnya kandungan kadar air.
3) Struktur tanah
Sehubungan dengan adanya pemadatan, maka struktur tanahnya akan kembali seperti
struktur tanah asalinya. Sehingga bila kepadatan lebih kecil dari kepadatan tanah
aslinya, maka pengembangan mungkin terjadi.
4) Beban Kerja
Beban yang bekerja di atas tanah ini akan mempengaruhi pengembangan tanahnya,
bila beban ini lebih kecil dari beban minimum pengembangan, maka tanah ini akan
mengembang.
5) Proses Pemerataan Kadar Air
Lamanya proses pemerataan kadar air juga mempengaruhi besar kecilnya pengaruh
pengembangannya.
6) Waktu Pengembangan
Besarnya pengembangan sebanding dengan waktu yang diberikan untuk mengalami
pengembangan
7) Temperatur
Bila suhu udara di sekeliling contoh tanah ditingkatkan, maka nilai pengembangannya
akan berkurang.

Besarnya pengembangan baik pada arah vertikal maupun arah horizontal dari suatu tanah
yang dipadatkan diperngaruhi oleh macam serta jenis beban yang berkerja.

Hasil dari pada penelitian ini adalah bahwa untuk memadatan tanah dengan cara diremas-
remas, lengkung pengembangan dan waktunya hampir sama. Pengembangan dengan
cara pembebanan tetap, nilai pengembangan hampir dua kali dari pada pengembangan
tanah yang dipadatkan dengan cara peremasan.

Nilai pengembangan pada arah vertikal dan horizontal tanah yang sama dipadatkan
dengan cara peremasan mempunyai hasil yang sama sedangkan pada cara pengbebanan
tetap nilai pengembangan pada arah horizontal lebih besar dari pada pengembangan
dengan arah vertikal, dengan demikian struktur tanahnya mengalami perubahan.

7. Kolerasi Parameter Timbunan Tanah Lempung


Seperti telah kita ketahui bersama bahwa baik pada kadar air optimum (OMC) dan batas
plastis kedua-duanya diperngaruhi oleh nilai kadar airnya.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 71


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

Ibnu Kasiro $ Theo Najoan (1976) telah memperoleh persamaan hubungan antara nilai
kadar air optimum OMC (%), dan batas plastis w P dari tanah lempung yang dipadatkan
sejumlah n = 210 pasang. Data hubunga ini diperoleh dengan menggunakan regression
liniar dan diperoleh nilai kolerasi yang cukup baik sebesar r = 88,0 %. Adapun persamaan
hubungan antara OMC dan wP adalah :
OMC = 0,861 wP + 4,266

Dimana nilai batas plastis tanah lempung yang diamati berkisar antara 15 % - 55 %.

Atas dasar persamaan tersebut di atas telah dilakukan penentukan nilai OMC dari nilai-
nilai batas plastis tanah di daerah Waduk Lalung dengan hasil yang cukup mendekati
dengan hasil OMC yang ada.

Selain hubungan kolerasi parameter tanah antara OMC dan wP di atas juga diperoleh
persamaan hubungan antara kedapatan kering, γd (t/m3) dan kadar air lapangan wf (%)
atas contoh tanah yang diperoleh di lapangan. Jumlah data keseluruhan ini sebanyak n =
659 pasang data. Untuk memperoleh nilai kolerasi yang cukup baik maka persamaan ini
dibagi 3 kelompok yang didasaran pada nilai batas plastis w P antara 15 – 30 %, 30 – 40 %
dan 40 – 55 %.
Data yang ada di Waduk Ketro dan Waduk Lalung telah dihitung nilai-nilai kepadatan
tanahnya dengan menggunakan persamaan kolerasi di atas dan memberikan hasil yang
hampir sama dengan nilai kepadatan yang ada (pemadatan di laboratorium).

Selanjutnya telah dicari hubungan persamaan antara nilai kepadatan maksimum, MDD
(t/m3) dan nilai kadar air optimum, OMC (%) yang dilakukan atas percobaan pemadatan
dengan standard proctor sebanyak n = 212 pasang data. Nilai kolerasi antara hubungan
kedua parameter ini adalah sebesar r = 0,915. Adapun persamaan dari kedua parameter
ini, adalah :

MDD = 5,643 OMC-0,411

dengan nilai batas plastis wP antara 15 – 55 % Grafik dari hubungan ini dapat dilihat pada
Gambar tersebut. Dengan menggunakan data-data yang ada telah diperoleh nilai MDD
yang menggunakan persamaan di atas yang cukup mendekati dengan hasil di
laboratorium.

8. Pemilihan Kadar Air Pemadatan


Nilai kadar air suatu contoh tanah yang akan dipadatkan sangat dipengaruhi hasil
kepadatan tanahnya, seperti telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu. Nilai kadar air ini
tentu tergantung dari nilai kadar air lapangan.

Berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ternyata pada umumnya kadar
air lapangan berada di atas nilai kadar air optimum. Tentu untuk memperoleh hasil
pemadatan yang cukup memenuhi syarat, nilai kadar airnya diusahakan berada di sekitar

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 72


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

nilai optimum. USBR method (HILF), mensyaratkan bahwa kadar air pemadatan harus
berada diantara – 3 % hingga + 3 % dari OMC. Hal ini akan memperoleh kesulitan karena
kadar air lapangan pada umumnya agak jauh dari nilai kadar air optimumnya. sedangkan
berkurangnya kadar air yang diperoleh selama pengangkutan untuk sejauh 0,5 – 1,5 km
dan dimusim kemarau sebesar lebih kurang 5 % saja.

Cara lain untuk mengatasi keadaan kadar air lapangan yang cukup tinggi terhadap nilai
kadar air optimum adalah Swedish method. Pada cara ini kadar air yang digunakan adalah
kadar air lapangan. Keuntungan dengan cara ini, tanah tidak perlu dikeringkan terlebih
dahulu dan pengaruh swelling akan kecil, namun kerugiannya adalah kepadatan tanah
akan lebih kecil dan kekuatan geser akan lebih kecil, disamping timbulnya nilai tekanan air
pori yang cukup tinggi yang dapat mempengaruhi nilai kekuatan gesernya.

Pada pemadatan tanggul yang tidak terlalu tinggi, cara ini cukup memadai. Untuk
mengatasi keadaan air lapangan yang pada umumnya lebih tinggi dari OMC ini maka
berdasarkan pengalaman kadar air pemadatan dapat digunakan 4 % diatas nilai OMC
dengan persyaratan nilai kepadatan kering yang dicapai sekitar 95 % dari nilai maksimum
kepadatan kering, terutama pada pekerjaan pemadatan tanggul atau bendungan dengan
tinggi tidak lebih dari 30 m dan batas plastis tanah yang dipadatkan sekitar antara
30 – 35%.

9. Cara untuk Mengurangi Rekahan


Terjadinya rekahan yang cukup dalam dan cukup panjang yang terjadi pada lereng tanggul
atau bendungan dapat mengakibatkan longsoran lereng bangunan tersebut. Di daerah
tropis, umumnya musim kemarau dan musim penghujan cukup lama. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya retakan, terutama pada tanah-tanah lampungan.

Kejadian yang paling berbahaya adalah pada saat terjadi rekahan maksimum atau pada
saat musim kemarau akan berakhir dan terjadilah intensitas hujan yang sangat tinggi,
sehingga keadaan tanah menjadi jenuh dan rekahan terisi oleh air. Air ini akan
menimbulkan tekanan ke arah horizontal yang dapat mengurangi stabilitas lerang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada beberapa tanggul, agar rekahan
yang terjadi ini kecil maka bahan timbunan yang digunakan diusahakan mempunyai nilai
batas susut (SL) dibawah 20 %.

Namun demikian, bila nilai batas susutan bahan timbunan ini sedikit di atas 20 % maka
untuk mengurangi nilai batas susutan yang terjadi pada bahan timbunan ini perlu dicampur
dengan pasir. Hal ini telah dilakukan di tanggul waduk Lalung dan tanggul Waduk Ketro
yang dipasang setebal 1 mpada lereng hilirnya. Dengan menggunakan campuran 4
lempung : 1 pasir nilai batas susutan tanah campuran Waduk Ketro akan lebih kecil dari
nilai susutan tanpa tanah campuran, sehingga diharapkan tidak terjadi rekahan yang
membahayakan. Perbandingan campuran lempung dan pasir ini harus ditentukan melalui
beberapa percobaan terlebih dahulu, agar nilai batas susut dapat di capai

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 73


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

10. Lain-Lain
Untuk memperoleh hasil pemadatan yang cukup baik dan sesuai dengan nilai kepadatan
yang telah disyaratkan, maka diantara kontraktor, pengawas mutu hasil pemadatan dan
pemilik/pemimpin Proyek harus ada kerja sama yang baik. Tanpa kerja sama yang tinggi
maka hasil pemadatan sulit untuk ditingkatkan.

11. Laporan
Dokumentasi/catatan lengkap harus terus dilaksanakan atas semua kegiatan konstruksi
bangunan urugan. Dokumentasi ini akan berharga pada saat diperlukan perbaikan atau
modifikasi bangunan di kemudian hari. Dokumentasi juga diperlukan jika ada gugatan dari
Kontraktor ataupun dari Pemilik bahwa pekerjaan yang dikehendaki (oleh Pemilik) atau
telah dilaksanakan (oleh Kontraktor) tidak sesuai dengan kontrak. Dokumen dasar
pekerjaan konstruksi adalah berupa desain dan spesifikasi, modifikasi yang telah
dilaksanakan yang dianggap telah tercakup di dalam ketentuan kontrak, amandemen
kontrak seperti yang berkenaan dengan perintah penambahan pekerjaan atau perintah
untuk mengadakan perubahan, protes, hasil pengujian, pengukuran pekerjaan yang telah
dilaksanakan dan pembayaran kontrak.
Untuk memastikan bahwa dokumentasi telah dilakukan dengan benar, maka selama tahap
konstruksi perlu dibuat berbagai laporan berkala. Dengan membahas laporan-laporan
tersebut, maka petugas pengawas dapat menentukan apakah kinerja yang baik telah
tercapai atau tidak atau apakah ada kekurangan atau salah paham. Berdasarkan laporan
ini, dapat dilakukan perbaikan, bila diperlukan. Laporan kemajuan memungkinkan
dilaksanakannya koordinasi berbagai pekerjaan yang diperlukan agar kontrak dapat
terlaksana dengan tepat waktu dan efisien. Setiap pengujian yang dilakukan di
laboratorium dan di lapangan harus dibuat laporannya. Inspektur harus membuat laporan
harian mengenai kelaikan, kemajuan dan tanggapan atas keputusan-keputusan yang
telah dibuat. Laporan harian ini mutlak dibuat untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Laporan tentang keputusan-keputusan yang telah dibuat biasanya berdasarkan pada
catatan-catatan harian yang dibuat oleh petugas pengawas dan pengawas lapangan.
Catatan harian dan laporan pengujian harus dibuat ringkasannya secara berkala berupa
informasi dan laporan bulanan resmi yang juga mencakup semua keputusan yang telah
dibuat mengenai hal-hal yang kontroversial. Pada akhir konstruksi, harus dibuat sebuah
laporan akhir yang memberikan ringkasan dari semua metode dan peralatan yang
digunakan dan hasil pengujian yang diperoleh selama konstruksi berlangsung.

RANGKUMAN
Sebelum mengambil dan mengangkut tanah dari sumber-sumbernya, penanganan
material tanah di sumbernya (borrow area dan quarry) sendiri adalah merupakan salah
satu faktor keberhasilan pekerjaan penimbunan dan pemadatan tanah yang memenuhi
spesifikasinya. Pemeriksaan kadar air tanah di borrow area perlu dilakukan secara
berkala, supaya bila tanah telah dihampar dan siap dipadatkan telah mendekati kadar air
optimum seperti yang disyaratkan. Bila tanah langsung digali di sumbernya, kadar airnya
biasanya sekitar 3 @ 5% di atas OMC, sehingga kontraktor jangan terlalu lama

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 74


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

menyimpan tanah di lapangan (stockpiles) terlalu lama yang akhirnya memerlukan


penyiraman untuk menambah kadar air.

Penanganan pengambilan material berbutir kasar (pasir dan batu) juga memerlukan
pemeriksaan sendiri, termasuk uji quarry di lapangan, oleh karena itu pengawas harus
memahami cara dan metoda pengambilannya, terutama bila dilakukan dengan peledakan.

Sebelum pekerjaan pemadatan dilapangan dimulai, lazimnya dilakukan percobaan


penimbunan (trial embankment) untuk memperoleh tebal lapisan dan banyak gilasan
menggunakan alat pemadat yang dsyaratkan. Percobaan tersebut tidak hanya dilakukan
terhadap tanah berbutir halus, namun juga dilakukan terhadap tanah berbutir kasar. Hasil
dari percobaan, kemudian digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pemadatan
sebenarnya di lapangan.

Untuk menjamin mutu pelaksanaan pekerjaan pemadatan di atas, maka perlu dilakukan
pemeriksaan dan kendali mutu di lapangan dengan melakukan pengambilan contoh dan
pengujian-pengujian lapangan. Dari hasil pengujian-pengujian tersebut dilakukan evaluasi
terhadap mutu yang telah dicapai. Tujuan dari kendali mutu ini adalah disamping
melakukan pemeriksaan juga untuk memastikan apakah asumsi dan parameter desain
dapat dicapai selaman pelaksanaan konstruksi.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 75


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

LATIHAN SOAL PENIMBUNAN DAN PEMADATAN TANAH

LATIHAN SOAL BAB III (60 MENIT)


1) Apa yang disebut sebagai tanah berbutir halus dan tanah berbutir kasar? Uraikan
fungsinya bila digunakan sebagai material timbunan.
2) Bagaimana anda mengidentifikasi jenis tanah tersebut baik di lapangan maupun
di laboratorium?
3) Bila suatu jenis tanah mempunyai plastisitas indeks, I P sebesar 75% dan batas
cair wL sebesar 80%, masuk klasifikasi apakah tanah tersebut dan apakah dapat
digunakan sebagai material timbunan yang baik? (gunakan plastisity chart dan
ingat tanah bersifat khusus).
4) Sebutkan mana yang paling baik digunakan sebagai material filter, pasir
mempunyai gradasi buruk hasil pemrosesan (pemecah batu) atau pasir alami
mempunyai gradasi baik. Sebutkan alasannya!

LATIHAN SOAL BAB VI (60 menit)


1) Pengujian apa saja yang dilakukan di borrow area dan quarry, jelaskan dengan
singkat.
2) Apabila ternyata hasil pengujian tersebut tidak memenuhi spesifikasi, apa yang
anda lakukan.
3) Parameter pemadatan apa yang dapat diperoleh dari uji kepadatan di laboratorium
menggunakan standard proctor? dan jelaskan juga hubungannya dengan
percobaan penimbunan (trial embankment) di lapangan.
4) Jelaskan dengan singkat peralatan pemadat yang cocok untuk tanah berbutir halus
dan untuk tanah berbutir kasar serta jelaskan alasannya.
5) Pada daerah pekerjaan pemadatan yang sempit, misalnya di dekat dinding spillway
dimana alat berat pemadat sheepfoot roller tidak leluasa beroperasi, bagaimana
anda melakukan penimbunan dan pemadatan? (kata kunci : contact clay, alat
pemadat ringan, lapisan lebih tipis)

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 76


Balai Bendungan Pengawasan Konstruksi Bendungan Tingkat Dasar

DAFTAR PUSTAKA

1) Departemen PU, “Pedoman penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air”, Vol 1
(Pd T-03.1-2005-A), Vol. 2 (Pd T-03.2-2005-A), dan Vol. 3 (Pd T-03.3-2005-A), tahun
2005.
2) Gunawan B & Nensi R, (1982), Cara Pemadatan Tanah untuk Perkerjaan Pembuatan
Tanggul dan Bendungan, Tidak dipublikasikan.
3) Hirschfelo, R.C & Poulos, S.J (1972), Embankment Dam Engineering, Casagrande
Volume, John Wiley & Sons, New York.
4) Lambe, T.W. & Whitman, R.V (1969), Soil Menhanics, John Wiley & Sons, New York.
5) SHERARD, J.L., R.J. WOODWARD, S.F. GIZIENSKI, and W.A. CLEVENGER (1963),
Earth and Earth-Rock Dams, John Wiley and Sons, New York NY, 1963.
6) Sosrodarsono, S dan Takeda K (1977) Editor, Bendungan Tipe Urugan, Penerbit
Pradnya Paramita Jakarta 1977.
7) USBR 1973, Design Of Small Dams, U.S. Department of the Interior, Bureau of
Reclamation.

Penimbunan dan Pemadatan Tanah 77

Anda mungkin juga menyukai