Makalah Aqurasi Dan Presisi Yang Asli
Makalah Aqurasi Dan Presisi Yang Asli
Adapun makalah anlitik tentang Pengukuran akurasi dan presisi ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun, bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
member saran dan kriktik kepada kami sehingga dapat memperbaiki makalah
analitik ini
Akhir penyusun mengharapkan semoga dari makalah analitik ini kita dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan ifirasi terhadap
pembaca.
Penysun
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1) Dapat mengetahui Pengertian Akurasi dan Presisi
2) Dapat mengetahui perbedaan akurasi dan presisi
3) Dapat megetahui cara menghitung akurasi dan presisi
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengolahan data sangat perlu dilakukan uji akurasi data. Akurasi yang
dimaksud disini adalah kecocokan antara suatu informasi standar yang dianggap
benar, dengan terklasifikasi yang belum diketahui kualitas informasinya.
Kesalahan dalam klasifikasi dapat disebabkan oleh kompleksnya interaksi yang
terjadi antar struktur special suatu bentang alam, resolusi sensor, algoritma
pengolahan, dan prosedur klasifikasi yang digunakan. Sumber yang paling
sederhana terjadi karena kekeliruan penetapan informasi dari kelas spectral yang
diadakan. Uji akurasi dengan membandingkan dua peta, satu peta bersumber dari
hasil analisis penginderaan jauh (peta yang akan diuji) dan satunya adalah peta
yang berasal dari sumber lainnya. Peta kedua dijadikan sebagai peta acuan, dan
diasumsikan memiliki informasi yang benar. Seringkali data acuan ini dikompilasi
dari informasi yang lebih detail dan akurat dari data yang akan diuji.
Hasil analisis
Nilai sebenarnya
x ≥ 10,00 % y≤2%
1,00 % ≤ x ≤ 10,00 % y≤2%
0,10 % ≤ x ≤ 1,00 % y ≤ 10 %
x ≤ 0,10 % y ≤ 20 %
a. Perbedaan antara akurasi dan presisi bisa digambarkan secara jelas seperti di
bawah ini :
1) Level kecocokkan antara pengukuran aktual dan pengukuran absolut
disebut akurasi. Tingkat keberagaman yang terletak pada nilai beberapa
pengukuran dari factor yang sma disebut presisi.
2) Akurasi menggambarkan kedekatan dari pengukuran dengan pengukuran
aktual. Di sisi lain, presisi menunjukan kedekatan dari masing-masing
pengukuran dengan yang lain.
3) Akurasi adalah derajat kesesuaian, yaitu tingkat yang mana pengukuran
adalah tepat ketika dibandingkan dengan nilai absolut. Sementara, presisi
adalah derajat reprodusibilitas, yang mana menjelaskan konsistensi dari
pengukuran.
4) Akurasi berdasar pada factor tunggal, sedangkan presisi berdasarkan pada
lebih dari satu factor.
5) Akurasi adalah pengukuran perkiraan statikal sementara presisi adalah
pengukuran keberagaman statistical.
6) Akurasi berfokus pada kesalahan sistematik, yakti kesalahan yang
diakibatkan oleh masalah pada peralatan. Sebaliknya, presisi terkait dengan
kesalahan acak, yang mana terjadi secara periodic tanpa pola yang dikenali.
Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai pengukuran dengan nilai
sebenarnya. Presisi adalah ukuran seberapa baik hasilnya dapat ditentukan.
Perhatikan bahwa suatu pengukuran dapat presisi tetapi tidak akurat. Untuk
menjelaskan konsep akurasi dan presisi akan kita gunakan analogi olah raga golf.
Golf adalah permainan untuk konsistensi dan target. Seorang pemaian golf
harus berusaha memasukan bola ke dalam lubang atau menempatkan bola sedekat
mungkin dari lubang golf. Tiga pegolf menembakkan bola dengan dengan hasil
sebagai berikut
Dalam analogi ini terdapat satu kelemahan yaitu dalam ilmu pengetahuan
(tidak seperti golf) yaitu peneliti tidak mengetahui secara pasti posisi targetnya.
Biasanya ilmuwan yakin hasil pengukuran/eksperimennya adalah akurat jika hasil
eksperimen bersesuaian dengan beberapa hasil percobaan yang dilakukan peneliti
lain.
Contoh 1
Seandainya Anda ingin mengukur masa suatu cincin emas yang akan dijual
kepada seorang teman sehingga kita dapat memberikan harga yang sesuai.
Perhatikan tiga cara menentukan masa cincin berikut:
1. Metode 1
Pegang cincin dengan tangan, Anda memperkirakan bahwa masa cincinya
berada diantara 10 g sampai 20 gram.
2. Metode 2
Anda memakai timbangan elektronik yang memberikan pembacaan hasil
17,43 g. Untuk memastikan bahwa timbangannya handal, Anda
menggunakan timbangan yang sama sehingga diperoleh beberapa nilai
pengukuran yaitu
17,46 , 17,42 dan 17,44 g sehingga masa rata-ratanya 17,44 ± 0.02 g.
3. Metode 3
Karena ingin jujur, Anda menggunakan timbangan lain, dengan
pengukuran berulang timbangan ini memberikan hasil 17,22 g, 17,21 g,
17,21 g dan 17,21 g.
Dari ketiga metode di atas yang menunjukkan hasil yang paling presisi
adalah metode 3. Kedua timbangan tersebut dapat memberikan pembacaan paling
dekat 0,01 g, timbangan pada metode ketiga juga memberikan hasil yang lebih
konsisten. Dari ketiga metode di atas agak susah menentukan hasil yang paling
akurat. Hanya ada satu cara untuk menilai akurasi suatu pengukuran yaitu dengan
membandingkannya dengan suatu nilai standar. Pada keadaan ini, adalah mungkin
untuk mengkalibrasi timbangan dengan masa standar yang akurat pada toleransi
kecil. Kalibrasi timbangan seharusnya mengeliminasi ketidaksesuaian diantara
pembacaan dan melengkapai masa pengukuran yang lebih akurat.
Catatan:
Ketidaktepatan metode 1 membuat akurasi pengukuran menjadi tidak
relevan, meskipun masa cincin berada di antara 10 g sampai 20 g namun metode 1
tidak cukup presisi untuk memperkirakan masa cincin.
Dalam hal ini juga terdapat perbandingan dari tingkat presisi, akurasi dan bias
dari suatu hasil pengukuran dapat dilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Keterangan :
a. Gambar (1) menunjukan bahwa noktah-noktah merah memiliki presisi
tinggi tetapi akurasi rendah.
b.Gambar (2) menunjukan akurasi tinggi tetapi presisi renda
c. Gambar (3) menunjukan baik itu akurasi ataupun presisi sama-sama
rendah
d.Gambar (4) (paling kanan) memiliki aqurasi dan presisi yang tinggi
Jadi, jika pengukuran aktual tinggi pada akurasi dan presisi, hasilnya akan
bebas dari kesalahan. Jika Pengukuran aktual presisi tetapi tidak akurat,
makanhasilnya tidak cocok dengan yang diperkirakan. Jika hasil aktual akurat
tetapi ti presisi, makan ada keberagaman yang besar pada pengukuran. Dan
akhirnya, jika pengukuran aktual tidak akurat maupun presisi, makan hasil nya
akan kurang tepat dan pasti pada waktu yang bersamaan.
Memisahkan eror menjadi akurasi dan presisi sangat berguna untuk
identifikasi bias, yaitu perbedaan nilai prediksi/ model dengan nilai yang yang
diprediksi (nilai sebenarnya ). Jika suatu prediksi/ model memiliki presisi
tinggi namun akurasi rendah, maka terdapat kemungkinan prediksi/model
memiliki penyumbang eror yang sistemik.
2.3 Cara menghitung Akurasi dan Presisi
2.3.1 Akurasi
Accuracy menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit
yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai persen perolehan kembali
(recovery) analit yang ditambahkan. Accuracy dapat ditentukan melalui dua cara,
yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku
(standard addition method). Dalam kedua metode tersebut, recovery dinyatakan
sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Biasanya
persyaratan untuk recovery adalah tidak boleh lebih dari 5%.
Salah satu cara penilaian Akurasi yaitu dengan studi “Recovery” yaitu
dengan melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah ditambah analit murni,
kemudian hasil dihitung terhadap hasil yang diharapkan:
Akurasi metode yang lebih baik adalah yang memberikan nilai R yang mendekati
100%. Metode analisis yang mungkin digunakan untuk menetapkan akurasi yaitu
metode menggunakan CRM (Certified Refference Material) dan adisi standar.
CRM mempunyai nilai tertelusur ke SI dan dapat dijadikan sebagai nilai acuan
(refference value) untuk nilai yang sebenarnya. Syarat CRM yang digunakan
matriksnya cocok dengan contoh uji (mempunyai komposisi matriks yang mirip
matriks contoh uji). Apabila CRM tidak tersedia maka dapat menggunakan bahan
yang mirip contoh uji yang diperkaya dengan analit yang kemurniannya tinggi
atau disebut metode adisi standar, lalu diuji persen recovery-nya. Analit yang
terkait dalam matriks contoh harus dilarutkan atau dibebaskan sebelum dapat
diukur karena analit tidak boleh hilang selama proses agar hasil pengujian akurat
maka efisiensi pelarutan harus 100%. Akurasi dapat juga diartikan sebagai
kedekatan hasil analisis terhadap nilai sebenarnya atau seberapa jauh hasil
menyimpang dari harga yang sebenarnya (standar). Uji ini sangat baik dilakukan
bila menggunakan sertified reference material (CRM). Namun penetapan akurasi
dilakukan dengan cara uji perolehan kembali (recovery) karena tidak tesedianya
CRM. Analit yang ditambahkan ke dalam matriks contoh adalah sebesar 0,1ppm;
0,2ppm; 0,3ppm; 0,5ppm. Nilai recovery yang mendekati 100% menunjukkan
bahwa metode tersebut memiliki ketepatan yang baik dalam menunjukkan tingkat
kesesuaian dari suatu pengukuran yang sebanding dengan nilai sebenarnya.
Penentuan recovery dapat menggunakan Standard Reference Material
(SRM) dan sampel yang sudah diketahui konsentrasinya. NIST Standard
Reference Material (SRM) - Sebuah CRM yang dikeluarkan oleh NIST yang juga
memenuhi kriteria sertifikasi NIST khusus tambahan dan dikeluarkan dengan
sertifikat atau sertifikat analisis yang melaporkan hasil karakterisasi dan
menyediakan informasi mengenai penggunaan yang tepat (s) material (NIST SP
260- 136). SRM disiapkan dan digunakan untuk tiga tujuan utama: (1) untuk
membantu mengembangkan metode analisis akurat; (2) untuk mengkalibrasi
sistem pengukuran yang digunakan untuk memfasilitasi pertukaran barang,
kontrol kualitas lembaga, menentukan karakteristik kinerja (3) untuk menjamin
kecukupan jangka panjang dan integritas program jaminan kualitas pengukuran.
2.3.2 Presisi
Nilai presisi menunjukan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila
dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Presisi biasanya dinyatakan dalam
nilai koefesien variasi(%KV atau % CV)
SD = Standar deviasi
Dari Tabel t dengan selang kepercayaan 95% diperoleh nilai t5% = 2,78,
maka nilai taksir pengukuran dari contoh asalnya = 10,10 % ± 2,78 x
0,016 atau 10,10 % ± 0,04 % berarti kandungan protein kasar jagung
berkisar antara 10,06% - 10,14 % . Kemungkinannya 5 % akan di luar
kisaran tersebut . Pada kasus di atas analis mengerjakannya hanya satu kali
analisis protein karena analis mengetahui benar bahwa pakan yang di bawa
oleh peneliti itu berasal dari sumber yang sama . Pada kesempatan yang
berbeda analis mengerjakannya secara seri duplo, maka derajat bebasnya
(DB) = (5x 2) : 2 = 5 dan nilai ts% (selang kepercayaan 95%) = 2,58 .
Semakin banyak pengamatan /pengukuran nilai t semakin kecil pula.
Dengan cara yang sama dapat juga di hitung dengan koefisien variasi
(CV). Baik simpangan baku maupun CV menunjukkan variabilitas suatu
percobaan .
2.5.2 Presisi
Presisi suatu metode uji
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kimiawan ataupun analis kimia yang sehari-harinya bergelut dengan salah
satuilmu yang paling banyak menggunakan unsur kuantitatif dan
menggunakan metode analitik, melakukan percobaan, kadang perlu
memodifikasi metode, untuk dapat menarik sebanyak mungkin informasi dari
hasil percobaannya secara tepat, akan memperoleh manfaat banyak dari ilmu
statistika . Oleh karena itu seorang analis perlu memahami ilmu statistika
walaupun yang sederhana .
DAFTAR PUSTAKA
Buckley.2008.Akurasi Data dan Kualitas. http://bgis.sanbi.org/gis-primer/page_
08.htm. (diakses tanggal 24 September 2017).
Campbell.1987.Introduction To Remote Sensing. New York : The Guilford Press.
Jasin.2002.Ilmu Alamiah Dasar.Jakarta: PT. Rajo Grafindo Persada.
Raharjo.2011.Akurasi dan Presisi.http//:beniraharjo.wordpress.com. (diakses
tanggal 25 September 2017).
Riyanto.2014. Validasi & Verifikasi Metode Uji.Yogyakarta: Deepublish.