Anda di halaman 1dari 27

Hari Pneumonia se-Dunia ke X

12 November 2018

Tata Laksana Pneumonia


Pendahuluan
Pneumonia penyebab kesakitan & kematian utama
1
pd balita
Insidensi USA: 3-4 kasus/100 anak/tahun,
2 negara berkembang: 29 kasus/100 anak/tahun
Riskesdas 2013  Indonesia: 1.8 (0.6-3.1)

3 11–20 juta anak membutuhkan perawatan di


rumah sakit karena pneumonia

15-17% anak <5 tahun meninggal karena


4
pneumonia, Indonesia: 15.5%
Pemberian antibiotik dan terapi suportif yang
5 baik mencegah kematian pada anak
Tatalaksana pneumonia
Indikasi Rawat pada Pneumonia
• Membutuhkan antibiotika peroral
• Membutuhkan oksigenasi
• Membutuhkan dukungan nutrisi dengan atau
pemberian cairan intravena
• Membuthkan prosedur incasif seperti
pemasangan CTT
• Kemungkinan penyakit menjadi lebih berat
• Membutuhkan monitoring
Pemberian Antibiotika
Peroral
• Amoksisilin: 80-100mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis
• Eritromisin: 40–60mg/Kg BB/hari dibagi 3-4 dosis
• Antibiotik peroral diberikan selama 3-5 hari
KATAGORI UMUR/BERAT AMOKSISILIN AMOKSISILIN ERITROMISIN
PNEUMONIA BADAN tablet sirup sirup 125 mg
(250mg) 125mg dalam 5 dalam
ml 5ml (sendok
(sendok takar) takar)
Dengan napas 2 – 12 bulan (4 2 x 1 tablet/hr 2 x 10 ml 3 x 5 ml
cepat - <10 kg)

12 bulan – 5 2 x 2 tablet/hr 2 x 20 ml 3 x 10 ml
tahun (10–19
kg)
Antibiotik intravena
• Anak-anak berumur 2 - 59 bulan dengan pneumonia berat
harus ditangani antibiotik parenteral lini pertama:
– Ampisilin/penisilin: 50 mg/kg BB diberikan 1 kali suntikan DAN

– Gentamisin: 7,5 mg/kg BB diberikan 1 kali suntikan

• Pada bayi berumur <2 bulan pemberian antibiotik oral


merupakan tindakan pra-rujukan jika bayi masih bisa minum,
namun Jika bayi tidak bisa minum maka berikan secara
parenteral
Antibiotika intravena
 Ampisilin/penisilin: 50 mg/kg BB tiap 6 jam intravena DAN
Gentamisin: 7,5 mg/kg BB tiap 24 jam

 Kecurigaan streptokokus: kloksasilin 50 mg/kgBB setiap 6


jam

• Apabila pengobatan lini pertama gagal, berikan seftriakson


80 (50-100) mg/kgBB sekali sehari
Pemberian Oksigen
Indikasi pemberian Oksigen
• Sianosis sentral
• Penurunan kesadaran, tidak responsif, atau responsif hanya pada
rangsang nyeri
• Kepala terangguk-angguk atau mengerang
• Konjungtiva sangat pucat (anemia berat) dengan tarikan dinding
dada bawah kedalam atau frekuensi napas cepat
• Koma akut atau kejang lebih dari15 menit
• Tidak bisa makan atau minum
• Tarikan dinding dada ke dalam
• Jika tersedia pulse oksimetri, saturasi oksigen <90%
Pemberian Oksigen
• Oksigen diberikan bila terdapat hipoksemia (saturasi oksigen <
90%)
• Gunakan nasal prong bayi muda; jika tidak tersedia dapat
menggunakan kateter nasal atau nasofaringeal
• Gunakan pulse oximetry sebagai panduan untuk terapi oksigen
(untuk menjaga saturasi oksigen >90%)
– Jika pulse oximetry tidak tersedia, lanjutkan pemberian oksigen sampai
tanda hipoksia (seperti tidak dapat menyusu atau napas ≥70 kali/menit)
tidak ditemukan lagi.
• Hentikan oksigen jika saturasi tetap stabil >90% (minimal dalam
15 menit pada udara ruangan)
Pemberian Oksigen

• Laju aliran maksimum melalui kanul nasal adalah:


– 0/5 liter/menit pada bayi muda (0-2 bulan)
– 1 liter/menit pada bayi (2-12 bulan)
– 2 liter/menit pada anak Balita (12–59 bulan)
– Pemberian melalui nasal sampai 4 liter/menit
• Sumber oksigen dapat berupa tabung oksigen, oksigen sentral,
dan konsentrator oksigen
• Konsentrator oksigen (memerlukan aliran listrik, lebih kecil, lebih
ringan dan lebih murah dibandingkan dengan oksigen tabung)
namun butuh waktu 10 menit untuk menghasilkan konsentrasi
oksigen yang diperlukan (90-95%).
Pengobatan suportif
1. Atasi demam
– Jika demam < 38.5 oC beri cairan lebih banyak
– Jika demam ≥ 38.5 oC beri paracetamol 10 mg/kgbb
Pengobatan suportif
2. Wheezing
– Pertama/tidak menghilang dengan bronkodilator
 pneumonia
– Berulang/menghilang dengan bronkodilator  asma
- Berikan bronkodilator kerja cepat (salbutamol) melalui
nebulisasi atau pMDI + spacer
- Bila tidak tersedia, beri suntikan Epinefrin (Adrenalin)
subkutan dosis 0,01 ml/kg larutan 1:1000 (dosis
maksimum: 0,3 ml
- Salbutamol peroral (0.1 mg/kgBB)
- Berat badan ≤ 10 kg : 1 mg (1/2 tablet 2 mg)
Berat badan >10-20 kg : 2 mg (1 tablet 2 mg)
Pengobatan suportif
3. Cegah Hipoglikemia
Pengobatan suportif
4. Bila terdapat sekret kental pada rongga hidung atau tenggorokan
yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan alat
penghisap secara perlahan

5. Pastikan anak memperoleh terapi cairan rumatan sesuai umur,


tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi
– Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral
– Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa
nasogastrik/orogastrik
Pengobatan suportif
6. Pemberian makanan

– Usia < 6 bulan: ASI

– Usia ≥ 6 bulan: berilah makanan dengan nilai gizi dan kalori


yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah campuran
tepung dengan kacang-kacangan/daging/ikan/telur dan Susu
Pengobatan suportif
7. Mengatasi batuk
Pemantauan pengobatan
• Pantau anak tiap hari (perawat: tiap 3 jam dan dokter tiap 12
jam)
• Antibiotik dievaluasi 48 jam
– kondisi anak semakin memburuk
– Kemungkinan adanya komplikasi (efusi pleura, empiema,
pneumotoraks, pneumatokel, pneumonia interstisial atau
efusi perikardum)
– Diagnosis lain: Pneumonia stafilokokus, Tuberkulosis,
Pneumocystis Jiroveci pneumonia
 Foto toraks ulang
Pemantauan
• 48-72 jam pantau klinis dan pemeriksaan penunjang, bila
perlu ganti sefalosporin generasi ketiga: 150-200
mg/kgBB/hari, atau sesuai kecurigaan etiologi/hasil kultur
darah

Pemantauan timbulnya komplikasi


 Empiema: pungsi pleura
 Pneumothoraks dan abses: Fototoraks ulang
 Gagal nafas: AGD
 Meningitis: LP
 Miokarditis: EKG
Pemantauan ….2

• Pemberian antibiotika 7-10 hari


• Bila klinis tidak terdapat tanda pneumonia antibiotika dapat
diberikan secara peroral
• Pemeriksaan fototorak untuk melihat perbaikan pneumonia
tidak dianjurkan
Indikasi Pulang
• Distres napas telah teratasi
• Tidak ada hipoksia (saturasi oksigen >90%)
• Dapat makan dengan baik
• Dapat minum obat oral atau telah menyelesaikan terapi
antibiotik parenteral
• Orang tua memahami gejala pneumonia, faktor risiko
dan kapan harus kembali.
Pencegahan Pneumonia
• Jauhkan Balita dari penderita batuk.
• Lakukan imunisasi lengkap di Posyandu/Puskesmas.
• Berikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
• Pemberian makanan cukup gizi dan seimbang
• Jauhkan Balita dari asap (rokok, asap dapur, asap kendaraan),
debu, serta bahanlain yang mengganggu pernapasan.
• Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
• Ventilasi rumah cukup.
• Rajin mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik lain
P
E
N
C
E
G
A
H
A
N WHO GAPP 2009
Prognosis
 Pada CAP umumnya prognosis baik
 Angka kematian pneumonia tanpa
komplikasi < 1%
 Dapat terjadi pneumonia berulang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai