AMAUROSIS FUGAKS
Oleh:
Pembimbing :
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
tajam penglihatan hingga hilangnya penglihatan total dengan durasi yang singkat,
dan ditandai oleh adanya pemulihan setelah 5 – 10 menit. 1,2. Istilah amaurosis
fugaks merujuk pada transient monocular vision loss (TMVL), dimana TMVL
termasuk bagian dari transient vision loss (TVL). TVL pada orang dewasa
merupakan keluhan penglihatan yang sering dijumpai, dan pada banyak kasus
terjadi hanya pada satu mata atau kedua mata dan berlangsung dari beberapa detik
kasus TMVL, penyebab dasarnya adalah terjadinya iskemi pada retina atau nervus
optik. Namun, terdapat beberapa penyebab lainnya yang juga dapat menyebabkan
episode hilangnya penglihatan hanya pada satu mata yang reversibel dan dapat
seksama.5
Prevalensi amaurosis fugaks adalah 12,18% pada oklusi arteri retina sentral,
14,20% pada oklusi cabang arteri retina, 15,38% pada sindrom iskemik okular,
4,86% pada oklusi vena sentral, 37,84% pada oklusi vena sentral dengan oklusi
arteri silioretina, 13,43 % pada oklusi vena retina hemisenter sentral, 0,35% pada
1
oklusi cabang vena retina dan 2,54% pada nonarteritic anterior ischemic optic
neuropathy.6,7
Gejala yang muncul adalah berupa hilangnya penglihatan secara mendadak
bergerak turun (curtain coming down) dan menutup penglihatan sebelah mata yang
akan kembali pulih sempurna tanpa gejala nyeri pada bola mata. Gejala seperti ini
endarterectomi dianjurkan jika dijumpai stenosis karotis leher ipsilateral > 70%,
tekanan darah yang sangat tinggi, namun hindari penurunan tekanan darah yang
berlebihan (mungkin dapat menyebabkan kegagalan perfusi dan stroke pada mata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi
Istilah amaurosis fugaks sering tertukar dengan TVL.1 Istilah TVL dapat
digunakan untuk episode hilangnya penglihatan yang dapat pulih kembali, yang
berlangsung kurang dari 24 jam. TVL dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata,
yaitu transient monocular vision loss (TMVL) atau transient binocular vision loss
(TBVL).10
Amaurosis fugaks (AF) berasal dari 2 terminologi, yaitu “amauron” dari
bahasa Yunani yang berarti gelap dan “fugaks” dari bahasa Latin yang berarti
mata yang dialami sementara waktu atau TMVL.1,10 Amaurosis fugaks diartikan
sebagai pengaburan visual singkat, mulai dari hilangnya penglihatan yang berat
hingga hilangnya penglihatan total dengan durasi yang singkat, dan ditandai oleh
disebabkan oleh angiospasme, hipoperfusi pusat visual (retina dan kortikal) akibat
3
pada pasien yang mengalami peningkatan tekana intrakraniat seperti pada space
2.3 Epidemiologi
Amaurosis fugaks biasanya terjadi pada pasien di atas usia 50 yang memiliki
episode transient ischemic attacks (TIA) sebelumnya dan klaudikasio. Risiko stroke
hemisferik pada pasien dengan amaurosis fugaks diperkirakan 2% per tahun dan
14,20% pada oklusi cabang arteri retina, 15,38% pada sindrom iskemik okular,
4,86% pada oklusi vena sentral, 37,84% pada oklusi vena sentral dengan oklusi
arteri silioretina, 13,43 % pada oklusi vena retina hemisenter sentral, 0,35% pada
oklusi cabang vena retina dan 2,54% pada nonarteritic anterior ischemic optic
neuropathy.6,7
Prevalensi amaurosis fugaks relatif tinggi pada giant cell arteritis dengan
kehilangan penglihatan, yaitu 32,4% pasien giant cell arteritis dengan keterlibatan
2.4 Patofisiologi
pembuluh darah sehingga terjadi obstruksi arteri retina sentral, aritmia, migren
retina, anemia, arteritis, dan koagulopati sehingga terjadi emboli pada arteri
oftalmik retina. Penglihatan yang hilang pada amaurosis fugaks dapat terjadi
4
berulang pada satu mata. Kehilangan penglihatan terjadi sementara sekitar 2-5 detik
migraine terjadi fotofobia sebagai aura visual yang diikuti dengan hemianopia
perfusi dari arteriol sehingga terjadi defek aferen pupil. Beberapa penyebab
vasospasme antara lain stress emosional, suhu dingin atau latihan fisik. 2 Penyebab
kehilangan penglihatan sebagai dampak dari emboli retina. Emboli retina yang
utama dalam kejadian amaurosis fugaks terdiri dari tiga jenis, yaitu emboli
diakibatkan dari atrial fibrilasi, gangguan katup jantung, dan massa-massa lain yang
cabang atau jaringan arteriolar retina sentral terjadi akibat oklusi puing-puing
5
Pada serangan iskemik transien retina berulang, serangan terjadi akibat
tekanan darah sistol dan diastole yang terlalu sempit, rendahnya kadar hemoglobin,
21,22
dan hipoprefusi akibat stenosis arteri karotis. Hipotensi yang terjadi secara
amaurosis fugaks secara langsung jika tanpa disertai dengan vasospasme yang
menyebabkan degenerasi dari sel pigmen untuk penglihatan sehingga cahaya akan
bergerak turun (curtain coming down) dan menutup penglihatan sebelah mata yang
akan kembali pulih sempurna tanpa gejala nyeri pada bola mata.1,3,8 Gejala seperti
ini muncul akibat terjadinya emboli retina yang merupakan penyebab amaurosis
fugaks paling sering. Adanya emboli retina biasanya dari penyakit karotis. Gejala
tersebut juga terjadi pada gangguan trombosis, seperti keadaan hiperviskositas atau
sindrom antifosfolipid dan kondisi yang menimbulkan gangguan perfusi okular atau
berat, atau syok. Pada penyebab amaurosis fugaks lainnya ditemukan penyempitan
pasien mengeluhkan serangan terjadi pada satu mata biasanya disebabkan oleh
gangguan dari anterior sampai kiasma optikum atau adanya iskemia pada arteri
6
karotis ipsilateral. Jika pasien mengeluhkan serangan terjadi pada kedua mata, perlu
radiasio optikus hingga korteks visual dan pada arteri basiler atau vertebra.3,25
Pada pasien amaurosis fugaks penting mengetahui riwayat penyakit yang
perifer.3,24
Gejala yang harus juga ditanyakan dari keluhan subjektif pasien adalah
apakah ketika serangan terlihat fenomena positif atau fenomena negatif. Pada
Fenomena negatif adalah ketika pasien selama serangan melihat adanya penglihatan
yang kabur, berkedip dan gelap. Fenomena negatif biasanya terjadi akibat gangguan
melihat adanya cahaya membentuk garis zigzag, Fenomena positif biasanya terjadi
pembengkakan diskus dan retina berwarna lebih pucat yang menandakan adanya
iskemia pada retina akibat oklusi arteri retina sentral. 25 Gambaran plak Hollenhorst
plak ateromatosa di arteri karotis yang terdiri atas kolestrol dan fibrin, penanda
adanya emboli retina yang dapat ditemukan pada bifurkasio arterior retina.8,25
7
Gambar 2.1 Gambaran funduskopi oklusi arteri retina sentralis.26
8
dengan menggunakan Doppler transkranial pada pasien dengan stenosis karotis
angiography (MRA) dapat digunakan jika USG yang memadai tidak tersedia.
diperlukan pada kebanyakan pasien dengan pemeriksaan awal dengan hasil negatif,
karena emboli jantung dan plak ateroma arcus aorta lebih baik dievaluasi dengan
metode ini. Pada pasien yang tidak memiliki faktor risiko arteriosklerotik serta hasil
harus disingkirkan.5
9
Gambar 2.4 Pencitraan T2 pada MRI menunjukkan infark arteri serebri bagian
kiri tengah5
10
Tabel 2.1 Diagnosis banding amaurosis fugaks24
2.8 Penatalaksanaan
Emboli retina adalah faktor yang paling sering menyebabkan amaurosis fugaks,
biasanya berasal dari penyakit karotis, dan bias juga berasal dari penyakit katup
jantung atau aritmia jantung. Amaurosis juga dapat terjadi pada gangguan
11
pasien amaurosis fugaks dengan stenosis derajat tinggi (70-99%) arteri karotis
stenosis derajat rendah (0-29%) adalah aspirin dosis rendah (81mg/hari). Oklusi
arteri retina akibat emboli pada stadium akut dapat dilakukan tatalaksana bernapas
dalam kantong kertas untuk meningkatkan kadar CO2 dan pemberian acetazolamide
2.9 Prognosis
Sebagian besar pasien yang memiliki episode AF / TMVL pada masa muda
terjadinya stroke di masa depan lebih rendah jika mengalami AF pada masa muda.5
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
2. Pula JH, Kwan K, Yuen CA, Kattah JC. Update on the evaluation of transient
vision loss [review article]. Clin Ophthalmol. 2016; 10: 297 – 303
3. Tatham AJ, Transient visual loss [internet]. 2011. [Diakses tanggal 14 Agustus
2019]
http://emedicine.medscape.com/article/1435495-overview
4. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS . The patient with transient visual loss. In:
Kline LB, Arnold AC, Eggenberger E, editors. Basic and Clinical Science
Course: Neuro-Ophthalmology Section 5. San Fransisco: American Academy
of Ophthalmology; 2008. p. 171 – 86.
5. Biousse V. Transient monocular visual loss. In: Kidd DP, Newman NJ, Biousse
V, editors. Neuro-Ophtalmology. Philadelpia: Elsevier; 2008. p. 94 -111.
14
10. Feroze KB, O’Rourke MC. Transient vision loss [internet]. 2019. [Diakses
tanggal 10 Agustus 2019]
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430845/
11. Varner P. Redefining amaurosis fugax [review article]. Afr Vision Eye Health.
2015;74(1); 1 – 5.
12. Stuart A, Pringle E. Ocular disorders associated with systemic diseases. In:
Riordan-Eva P, Augsburger JJ, editors. Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology. 19th ed. New York: McGraw Hill; 2018. p. 724 – 5.
14. Ilyas S, Yulianti SR. Mata tenang penglihatan turun mendadak. In: Ilmu
Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2018. p. 188 – 209.
15. Giltner JW, Thomas ER, Rundell WK. Amaurosis fugax associated with
congenital vascular defect. Int Med Case Rep J. 2016;9: 169 – 72.
16. Shaw HE, Osher RH. Amaurosis fugax associated with sc hemoglobinopathy
and lupus erythematosus. American Journal Of Ophthalmology. 1979; 87: 281
– 5.
17. Chow SY, Draman N, Teh WM, Azhany Y. Recurrent transient visual loss in a
middle aged woman. Malays Fam Physician. 2017; 12(3): 42 – 6.
19. Eva PR, Hoyt W. Neuro-Oftalmologi. In: Eva PR, Whitcher JP, editors.
Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. 17th ed. Jakarta: The McGraw-Hills;
2013. p. 262 – 307.
15
20. Sibel I, Guliz Y, Ubeyt IU. Homocysteinemia as a cause for amaurosis fugax
in a patient without an apparent embolic source. Romanian Society of
Ophthalmology. 2019; 63: 188 – 92.
21. Parsons MR, Stoner MC, Doyle A, Mix Doran, Cameron SJ. Ligths out: an
unusual case of amaurosis fugax. Am J Med. 2018; 131(2): 39 – 42.
23. Slepyan DH, Rankin RM, Stahler C, Gibbons GS. Amaurosis fugax: a clinical
comparison. AHA Journal. Stroke. 1975; 6: h. 493 – 6.
27. Kaufman EJ, Mahabadi N, Patel BC. Hollenhorst Plaque [internet]. 2019.
[Diakses tanggal 14 Agustus 2019]
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470445/
16