TINJAUAN PUSTAKA
Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus
diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian
pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan
penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan
pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia
adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang meng-
gunakan manusia antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum
percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap
manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan per-cobaan mempunyai mission di dalam
keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian
biomedis.
Hewan IV IP SC IM Oral
Jarum Jarum Jarum Jarum Ujung tumpul
27,5 g 25 g 25 g 25 g 15 g/16 g
Mencit 1/2inci ¼ inci ¼ inci ¾ inci 2 inci
Jarum Jarum Jarum Ujung tumpul
Jarum 25 g 25 g 25 g 15 g/16 g
Tikus 25 g 1 inci 1 inci 1 inci 2 inci
Jarum Jarum Jarum Jarum
25 g 21 g 25 g 25 g Kateter karet no.
Kelinci 1 inci 1¼ inci 1 inci 1 inci 9
Jarum Jarum Jarum
25 g 25 g 25 g
Marmut - 1 inci 1 inci ¾ inci -
Jarum Jarum Jarum
21 g 25 g 25 g
Kucing - 1½ inci 1 inci 1 inci -
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan
berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan
percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin,bobot badan, keadaan
kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, populasi
dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan
sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara pemeliharaan.
3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan
terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan
percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil.
Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan tentu
mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi
kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau
bentuk sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum
senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses
absorpsi terlebih dahulu.
Berbeda dengan bahan kimia yang merupakan bahan mati, percobaan dengan
hewan percobaan yang hidup memerlukan perhatian dan penanganan / perlakuan yang
khusus.
1. Mencit (Mus musculus).
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam
laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah
ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan
bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan
mengurangi aktivitasnya
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang
dilengkapi jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan ke
dalam mulut, kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke
arah belakang sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu
diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai
pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar.
Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru
dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian.
Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus
putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak
begitu cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu
terganggu oleh kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau
mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang
si pemegang.
Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti pada
mencit. Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan
dengan bantuan pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan pula
pada daerah kulit abdomen.
Kelinci : 15-20 kg
Anderson, P.O., Knoben, J.E., dan Troutman, W.G. 2002. Handbook of Clinical Drug
Data.10th edition. New York:Mc Graw Hill