Anda di halaman 1dari 21

PANDANGAN CARL ROGERS DAN ABRAHAM MASLOW

TENTANG KESEHATAN MENTAL


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Mental

Dosen : Sara Palila, S.Psi., M.A., Psikolog

Disusun Oleh :
Rani Rahmawati Asfar (18107010049)
Ulfie Afiefah Ath Thaahirah (18107010043)
Anang Fauzi (18107010045)
Cahyo Budi Prasetyo (18107010047)
Ahmad Ulum (18107010048)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Carl Rogers dan Abraham Maslow merupakan tokoh-tokoh
psikologi yang banyak berkonstribusi pada aliran humanistic. Menurut
aliran humanistic kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri. bukan hanya
mengandalkan pengalaman-pengalamanyang terbentuk pada masa lalu dan
memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik
dan yangbenar sehingga menghasilkan esponindividu yang bersifat pasif.
Ciri dari keribadian sehat adalah mengaktualisasikan diri, bukan
respon pasif atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-
pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan
keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki
hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang
menjadi kebutuhannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Carl Rogers mengenai mesehatan mental?
2. Bagaimana pandangan Abraham Maslow mengenai kesehatan mental?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana kesehatan mental menurut Carl Rogers
2. Mengetahui kesehatan mental menurut Abraham Maslow
PEMBAHASAN

KESEHATAM MENTAL MENURUT CARL ROGERS

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan


terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian
menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun.
Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers
berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya
baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai
proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan
persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan
alamiah.

Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada
umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik
kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi,
dan pada tahun tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu
hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924
Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat
pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke
Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John
Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth.
Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia.
Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child
Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa
pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang
diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran
Thorndike.

Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada
Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi pemimpinnya. Selama masa
ini Rogers dipengaruhi oleh Otto Rank, seorang psychoanalyst yang memisahkan
diri dari Freudian yang ortodok. Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk
menjadi guru besar psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari
pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam.
Karena rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya
dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam buku
Counseling and Psychotheraphy. Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru
psikologi di Universitas of Chicago, yang dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-
1957 menjadi presiden the American Psychological Association. Dan meninggal
dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Rogers terkenal sebagai
seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog
klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalaman pengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu
individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan
hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan
kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

A. MOTIVASI ORANG YANG SEHAT : AKTUALISASI

Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri.


Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa
kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet
trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers lebih
melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang
akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang
yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus
pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat
menekankan pada realitas yang berarti bagi individu.

Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–


pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan
fenomenal field. Rogers menerima istilah selfsebagai fakta dari lapangan
fenomenal tersebut. Perkembangan Kepribadian Konsep diri (self concept)
menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan
disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap
pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu
yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan
tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang
sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self conceptadalah kesadaran batin
yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan
membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2
yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah
kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep
lagi yaitu:

1. Incongruence, yaitu ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam


pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.

2. Congruence, yaitu berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan


dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.

Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence


ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada
anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut
berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah
perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua
menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa
mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan
rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa
remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di
lingkungan.

Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia


akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk
melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah
perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri
mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan
merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri
mereka secara terus menerus.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan,


penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain.
Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari
seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi
lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard(bersyarat) dan
unconditional positive regard (tak bersyarat).

• Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan


mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive
regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat
berfungsi sepenuhnya.

• Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan


penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia
akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah
dan tidak berharga.

B. ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA

Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah


pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia
dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia
tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh
kepercayaan. Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:

1. Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual). Organisme


memiliki sifat-sifat berikut:
• Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal
dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

• Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan,


mempertahankan dan mengembangkan diri.

• Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu


disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-
pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak
memperdulikan pengalaman-pengalamannya.

2. Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of


experience). Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari,
tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu
dilambangkan atau tidak.

• Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri


dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:

a) Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.

b) Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan


mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.

c) Self mengejar (menginginkan) consistency(keutuhan/kesatuan,


keselarasan).

d) Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan


self.

e) Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati


sebagai ancaman.

f) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan


belajar. Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang
berfungsi penuh:
1. Keterbukaan pada Pengalaman

Bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan


bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh
kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan
lahirnya persepsi dan ungkapan ungkapan baru.

2. Kehidupan Eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi
pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-
menerus terbuka kepada pengalaman baru.

3. Kepercayaan
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri Bertingkah laku
menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat
diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan
daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.

3. Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami
kebebasan untuk memilih dan bertindak.

4. Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan
hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan
kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang
memuaskan.

Carl Roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian.


Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula
corak konseling ini disebut non-directive therapy, kemudian digunakan Client
Centered therapy dengan maksud individualitas konseling yang setaraf dengan
individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan
suasana pembicaraan yang permisif.

KESEHATAN MENTAL MENURUT ABRAHAM MASLOW

Pada tahun 1941 usai serangan jepang atas Pearl Harbor, Maslow melihat
sekelompok orang dengan pakaian kumuh sambil membawa bendera Amerika dan
menyulingkan lagu-lagu patriotic dengan suara sumbang. Maslow yang perasa
langsung merasa sedih dan memiliki keinginan untuk mewujudkan psikologi
sebagai meja perdamaian. Dimana psikologi menangani cita-cita dan potensi-
potensi yang paling baik dan paling mulia yang sanggup dicapai oleh manusia.
Meski kejadian-kejadian lain pun mendorong maslow untuk membuat psikologi
sebagai nilai positif.seperti kisah kehidupan maslow muda sendiri yang miskin
dan mengalihkan rasa kesepian dan ketidakbahagiannya dengan buku-buku yang
kemudian menghantarkannya ke Cornell dan Universitas Wisconsin , hingga
kemudian kisah hidupnya membawanya pada perluasan kehidupan yakni
perkawinan dan perkenalan dengan behavioristik dari Jhon B Watson. Maslow
sendiri mengatakan kehidupannya dimulai dari hal tersebut.

Di Wiscanson pula ia belajar dengan banyak eksperimen, salah satunya


dibawah bimbingan Harry Harlow dengan eksperimen-eksperimen berkaitan
dengan kera pula. Saat itu ia berpikir bahwa Behviorisme menjawab semua
pertanyaannya. Diluar itu, Maslow tetaplah rang yang terbuka dengan berbagai
macam pengalaman bahkan apabila itu bertentangan dengan nilai yang selama ini
ia anut. Termasuk membaca tulisan Freud, diluar silabus behaviorisme.

Hanya saja kelahiran anaknya membuatnya membuang kepercayannya


terhadap behaviorisme. Dia percaya bahwa ada tiga pengalaman yang
memperkuat pengalaman itu sendiri baginya. Yakni kawin, menjadi seorang ayah,
dan rasa cinta kepada guru-gurunya. Kekagumannya tehadap dua orang diantara
guru-gurunya , yakni Max Wertheimer, dan Ruth Benedict, mengarahkannya pada
studi-studi awal tentang aktualisasi diri dan metode-metode khusus yang membuat
ia mempelajari potensi-potensi yang hebat.

Tahun-tahun berikutnya, Maslow menulis usahanya yang giat untuk


mencapai tujuan dalam sejumlah buku yang menarik . membuat para psikolog
bahkan orang-orang diluar psikologi merasa tertarik karena pandangan Maslow
yang optimistic dan humanistik tentang kodrat manusia.

Pendekatan Maslow terhadap psikologi humanistic dilihat banyak orang


sebagai suatu penangkal terhadap ciri behaviorisme mekanistik dan ciri
psikoanalisis yang suram dan berputus asa. Maslow sangat tertarik pada potensi
untuk pertumbuhan dan menjelang akhir hidupnya dia membantu dan terlibat
dalam gerakan potensi manusia. Dan Maslow terpilih sebagai ketua dari American
Psychological Association pada tahun 1967, tiga tahun sebelum ia meninggal.

A. PENDEKATAN MASLOW TERHADAP KEPRIBADIAN

Tujuan yang menantang dari Maslow ialah ia mempelajari berapa banyak


potensi yang manusia miliki untuk berkembang dan pengungkapan manusia
secara penuh dan utuh. Ia percaya, bahwa satu-satunya cara untuk menyelidiki
kesehatan psikologi ialah melalui individu yang sehat. Dia kritis terhadap
Freud yang mempelajari melalui orang-orang neurotis. Karena bagi Maslow
hal tersebut hanya melihat manusia dari sisi sakitnya. Karena contoh yang
baik bagi manusia bagi Maslow sendiri ialah yang memiliki kesehatan,
kebaikan, dan matang dari spesies manusia.

Maslow mewakili manusia-manusia baik itu melalui Max Wrtheimer dan


Ruth Benedict. Pendidikannya dalam psikologi eksperimental terasa tidak
cukup. Oleh karena itu ia menggunakan pengamatan dengan cara yang tidak
ilmiah. Ia menyebutnya sebagai ‘Prescintific’. Ia mengamati mereka pada tiap
kesempatan dan lama-kelamaan mecapai kesimpulan bahwa mereka memiliki
sifat-sifat tertentu yang jelas membedakan mereka dari orang-orang lain.
Karena kegembiraan dengan penemuan ini, ia juga meneliti orang-orang
disekitarnya; barangkali memliki nilai yang sama.

Maslow menyelidiki individu-individu dengan menggunakan berbagai


macam teknik. Interviu, asosiasi bebas, dan projecti techniques kepada orang-
orang yang masih hidup. Dan menggunakan analisis biografi untuk orang-
orang yang sudah mati. Dengan itu, ia menyimpulkan bahwa setiap manusia
dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan instinktif. Kebutuhan universal ini
mendorong manusia untuk berkembang , tumbuh, dan mengaktualisasikan
diri. Lalu apakah potensi manusia dipenuhi atau diaktualisasikan itu tergantug
pada kekuatan-kekuatan individual dan sosial yang memajukan maupun
menghambat aktualisasi diri.

B. DORONGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT

Menurut maslow, setiap manusia memiliki dorongan untuk


memperjuangakan yang dibawa sejak lahir. Terdorong oleh kebutuhan-
kebutuhan universal ang tersusun dalam tingkatan dari yang paling kuat
sampai yang peling lemah. Ia seperti sebuah tangga yang harus ditapaki dari
awal untuk mencapai tapakan pada tangga selanjutnya.

Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri dari tingkat terendah ini adalah;

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis;
2. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman;
3. Kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta;
4. Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan.

Semuanya harus terpenuhi sebelum mencapai tingkatan selanjutnya, yakni


aktualisasi diri.

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan –kebutuhan yang jelas terhadap kebutuhan untuk
kelasngungan hidup semacam makanan, air, tidur, seks dan lain-lain.
Kebutuhan-kebutuhan terebut ialah kebutuhan terkuat dari semua
kebutuhan. Contohnya, orang yang miskin atau pengemis lebih pada
memenuhi kebutuhan hidup yang utama yakni makanan agar terjamin akan
kelangsungan kehidupannya.

2. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.


Meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas,
perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan.
Ketidakpastian adalah sesuatu yang sulit dipertahankan, karena itu ada
kebutuhan untuk mencapai kepastian berupa jaminan, perlindungan,
ktertiban menurut kemampuan pribadi. Contohnya ialah, untuk menjamin
kehidupan kedepan, seseorang menabung, membuat asuransi kesehatan,
menetap pada suatu pekerjaan agar mendapat keterjaminan dan tunjangan
sosial.

3. Kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta.


Gabungan dii dengan suatu kelompok atau perkumpulan, hingga
mendapati nilai-nilai dan sifat-sifat atau memakai pakaian seragam agar
mendapatkan perasaan memiliki . hubungan akrab penuh perhatian paa
umumnya, dan dalam hubungan-hubungan ini memberi dan menerima
cinta adala sama penting.ketidakterpnuhinya hal ini akan membuat orang-
orang membentuk kelompok-kelompok. Dan inilah cara untuk lari dari
rasa kesepian dan mencapai rasa memiliki dan cinta.

4. Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan.


Penghargaan berasal dari oranglain dan diri sendiri. Dari keduanya,
pengahargaan dari orang lain ialah yang utama, mengingat tentu sebagai
manusia kadang kurang mengerti bagaimana harus menghargai dirinya
sendiri.ketika manusia mendapati perasaan berharga, ia akan merasa yakin
dan aman pada diri sendiri. Juga merasa berharga dan adekuat (serasi,
seimbang).
Apabila sudah terpenuhi semanya, maka muncul kebutuhan lain diluar
kebutuhan yang harus dipenuhi, yakni;

5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri


Merupakan perkembangan paling tinggi dan penggunaan dari
semua bakat yang ada, pemenuhan kualitas dan kapasitas. Dalam tulisan-
tulisan yang timbul ekmudian muncul kebutuhan kedua yang lain. Yakni;

6. Kebutuhan untuk Mengetahui dan untuk memahami


Dari keduanya kebutuhan mengetahui lebih kuat dibanding
kebutuhan memahami. Seperti halnya anak kecil maupun orang dwasa
dengan kehidupannya. Mereka ingin menelisik lebih dalam mengenai
misteri kehidupan ke depan dan juga arti dari bagian kisah hidup mereka.
Arti pengalaman dan kegagalan sehingga ada ungkapan-ungkapan
spontanitas, asli dan senang.

C. METAMOTIVATION

Dia menjelaskan Teori ini : dorongan karena pertumbuhan atau


metamotivation (dan juga disebut Being atau B-motivation). Awalan “meta”
berarti sesudah atau melampaui, metamotivation berarti bergerak melampaui
ide tradisional tentang dorongan. Secara paradoks, kata ini tampaknya berarti
suatu keadaan dimana dorongan samasekali tidak berperan! Maslow menulis
“motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”. Untuk
memahami teori ini kita harus membedakan antara “dorongan dari
pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri (metamotivation) dan dorongan dari
orang-orang lain”. Maslow menyebut yang terakhir: deficiency motivation
(dorongan karena kekurangan) adalah dorongan untuk membereskan suatu
kekurangan dalam organisme.
Orang orang neurotis dan orang-orang yang memiliki kesehatan jiwa
yang normal begitu terdorong; mereka berjuang untuk memuaskan kebutuhan
yang lebih rendah. Sebaliknya, orang-orang yang sangat sehat
(pengakktualisasi-pengaktualisasi-diri) memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
yang lebih tinggi; memenuhi potensi-potensi mereka dan mengetahui serta
memahami dunia sekitar mereka. Tujuannya ialah memperkaya dan
memperluas pengalaman hidup, meningkatkan kesenangan dan kegembiraan
yang luar biasa dalam hidup. Cita-citanya ialah meningkatkan tegangan
melalui bermacam-macam pengalaman baru yang menantang.

Mereka tidak didorong menurut arti istilah yang biasa (deficiency


motivation dari maslow), tetapi mereka “dimetamotivasikan”
(metamotivated) untuk menjaadi manusia sepenuhnya, untuk menjadi
seluruhnya menurut potensi mereka. Dorongan ini “pertumbuhan watak,
ungkapan watak, pematangan, dan perkembangan; dengan satu kata,
aktualisasi-diri”. Mereka tidak lagi menjadi dalam pengertian memuaskan
kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah. Mereka berada dalam keadaan ada,
mengungkapkan kemanusiaan mereka yang penuh dengan spontan, asli, dan
senang. Dalam pengertian itu maka mereka tidak didorong.

Maslow mengemukakan suatu daftar setelah menerangkan semua ini,


“metakebutuhan” (metaneeds) yang tampaknya merupakan keadaan-keadaan
pertumbuhan atau ada (atau mungkin tujuan-tujuan) ke arah mana
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bergerak. Maslow menyebut kebutuhan
B-values, adalah tujuan-tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk
mencapaii tujuan-tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan menjadi atau
berjuang ke arah suatu objek tujuan khusus. Kegagalan metakebutuhan
menyebabkan metapatologi. Metapatologi merupakan suatu perasaan tidak
enak yang agak tidak berbentuk, kita merasa sendiri, tak berdaya, tak berarti,
tertekan, dan putus asa, tetapi kita tidak dapat menunjuk kepada sesuatu dan
berkata “disana! orang itu, atau benda itu adalah penyebab dari perasaan saya
seperti ini”.
D. SIFAT-SIFAT PENGAKTUALISASI DIRI

Meskipun aktualisasi diri merupakan suatu kebutuhan instinktif, namun


aktualisasi diri sangat tergantung pda pengalaman-pengalaman masa kanak-
kanan yang memudahkan atau menghambat perkembangannya kelak.Maslow
percaya bahwa dominasi atau kontrol yang keras terhadap anak adalah
berbahaya, sama seperti sebaliknya, kebbasan dan memberi kelonggaran yang
berlebih-lebihan. Maslow menekankan pntingnya dua tahun pertama
kehidupan; apabila anak yang berusia dua tahun tidak menerima cinta, rasa
aman, dan penghargaan yang memadai, maka akan sangat sulit baginya untuk
bertumbuh kea rah aktualisasi diri.

1. Mengamati Realitas Secara Efisien


Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan orang-
orang du dunia sekitarnya secara objektif. Mereka tidak memandang dunia
hanya sebagaimana mereka inginkan atau butuhkan, tetapi mereka
melihatnya sebagaimana adanya. Maslow berpendapat bahwa
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri adalah hakim yang teliti terhadap
orang-orang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan dan
ketidakjujuran.
Kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-
ukuran subjektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya
dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai
mereka. Seseorang tidak dapat berinteraksi dengan dunia dan orang-orang
llain dan menanggulanginya apabila ia hanya memiliki gambaran subjektif
tentang mereka. Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan,
maka semakin baik kemampuan kita untuk bepikir secara logis, untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat dan pada umumnya untuk
menjadi efisien secara intelektual.
2. Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka,
kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atau
kesusahan. Mereka tidak terlampau banyak memikirkannya meskipun
individu yang sehat memiliki kelemahan-kelemahan atau cacat-cacat,
tetapi meeka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal tersebut.
Mereka meneima kodrat mereka sebagaimana adanya. Karena orang-orang
sehat ini begitu menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus
mengubah atau memalsukan diri mereka. Mereka tidak defensive dan tidak
bersembunyi dibelakang topeng-topeng atau peranan-peranan sosial.
Sebaliknya, orang-orang neurotis dilumpuhkan oleh perasaan malu
atau perasaan salah atas kelemahan-kelemahan dan kekurangan-
kekurangan mereka, begitu dihantui sehingga mereka mengalihkan waktu
dan energy dari hal-hal yang lebih konstruktif. Bahkan orang normal
mengalami perasaan salah atau malu yang tidak ada gunanya terhadap
kodrat mereka sendiri dan terlalu banyak membuang-buang waktu
mencemaskan hal-hal yang tidak dapat diubah.
3. Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Dalam semua segi kehidupan, pengaktualisasi diri bertingkah laku
secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka tidak harus
menyembunyikan emosiemosi mereka, tetapi dapat memperlihatkan
emosi-emosi tersebut dengan jujur. Orang-orang ini bertingkah laku secara
kodrati, yakni sesuai dengan kodrat mereka.
Pengaktualisasi diri juga bijaksana dan penuh perhatian terhadap
orang-orang lain. Dalam situasi dimana ungkapan perasaan yang wajar dan
jujur dapat menyakitkan orang-orang lain, atau hal tersebut tidak penting,
maka sementara mereka akan mengekang perasaan-perasaan itu. Dengan
demikian meeka dapat memainkan permainan-permainan sosial yang
dibutuhkan, sebab kalau tidak berbuat demikian maka mereka akan
menyakitkan perasaan-perasaan seseorang
4. Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang yang teraktualisasi diri tidak pernah menyalahkan diri
sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Ia menganggap kegagalan itu
sebagai suatu hal yang lumrah dan biasa saja. Ia mungkin akan mengecam
setiap ketololan dan kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal
tersebut tidak menjadikannya mundur dan menganggap dirinya tidak
mampu. Namun dicoba lagi memecahkan masalah dengan penuh
kegembiraan dan keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikannya.
5. Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang yang mengaktualisasikan-diri memiliki kebutuhan yang kuat
untuk memisahkan diri dan mendapatkan suasana kesunyian atau suasana
yang meditatif. Ia butuh saat-saat tertentu untuk tidak terganggu oleh
adanya orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran,
mencapai keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya
sendiri.
6. Berfungsi Secara Otonom
Orang yang mengaktualisasikan-diri sudah dapat melepaskan diri
dari ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri,
melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.
7. Apresiasi yang Senantiasa Segar
Orang yang teraktualisasi senantiasa menghargai pengalaman-
pengalaman tertentu bagaimana pun seringnya pengalaman itu terulang,
dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan
kagum. Bulan yang bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman,
dan hal-hal biasa lainnya selalu dipandang seolah-olah merupakan
pengalaman yang baru pertama kali baginya. Apresiasi yang senantiasa
segar ini membuat hidupnya selalu bergairah tanpa kebosanan
8. Pengalaman-pengalaman Mistik atau “Puncak”
Ada kesempatan di mana orang yang mengaktualisasikan diri
mengalami ekstase, kebahagiaan, perasan terpesona yang hebat dan
meluap-luap, seperti pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang
disebut Maslow “peak experience” atau pengalaman puncak. Pengalaman
puncak ini ada yang kuat dan ada yang ringan. Pada orang yang
teraktualisasi, perasaan “berada di puncak” ini bisa diperolehnya dengan
mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik, membaca cerita,
bahkan saat mengamati terbit matahari.
9. Minat Sosial
Orang yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan afeksi
yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan
membantu kemanusiaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam membantu
orang lain. Baginya mementingkan orang lain berarti mementingkan diri
sendiri.
10. Hubungan Antarpribadi
Orang yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih besar,
persahabatan yang lebih dalam serta identifikasi yang lebih sempurna
dengan individu-individu lain. Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak banyak,
tetapi sangat akrab. Istrinya mungkin cuma satu, tetapi cinta yang diterima
dan diberikannya sangat besar dan penuh kesetiaan. Ia tidak memiliki
ketergantungan yang berlebihan kepada orang yang dicintai sehingga
membuatnya terhindar dari cemburu buta, iri hati, dan kecemasan.
11. Struktur Watak Demokratis
Orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua orang
tanpa memerhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik, ras,
warna kulit, bahkan agama. Tingkah laku mereka menunjukkan tingkat
toleransi yang tinggi, tidak angkuh, tidak picik atau menganggap diri
paling benar. Sifat ini menggabungkan beberapa meta-kebutuhan seperti
kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
12. Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk
Pengaktualisasi diri membedakan dengan jelas antara sarana dan
tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting daripada
sarana untuk mencapainya. Pengaktualisasi diri juga sanggup
membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.pengaktualisasi diri
memiliki norma-norma etis dan moral yang dirumuskan dengan baik yang
mereka pegang teguh dalam semua situasi.
13. Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Humor yang disukai oleh orang yang mencapai aktualisasi lebih
bersifat filosofis; humor yang menertawakan manusia pada umumnya,
bukan kepada individu tertentu. Ini adalah sejenis humor yang bijaksana
yang dapat membuat orang tersenyum dan mengangguk tanda mengerti
daripada membuatnya tertawa terbahak-bahak.
14. Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan seseorang
dari pengaktualisasi diri. Mereka asli, invenntif, dan inovatif, dan tidak
selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya. sikap, suatu ungkapan
kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati
dan bereaksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah
selesai dari suatu karya seni. Jadi, dalam pekerjaan apa saja dapat
memperlihatkan kreativitas.
15. Resistensi terhadap Inkulturasi
Orang yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan, tetapi
ia dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik
pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir dan bertindak menurut cara-cara
tertentu yang diyakininya baik. Orang ini tidak terlalu memermasalahkan
hal-hal kecil seperti cara berpakaian, tata krama, cara makan, dan
sebagainya, tetapi ia dapat keras dan terus-terang jika mendapati soal-soal
yang sangat penting baginya mengenai aturan-aturan dan norma-norma
masyarakat.
PENUTUP

Rogers berasumsi bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah


berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami. Ia pula
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Sehingga bisa
kita artikan bahwa ia memandang kesehatan mental sebagai proses
perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan
persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah.

Menurut Maslow, semua manusia memiliki perjuangan atau


kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan-diri. Kita
didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan yang dibawa sejak lahir,
yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai kepada yang
paling lemah. Dengan cara yang sama juga, kebutuhan yang paling rendah dan
paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan
seterusnya naik tingkat sampai muncul kebutuhan kelima dan yang paling
tinggi, yakni aktualisasi-diri. Maslow berpendapat bahwa seseorang akan
memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self actualizing person).
DAFTAR PUSTAKA

Schults, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta. Kanisius.


http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26404/Materi+09+-
+TeoriKepribadianCarlRogers.pdf

Anda mungkin juga menyukai