Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT

MELALUI IZIN EDAR PRODUKSI DODOL DESA SUKAJAYA


KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI
1
DA Sari, 2AJ Prabowo, 3Sukanta, 4V Efelina
1
Program Studi Teknik Elektro
2
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro
3,4
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang
Jalan HS Ronggowaluyo Telukjambe Timur – Karawang 41361 Jawa Barat - Indonesia
Email : dessy.agustina8@gmail.com

ABSTRAK
Hampir 25 tahun usaha turun-temurun produksi dodol khas Betawi dilakukan pengusaha
rumahan “Dewa Rasa”. Pengerahan warga setempat (muda-tua) mengolah kelapa menjadi
makanan lengket-manis. Tidak adanya izin edar produksi merupakan tantangan bagi
pengusaha selama ini. Konsumen harus mendatangi produsen secara langsung untuk membeli
produk tersebut. Peran tengkulak mengakibatkan harga dodol menjadi 2x lipat ketika
memasuki pertokoan makanan. Hal ini didukung oleh penyematan label (merek dagang) yang
berisikan nama, komposisi, dan pencantuman nomor izin produksi pada kemasan. Tahun
2017, tim pelaksana kegiatan telah mengumpulkan data pendukung atas masalah yang tengah
dihadapi warga desa Sukajaya. Tim bersama Dinas Kesehatan kabupaten Bekasi memberikan
sosialisasi dan pengarahan mengenai pengajuan izin edar produksi. Program ini bertujuan
untuk mendapatkan sertifikat produksi pangan izin rumah tangga (SP-PIRT). Produsen dodol
menjadi paham pentingnya suatu label dan bagaimana label tersebut dapat diakui oleh
konsumen dimana dodol yang mereka jual adalah produk terpercaya dan aman dikonsumsi.
Selain itu, pengusaha dapat mengirimkan produknya ke pusat oleh-oleh makanan tanpa jasa
pihak ketiga dan harga dodol mampu mencapai Rp. 50.000 – 60.000,-.

Kata kunci : dodol, izin edar produksi, komposisi, label, olahan kelapa
ENHANCING OF SOCIETY ENTREPRENEURSHIP
THROUGH “DODOL” PRODUCTION LICENSE
SUKAJAYA VILLAGE CIBITUNG SUB-DISTRICT BEKASI DISTRICT
1
DA Sari, 2AJ Prabowo, 3Sukanta, 4V Efelina
1
Electrical Engineering Department
2
Undergraduate Student of Electrical Engineering Department
3,4
Industrial Engineering Department
Engineering Faculty, Universitas Singaperbangsa Karawang
On Street HS Ronggowaluyo Telukjambe Timur – Karawang 41361 West Java - Indonesia
Email : dessy.agustina8@gmail.com

ABSTRACT
Almost twenty five years ancient activities were did for Betawi dodol production by local
businessman – Dewa Rasa. Old-young people were included to process coconut to be sticky-
sweet food. This entrepreneur did not have production license and this thing was challenge
for itself until now. Buyer might come to producer directly to buy the product. The role of
third person gave affect which the dodol price to be twice when the product entered the food
store. There was label (merchant brand) that containing name, composition, and number of
production licence. At 2007, executor team has collected supporting data for the problem in
Sukajaya village. Team with Public Health Officer Bekasi District gave socialization and
briefing about the production licence proposal. This program purposed for getting the
permission of food production certificate. Dodol producer understood about importance a
label and how the label could be recognized by consumer. The dodol that sold was trusted
product and be safe to eat. Afterwards, businessman could send the product to food store
centre without “Tengkulak” and the price enhanced be Rp. 50.000 until 60.000,-.

Keywords : dodol, production licence, composition, label, processed coconut


I. Pendahuluan
Produksi kelapa Indonesia mencapai Produksi kelapa Indonesia mencapai 18,3 juta ton, lalu
disusul oleh Filipina dan India yang masing-masing 15,4 dan 11,9 juta ton kelapa di tahun
2016. Sepuluh produsen terbesar didominasi negara-negara dari wilayah Asia dengan iklim
tropis, hanya Brazil dan Meksiko yang berasal dari luar Asia mampu memproduksi dalam
jumlah besar. Kekuatan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia masih
kurang dimaksimalkan dari segi pemanfaatannya. Industri pada komoditas ini masih belum
banyak dikembangkan. Riset Kementrian, Perindustrian mengatakan bahwa masih banyak
pohon kelapa sudah berusia tua (tidak produktif), tetapi replantasi berjalan lamban, bahkan
banyak perkebunan kelapa beralih fungsi. Selain itu tantangan selanjutnya bagi pemerintah
adalah mengembangkan industri pengolahan kelapa secara terpadu di Indonesia
(http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/06/indonesia-negara-produsen-kelapa-
terbesar-di-dunia#, 2017).

Data pusat statistik menunjukkan produksi kelapa pada tahun 2008-2011 berkisar pada
3,1667 – 3,2579 juta ton. Kenaikan jumlah perkebunan hingga 6 kali lipat. Persebaran
tertinggi tiap propinsi ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1.Produksi kelapa setiap propinsi di Indonesia
Produksi Kelapa, x 1000 Ton
Propinsi
2008 2009 2010 2011
Riau 553,50 543,50 495,30 481,10
Jambi 110,50 113,30 114,70 114,50
Lampung 118,70 112,20 103,80 118,10
Jawa Barat 150,80 172,10 144,10 106,40
Jawa Timur 248,30 250,80 257,90 268,30
Sulawesi Utara 209,10 265,50 273,20 283,10
Sulawesi Tengah 209,10 204,10 204,60 191
Maluku Utara 244,60 248,20 242,10 255,10
(https://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1232, 2017)

Propinsi Jawa Barat turut mengambil peran dalam hal ketahanan dan keamanan pangan dari
hasil perkebunan rakyat. Pemanfaatan kelapa dalam skala rumah tangga berbentuk makanan
manis dan lengket yaitu dodol. Dodol merupakan poduk olahan kelapa. Hal ini dilakukan oleh
warga desa Sukajaya kecamatan Cibitung kabupaten Bekasi. Demikian pula dengan
pemanfaatan buah kawis (Iriyanto, Winaryati, & Aminah, 2016), salak manonjaya atau salak
Tasikmalaya (Hapsari, Djuwendah, & Karyani, 2008), mangrove (Sabana, 2015), cokelat
rempah-rempah atau soeklat (Aminuddin, Lutfi, & Arifah, 2012), dan lainnya menjadi produk
bernilai jual lebih tinggi dengan memberikan proses lebih lanjut. Proses pembuatan
mempertahankan resep turun menurun. Warga setempat saling bergotong royong dalam
memproduksi dodol selama ± 25 tahun. Hingga tahun 2017, 23 UKM (Usaha Kegiatan
Masyarakat) berkecimpung pada usaha tersebut, dan sebagian besar merupakan usaha
kekeluargaan. Hal inilah menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat setempat tidak
memperhatikan perkembangan zaman yaitu kelayakan suatu makanan bila dikonsumsi pihak
luar (pembeli).

Produksi dodol dalam waktu seminggu untuk satu UKM mencapai 560 kg dodol dengan
membutuhkan 700 butir kelapa. Kontinyuitas dan peningkatan produksi tidak berjalan karena
salah satu kendalanya adalah izin edar produk yang belum dimiliki oleh para pelaku usaha.
Apabila hal ini kian berlangsung maka para peminat dodol akan beralih ke produsen lain
dalam waktu singkat. Selanjutnya, kelangkaan produk dodol akan mempengaruhi
pemanfaatan kelapa dan kesejahteraan masyarakat pelaku usaha. Keterbatasan pengusaha dari
segi produksi menjadikan usahanya musiman, dan produk tidak mampu menjamur di
berbagai kota lainnya selain Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
Adanya pembatasan minimal oder (50 kg, per 1 kg terdiri 4 gulung dodol, disajikan pada
Gambar 1 berikut) disebabkan biaya produksi. Sedangkan, rendahnya nilai jual produk
merupakan dampak dimana pemilik produk belum menyematkan merk bahkan nomor PIRT
(Pangan Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan kabupaten Bekasi. Produk dodol bila
hendak menyentuh pertokoan harus memiliki sertifikat produksi PIRT. Dokumen tersebut di
bawah pengawasan Dinas Kesehatan sebagai bukti aman konsumsi produk pangan.

Gambar 1. Dodol khas Betawi UKM Dewa Rasa di desa Sukajaya

Ketidakadaan izin edar produksi menjadikan harga jual dodol rendah, Rp. 30.000/kg dan
jatuh ke tangan tengkulak. Pembeli yang mendatangi produsen dapat berperan sebagai
reseller maupun konsumen langsung. Lalu, produsen juga tidak mampu mengakomodir tim
ekspedisi ke luar kota karena tidak memiliki izin tersebut. Hal ini menjadikan para tengkulak
mempunyai celah aktivitas keuntungan dari pelaku usaha. Perpindahan produk dari satu
pembeli hingga ke tangan konsumen inilah yang menjadikan harga jual dodol meningkat
minimal 2 kali lipat. Kerugian secara moral bagi pelaku usaha. Inilah pentingnya PIRT untuk
membenahi kewirausahaan dan manajemen ekonomi pada produk dodol. Hal ini juga
dikemukan (Anitasari, Sunartomo, & Ridjal, 2014) bahwa manajemen ekonomi ditujukan
untuk mengelola rantai pasokan produk mangga arum manis di kabupaten Situbondo dengan
mengubah model penjualan dari bentuk buah menjadi produk olahan mangga. Desa Sukajaya
membutuhkan pendobrakan (peningkatan) sistem kewirausahaan produksi dodol khas Betawi
(Sari, 2017). Selain itu, dodol tersebut merupakan salah satu ciri kedaerahan dan sebagai
bentuk perlindungan budaya. Poin tersebut juga diterapkan bagi konsumen lokal pada produk
pangan Minahasa Tenggara (Soputan & Dan, 2016).

Tujuan peningkatan kewirausahaan para UKM tersebut adalah perolehan PIRT melalui Dinas
Kesehatan kabupaten Bekasi. Langkah ini diarahkan agar produk dodol dapat menapaki
pertokoan makanan area Jawa Barat sekitarnya. Selanjutnya, pencantuman izin produk di
badan kemasan mampu meningkatkan harga jual dodol menjadi Rp. 50.000 – 60.000 per kg.
Produksi UKM Dewa Rasa mampu mencapai 1760 kg per hari selama bulan Ramadhan tahun
2017 sebagai hasil pengamatan langsung pada 13 Juni 2017 (Sari & Unsika, 2017) (Radar
Karawang, 2017). Sedangkan, melalui berita online ditemukan bahwa pangsa pasar UKM
Dodol “Dewa Rasa” desa Sukajaya menembus 1 ton per hari di bulan puasa
(http://bersekanews.com/berita-dodol-marno-produksi-1-ton-per-hari-menjelang-
lebaran.html, 2017). Hal ini dapat dibayangkan berapa besar kerugian yang selama ini
diketahui dengan baik oleh pemilik usaha. Lalu, beberapa indikator keberhasilan kegiatan ini
yaitu :
1. terjalinnya kemitraan dengan berbagai pihak seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Ketenagakerjaan, dan para konsumen penikmat olahan kelapa
2. terbentuknya lembaga lokal di masyarakat untuk meneruskan dan mengembangkan
program peningkatan kualitas dan kuantitas produksi dodol baik melalui bantuan
pemerintah desa setempat maupun dana swadaya pengusaha dodol setempat
3. terbentuknya perkumpulan antar kelompok produsen dodol yang mengadakan rapat rutin
bulanan untuk mengulas kinerja produksi antar pengusaha
4. stimulasi pelatihan dan peningkatan kewirausahaan berbasis industri makanan yang
dilakukan minimal 1x dalam setahun, serta turut dalam ajang pameran tahunan kabupaten
Bekasi maupun tingkat nasional

II. Metode Pelaksanaan


Langkah yang dijalankan Tim Pelaksana disajikan pada ilustrasi Gambar 2 berikut.

Hasil Analisis Kebutuhan Sasaran


Pengetahuan mengenai izin edar olahan kelapa, trik-strategi
peningkatan omset produksi, dan nilai jual produk

Pelaksaan Program Kegiatan


1. Pengujian produk dodol ke balai uji untuk mengetahui nilai
kandungan gizi
2. Sosialisasi perolehan sertifikat produksi PIRT bersama Dinas
Kesehatan untuk meningkatkan produksi dan penjualan produk

Tahapan untuk Keberhasilan Program


1. Penjalinan kerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas
Ketenagakerjaan, dan warga desa Sukajaya
2. Forum Group Discussion (FGD) antara kepala dan warga desa
Sukajaya mengenai pembentukan lembaga lokal terhadap
pengembangan kewirausahaan dan manajemen ekonomi produksi

Gambar 2. Alur kinerja peningkatan kewirausahaan para pengusaha dodol desa Sukajaya
III. Hasil dan Pembahasan
Dodol merupakan salah satu pangan olahan, yaitu makanan hasil proses dengan cara atau
metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Lalu, PIRT merupakan perusahaan
pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan
manual hingga semi otomatis. Kegiatan produksi dodol membutuhkan waktu selama 8 jam
dengan melibatkan 2 orang di bagian pengemasan (manual). Sealing produk menggunakan
benang wol.

Tim pelaksana melakukan diskusi mengenai persoalan yang telah dialami UKM dan
memberikan pengajuan adanya sosialisasi mengenai pengajuan izin edar produksi dengan
mendatangkan pihak terkait dari Dinas Kesehatan kabupaten Bekasi. Kegiatan tersebut
mampu menghadirkan 23 UKM di TK Delima desa Sukajaya. Hal ini menimbulkan antusias
para warga untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tahapan pengajuan SP-PIRT.

Rahmadi, SSi., Apt. selaku pemateri menyampaikan bahwa proses penilaian berhasil-tidaknya
perolehan izin edar produksi bukanlah dilihat dari kedatangan petugas di hari yang
ditentukan. Beberapa rekanan dinas di sekitar desa menjadi penilai secara tidak langsung
terhadap proses produksi yang dilakukan. Satu kata kunci yang harus dibenahi oleh
pengusaha dodol adalah higienis (sanitasi). Makanan yang higienis adalah makanan yang
tidak mengandung kuman penyakit atau zat yang dapat membahayakan kesehatan. Para UKM
seyogyanya menggunakan air mengalir bila mencuci bahan baku (kelapa), produk memiliki
kematangan yang cukup, serangkaian kegiatan dilakukan pada ruangan tertutup dengan
sirkulasi udara yang memadai, serta para petugas memakai penutup kepala, mulut, tangan dan
berpakaian bersih (Asnipa, Hasan, & Ashar, 2013). Hal ini merupakan salah satu upaya
pengawasan mutu pengolahan kelapa menjadi dodol dan juga diterapkan pada pengolahan
dodol salak (Ningsih, Suamba, & Sarjana, 2016). Selain itu, bahan baku lainnya seperti
tepung ketan memiliki kualitas tinggi dengan brand ternama yang digunakan warga secara
rutin. Pemilihan tersebut telah menjadi kajian keamanan produk pula di area Jawa Barat
(Sofiandari, 2013).

Dasar hukum PIRT diatur oleh : 1Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
pada Pasal 3 (Presiden Republik Indonesia, 1996). Lalu, 2surat keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang
Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(SP-PIRT) (Sampurno, 2003) serta Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (Said, 2012) beserta
persyaratannya (Siswosoediro, 2009). Kewenangan sertifikasi untuk produk olahan terdiri
atas 4 jenis yaitu 1)sertifikat PIRT (dinaungi Dinas Kesehatan), 2)sertifikat HACCP – Hazard
Analysis and Critical Control Points (BPOM – Badan Pengawas Obat dan Makanan)
misalnya pada produk olahan nanas (Yanti, 2016), 3)sertifikat Halal (LPPOM MUI -
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia), dan
4)
sertifikat MD (BPOM-). Sertifikat jenis ketiga didapatkan setelah perolehan SP-PIRT.

Sebelum - setelah pembenahan lokasi dan proses produksi terpenuhi, pengusaha harus
mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Kegiatan ini diselenggarakan Dinas
Kesehatan yang bekerja sama dengan BPOM dan didanai pemerintah daerah. Dinas
Kesehatan kabupaten Bekasi rutin mengadakannya dua kali setahun yaitu Maret dan
September dengan kuota 40 peserta, sedangkan kabupaten Karawang hanya di bulan Juli.
Peminat PKP terbilang padat maka solusi untuk keseluruhan UKM yang ada di desa Sukajaya
adalah pembentukan paguyuban atau Posdaya. Hal ini disebababkan kondisi Karang Taruna
yang dimiliki desa Sukajaya berada pada kondisi vakum. Melalui diskusi antar warga desa,
tim pelaksana, dan H. Subrio, SAP (selaku kepala desa), lembaga lokal desa dibuat.
Pengesahannya melalui surat keputusan Kepala Desa Sukajaya dengan Nomor :
775/KEP/31/VIII/2017, Posdaya Dodol Sukajaya desa Sukajaya kecamatan Cibitung
kabupaten Bekasi (Sari & Unsika, 2017).

Posdaya tersebut mewadahi seluruh UKM dodol desa Sukajaya dan disertai adanya penguatan
AD/ART yang lengkap dengan susunan kepengurusannya. Sukarno selaku ketua organisasi
tersebut mewakili para UKM untuk mengikuti serangkaian kegiatan PKP dan juga tes tertulis
sebagai tahap akhir penilaian. Kelulusan peserta terhadap PKP menghasilkan perolehan SP-
PIRT. Nomor izin tersebut dapat digunakan seluruh UKM dengan masing-masing merk
produksi karena pencantuman nama para UKM telah didaftarkan dan dikuatkan oleh SK
Posdaya tersebut. Hal ini membantu Dinas Kesehatan dalam menyelesaikan para pengusaha
dodol dalam satu area.

IV. Penutup
Rendahnya nilai jual dodol desa Sukajaya disebabkan para pemilik usaha menjual produk
tanpa meletakkan label merk (termasuk nomor izin edar produksi). Usaha ini telah dijalankan
hingga 25 tahun lamanya dengan menjaga resep nenek moyang. Solusi yang telah diberikan
tim pelaksana adalah sosialisasi pengajuan Pangan Industri Rumah Tangga dengan bekerja
sama Dinas Kesehatan kabupaten Bekasi. Penyampaian materi tersebut telah memaparkan
secara jelas kepada 23 UKM tentang bagaimana prosedur perolehan SP-PIRT. Pembenahan
tempat produksi dan para pekerja juga telah dikondisikan sesuai aturan yang berlaku untuk
mencapai kehigienisan produk dodol. Pelatihan Penyuluhan Keamanan Pangan menjadi
indikator utama sebelum tim Dinas Kesehatan menilai layak atau tidaknya suatu pengusaha
menerima izin edar produksi.

Ucapan Terima Kasih


Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Kemahasiswaan Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan – KEMENRISTEK DIKTI atas dukungan dana
bantuannya melalui Program Hibah Bina Desa (PHBD) Universitas Singaperbangsa
Karawang (Unsika) dengan Nomor Kontrak : 560.68/KONTRAK/VII/2017 pada tanggal 10
Juli 2017. Seluruh Tim Pelaksana PHBD (Aryo Jati Prabowo cs) dan Himpunan Teknik
Elektro Unsika tahun 2017 (Muhammad Ghifari Al Ayyubi) menciptakan kerja sama yang
handal dan juga berpegang teguh kepada komitmen dalam membangkitkan, menumbuhkan,
serta mengembangkan soft dan hard skills (RISTEKDIKTI, 2017). Selain itu, Dinas
Kesehatan (Rahmadi, SSi., Sap), Kepala Desa Sukajaya (H. Subrio, SAP), dan para UKM
dodol (terutama Sukarno – ketua UKM Dodol Dewa Rasa) dan warga desa Sukajaya
kecamatan Cibitung kabupaten Bekasi yang juga telah membantu kelancaran serangkaian
kegiatan bahkan acara sosialisasi pengajuan SP-PIRT.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, B., Lutfi, A., & Arifah, U. P. (2012). Alternatif Pengembangan Industri Nasional
melalui Inovasi Produk Cokelat Rempah-Rempah (Soeklat) dari Student
Technopreneur Berbasis ERP (Enterprise Resource Planning) (Model Klaster Bisnis
Pola Kemitraan Inti - Plasma). In Proceeding Call for Paper PEKAN ILMIAH
DOSEN FEB UKSW (pp. 387–426).
Anitasari, S., Sunartomo, A. F., & Ridjal, J. A. (2014). Manajemen Rantai Pasokan Produk
Olahan Mangga Arum Manis. Berkala Ilmiah PERTANIAN, xxxxxxxxx, 1–9.
Asnipa, J., Hasan, W., & Ashar, T. (2013). Higiene Sanitasi dan Analisis Zat Pemanis Buatan
pada Dodol yang Diproduksi Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2012. Lingkungan Dan Kesehatan Kerja, 2(1), 1–9.
Hapsari, H., Djuwendah, E., & Karyani, T. (2008). Peningkatan Nilai Tambah Dan Strategi
Pengembangan Usaha Pengolahan Salak Manonjaya Di Kabupaten Tasikmalaya.
Abstrak. Retrieved from http://repository.unpad.ac.id/id/eprint/21165
http://bersekanews.com/berita-dodol-marno-produksi-1-ton-per-hari-menjelang-lebaran.html,
2017 diakses pada Senin 10 April 2017 Pukul 20.00 WIB
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/06/indonesia-negara-produsen-kelapa-
terbesar-di-dunia#, 2017 diakses pada Senin 10 April 2017 Pukul 20.00 WIB
https://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1232, 2017 diakses pada Senin 10 April 2017
Pukul 20.30 WIB
Iriyanto, S., Winaryati, E., & Aminah, S. (2016). Pemanfaatan Buah Kawis Menjadi Aneka
Produk Pangan yang Kreatif dan Produktif. The 3rd University Research Colloqium.
Retrieved from https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/6743
Ningsih, N. K. A., Suamba, I. K., & Sarjana, I. D. G. R. (2016). Pengawasan Mutu pada
Pengolahan Dodol Salak di CV Duta Gunung Salak. E-Journal Agribisnis Dan
Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism), 5(2). Retrieved from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA/article/view/20727
Presiden Republik Indonesia. (1996, Nopember). Undang Undang No 7 Tahun 1996
Tentang : Pangan. LN 1996/99; TLN 3656. Retrieved from
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&
uact=8&ved=0ahUKEwjn5JGjtYbWAhUDnpQKHXzEDgkQFggiMAA&url=http%3
A%2F%2Fjdih.pom.go.id%2Fshowpdf.php%3Fu%3D5wi43wZMaMUe9clfuVfMQ2
6IlDQPaCHTUWrOmU%252BCrCY%253D&usg=AFQjCNE5vZCSw2pGv-
1SjD14sN6pktwTwQ
RISTEKDIKTI. (2017). Pedoman Program Hibah Bina Desa (PHBD). Direktorat Jenderal
Pembelajaran Dan Kemahasiswaan - RISTEKDIKTI., halaman 2 dari 24.
Sabana, C. (2015). Kajian Pengembangan Produk Makanan Olahan Mangrove. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 14(1), 40–46.
Said, L. O. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 TAHUN 2012 Tentang Pedoman
Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri RumahTangga. Badan Pengawas Obat
dan Makanan. Retrieved from
http://jdih.pom.go.id/produk/peraturan%20kepala%20BPOM/PER%20KBOM_NO.H
K.03.1.23.04.12.2205%20TAHUN%202012_TENTANG%20PEDOMAN%20PEMB
ERIAN%20SERTIFIKASI%20PRODUKSI%20PANGAN%20INDUSTRI%20RUM
AH%20TANGGA.pdf
Sampurno, H. (2003, April). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia : Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Retrieved from
jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=83goZUYUDNWETCIc4cFkFFPWq7VPSPT%2BZA
LnAO4euBQ%3D.
Sari, D. A. (2017). Mendobrak Sistem Kewirausahaan dan Manajemen UKM Dodol melalui
SP-PIRT pada Desa Sukajaya Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi. Malang :
International Research and Development for Human Beings (IRDH), Angkatan I.
https://www.researchgate.net/publication/319634036_MENDOBRAK_SISTEM_KE
WIRAUSAHAAN_DAN_MANAJEMEN_UKM_DODOL_MELALUI_SP-
PIRT_PADA_DESA_SUKAJAYA_KECAMATAN_CIBITUNG_KABUPATEN_B
EKASI
DOI : 10.13140/RG.2.2.32961.45925
Sari, DA., Unsika, Tim Pelaksana PHBD 2017. (2017). Unsika Bina Pelaku UKM ::
Sosialisasi Pengajuan Pangan Idustri Rumah Tangga (P-IRT) Guna Meningkatkan
Daya Saing Jual Dodol Khas Betawi. Karawang : Radar Karawang, 05 September
2017.
https://www.researchgate.net/publication/320407479_Unsika_Bina_Pelaku_UKM_So
sialisasi_Pengajuan_Pangan_Industri_Rumah_Tangga_P-
IRT_Guna_Meningkatkan_Daya_Saing_Jual_Dodol_Khas_Betawi
DOI: 10.13140/RG.2.2.21121.97120
Sari, DA., Unsika, Tim Pelaksana PHBD 2017. (2017). Surat Keputusan Pembentukan
Posdaya Dodol Desa Sukajaya. Bekasi : Balai Desa Sukajaya Kecamatan Cibitung
Kabupaten Bekasi - Jawa Barat.
https://www.researchgate.net/publication/320407766_Surat_Keputusan_Pembentukan
_Posdaya_Dodol_Desa_Sukajaya
DOI: 10.13140/RG.2.2.13991.65444
Siswosoediro, H. S. (2009). Mengurus Surat-Surat Perizinan. Yogyakarta: Visimedia.
Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=6cVen97p3HoC&pg=PA22&lpg=PA22&dq=Ped
oman+Tata+Cara+Penyelenggaraan+Sertifikasi+Produksi+Pangan+Industri+Rumah+
Tangga&source=bl&ots=MRpPjmtj-
3&sig=yiUd6n_SyG6W4KrovUxD5V_tVMM&hl=jv&sa=X&ved=0ahUKEwjkso3hr
4bWAhWKl5QKHd41AFQQ6AEIaDAJ#v=onepage&q=Pedoman%20Tata%20Cara
%20Penyelenggaraan%20Sertifikasi%20Produksi%20Pangan%20Industri%20Rumah
%20Tangga&f=false
Sofiandari, H. (2013). Kajian Keamanan Produk Berbasis Tepung pada Industri Rumah
Tangga Pangan IRTP di Jawa Barat (p. 79). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Retrieved from
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63566/1/F13hso.pdf
Soputan, M., & Dan, A. S. W. (2016). Keamanan Pangan dengan Pendekatan Budaya dan
Kearifan Lokal dalam Upaya Perlindungan Hukum bagi Konsumen di Minahasa
Tenggara. LEX ET SOCIETATIS, 4(9). Retrieved from
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/14171
Yanti, L. (2016). Kajian Keamanan Pangan pada Proses Pembuatan dodol Nanas Tangkit
(Studi Kasus di Desa Tangkit, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi).
In Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang. Retrieved from
http://pur-plso.unsri.ac.id/userfiles/59_%20hal%20568-575%20Linda%20yanti.pdf

Anda mungkin juga menyukai