Anda di halaman 1dari 4

Pelatihan Penulisan Naskah Drama

bagi Siswa Siswi SMPN 01 Bejen, Kab. Temanggung

Khothibul Umam

Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

khothibul.umam@live.undip.ac.id

Pendahuluan
Drama atau pertunjukan teater adalah salah satu cabang seni yang bisa
dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan dan sarana pembelajaran. Dalam seni drama
ada berbagai macam genre seni, mulai dari sastra, musik, seni rupa, hingga seni
pertunjukan. Dengan berbagai macam seni yang ada dalam drama, para siswa dapat
belajar pada suatu tema dengan lebih menyenangkan.
Proses awal dalam seni drama adalah membuat naskah drama atau naskah
lakon. Naskah lakon fungsinya nanti sebagai teks panduan awal untuk proses
drama. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat di SMP 1 Bejen, Temanggung,
materi penulisan naskah lakon dibuat secara sederhana dan mudah. Para siswa tidak
diberi tugas betul-betul dari nol. Hal tersebut berkenaan dengan masalah waktu dan
sumber daya yang ada.
Membuat naskah lakon sendiri tidak menguntungkan karena akan
memperpanjang proses pengerjaan. Akan tetapi berkenaan dengan sumber daya
yang dimiliki, para siswa dituntut untuk merespon tema sederhana yang ada di
lingkungan sekitar. Diharapkan naskah yang dibuat bersifat situasional, dan semua
siswa yang terlibat menjadi senang karena dapat mengerjakannya sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Beberapa langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan
untuk menulis naskah lakon secara sederhana untuk para siswa.

Metode Penulisan Lakon


Para peserta berjumlah 20 siswa. Dari 20 siswa tersebut dibagi menjadi empat
kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Empat kelompok tersebut diberi
empat tawaran tema, yaitu: “Persahabatan”, “Cita-citaku”, “Kisah dari Desa”, dan
“Petualangan”. Selanjutnya para siswa diberi materi sebagai berikut:
Menentukan tema
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh
pengarang kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai
akhir. Misalnya tema yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”,

maka dalam cerita hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya
sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun
kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.
Menentukan persoalan
Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita teater. Tidak ada cerita teater tanpa
konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan
disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan akan
mengalahkan kejahatan”, pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik
seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri.
Persoalan ini kemudian diikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.
Membuat sinopsis (ringkasan cerita)
Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan.
Sinopsis digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan
tidak melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan
tidak mengada-ada.
Menentukan kerangka cerita
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir.
Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks
sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan
memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. Kerangka cerita
(skenario) dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal,
tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh
cerita. Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing
tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing
hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik
diselesaikan.
Menentukan cara penyelesaian
Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa
lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-
gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan
selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan
baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.
Menulis
Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan
mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi
memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan
manfaatkan waktu sebaik mungkin.

Hasil dan Pembahasan


Pada awalnya para siswa cukup kesulitan dalam langkah awal menulis naskah lakon
meskipun sudah diberi tema dan metode. Tantangannya adalah menuliskan apa
yang mereka tahu dalam bentuk teks/dialog. Akhirnya untuk mempermudah dalam
1 kelompok yang terdiri dari 5 siswa dibagi menjadi berbagai macam tugas. Siswa
pertama sebagai penulis utama, ia bertanggung jawab pada konsep naskah yang
akan dibuat, siswa kedua sebagai pencatat dialog, ia bertugas sebagai notulen.
Siswa ketiga sampai kelima sebagai pengungkap dialog. Mereka bertiga berlaku
sebagai pemeran dan bebas berdialog sesuai tema dan konflik.
Dengan demikian setiap siswa dalam kelompok punya tugas yang
signifikan. Metode tersebut membutuhkan kerjasama dan komunikasi yang bagus.
Dari sini para siswa belajar untuk saling kompak, mendukung satu sama lain, saling
hormat, dan bertanggung jawab pada tugasnya.

Simpulan dan Saran


Kegiatan menulis drama atau naskah lakon sangat positif untuk para siswa. Dengan
menulis naskah lakon para siswa menjadi semakin mengenal potensi diri dan
lingkungan. Kegiatan menulis naskah lakon di luar kelas juga memberikan
semangat dan suasana yang berbeda pada para siswa dibanding lingkungan
pembelajaran konvensional. Kegiatan semacam ini bisa sering-sering dilaksanakan.
Aplikasinya bisa juga dipakai untuk berbagai macam mata pelajaran, tidak hanya
untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Rujukan:
Harymawan, RMA.1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda.
Stanislavski. 1980. Persiapan Seorang Aktor. Terjemahan Asrul Sani. Jakarta:
Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai