Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH INTERAKSI OBAT

“INTERAKSI OBAT PADA PROSES


ABSORBSI”

Dosen :

Dra. Refdanita M.Si.,Apt

Disusun Oleh :

Amirul Syahril 13330001

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2016

Page 1 of 28
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi antar
suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau keduanya, atau
menyebabkan efek samping tak diduga. Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan
dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan
khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah
kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Risiko
kesehatan dari Interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat
obat namun bisa pula fatal.
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam
obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan tetapi
sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang merugikan atau membahayakan.
Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang tidak diinginkan adalah akibat
makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan “ Polypharmacy “
atau “ Multiple Drug Therapy “.
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter
yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat
ke beberapa dokter untuk penyakit yang sama dan mendapat resep obat yang baru.
Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk
mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan
farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa
pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang
mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy cukup
banyak.
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Untuk itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai waktu transport obat dalam darah serta efek-efek yang
diberikan dari obat-obat yang berinteraksi.

Page 2 of 28
I.2 Rumusan Makalah
1. Interaksi apa yang terjadi antara obat-obat yang diberikan ?
2. Kenapa bisa terjadi interkasi diantara obat-obat tersebut ?
3. Bagaimana dengan efek-efek yang ditimbulkan ?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui interaksi obat dalam gastrointestinal
2. Untuk mengetahui penyebab dari interaksi
3. Untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan

I.4 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui dan memahami interaksi obat di dalam darah.
2. Mengetahui efek-efek yang ditimbulkan dari obat-obat yang diberikan.

Page 3 of 28
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Interaksi Obat

Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek. Di
dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi
dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan
secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.

Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi
farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi
antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga
menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2
atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME
(absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau
menurunkan salah satu kadar obat dalam darah.

II.2 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi


Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat yaitu obat Objek dan obat
Presipitan
1) Obat Objek
Obat Objek adalah obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat
lain. Obat yang kemungkinan besar menjadi objek interaksi atau efeknya dipengaruhi
oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri :
a. Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akan
menyebabkan perubahan besar pada efek klinis yang timbul. Secara farmakologi
obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons
yang tajam. Perubahan, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah
dapat mengurangi manfaat klinik dari obat.

Page 4 of 28
b. Obat-obat dengan rasio terapik yang rendah artinya antara dosis toksik dan dosis
terapetik tersebut perbandingannya (perbedaannya) tidak besar. Kenaikan sedikit
saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya efek toksis.
Kedua ciri obat objek di atas, yaitu merupakan obat yang manfaat kliniknya mudah
dikurangi atau efek toksisnya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan
dan tidak sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan
lingkungan yang sempit.
2) Obat Presipitan
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk
dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat
dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, dengan demikian akan menggeser ikatan-
ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergeser ini (displaced),
kadar obat bebasnya dalam darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya,
terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat jenis ini, misalnya aspirin,
fenilbutazon, sulfa dan lain lain.
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)
enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang mempunyai sifat
sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) akan mempercepat eliminasi
(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang,
misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain. Sedangkan
obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator) akan
meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik, termasuk kloramfenikol,
fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-
obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan diuretika dan
lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah jika kita melihat dari segi interaksi
farmakokinetika, yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme
dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat
bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

Page 5 of 28
• Ikatan protein yang kuat

• Inhibitor atau inducer enzim hati


Presipitant drug

Interaksi
II.3obat

• Dose-response yang curam


Objec drug

• Rasio toksis terapi yang rendah

II.3 Mekanisme Kerja Interaksi Obat

II.3.1 Interaksi Farmasetik


Interaksi ini adalah interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan/disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi
antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan
pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Bentuk interaksi ini ada 2 macam :
1) Interaksi secara fisik, misalnya terjadi perubahan kelarutan
2) Interaksi secara khemis, misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau
terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam
penyimpanan. Beberapa cara untuk menghindari interaksi farmasetik ini antara
lain :
 Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali jika yakin betul
bahwa tidak ada interaksi antar obat.
 Dianjurkan menghindari pemberian obat bersama-sama melalui infus.
 Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya
(manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan pada pencampuran dan
cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeks
infus dan lain-lain).
 Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravena atau yang
lain, perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi
dan lain-lain dari larutan.

Page 6 of 28
 Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu
lama larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang
sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidokain dan
lain-lain.
 Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat
yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan waktunya.
 Jika harus memberi infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus,
kecuali jika yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsultasi kepada
apoteker rumah sakit.

II.3.2 Interaksi Farmakokinetika


Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi,
metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini
termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal,
mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang
dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.

1. Interaksi pada fase absorpsi


 Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran pencernaan
sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpi. Interaksi ini dapat
dihindari dengan cara obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu
yang berbeda (minimal 2 jam).
 Perubahan pH cairan saluran pencernaan
Sebelum dijelaskan lebih lanjut, kita asumsikan bahwa obat yang akan
dibahas di sini adalah obat yang absorbsinya cenderung diabsorbsi di usus,
bukan dilambung.
Adapun efek perubahan pH saluran pencernaan pada obat yakni :
”Jika ada zat yang bersifat basa (garam bikarbonat) yang masuk bersamaan
dengan obat yang bersifat asam (pKa 2,5-7,5, misalnya NSAID dan gol
penisilin), maka zat yang bersifat basa ini akan menurunkan absorbsi obat

Page 7 of 28
karena obat yang bersifat asam ini akan berinteraksi dengan zat yang bersifat
basa sehingga obat akan lebih cenderung dalam bentuk ion bukan molekulnya.
Sementara kita tahu, obat dalam bentuk ion tidak diabsorbsi oleh usus.

Sebaliknya,

Jika ada zat yang bersifat asam (asam sitrat dan asam tartart) dimana masuk
bersamaan dengan obat yang bersifat basa lemah (pKa 5 – 11, misalnya
reserpin &propoksifen), maka absorbsi obat akan turun.

Sementara,

Obat yang bersifat basa sangat lemah dengan pKa < 5 (kofein pKa =0, 8),
absorbsinya tidak tergantung pada pH lambung. Hal ini bisa dijelaskan karena
interaksi dengan zatnya tidak menyebabkan ia menjadi bentuk ion.

 Motilitas saluran pencernaan.

Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk semua obat.
Oleh karena itu, makin cepat obat sampai ke usus halus maka akan semakin
cepat pula absorpsinya. Obat yang memperpendek waktu pengosongan
lambung, (misalnya metoklorpropamid, reserpine, sodium bikarbonat), akan
mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan. Sebaliknya,
obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung (seperti
antikolinergik, isoniazid, fenitoin) akan memperlambat absorpsi obat lain.

Lebih cepat motilitas maka obat akan lebih terbatas waktunya untuk
mengalami proses absorpsi sehingga absorpsinya bisa menurun. Hal ini sangat
penting diperhatikan terutama untuk obat-obat yang hanya dapat diabsorpsi
pada daerah-daerah tertentu dalam pencernaan dengan mekanisme transport
aktif seperti riboflavin, antibiotic golongan tetrasiklin, penisilin, griseofulvin,
dan garam-garam besi. Transit-transit yang lama dalam unsur kebanyakan
menguntungkan untuk absorpsi yang lebih sempurna, sedangkan transit dalam

Page 8 of 28
lambung yang cukup lama hanya baik untuk obat-obat yang diabsorpsi
sempurna dalam lambung.

 Perubahan flora usus

Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain :

 Sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K


 Memecah sulfasalzin menjadi bagian-bagian yang aktif
 Tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa
 Hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yan akan memperpanjang kerja obat seperti pil KB.
Pemberian antibakteri berspektrum luas seperti tetrasiklin,
kloramfenikol dan ampisilin akan mengubah flora normal usus sehingga
akan meningkatkan efektivitas anti koagulan oral yang diberikan secara
bersama-sama, mengurangi efektivitas sulfasalazin, meningkatkan
bioavailabilitas levodopa dan mengurangi efektifitas kontrasepsi oral.

 Kecepatan aliran darah pada saluran pencernaan (di usus)


kecepatan aliran darah di usus bisa menjadi rate limiting step fase
absorbsi untuk obat – obat lipofilik. Namun, faktor ini sangat kecil sekali
berpengaruh, kecuali kepada orang yang punya penyakit – penyakit
berkaitan dengan aliran darah. Kecepatan aliran ini dipengaruhi oleh
vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah.
 Pembentukkan kompleks /khelat
Suatu obat apabila membentuk kompleks dengan senyawa pembentuk
kompleks, maka struktur molekulnya akan menjadi besar. Akibatnya tidak
bisa di absorbsi oleh usus.
2. Interaksi pada fase distribusi
 Interaksi dalam ikatan protein plasma.
Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat dilepaskan dari
ikatan proteinnya oleh suatu precipitant drug, maka konsentrasiobject

Page 9 of 28
drug akan meningkat dan dapat menimbulkan efek toksik. Hipoglikemik
oral (klor propamid) yang diberikan bersama-sama dengan sulfonamide,
menyebabkan terlepasnya klor propamid dari ikatan proteinnya sehingga
efek hipoglikemik meningkat. Tolbutamid diberikan bersamaan dengan
fenil butazon atau salisilat akan menyebabkan efek hipoglikemik
meningkat.substansi endogen dapat pula tergeser dari nikatan proteinnya
pada penggunaan beberapa obat. Misalnya bilirubin dapat tergeser dari
ikatan proteinnya dan dapat menyebabkan korniuterus pada neonates yang
diberikan salisilat atau preparat sulfa.
Beberapa sifat obat yang akan menyebabkan terjadinya interaksi ini
antara lain :
a. Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma dan volume
distribusi yang kecil.
b. Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga dapat
meningkatkan kadar obat bebas.
c. Efek toksik yang serius sebelum kompensasi terjadi misalnya
terjadinya pendarahan pada antikoagulan oral atau hipoglikemia pada
antidiabetik oral.
d. Eliminasinya mengalami kejenuhan seperti fenitoin, sehingga
peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan
kecepatan eliminasinya.
 Interaksi dalam ikatan jaringan.
Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antar
digoksin dan kuinidin yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
kadar plasma digoksin.
 Interaksi pada reseptor.
Apabila dua atau lebih obat diberikan bersamaan mungkin salah satu
obat akan menduduki reseptor obat lain, sedemikian rupa sehingga tidak
ada respons. Misalnya reseptor alfa pada pembuluh darah yang meberikan
respons bila dikenai obat norepineprin tetapi bila diberikan bersamaan

Page 10 of 28
dengan fenetrazin, pentolamin, maka obat ini akan menduduki reseptor
tersebut dan tidak akan memberikan respons.
3. Interaksi pada fase metabolisme
Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug dirangsang atau
dihambat oleh precipitant drug. Perangsang atau penghambat enzim
metabolisme sudah lama dikenal. Perangsangan atau induction ini terjadi
karena reticulum endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P450 yang
merupakan enzim metabolik obat bertambah. Hasil induksi ini mengakibatkan
metabolisme obat kian aktif dan konsentrasi plasma object drug berkurang,
sehingga efektivitasnya menurun. Contoh: pemberian rifampisin pada
akseptor kontrasepsi oral dapat menyebabkan kehamilan.
4. Interaksi pada fase ekskresi
Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting
dalam interaksi ini.

II.3.3 Interaksi Farmakodinamik

Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau
kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :

1) Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ (sinergisme).
2) Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).
3) Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah. Kebanyakkan
interaksi obat diakibatkan terjadinya perubahan adsorbsi, distribusi, metabolisme
dan elkresi obat. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh interaksi obat : Potensiasi,
Kerusakan dan Toksik / efek samping

II.4 Interaksi Gastrointestinal

Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua atau lebih obat yang diberikan secara
bersama-samaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal
umumnya mempengaruhi proses absropsi obat sehingga dapat digolongkan dalam interaksi

Page 11 of 28
absropsi yang merupakan bagian dari interaksi farmakokinetik.Interaksi gastrointestinal
dibagi menjadi 3 golongan yaitu ;

1. Interaksi antara obat dengan obat lain


Interaksi obat dengan obat adalah interaksi suatu obat dengan obat lain dalam saluran
pencernaan, dimana interaksi ini terjadi pada sebelum obat diabsropsi oleh saluran
pencernaan (usus).sehingga dapat menggangu absropsi salah satu obat. Faktor atau
mekanisme kerja terjadinya interaksi obat dalam gastrointestinal:
 Interaksi langsung
Adalah interaksi secara fisika atau kimia antara obat dalam lumen saluran cerna
sebelum diabsropsi sehingga menganggu proses absropsi. mekanisme yang dapat
mengubah kecepatan absropsi obat dalam GI tract dipengaruhi banyak faktor antara
lain ; berubahnya kecepatan aliran darah GI, motilitas gi, pH GI, kelarutan obat,
metabolisme GI atau mucosa GI, terbentuknya komplek yang tidak larut.
Contoh:

1. Penurunan motilitas Gastroitestinal, disebabkan karena obat-obat golongan morfin


dan obat-obat dengan efek antikolinergik misalnya antidepresan trisiklik
2. Pemberian obat tetrasiklin bersama obat dengan kation multivalent ( Ca, Mg, Fe,
Al ) maka akan terbentuk suatu kompleks atau khelat yang tidak dapat diabsorbs.
3. Obat terjebak dalam makanan contoh ampisilin
4. Obat diabsropsi obat lain : lincomycin dan kaolin-pektin, obat dengan
karboadsorben.
5. Perubahan ion : cholestryramin-walfarin
6. Peningkatan absropsi digoksin atau penurunan absropsi estrogen dalam
kontrasepsi oral yang digunakan secara bersamaan dengan antibiotika

 Perubahan pH cairan saluran cerna

Dimana perubahan pH pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelarutan


dan absropsi obat-obat yang bersifat asam atau basa. Contoh : pemberian antasida
bersamaan dengan tetrasiklin, maka akan mengurangi absropsi dari tetrasiklin

Page 12 of 28
 Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas
saluran cerna)

Umumnya obat diabsropsi di dalam usus, di mana absorbs usus jauh lebih cepat
dibandingkan di lambung. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai ke usus maka
makin cepat juga obat diabsropsi. Obat–obat yang memperpendek waktu
pengosongan lambung akan mempercepat absropsi obat lain yang diberikan secara
bersamaan. Jika obat-obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan
memperlambat absropsi obat lain

Contoh : Metoklopramid yang mempercepat absropsi paracetamol, dimana


metokloopramid meningkatkan pengosongan usus, sehingga absorbs obat lain
meningkat.

 Perubahan flora usus


Secara normal flora usus berfungsi sebagai :
a. Sintesis vitamin k dan merupakan sumber vitamin k yang penting
b. Sebagai metabolisme obat ( levodopa )
c. Memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif
d. Hidrolisis glukoronid yang di ekresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi
enterohepatik yang memperpanjang kerja obat ( kontrasepsi oral )

Pemberian antibiotika spektrum luas ( seperti : tetrasiklin, sulfonamide, ampisilin,


kloramfenikol ) akan mempengaruhi flora usus, sehingga menghambat sintes vitamin
K oleh mikroorganisme usus. Apabila antibiotika ini diberikan bersama antikoagulan
oral, maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.

 Efek toksik pada saluran cerna

Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin, kolkhisin menimbulkan


sindrom malabsorbsi yang menyebabkan absorbs obat lain terganggu

 Mekanisme tidak diketahui

Page 13 of 28
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorbs obat lain dengan mekanisme yang
tidak diketahui. Misalnya ; fenobarbital yang dapat menguranmgi absorbs
griseofulvin dalam saluran cerna

2. Interaksi antara obat dengan makanan

Interaksi obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya
dengan interaksi obat dengan obat lain maka interksi ini juga mempengaruhi absorbsi
obat. Interaksi obat dengan makanan dapat terjadi karena beberapa hal:

a. Terjadinya perubahan pH dalam lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorbs


obat.
b. Perubahan motilitas usus, misal rifampisin dan isoniazida yang absrobsinya lebih
kecil pada pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada
waktu lambung kosong
c. Terjadinya reaksi kimia yang membentuk kompleks, sama dengan seperti obat-obat
yang mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan
makanan yang mengandung ion kalsium, magnesuium atau besi sehingga susah
diabsrobsi
d. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitrosos (nitrosamine) yang disebut kanserogen.
Ini terjadipada zat makanan yang mengandung nitrit (nitrit biasanya digunakan
sebagai pengawet daging dan sosis) dengan aminifenazon
e. Selain menghambat absorbsi obat, ada juga obat-obat tertentu yang absrobsinya lebih
cepat dan sempurna jika diberikan bersama makanan. Misal : spironolakton atau
fenitoin absrobsinya lebih cepat diberikan bersama makanan dan absorbs griseofulvin
(bersifat lipofil) akan meningkat jika diberikan bersama makanan yang banyak
mengandung lemak

contoh interaksi obat berdasarkan indikasi penggunaan obat:

1. Antibiotika
 Cephalosforin dan penicillin
Konsumsi antibiotik pada saat perut kosong untuk mempercepat absorbsi.
 Eritromisin

Page 14 of 28
Jangan di konsumsi bersama dengan jus buah-buahan atau grape fruit yang dapat
menurunkan efektifitas obat
 Golongan sulfa
Meningkatkan resiko kekurangan vitamin B12
 Tetrasiklin
Produk susu dapat mengurangi efektivitas obat, dan juga menurunkan absorbsi
vit. C.
2. Antidepresan
 MAO Inhibitor
Makanan dengan kadar tyramin yang tinggi seperti daging yang diproses, bir dan
anggur dapat menyebabkan krisis hipertensi.
 Golongan Trisiklik
Banyak makanan terutama daging, ikan dan makanan kaya vit C dapat
menurunkan penyerapan obat.
3. Antihipertensi dan obat jantung
 ACE Inhibitor
Konsumsi obat pada saat perut kosong, akan meningkatkan absorbsi obat.
 Alfa blocker
Dikonsumsi dengan minuman atau makanan untuk menghindari kelebihan
penurunan tekanan darah.
 Anti aritmia
Hindari konsumsi kafein karena meningkatkan / mempercepat denyut jantung.
 Beta blocker
Konsumsi obat pada saat perut kosong. Makanan terutama daging meningkatkan
efek obat dan menyebabkan pusing serta hipotensi.
 Digitalis
Hindari mengkonsumsi dengan susu dan makanan tinggi serat karena menurunkan
absorsbi dan meningkatkan kehilangan kalium.
4. Antikonvulsi
 Dilantin, Fenobarbital

Page 15 of 28
Meningkatkan resiko anemia dan masalah yang berhubungan dengan syaraf
karena defisiensi folat dan vit B lainnya.
5. Obat Asma
 Pseudoefedrin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat meningkatkan rasa cemas dan gelisah.
 Theophyllin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat menyebabkan peningkatan toksisitas
obat.

6. Tukak Peptik
 Antasida
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, konsumsi obat 1 jam setelah makan.
 Simetidin, Famotidin dan Sukralfat
Hindari makanan berprotein tinggi, kaffein dan makanan lain yang dapat
meningkatkan keasaman lambung.
7. Tranquilizer
 Benzodiazepine
Tidak boleh dikonsumsi dengan alcohol. Kafein dapat meningkatkan kecemasan
dan mengurangi efektivitas obat.
8. Penghilang Rasa Sakit
 Aspirin dan Obat NSAID
Konsumsi makanan terlebih dahulu untuk mencegah iritasi saluran cerna. Hindari
alcohol karena dapat meningkatkan resiko pendarahan. Penggunaan yang sering
dari obat golongan ini dapat menurunkan absorbsi folat dan vit C.
9. Sediaan Hormon
 Kontrasepsi Oral
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Obat ini menurunkan absorbsi
folat, vit B6 dan nutrisi lain. Tingkatkan konsumsi makanan yang kaya nutrisi dan
protein untuk mencegah defisiensi.
 Steroid

Page 16 of 28
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Konsumsi makanan yang kaya
kalsium, vit K, kalium dan protein untuk mencegah defisiensi.
10. Mineral Oil
 Penggunaan yang berlebihan menyebabkan defisiensi vit A, D, E dan K.
11. Penurun Kolesterol
 Cholestyramin
Meningkatkan ekskresi folat dan vit A, D, E dan K.
 Gemfibrozil
Hindari makanan berlemak karena dapat menurunkan efektivitas obat dalam
menurunkan kolesterol.
12. Anti Jamur
 Flukonazol, Ketokonazol, Itrakonazol, Griseofulvin
Hindari makanan atau minuman yang mengandung susu, keju, yoghurt, es krim
atau antasida.Untuk alcohol dapat menyebabkan efek samping berupa mual, ,
keram perut, muntah, sakit kepala dan kemerahan dengan panas di muka.
13. Obat Penghambat enzim (Golongan Statin)
 Fluvastatin, Lovastatin, Pravastatin,
Hindari minum alcohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan hati.
 Simvastatin
Hindari minun lovastatin dan simvastatin bersama jus grapefruit karena dapat
meningkatkan terjadinya efek samping akibat terjadinya peningkatan kadar obat
dalam tubuh.
3. Interaksi antara obat dengan minuman
Interaksi obat yang dimaksud di sini adalah interaksi obat dengan minuman berupa
teh, susu, kopi, dan alkohol, contoh :

a. Teh mengandung senyawa tanin yang dapat mengikat berbagai senyawa aktif obat
sehingga sukar diabsorbsi atau diserap dari saluran pencernaan. Contohnya
antihistamin, obat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi seperti alergi
hidung (rhinitis), gatal-gatal pada kulit, galidata (urtikaria). Obat yang memberi efek
samping sedasi (rasa kantuk) ini tidak boleh bersamaan dengan makanan atau
minuman yang mengandung tanin. Misalnya, teh pekat. Tanin akan mengendap pada

Page 17 of 28
saluran pencernaan, sehingga obat akan sulit diabsrobsi. Namun teh encer tidak
menjadi masalah bagi orang yang mengkonsumsi anthihistamin karena kadar taninya
tidak begitu tinggi. Selain pada teh pekat, tanin juga banyak terdapat pada buah-
buahan yang berasa sepat, seperti salak dan sawo.
b. Susu mempunyai sifat dapat menghambat absorbsi zat-zat aktif tertentu terutama
antibiotika. Jika obat kurang diabsorbsi, berarti daya khasiat atau kemanjurannya juga
akan berkurang, sehingga penyembuhan mungkin tidak akan tercapai.karena
itupemberian antibiotika, misalnya ampisilin, amoksilin, kloramfenikol dan lain-lain.
Jangan minum bersamaan atau berdekatan waktunya dengan minum susu. Sebaiknya
tunggu sekitar dua jam setelah atau sebelum minum antibiotika, agar penyerpan obat
antibiotika tersebut di saluran pencernaan tidak terganggu.Tidak semua jenis obat
tidak baik dikonsumsi bersama-sama dengan susu. Ada beberapa obat, terutama yang
bersifat mengiritasi lambung, justru dianjurkan untuk diminum bersama susu atau
pada waktu makan. Gunanya agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek
iritasi lambung dari obat yang dikonsumsi. Walaupun susu atau makanan dapat
sedikit mengurangi daya kerja obat tersebut, namun efek perlindungannya terhadap
iritasi lambung lebih bermanfaat dibandingkan dengan efek penurunan daya kerja
obat yang sangat sedikit.Obat-obat seperti ini, contohnya obat-obat antiinflamasi
nonsteroid seperti asetosal dan ibuprofen, yang biasa diberikan untk meredakan atau
mengurangi rasa sakit, nyeri, atau demam. Begitu juga obat-obat kortikosteroid yang
biasanya digunakan untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau gatal-gatal)
seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon dan lain-lain
c. Kopi, sebagaimana kita ketahui mengandung kafein. Kafein bekerja merangsang
susunan syaraf pusat. Jadi agar efek stimulan terhadap susunan syaraf pusat tidak
berlebihan, hindari mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung kafein seperti
kopi, teh, coklat, minuman kola dan beberapa merek minuman berenergi (energy
drink) ketika sedang dalam pengobatan menggunakan obat-obat yang juga dapat
merangsang susunan syaraf pusat seperti obat-obat asma yang mengandung teofilin
atau epinefrin
d. Alkohol mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fisiologis tubuh sehingga
dapat menganggu atau bahkan mengubah respons tubuh terhadap obat yang

Page 18 of 28
diberikan. Contohnya, obat-obat antihistamin atau antialergi ( biasasnya diberikan
untuk meringankan gejala alergi, flu dan batuk 0 umumnya menyebabkan mengantuk.
Konsumsi antihistamin bersama dengan alkohol akan menambah rasa kantuk dan
memperlambat performa mental dan motorik. Alkohol juga akan meningkatkan resiko
pendarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat
penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang
diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-
blocker seperti propanolol. Kombinasi alcohol- propanolol dapat menurunkan
tekanan darah secara drastis dan membahayakan.jiwa pasien. Tape, walaupun sedikit
juga mengandung alkohol, terutama tape ketan atau tape beras. Oleh sebab
itusebaiknya kurangi atau hindari makan tape ketika mengkonsumsi obat-obat yang
dapat berinteraksi dengan alkohol seperti yang diuraikan di atas.
e. Norit yang digunakan untuk kembung dan diare, bersifat menyerap racun dan zat-zat
lainnya di lambung. Sifat inilah sebenarnya yang dipakai untuk mengurangi kembung
dan diare. Namun, norit menyerap zat-zat di lambung hampir tidak pilih bulu
sehingga obat-obat yang anda minum dalam waktu bersamaan atau dalam rentang
waktu 3-5 jam sekiotar waktu makan norit juga akan ikut disrap oleh norit.
Akibatnya, penyerapan obat oleh tubuh justru berkurang sehingga efek atau khasiat
obat yang diminum berkurangb dan efek pengobatan tidak dapat dicapai
4. Interaksi dengan zat lain

a. Mineral seperti kalsium, magnesium, aluminium dan zat besi dapat bereaksi dengan
beberapa obat tertentu, misalnya antibiotika tetrasiklin dan turunan fluoroquinolon
seperti ciprofloxacin, levofloxacin dan trovafloxacin. Membentuk senyawa yang
sukar diabsropsi atau diserap oleh tubuh. Jika ini terjadi, maka tujuan pengobatan
dengan antibiotika untuk membunuh kuman penyakit di dalam tubuh akan terganggu
dan mungkin tidak tercapai. Untuk obat jantung, dibarengi dengan asupan makanan
atau minuman yang mengandung kalium, seperti salak. Pasalnya, obat jantung akan
menimbulkaan kontraksi tersebut. Satu penelitiaan mengungkapkan bahwa penurunan
absropsi antibiotika karena drug interaction dengan mineral-mineral tersebut dapat
mencapai 50-75 persen.

Page 19 of 28
b. Natrium ( garam dapur ) akan mengurangi efek dari obat diuretik yang bertujuan
untuk mengeluarkan garam dari tubuh sebagai anti hipertensi. Natrium terbanyak
terbanyak terdapat pada garam dapur ( natrium klorida 0, juga pada makanan yang
asin-asin dan mengandung banyak garam

Page 20 of 28
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Penggolongan Obat-obat yang berinteraksi dalam gastrointestinal

No Obat Obat Objek Mekanisme dan Efek yang Penanganan/


Precipitan Interaksi Ditimbulkan Pemecahan
Masalah
1. Tetrasiklin Antasida Pembentukan Konsentrasi obat Tidak dapat
senyawa kompleks dalam plasma digunakan secara
tetrasiklin dengan menurun. bersamaan.
logam valensi III. Efek menurun.
2. Simitidin Tetrasiklin Simitidin akan pH lambung Tetrasiklin diganti
mengikat reseptor meningkat dengan antibiotik
H2 didalam (menjadi lebih lain yang nerrow
lambung sehingga basa). spectrum.
produksi asam Tetrasiklin bentuk
dalam lambung terionnya yang
berkurang. lebih banyak
daripada
molekulnya.
Obat yang
terabsorbsi lebih
sedikit.
Kadar obat dalam
darah menjadi
sedikit.
resistensi dari
bakteri.
3. Tetrasiklin/ Antikoagula Akan mengubah Meningkatkan Tidak dapat
kloramfenik n flora normal usus efektivitas anti digunakan secara

Page 21 of 28
ol/ampisilin oral/sulfasala koagulan oral bersamaan
zin/levodopa Mengurangi
/kotrasepsi efektivitas
oral sulfasalazin
Meningkatkan
bioavailabilitas
levodopa
Mengurangi
efektifitas
kontrasepsi oral.

4. NSAID Kolesterami Membentuk Struktur molekul Tidak dapat


atau n kompleks antara obat–obat digunakan secara
hidroksil kolesteramin membesar bersamaan.
(sulfonamid dengan obat – obat
Tidak bisa
e) yang memiliki
terabsorbsi.
gugus karboksilat
(NSAID) atau
hidroksil
(sulfonamid).
5. Senyawa Antibiotik Membentuk khelat Mengurangi Tidak dapat
yang golongan secara signifikan. absorpsi quinolon. digunakan secara
mengandun Quinolon bersamaan.
g Mg, Al,
Ca, dan Fe

6. kolesterami warfarin(anti Membentuk Penurunan efek Pemberian selang


n koagulan) senyawa kompleks. antikoagulan dari waktu selama 3
warfarin. jam.

Page 22 of 28
Peningkatan
faktor eliminasi
dari warfarin.
Memonitoring
aktivitas warfarin

7. Al(OH)3 Ciprofloxaci Membentuk AbsorpsiCiproflox Tidak diberikan


atau n senyawa kompleks acin menurun secara bersamaan
Ca2CO3 sebesar 50–75%
8. Metoklopra Siklosporin Metoklopramid Tidak ada Berikan perbedaan
mid memperpendek perubahan dalam waktu pemberian.
waktu hal clearence
pengosongan cyclosporine.
lambung, Rata-rata AUC
sehingga akan kons Vs. waktu
mempercepat dan Cmaks
absorpsi siklosporin
siklosporin. (immunosupresan)
meningkat 22 dan
46 % secara
berturut-turut
9. Atazanavir Antasida Atazanavir dan pH lingkungan Pemakaian obat ini
dan antifungi gol.azole absorpsi (usus) haruslah diberikan 2
antifungi (khususnya meningkat. jam sebelum atau
golongan itraconazole and Absorpsi satu jam setelah
azole. ketoconazole), meningkat. pemberian antasida.
membutuhkan
lingkungan asam
untuk mencapai
absorpsi yang baik.
10 Aspirin Antasida Akan Mempercepat Dapat digunakan

Page 23 of 28
meningkatkan absorpsinya. secara bersamaan
kelarutan obat yang hanya untuk obat
bersifat asam yang bersifat asam
(aspirin) yang sukar yang yang sukar
larut dalam cairan larut dalam cairan
saluran cerna. saluran cerna.

1. Interaksi antara tetrasiklin dengan antasida

Tetracycline akan membentuk kompleks dengan logam valensi III dalam usus yang
menyebabkan konsentrasi obat dalam plasma menurun sehingga efek menurun.
Penanganannya: tidak dapat digunakan secara bersamaan.

2. Interaksi antara tetrasiklin dengan simetidine.


Simitidin adalah obat H2 blocker dimana dia akan mengikat reseptor H2 didalam lambung
sehingga produksi asam dalam lambung berkurang. Akibatnya, pH lambung menjadi lebih
basa/pH tinggi (tidak asam) daripada normalnya. pH yang tinggi ini menyebabkan tetrasiklin
yang bersifat asam menjadi bentuk terionnya yang lebih banyak daripada molekulnya.
Akibatnya obat yang terabsorbsi lebih sedikit.
Dampak dari absorbsi yang sedikit tersebut, kadar obat dalam darah menjadi sedikit dan
efeknya tidak mampu membunuh bakteri (karena tetarasiklin merupakan antibiotik).
Kegagalan yang lebih berbahaya adalah terjadinya efek resistensi dari bakteri.
Penanganannya: tetrasiklinnya diganti dengan antibiotik lain yang nerrow spectrum.

3. Interaksi antara tetrasiklin/ kloramfenikol/ ampisilin dengan antikoagulan oral/ sulfasalazin/


levodopa/ kontrasepsi oral.
Pemberian antibakteri berspektrum luas seperti tetrasiklin, kloramfenikol dan ampisilin
akan mengubah flora normal usus sehingga akan meningkatkan efektivitas anti koagulan oral
yang diberikan secara bersama-sama, mengurangi efektivitas sulfasalazin, meningkatkan
bioavailabilitas levodopa dan mengurangi efektifitas kontrasepsi oral. Penanganannya: tidak
dapat digunakan secara bersamaan.

Page 24 of 28
4. Interaksi antara kolesteramin dengan NSAID atau hidroksil (sulfonamide)

Kolesteramin dapat membentuk kompleks dengan obat – obat yang memiliki gugus
karboksilat (NSAID) atau hidroksil (sulfonamid). Akibatnya struktur molekul obat –obat
membesar dan tidak bisa terabsorbsi. Penanganannya: tidak dapat digunakan secara
bersamaan.

5. Interaksi antara Antibiotik golongan Quinolon dengan senyawa yang mengandung Mg, Al,
Ca, dan Fe
Antibiotik golongan Quinolon akan membentuk khelat dengan keberadaan senyawa yang
mengandung magnesium, aluminum, calcium, dan besi, secara signifikan akan mengurangi
absorpsi quinolon. Penanganannya: Tidak dapat digunakan secara bersamaan

6. Interaksi antara kolesteramin dengan warfarin(antikoagulan)

Kolesteramin dengan warfarin (antikoagulan) yang menyebabkan aktifitas koagulan lebih


rendah (penurunan efek antikoagulan dari warfarin). Selain itu , diliterature disebutkan pula
bahwa terjadi peningkatan faktor eliminasi dari warfarin. Penanganannya: pemberian selang
waktu selama 3 jam, sedangkan untuk mengatasi apakah eliminasi berpengaruh signifikan
atau tidak yakni dengan memonitoring aktivitas warfarin. Jika diperlukan, dosis dari warfarin
dinaikkan sedikit demi sedikit.

7. Interaksi antara Ciprofloxacin dengan Al(OH)3 atau Ca2CO3


Ciprofloxacin akan membentuk ikatan kompleks dengan logam valensi II atau III
sehingga absorpsi Ciprofloxacin menunjukkan penurunan sebesar 50–75% ketika diberikan
bersamaan dengan tablet aluminum hydroxide atau calcium carbonate. Penanganannya: tidak
dapat digunakan bersamaan.

8. Interaksi antara siklosporin dengan metoklopramid


Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk semua obat. Oleh karena itu,
makin cepat obat sampai ke usus halus maka akan semakin cepat pula absorpsinya. Obat

Page 25 of 28
yang memperpendek waktu pengosongan lambung, (misalnya metoklorpropamid, reserpine,
sodium bikarbonat), akan mempercepat absorpsi siklosporin. Sehingga tidak ada perubahan
dalam hal clearence cyclosporin, rata-rata AUC kons Vs. waktu dan Cmaks siklosporin
(immunosupresan) meningkat 22 dan 46 % secara berturut-turut, ketika diberikan bersama
dengan metoclopramide dan waktu untuk mencapai Cmax (Tmax) juga menurun secara
signifikan pada penggunaan kombinasi obat ini. Penanganannya: berikan perbedaan waktu
pemberian.

9. Interaksi antara Atazanavir dan antifungi golongan azole dengan antasida


Antasida meningkatkan pH saluran cerna karena Atazanavir dan antifungi golongan azole
(khususnya itraconazole and ketoconazole), membutuhkan lingkungan asam untuk mencapai
absorpsi yang baik. Penanganannya: pemakaian obat ini haruslah diberikan 2 jam sebelum
atau satu jam setelah pemberian antasida.

10. Interaksi antara aspirin dengan antasid


Cairan saluran cerna yang alkalis misalnya akibat antasid, akan meningkatkan kelarutan
obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam cairan tersebut. Contohnya aspirin. Dalam
suasana alkalis, absorpsi per satuan luas area absorpsi akan lebih lambat. Dengan demikian
dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya. Akan tetapi, suasana
alkali pada saluran pencernaan akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa
seperti tetrasiklin. Penanganannya dapat digunakan secara bersamaan hanya untuk obat yang
bersifat asam yang sukar larut dalam cairan saluran cerna.

Page 26 of 28
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
1. Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek
2. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat dengan obat tetapi dapat juga terjadi antara obat
dengan makanan.
3. Interaksi dapat memberikan keuntungan dan kerugian.
4. Interaksi obat dapat terjadi pada berbagai tahap mulai dari meracik obat sampai obat
tersebut dikeluarkan dari tubuh.

Page 27 of 28
DAFTAR PUSTAKA

 Muhlis, M. 2006. Drug Interaction. Jakarta


 Sinaga, E. 2005. Interaksi antara beberapa obat. Sumber Republika. Jakarta
 Dr.R. Soetiono Gapar, 2003. Interaksi Obat Beta – Blocker dengan Obat – Obat lain,
jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
 Ganiswara G. sulistia, et al., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, cetak ulang 2005,
fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta. Hal 800 – 810

Page 28 of 28

Anda mungkin juga menyukai