Anda di halaman 1dari 10

E-ISSN : I2338-1884

Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger


di Bromo Tengger Semeru Jawa Timur
Jati Batoro 1, Dede Setiadi², Tatik Chikmawati², Y. Purwanto³*
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
2
Sekolah Pascasarjana, Intitut Pertanian Bogor
3
LIPI Bogor

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sistem pengetahuan botani tradisional masyarakat Tengger di Bromo
Tengger Semeru Jawa Timur, meliputi pemanfaatan tumbuhan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidup mereka.
Mereka mengandalkan pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan, tempat tinggal,kayu bakar, obat-obatan, barang
dagangan dan keperluan ritualnya. Penelitian dilakukan di sebelas lokasi yaitu di desa Ngadas, Gubuklakah kecamatan
Poncokusumo kabupaten Malang, desa Wonokitri, Mororejo kecamatan Tosari, desa Ngadirejo kecamatan Tutur, desa
Keduwung kecamatan Puspo kabupaten Pasuruan, desa Ngadisari dan Ngadas kecamatan Sukapura, kabupaten
Probolinggo dan desa Ranupani, desa Argosari kecamatan Senduro kabupaten Lumajang Propinsi Jawa Timur. Metoda
penelitian dilakukan wawancara terstruktur dan wawancara bebas untuk pengamatan langsung kemudian dianalisis
dengan ICS (index cultural significance) dan UVS (nilai guna jenis tumbuhan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat Tengger dalam kehidupannya mengandalkan sumber alam tumbuhan untuk berbagai keperluan dan
memiliki pengetahuan cukup baik tentang keanekaragaman jenis tumbuhan di sekitar mereka. Berbagai pemanfaatan
jenis tumbuhan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk bahan pangan (67 jenis), obat-obatan dan racun
(120 jenis), bahan bangunan, tali-temali, bahan kayu bakar, teknologi lokal (52 jenis), konservasi dan liar (144 species),
bumbu, pewarna, rokok, kecantikan (40 jenis), buah dan biji (50 jenis) pakan ternak (44 jenis), hias (138 jenis) dan
bahan ritual (91 jenis), Selanjutnya hasil perhitungan indeks kepentingan budaya menunjukan 1 jenis memiliki nilai
tinggi yaitu padi dan 10 jenis memiliki nilai manfaat jenis tinggi dan UVs terdiri 2 jenis memiliki nilai paling tinggi.

Kata kunci: Pengetahuan tumbuhan, masyarakat Tengger, Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Abstract
The objective of the study was to know botanical indigenous knowledge system of the Tengger society in Bromo
Tengger Semeru East Java covering useful plants for their live hood. They depend on agricultural for food, shelter,
firewood, medicine, trade goods and many other necessities and ritual. This research had been done in elefen villages
include Ngadas Poncokusumo district regency of Malang, Wonokitri, Tosari district regency Pasuruan, Ngadisari
Sukapura district regency of Probolinggo and Ranupani Senduro district regency of Lumajang East Java Province.
Research methods included structural and open ended discussion and direct observation, to better ascess the extractive
activities and utilization of the plant diversity by local people, an index of cultural significance (ICS) and UVS analysis
employed. Reseach result showed that the Tengger people depent on plants resource for their livehood and have a
good indigenous knowledge about plant diversity surround them. The various utilization is a food (67 species),
medecines and poisonous (120 species), contruction, fibres, firewood and local technology (52 species), conservation
and wild (144 species), smokes, dye, cosmetics, handycraft (40 species), fruit and nuts (50 species), food animals (44
species), ornamental plants (138 species) and ritual (91 species). Furthermore after the calculation of the index of
cultural significance (ICS) show that one have very high value that padi and ten high value in Tengger culture and UVS
have two high value.

Keywords: Knoledge of Plants, Tengger people, Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

PENDAHULUAN pulau bernama dan 62 pulau tak bernama,


Provinsi Jawa Timur dengan ibukota dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 km.
Surabaya, mempunyai luas total 4.685.955 ha. Secara administrasi Provinsi Jawa Timur dibagi
Jawa Timur terdiri dari daratan dan wilayah menjadi 29 kabupaten dan 8 kota (Suparto dan
kepulauan mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 Ponidi, 2006). Masyarakat Tengger merupakan
penduduk asli Jawa yang menempati wilayah

Alamat korespondensi: lereng deretan pegunungan Bromo Tengger
Jati Batoro Semeru, sejak runtuhnya kerajaan Majapahit,
Email : Jati_batoro@yahoo.co.id dan hidup mengisolir diri, lebih senang hidup
Alamat : Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas pada lingkungannya sendiri [28;1;29]. Mereka
Brawijaya

1
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

mempunyai pranata serta adat sosial budaya Dewasa ini telah banyak pengetahuan
khas, agama, kepercayaan, kesenian, bahasa tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan dan
serta organisasi sosial atau kelembagaan sendiri. hewan serta variasi jenis telah hilang
Pada umumnya masyarakat Tengger hidup pada keberadaannya berarti hilangnya kearifan
sektor pertanian, terutama tanaman kentang, tradisional atau banyak tumbuhan yang belum
bawang prei, kobis, jagung, wortel, dan sebagian sempat diketahui atau dikaji informasinya sudah
kecil mengelola wisata, perdagangan maupun mengalami erosi oleh karena kondisi berubahnya
peternakan. dengan cepat dilingkungan mereka [23;22;34].
Sebagian besar masyarakat Tengger Sistem pengetahuan berasal dari adanya
menghuni wilayah desa penyangga berbatasan akumulasi dalam berinteraksi dengan alam
Taman Nasinal Bromo Tengger Semeru yang lingkungan berjalan lama, umumnya memiliki
meliputi empat Pemda Tingkat II yaitu: tatanan yang disepakati bersama (pranata),
Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan norma adat, merupakan bukti fundamental dari
Lumajang. Mereka sudah hidup turun temurun kondisi sosial budaya suatu kelompok
dari nenek moyangnya menggantungkan masyarakat [18;8;14].
kehidupannya dari sumber daya hutan dalam Pengetahuan masyarakat lokal banyak
memenuhi kebutuhannya yang berupa sumber memberikan kesempatan berharga bagi kita
daya hayati dengan pedoman bahwa hutan untuk memahami aspek ekologi lanskap lahan
beserta isinya merupakan anugerah Sang Hyang pegunungan, termasuk lanskap hutan di sekitar
Widhi untuk dimanfaatkan manusia agar mereka, apakah sistem pertanian, pemanfaatan
kehidupannya sejahtera [2;30]. Sebagian keanekaragaman hayati mereka lakukan
masyarakat Tengger menempati wilayah di dalam menyebabkan kerusakan ekosistem, dimana
zona pemanfaatan (inclave) meliputi desa Ngadas informasi ini akan membantu kita dalam
dan Ranupani, jauh sebelum Taman Nasional memahami sejarah landskap, perubahan
Bromo Tengger Semeru (TN.BTS) berdiri. Taman landskap dan pola-pola vegetasi masa lalu,
Nasional merupakan kawasan pelestarian alam sekarang dan mendatang. Ekosistem pegunungan
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan merupakan sumber penting fungsi ekologis,
sistem zonasi, mempunyai tujuan konservasi, sumber air, konservasi keragaman hayati genetik
penelitian, pendidikan dan kepariwisataan. baik hewan dan tumbuhan, namun rentan
Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan Taman terhadap erosi tanah, longsor, hilangnya
Nasional adalah: keterbatasan anggaran dana, keragaman genetik maupun habitat [19;17].
sumber daya pengelola, kelemahan infrastruktur, Berdasarkan latar belakang di atas, serta
serta belum harmonis dengan masyarakat sekitar belum adanya penelitian yang mendasar,
[20;5;2]. terfokus di bidang etnobotani masyarakat
Masyarakat Tengger sebagian besar hidup Tengger tentang pemanfaatan, pengelolaan,
pada sektor pertanian tersebut telah lama persepsi terhadap keanekaragaman hayati di
melakukan strategi, teknik adaptasi, teknik lingkungannya, sehingga mendorong kami untuk
pengelolaan, teknik budidaya, teknik produksi, melakukan penelitian terhadap kehidupan
teknik pengobatan tradisional terhadap masyarakat Tengger.
pemanfaatan, keanekaragaman hayati baik
tumbuhan maupun hewan (etnobiologi) sesuai METODE PENELITIAN
dengan keadaan alam lingkungannya, hal ini Penelitian dilakukan pada bulan April 2010
sangat menarik untuk dikaji. Pengetahuan sampai dengan bulan Juni 2011 di 11 desa
masyarakat tentang pengelolaan lahan, sumber masyarakat Tengger yang terdapat di dalam
hayati tidak hanya dipengaruhi oleh sejarah, kawasan TNBTS adalah desa Ranupani,
adat-istiadat, tetapi juga kondisi sumber daya kecamatan Senduro, kabupaten Lumajang dan
alam yang tersedia, kesuburan tanah, teknik desa Ngadas, kecamatan Poncokusumo,
peladangan dan etos kerja. Ketergantungan kabupaten Malang. Sedangkan desa masyarakat
manusia terhadap keanekaragaman hayati serta Tengger yang berada di luar kawasan TNBTS
tata cara kehidupan, sangat berkaitan meliputi: desa Wonokitri, desa Mororejo
keanekaragaman budaya menentukan nasib kecamatan Tosari, desa Ngadirejo kecamatan
lingkungan, oleh sebab itu perlunya ditelaah Tutur, desa Keduwung kecamatan Puspo
bagaimana konsep dan pemahaman serta kabupaten Pasuruan; desa Ngadisari, desa
penguasaan pengetahuan dalam mengolah Ngadas Wetan kecamatan Sukapura, desa
sumber daya hayati [31;9;35]. Pandansari kabupaten Probolinggo, desa Argosari

2
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

kecamatan Senduro kabupaten Lumajang dan memberikan pengetahuan yang berharga sebagai
desa Gubuklakah kecamatan Poncokusumo hasil pembelajaran, praktek langsung, pemikiran,
kabupaten Malang. Pengumpulan data kualitatif persepsi, teknologi lokal tidak hanya memberi
menggunakan metode survei eksploratif, sumbangan kemajuan ilmu dan teknologi, namun
wawancara bebas (open ended) dan semi juga untuk menentukan atau memprediksi,
struktural. Analisis kuantitatif pemanfaatan memahami, menginterpretasi berdasarkan
setiap jenis tumbuhan digunakan indeks alasan logis, dalam mereka melakukan kegiatan
kepentingan budaya (index of cultural adaptasi terhadap lingkungan. Tumbuhan yang
significance, ICS) dari Turner (1988) dan analisis dimanfaatkan masyarakat Tengger untuk
manfaat serta kategori manfaat dilakukan untuk berbagai keperluan dalam kehidupannya
melihat perbandingan manfaat antara jenis-jenis berjumlah 309 jenis, yang terdapat di sekitar
yang berbeda dengan menduga nilai manfaat pemukiman, ladang dan hutan konservasi,
konsumtif langsung [19]. Identifikasi tumbuhan Perhutani.
dengan buku Flora of Java karangan Backer dan Tanaman hias di pekarangan rumah dan gubuk
Bakhuizen van Den Brink (1968), Checklist of Tanaman hias sekitar rumah dan gubuk
Generic Names in Malesan Botany karangan Van masyarakat Tengger sangat bervariasi, hal ini
Steeenis, Atlas of 220 Weeds of Sugar-Cane disebabkan pohon-pohonan tidak di tanam di
Fields in Java karangan Backer dan buku lain [6]. pekarangan, menurut mereka lebih hangat,
sedangkan penyedia oksigen cukup karena
HASIL DAN PEMBAHASAN berdekatan dengan hutan dan tidak beresiko
Masyarakat Tengger merupakan roboh. Bermacam-macam jenis tunaman hias
kelompok masyarakat mempunyai ciri dimanfaatkan (143 jenis) disamping untuk
memegang teguh adat budayanya yang telah keindahan juga dipergunakan sebagai bahan
dipertahankan ratusan tahun, yang menunjukkan ritual, bumbu atau obat. Tanaman hias yang
citra khas ketradisionalnya. Adat tersebut telah dijumpai diantaranya bunga adas (Foeniculum
diyakini dan digunakan dalam ikatan vulgare), edelweiss (Anaphalis longifolia),
kemasyarakatan dalam kehidupan yang mentigi (Vacccinum varingiefolium), tlotok,
sejahtera, sederhana, jujur, aman walaupun anting-anting, soka, tebu ireng, bugenvil
berbeda agama, namun kental dengan (Bougainville spectabilis), Canna edulis, bunga
persatuan. Mereka dalam kehidupan sehari-hari, tasbih (Canna indica), besaran (Morus alba), apel,
pada umumnya bertani pada ladang berbukit putihan, lidah mertua, endogan, jeruk (Citrus sp),
terjal dengan penghasilan utama bawang prei, cubung, kipres atau cemoro londo, terong
kobis, kentang. Sifat kehidupan yang sederhana, belanda, maribang (Hibisscus tiliaceus), paku
jujur, rajin dan hemat menyebabkan mereka tengger (Cyathea tenggeriensis).
hidup dalam kedamaian jauh dari kejahatan. Tanaman bahan pangan dan sayur mayur
Dalam pemanfaatan serta pengelolaan Masyarakat Tengger dalam kehidupannya
keanekaragaman jenis tumbuhan mereka sebagai petani menanam tanaman budidaya (67
melakukan pendekatan pengamatan dilakukan jenis), yang berkaitan sumber karbohidrat adalah
dengan mengidentifikasi tumbuhan untuk jagung varietas Tengger (Zea mays), ganyong
mengungkap potensi berbagai jenis tumbuhan (Canna edulis), tales (Calocasia esculenta),
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bentul, pohong, ketela rambat (Ipomoea batatas)
seperti bahan pangan, bahan obat, bahan sedangkan sayur mayur terutama kentang
bangunan dan teknologi lokal, kerajinan, kayu (Solanum tuberosum), kobis (Brassica sp), sawi,
bakar, bahan racun, bahan sandang, pangan, tropong (Allium sp). Tanaman budidaya lain
ritual dan sebagainya. Jenis-jenis tumbuhan yang dunakan bumbu, sayuran, obat, ritual seperti
dimanfaat masyarakat Tengger meliputi : Jenis wortel (Daucus carota), ketela, jenis-jenis pisang
Tumbuhan bahan pangan dan buah-buahan, jenis pisang raja (Musa paradisiaca), pisang salek,
tumbuhan bahan bumbu, pewarna, rokok dan pisang ambon, papaya gunung atau srikoyo
kecantikan, jenis tumbuhan obat dan racun, jenis (Carica pubescent), ketumbar (Coreandrum
tumbuhan ritual, jenis tumbuhan pakan ternak, sativus), benguk/koro babi (Mucuna pruriens),
jenis tanaman hias, jenis tumbuhan bahan bawang putih (Allium sativum), siyem atau
bangunan, teknologi lokal, tali temali, manisah, tomat (lycopersicum spesculentum),
pembungkus dan jenis tumbuhan konservasi dan lombok terong (Solanum sp), lombok rawit
liar. Pengetahuan lokal tentang pemanfaatan (Capsicum sp), ercis, ucet, benguk, sledri (Apium
sumber daya hayati masyarakat Tengger graveolen), tembakau (Nicotiana tabacum).

3
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

Budidaya gandum (Triticum sativum) baru pras, nasi liwet (Oriza sativa L.), dibungkus daun
digalakan untuk tumpang sari dari Departemen pisang (Musa paradisiaca L.), bunga kenanga,
Pertanian dan sayuran lain secara ekonomi bunga tanalayu, putihan, senikir, kembang boreh
penghasil divisa masyarakat adalah kentang, (kenanga, sundel, bugenvile, pandan wangi,
kobis dan bawang prei. harga kentang soka). Sedangkan Ongkek terbuat dari bambu
perkilogram sekarang mencapai Rp. 5000, pada atau kayu cemoro sebagai alat pikul, dilengkapi
bulan Desember 2010 mencapai Rp. 6000- dengan berbagai macam tanaman hias, sayur
7000/kg, prei Rp. 6000-7500/ kg. mayur, meliputi : batang pisang beserta bunga
Tanaman ritual dan magis dan buahnya, pisang, bunga jambe dan buahnya,
Tumbuhan ritual dan magis terdiri 74 jenis kelapa muda, daun nyangkuh, batang serta daun
mempunyai arti yang sangat penting bagi piji, daun tebu (Saccharum officinarum), bunga
kehidupan masyarakat Tengger yang berkaitan senikir, bunga edelweis, bunga padi, bunga
dengan adat dan budaya. Ritual adat masyarakat jagung, sayur mayur seperti ucet, kentang, siyem,
Tengger meliputi acara berkaitan dengan bawang prei, ketela rambat, apel, serta macam-
masyarakat umum, acara adat berkaitan dengan macam jajanan pasar.
kehidupan individu misalnya kelahiran, Karo merupakan hari besar masyarakat
perkawinan kematian serta acara adat berkaitan Tengger yang dilakukan satu tahun sekali jatuh
pertanaian, mendirikan rumah, gejala alam dan pada bulan Karo sering disebut Pujan Karo.
lingkungan. Masyarakat Tengger mempunyai Upacara mempunyai rangkaian panjang yaitu
adat yang unik, khas berbeda dengan masyarakat ngumpul artinya mempersiapkan, musyawaran
jawa, demikian pula masalah agama dan untuk menyambut Pujan Karo, mepek artinya
kepercayaannya yang berkembang berbeda persiapan mencukupi jalannya Pujan Karo, Pujan
agama Hindu Bali. Dukun Pandhita yang Pitu mempunyai makna mengundang roh leluhur,
merupakan pimpinan adat dan juga kepala prepegan dimana para ibu membuat kue-kue,
agama Hindu dan Budha yang sangat dihormati seperti pasung, tetel, lemper, pisang goreng.
oleh masyarakat Tengger. Dalam melakukan Sodoran adalah tarian sakral dilakukan untuk
acara adat mereka merasa bahagia, dilakukan tahun 2010 di desa Jetak kecamatan Sukapura
kebersamaan dan terlihat keakrabannya karena kabupaten Probolinggo dan di kecamatan Tosari
dalam saudara suku Tengger. Pemanfaatan kabupaten Pasuruan. Tari sodoran dimainkan
keanekaragaman hayati berkaitan dengan banyak pemain dimana struktur meliputi : kursi 7
pelaksanaan ritual adat, ritual pengobatan yang buah, sesajen, serbang dan tempat musik
dilakukan masyarakat Tengger merupakan hasil gamelan sarak (tanduk kerbau). Dalam tarian
budaya yang menarik untuk dilestarikan untuk sodoran diiringi gamelan dengan gending khas
memperkaya kahasanah budaya nusantara yang Tengger seperti Surabalen, rancakan jaten dan
unik. Tradisi yang yang telah diturunkan semasa titir, pada acara tersebut ibu-ibu Tengger
kerajaan Majapahit merupakan modal sosial, mengirim tumpeng bandungan yang dikemas
telah dipertahankan dengan baik oleh dengan kranjang dari janur. Sesajen meliputi
masyarakat Tengger, sehingga sangat menarik lemek, bunga senikir, tanalayu, bambu betung,
turis domestik maupun mancanegara yang gedang ayu (Musa paradisiaca L.), janur (Cocos
merupakan aset pengembangan pariwisata. nucifera L.). Nyadran merupakan acara ritual
Pada pelaksanaan ritual adat Kasada yang yang diakukan di Makam (pekuburan), dan
dipusatkan di Pura Poten dimana pemanfaatan sebagai penutupan upara Karo adalah tari ritual
keanekaragaman jenis tanaman budidaya (tandur ujung-ujungan mempergunakan prenjalin
tuwuh) digunakan berdasarkan keinginan (uni) (Calamus sp).
setiap orang untuk dipersembahkan kekawah Ritual sesaji berkaitan mendirikan rumah
gunung Bromo agar segala keinginan baik dalam disebut leliwet meliputi : ayam bakar atau
bidang pertanian, peternakan, kesehatan, ingkung (Gallus-gallus), kelapa muda 2 diikat
kedamaian keluarga dapat dikabulkan oleh Sang (Cocos nucifera), Jambe (Areca catechu) dengan
Hyang Widi. Disamping sesaji yang dilakukan di tongkol bunga, gedang ayu 2 tangkep (Musa
pure masyarakat Tengger juga melakukan sesaji paradisiaca), rian (Rosa sp), tangkai beserta daun
dirumah berupa gedang ayu (1 sisir pisang, sirih, beringin (Ficus benyamina L), bunga soka (Ixora
jambe, kapur), dalam bentuk tetamping paludosa Kurz), daun pandan wangi (Pandanus
diletakkan dibeberapa tempat seperti pintu, amarylifolius) dipotong kecil-kecil, bunga gladiol
sanggar, jeding, Danyang, Sanggar Pamujan. Jenis (Canna hybrida) biji jarak (Ricinus communis L)
sesaji meliputi ayam (Gallus gallus), dandanan dibakar diletakkan pada 1 tikar mendong, 2-3

4
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

bulir padi (Oriza sativa L), jika padi tidak ada material kayu, besi, pasir, bata, semen, cat,
dapat diganti bulir jagung, kupat dari beras dan bahkan tukang terkadang dari daerah lain.
janur (Cocos nucifera), lepet dari daun pisang Pemanfaatan jenis tumbuhan yang dipergunakan
didalam dapat beras atau jagung, kendi 2, dalam teknologi lokal dipilih sesuai pengalaman
dengan makanan diatas tampah ketan, wajik, turun temurun, seperti pembuatan rumah,
tetel, pasung, pepes dan satu perangkat pakaian peralatan rumah tangga, peralatan ritual adat,
laki-laki dan perempuan. peralatan pertanian, sehingga mereka dapat
Acara entas-entas atau adat jawa disebut mempertahankan jenis sesuai dengan
nyewu, dilakukan untuk mengentaskan roh lingkungannya. Jenis tali temali, tutus dari bambu
leluhur dengan acara puncak pembakaran petra. jajang sering dipergunakan tali petra, pocong
Petra dibuat oleh wong sepuh dengan susunan jagung untuk disigir, kulit waru, debog pisang dan
daun pampung dimaksudkan tempat duduk atau kulit paitan. Pemanfaatan kayu lokal seperti
lemek, bunga senikir untuk menyingkirkan roh cemara, bambu betung, bambu jajang, albisia,
jahat, tanalayu agar roh diterima sang Hyang akasia, jambu wer, dadap, kembang sangat
Widi, tusuk bambu melambangkan tulang, tali membantu baik untuk bangunan rumah maupun
bambu agar tidak lepas sebagai otot, kuali kayu bakar, namun demikian pemerintah desa
dilabangkan kawah dan cowek simbul lautan maupun dinas terkait telah bekerja sama
pasir gunung Bromo. mempertahankan cemara gunung, budidaya
Tanaman Buah-buahan pohon suren, keningar, jambu wer, jabon, mindi
Keanekaragaman buah-buahan yang pada tempat yang rawan longsor.
dimanfaatkan masyarakat Tengger 50 jenis, Tanaman obat
sebagian besar dari luar Tengger. Jenis tumbuhan Tanaman obat 118 jenis digunakan untuk
buah-buahan yang baik hidup pada ketinggian menyembuhkan 60 gejala penyakit di masyarakat
diatas 1700 m dpl. adalah srikoyo (Carica Tengger seperti dringu (Acorus calamus), poo,
pubescent), jambu wer (Prunus pérsica), stroberi, daun dadap, adas (Foeniculum vulgare), bawang
terong belanda, grunggung, besaran, pisang raja putih (Allium sativum) obat panas masuk angin
(Musa paradisiaca), pisang salek, pisang cici, dan perut kembung, air kuncup kecubung gunung
cimplukan (Physalis minima). Pada desa Tengger (Brugmansia candida) obat sakit mata. jambu
dibawah ketinggian 1000 m dpl. tanaman buah wer (Prunus persica) kau ampet obat mencret,
lebih banyak dan bervariasi apel di desa buah cimplukan (Physalis minima), getah pohon
Gubuklakah, desa Kayu kebek, berbagai macam pisang, rizoma alang-alang obat luka, tanaman
jenis pisang, pepaya (Carica papaya) namun tepung otot (Stellaria saxatilis), suripandak
demikian masyarakat Tengger berusaha (Plantago mayor) obat kesleo, pegal linu. Untuk
menanam tanaman buah jenis dari bawah, melancarkan buang air besar sariawan pepaya
hasilnya tidak baik, bahkan dapat tumbuh buah (Carica pubescent), grunggung, pulosari (Alyxia
kecil atau tidak berbuah. reinwardtii), calingan (Rubus rosaefolius), lobak
Tanaman bahan bangunan, kayu bakar, tali (Raphanus sativus), sawi ireng (Brasicca sp),
temali dan teknologi lokal poo/kayu putih (Melaleuca leucadendron), buah
Keanekaragaman bahan bangunan, kayu pisang (Musa paradisiaca), lombok udel
bakar, tali temali, teknologi lokal meliputi 52 (Solanum capicastrum), ganyong (Canna edulis),
jenis, sebaga bahan bangunan rumah, jembatan Calocasia esculenta. Akar sempretan (Eupatorium
dan kayu bakar paling baik cemara (Casuarina sp), jahe (Zingiber officinale), kunyit, kulit
junghuhiana), jenis lain kayu danglu, damar, keningar, jae wono, kencur (Kaempferia
dadap, kayu Kalimantan (kamper), pasang, galangal), purwoceng, buah klandingan, ketirem,
kembang, acasia. Pemanfaatan kayu bakar Lombok terong, ranti, dipergunakan menambah
merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat vitalitas tubuh. Menurut Indriyani et al, 1997 dan
Tengger digunakan penghangat badan didepan Hidayat, et al 2006 sempretan mempunyai harga
perapian atau tumang, sedang arang dijual tinggi sehingga rawan pencurian, demikian pula
perkarung untuk kayu cemara Rp. 35.000 atau 1 purwoceng (Pimpinella pruacan), pronojiwo,
pikul Rp. 70.000. Tata ruang perumahan dan pulosari sudah langka dan rawan [12;13].
rumah Tengger sangat khas dimana Pengetahuan tradisional mereka terhadap
menggerombol, dimana rumah selalu terdapat tumbuhan obat sangat baik yang telah
pawon dengan susunan tumang, dingklik dan diturunkan dari generasi kegenerasi dan telah
lincak. Pembangunan rumah masyarakat Tengger terakumulasi, namun sekarang mulai terancam
cukup mahal karena harus mendatangkan punah akibat perubahan sosio-budaya yang

5
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

secara umum mempengaruhi nilai-nilai sosial, menanam rumput gajah dalam bentuk
dimana generasi mudanya mencari alternatif komplangan. Hewan Ternak yang dipelihara sapi
yang lebih praktis. Pengetahuan obat tradisional pedaging saja artinya beli pedet jantan untuk
mereka hanya terbatas oleh kelompok tua-tua dibesarankan atau penggemukan. Cara
dan hal ini juga mereka lebih memilih ke pak pemeliharaan ternak dengan membuat kandang
mantri, puskesmas, Polindes, bidan, dukun bayi di ladang jauh dari perkampungan untuk
yang telah dibelkali ilmu kesehatan. Teknologi mengatasi dampak lingkungan dan kesehatan
pengobatan akhirnya tidak berkembang secara dan hal ini didukung keamanan wilayah Tengger
baik, apalagi penggunaanya kurang praktis dan yang aman. Jenis ternak sekitar rumah berupa
cepat, sehingga sekarang dapat dikatakan hanya ayam kampung (Gallus-gallus) untuk pemenuhan
beberapa jenis saja yang dimanfaatkan, terbatas protein hewani dan pemanfaatan ritual adat
pada pengetahuan orang tua mereka. Tanaman konservasi dan liar
Pengobatan secara rasional dilakukan dengan Tanaman konservasi utama sebagai
menggunakan cara bagian tanaman direbus, penahan erosi : cemara gunung (Casuarina
ditumbuk, dbobok, diminum, dioles dengan junghuhniana) tanaman ini monopoli di lahan
mempergunakan satu jenis tumbuhan atau pertanian Tengger, karena kekuatan perakaran,
beberapa jenis serta bagian organ tumbuhan kayu serta fungsinya tanaman tersebut, jenis lain
yang diperkirakan bermanfaat. Pengobatan seperti danglu, kayu kebek (Ficus sp), jarak
irrasional masyarakat Tengger dilakukan melalui (Ricinus comunis), acasia, kecubung (Brugmansia
metoda suwuk melalui mantera serta pilis candida), putihan (Buddleya indica), mentigi,
dengan tanah, sedangkan percampurannya keningar, trabasan, rumput gajah sebagai batas
antara metoda rasional dan suwuk. sabuk gunung. Menurut Steenis, 1972 dan
Tanaman bumbu, pewarna, rokok dan Anonim, 1997 pada zona sub montane (750-1500
kecantikan m.dpl.) memiliki tingkat keanekaragaman jenis
Keanekaragaman tumbuhan bumbu, rokok, dan kerapatan tinggi, didominasi familia
pewarna dan kecantikan (36 jenis) meliputi Fagaceae, Moraceae, Lauraceae, Rubiaceae
tanaman seperti tanaman tembakau (Nicotiana Sterculiaceae, Araceae, Pandanaceae, Poaceae,
tabacum), kopi (Coffea arabica), kinang (jambe, Orchidaceae dan zona submontane (1500 – 2400
gambir, sirih, injet) dan bumbu seperti tumbar, m dpl), terutama alang-alang (Imperata
bawang putih, bawang prei, bawang merah, cylindrica), adas (Foeniculum vulgare), edelweiss
jarak. Tumbuhan pewarna meliputi kunir, denges (Anaphalis longifolia), senduro (Anaphalis
(Hibiscus tiliaceus), arang kelapa dan untuk javanica), cemara (Casuarina junghuhniana),
kecantikan, tepung beras (Oriza sativa), gambir, paku-pakuan, akasia (Acacia decurens) [26;4].
minyak kelapa (Cocos nucifera), bunga mawar Wilayah Tengger mulai dari ketinggian 950-2200
(Rosa hybrida). Jenis pewarna bagi masyarakat m dpl berbukit sehingga metode bercocok tanam
Tengger sudah berlangsung turun temurun khas, pada umumnya tumpang sari pada lahan
terutama dipergunakan untuk nginang (gambir, terasiring, teras bangku, struktur tanaman
sirih, injet), namun sekarang sudah bergeser konservasi tanaman cemara gunung tepi sebagai
bahan modern, baik laki-laki dan perempuan batas lahan, rumput astruli dipergunakan sebagai
merokok. penahan erosi pada petak tengah, sekaligus
Tanaman pakan ternak sebagai pakan ternak. Terasiring dipergunakan
Jenis ternak utama meliputi sapi, babi, agar tanah tidak mlotrok atau terkena erosi air
kambing, domba dan ayam, sedang jenis harus diberi jalan air dimana arah tergantung
tanaman pakan ternak terdiri 44 jenis dari 12 arah kemiringan. Sruktur jalan menyabuk, datar,
familia terutama rumput astruli, alang-alang lurus, miring sesuai aliran air pada waktu hujan
(Imperata cylindrica), genggeng, pinjalan, sedang disamping untuk jalan setapak dan pengambilan
jenis lain, teki (Cyperus rotundus), grinting hasil panen. Arah mencangkul tergantung apakah
(Cynodon dactylon), jagung (Zea mays) dsb. pereng, datar atau pada pusung (bukit): dapat
Untuk mengatasi makanan ternak yang dengan jalan dari bawah keatas, atau dari
jumlahnya semakin bertambah masyarakat samping. Bentuk teras dari hampir datar sampai
Tengger bekerja sama dengan Perhutani 70 derajat sehingga bagi yang tidak terbiasa

6
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

Gambar 1. Katagori nilai ICS tumbuhan berguna pada masyarakat Tengger.

sangat menakutkan dalam mengolah tegalan, teknologi lokal serta menghasilkan varietas lokal
mereka menanam tanaman budidaya biasanya Tengger dengan gandum rasa lebih gurih dan
tidak mengenal musim terutama tropong tetapi tahan di perut. Bergesernya gandum menjadikan
jika masih ada hujan karena kabut juga jenis keanekaragaman hayati semakin
membawa air. Faktor lingkungan yang menghilang dari bumi Tengger, ini akan
menyebabkan kerusakan di Tengger yaitu uap berimplikasi jika terjadi keanikan harga beras.
belerang, embun upas, abu vulkanik dan longsor. Dampak perubahan di Tengger sesuai
Nilai Indek Kepentingan Budaya (ICS) dan UVs dikemukakan Rambo 1983 bahwa subsistem
Nilai indek kepentingan budaya (ICS), nilai sosial dengan subsistem ekosistem saling
kualitas (quality value), nilai intensitas (intensity berinteraksi sangat erat dan teratur memerlukan
value), nilai eklusivitas (exclusive value) energi, materi dan informasi [21]. Pemanfaatan
berdasarkan perhitungan secara kuantitatif serta jenis gandum masa lalu mempunyai indek
pendekatan berdasarkan kualitatif merupakan kepentingan secara kualitatif sebagai bahan
suatu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pokok masa lalu. Sedangkan sayuran yang
keberadaan dan pemanfaatan suatu jenis mempunyai nilai tinggi (9 jenis) adalah bawang
tumbuhan (Turner, 1988; dalam Purwanto prei, kentang dan kobis banyak dibudidaya, buah
2002). Dari jumlah 309 jenis tumbuhan (Gambar, pisang, kayu cemara, astruli untuk pakan ternak
1) yang dimanfaatkan padi memiliki nilai ICS dengan nilai 40-68, hal ini menunjukkan nilai
paling tinggi yakni 70, dimana digunakan sebagai ekonomi sebagai pilihan dalam strategi pertanian
makanan sehari-hari, kebutuhan ritual, walaupun di wilayah Tengger. Pemanfaatan
masyarakat Tengger tidak menanam padi, namun keanekaragaman tumbuhan yang berguna, baik
dapat beras mudah didapat dari suplai dari luar bahan pangan, obat, pakan ternak, pupuk
Tengger. Kearifan lokal diperlukan untuk tidak terutama diambil dari lingkungan setempat dan
merubah kebiasaan makan gandum yang sebagian dari luar daerah.
dipertahankan berabat-abat dan mempunyai

Gambar 2. Katagori nilai UVs tumbuhan berguna pada masyarakat Tengger

7
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

Nilai UVs dari 306 jenis sangat tinggi (2 Saran


jenis) dengan nilai (> 69) mempunyai arti semua Diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi
bagian organ tumbuhan sangat berguna dalam tentang keanekaragaman hayati di Bromo
pemanfaatan dan pengelolaan di masyarakat Tengger Semeru, wilayah konservasi TNBTS,
Tengger. Nilai UVs terdiri dari 3 kelompok, Perhutani agar terjalin dengan baik yaitu melalui
meliputi katagori sangat tinggi sebanyak 2 jenis, pendekatan partisipasif dan kerjasama melalui
tinggi 18 jenis. sedang 60 jenis dan rendah 226 lintas sektoral saling menguntungkan.
jenis (Gambar 2). Tumbuhan cemara dan mentigi Pemanfaatan dan pengelolaan keanekaragaman
mempunyai nilai UVs 3,5 artinya bahwa hayati di wilayah Tengger secara mandiri dapat
tumbuhan tersebut mempunyai manfaat untuk dikembangkan sebagai bentuk sistem yang
digunakan baik sebagai konservasi, ritual, kayu lestari untuk konservasi alam, sehingga dapat
bakar, bangunan. Katagori nilai UVs 2,5-3,4 membantu dalam menjembatani celah praktek
meliputi jenis tumbuhan konservasi, adas tradisional dan ilmiah sebagai mata rantai
mempunyai UVs tinggi tapi sekarang jarang program pembangunan berkelanjutan.
dipergunakan, sedang, dringu, jambu wer, pisang
dan jarak dalam acara ritual dipergunakan secara UCAPAN TERIMA KASIH
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Penulis mengucapkan terima kasih Proyek IM-
Keberadaan pemukiman masyarakat here, sehingga penelitian dapat berjalan. Prof.
Tengger sebagai daerah penyangga secara Dr. Dede Setiadi MS, Dr.Tatik Chikmawati, Dr.
langsung maupun tidak langsung dapat Purwanto APU yang telah memberikan
mempengaruhi terhadap wilayah konservasi pengarahan penelitian, Kepala BBTNBTS, Kepala
maupun hutan lindung. Namun demikian hal ini Perhutani, Kepala-kepala daerah di empat
dapat diantisipasi dengan kerjasama saling Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan dan
menguntungkan dalam meningkatkan Lumajang, Petinggi desa, Dukun Pandhita se
kesehjahteraan penghidupan, pemukiman, wilayah Tengger. Penulis juga mengucapkan
pendidikan, sarana dan prasarana, transportasi, terima kasih kepada pihak semua pihak yang
wisata, keamanan hukum formal dan hukum yang telah membantu penelitian dan
adat. Pembinaan masyarakat perlu didukung baik penyelesaian naskah ini.
melalui pendidikan atau pengetahuan,
ketrampilan serta diversifikasi modal usaha.
Pemanfaatan kayu bakar dapat ditanggulangi DAFTAR PUSTAKA
kepemilikan lahan sendiri yang biasanya ditanam [1]. Anonim. 1984. Rencana Karya Lima Tahun
ditegalan sebagai pembatas lahan. Budidaya Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
serta pemanfaatan rumput gajah di teras tegalan, (TN.BTS). Departemen Kehutanan
komplangan Perhutani sangat berguna sebagai Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
pakan ternak dan penahan erosi. pelestarian Alam Balai Konservasi Sumber
Daya alam IV. Malang.
KESIMPULAN DAN SARAN [2]. Anonim. 1999. Potret Desa Penyangga
Kesimpulan Taman Nasional Bromo Tengger semeru
Pengetahuan tentang tumbuhan Departemen Kehutanan direktorat Jenderal
masyarakat suku Tengger, penggolongan, Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam.
identifikasi, penamaan jenis-jenis tumbuhan Balai Taman Nasional Bromo Tengger
dilakukan untuk memudahkan pengenalan, Semeru (BTN BTS). Malang.
pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya hayati, [3]. Anonim. 1995. Laporan Inventarisasi Flora
mereka secara turun temurun telah Penting Taman Nasional Bromo Tengger
memanfaatkan 309 jenis tumbuhan untuk Semeru TN.BTS). Departemen Kehutanan
berbagai keperluan dalam kehidupannya. Hasil Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
perhitungan nilai ICS padi mempunyai nilai Pelestarian Alam. TN.BTS Malang.
tertinggi 70, sedangkan nilai UVs, 2 jenis [4]. Anonim. 1997. Laporan Inventarisasi Flora
tumbuhan cemara dan mentigi mempunyai nilai (Tanaman Obat-obatan dan Tanaman Hias)
pemanfaatan bagian organ paling tinggi sebagai di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
tanaman konservasi. (TN.BTS). Departemen Kehutanan direktorat
jenderal perlindungan hutan dan
pelestarian Alam. Malang

8
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

[5]. Anonim. 2008. Rencana Kerja (RENJA) Balai [18]. Purwanto, Y. 2007. Hasil hutan Bukan Kayu
Besar Taman Nasional Bromo Tengger (NTFPs) : Terminologi dan Perannya Bagi
Semeru (BBTN BTS) Tahun 2009. Masyarakat di Sekitar Hutan. (tidak
Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal dipublikasikan) Laboratorium Etnobotani.
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Pusat penelitian Biologi LIPI. Bogor.
Malang. [19]. Purwanto, Y. 2003. Metode Penelitian
[6]. Backer, C. A. and R. C. Bakhuizen Van Den Etnobotani. (tidak dipublikasikan)
Brink 1963. Flora of Java. Vol. I, II, III Laboratorium Etnobotani, Bidang Botani
(Spermatophytes Only) N. V. P. Noordhoff. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Bogor
Groningen- The Netherlands. [20]. Primack, R. B.; J. Supriatna, M.; Indrawan,
[7]. Berlin, B. 1992.Ethnobiological Classification P.; Kramadibrata. 1998. Biologi
Principles of Catagorization Traditional Konservasi.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Socioeties. Princeton University Press. New [21]. Rambo, A.T. 1983. Conceptual Approaches
Jersey. to Human Ecology. East-West Environment
[8]. Cotton, C.M. 1999. Ethnobotany:, Principle and Policy Institute, East-West Center,
and Applications. John Wiley & Sons. New Honolulu, Hawaii. USA. Research Report
York, USA. Chichester, Brisbane, Toronto, No.14:6, p 1-26.
Singapore. [22]. Rifai, M. A. (1994). A Discourse on
[9]. Ellen, R. 1993. The Cultural Relations of Biodiversity Utilization in Indonesia. Tropical
Classification. An Analysis of Nuaulu Animal Biodiversity 2(2) : 339.
Catagories from Central Seram.Cambridge [23]. Sastrapradja, D. S. et al. 1989.
University Press. Keanekaragaman Hayati Untuk
[10]. Friedberg, C. 1990. Le Savoir botanique des Kelangsungan Hidup Bangsa. Pusat
Bunaq Percevoir et classer dans le Haut Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
Lemaknen (Timor, Indonesie). Memoires du –LIPI. Bogor.
Museum Nati d’Histoire Naturelle. [24]. Sheil, D. et al., 2004. Mengeksplorasi
Botanique. Tome 32 : 303 p. keanekaragaman Hayati, Lingkungan dan
[11]. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Pandangan Masyarakat Lokal Mengenai
Indonesia Jilid I-IV. Badan Litbang Lanskap Hutan. CIFOR, Bogor.
Kehutanan dan Yayasan Sarana Wana Jaya. [25]. Soekarman, Riswan, S. 1992. Status
Jakarta. Pengetahuan Etnobotani di Indonesia
[12]. Hidayat, et al.; (2006). Kajian Status Prosiding Seminar Etnobotani Balitbang
Konservasi Tumbuhan Obat Langka di Jawa : Botani-Balitbang biologi, LIPI. Bogor.
Ekspedisi di Taman Nasional Bromo Tengger [26]. Steenis, C.G.G.J. van 1972. The Montain
Semeru, Jawa Timur LIPI Bogor. Flora of Java. Rijkherbarium leiden
[13]. Indriyani. S. Batoro, J dan Ekowati, G. 2007. Netherlands.
Inventarisasi Jenis dan Potensi Tanaman [27]. Steenis, C.G.G.J. van 1987. Checklist of
Obat Suku Tengger, Taman Nasional Bromo Generic Names in Malesian Botany
Tengger Semeru (TN.BTS). Unibraw. Rijksherbarium Leden, Netherlands.
Malang. [28]. Stibbe, D. G. and Uhlenbeck, U.M. 1921.
[14]. Martin, G. J. 1988. Ethnobotani. Sebuah Tengger, Encyclopedie van Nederlandch-
Manual Pemeliharaan Manusia dan Indie Leiden.
Tumbuhan. Natural History Publications, [29]. Suyitno, 2001. Mengenal Upacara
Borneo. Tradisional Masyarakat Suku Tengger. Ttt:
[15]. Mc. Neely, J.A. et al. 1990. Conserving the Satubuku.
Worlds Biodiversity. Word Bank, WRI, IUCN, [30]. Sukari, et al. 2004. Kearifan Lokal Di
CL and WWF. Washington DC. Lingkungan Masyarakat Tengger Kabupaten
[16]. Nurudin, et al. editor 2004. Agama Pasuruhan, Propinsi Jawa Timur.
Tradisional : Potret Kearifan Hidup Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata
Masyarakat Samin dan Tengger. LKIS Deputi Pelestarian Dan pengembangan
Yogyakarta. Kebudayaan Balai Kajian Sejarah Dan Nilai
[17]. Odum, Eugene Pleasants, 1971. Tradisional Yogyakarta Proyek Pemanfaatan
Fundamentals of ecology. Elsevier - Health Kebudayaan Daerah DIY.
Sciences Division. [31]. Taylor, P. M. 1990. The Folk Biology of the
Tobelo People A Study in Folk

9
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Masyarakat Tengger (Batoro, et al.)

Classification. Smithsonian Institution Press.


Washington. D. C.
[32]. Toledo, M.V. 1992 What is Ethnoecology?
Origen, Scope and Implications of A Rising
Dicipline. Ethnoecologica 1(1) : 5 – 21.
[33]. Turner, N.J. (1988). “The Importance of a
Rose” : Evaluating the Cultural Significance
of Plants in Thompson and Lillooet Interior
Salish. Royal British Columbia Museum,
British. 274p.
[34]. Waluyo, E. K. 2008. Review : Research
Ethnobotany in Indonesia and the Future
Perspectives. Biodiversitas 9(1) 59-63.
[35]. Widyaprakosa, S. 1994. Masyarakat Tengger
: Latar Belakang Daerah Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru, Kanisius.
Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai