Anda di halaman 1dari 56

BAB X

USULAN (PROPOSAL) PENELITIAN EPIDEMIOLOGI


Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang usulan (proposal) epidemiologi.
Kemampuan Akhir yang diharapkan
Menjelaskan tentang usulan (proposal) epidemiologi.

10.1. Pengertian Usulan (Proposal) Penelitian Epidemiologi


Seperti telah diuraikan sebelumnya, proses penelitian itu pada garis besarnya
terdiri dari empat (4) tahap, yaitu:
1. Tahapan Persiapan (Perencanaan).

2. Tahapan Pelaksanaan (Pengumpulan Data).

3. Tahapa Pengolahan dan Analisis Data.

4. Tahap Penulisan Hasil Penelitian (Laporan).

Pada tahap persiapan ini mencakup kegiatan-kegiatan pemilihan


(perumusan) masalah sampai dengan penyusunan instrumen (alat
pengukur/pengumpulan data). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap
persiapan ini biasanya dirumuskan dalam bentuk usulan atau proposal penelitian.
Usulan penlitian ini biasanya dibedakan menjadi dua versi, yaitu:
1) Usulan penelitian dimana hasil penelitian nanti fokusnya diarahkan kepada
pemecahan masalah atau mencari informasi yang akan digunakan untuk
memecahkan suatu masalah atau keperluan program. Dengan kata lain,
usulan penelitian untuk kepentingan program.
2) Usulah penelitian, dimana hasilnya difokuskan kepada kepentingan ilmu
pengetahuan atau karya ilmiah, misalnya untuk membuat skripsi, tesis, atau
disertasi dan sebagainya. Usulan ini lebih terinci dan lebih rumit
dibandingkan dengan versi yang pertama.
Format kedua versi usulan penelitian ini sedikit bebeda meskipun pada
prinsipnya adalah sama. Di bawah ini akan diuraikan sedikit tentang format atau
out line usulan penelitian, khususnya untuk kepentingan penulisan ilmiah.
1. Judul penelitian.

2. Latar belakang masalah.

3. Perumusan masalah.

4. Tujuan penelitian :

a. Umum

b. Khusus

5. Manfaat penelitian.

6. Tinjauan kepustakaan.

7. Kerangka konsep hipotesis dan definisi operasional.

8. Metode penelitian :

a. Jenis penelitian.

b. Populasi dan sampel.

c. Cara pengumpulan data.

d. Instrumen (alat pengumpulan data).

e. Rencana pengolahan dan analisis data.

9. Rencana kegiatan.

10. Organisasi penelitian.

11. Rencana biaya (anggaran).

12. Daftar kepustakaan.

Sedangkan usulan penelitian survei yang pertama atau untuk program, format
biasanya sesuai dengan selera atau aturan dari pihak pemberi dana. Tiap-tiap
pemberi dana (donor agencies) biasanya menentukan sendiri format penelitiannya
sendiri-sendiri. Namun demikian, sekurang-kurangnya mencakup pokok-pokok
seperti di bawah ini:
1. Judul penelitian.

2. Latar belakang masalah.

3. Perumusan masalah.

4. Tujuan penelitian.

5. Manfaat penelitian.

6. Metode penelitian

a. Jenis penlitian.

b. Populasi dan sampel.

c. Cara pengumpulan data.

d. Alat pengumpulan data.

e. Rencana pengolahan.

7. Rencana kegiatan.

8. Organisasi penelitian.

9. Rencana anggaran.

Selanjutnya akan diuraikan secara lebih terinci format usulan penlitian untuk
kepentingan penulisan skripsi, thesis dan disertasi. (Notoatmodjo, 2015).

10.2. Format Usulan (Proposal) Penelitian


1. Judul Penelitian

Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan penelitian. Oleh karena


tujuan penelitian itu dirumuskan dari masalah penelitian atau dengan kata lain,
tujuan penelitian itu merupakan jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan
penelitian, maka judul penelitian juga mencerminkan masalah penelitian. Apabila
suatu penelitian berjudul ketidak sinambungan imunisasi polio pada anak-anak
balita di wilayah Kabupaten Bogor, maka hal ini mencerminkan bahwa masalah
yang dihadapi oleh Kabupaten Bogor pada saat itu adalah bahwa angka “drop out”
atau ketidaksinambungan imuniasi sangat tinggi. Judul penelitian tersebut juga
mencerminkan bahwa tujuan penelitian akan mencoba mengungkapkan masalah-
masalah (faktor-faktor) yang menyebabkan ketidaksinambungan imuniasai polio
tersebut di Kabupaten Bogor. Dengan kata lain, penelitian ini secara implisit akan
mencari faktor-faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan “drop out” atau
ketidaksinambungan imuniasai polio pada anak balita.
2. Latar Belakang Masalah

Dalam latar belakang masalah penelitian, akan diuraikan fakta-fakta,


pengalaman-pengalaman si peneliti, hasil-hasil penelitian dari orang lain, atau teori-
teori yang melatar belakangi masalah yang ingin diteliti. Dengan uraian tentang
fakta, pengalaman dan teori-teori tersebut maka orang lain (pihak pemberi dana atau
pembimbing) diyakinkan bahwa masalah yang akan diajukan tersebut cukup
penting, dan cukup “justified”. Dalam latar belakang harus dengan jelas diuraikan:
Mengapa masalah tersebut dipilih? Apa justifikasinya, mengapa penelitian itu
diadakan di wilayah tertentu?
Apabila judul penelitian seperti contoh tersebut di atas (Ketidaksinambungan
Imunisasi Polio pada Anak Balita di Wilayah Kabupaten Bogor), maka latar
belakang harus diuraikan :

a. Peranan atau pentingnya imuniasai polio bagi anak balita.

b. Masalah polio di Indonesia dan program imunisasi polio di Indonesia.


c. Masalah drop out atau ketidaksinambungan imuniasai polio secara umum di
Indonesia.
d. Masalah drop out imuniasai polio di Kabupaten Bogor.
Agar masalah yang akan diteliti tersebut cukup “justified” uraian latar belakang
tersebut harus didukung atau disertai dengan data atau fakta-fakta empiris.

3. Perumusan Masalah

Sebelum diuraiakn bagaimana merumuskan masalah penelitian, terlebih


dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan masalah. Masalah adalah
kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan
atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Kembali kepada contoh
judul penelitian tersebut di atas, itu bersumber kepada masalah penelitian yang ada,
yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu
berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II, dan polio III, tetapi
kenyataannya atau yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita
hanya memperoleh imunisasi polio I saja).
Contoh lain: penyuluhan dan kampanye tentang posyandu di Indonesia telah
meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi kesehatan
maupun di luar kesehatan, baik oleh petugas maupun oleh masyarakat sendiri.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan
dimanfaatkan dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat, tetapi dari hasil pada
tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat mengembangkan, memelihara, dan
memanfaatkan posyandu. Disinilah adanya kesenjangan atau gap, dan inilah
masalah penelitian.
Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-
uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian baik yang akan
digunakan untuk kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah
dapat digunakan kriteria-kriteria akan diuraikan dalam bab lain.
Merumuskan masalah penelitian ini dapat dilakukan dalam bentuk
pernyataan (problem statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research
question).

Contoh : Posyandu di Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW mempunyai


posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di
posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi, sekitar
75%. Hal ini berarti kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten
Bogor tersebut rendah. Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan
dengan pernyataan penelitian:
a) Mengapa kesinambungan imuniasai polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor
rendah (mengapa angka drop out imuniasai polio tinggi)?
b) Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidak sinambungan
imunisai polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor rendah.
4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana, atau data (informasi)
apa yang akan dicari melalui penelitian itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati (observable) dan dapat diukur
(measurable), misalnya:
a. Memperoleh informasi (data) tentang jumlah pemeriksaan ibu-ibu hamil di
Kecamatan “X“ selama kehamilan.
b. Memperoleh informasi tentang hubungan antara frekuensi pemeriksaan
kehamilan dengan BBL (Berat Badan Bayi Lahir).
Biasanya tujuan penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan khusus pada hakikatnya adalah penjabaran dari tujuan
umum. Contoh:
Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan
dengan terjadinya diare di wilayah Kota Jakarta Pusat.

Tujuan Khusus

a. Diketahuinya jenis sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat Jakarta
Pusat.
b. Diketahuinya kondisi/kualitas fisik sarana air bersih tersebut.

c. Diketahuinya hubungan antara kualitas fisik saran air bersih dengan kualita
airnya.
d. Diketahuinya hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kejadian
diare.
Apabila tujuan umum suatu penlitian tidak dapat atau tidak perlu
dispesifikasikan lagi, maka tidak perlu adanya tujuan umum dan khusus cukup
dibuat “Tujuan Penelitian“ saja.

5. Manfaat Penelitian
Yang dimaksud dengan menfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian
nanti, baik bagi kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu
pengetahuan. Oleh sebab itu dalam manfaat penelitian ini harus diuraikan secara
terinci manfaat atau apa gunanya hasil penelitian nanti. Dengan kata lain, data
(informasi) yang akan diperoleh dari penelitian tersebut akan dimanfaatkan untuk
apa, dalam rangka pengembangan program kesehatan. Dari segi ilmu dan atau
informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut mempunyai kontribusi apa bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Contoh :

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan
upaya-upaya pencegahan diare khususnya di wilayah Kota Jakarta Pusat.
2) Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan
masyarakat khususnya di bidang sanitasi lingkungan (untuk ilmu).

Beberapa peneliti (mahasiswa) kadang-kadang manfaat penelitian ini juga


dilihat dari kepentingan pribadi peneliti, yakni sebagai pengalaman proses belajar
mengajar khususnya dalam bidang Metodologi Penelitian, tetapi menurut penulis
hal ini tidak perlu dimasukkan dalam manfaat penelitian.
6. Tinjauan Kepustakaan (Literature Review)

Untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam usulan penelitian,


diperlukan tinjauan kepustakaan yang kuat. Tinjauan kepustakaan ini sangat
penting dalam mendasari penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan kepustakaan ini
biasanya mencakup dua hal:
a. Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Hal ini
dimaksudkan agar para peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar
untuk mengembangkan atau mengidentifikasi variabel-variabel yang akan
diteliti (diamati). Lebih dari itu dengan tinjauan teori ini dimaksudkan agar
peneliti dapat meletakkan atau mengidentifikasi masalah yang ingin diteliti itu
dalam konteks ilmu pengetahuan yang sedang digeluti. Oleh sebab itu, sering di
dalam tinjauan kepustakaan ini diuraikan “kerangka teori“ sebagai dasar untuk
mengembangkan “kerangka konsep penelitian“.
b. Tujuan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti.
Hal ini penting, disamping akan memperluas pandangan dan pengetahuan
peneliti, juga peneliti dapat menghindari “pengulang“ dari penelitian-penelitian
yang telah dilakukan oleh orang lain (menjaga originalitas penelitian).
Dalam tinjauan kepustakaan ini, peneliti (calon peneliti) hanya mencoba
meninjau atau “review” terhadap teori-teori dan hasil-hasil penelitian orang lain,
apa adanya saja. Hal ini berarti bahwa pemikiran dan pendapat-pendapat pembuat
proposal penelitian tidak seyogyanya dimasudkan ke dalam “tinjauan kepustakaan“
tersebut.

7. Kerangka Konsep dan Hipotesis

a. Kerangka Konsep

Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah
penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu “kerangka
konsep penelitian“. Yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah
yang ingin diteliti.
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
suatu pengertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus
dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati
dan diukur.
Contoh: ekonomi keluarga adalah suatu konsep untuk mengukur konsep
ekonomi, dapat melalui variabel pendapatan atau pengeluaran keluarga. Tingkat
sosial adalah merupakan konsep, maka untuk mengukur tingkat sosial seseorang
dapat melalui variabel-variabel, dan pekerjaan misalnya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “kerangka konsep”
penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-
variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang dimaksud.
Contoh : Kerangka Konsep Penelitian pada bagan 4.1

Konsep-konsep (variabel-variabel) yang akan diamati berdasarkan contoh tersebut


adalah: pendidikan, perilaku, status sosial ekonomi konsumen, dan kualitas sarana
air bersih, kualitas air bersih sebagai independent variabels (variabel bebas) dan
kejadian diare sebagai dependent variabels (variabel terikat). Sekaligus penelitian
ini akan membuktikan pengaruh dari tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel
terikat (kejadian diare). Namun demikian kualitas air bersih sebagai variabel
dependen untuk variabel-variabel bebas: pendidikan, kualitas sarana air bersih,
status ekonomi, dan lain sebagainya
b. Hipotesis

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa hipotesis adalah suatu jawaban


sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam
bentuk hubungan antara dua variabel, variabel bebas, dan variabel terikat. Hipotesis
berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan
pernyataan yang harus dibuktikan. Kalau hipotesis tersebut terbukti maka menjadi
“thesis”. Lebih dari itu rumusan hipotesis itu sudah akan tercermin variabel-
variabel yang akan diamati atau diukur dan bentuk hubungan antara variabel-
variabel yang akan dihipotesiskan. Oleh sebab itu hipotesis seyogyanya: spesifik,
konkret, dan “observable” (dapat diamati/diukur). Kadang-kadang hipotesis
tersebut dapat dijabarkan ke dalam hipotesis-hipotesis yang lebih spesifik lagi
(subhipotesis). Beberapa orang sering membedakan adanya hipotesis mayor dan
hipotesis minor. Hipotesis mayor masih lebih bersifat umum, sedangkan hipotesis
minor merupakan penjabaran hipotesis mayor, oleh sebab itu bersifat khusus
(spesifik).
Contoh : Hipotesis (hipotesis mayor).

Kualitas air bersih ditentukan oleh kualitas sarana air bersih, perilaku, pendidikan
dan sosial ekonomi keluarga.
Sub hipotesis (hipotesis minor).

1. Makin tinggi pendidikan makin baik kualitas air bersihnya.

2. Makin baik kualitas air bersih, makin baik kualitas air bersih.

3. Makin baik perilaku, makin baik kualitas air bersih.

4. Makin tinggi tingkat ekonomi, makin baik kualitas air bersih.

Apabila suatu hipotesis sudah spesifik, dan sudah tidak perlu dijabarkan lagi, maka
hipotesis minor (subhipotesis) tidak perlu disusun lagi.
c. Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel


diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “definisi
operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk menngarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur).
Contoh :

1. Sarana air bersih

Bangunan atau alat yang digunakan untuk mendapat air bersih, berupa sumur
pompa tangan, sumur gali, pam, dan sebagainya.
2. Diare

Gangguan/penyakit perut yang ditandai dengan mencret/berak-berak encer


lebih dari 3 kali sehari.

3. Anemia ibu hamil

Keadaan kadar hemoglobin di dalam darah ibu hamil yang lebih rendah
daripada nilai normal, yaitu 11 gram%.
Pada waktu menyusun Do (definisi Operasional Variabel) biasanya sekaligus
diidentifikasi skala pengukuran variabel yang digunakan, apakah nominal, ordinal,
interval, atau rasio, misalnya variabel air bersih tersebut menggunakan skala
pengukuran ordinal (baik, sedang, kurang) dan lain sebagainya.
8. Metode Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan tentang metode atau cara yang akan digunakan
dalam penelitian. Oleh sebab itu, dalam uraian itu telah tercermin langkah-langkah
teknis dan operasional penelitian yang akan dilaksanakan. Beberapa peneliti
menggunakan istilah “desain penelitian” (research design) karena dari situ akan
tampak desain penelitian yang akan dilaksanakan. Beberapa peneliti lain
menggunakan istilah “bahan dan cara” (material and method). Menurut penulis
istilah ini hanya cocok untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dan
menggunakan bahan atau materi seperti mikroskop, object glass, bahan-bahan
kimia dan sebagainya pada penelitian di laboratorium.

Dalam uraian metode penelitian atau “bahan dan cara” ini mencakup berikut
ini :
a. Jenis penelitian, menjelaskan termasuk kedalam jenis pendekatan atau metode
yang mana, penelitian yang diusulkan tersebut. Misalnya: Penelitian itu
menggunakan metode survei, dengan pendekatan “cross sectional” dimana data
yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat akibat akan
dikumpulkan dalam waktu yang bersama.
b. Populasi dan sampel

Dalam bagian ini diuraikan populasi penelitian dan sampel. Dalam populasi
dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi
sasaran penelitian tersebut.
1) Misal: Populasi dalam penelitian adalah ibu-ibu yang berdomisili di Kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur.
2) Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berumur antara 12-18 tahun
yang bertempat tinggal di DKI Jakarta dan lain sebagainya.
Sedangkan sampel, harus disebutkan teknis pengambilan sampel, apakah acak,
dan acak yang mana. Disamping teknis pengambilan sampel, maka perlu
dijelaskan juga besarnya sampel, besarnya rumusan (bila ada).
c. Cara pengumpulan data

Dijelaskan cara atau metode yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam
suatu penelitian kadang-kadang tidak hanya menggunakan satu cara
pengumpulan data, misalnya: disamping metode wawancara (interview),
kadang-kadang perlu dilengkapi dengan observasi (pengamatan) atau
sebaliknya. Metode angket juga kadang-kadang perlu dilengkapi dengan
wawancara dan sebagainya.
Pengumpulan data kadang-kadang tidak dilakukan oleh peneliti tetapi
menggunakan orang lain yang disebut “surveyor” atau “interviewer”. Untuk
mencegah adanya data yang “bias” maka para petugas pengumpul data tersebut
diberikan pelatihan terlebih dahulu oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini
disamping diberikan teknik-teknik pengumpulan data (wawancara, observasi,
dan lain sebagainya) juga diberikan penjelasan tentang cara-cara pengisian
instrumen (kuisioner), editing, coding dan lain sebagainya.

Yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan


digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa:
kuisioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. Apabila data yang akan
dikumpulkan itu adalah data yang menyangkut pemeriksaan fisik maka
instrumen penelitian ini dapat berupa: stetoskop, tensimeter, timbangan, meteran
atau alat antropometrik lainnya untuk mengukur status gizi dan sebagainya.
Agar instrumen “valid” dan “reliabel” maka sebelum digunakan perlu diuji
coba (pre test) telebih dahulu. Yang dimakud “valid” disini adalah bahwa
instrumen sebagai alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur.
Sedangkan “reliabel” artinya instrumen sebagai alat ukur dapat memperoleh
“hasil ukur” yang ajeg (consistant) atau tetap asas. Uji instrumen kuisioner ini
dapat menggunakan rumus korelasi “product moment” seperti dijelaskan pada
bagian lain dari tulisan ini.
a. Rencana pengelolaan dan analisis data

Dalam bagian ini harus diuraikan rencana yang akan dilakukan untuk mengolah
dan analisis data. Dijelaskan proses pengolahan datanya dari editing, coding, dan
sebagainya sampai dengan “data entry” (apabila pengolahan dilakukan dengan
komputer). Disini juga dijelaskan bagaimana data itu akan diolah, dengan
manual atau dengan menggunakan bantuan komputer. Selanjutnya diuraikan
rencana yang akan dilakukan untuk menganalisis data, serta ujia statistik yang
akan digunakan termasuk program komputer untuk uji statistik tersebut.
9. Jadwal Kegiatan

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun


proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu
berjalannya atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut. Biasanya jadwal
kegiatan ini disusun dalam satu “gant’s chart”.
Contoh sederhana :

Bulan Ke :
Kegunaan
1 2 3 4 5 6
1. Penyusunan Proposal x
x
2. Penyusunan Instrumen

3. Persiapan Lapangan

4. Uji Coba Instrumen xx


xx
5. Pengumpulan Data
xx
6. Pengolahan Data

7. Analisis Data xxx xx

8. Penyusunan Laporan
xx

x xx

10. Organisasi

Dalam bagian ini diuraikan susunan atau organisasi penelitian tersebut.


Lazimnya organisasi penelitian itu terdiri dari: Peneliti Utama (Principal
Investigation), Peneliti (Anggota Peneliti), Surveyor (Petugas Pengumpulan Data)
dan Sekretariat. Kadang-kadang ditambah dengan penasihat dan konsultan.

11. Rencana Biaya (Anggaran)

Diuraikan besarnya biaya per-kegiatan, serta jumlah keseluruhan biaya


penelitian tersebut. Kegiatan yang dapat dibiayai oleh suatu kegiatan penelitian
dimulai dari rapat-rapat penyusunan proposal, instrumen dan sebagainya sampai
dengan penulisan hasil penelitian bahkan sampai dengan biaya seminar hasil
penelitian.

12. Daftar Kepustakaan


Adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk mendukung dalam
menyusun proposal tersebut. Literatur ini umumnya terdiri dari buku-buku teks,
majalah atau jurnal ilmiah, makalah ilmiah skripsi, thesis dan disertasi.
Telah diuraikan teknik penyusunan proposal atau usulan penelitian,
khususnya untuk kepentingan penelitian yang hasilnya akan digunakan untuk
pembuatan Skripsi (S1), Thesis (S2) atau Disertasi (S3). Pedoman ini juga dapat
digunakan untuk penyusunan proposal berkaitan dengan proyek atau kepentingan
program, dengan catatan dan uraian tentang “Tinjauan Kepustakaan” dan Kerangka
Konsep dan Hipotesis biasanya lazim dimasukkan.
(Azwar, 2003)

10.3. Rangkuman
Proses penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu: tahapan persiapan perencanaan), tahapan
pelaksanaan (pengumpulan data), tahap pengolahan dan analisis data, dan tahap
penulisan hasil penelitian (laporan). Format atau out line usulan penelitian,
khususnya untuk kepentingan penulisan ilmiah adalah sebagai berikut
1. Judul penelitian
2. Latar belakang masalah
3. Perumusan masalah
4. Tujuan penelitian :
a. Umum
b. Khusus
5. Manfaat penelitian
6. Tinjauan kepustakaan
7. Kerangka konsep hipotesis dan definisi operasional
8. Metode penelitian :
a. Jenis penlitian
b. Populasi dan sampel
c. Cara pengumpulan data
d. Instrumen (alat pengumpulan data)
e. Rencana pengolahan dan analisis data
9. Rencana kegiatan
10. Organisasi penelitian
11. Rencana biaya (anggaran)
12. Daftar kepustakaan

10.4. Bahan Diskusi

Diskusikan hal-hal apa saja yang diperlukan dalam membuat usulan


(proposal) penelitian epidemiologi.

10.5. Bacaan/Rujukan Pengayaan

Ada cukup banyak referensi yang dapat dibaca untuk lebih memahami materi
pada bab ini. Beberapa referensi diantaranya Notoatmodjo (2015) dan Azwar
(2003).

10.6. Latihan Soal


Buatlah contoh usulan (proposal) penelitian epidemiologi.
HUBUNGAN JENJANG PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU
MENJAGA KESEHATAN GIGI DAN

MULUT ANAK TUNAGRAHITA DI SLB

KOTA SIDOARJO

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Rr Dianita Rahmah Julia

NIM 141610101081

Pembimbing :

Dosen Pembimbing Utama : Dr. drg. Ristya Widi E., M. Kes


Dosen Pembimbing Pedamping : drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes, Sp. KGA

Penguji :

Dosen Penguji Ketua : Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H, M. Kes


Dosen Penguji Anggota : drg. Dyah Setyorini, M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2018
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................... 146
DAFTAR ISI............................................................................................... 147
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... 150
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................... 151
1.1. Latar Belakang................................................................................ 151
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 153
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 153
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................ 154
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 155
2.1 Pendidikan........................................................................................ 155
2.1.1 Pengertian Pendidikan...................................................................... 155
2.1.2 Tujuan Pendidikan............................................................................ 156
2.1.3 Jenjang Pendidikan............................................................................ 156
2.2 Perilaku.............................................................................................. 157
2.2.1 Pengertian Perilaku............................................................................ 157
2.2.2 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan..................................................... 160
2.2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut............................ 161
2.2.4 Penilaian Perilaku..............................................................................162
2.3 Tunagrahita........................................................................................ 163
2.3.1 Pengertian Tunagrahita...................................................................... 163
2.3.2 Klasifikasi Tunagrahita.................................................................... 164
2.3.3 Karakteristik Tunagrahita................................................................ 165
2.4 Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Tunagrahita
.................................................................................................................. 167
2.5 Hipotesis........................................................................................... 168
2.6 Kerangka Konsep Penelitian............................................................ 168
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 169
3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 169
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................169
3.2.1 Tempat Penelitian............................................................................ 169
3.2.2 Waktu Penelitian............................................................................ 169
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................... 169
3.3.1 Populasi Penelitian............................................................................ 169
3.3.2 Sampel Penelitian............................................................................ 169
3.4 Variabel Penelitian............................................................................ 170
3.4.1 Variabel Bebas............................................................................ 170
3.4.2 Variabel Terikat............................................................................ 170
3.5 Definisi Operasional....................................................................... 170
3.5.1 Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut............................... 170
3.5.2 Jenjang Pendidikan........................................................................... 170

3.6 Pengumpulan Data............................................................................ 171


3.6.1 Cara Pengumpulan Data................................................................... 171
3.6.2 Alat dan Bahan Pengumpulan Data.................................................. 171
3.7 Prosedur Penelitian............................................................................ 173
3.8 Analisis Data............................................................................ 173
3.9 Alur Penelitian....................................................................................174
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................175
LAMPIRAN................................................................................................... 178
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua Subyek...................... 178

Lampiran B Lembar Persetujuan Kepada Orang Tua Subyek...................... 180

Lampiran C Kuesioner........................................................................................ 181

Lampiran D Check List Tindakan.................................................................... 184


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tunagrahita adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh


secara bermaknadan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial,
dan bermanifestasi selamamasa perkembangan (Sularyo dan M. Kadim,
2000).Persentase dari populasi di US yang mengalami disabilitas adalah
12,6%, dengan penyandang tunagrahita sekitar 4,8% yang merupakan
disabilitas tertinggi kedua (Kraus, 2017). Data lainnya yang didapat dari
Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, menunjukkan terdapat 8,3 juta
jiwa anak dengan disabilitas dari total populasi anak di Indonesia atau sekitar
10%.Hasil riset Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011
menyebutkan bahwaretardasi mental atau tunagrahita berada di urutan kedua
tertinggi yaitu 30.460 anak.Data ini tersebar di seluruh Indonesia dengan
proporsi terbanyak di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa
Barat(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Anak tunagrahita tidak mungkin bisa hidup mandiri dan akan selalu
bergantung pada orang lain untuk kehidupan sehari-hari,sehingga anak
tunagrahita memerlukan bantuan dalam menjaga kesehatan diri khususnya
kesehatan gigi dan mulut karena anak tugarahita memiliki keterbatasan dalam
mental maupun fisik. Menjaga kesehatan gigi dan mulut minimal dengan
caramenyikat gigi secara teratur 2 (dua) kali sehari, pagi sesudah makan dan
malam sebelum tidur. Pencegahan dengan cara tersebut akan membebaskan
gigi dan mulut dari sisa makanan dan kuman yang merusak. Perilaku menjaga
kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan pada semua kelompok, baik dari
kelompok anak usia sekolah dasar, pra sekolah maupun pada anak-anak yang
menyandang status keterbelakangan mental. Perbedaan keterbatasan yang
dimiliki anak tunagrahita, memengaruhi perilaku dalam menjaga kebersihan
gigi dan mulutyang cenderung lebih buruk jika dibandingkan dengan anak
normal seusianya (Welbury dkk., 2012; Triyanto, 2015).
Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan
perilaku.Perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat terbentuk karena
adanya faktor dari luar diri orang tersebut (eksternal) maupun berasal dari
dalam diri orang yang bersangkutan (internal).Pendidikan merupakan salah
satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku menjaga kesehatan
(Notoatmodjo, 2002).Pendidikan dan pengetahuan saling berpengaruh,
diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya terutama dalam hal menjaga kesehatan.
Pengetahuan merupakan salah satu tingkatan awal dalam ranah perilaku,
sehingga dengan jenjang pendidikan semakin tinggi dapat memengaruhi
perilaku kesehatan gigi dan mulut yang juga akan meningkat.Anak
tunagrahita akan menunjukkan hasil yang berbeda karena mereka memiliki
intelegensi di bawah rata-rata, serta adanya ketidakmampuan dalam adaptasi
perilaku yang muncul dalam masa perkembangan (Notoatmodjo, 2010;
Duggal, dkk., 2014).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indahwati, dkk. (2015)


pada siswa tunarungu dan tunagrahita di Kota Tomohon menunjukkan hasil
bahwa siswa tunagrahita usia 10-26 tahun memiliki kebersihan gigi dan mulut
sedang sebanyak 53%.Penelitian lainnya oleh Triyanto (2015)pada Anak
Tunagrahita Usia 12-18 tahun di SLB Negeri Widiasih Kecamatan Pari
Kabupaten Pangandarandisimpulkan bahwa gambaran kebersihan gigi dan
mulut anak tunagrahita adalah sedang (70%).

Hasil survey pendahuluan peneliti pada 29 anak tunagrahita di SLB


Sidoarjo dengan tingkat pendidikan SD, SMP hingga SMA, menunjukkan
bahwa 52% responden memiliki perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut
yang buruk, sedangkan 48% responden sisanya memiliki perilaku menjaga
kesehatan gigi dan mulut yang baik. Responden yang tidak menyikat gigi
sebelum tidur sebanyak 17%, 31% menyikat gigi sebelum tidur dan 52%
sisanya kadang-kadang menyikat gigi sebelum tidur. Hasil survey untuk
kebiasaan responden menyikat gigi di pagi hari adalah 96% anakmelakukan
gosok gigi saat mandi pagi.

Paparan sebelumnya menunjukkan bahwa anak tunagrahita


dibandingkan dengan anak normal yang sama akan memliki kemampuan
intelektual maupun motorik yang berbeda khususnya dalam perilaku menjaga
kesehatan gigi dan mulutnya (Indahwatidkk.,2015). Hal tersebut
menyebabkan peneliti tertarik untuk mengetahui apakah dengan jenjang
pendidikan anak tunagrahita yang semakin tinggi akan menyebabkan perilaku
mereka dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut juga akan meningkat
layaknya anak pada umumnya karena berkaitan dengan kemampuan
pemahaman mereka yang juga meningkat.

Penelitian ini akan dilakukan pada Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota
Sidoarjo.Data Kemdikbud menujukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo
dibandingkan dengan Jember memiliki jumlah SLB yang lebih banyak yaitu
24 SLB, selain itu SLB di Jember sudah sering digunakan sebagai tempat
penelitian sehingga peneliti memilih Sidoarjo.Kota Sidoarjo sendiri memiliki
7 SLB jika dibandingkan kecamatan lain di Sidoarjo yang hanya terdapat 2
SLB. SLB yang ada di Kota Sidoarjo belum pernah diadakan penelitian
serupa dan jumlah anak tunagrahita di Kota Sidoarjolebih banyak, sehingga
diharapkan memberikan karakteristik serta kompleksitas yang lebihberagam
karena subyek tinggal di kota besar.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana hubungan jenjang pendidikan dengan perilaku menjaga


kesehatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita ?
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui perilaku anak tunagrahita dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut
1.3.2 Untuk menganalisishubungan jenjang pendidikan dengan perilaku menjaga
kesehatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
perilaku anak tunagrahita dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan
jenjang pendidikan yang berbeda.
1.4.2 Data penelitian dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya melakukan
tindakan promotif, preventif, dan kuratif pada anak-anak tunagrahita.
1.4.3 Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan untuk
mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan

2.1.1 Pengertian Pendidikan


Pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan adalah sebagai
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan kebudayaan (Anwar, 2015).
Pendidikan menurut W.J.S Poerwadarminta dalam Syarifudin (2012
)merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Pendapat lainnya menurut Carter V Good dalam Dictionary of Education,
pendidikan mengandung pengertian sebagai suatu:
a. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan
perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.
b. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan
social dan mengembangkan pribadinya (Anwar, 2015).
Pendidikan menurut Tedi Priatna yang dikutip oleh Syarifudin (2012)
menyatakan bahwa ; “Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri
manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk
mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan
antara satu dan lainnya, sehingga membetuk satu sistem yang saling memengaruhi”.
Pendidikan juga dapat dipandang sebagai sistem. Sistem pendidikan
menunjukkan terjadinya proses transformasi, yang pada hakikatnya merupakan
proses mengubah raw input (peserta didik) agar menjadi output (manusia terdidik
sesuai tujuan pendidikan yang ditetapkan) (Syarifudin, 2012).
2.1.2 Tujuan Pendidikan
Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai sekaligus merupakan
pedoman yang memberi arah aktivitas yang dilakukan.Tujuan pendidikan di
Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, menyebutkan: “Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang
kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan
hidupnya, baik sebagai seorang individu maupun sebagai warga negara atau warga
masyarakat. Tujuan pendidikan menurut John S. Brubacher dalam bukunya
“Modern Philosophies of Education” menunjukkan bahwa tujuan pendidikan
melaksanakan tiga fungsi penting yang kesemuanya bersifat normatif yaitu sebagai
berikut:
a. Tujuan pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif.
b. Tujuan pendidikan tidak selalu memberi arah pada pendidikan, tetapi
harus mendorong atau memberikan motivasi sebaik mungkin.
c. Tujuan pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman atau
menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan (Anwar,
2015).
2.1.3 Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berlanjut yang
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik
serta keluasaan dalam bahan pengajaran (Idris, 2016). Jenjang pendidikan menurut
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional meliputi :
a. Jenjang pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang


pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.
b. Jenjang pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.Pendidikan


menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat.
c. Jenjang pendidikan pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan


menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.

2.2 Perilaku
2.2.1 Pengertian Perilaku
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung.Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri
(Notoatmodjo, 2007).
Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksi-reaksi
organisme terhadap lingkungannya.Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo,
2003).
Kwick sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah
tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat di amati dan bahkan dapat di
pelajari.
Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert
behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus yang masih tertutup atau terselubung, yang masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap, sehingga
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka adalah respon
seseorang terhadap stimulus sudah dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, yaitu
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).
Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related
behaviour) menurut Becker (Notoatmodjo, 2007) sebagai berikut:
a. Perilaku kesehatan, yaitu tindakan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
b. Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa sakit untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya termasuk juga pengetahuan
individu untuk mengidentifikasi penyakit, serta usaha mencegah penyakit
tersebut.
c. Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan.
Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3
domain perilaku, yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk kepentingan
pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010):
a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang


terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar
dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:

1. Tahu (know)

2. Memahami (comprehension)

3. Aplikasi (application)

4. Analisis (analysis)

5. Sintesis (synthesis)

6. Evaluasi (evaluation)
b. Sikap (attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).Newcomb, salah
seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan
atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka)
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi
tertutup (Notoatmodjo, 2010).
c. Tindakan atau Praktik (practice)
Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya
tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya,
yakni:
1. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu
hal secara otomatis.
3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas (Notoatmodjo,
2010).
2.2.2 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah usaha seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit.Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman) (Notoatmodjo, 2007)
Menurut teori yang dikemukakan Green dalam Maulana (2009), bahwa
perilaku pemeliharaan kesehatan seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, Faktor ini
termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-
nilai, normasosial, budaya dan faktor sosio-demografi.

b. Faktor pendorong
Faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku.Hal ini berupa
lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang
mendukung dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan.

c. Faktor penguat

Faktor penguat, faktor-faktor ini meliputi undang-undang, peraturan-


peraturan, pengawasan dan sebagainya.
2.2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Menurut Dorland yang dikutip Berg dan Slayton (2016), kebersihan gigi dan
mulut (oral hygiene) merupakan suatu pemeliharaan kebersihan dan hygiene
struktur gigi dan mulut melalui sikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi,
hidroterapi, dan prosedur lain yang berfungsi untuk mempertahankan gigi dan
kesehatan mulut.
Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memegang peranan yang
penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara
langsung.Untuk mencegah terbentuknya karies gigi, ada dua hal penting yang perlu
dilakukan yaitu mengontrol pola makan karbohidrat dan membersihkan gigi dari
plak (Pratiwi, 2007).
Menyikat gigi merupakan cara yang biasa dilakukan untuk menghilangkan
plak dari rongga mulut. Sikat gigi yang baik khususnya untuk anak-anak adalah
yang berbulu halus karena menurunkan kemungkinan trauma gingiva dan
meningkatkan kemampuan pembersihan interproksimal, selain itu sikat gigi yang
memiliki bagian depan kecil dan pegangan yang lebih tebal dari ukuran sikat gigi
orang dewasa untuk lebih memudahkan anak saat memegang. Hal lainnya yang
perlu diperhatikan adalah teknik dalam menyikat gigi, ada berbagai macam teknik
dengan teknik yang utama adalah teknik roll, teknik charters, teknik horizontal dan
teknik Stillman modifikasi.Teknik menyikat gigi yang direkomendasikan untuk
anak-anak di banyak situasi adalah teknik horizontal. Teknik horizontal dilakukan
dengan sikat diletakkan secara horizontal di permukaan bukal dan lingual dengan
gerakan maju mundur (Pratiwi, 2007; McDonald dkk., 2011).
2.2.4 Penilaian Perilaku
Azwar (2008) menjelaskan pengukuran perilaku yang berisi
pernyataan- pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka
dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok responden. Kriteria
pengukuran perilaku yaitu:
a. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
> T mean.
b. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner
< T mean
Terdapat skala pengukuran perilaku yang dapat dipergunakan untuk
penilaian perilaku (Djaali dan Muljono, 2008), yaitu :
a. Skala Likert
Pada skala Likert terdapat dua bentuk pertanyaan yaitu bentuk pertanyaan
positif untuk mengukur sikap positif, dan bentuk pertanyaan negatif untuk
mengukur sikap negatif.Bentuk jawaban skala Likert ialah sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
b. Skala Guttman
Skala ini menginginkan tipe jawaban tegas, seperto jawaban benar-salah,
ya- tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk,
dan seterusnya.Penelitian menggunakan skala Guttman apabila peneliti
ingin mendapatkan jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu
permasalahan uang ditanyakan.
c. Semantik Differensial
Skala untuk mengukur sikap namun bentuknya tersusun dalam satu garis
kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan
garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, atau
sebaliknya. Data yang diperoleh merupakan data interval. Biasanya skala
ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakterirstik tertentu yang
dimiliki seseorang.
d. Rating Scale
Pada skala ini, data yang diperoleh adalah data kuantitatif yang kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Rating scale lebih fleksibel, tidak
hanya mengukur sikap tetapi dapat juga untuk mengukur persepsi
responden terhadap fenomena lingkungan.
e. Skala Thurstone
Skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.
Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan
nilai yang berjarak sama.
2.3 Tunagrahita
2.3.1 Pengertian Tunagrahita
Istilah tunagrahita berasal dari bahasa sansekerta, tuna artinya rugi,kurang;
dan grahita artinya berfikir (Mumpuniarti, 2000). Tunagrahitadipakai sebagai
istilah resmi di Indonesia sejak dikeluarkan PeraturanPemerintah tentang
Pendidikan Luar Biasa Nomor 72 tahun 1991.
American Phychological Association (APA) menjelaskan bahwa anak
tunagrahita merupakan anak yang secara signifikan memiliki keterbatasan
fungsiintelektual, keterbatasan fungsi adaptif yang terjadi sebelum usia 22 tahun.
Anaktunagrahita adalah anak yang mempunyai gangguan dalam intelektual
sehinggamenyebabkan kesulitan untuk melakukan adaptasi dengan lingkungannya
(Samad, 2003).
Pendapat lain yang disampaikan oleh Delphie (2006) menjelaskan bahwa,
seorang individu dianggap tunagrahita jika memenuhi dua kriteria. Kriteria tersebut
adalah keterbelakangan atau kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan
kekurangan penyesuaian diri dengan lingkungan diukur dengan taraf usia menurut
kalender yang telah dicapai seorang anak. Kondisi tersebut menyebabkan anak
tunagrahita memiliki kemampuan yang rendah dalam merawat diri, sehingga
mengakibatkan kondisi fisiknya kurang terawat dengan baik (Basuni, 2012).
2.3.2 Klasifikasi Tunagrahita
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders
oleh WHO (Sularyo, 2000), retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69

Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat


dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,
mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun
tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama
biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah dan banyak yang bermasalah
dalam membaca dan menulis. Anak retardasi mental ringan ini dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada
masalah, tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat
bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah
perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi
budaya.
b. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Anak dalam kelompok ini mengalami keterlambatan perkembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas.
Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga
mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan
sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar
dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung.
c. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedangkan dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan
yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
d. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya
anak sangat terbatas dalam hal mobilitas dan hanya mampu pada bentuk
komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
2.3.3 Karakteristik Tunagrahita
Karakteristik tunagrahita secara umum (Pieter, 2017) adalah sebagai berikut:
a. Kecerdasan sangat terbatas,

b. Ketidakmampuan sosial yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri,


sehingga selalu memerlukan bantuan orang lain,
c. Keterbatasan minat,

d. Daya ingat lemah,

e. Emosi sangat stabil,

f. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya,


g. Memiliki keterbatasan dalam tiga atau lebih pada hal-hal berikut:
menolong diri, bahasa reseptif dan ekspresfid, belajar, mobilitas dan
kapasitas untuk hidup mandiri.

2.4 Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan mental, fisik dan emosi yang berbeda
dengan anak normal, sehingga anak tunagrahita memerlukan bantuan dalam
menjaga kebersihan diri khusunya kebersihan gigi dan mulut.Perbedaan
keterbatasan yang mereka miliki, memengaruhi perilaku dalam menjaga kebersihan
gigi dan mulut. Berbeda dengan anak pada umumnya, mereka mengalami hambatan
dalam belajar dan perkembangan baik permanen maupun temporer yang
disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor dalam diri anak sendiri, atau kombinasi
keduanya (Indahwati, dkk.,2015).
Menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan melakukan
kontrol plak salah satunya adalah menyikat gigi paling sedikit dilaksanakan 2 kali
sehari, yaitusetelah makan pagi dan sebelum tidur. Hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan oleh Hardiyanti (2016) di SLB-C Rindang Kasih Secang pada siswa
tunagrahita sedang kelas IV disimpulkan bahwa siswa dikelas IV tersebut
mempunyai hambatan pada salah satu tahapan dalam kegiatan menyikat gigi, yaitu
dalam tahapan menyikat gigi. Anak masih belum mampu mempraktikkan cara
menyikat gigi yang benar sehingga mereka masih menyikat pada bagian- bagian
tertentu saja atau belum menyeluruh. Saat menyikat gigi masih ada yang menyikat
dengan cepat namun ada juga yang menunggu perintah guru untuk berhenti, karena
mereka masih kurang mampu mengidentifikasi bersih tidaknya dalam kegiatan
menyikat bagian-bagian gigi.Kemampuan motorik pada tangan anak juga kurang
kuat, terlihat saat menuangkan pasta gigi ke permukaan sikat gigi, anak kurang kuat
saat menekan pasta gigi sehingga pasta gigi yang dikeluarkan masih sedikit, dan
ketika menyikat anak menggerakan sikat gigi agak pelan. Untuk tahapan yang lain
anak sudah mampu menguasai, seperti berkumur, membersihkan peralatan
menyikat gigi, dan mengembalikan peralatan menyikat gigi.

2.5 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenjang
pendidikan terhadap perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut anak tunagrahita.
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitianobservasional analitik. Penelitian
observasional analitik adalah penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu
keadaan atau situasi (Notoatmodjo, 2005). Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Cross Sectional. Cross Sectional yaitu penelitian yang mendesain
pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu (Swarjana, 2012).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa (SLB)Kota Sidoarjo,
yaitu SLB-AC Dharma Wanita, SLB C Dharma Wanita Lebo, SLB Putra Mandiri
Lebo dan SLB Cita Hati Bunda.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017-Januari 2018.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah anak-anak tunagrahita di SLB Kota Sidoarjo, baik
pada jenjang SD, SMP maupun SMA.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu seluruh
anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Hasil survey didapatkan jumlah
siswatunagrahita sebanyak 150 siswa yang berasaldari SLB-AC Dharma Wanita,
SLB C Dharma Wanita Lebo, SLB Cita Hati Bunda, dan SLB Putra Mandiri Lebo
yang terdapat di Kota Sidoarjo.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku menjaga kesehatan gigi
dan mulut.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan.

3.5 Definisi Operasional


3.5.1 Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Hasil hubungan dari pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang yang
ditunjukkan dalam hal memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.Alat untuk
mengukur perilaku adalah menggunakan kuesioner dan checklist yang dibagikan
kepada responden yang telah ditentukan.
3.5.2 Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tingkat pendidikan anak tersebut pada saat
penelitian dilakukan yang terdiri dari SD, SMP dan SMA.

3.6 Pengumpulan Data


3.6.1 Cara Pengumpulan Data
Anak-anak tunagrahita di SLB Kota Sidoarjo dibagikan kuesioner yang
terdiri dari beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku sehari-hari
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang dibedakan berdasarkan pengetahuan,
sikap dan tindakan.Pengisian kuesioner dapat dibantu orang tua ataupun guru kelas
anak tunagrahita tersebut.
Pengukuran hasil kuesioner :
a. Pengetahuan
Pengetahuan berisi 6 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan diberi 3
pilihan jawaban. Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala sikap Guttman
yaitu didapatkan jawaban yang jelas dan konsisten misalnya : ya-tidak, benar-salah,
setuju-tidak setuju, dan lain-lain (Widoyoko, 2013). Setiap jawaban benar diberi
skor 2 dan jawaban salah diberi skor 1, kemudian total skor diklasifikasikan ke
dalam kategori baik, sedang dan buruk.
Kategori baik, sedang dan buruk dapat ditentukan dengan perhitungan
berikut (Widoyoko, 2013):
Jarak kelas interval = skor maksimal-skor minimal/jarak interval
Keterangan:
1. Skor minimal yaitu dengan mengalikan total pertanyaan dengan skor
terendah

2. Skor maksimal yaitu dengan mengalikan total pertanyaan dengan skor


tertinggi

3. Kelas interval yaitu jumlah kategori yang diinginkan

Kategori pengetahuan setelah dilakukan perhitungan adalah sebagai berikut:


a) Buruk, jika total skor 6-8

b) Sedang, jika total skor 9-10

c) Baik, jika total skor 11-12

b. Sikap
Sikap berisi 8 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan diberi 2 pilihan
jawaban. Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala sikap Guttman yaitu
didapatkan jawaban yang jelas dan konsisten misalnya : ya-tidak, benar-salah,
setuju-tidak setuju, dan lain-lain (Widoyoko, 2013). Setiap jawaban benar diberi
skor 2 dan jawaban salah diberi skor 1. Kemudian total skor diklasifikasikan ke
dalam kategori baik, sedang dan buruk dengan cara yang sama seperti pada
pengetahuan yaitu:
1. Buruk, jika total skor 8-10,6

2. Sedang, jika total skor 10,7-13,3

3. Baik, jika total skor 13,4-16


c. Tindakan
Tindakan berisi 6 aspek yang akan dilihat dalam bentuk check list,
berkaitan dengan cara subyekdalam menyikat gigi sehari-hari, dimana
peneliti akan melihat bagaimana cara anak-anak tunagrahita ini menyikat
gigi, kemudian diberi skor. Subyek diberi skor 1 jika tidak melakukan atau
salah, sedangkan untuk yang melakukan dengan benar diberi skor
2.Dilakukan pengkategorian seperti pengetahuan dan sikap.
3.6.2 Alat dan Bahan Pengumpulan Data
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Alat tulis berupa bolpoin

b. Form kuesioner

3.7 Prosedur Penelitian


1. Pengajuan ethical clearance kepada bagian etika Fakultas Kedokteran
Universitas Jember.
2. Pengajuan surat izin penelitian di SLB-AC Dharma Wanita, SLB C
Dharma Wanita Lebo, SLB Cita Hati Bunda, dan SLB Putra Mandiri
Lebo Sidoarjo.
3. Penandatanganan surat kesediaan menjadi subjek penelitian.
4. Pembagian dan pengisian kuesioner serta check list.
5. Pengumpulan data hasil penelitian.
6. Tabulasi dan penyajian data.
7. Analisis data.

3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh ditabulasi dan dikelompokkan


berdasarkan jenjang pendidikan serta tingkat perilaku menjaga kesehatan gigi dan
mulut dalam bentuk tabel maupun gambar, kemudian data diuji menggunakan uji
korelasi spearman untuk mengetahui hubungan kedua variabelordinal di atas
(Dahlan, 2013).
3.9 Alur Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad. 2015.Filsafat Pedidikan. Jakarta: Prenadamedia Group. Hal


20-22, 106

Azwar. 2008. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka.

Hal 17

Basuni, M. 2012. Pembelajaran Bina Diri pada Anak Tunagrahita Ringan.Jurnal


Pendidikan Khusus. 9(1): 12-22. Hal 12

Berg, J. H. dan R. L. Slayton. 2016. Early Childhood Oral Health. 2nd ed.Canada:
John Wiley and Sons. Hal 17

Dahlan, M. S. 2013. Statistik untuk Kedokteran dan. Kesehatan: Deskriptif,


Bivariat, dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika. Hal 156

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT Refika


Aditama. Hal 16

Djaali dan P. Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:


Grasindo. Hal 28

Duggal, M., A. Cameron, J. Toumba. 2014. At a Glance Kedokteran Gigi


Anak.Jakarta : Erlangga. Hal 97

Hardiyanti, F. P. 2016. Peningkatan Kemampuan Menggosok Gigi melalui


MediaBoneka Gigi pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas IV di
SLB-C Rindang Kasih Secang.Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Hal 4-5

Idris, A. 2016.Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Penerbit


deepublish. Hal 27

Idris, Z. 1992. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Gramedia. Hal 2


Indahwati V., M. F. J. Mantik, P. N. Gunawan. 2015. Perbandingan status
kebersihan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus SLB-B dan SLB-
C kota Tomohon. Jurnal e-gigi. 3(2): 361-366

Jamkhande A., S. Hedge-Shetiya, R. Shirahatti. 2013. Comparison of powered


toothbrush with or without parental assistance with manual toothbrush on
plaque and gingivitis in mentally challenged children of 12-18 years in Pune,
India. Journal of The Pakistan Dental Association. 22(3): 42-45
LAMPIRAN A. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua Subyek

Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua Subyek

Kepada Yth,Bapak/Ibu
Orang Tua Siswa
Di tempat

Saya yang bernama Rr Dianita Rahmah Julia, mahasiswa Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Jember, bersama dengan ini memohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengijinkan anak anda berpartisipasi sebagai subyek penelitian
saya yang berjudul “Hubungan Jenjang Pendidikan terhadap Perilaku Menjaga
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Tunagrahita di SLB Kota Sidoarjo”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku anak
tunagrahita dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan jenjang pendidikan
yang berbeda.
Peran Bapak/Ibu dalam penelitian ini adalah membantu atau mendampingi
anak anda untuk mengisi kuesioner yang saya berikan. Kuesioner akan berisi
beberapa pertanyaan mengenai kesehatan gigi dan mulut yang berhubungan dengan
penelitian ini. Anak anda juga akan diminta memperagakan bagaimana cara
menyikat gigi sehari-hari yang bertujuan untuk melihat apakah cara menyikat gigi
anak anda sudah benar, jika masih salah akan diberikan edukasi mengenai cara
menyikat gigi yang benar.
Data-data yang didapat hanya akan digunakan dalam penelitian ini dan tidak
akan disebar untuk tujuan lain. Tidak ada biaya apapun yang akan dikenakan pada
penelitian ini. Partisipasi penelitian ini bersifat bebas dan tanpa ada
paksaan.Bapak/Ibu berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi
apapun.
Demikian penjelasan ini saya sampaikan.Jika Bapak/Ibu bersedia, Lembar
Persetujuan kepada Orang Tua Calon Subyek Penelitianharap ditandatangani. Perlu
Bapak/Ibu ketahui bahwa surat persetujuan tersebut tidak mengikat dan anak anda
dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian
berlangsung apabila terdapat hal-hal yang dirasakan merugikan anak anda.
Mudah-mudahan keterangan diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan
Bapak/Ibu mengijinkan anak anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya
ucapkan terima kasih.

Jember, 27 November 2017

Peneliti

Contact Person :

Peneliti : Rr Dianita Rahmah Julia


Telepon : 085730629000
LAMPIRAN B. Lembar Persetujuan kepada Orang Tua Subyek Penelitian

Lembar Persetujuan kepada Orang Tua Subyek Penelitian

Yang bertanda tangan


di bawah ini :
Nama :
Orang tua dari :

Mengizinkan putra/putri saya menjadi responden penelitian :

Judul penelitian : Pengaruh Jenjang Pendidikan terhadap Perilaku Menjaga


Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Tunagrahita di SLB Kota
Sidoarjo
Peneliti : Rr Dianita Rahmah Julia

NIM : 141610101081

Saya bersedia dan mengizinkan putra/putri saya menjadi responden


dalam penelitian ini setelah membaca penjelasan yang diberikan peneliti.
Saya akan membantu putra/putri saya dalam pengisian kuesioner. Saya
mengerti bahwa semua informasi yang saya berikan akan terjamin
kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data.

Demikian pernyataan ini. Saya dengan sadar dan tanpa paksaan


bersedia memberi persetujuan kepada putra/putri saya untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini

Sidoarjo,…………..2017
Yang menyatakan,
LAMPIRAN C. KUESIONER

KUESIONER

I. Identitas Responden

1. Nama :
2. Usia :

3. Kelas :
4. Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan

5. Suku :
6. Anak ke dari :
7. Alamat :
8. Pekerjaan Ayah :
Ibu :

9. Pendidikan Ayah :

Ibu :

10. Kapan terdeteksi :

11. Grade : Ringan / Sedang / Berat

12. IQ terakhir (bila ada) :

II. Pengetahuan
Berhubungan dengan pengetahuan adik-adik dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut. Pilihlah jawaban yang paling benar
1. Gigi yang sehat adalah..
a. Gigi yang terlihat bersih dan bersinar
b. Gigi yang kuat dan tidak berlubang
c. Gigi yang terdapat karang gigi
2. Gigi berlubang menyebabkan timbulnya penyakit lain
a. Salah
b. Benar
c. Tidak tau
3. Waktu yang benar untuk menyikat gigi adalah…
a. Setiap mandi
b. Sebelum tidur dan sesudah sarapan
c. Sebelum tidur dan saat mandi
4. Dalam sehari sebaiknya kita menyikat gigi sebanyak…
a. 3x sehari
b. 2x sehari
c. 1x sehari
5. Seberapa sering sikat gigi harus diganti ?
a. Sebulan sekali
b. 3 bulan sekali
c. 6 bulan sekali
6. Tindakan yang harus dilakukan agar gigi tidak berlubang adalah…
a. Tidak makan-makanan manis dan lengket
b. Menggunakan pasta gigi berfluor

c. Semua benar
III. Sikap
Berhubungan dengan sikap adik-adik terhadap pernyataan-pernyataan
berikut. Centang jawaban yang sesuai dengan sikap adik-adik
No. Pernyataan Setuju Tidak setuju

1. Saya malas ke dokter gigi karena gigi saya


tidak pernah sakit
2. Jika gigi saya sakit, saya lebih suka membeli
obat di apotek daripada ke dokter gigi

3. Saya akan ke dokter gigi 6 bulan sekali agar


gigi saya sehat

4. Saya lebih senang menyikat gigi ketika


mandi karena lebih praktis

5. Saya jarang menyikat gigi sebelum tidur


karena malas

6. Dalam memilih sikat gigi, saya hanya


melihat warna dan bentuknya yang lucu

7. Sikat gigi tidak perlu diganti secara rutin

8. Saya menyikat gigi tanpa disuruh orang tua


LAMPIRAN D. CHECK LIST TINDAKAN

Nama :
Usia :
Kelas :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Tindakan

No. Indikator 1 2

1. Sikat gigi diganti jika bulu sikat sudah


mekar

2. Ukuran sikat gigi sesuai dengan usia

3. Gerakan menyikat gigi benar, tidak asal

4. Semua bagian gigi disikat, tidak hanya


bagian luar saja

5. Bagian lidah juga digosok saat menyikat


gigi

6. Berkumur setelah menyikat gigi

Anda mungkin juga menyukai