Asuhan Kebidanan
tentang Pengaruh Pantang Makanan terhadap Kesehatan Ibu Nifaspada NY. A
di
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang (apa masalahnya, di mana masalah itu terjadi, mengapa Anda tertarik
terhadap judul itu)
Masalah berpantang makanan pada ibu nifas ….karena adanya kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan, cita-cita dan realita, rencana dan pelaksanaan. Pada bagian Latar
Belakang ini memberikan rasional dan alasan logis mengapa masalah tersebut menarik
untuk diteliti, menarik perhatian peneliti dan tidak menimbulkan masalah sosial nantinya.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan bagian dari penyusunan proposal penelitian yang memuat
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Bagian ini juga menampilkan faktor-faktor apa
saja yang memiliki kaitan dengan masalah tersebut. Memilah-milah masalah, sehingga
masalah akan menjadi kecil cakupannya. Terdapat masalah yang paling esensial pada koper
itu lagi.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh pantang makanan terhadap kesehatan ibu nifas?
2. Bagaimanakah Asuhan Kebidanan yang diberikan pada Ny. A yang berpantang makanan
akibat kondisi nifas di ….. (tempat)?
C. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian agar tidak bercabang kemana-mana maka masalah
tersebut perlu dibatasi dengan kemampuan peneliti.
Agar permasalahan penelitian tersebut efektif dan efisien, maka penulis membatasinya ke
dalam judul “…….(judul proposal)
D. Perumusan Masalah
Merupakan pertanyaan yang harus dicari jawabannya melalui penelitian dan rumusan
masalah harus dirumuskan secara spesifik dan mendetail. Perumusan masalah selalu dalam
kalimat tanya. Penelitian juga tidak boleh terlalu luas, tidak terlalu banyak ataupun sudah
diteliti oleh banyak orang. Perumusan masalah ini selalu dinyatakan dengan kalimat
TANYA.
E. Tujuan Penelitian
Penyusunan Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban-jawaban atas masalah
dalam penelitian. Harus ada hubungan yang jelas dan logis antara tujuan penelitian dengan
rumusan permasalahan. Tujuan Penelitian selalu dinyatakan dengan kalimat DEKLARATIF.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menginformasikan pada masyarakat desa …… tentang bahaya berpantang
makanan pada ibu nifas
2. Untuk memberikan asuhan kebidanan tentang ……..
3. Untuk meningkatkan tentang esensi yang ada di judulmu masing-masing
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Isi dari bab 2 ini berupa kerangka teori yang merupakan deskripsi dari judul penelitian, rumusan
masalah dan berisi penelitian-penelitian terdahulu yang relevan.
A. Deskripsi Teori
Penyusunan deskripsi teori ini bertujuan untuk mencari jawaban masalah. Pada bagian ini
penulis harus menggunakan sumber acuan umum maupun khusus berupa literatur dari buku-
buku, ensiklopedia, jurnal-jurnal, karya tulis ilmiah dan lain sebagainya.
Dari sumber acuan tersebut, maka penulis akan mendapatkan teori-teori dasar dan konsep-
konsep dasar, yang kemudian akan dijabarkan dan dianalisis melalui penalaran deduktif.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori atau kerangka berfikir menampilkan gambaran pola hubungan antara
masalah / variabel atau berisi kerangka konsep yang nantinya akan digunakan untuk
menjawab masalah yang diteliti. Kerangka teori disusun berdasarkan kajian teoritik yang
telah dilakukan.
A. Desain Penelitian
Terdapat 4 jenis desain penelitian yaitu desain satu faktor, desain satu cuplikan, desain
ulangan, dan desain faktorial. Namun penelitian juga dapat berisi dari kombinasi desain-
desain penelitian tersebut.
Terdapat hubungan yang erat antara desain penelitian dengan teknik analisis data penelitian.
Populasi Penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian, merupakan subyek tempat obyek
penelitian dilakukan. Penelitian biasanya dilakukan terhadap sampel penelitian atau
cuplikan, namun hasilnya digeneralisasikan terhadap populasi.
Sampel Penelitian (cuplikan penelitian) merupakan bagian dari populasi yang masih
memiliki sifat-sifat populasi. Sehingga sampel harus dapat mewakili populasi karena
nantinya hasil-hasil penelitian terhadap sampel akan digeneralisasikan terhadap populasi.
Teknik Pengumpulan Sampel ada beberapa jenis seperti pengumpulan sampel secara
random, strata, area, puprossive, sistematik, cluster, quota, double atau kombinasi dari
teknik-teknik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi keterangan tentang bacaan yang menjadi sumber acuan penulisan, pengutipan, bahan
rujukan dalam penulisan skripsi/ jurnal / karya tulis lainnya.
LAMPIRAN
Memuat keterangan atau informasi yang diperlukan saat dilakukan penelitian, contohnya seperti
peta, surat pengantar penelitian, kuesioner / angket, atau data lain yang sifatnya melengkapi
usulan dalam proposal penelitian.
A. HALAMAN JUDUL
Halaman judul memuat : judul, jenis laporan, lambang Perguruan Tinggi, nama dan NIM,
nama jurusan, nama program studi, nama perguruan tinggi dan tahun pengajuan.
1. Judul Usulan Penelitian : Judul hendaknya dibuat singkat dan jelas, menggambarkan
konsep dan topik dari penelitian dan menggambarkan adanya keterkaitan antara variable,
lokasi penelitian dan tahun penelitian. Diketik dengan menggunakan huruf kapital, tidak
boleh disingkat dan format ketikan dalam bentuk piramida terbalik ( V ).
2. Jenis Laporan : Jenis laporan adalah usulan penelitian.
3. Lambang Institusi Perguruan Tinggi
4. Nama mahasiswa dan NIM
5. Nama Jurusan
6. Nama Program Studi
7. Nama Perguruan Tinggi
8. Tahun Pengajuan : Tahun pengajuan adalah tahun dimana usulan penelitian tersebut
diajukan
B. HALAMAN PERSETUJUAN
Halaman persetujuan memuat : judul usulan penelitian, persetujuan dosen pembimbing
beserta tanda tangan dan waktu persetujuan
C. DAFTAR ISI
Daftar Isi merupakan daftar yang menunjukkan isi bagian-bagian dalam skripsi maupun
sub-sub bagiannya beserta nomor halamannya.
D. ISI
Dibagian isi terdiri dari beberapa bab dan dari beberapa bab tersebut masih terdapat
beberapa sub bab.
BAB I. PENDAHULUAN
b. Kerangka Teori
Kerangka teori terdiri dari teori-teori atau isu-isu dimana penelitian kita terlibat di dalamnya dan
memberikan panduan pada saat peneliti membaca pustaka.Kerangka teori tidak dapat
dikembangkan kalau peneliti belum mempelajari pustaka dan sebaliknya kalau peneliti belum
mempunyai kerangka teori maka peneliti tidak akan dapat membaca pustaka dengan efektif.
c. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian merupakan operasionalisasi keterkaitan antar variabel-variabel
yang berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi pada satu bagian dari kerangka
teori. Kerangka konsep menggambarkan aspek-aspek yang telah dipilih dari kerangka teori untuk
dijadikan dasar masalah penelitiannya. Jadi kerangka konsep timbul dari kerangka teori dan
berhubungan dengan masalah penelitian yang spesifik.
d. Hipotesis
Hipotesis memuat : pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori atau tinjauan
pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi. Hipotesis tidak
selalu harus ada tergantung pada jenis dan tujuan penelitian. Oleh karena itu hipotesis harus diuji
kebenarannya dan pengujiaannya harus mendasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan (scientific
methods) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ciri-ciri hipotesis yaitu :
1. Dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan kalimat tanya
2. Hipotesis hendaknya berkaitan dengan bidang ilmu yang akan diteliti
3. Hipotesis harus dapat diuji yaitu terdiri dari variable yang dapat diukur dan dapat
dibanding-bandingkan sehingga diperoleh hasil yang obyektif
4. Hipotesis hendaknya sederhana dan terbatas ( tidak menimbulkan perbedaan pengertian
dan tidak terlalu luas sifatnya )
Metode penelitian memuat : jenis penelitian, populasi dan sample penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, hubungan variable dan definisi operasional, instrumen penelitian, pengumpulan dan
pengolahan data, metode analisis data dan keterbatasan
a. Jenis Penelitian
Berisi langkah-langkah yang akan diambil untuk membuktikan kebenaran hipotesis.
b. Populasi dan Sample
Berisi cara pengambilan sample, besar sample, cara pengumpulan sample, teknik penarikan
sample.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek
maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi semua benda
yang memiliki sifat atau cirri yang bisa diteliti.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
c. Lokasi dan Waktu Penelitian
Berisi mengenai tempat / lokasi penelitian beserta waktu yang dipergunakan melakukan
penelitian
d. Variabel
Berisi keterangan tentang variable atau factor yang diamati atau diteliti dalam suatu penelitian
e. Definisi Operasional
Menjelaskan bagaimana suatu variable akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk
mengukurnya. Definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam proses pengumpulan data.
Definisi operasional mendiskripsikan variable sehingga bersifat spesifik (tidak berintegrasi
ganda), terukur, menunjukkan sifat atau macam variable sesuai dengan tingkat pengukurannya
dan menunjukkan kedudukan variable dalam kerangka teoritis.
f. Teknik Pengumpulan Data
Berisi cara pengumpulan data yang dapat berupa data primer maupun data sekunder.
Berdasarkan caranya pengumpulan data dapat berupa observasi, wawancara langsung, angket,
pengukuran / pemeriksanaan
g. Instrument Penelitian
Instrument ( alat ukur ) penelitian dapat berupa kuesioner, cek list yang digunakan sebagai
pedoman observasi dan wawancara atau angket
h. Teknik Pengolahan Data
Berisi cara pengolahan data yang akan dilakukan peneliti sehingga data hasil penelitian dapat
menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian
Daftar Pustaka merupakan keterangan tentang bacaan yang dijadikan sebagai bahan rujukan
dari penulisan skripsi. Dalam daftar pustaka dapat dimasukkan tentang pustaka dari buku teks,
jurnal, artikel, internet atau kumpulan karangan lain.
E. LAMPIRAN
Lampiran memuat : keterangan atau informasi yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian
seperti : peta, surat penelitian, kuesioner, atau data lain yang sifatnya melengkapi usulan
atau proposal penelitian.
PROPOSAL PENELITIAN
JUDUL PENELITIAN
Pelaksanaan Manajemen dalam Pelayanan Ketatausahaan pada Sekolah Madrasah Aliyah
Pompanua Kabupaten Bone.
NAMA MAHASISWA :
NIM :
Peningkatan kualitas dan sistematika pelayanan kepada masyarakat merupakan bagian dari
paradigma pembangunan dan konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah. Dinamika kehidupan
masyarakat yang semakin kompleks memerlukan pelayanan yang cepat, tepat, dan murah.
Pelayanan prima yang diberikan oleh aparat hanya dapat diwujudkan melalui peningkatan
kualitas, komitmen dan keberpihakan sebagai pelayanan masyarakat, bukan lagi aparat yang
ingin dilayani seperti yang terlihat selama ini. Dengan demikian, peran dominasi pemerintah
dalam berbagai kegiatan pembangunan secara bertahap diarahkan sebagagi fasilitator.
Demikian pula halnya dengan kegiatan dan aktifitas yang berlangsung di setiap kantor dan
unit kerja, senantiasa mengalami perkembangan jumlah dan volume pekerjaan, baik disebabkan
karena jumlah kegiatan yang dikelolanya bertambah, maupun jenis dan ragam kegiatan yang
terjadi di dalam kantor dan unit kerja tersebut selalu bertambah, dan pada suatu saat akan
mencapai tingkat kompleksitas yang semakin tinggi. Hal ini tentunya memerlukan pengelolaan
dan penataan kegiatan yang lebih efektif dan efisien agar kegiatan yang dikelolanya dapat
diantisipasi. Karena tampa pengelolaan dan penataan yang baik dan tepat, tidak tertutup
kemungkinan pekerjaan akan menumpuk dari waktu ke waktu tampa dapat terselesaikan.
Melihat perkembangan dan kemajuan kegiatan ditambah corak, jenis dan ragam kegiatan
yang harus diselesaikan oleh setiap kantor terasa dibutuhkan suatu penataan ruang dan peralatan
dengan sebaik mungkin agar dapat berfungsi secara berdaya guna dan berhasil guna seoptimal
mungkin.
Untuk itu pegawai pada lingkup Sekolah Madrasah Aliyah Pompanua Kabupaten Bone
dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan pekerjaan
dan senantiasa lebih profesional dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, merupakan
realitas rendahnya kepekaan dan keterampilan dari aparat atau pembina di tingkat Sekolah
Madrasah Aliyah.
Sebagai jalan terbaik yang dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan agar segenap
aktifitas akan berjalan baik tepat. Hal inilah yang membutuhkan pengaturan dan penataan ruang
dan peralatan agar setiap kegiatan dapat saling menunjang terhadap kegiatan yang lain. Artinya
bagaimana agar setiap aktifitas dapat berhasil guna pada kegiatan berikutnya. Disamping
memberikan kenyamanan, keamanan dan nilai ketenagaan kepada para pegawai dan peerjaan
tersebut.
Dalam kaitan inilah sehingga penulis melakukan suatu penelitian dengan
judul “PELAKSANAAN MANAJEMEN DALAM PELAYANAN KETATAUSAHAAN PADA
SEKOLAH MADRASAH ALIYAH POMPANUA KABUPATEN BONE”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah pokok penelitian ini yang akan
direncanakan adalah :
a. Apakah faktor kemampuan pegawai, proses kerja, sarana dan prasarana serta waktu
berpengaruh terhadap fungsi pelaksanaan Manajemen dalam Pelayanan Ketatausahaan pada
Sekolah Madrasah Aliyah Pompanua Kabupaten Bone ?
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini pada dasarnya diajukan untuk mencapai tujuan sebagai
berikut :
2 Kegunaan Penelitian
a. Dengan penulisan proposal ini, dapat memberikan dampak positif bagi segenap
penyelenggara yang terkait dalam pelaksanaan Manajemen dalam Pelayanan
Ketatausahaan pada Sekolah Madrasah Aliyah Pompanua Kabupaten Bone.
b. Dengan pengkajian yang sistimatis, dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak tertentu
untuk lebih giat dan aktif dalam meramu dan mengimformasikan data yang berkaitan
pada pelaksanaan Manajemen dalam Pelayanan Ketatausahaan pada Sekolah Madrasah
Aliyah Pompanua Kabupaten Bone.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Manajemen
Dijelaskan bahwa kebenaran prinsip efisiensi (ciri manajemen ilmiah) bahwa efisiensi
tetap diusahakan, sepanjang tidak mengorbankan segi manusianya, oleh karena itu muncul
istilah praktek teknologi tepat guna.
Pendapat lain (Staf Dosen BPA UGM) yang dikutip Ibnu Hasyimmengatakan :
“Manajemen adalah segenap rangkaian memimpin penataan terhadap pekerjaan-
pekerjaan induk dan sumber-sumber kegiatan lainnya dalam suatu usaha bersama agar
tujuan benar-benar dapat tercapai.” (1983:43)
Dilain pihak Lawrence A. Appley, yang dikutip Ibnu Hasyim dalam bukunya bahwa :
“Manajemen merupakan keahlian untuk menggerakkan orang untuk melakukan
pekerjaan dalam rangka tercapainya tujuan”(1983:43)
Dari ketiga macam defenisi yang telah dikemukakan, terlihat perbedaan dari segi
peninjauannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen mungkin saja merupakan
suatu kegiatan, mungkin suatu keahlian, seni yang membutuhkan skill untuk penerapannya,
dan mungkin juga sebagai ilmu yang sifatnya teoritis dan dapat dipejari oleh setiap orang.
Tetapi juga dapat ditafsirkan meliputi semua yang telah disebutkan, artinya suatu kegiatan
yang membutuhkan suatu keterampilan, bakat dan pengetahuan teoritis yang mungkin juga
dipelajari oleh setiap orang asal mau menekuninya.
Meskipun peninjauan dari sudut berbeda, namun perlu diusahakan adanya menyangkut
pembagian kerja, dengan maksud tidak ada pekerjaan yanng dilakukan secara tumpang
tindih atau terjadi kesenangan.
Urain tentang perkembangan manajemen maupun mengenai pengertian manajemen itu
sendiri konsekuensinya menuju usaha pengembangan cipta/akal pikiran seni/rasa dan
karsa/kehendak serta adanya kerjasama antara dua orang atau lebih merupakan unsur-unsur
manajemen dalam kehidupan bersama/bermasyarakat. Oleh karena itu manajemen sebagai
suatu seni sesungguhnya bukan merupakan hal yang baru, karena dengan adanya dua
manusia atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, disana sudah terdapat
manajemen.
Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa manajemen tidak melakukan sendiri
kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional, melainkan mengatur tindakan-tindakan
pelaksanaan oleh sekelompok orang yang disebut bawahan. Dengan perkataan lain jika
dilihat dari segi fungsional manajemen mempunyai dua tugas utama, yakni menentukan
tujuan menyeluruh yang hendak dicapai dan menentukan kebijaksanaan umum yang
mengikat seluruh organisasi.
2. Pelayanan
Secara etimologi “pelayanan” berasal dari kata dasar “pelayan”, yang berarti orang
yang melayani , atau orang yang memberikan pelayanan kepada orang lain yang
membutuhkan sesuatu atau membutuhkan bantuan.
Karena kata dasar “pelayan” mendapat imbuhan akhiran “an”, sehingga membentuk
kata “pelayanan”, yang berarti aktifitas yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk memberikan peladenan kepada orang lain atau kelompok orang lain tentang apa
yang dibutuhkan atau apa yang diperlukan.
Jadi dengan demikian, baik pengertian efisien work maupun administratif work
cukuplah dinyatakan dengan istilah “tatausaha” yang perumusannya menurut The Liang
Gie adalah :
“... sebagai segenap rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah,
menggandakan, mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan
dalam setiap usaha kerjasama...”(1978:17)
Perumusan tata usaha seperti yang tersebut di atas, maka menurut intinya adalah
proses penyelenggaraan di sekitar keterangan-keterangan yang berwujud 6 (enam) pola
perbuatan :
Mengadakan; yaitu kegiatan memperbanyak dengan berbagai cara dan alat sebanyak
jumlah yang diperlukan.
Mengirim; yaitu kegiatan menyampaikan dengan berbagai cara dan alat dari satu pihak
kepihak lain.
Menyimpan; yaitu kegiatan menaruh dengan berbagai cara dan alat di tempat tertentu yang
aman.
E. KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam Kerangka Konseptual ini, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
F. METODE PENELITIAN
a. Populasi.
Populasi adalah semua pegawai dan guru pada Madrasah Aliyah Pompanua Kabupaten
Bone yang berjumlah 18 orang yang terdiri dari :
Guru 14 orang
Pegawai 4 orang
Jumlah 18 orang
b. Sampel.
Untuk memperoleh data yang akurat, ditetapkan seluruh populasi sebagai sampel.
Jadi, jumlah sampel adalah 18 orang dengan perincian sebagaimana terperinci
pada populasi diatas.
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, kualiatif, induktif yang artinya suatu penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum atau deskripsi tentang apa yang
diteliti. Dan untuk memberikan deskripsi atau gambaran umum tersebut, peneliti
mendasarkan asumsi pada kualitas data. Sedang penelitian yang keadaannya berskala
kecil akan digeneralisasikan kepada keadaan yang lebih besar.
3. Tempat Penelitian
4. Penentuan Variabel
a. Variabel bebas dalam hal ini adalah “pelayanan”. Karena pelayanan yang
diberikan oleh pegawai Sekolah Madrasah Aliyah Pompanua Kabupaten
Bone dalam pelaksanaan tugas pemerintahan tidak terikat atau tidak dipengaruhi
oleh variabel lain, artinya bebas, sehingga perlakuan ini adalah variabel
independen.
b. Variabel terikat dalam hal ini adalah pelaksanaan manajemen, karena pelaksanaan
manajemen dalam hal ini dipengaruhi atau tergantung atau terikat pada pelayanan
yang diterima oleh Sekolah Madrasah Aliyah Pompanua Kabupaten Bone.
Variabel ini sering disebut sebagai dependen variabel.
5. Definisi Operasional
Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang
tingkat pelaksanaan pengawasan dan data tentang kinerja pegawai.
b. Teknik Wawancara
Yaitu pengumpulan data dilakukan secara lisan dan tatap muka antara pewawancara
dengan responden. Wawancara yang digunakan disini adalah wawancara
berstruktur dengan cara memberikan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
d. Teknik Dokumentasi
Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat gambaran Deskriptif,
Kuantitatif yaitu memberikan gambaran umum mengenai kondisi responden
penelitian. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan presentasenya.
/n x 100%
Keterangan :
: frekuensi jawaban.
n : jumlah sampel.
(Sugiyono, 1991:43)
Dengan demikian data yang diperoleh itu dapatlah diketahui ada atau tidaknya hubungan
yang positif antara tingkat pengawasan dengan kinerja pegawai padaSekolah Madrasah
Aliyah Pompanua Kabupaten Bone. Setelah data terkumpul, diolah dengan teknik
analisis.
G. RENCANA ISI.
BAB I. PENDAHULUAN
B Rumusan Masalah.
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
D Metode Penelitian.
E Sistematika Pembahasan.
A Pengertian Manajemen.
B Pengertian Pelayanan.
D Kerangka Konseptual.
A Struktur Organisasi.
B Uraian Tugas.
BAB V. PENUTUP
A Kesimpulan.
B Saran
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH
NAMA : DEWINATI
NIM : 12008
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................3
A. PENGETAHUAN...............................................................................................4
1. Perdarahan Postpartum..................................................................................4
a. Defenisi..............................................................................................4
b. klasifikasi...........................................................................................4
c. Penyebab Perdarahan..........................................................................4
2. Atonia Uteri....................................................................................................5
a. Defenisi...............................................................................................5
e. Diagnosis.............................................................................................6
g. Penatalaksanaan...................................................................................6
B. KERANGKA TEORI........................................................................................10
A.Desain Penelitian................................................................................................14
E. Instrumen Penelitian..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian maternal dan perinatal merupakan ukuran terpenting dalam menilai indikator
keberhasilan pelayananan kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan
yang mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat mengakibatkan kematian ibu dan
perinatal. Angka kematian ibu dan perinatal merupakan ukuran terpenting dalam menilai
keberhasilan pelayanan kesehatan disuatu Negara. (Maryuani, Asuhan kegawatdaruratan dalam
kebidanan. 2011:1- 3)
Di Indonesia tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sedangkan pada tahun 2008 jumlah AKI menurun menjadi 235
per 100.000 kelahiran hidup menurut keputusan Menkes RI sasaran pembangunan kesehatan
angka menengah 2005-2009 AKI dari 347 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 236 per 100.000
kelahiran hidup. Penurunan AKI yang lambatmerupakan masalah prioritas yang belum teratasi,
sedangkan target yang harustercapai pada tahun 2015adalah102 per 100.000
kelahiran hidup(SDKI, 2008).
Kontribusi AKI di Indonesia cukup besar, yaitu 390 per 100.000 persalinan sekitar
165.000-170.000 orang pertahun. Atau terjadi sekitar setiap 2,0-2,5 menit. Penyebab utama
tingginya AKI tersebut disebabkan oleh trias penyebab kematian, yaitu Perdarahan 60 %, infeksi
25 %, gestosis 15 %. (Manuaba ; Pengantar Kuliah Obstetri, 2012 : 6).
Dari laporan-laporan baik di Negara Maju maupun Berkembang angka kejadian berkisar
antara 5 %-15 %. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran etiologi antara lain : Atonia Uteri (50-
60 %), sisa plasenta (23-24 %), retensio plasenta (16-17 %), laserasi jalan lahir (4-5 %), kelainan
darah (0.5 %-0.8 %). (dilaporkan oleh Muchtar R.dkk, 2005). Oleh karena itu, salah satu kasus
penyebab terbesar kematian maternal pada perdarahan masa nifas terjadi karena Atonia
Uteri. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi
segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan
perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik.
Menurut Dinas Kesehatan Tangerang pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu mencapai
180/100.000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar Angka Kematian Ibu yaitu preeklamsia 38%,
hipertensi dalam kehamilan 3%, HPP 19%, inversio 3%, rupture uteri 2%, dan lain-lain 38%.
Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2012 tercatat
sebanyak 217 kematian per 1000 Kelahiran Hidup. Penyebab terbesar Angka Kematian Bayi
antara lain asfiksia 47%, BBLR 36%, kelainan congenital 8%, sepsis 6%, dan lain-lain
3%. (Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,2012)
Pada uterus yang tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu
dapat mengalami perdarahan yaitu 350-500 cc per menit dari bekas tempat melekatnya plasenta.
Bila uterus berkontraksi maka myometrium akan menjepit anyaman pembuluh yang berjalan
diantara serabut otot dan keadaan myometrium yang tidak berkontraksi maka darah yang keluar
dari bekas melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (APN, 2008)
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia Uteri
adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah
yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Asuhan Persalinan
Normal, 2012 : 104)
Kematian ibu dengan perdarahan karena atonia uteri masih merupakan masalah Indonesia
seperti yang kita ketahui 80 % dari persalinan di indonesia masih ditolong oleh dukun sehingga
kematian akibat perdarahan pada kala III masih tinggi karena minimnya pengetahuan dukun
tentang atonia uteri dan rendahnya/kurangnya persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan,
faktor sosial budaya dan faktor kepercayaaan takut untuk bersalin oleh tenaga kesehatan / bidan.
Dengan masih tingginya angka kejadian ibu bersalin yang mengalami atonia uteri, untuk
itu perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu bersalin dengan atonia uteri di Rumah
Sakit umum Daerah Tangerang tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas bahwa perlu diketahui faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi karakteristik ibu bersalin dengan atonia uteri di RSU Kabupaten Tangerang
Tahun 2013.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik ibu bersalin dengan Atonia uteri di RSUD Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian atonia uteri pada ibu bersalin di RSUD Tangerang
tahun 2013.
b. Diketahuinya karakteristik ibu bersalin dengan atonia uteri berdasarkan usia ibu di
RSUD Tangerang tahun 2013.
c. Diketahuinya karakteristik ibu bersalin dengan atonia uteri berdasarkan paritas ibu di
RSUD Tangerang tahun 2013.
d. Diketahuinya karakteristik ibu bersalin dengan atonia uteri berdasarkanpartus lama ibu
di RSUD Tangerang tahun 2013.
e. Diketahuinya karakteristik ibu bersalin dengan atonia uteri berdasarkan
riwayat anemia di RSUD Tangerang tahun 2013.
D. Manfaat
1. Bagi RSUD Tangerang
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi RSUD Tangerang
untuk lebih meningkatkan upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif dengan cara memberikan
penanganan secara tepat waktu terutama pada kasus ibu bersalin yang mengalami atonia
uteri sesuai prosedur yang telah di tetapkan.
2. Bagi Institusi
Untuk menambah literature pada pendidikan dan untuk menambah referensi penelitian
bagi pendidikan.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dalam hal penelitian dan menerapkan ilmu yang telah di
dapat khususnya tentang metodologi penelitian.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. PENGETAHUAN
1. Perdarahan Postpartum
a. Definisi
Perdarah postpartum adalah adalah perdarah yang melebihi 500 ml setelah bayi
lahir. (Sarwono, 2011 : 523)
Pada uterus yang tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu
dapat mengalami perdarahan yaitu 350-500 cc per menit dari bekas tempat melekatnya
plasenta. Bila uterus berkontraksi maka myometrium akan menjepit anyaman pembuluh
yang berjalan diantara serabut otot dan keadaan myometrium yang tidak berkontraksi
maka darah yang keluar dari bekas melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (APN,
2012)
b. Klasifikasi
c. Penyebab Perdarahan
a. Atonia Uteri
b. Retensio Plasenta
c. Sisa Plasenta
d. Robekan Jalan Lahir
e. Kelainan Pembekuan darah
2. Atonia Uteri
a. Definisi
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Asuhan Persalinan Normal, 2012 : 104)
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir. (Sarwono, 2011 : 524)
1) Kematian
2) Infeksi
Sindroma Sheehan (nekrosis pars anterior hipofisis) astenia, penurunan berat
badan, hipotensi, anemia, kaheksia, fungsi seksual menurun, (atropi alat-alat genital)
BMR menurun, dan fungsi laktasi berkurang.(Manuaba, 2012)
5. Diagnosis
Diagnosis biasanya tidak sulit ditegakkan, terutama apabila timbul perdarahan banyak
dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama, tanpa disadari penderita
telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat. Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat
dan tekanan darah menurun. Jika perdarahan terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
syok. (Sarwono, 2011)
6. Sikap bidan dalam menghadapi atonia uteri
Meningkatkan upaya preventif adalah salah satu sikap bidan terhadap penanganan atonia
uteri dengan cara meningkatkan penerimaan keluarga berencana sehingga memperkecil jumlah
grandemultipara dan memperpanjang jarak hamil, melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan
dengan overdistensi uterus, hidramnion dan kehamilan ganda dugaan janin besar (makrosomia),
mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun. (Wahyuni,2011)
7. Penatalaksanaan
Sebab yang dapat ditimbulkan atonia uteri adalah kematian, oleh karena itu,
penatalaksanaan atonia uteri memerlukan tindakan sesegera mungkin sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu
Meningkatkan kontraksi otot rahim dan penghentian perdarahan dapat dilakukan dengan
jalan antara lain masase fundus uteri, pemberian uterotonika dengan penyuntikan oksitosin, KBI,
KBE, dan sejenisnya, menghentikan atau menghilangkan sumber perdarahan dengan ligasi
arterial dan melakukan histerektomi. (Manuaba, 2012)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (masase) fundus uteri :
a. Segera lakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI)
a) Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan
secara obstetrik (menyatukan kelima hujung jari) melalui introitus ke dalam vagina
ibu.
b) Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum
uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
c) Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior
uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke
arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang.
d) Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta)
5) Evaluasi keberhasilan
a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI
selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu
secara melekat selama kala IV.
c) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk
melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian lakukan langkah-
langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai
menyiapkan rujukan.
6) Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Jangan
berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan
tekanan darah.
7) Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 cc
larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
8) Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI
9) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena
hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawatdarurat di
fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi
darah.
10) Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan
hingga ibu tiba di tempat rujukan.
b) Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah
cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L kemudian lanjutkan dalam jumlah 125
cc/jam.
c) Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500ml (botol kedua) cairan infus dengan
tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk
dehidrasi. (Asuhan Persalinan Normal, 2012 : 105-106)
1) Letakkan satu tangan pada abdomen didepan uterus, tepat didepan simfisis
pubis.
2) Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri)
usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
2) Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk sehingga
kelingking pada umbilikus kearah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus.
3) Dengan tangan yang lain, raba pulsasi arteri femoralis untuk mengetahui cukup
tidaknya kompresi
4) Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan kompresi masih belum cukup.
5) Jika tekanan tangan mencapai aorta abdominalis, maka pulsasi arteri femoralis
akan berkurang atau terhenti.
7) Jika perdarahan masih berlanjut: lakukan ligasi arterina dan utero-ovarika, jika
perdarahan terus banyak, lakukan histerektomi supravaginal.
B. KERANGKA TEORI
1. Usia Ibu
2. Paritas
3. Partus lama
BAB III
A. Kerangka Konsep
Aspek-aspek yang akan di teliti dalam penelitian ini di batasi pada aspek usia ibu,
paritas, partus lama, dan anemia. Dalam memperoleh gambaran Karakteristik ibu postpastum
dengan perdarahan akibat atonia uteri di RSUD Tangerang tahun 2013.
Variabel Independen
Karakteristik Ibu :
1. Usia Ibu
2. Paritas
3. Partus Lama
4. Anemia
Variabel
Dependen
ATONIA UTERI
A. Definisi operasional
sumber : Muchtar
1998
5 Anemia Dalam kehamilan Data Melihat a. Ya, jika kadar Nominal
adalah kondisi ibu Rekam Data Hb < 11 gr%
hamil bila kadar Medik b. Tidak, jika
Hb kurang dari 11 kadar Hb >11
gr% gr%
sumber :
Manuaba 2007
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui Karakteristik ibu bersalin dengan atonia uteri di RSUD Kabupaten
Tangerang Tahun 2013
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Tangerang pada tahun 2014. Data yang
diambil adalah catatan medik dari ibu bersalin dengan atonia uteri.
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti dan di anggap
mewakili populasi
Sampel yang diambil adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami atonia uteri di RSUD
Kabupaten Tangerang Tahun 2013
a. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan yaitu ..... Bayi Baru Lahir yang mengalami BBLR di RSUD
Tangerang Tahun 2013 dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
n = {(Z 1-a)2 x p(1-p)}
d2
Keterangan :
n : besar sampel
p : persen kejadian ibu bersalin yang mengalami atonia uteri di RSUD Tangerang tahun
2013
Z : presisi (dapat ditetapkan, semakin kecil presisi semakin besar
jumlah sampel) 10% = 0,1
P = X 100%
Pengambilan sampel dilakukan dengan radom sampling, dimana sampel diambil secara
acak dari jumlah populasi yang ada.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yaitu pada tahun 2013
untuk mendapatkan gambaran terhadap variabel yang menunjang Faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya atonia uteri di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2013.
E. Instrumen Penelitian
1. Pengolahan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, dengan cara menelaah ibu bersalinyang
mengalami atonia uteri dari rekam medik di RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Setelah
dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut diolah sebagai berikut :
a. Editing
b. Coding
c. Tabulasi Data
Tabulasi data mentah maupun tabel kerja untuk menghitung data tertentu secara
statistik. Untuk itu peneliti harus melakukan tabulasi dan menurut kriteria tertentu
agar penguji hipotesis mudah dilakukan
2. Analisa Data
Data yang terkumpul akan dianalisa secara univariat yaitu untuk mengetahui frekuensi
distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-populasi-dan-sampel-html?m=1
Contoh proposal kebidanan
PROPOSAL KEBIDANAN
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat- Nyalah, telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini pada Program DIII Kebidanan Universitas Indonesia
Timur Makassar dengan judul “GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR
TERHADAP ALAT KONTRASEPSI KB SUNTIK”.
Penyusunan Proposal Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat
dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit demi sedikit
kendala tesebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih
sebanyak- banyaknya kepada Ibu Hj. Herlina MPd yang dengan ikhlas telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis guna penyempurnaan dalam menyelesaikan
Proposal Penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal atas
bantuan dan jasa- jasanya dan proposal ini dapat bemamfaat bagi penulis dan rekan- rekan
mahasiswa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah……………………………………..
C. Tujuan Penelitian………………………………………
D. Mamfaat Penalitian…………………………………….
A. Jenis Penelitian…………………………………………
F. Analisis Data…………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah.
Masalah utamanya yaitu ledakan jumlah penduduk yang beberapa tahun terakhir ini sulit
terkontrol. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia telah
mencapai 237,6 juta jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia menempati
peringkat ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (RS, 2011). Untuk
mampu merenda keluarga bahagia, perluh berbagi peran dengan adil suami istri, berusaha
mengatasi krisis keluarga dan mengkukuhkan integritas keluarga (Mustakim, 2012 : 48)
Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan
Program Keluarga Berencana. (Handayani S, 2010 : 29) Sasaran program KB di bagi menjadi 2
yaitu sasaran langsung dan tidak langsung, tergantung dari usaha yang ingin di capai. Sasaran
langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak
lansungnya adalah pelaksana dan pengolah KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, dan keluarga sejahtera.
Berbagai usaha di bidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok pembangunan
keluarga sejahterah teleh dilakukan baik oleh pemerintah, maupun swasta maupun masyarakat
sendiri. Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan yang berumur antara 20- 35 tahun dimana
pasangan laki- laki dan perempuan sudah cukup matang dalam segala hal terloebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Dari data yang diperoleh pada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar jumlah Pasangan Usia
Subur yaitu pada tahun 2009 tercatat sebanyak 2.584 PUS, kemudian pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 2.834 PUS dan Sebanyak 3.062 PUS pada tahun 2011.
Berdasarkan uaraian latar belakang tersebut diatas dengan tingginya angka akseptor pemekai
suntik, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Pasangan
Usia Subur Terhadap Alat Kontrasepsi KB Suntik di wilayah kerja Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
2. Bagaimana pengetahuan pasangan usia subur terhadap kelebihan dan kekurangan alat
kontrasepsi KB Suntik ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasangan usia subur terhadap alat kontrasepsi
KB Suntik .
2. Tujuan Khusus
c. Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang kontra indikasi kontrasepsi
KB Suntik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Program
Sebagai salah satu sumber informasi bagi petugas kesehatan terutama bagi penentu
kebijakan dan pelaksanaa program baik instansi Departemen Kesehatan maupun pihak di
Rumah Sakit Bhayangkara Mappaouddang Makassar.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai
bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
3. Manfaat Institusi
4. Manfaat Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian PUS
Pasangan usia subur (PUS) adalah berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya
sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan
kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaaan “what”
misalnya air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012 : 1)
Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin tiggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula
pengetahuannya tentang sesuatu (Sulistyawati A, 2009 : 104)
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta
kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang
tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah
kehamilan, dan
setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya
(Http://www.posyandu.),
1. Pengertian Kontrasepsi
a) Mekanisme ( barrier)
b) Kondom
d) Kimiawi dengan spermisid, antara lain : vaginal cream, vaginal foam, vaginal
jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet.
1) Kontrasepsi Hormonal
a) KB pil, antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil, Morning After
2) Implant/ AKBK
Kontrasepsi suntikan adalah suatu cara kontrasepsi yang berdaya kerja panjang ( lama),
yang tidak membutuhkan pemekaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi
tetap reversible (Hartanto H, 2004 : 163 ).
Menurut (Saifuddin AB, 2006 : MK-42) terdapat dua jenis kontrasepsi suntik KB, yaitu
kontrasepsi suntikkan progesteron dan kontrasepsi kombinasi, dengan profil umum sebagai
berikut :
Kontrasepsi suntikksn progestin adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya
progesterone di suntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik (BPPUK, 2002).
2) Cara Kerja
a) Mencegah ovulasi
3) Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan/ tahun, asal penyuntikkan di lakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
4) Keuntungan
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka
panjang
Tidak berpengaruh pada hubungan suami- istri
c) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
d) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause .
e) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
f) Mencegah radang panggul
g) Sedikit efek samping
5). Keterbatasan
3). Efektifitas
5). Keterbatasaan
b). Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan , dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntik kedua atau ketiga.
d). Anemia
b). Pasca persalinan 6 bulan serta belum haid dan tidak hamil
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang atau objek dengan satu karakteristik umum yang dapat di
observasi (Sulistyaningsih, 2011 : 64). Semua akseptor KB di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah subset yang di cuplik dari populasi, yang akan diamati dan di ukur oleh peneliti
(Sulistyaningsih, 2011 : 65). Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan waktu yang dimiliki,
saya mengambil sampel dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB yang menggunakan
kontrasepsi suntik sebanyak 382 orang pada Rumah Sakit Bhayangkara tahun 2011.
1. Pengumpulan data
Alat ukur yang di dalam peneltian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden
untu di jawabnya ( Sulistyaningsih, 2011 : 122).
Jenis data yang di kumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi pengetahuan, sikap, tentang penggunaan alat kontrasepsi Kb suntik , semua data tesebut
diatas diperoleh dari hasil pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder yaitu data penunjang
dari data primer.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang di ambil secara langsung dari responden menggunakan
kuesioner dengan metode angket. Data primer dalam penelitian ini adalah pengetahuan pasangan
usia subur terhadap KB Suntik.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data primer yang di peroleh dari instansi
terkait berupa : pencacatan dan pelaporan cakupan pasangan usia subur di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.
a. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan
data, memeriksa kesinambungan data, dan kseragaman data.
b. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perluh
disederhanakan yaitu dengan simbol- simbol tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean).
Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor variabel,
nama variabel, dan kode.
c. Tabulasi data
Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data kedalam satu tabel menurut
sifat- sifat yang di miliki yang mana sesuai dengan tujuan peneltian ini dalam hal I I dipakai
tabel untuk penganalisaan data.
2. Analisa Data
P = x 100%
Keterangan :
n : Jumlah sampel
F. Etika Penelitian
Infoment consent atau lembar persetujuan di berikan kepada subyek yang akan di teliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan dan dampak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data. Jika pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang alat
kontrasepsi diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika
pasangan usia subur (PUS) menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak- haknya.
Untuk menjaga kerahasian pasanag usia subur (PUS), peneliti tidak mencatumkan nama
koresponden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor pada masing-
masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi pasangan usia subur (PUS) di jamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
KUESIONER PENELTIAN
1. Identitas Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
I. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang pada setiap jawaban.
d. Tidak tahu
b. Kontrasepsi estrogen
c. Kontrasepsi Pil KB
d. Tidak tahu
a. Mencegah haid
c. Meningkatkan kesuburan
d. Tidak tahu
b. Meningkatkan kesuburan
c. Mencegah kehamilan
d. Tidak tahu
d. Tidak tahu
d. Tidak tahu
d. Tidak tahu
b. Melahirkan
c. Tidaak tahu
a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak tahu
3. Apakah ibu dengan penyakit hepatitis dapat menggunakan alat kontrasepsi KB suntik ?
a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak tahu
4. Apakah ibu yang mengalami anemia dapat menggunakan alat kontrasepsi KB suntik ?
a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak tahu
DAFTAR PUSTAKA
Glasier Anna dkk, 2005. Keluarga Berencana &Kesehatan Reproduksi.Jakarta : EGC
Handayani S, 2010. Buku Ajar Pelayana Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, Anggota
Ikapi
Manuaba I. B. G, 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta :
EGC
Manuaba I. B. G, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Mustakim, 2012. Cakrawala KB, Kependudukan dan Pemberdayaan Keluarga. Jakarta : Referensi
Notoatmodjo S, 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Saifuddin, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirhardjo
Saifuddin, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Priyanto A, 2009. Komunikasi Konseling : Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat
dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika
Sulistyaningsih, 2012. Metodelogi Penelitian Kebidanan Kebidanan Kuantatif-Kualitatif. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Sulistyawati A, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika
Http ://www. geogle com/search?q=artikel pasangan usia subur & ie , di akses tanggal 30 Januari 2013.
Http ://www. posyandu.org/pngertian-kb.html, diakses tanggal 30 Januari 2013.
Diposting oleh ratri suprapti di 07.15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Kumpulan Judul KTI Kebidanan Terbaru 2017
Di bawah ini adalah Beberapa Contoh Judul KTI terbaru kebidanan, yang bisa di jadikan acuan
buat mahasiswi kebidanan yang masih bingung dengan judul-judul KTI, berikut Admin akan
paparkan kepada kalian, silahkan di simak dan Semoga bermanfaat,............
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat- Nyalah, telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini pada Program DIII Kebidanan Universitas Indonesia
Timur Makassar dengan judul “GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR
TERHADAP ALAT KONTRASEPSI KB SUNTIK”.
Penyusunan Proposal Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat
dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit demi sedikit
kendala tesebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih
sebanyak- banyaknya kepada Ibu Hj. Herlina MPd yang dengan ikhlas telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis guna penyempurnaan dalam menyelesaikan
Proposal Penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal atas
bantuan dan jasa- jasanya dan proposal ini dapat bemamfaat bagi penulis dan rekan- rekan
mahasiswa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah……………………………………..
C. Tujuan Penelitian………………………………………
D. Mamfaat Penalitian…………………………………….
A. Jenis Penelitian…………………………………………
F. Analisis Data…………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah.
Masalah utamanya yaitu ledakan jumlah penduduk yang beberapa tahun terakhir ini sulit
terkontrol. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia telah
mencapai 237,6 juta jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia menempati
peringkat ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (RS, 2011). Untuk
mampu merenda keluarga bahagia, perluh berbagi peran dengan adil suami istri, berusaha
mengatasi krisis keluarga dan mengkukuhkan integritas keluarga (Mustakim, 2012 : 48)
Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan
Program Keluarga Berencana. (Handayani S, 2010 : 29) Sasaran program KB di bagi menjadi 2
yaitu sasaran langsung dan tidak langsung, tergantung dari usaha yang ingin di capai. Sasaran
langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak
lansungnya adalah pelaksana dan pengolah KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, dan keluarga sejahtera.
Berbagai usaha di bidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok pembangunan
keluarga sejahterah teleh dilakukan baik oleh pemerintah, maupun swasta maupun masyarakat
sendiri. Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan yang berumur antara 20- 35 tahun dimana
pasangan laki- laki dan perempuan sudah cukup matang dalam segala hal terloebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Dari data yang diperoleh pada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar jumlah Pasangan Usia
Subur yaitu pada tahun 2009 tercatat sebanyak 2.584 PUS, kemudian pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 2.834 PUS dan Sebanyak 3.062 PUS pada tahun 2011.
Berdasarkan uaraian latar belakang tersebut diatas dengan tingginya angka akseptor pemekai
suntik, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Pasangan
Usia Subur Terhadap Alat Kontrasepsi KB Suntik di wilayah kerja Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
2. Bagaimana pengetahuan pasangan usia subur terhadap kelebihan dan kekurangan alat
kontrasepsi KB Suntik ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasangan usia subur terhadap alat kontrasepsi
KB Suntik .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang pengertian kontrasepsi KB Suntik.
b. Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang tujuan kontrasepsi KB Suntik.
c. Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang kontra indikasi kontrasepsi KB
Suntik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Program
Sebagai salah satu sumber informasi bagi petugas kesehatan terutama bagi penentu kebijakan
dan pelaksanaa program baik instansi Departemen Kesehatan maupun pihak di Rumah Sakit
Bhayangkara Mappaouddang Makassar.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan
acuan bagi peneliti selanjutnya.
3. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan pertimbangan bagi pengelola institusi terutama dalam mengembangkan
ilmu kebidanan.
4. Manfaat Penulis
Sebagai pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan
tentang keluarga berencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian PUS
Pasangan usia subur (PUS) adalah berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya
sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan
kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaaan “what”
misalnya air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012 : 1)
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta
kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang
tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah
kehamilan, dan
setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya
(Http://www.posyandu.),
1. Pengertian Kontrasepsi
a. Kontrasepsi adalah bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan dan
merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual (Saifuddin, 2010 : U-46)
b. Kontrasepsi adalah suatu cara, obat, dan alat untuk mencegah atau menjarangkan kehamilan
(Priyanto A, 2009 : 114).
c. Kontasepsi adalah tambahan sebagai perlindungan harus dimulai dari permulaan sakit dan
berlanjut selama 7 hari kemudian ( Glasier dkk, 2005 : 60)
b). Kondom
c). Introvagina wanita antara lain : diagfragma, spons dan kap serviks.
d). Kimiawi dengan spermisid, antara lain : vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vagina
suppositoria, vaginal tablet.
a). KB pil, antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil, Morning After
a. Untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil dan
sejahterah melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga (Handayani S, 2010 : 29).
Kontrasepsi suntikan adalah suatu cara kontrasepsi yang berdaya kerja panjang ( lama),
yang tidak membutuhkan pemekaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap
reversible (Hartanto H, 2004 : 163 ).
Menurut (Saifuddin AB, 2006 : MK-42) terdapat dua jenis kontrasepsi suntik KB, yaitu
kontrasepsi suntikkan progesteron dan kontrasepsi kombinasi, dengan profil umum sebagai
berikut :
Kontrasepsi suntikksn progestin adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya
progesterone di suntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik (BPPUK, 2002).
a). Depo Medroxyprogesteron asetat (DMPA), yang mengandung 150 DMPA, yang diberikan setiap
3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (di dalam bokong).
b). Depo Norittesteron enatat (depo Norisetat), yang mengandung 200 mg Noristendron enantat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.
3). Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan/ tahun, asal penyuntikkan di lakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
4). Keuntungan
5). Keterbatasan
a). Setiap saat selama siklus haid, dan ibu tidak hamil
c). untuk ibu post partum dapat diberikan pada hari 3- 5, dan
sesudah air susu ibu (ASIO terbentuk).
3). Efektifitas
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan.
5). Keterbatasaan
b). Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan , dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntik kedua atau ketiga.
d). Anemia
b). Pasca persalinan 6 bulan serta belum haid dan tidak hamil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang atau objek dengan satu karakteristik umum yang dapat di
observasi (Sulistyaningsih, 2011 : 64). Semua akseptor KB di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah subset yang di cuplik dari populasi, yang akan diamati dan di ukur oleh peneliti
(Sulistyaningsih, 2011 : 65). Sehubungan dengan keterbatasan biaya dan waktu yang dimiliki,
saya mengambil sampel dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB yang menggunakan
kontrasepsi suntik sebanyak 382 orang pada Rumah Sakit Bhayangkara tahun 2011.
1. Pengumpulan data
Alat ukur yang di dalam peneltian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden
untu di jawabnya ( Sulistyaningsih, 2011 : 122).
Jenis data yang di kumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi pengetahuan, sikap, tentang penggunaan alat kontrasepsi Kb suntik , semua data tesebut
diatas diperoleh dari hasil pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder yaitu data penunjang
dari data primer.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang di ambil secara langsung dari responden menggunakan
kuesioner dengan metode angket. Data primer dalam penelitian ini adalah pengetahuan pasangan
usia subur terhadap KB Suntik.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data primer yang di peroleh dari instansi
terkait berupa : pencacatan dan pelaporan cakupan pasangan usia subur di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.
a. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan
data, memeriksa kesinambungan data, dan kseragaman data.
b. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perluh
disederhanakan yaitu dengan simbol- simbol tertentu, untuk setiap jawaban (pengkodean).
Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor variabel,
nama variabel, dan kode.
c. Tabulasi data
Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data kedalam satu tabel menurut
sifat- sifat yang di miliki yang mana sesuai dengan tujuan peneltian ini dalam hal I I dipakai
tabel untuk penganalisaan data.
2. Analisa Data
P = x 100%
Keterangan :
n : Jumlah sampel
F. Etika Penelitian
Infoment consent atau lembar persetujuan di berikan kepada subyek yang akan di teliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan dan dampak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data. Jika pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang alat
kontrasepsi diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika
pasangan usia subur (PUS) menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak- haknya.
Untuk menjaga kerahasian pasanag usia subur (PUS), peneliti tidak mencatumkan nama
koresponden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor pada masing-
masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi pasangan usia subur (PUS) di jamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
KUESIONER PENELTIAN
1. Identitas Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
I. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang pada setiap jawaban.
d. Tidak tahu
b. Kontrasepsi estrogen
c. Kontrasepsi Pil KB
d. Tidak tahu
a. Mencegah haid
c. Meningkatkan kesuburan
d. Tidak tahu
b. Meningkatkan kesuburan
c. Mencegah kehamilan
d. Tidak tahu
d. Tidak tahu
d. Tidak tahu
4. Kapan waktu pemberian kontrasepsi KB suntik ?
d. Tidak tahu
b. Melahirkan
c. Tidaak tahu
a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak tahu
3. Apakah ibu dengan penyakit hepatitis dapat menggunakan alat kontrasepsi KB suntik ?
a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak tahu
4. Apakah ibu yang mengalami anemia dapat menggunakan alat kontrasepsi KB suntik ?
a. Dapat
b. Tidak dapat
c. Tidak tahu
DAFTAR PUSTAKA
Glasier Anna dkk, 2005. Keluarga Berencana &Kesehatan Reproduksi.Jakarta : EGC
Handayani S, 2010. Buku Ajar Pelayana Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, Anggota
Ikapi
Manuaba I. B. G, 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta :
EGC
Manuaba I. B. G, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Mustakim, 2012. Cakrawala KB, Kependudukan dan Pemberdayaan Keluarga. Jakarta : Referensi
Notoatmodjo S, 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Saifuddin, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirhardjo
Saifuddin, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Priyanto A, 2009. Komunikasi Konseling : Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat
dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika
Sulistyaningsih, 2012. Metodelogi Penelitian Kebidanan Kebidanan Kuantatif-Kualitatif. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Sulistyawati A, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika
Http ://www. geogle com/search?q=artikel pasangan usia subur & ie , di akses tanggal 30 Januari 2013.
Http ://www. posyandu.org/pngertian-kb.html, diakses tanggal 30 Januari 2013.
Diposting oleh ratri suprapti di 07.15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar:
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JURUSAN KEBIDANAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO) Tahun 2007, angka
kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah sebesar 500.000 jiwa dan angka
kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa, pada Tahun 2009 jumlah kematian ibu sebanyak 2650
orang. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi jika dibandingkan Negara-
negara Association South East Asian (ASEAN), yang berarti kemampuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu
(Saifuddin, 2008).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan kepada pasien.
Kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi, salah satu
diantaranya adalah kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan (termasuk bidan) dengan
pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya pengobatan secara medis saja melainkan
juga berorientasi pada komunikasi karena komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien
(Pohan, 2007).
1
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, Angka Kematian
Ibu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, Tahun 2009 Angka Kematian Ibu sebesar 357 per
100.000 kelahiran hidup sedangkan pada Tahun 2010 sebesar 263 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu mulai menjadi sorotan terkait sulitnya mencapai target MDGs (Millennium
Development Goals) yang tinggal 3 Tahun lagi yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015, untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas (WHO, 2011).
Dalam memantau program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat di nilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4, secara nasional cakupan K1 Tahun
2010 adalah 95,26% dan cakupan K4 adalah 85,56%, jumlah tersebut masih kurang dari target
nasional tahun 2012 yaitu cakupan K1 100% dan K4 95%. Sedangkan cakupan K1 di Provinsi
Bengkulu Tahun 2010 adalah 91,2% dan cakupan K4 adalah 85,8% dengan target cakupan tahun
2015 K1 100% dan K4 95%. Di Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu pada Tahun
2009didapatkan cakupan K1 94% dan cakupan K4 84%, pada Tahun 2010 cakupan K1 95% dan
cakupan K4 96%, sedangkan pada Tahun 2011 cakupan K1 84% dan cakupan K4 86%. Dari
uraian diatas kunjungan ibu hamil mengalami kenaikan dan penurunan tiap tahunnya, banyak
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan ibu hamil dalam melakukan
kunjungan Antenatal Care salah satunya adalah komunikasi bidan dalam Antenatal
Care (Depkes, 2010).
Komunikasi baik antara bidan dengan ibu hamil sangat mempengaruhi kepuasan ibu
hamil dalam mendapat pelayanan oleh bidan. Sehingga dapat diperoleh rasa saling percaya
antara bidan dan pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara setelah melakukan perawatan
kehamilan, bidan mendengarkan dengan penuh perhatian apabila ada keluhan dari penderita
menanggapi dengan baik apabila ada pertanyaan. Konseling merupakan komunikasi
interpersonal yang berkaitan dengan hak klien untuk memperoleh informasi, indikator mutu
pelayanan kesehatan, membantu klien dalam menentukan pilihan, memahami kondisi yang
dihadapi oleh klien, memberikan rasa puas pada klien (Saifuddin, 2006).
Dari survey awal dengan melakukan wawancara pada 3 orang ibu hamil trimester I dan
III yang dilakukan peneliti pada salah satu Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Barat Bengkulu, diperoleh bahwa 1 ibu hamil trimester III mengatakan puas dan 2 ibu
hamil trimester I dan III mengatakan cukup puas dengan pelayanan Antenatal Care yang
diberikan oleh bidan. Menurut ibu hamil yang mengatakan cukup puas, kekurangpuasannya
karena merasa bidan kurang perhatian dan ibu hamil kurang memahami penjelasan yang
diberikan oleh bidan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengangkat judul
penelitian “Hubungan Komunikasi Bidan dengan Tingkat Kepuasan Ibu Hamil dalam Antenatal
Care di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Bengkulu”.
B. Masalah Penelitian
Dari latar belakang tersebut diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut: “Apakah ada hubungan antara komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil
dalam Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Bengkulu?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan umum
Untuk mempelajari hubungan komunikasi Bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil
dalam Antenatal Care pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Barat Bengkulu.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui komunikasi Bidan dalam Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta
Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Bengkulu.
b. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta Genap
Sri Lingkar Barat Bengkulu.
c. Untuk mengetahui hubungan komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil
dalam Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi profesi bidan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan
perencanaan peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi peserta didik mengenai komunikasi dan
tingkat kepuasan ibu hamil dalam Antenatal Care.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat berguna dalam menambah wawasan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dibidang penelitian dan untuk memenuhi tugas akhir di STIKES
Tri Mandiri Sakti Bengkulu Program Studi DIII Kebidanan penulisan Karya Tulis Ilmiah tentang
komunikasi bidan dalam Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi Bidan
a. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari kata “to commune” yang berarti “menjadikan milik bersama”.
Beberapa ahli menyampaikan pengertian komunikasi. Komunikasi adalah proses pertukaran
informasi (Taylor, 1993, dalam Wulandari, 2009). Komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan
(Burgess, 1988, dalam Wulandari, 2009). Komunikasi adalah kegiatan mengajukan pengertian
yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah
laku yang diinginkan penerima informasi (Yuwono, 1985, dalam Wulandari, 2009).
Dari ketiga pengertian diatas, intinya adalah komunikasi merupakan seni penyampaian informasi
(pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta
membentuk perilaku komunikan atau penerima berita (pola, sikap,pandangan, dan
pemahamannya), ke pola dan pemahaman yang dikehendaki bersama (Uripni, 2003).
6
Komunikasi adalah suatu proses interaksi antarpribadi atau proses penyampaian informasi
dengan menggunakan bentuk verbal maupun non verbal untuk mencapai tujuan
tertentu (Wulandari, 2009). Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan
pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja sama (Tappen, 1995,
dalam Suarli, 2010).
Komunikasi kebidanan adalah bentuk komunikasi yang digunakan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada klien. Komunikasi kebidanan merupakan penggambaran terjadinya
interaksi antara bidan dengan klien dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien. Sebagaimana
diketahui, klien atau pasien menuntut pelayanan yang paripurna, baik fisik maupun psikologis
terutama klien yang mengalami ketidak stabilan emosi selama proses adaptasi terhadap suatu
perubahan status misalnya menjadi ibu, menjadi orang tua, mengalami kehamilan yang pertama.
Karena keadaan tersebut, klien perlu memperoleh pendampingan dan kedekatan dengan tenaga
pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah bidan (Uripni, 2003).
Melalui komunikasi bidan dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada pasien, dan kemudian
bidan dapat mengetahui pikiran dan perasaan pasien terhadap penyakit yang diderita dan juga
sikap perilaku pasien terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian segala tindakan bidan disepakati
oleh pasien, dan pasien itu sendiri ikut membantu segala penyembuhan yang dilakukan
terhadapnya bila dilakukan tindakan tanpa diberi penjelasan terlebih dahulu, atau pendapat klien
tidak diminta atau sebaliknya pasien menyembunyikan perasaannya, maka upaya penyembuhan
akan kurang berhasil (Dalami, 2009).
b. Tujuan komunikasi
Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan tertentu dalam
mencapai suatu tujuan. Artinya dalam proses komunikasi, terjadi suatu pengertian yang
diinginkan bersama sehingga tujuan lebih mudah tercapai (Uripni, 2003).
Komunikasi juga bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara bidan dengan pasien
agar mampu meredakan segala ketegangan emosinya dan memahami dirinya serta mendukung
tindakan konstruktif terhadap kesehatannya dalam rangka mencapai kesembuhan. Upaya yang
dilakukan oleh bidan sebaiknya tidak hanya diakhiri oleh penyembuhan akan tetapi diikuti rasa
kepercayaan diantara kedua belah pihak atas tindakan pelayanan yang dilakukan. Oleh karena itu
emosi perlu terkendali dan pemahaman atas masalah yang dihadapi dan upaya pemecahannya
perlu dijaga (Dalami, 2009).
c. Jenis-jenis komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi non verbal
(Wulandari, 2009).
1) Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat sehingga
komunikasi verbal ini sama halnya dengan komunikasi kebahasaan. Komunikasi kebahasaan
dapat dijalin secara lisan (vokal) dan ditulis (visual), contoh penggunaan komunikasi verbal
adalah ketika memberi penjelasan kepada klien, saat membuat catatan perkembangan. Pada
semua contoh komunikasi verbal ini terdapat kata-kata dan bahasa yang dikomunikasikan kepada
orang lain.
2) Komunikasi non verbal, merupakan komunikasi yang tidak menggunakan bahasa lisan
maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa isyarat tubuh (kinestik). Informasi dapat
dikomunikasikan kepada orang lain secara nonverbal dengan berbagai cara, seperti gerakan
tubuh (Gesture), ekspresi wajah, postur tubuh (postural), penggunaan sentuhan, posisi
tubuh, suara, kondisi fisik umum, gaya berpakaian, dan keadaan diam. Contohnya seperti
memegang tangan orang dan menariknya menginformasikan mengajak.
d. Proses komunikasi
Komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila terdapat elemen-elemen yang mendukung
proses komunikasi (Uripni, 2003) antara lain meliputi:
1) Komunikator (sender), yaitu pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lainnya.
2) Pesan (message), yaitu isi dari komunikasi yang disampaikan oleh seseorang.
3) Media (channel), yaitu suatu alat bantu atau saluran untuk menyampaikan pesan terdiri atas 3
bagian lisan, tertulis, dan elektronik.
4) Penerima (receiver), yaitu pihak yang menerima pesan dari pengirim pesan.
5) Tanggapan (response), yaitu serangkaian reaksi dari pihak penerima atas pesan-pesan yang
disampaikan kepadanya.
6) Umpan balik (feedback), yaitu respon penerima yang disampaikan kepada pengirim pesan.
Model yang melibatkan tiga unsur dasar dalam komunikasi, yaitu pengirim (komunikator),
pesan, dan penerima pesan (komunikan).
Unsur-unsur yang terlibat pada model ini meliputi: unsur pengirim atau sumber, pesan, saluran,
penerima, dan umpan balik (feedback) (David, 1990, dalam Tamsuri, 2005).
Model ini menyatakan bahwa komunikasi tidak hanya melibatkan unsur penyampaian pesan
(direct message), tetapi juga ada pesan tambahan yang menyertai suatu proses komunikasi
(Tamsuri, 2005).
Hubungan antar manusia yang baik mendasari keberhasilan dalam berkomunikasi. Oleh karena
itu, komunikasi secara efektif sangat diperlukan untuk memberikan kemudahan dalam
memahami pesan. Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude, change)
pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi yang efektif adalah memberi
kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga
bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman, dan umpan balik seimbang dan melatih penggunaan
bahasa nonverbal secara baik (Uripni, 2003).
1) Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seorang, bidan harus mengerti pengaruh
perkembangan usia, baik dari sisi bahasa maupun proses berfikir orang tersebut. Cara
berkomunikasi anak remaja berbeda dengan anak balita. Kepada remaja mungkin perlu belajar
bahasa “gaul” mereka, sehingga komunikasi diharapkan akan lancar.
2) Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini
dibentuk oleh pengharapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan
terhambatnya komunikasi. Misalnya, kata “beton” akan menimbulkan perbedaan persepsi antara
ahli bangunan dengan orang awam.
3) Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi bidan untuk menyadari
nilai seseorang. Bidan perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat
terjadi interaksi yang tepat dengan klien. Misalnya, memandang tindakan abortus tidak sebagai
dosa, sementara bidan memandang tindakan abortus sebagai tindakan dosa. Hal ini dapat
menyebabkan konflik antara bidan dan klien.
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan
membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
5) Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti perasaan marah,
sedih, senang akan dapat mempengaruhi bidan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bidan
perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga mampu memberi asuhan kebidanan
dengan tepat. Selain itu, bidan perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam
melakukan asuhan kebidanan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
6) Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya sendiri dalam berkomunikasi yang berbeda-beda. Lakoff
(1975) menemukan bahwa dalam percakapan, laki-laki cenderung langsung dan aktif sedangkan
perempuan terlalu sopan dan pasif.
7) Pengetahuan
Gaya berkomunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar perorangan yang berkomunikasi.
Cara berkomunikasi seorang bidan dengan kolegannya, dengan cara berkomunikasi bidan
dengan klien akan berbeda, tergantung peran. Demikian juga dengan orang tua dan anak.
9) Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising tidak
ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. Untuk
itu bidan perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum melakukan interaksi
dengan klien. Lingkungan fisik mempengaruhi tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke
tempat yang lain. Misalnya, saat berkomunikasi dengan sahabatnya akan berbeda apabila
berbicara dengan pimpinan.
10) Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman dan kontrol.
Pada saat pertama kali klien berinteraksi dengan bidan, bidan perlu memperhitungkan jarak yang
tepat pada saat melakukan komunikasi dengan klien.
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan dan
kekurangannya. Citra diri terungkap dalam komunikasi. Contoh, pembicaraan orang tua dengan
anaknya dengan menentukan ekspresi dan persepsi orang, misalnya “kamu mesti jadi bidan
karna akan dihormati dan mudah mendapatkan uang”.
Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya indra pembicaraan mempunyai
andil terhadap kelancaran terhadap komunikasi. Misalnya, orang tuna wicara akan kesulitan
apabila berbicara dengan orang normal.
Setiap pasien mempunyai hak-hak yang harus diberikan, tanpa memandang suku bangsa, usia,
agama, sosio-ekonomi, status perkawinan, partai politik, kehidupan seksual ataupun jumlah anak
dalam keluarga (Saifuddin, 2006).
Hak-hak keluarga:
1) Hak untuk memperoleh informasi tentang kondisi dan keadaan apa yang sedang mereka alami.
2) Hak untuk bertanya mendiskusikan tentang kondisi atau keadaan dirinya dan harapan pasien
dari sistem pelayanan.
a) Aspek kognitif
Ibu hamil merasa puas dengan informasi yang diberikan oleh bidan.
b) Aspek afektif
Ibu hamil diperhatikan oleh bidan dengan penuh perhatian, mendengarkan keluhan dan
mempunyai empati yang tinggi.
c) Aspek perilaku
Ibu hamil melakukan evaluasi atas kemampuan komunikasi bidan dalam memberikan anjuran
yang diberikan.
3) Dimensi kepuasan
Menurut Azwar (1996), secara umum dimensi kepuasan dibedakan atas dua macam:
a) Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
Kenyamanan yang dimaksudkan disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang disediakan,
tetapi juga sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memilih serta menentukan pelayanan kesehatan.
Makin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis pelayanan kesehatan maka makin tinggi
pula mutu pelayanan kesehatan.
Untuk dapat dikatakan pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek keamanan harus diperhatikan.
Pelayanan medis yang membahayakan pasien, bukanlah pelayanan yang baik.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti sesuai
dengan kebutuhan masalah medis yang dihadapi.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila pelayanan dapat diterima oleh pemakai jasa
pelayanan.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila pelayanan dapat dicapai oleh pemakai jasa
pelayanan.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat dijangkau oleh
pemakai jasa pelayanan.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan
secara efisien.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan
secara efektif.
Kepuasan sangat bersifat subjektif, sehingga sulit sekali untuk mengukurnya. Namun,
walaupun demikian, tentu saja kita harus tetap berupaya memberikan perhatian kepada
pelanggan (customer care) dengan segala daya, sehingga paling tidak kita dapat memberikan
pelayanan yang terbaik, yang dimulai dari upaya menstandarkan kualitas sampai dengan
pelaksanaannya. Pada saat berhubungan dengan pelanggan dengan standar yang diperkirakan
dapat menimbulkan kepuasan yang paling optimal bagi pelanggan (Barata, 2003).
1) Pengertian mutu
b) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980,
dalam Saifuddin, 2006).
c) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang didalamnya
terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna (Din ISO
8402, 1986, dalam Saifuddin, 2006).
d) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984,
dalam Saifuddin, 2006).
Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan atau kinerja yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan,yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standard dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan (Saifuddin, 2006).
f) Continuity of care : pelayanan yang diberikan berkelanjutan, terkoordinir dari waktu ke waktu.
Penelitian yang dilakukan Roberts dan Prevost dalam Prawirohardjo, (2006) membuktikan
adanya perbedaan dimensi mutu:
a) Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan:
Mutu pelayananan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta
keramahtamahan petugas dalam melayani pasien dan kesembuhan penyakit yang sedang diderita
pasien.
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan dengan perkembangan ilmu tekhnologi mutakhir dan otonomi profesi dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakai sumber dana, kewajaran
pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya penyandang dana.
3) 14 prinsip Deming :
j) Membatasi slogan.
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan kesehatan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan (Saifuddin, 2006).
Standar dalam pelayanan kesehatan banyak macamnya. Untuk dapat memahami macam
standar tersebut, perlulah terlebih dahulu diketahui unsur-unsur yang terdapat dalam pelayanan
kesehatan. Standar dalam pelayanan kesehatan dapat dibedakan pula atas 4 macam
(Saifuddin, 2006). Ke empat standar unsur-unsur tersebut adalah :
Di sini ditetapkanlah persyaratan minimal tenaga kerja yang harus tersedia yakni yang
menyangkut jumlah, jenis, dan kualifikasi.
Di sini ditetapkan persyaratan minimal sarana yang harus bersedia yakni yang menyangkut
jumlah, jenis dan spesifikasi.
c) Standar dana
Di sini ditetapkan persyaratan minimal dana yang harus bersedia, yakni yang menyangkut,
alokasi, serta pengelolaan.
Yang menunjuk pada persyaratan minimal unsur proses, yang dikenal dengan nama standard of
conduct dibedakan atas dua macam :
Ke dalam standar tindakan non medis termasuk persyaratan minimal tata cara pendaftaran,
konseling, penyuluhan, dan pengaturan pelayanan rujukan.
Yang menunjuk pada persyaratan minimal unsur lingkungan. Standar lingkungan ini dapat
dibedakan atas 3 macam :
Di sini ditetapkan persyaratan minimal kebijakan yang harus dianut oleh suatu institusi kesehatan
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Di sini ditetapkan persyaratan minimal struktur organisasi yang harus dianut oleh suatu institusi
kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Di sini ditetapkan persyaratan minimal prinsip-prinsip manajemen yang harus dipenuhi oleh
suatu institusi kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Kedalam standar ini termasuk antara lain angka kesembuhan, angka efek samping, angka
komplikasi, dan angka kematian.
Kedalam standar ini termasuk antara lain hubungan dokter pasien, keramahtamahan petugas,
keluhan pasien, dan kepuasan pasien.
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yangmemenuhi syarat, keempat
standar ini perlulah dipantau serta dinilai secara sistematis, objektif, dan berkesinambungan.
Apabila ditemukan penyimpangan, perlulah segera diperbaiki, sedemikian rupa sehingga
perlawanan kesehatan yang diselenggarakan dapat dipertanggung jawabkan.
Antenatal care yaitu pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan
ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan (Depkes, 2009). Pengawasan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yangditetapkan (Saifuddin, 2006)
1) Tujuan ANC
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
b) Meningkatkan dan mempertahankan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
c) Mengenali sedini mungkin adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
2) Kebijakan
a) Kebijakan program
Antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan (WHO) yaitu satu
kali trimester pertama, satu kali trimester kedua, dua kali trimester ketiga (Saifuddin, 2006).
b) Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya
mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilan. Penatalaksanaan ibu hamil
secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut (Saifuddin, 2006) :
(2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan.
(4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan bila terjadi komplikasi.
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar memeriksakan
kehamilan sejak usia dini dan teratur.
b) Ibu, suami dan masyarakat menyadari manfaat pelayanan kehamilan secara dini dan teratur.
d) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa
yang harus dilakukan.
3) Palpasi Abdominal
c) Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
Menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal
tanda serta gejala pre eklamsi.
a) Ibu hamil dengan tanda preeklampsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.
6) Persiapan persalinan
Memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarga pada trimester III
untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang aman dan bersih direncanakan dengan baik
termasuk transportasi.
a) Ibu hamil dan masyarakat tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.
c) Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin jika perlu.
3. Hubungan komunikasi bidan terhadap tingkat kepuasan ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan ANC
Ibu hamil disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda
bahaya atau merasakan khawatir (Saifuddin,2008). Jika ibu mempercayai bidan, maka
kemungkinan besar ia akan kembali lagi ke bidan yang sama untuk persalinan dan kelahiran
bayinya. Apabila diperlukan, komunikasi hanya berlangsung diantara pasien penolong saja.
Keterbukaan, rasa aman, dan jaminan kerahasiaan informasi hanya mungkin dilaksanakan pada
suasana yang bersifat pribadi atau adanya privasi bagi pasien.
Kepuasan sangat bersifat subjektif, sehingga sulit sekali untuk mengukurnya. Namun,
walaupun demikian, tentu saja kita harus tetap berupaya memberikan perhatian kepada
pelanggan (customer care) dengan segala daya, sehingga paling tidak kita dapat memberikan
pelayanan yang terbaik, yang dimulai dari upaya menstandarkan kualitas sampai dengan
pelaksanaannya. Pada saat berhubungan dengan pelanggan dengan standar yang diperkirakan
dapat menimbulkan kepuasan yang paling optimal bagi pelanggan (Barata, 2003).
Untuk meningkatkan kepuasan pada ibu hamil maka perlu dilakukan komunikasi yang
efektif antara pasien-petugas kesehatan. Sehingga peran bidan dalam memberikan pelayanan
bukan hanya dari kemampuan medis saja melainkan komunikasi juga sangat berpengaruh
(Saifuddin, 2008).
A. Kerangka Teori
Proses Komunikasi:
Komunikator (sender)
Pesan (message)
Media (channel)
Penerima (receiver)
Tanggapan (response)
Lingkungan
Aspek-aspek Kepuasan:
Aspek kognitif
Aspek afektif
Aspek perilaku
B. Kerangka Konsep
Komunikasi bidan dalam Antenatal Care
Tingkat Kepuasan
Ha: Ada hubungan antara komunikasi bidan dengan tingkat kepuasan ibu hamil
dalam Antenatal Care.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif korelatif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama mendeskripsikan atau memaparkan komunikasi bidan
dengan tingkat kepuasan ibu hamil dalam Antenatal Care di Bidan Praktek Swasta Wilayah
Kerja Puskesmas Lingkar Barat Bengkulu. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisa data, membuat
kesimpulan dan laporan. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan jenis
penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan “Cross Sectional” dengan metode yaitu
penelitian survei. Menurut Notoatmodjo (2010) PendekatanCross Sectional adalah
pengambilan data pada suatu waktu tertentu, dimana data tersebut dapat menggambarkan
pada waktu tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar
Barat Kota Bengkulu pada Bulan Agustus Tahun 2012.
35
C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek ruang yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini semua ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya sampai bulan Agustus 2012 diBidan Praktek Swasta Wilayah Kerja
Puskesmas Lingkar Barat Bengkulu sejumlah 40 ibu hamil.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa
memenuhi atau mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010) :
Sampel dalam penelitian ini adalah semua responden yang sesuai kriteria inklusi yang
ditetapkan. Besar sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 36 ibu hamil.
Kriteria sampel :
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).
1) Ibu hamil yang telah memeriksakan kehamilannya minimal dua kali di Bidan Praktek
Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Bengkulu.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
Suatu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent, dapat
dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi (Setiawan, 2010). Variabel independent dalam
penelitian ini adalah komunikasi bidan dalam memberikan pelayanan Antenatal Care.
2. Variabel Dependent
Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent (Setiawan, 2010). Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan ibu hamil dalam Antenatal Care.
E. Definisi Operasional
1. Komunikasi Bidan
Komunikasi bidan adalah suatu proses penyampaian informasi oleh bidan kepada pasien
baik secara verbal yaitu dengan menggunakan bahasa maupun secara nonverbal yaitu tidak
menggunakan bahasa melainkan bahasa tubuh seperti sentuhan, kontak mata dan lainnya.
Pengukuran komunikasi bidan di ukur dengan berbagai item pertanyaan dalam kuesioner yang
dinyatakan dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan harapan yang
diinginkan.
kala : Ordinal
2. Tingkat Kepuasan
kala : Ordinal
asil ukur : Nilai 2, bila jawaban Ya
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode. Alat dalam
penelitian ini adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui (Arikunto, 2007). Ditinjau cara responden menjawab kuesioner, penelitian ini
menggunakan pertanyaan tertutup dimana pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga
kemungkinan jawaban yang diberikan responden sangat terbatas. Kuesioner ini diadopsi dari
kuesioner penelitian sebelumnya Pratiwi (2010) dan telah diuji menggunakan uji validitas
dengan analisa butir adalah skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan
skor total, selanjutnya dihitung dengan rumus product moment. Jika R ≥ r tabel maka dikatakan
butir soal itu valid. Setelah diperoleh harga R, kemudian hasilnya dikonstitusikan dengan harga
r product moment. Item yang dinyatakan valid adalah item dengan hasil lebih dari r tabel pada
tingkat kepercayaan 95%, yaitu lebih dari 0,444. Hasil uji reliabilitas menunjukkan reliabilitas
instrumen dengan rumus cronbach alpha, bila dikonstitusikan dengan R product moment. Jika R
≥ r tabel maka dikatakan butir soal itu valid. Item yang dinyatakan reliabel adalah item dengan
hasil lebih dari r tabel pada tingkat kepercayaan 95%, yaitu lebih dari 0,444.
a. Editing
Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para responden untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.
1) Kelengkapan jawaban.
2) Keterbacaan tulisan.
4) Kesesuaian jawaban.
5) Relevansi jawaban.
b. Coding
Setelah data terkumpul dan selesai di edit di lapangan, tahap berikutnya yaitu mengkode data,
yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori-kategori
dengan memberi tanda / kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
c. Tabulating
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data yang telah diberi kode ke dalam tabel yang
tersedia.
d. Entry
Memasukan data yang sudah di lakukan editing dan coding tersebut kedalam Komputer yaitu
untuk memastikan apakah semua data sudah siap di analisis
e. Cleaning
2. Analisis Data
Untuk semua variabel akan ditampilkan distribusi frekuensi yang diperoleh dari analisa data
univariat.
a. Analisis univariat
Untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang di teliti,
baik variabel independent maupun variabledependent. Langkah - langkah yang dilakukan dalam
analisa univariat adalah sebagai berikut :
2) Jumlah skor masing-masing responden dikategorikan sesuai dengan ketentuan yang sudah di
tuliskan pada definisi operasional.
3) Menghitung presentase kategori komunikasi bidan dan tingkat kepuasan ibu hamil.
b. Analisis Bivariat
Untuk menguji hipotesis antara variabel independent dengan variabel dependent atau
melihat ada atau tidak nya hubungan antara kedua variabel yaitu komunikasi bidan dan tingkat
kepuasan ibu hamil.diolah dengan komputer menggunakan program
SPSS dengantekhnik analisis statistic.
Bila chi square hitung lebih kecil dari tabel chi square maka Ha diterima, dan apabila chi
square hitung lebih besar dari chi square stabel maka Ha ditolak (Alimul, 2007).
DAFTAR JUDUL PROPOSAL MAHASISWA D-III KEBIDANAN TA 2013/2014
LPPM
Penilaian Pengguna: / 39
Nilai
Jelek Bagus
Errini Chintara
2 111012115401031 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Permata
9 Lili Pratama Putri 111012115401057 Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi untuk
anak autis dengan pemilihan bahan makanan
untuk anak autis
Erryni Chintara
2 111012115401020 gambaran sikap masyarakat terhadap BPJS
Permata
FAKTOR-FAKTOR YANG
4 RICA RAHAYU 111012115401101 MEMPENGARUHI RENDAHNYA
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
EFEKTIFIVITAS PENDIDIKAN
KESEHATAN DENGAN PERAGAAN
ALAT KONTRASEPSI DAN LEAFLATE
14 EKA FITRI YANTI 111012115401027
TERHADAP PERILAKU IBU DALAM
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA
IBU BARU MELAHIRKAN
GAMBARAN PENATALAKSANAAN
2 MELLA AZHAR 111012115401063 PERAWATAN TALIP USAT PADA IBU
PRIPARA
FIOLETA EFEKTIFITAS PEMASANGAN IUD
3 111012115401036
SUCIANI TERHADAP PASIEN PROGRAM JAMPERSAL
PROPOSAL PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
1. ILMIAH
2. SISTEMATIS
3. LOGIS
Pengertian Logis pada proposal penelitian adalah segala sesuatu yang dapat
diterima oleh akal manusia, sesuai dengan logika dan benar menurut penalaran.
Proposal Penelitian dibagi dalam 3 bab, dan laporan hasil penelitian ditulis dalam dua bab
berikutnya.
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
BAB III. METODE PENELITIAN
Tidak boleh memiliki kata bermakna ganda baik kata umum maupun kata jamak.
Teraktual dan meranik
Terdapat konsep teorinya
Judul tidak harus lengkap, namun bisa diringkas namun jelas. Keterangan dan penjelasan yang
kaitannya dengan judul dapat dijelaskan pada bagian Pembatasan Masalah.