Anda di halaman 1dari 10

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI NILAI-NILAI


KETELADANAN GURU DAN ORANG TUA
PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Budiyono1, Yuni Harmawati2


Universitas PGRI Madiun1,2
budiunipma@gmail.com1, Yuniharmawati@unipma.ac.id2

Abstrak
Berlangsungnya revolusi digital menjadikan salah satu terjadinya perubahan peradaban
masyarakat. Perubahan pada masyarakat dalam hal penurunan moralitas dan banyaknya
permasalahan sosial yang terjadi pada bangsa ini. Karena itulah dibutuhkan penguatan
pendidikan karakter, yang salah satunya adalah melalui nilai-nilai keteladanan guru dan
orang tua. Penguatan pendidikan karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk
memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah
raga dengan dukungan pelibatan publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga dan
masyarakat Urgensi penguatan pendidikan karakter ini yang pertama adalah pengembangan
SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa, kemudian generasi emas 2045 yang dibekali
keterampilan abad 21 dan menghadapi kondisi degradasi moral, etika dan budi pekerti.
Penguatan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui nilai-nilai keteladanan guru dan
orang tua. Pendidikan adalah hal yang penting, hal yang mempunyai tujuan yang jelas, yaitu
untuk mengembangkan potensinya agar memiliki kepribadian yang baik serta kemampuan
intelektual yang baik pula. Karakter merupakan identitas khas yang menggambarkan
perilaku, watak, sikap setiap manusia atau setiap individu. Keteladanan merupakan salah
satu hal yang penting dalam pendidikan. Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui
pembelajaran baik pada mata pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler, kemudian dapat
juga melalui keteladanan, pembiasaan dan pengulangan serta pembinaan

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Nilai-Nilai Keteladanan, Sekolah Dasar

PENDAHULUAN Undang-Undang No 20 Tahun 2003


Pendidikan merupakan faktor utama tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yang berperan dalam membentuk pribadi bukan hanya membentuk insan Indonesia
manusia. Dalam Undang-Undang No. 20 yang cerdas, namun juga berkarakter dan
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan berkepribadiannya, dengan tujuan untuk
nasional pasal 3 menyebutkan bahwa membentuk generasi yang tumbuh
pendidikan nasional berfungsi berkembang dengan karakter yang sesuai
mengembangkan kemampuan dan dengan nilai luhur bangsa dan agamanya
membentuk watak serta peradaban bangsa masing masing. Oleh karena itu, tujuan
yang bermartabat dalam rangka akhir pendidikan yang sebenarnya adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, melahirkan insan yang cerdas dan
bertujuan untuk berkembangnya poensi berkarakter.
peserta didik agar menjadi manusia yang Permasalahan di Indonesia antara
beriman dan bertakwa kepada Tuhan lain penipuan, pembunuhan, korupsi,
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, pencopet yang terjadi saat ini antara lain
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan disebabkan oleh semakin menipisnya
menjadi warga negara yang demokratis nilai-nilai karakter. Penguatan pendidikan
serta bertanggung jawab. Tujuan karakter saat ini sangat relevan untuk
pendidikan adalah sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan krisis moral yang
memanusiakan manusia. Amanah sedang terjadi saat ini. Penguatan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

pendidikan karakter menurut Kementrian kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia


Pendidikan dan Kebudayaan Republik serta keterampilan yang diperlukan
Indonesia adalah program pendidikan di dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
sekolah untuk memperkuat karakter siswa Kemudian dalam Undang-Undang Sistem
melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003
olah pikir dan olah raga degan dukungan Bab I Pasal I, pendidikan diartikan sebagai
pelibatan publik dan kerja sama antara suatu ikhtiar manusia untuk membina
sekolah, keluarga dan masarakat. Urgensi kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai
peguatan pendidikan karakter menurut dan kebudayaan yang ada dalam
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan masyarakat. Dari paparan tersebut dapat
Republik Indonesia antara lain: 1) disimpulkan bahwa pendidikan adalah hal
pembangunan SDM merupakan pondasi yang penting, hal yang mempunyai tujuan
pembangunan bangsa, 2) Keterampilan yang jelas, yaitu untuk mengembangkan
abad 21 yang dibutuhkan siswa: Kualitas potensinya agar memiliki kepribadian
Karakter, Literasi dasar, dan kompetensi yang baik serta kemampuan intelektual
4C, guna mewujudkan keunggulan yang baik pula.
bersaing Generasi Emas 2045, 3) Secara umum makna karakter
Kecenderungan kondisi degredasi adalah perilaku yang khas dari setiap
moralitas, etika, dan budi pekerti. individu. Menurut Harmawati (2016, hlm.
Pendidikan karakter pada lembaga 31) karakter merupakan watak yang dapat
pendidikan dilakukan melalui empat mempengaruhi seluruh tindakan orang
sistem internalisasi nilai yaitu internalisasi yang satu dengan yang lainnya. Karakter
nilai melalui sistem pembelajaran, berasal dari pembiasaan individu dengan
pembiasaan dan pengulangan, keteladanan lingkungannya yang dapat dilihat melalui
dan penegakan aturan dan disiplin. proses sosialisasi denga individu yang
Pendidikan karakter merupakan upaya lainnya. Kemudian Koesoema (2010, hlm.
yang melibatkan semua pihak baik pihak 79) menyatakan bahwa karakter sebagai
keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, kondisi dinamis struktur antropologis
serta masyarakat. Pendidikan karakter individu, yang tidak mau sekedar berhenti
tidak akan berhasil jika tidak adanya atas determinasi kodratinya, melainkan
kesinambungan dan keharmonisan. juga usaha hidup untuk menjadi semakin
Keluarga hendaknya menjadi school of integral mengatasi determinasi alam dalam
love, sekolah untuk kasih sayang dirinya sendiri sebagai proses
sedangkan sekolah tidak semata mata penyempurnaa dirinya terus menerus.
untuk tempat pembelajaran pengetahuan Dengan demikian dapat disimpulkan
saja, melainkan tempat untuk penanaman bahwa karakter merupakan identitas khas
moral, nilai nilai etika, estetika, budi yang menggambarkan perilaku, watak,
pekerti yang luhur. sikap setiap manusia atau setiap individu.
Setiap manusia di dunia ini memiliki
PEMBAHASAN karakter yang berbeda-beda. Karakter
Konsep Pendidikan Karakter dapat dibentuk melalui lingkungan tempat
Mulyasa (2002, hlm. 93) individu tersebut tinggal, karakter
menyatakan bahwa pendidikan adalah bukanlah sifat bawaan, karena karakter
usaha sadar dan terencana untuk tidak bisa diwariskan. Secara universal
mewujudkan suasana belajar dan proses berbagai karakter dirumuskan sebagai
pembelajaran agar peserta didik secara nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar,
aktif mengembangkan potensi dirinya kedamaian (peace), menghargai (respect),
untuk memiliki kekuatan spiritual kerja sama (cooperation), kebebasan
keagamaan, pengendalian diri, (freedom), kebahagiaan (happiness),
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

kejujuran (honesty), kerendahan hati menguatnya pengaruh teman satu


(humility), kasih saying (love), tanggung kelompok yang berakibat negatif,
jawab (responsibility), kesederhanaan meningkatnya jumlah remaja yang suka
(simplicity), toleransi (tolerance), dan mengganggu orang lain, meningkatnya
persatuan (unity) (Samani dan Hariyanto, perilaku tidak tertib terhadap peraturan,
2012, hlm. 43). Lickona (1991, hlm. 51) menurunnya etos kerja, menurunnya sikap
menyatakan bahwa karakter memiliki tiga hormat kepada orang tua, lebih
komponen yang memiliki relasi kuat di mengutamakan hak daripada kewajiban,
antara ketiganya dalam hubungannya meningkatnya perilaku ketidakjujuran,
dengan moral antara lain : 1) moral meningkatnya sikap dan perilaku egoistis.
knowing, 2) moral feeling, dan 3) moral Dengan demikian, dunia pendidikan
action. Dalam kondisi sekarang ini, melakukan segala upaya untuk
pendidikan karakter menjadi isu utama mengurangi 10 gejala tersebut, salah
dalam pendidikan. Pendidikan karakter satunya adalah penguatan pendidikan
diharapkan mampu untuk menghadapi karakter melalui keteladanan guru dan
tantangan dan kondisi bangsa Indonesia orang tua. Karakter yang baik adalah
saat ini, yaitu melemahnya karakter karakter yang dilandasi oleh norma, sikap
bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan dan perilaku yang baik. Berikut ini
10 gejala yang harus diwaspadai menurut merupakan nilai pembentuk karakter
Lickona (Darahim, 2015, hlm. 73) menurut Pusat Kurikulum Badan
diantaranya : meningkatnya kekerasan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
dikalangan anak muda, meningkatnya Pendidikan Nasional (Darahim, 2015,
penggunaan kata-kata yang tidak sopan, hlm. 154-156).

Tabel 1.1 18 Nilai Karakter menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Pendidikan Nasional
No Nilai Deskripsi
Sikap dan perilaku yang patuh melaksanakan ajaran agama
1 Religius yang diyakini dan toleran terhadap ibadah dari pemeluk agama
lain.
Sikap dan perilaku yang jujur pada dirinya sendiri dan kepada
2 Jujur
orang sehingga dapat dipercaya dalam bergaul dengan sesame
Sikap dan perilaku yang hargai perbedaan agama, suku, etnis,
3 Toleransi
pendapat orang lain.
Sikap dan perilaku patuh pada aturan dan ketentuan yang
4 Disiplin
berlaku dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sikap dan perilaku suka kerja keras dan penuh tanggung jawab
5 Kerja keras
dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.
Berpikir dan bersikap kreatif dan inovatif dalam bekerja untuk
6 Kreatif
menghasilkan metoda dan produk kerja yang dilakukan
Sikap dan perlaku tidak selalu tergantung pada orang lain
7 Mandiri dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban yang diberikan
kepadanya.
Sikap dan perilaku yang menghargai persamaan hak bagi
8 Demokratis
setiap warga Negara
Sikap dan perilaku yang selalu haus ilmu pengetahuan dan
9 Rasa ingin tahu
teknologi sehingga bisa dimanfaatkan untuk hidup lebih baik.
Sikap dan perilaku selalu menempatkan kepentingan bangsa
10 Semangat kebangsaan
dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan (partai)
Sikap dan perilaku bangga dalam memakai bahasa dan
11 Cinta tanah air
produksi nasional untuk menjaga cinta kepada tanah air.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

Sikap dan perilaku selalu menghargai karya (prestasi) diri dan


12 Menghargai prestasi
orang lain yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
Bersahabat dan Sikap dan perilaku suka berteman dengan membina kerjasama
13
komunikatif dan kebersamaan hidup dengan orang lain.
Sikap dan perilaku yang mengutamakan rasa senang dan damai
14 Cinta damai
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sikap dan perilaku suka memanfaatkan waktu dan peluang
15 Gemar membaca
untuk belajar bagi kehidupan diri sendiri dan orang lain.
Sikap dan perilaku yang sadar lingkungan dan selalu berupaya
16 Peduli lingkungan mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup dan
perusakan sumber daya alam yang ada
Sikap dan perilaku suka menolong orang agar dirinya bisa
17 Peduli masalah social
member manfaat bagi diri, keluarga, bangsanya.
Sikap dan perilaku bertanggung jawab dalam menjalankan
18 Bertanggung jawab tugas kewajiban yang dibebankan oleh orang tua, guru dan
pemerintah dengan baik.

Kondisi pendidikan Indonesia pada pengetahuan dengan keagamaan untuk


masa pemerintahan kolonial sangat dapat memperbaiki kehidupan pada masa
memprihatinkan. Pada saat itu hanya kolonial. K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
kemampuan intelektual yang gerakan dakwah Muhammadiyah yaitu
dikembangkan oleh pemerintah kolonial. membangun jiwa dan semangat
Pendidikan yang diselenggarakan oleh pembaharuan pada masyarakat kecil,
pemerintah Belanda saat itu lebih terpusat kaum fakir miskin, hartawan dan para
pada pendidikan intelektual saja, tanpa intelektual. K.H. Ahmad Dahlan
memperhatikan pendidikan moral. Hal ini mengajarkan bahwa keberanian bertindak
mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk yaitu melakukan amal kebaikan
memperhatikan keseimbangan antara merupakan sesuatu yang lebih penting
tumbuhnya budi pekerti (karakter), daripada sekedar membaca dan menghafal
intelektual serta jasmani anak. Ki Hadjar surat. Ketika hafalan surat yang banyak,
Dewantara melaksanakan pendidikan tetapi tidak diimbangi dengan pemahaman
karakter dengan konsep ngerti, ngroso, dan melaksanakan isi surat tersebut adala
nglakoni yang dipadukan dengan sistem kurang bermanfaat. K.H. Ahmad Dahlan
among. Ki Hadjar Dewantara menganggap mengajarkan bukan hanya membaca dan
penting dilaksanakannya pendidikan yang menghafal surat dari Al-Qur’an, tetapi
bersifat menyeluruh, yang dilaksanakan dengan memahami maknanya dan
dalam sistem pondok dan dikelola dengan kemudian melaksanakannya dalam
prinsip kekeluargaan. Melalui sistem kehidupan sehari-hari.
pondok, dengan kebersamaan guru dan K.H. Ahmad Dahlan dalam
murid secara tidak langsung anak tidak menerapkan pendidikan kepada siswa-
hanya belajar dari buku-buku pelajaran, siswanya didasari oleh ajaran Islam yang
tetapi juga melalui kehidupan yang terdiri dari tiga perkara, yaitu iman, ilmu
mereka alami sehari-hari. dan amal. Iman yang merupakan
keyakinan menjadi awal dasar yang
Konsep Pendidikan Karakter K.H. kemudian dilanjutkan dengan ilmu yang
Ahmad Dahlan merupakan pengetahuan untuk
Proses pendidikan karakter yang mendukung suatu keyakinan yang sudah
dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dimiliki. Setelah memiliki iman dan ilmu,
dilakukan dengan perlahan namun pasti. maka secara tidak langsung akan
K.H. Ahmad Dahlan menyatukan ilmu melakukan dengan ikhlas amal atau
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

perbuatan yang sudah menjadi ketentuan Persamaaan konsep pendidikan


agama. Begitu juga dengan teori karakter antara K.H. Ahmad Dahlan dan
pendidikan karakter menurut Lickona Ki Hadjar Dewantara adalah keduanya
yang memiliki tiga bagian yang saling sama-sama mementingkan pendidikan
berhubungan yaitu moral knowing, moral kepribadian atau akhlak. Di saat
feeling dan moral behavior. Lickona pemerintah Kolonial Belanda sedang
mengawali dengan mengetahui segala hal gencarnya menerapkan pendidikan
yang baik, kemudian diikuti dengan intelektual, kedua tokoh ini
keinginan dan akhirnya diikuti dengan menyelenggarakan pendidikan dengan
melakukan segala perbuatan yang baik. konsep yang berbeda yaitu pendidikan
karakter. Kemudian dalam konsep
Konsep Pendidikan Karakter Ki pendidikan karakter, Ki Hadjar Dewantara
Hadjar Dewantara dan K.H. Ahmad Dahlan sama-sama
Ki Hadjar Dewantara mengartikan mengedepankan prinsip keteladanan dan
mendidik tidak sekedar untuk pentingnya penyadaran melalui proses
meningkatkan intelektual semata, dialog dalam mengajarkan karakter dalam
melainkan usaha untuk menumbuhkan rangka menghindari indoktrinasi. Figur
budi pekerti yaitu karakter. Ki Hadjar guru di sekolah bertugas memberi contoh
Dewantara menekankan pendidikan yang atau menjadi suri tauladan terlebih dahulu
berkebudayaan, yang artinya sebelum mengajarkan segala hal baik yang
mengusahakan bertumbuhnya budi yang harus diikuti oleh siswa. Begitu juga orang
baik yaitu antara pikiran, perasaan dan tua di rumah sebelum menanamkan nilai
kemauan. Pendidikan karakter yang kebaikan, maka orang tua harus menjadi
berbasis budaya bangsa dicontohkan oleh contoh yang baik terlebih dahulu.
guru atau pamong. Ki Hadjar Dewantara
mengembangkan konsep tringa, yaitu Konsep Keteladanan
ngerti (tahu), ngroso(merasa), Keteladanan merupakan salah satu
nglakoni(melakukan). Selain itu beliau hal yang penting dalam pendidikan.
mengembangkan pendidikan berbasis Pembiasaan dan keteladanan merupakan
budaya bangsa, seperti kemanusiaan, jiwa proses pendidikan yang berlangsung
merdeka, menghormati orang tua, sopan dengan membiasakan dan mencontohkan
santun, etika, semangat kebangsaan dan perilaku atau sosok figur dalam bertingkah
semangat juang. laku, berbicara, berpikir dan melakukan
Pendidikan karakter Ki Hadjar aktivitas tertentu untuk membentuk
Dewantara dilakukan melalui empat tahap kebiasaan yang baik sehingga akan
yang beliau ambil dari prinsip Islam yaitu membentuk karakter yang baik pula.
syari’at, hakikat, tarikat, dan ma’rifat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
Syari’at adalah proses pembiasaan keteladanan berarti hal yang dapat ditiru
terhadap anak yang belum akil balig atau dicontoh. Keteladanan dalam
sedangkan hakikat adalah saat dimana pendidikan adalah cara mendidik dan
memberikan pemahaman atas segala memberi contoh dimana anak dapat
kebaikan setelah akil balig, kemudian menirunya baik dari segi perkataan,
tarikat sebagai proses penyadaran yang perbuatan, maupun cara berfikir. Salah
didasari dengan kewajiban melaksanakan satu faktor yang mempunyai pengaruh
kebaikan kemudian ma’rifat adalah saat terhadap pendidikan dan dalam kehidupan
dewasa sang anak sudah seharusnya manusia sehari-hari adalah uswatun
mampu membedakan antara baik dan hasanah atau suri teladan. Secara
buruk. psikologis aak lebih banyak mencontoh
perilaku atau figur yang diidolakannya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

termasuk guru dan orang tuanya. Oleh berbuat), ingatkan, repetisi (pengulangan),
karena itu kesuksesan pendidikan karakter organisasikan, dan sentuhan hati.
ditentukan oleh guru dan orang tuanya. Sementara itu Mulyasa (2012, hlm. 165-
Dapat disimpulkan keteladanan adalah 189) menjelaskan bahwa model
teknik dalam pendidikan yang paling baik. pembelajaran karakter dapat dilakukan
Seorang anak harus memperoleh teladan melalui pembiasaan, keteladanan,
dari keluarga dan lingkungan sekitar. pembinaan disiplin, model pembelajaran
Dalam pendidikan, nasehat saja tidak CTL (Contektual Teaching and Learning),
cukup bila tidak disertai dengan bermain peran, dan pembelajaran
keteladanan. Menurut DN. Madley (1979) partisipatif. Kemudian Zubaedi (2012, hlm
menyatakan bahwa salah satu proses 271) menyatakan bahwa pendidikan
asumsi yang melandasi keberhasilan guru karakter dapat diintegrasikan dalam
dan pendidikan guru adalah penelitian kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler.
berfokus pada sifat-sifat kepribadian guru. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
Kepribadian guru yang dapat menjadi suri karakter dilaksanakan oleh kepala sekolah,
teladan yang menjamin keberhasilannya guru, tenaga kependidikan secara
dalam mendidik anak. Salah satu bersama-sama sebagai suatu komunitas
komponen kompetensi keguruan adalah pendidik diterapkan ke dalam kurikulum
kompetensi moral akademik, yaitu melalui : 1) program pengembangan diri,
seorang guru bukan hanya orang yang 2) pengintegrasian ke dalam semua mata
bertugas untuk menstransfer ilmu saja, pelajaran, 3) pengintegrasian ke dalam ko
tetapi juga orang yang bertugas untuk kurikuler dan ekstrakurikuler, 4)
menstransfer nilai. Hal ini dapat pembiasaan. Dari berbagai pendapat
disimpulkan bahwa seorang guru tidak tersebut dapat disimpulkan bahwa
hanya mengajarkan secara kognitifnya pendidikan karakter dapat dilakukan
saja, melainkan mengajarkan mengenai melalui pembelajaran baik pada mata
nilai-nilai luhur dalam kehidupan. pelajaran maupun kegiatan
Begitu juga orang tua, yang paling ekstrakurikuler, kemudian dapat juga
penting dalam membentuk karakter siswa. melalui keteladanan, pembiasaan dan
Untuk membentuk karakter yang baik, pengulangan serta pembinaan.
bukan hanya pihak sekolah saja yang
berperan, melainkan yang paling utama Peran Guru dalam Penerapan
adalah pihak keluarga, tidak lain adalah Pendidikan Karakter
orang tua. Sang anak lahir dalam Pada Peraturan Pemerintah No. 74
lingkungan keluarga, ini menandakan Tahun 2008 tentang Guru Pasal 1 ayat (1)
bahwa keluarga merupakan tempat utama dijelaskan bahwa guru adalah pendidik
atau dasar dalam pendidikan anak. Oleh profesional dengan tugas utama mendidik,
karena itu, tidak mungkin pendidikan mengajar, membimbing, mengarahkan,
karakter bisa berjalan dengan sukses jika melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
pihak keluarga tidak berperan. Sementara didik pada pendidikan anak usia dini jalur
itu menurut abdul majid dan Dian pendidikan formal, pendidikan dasar dan
Andayani (2012, hlm. 115-145) pendidikan menengah. Guru sebagai
menyatakan bahwa pendidikan karakter tenaga profesional mempunyai visi
dapat diinternalisasikan melalui Model terwujudkannya penyelenggaraan
Tazkirah, yaitu kependekan dari kata pembelajaran sesuai dengan prinsip-
tunjukkan teladan, arahkan, dorongan, prinsip profesionalitas. Guru dalam
zakiyah (murni/ tanamkan niat yang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
tulus), kontinuitas (sebuah proses dan pembimbing yakni guru mempunyai
pembiasaan untuk belajar, bersikap dan dua fungsi, yaitu fungsi moral dan fungsi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

kedinasan. Fungsi moral inilah yang transformer dan katalisator dari nilai dan
dimaksud dengan memberi teladan yang sikap.
baik untuk peserta didik. Menjadi guru
harus mempunyai kepribadian yang baik. Peran Orang Tua dalam Penerapan
Pendidikan adalah usaha pendidik Pendidikan Karakter
memimpin anak didik secara umum untuk Keluarga adalah sekolah pertama
mencapai perkembangannya menuju bagi peserta didik. Keberhasilan
kedewasaan jasmani dan rohani. penerapan pendidikan karakter bukan
Peran guru dalam pendidikan hanya ditentukan oleh guru di sekolah,
karakter sangat penting untuk membentuk melainkan juga orang tua dan keluarga.
karakter siswa. Hal yang paling pokok Ada beberapa poin penting dalam
adalah keteladanan yang dibutuhkan oleh keluarga yang harus diberdayakan,
guru berupa konsentrasi dalam terutama oleh orang tua guna membentuk
menjalankan perintah agama-Nya, pribadi yang berkarakter (aunillah, 2011,
kemudian kepedulian terhadap orang- hlm. 157), Pertama, pendidikan yang
orang yag tidak mampu, kegigihan dalam benar. Yaitu mengarah pada materi
meraih prestasi maupun dalam pelajaran yang diajarkan di sekolah-
menghadapi rintangan dan godaan. sekolah, maka tentu saja hal yang
Menjadi seorang guru kecerdasan dalam dimaksud olehnya ialah adanya keteladan
membaca dan memanfaatkan peluang dari orang tua. Kedua, sekolah alternatif
secara kompetitif. Berikut ini beberapa yang berbahaya, yang arinya berbahaya
peranan guru (Sardiman, 2011, hlm. 143): terletak pada tolak ukur keberhasilan
1) Prey Katz menggambarkan peranan peserta didik yang sedang belajar di
guru sebagai komunikator, sahabat yang dalamnya. Mengukur keberhasilan peserta
dapat memberikan nasihat-nasihat, didik memang tidak bisa dilakukan hanya
motivator sebagai pemberi inspirasi dan dengan mengandalkan perolehan nilai
dorongan, pempimbing dalam pelajaran yang diujikan. Namun ada hal
pengembangan sikap dan tingkah laku yang tidak boleh dilupakan yaitu realisasi
serta nilai-nilai, orang yag menguasai dari prestasi nilai-nilai pelajaran yang
bahan yang diajarkan, 2) havighurst diperoleh, yang terwujud dalam perilaku
menjelaskan bahwa peranan guru di dan terbentuknya karakter. Sekolah
sekolah sebagai pegawai (employee) didirikan tidak semata-mata untuk
dalam hubungan kedinasan, sebagai mencerdaskan otak, melainkan melatih
bawaha (subordinate) terhadap atasannya, dan mengembangkan potensi yaitu emosi,
sebagai kolega dalam hubungannya teman pikiran, karakter dan jiwa. Aspek tersebut
sejawat, sebagai mediator dalam terkadang dilalaikan, padahal peserta didik
hubungannya dengan anak didik, sebagai belajar guna mempersiapkan diri untuk
pengatur disiplin, evaluator dan pengganti menghadapi tantangan kehidupan di masa
orang tua, 3) James W. Brown, yang akan datang. Oleh karena itu
mengemukakan bahwa tugas dan peranan diperlukan persiapan untuk menghadapi
guru antara lain: menguasai dan tantangan pada masa yang akan datang.
mengembangkan materi pelajaran, Ketiga, rumah sebagai pusat pendidikan
merencana dan mempersiapkan pelajaran apabila di dalamnya terdapat sebuah iklim
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi yang memungkinkan tumbuh dan
kegiatan siswa, 4) Federasi dan Organisasi berkembangnya nilai-nilai keteladanan.
Profesional Guru Sedunia, Dengan demikian peserta didik akan
mengungkapkan bahwa peranan guru di tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
sekolah, tidak hanya sebagai transmiter apabila ia hidup di tengah-tengah keluarga
dari ide tetapi juga berperan sebagai yang baik. Dan, menjadikan rumah tangga
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

sebagai pusat pendidikan sebenarnya akan diinternalisasikan oleh peserta didik


merupakan sarana yang menjadikan sehingga menjadi kebiasaan. Nilai-nilai
keteladanan bisa diajarkan secara tersebut akan menjadi pedoman bagi
langsung. Selain itu, rumah juga menjadi individu dalam berperilaku. Dalam proses
pusat penerapan nilai-nilai keilmuan lain ini diperlukan adanya bimbingan dan
yang mungkin tidak diperoleh di sekolah. arahan baik dari guru, orangtua,
orang tua dapat mengarahkan anak agar masyarakat maupun teman sebaya. Namun
membiasakan melakukan hal-hal positif di faktor utamanya adalah bimbingan dan
rumah. Kebiasaan-kebiasaan yang baik arahan dari guru dan orang tua. Seorang
antara lain menjaga kebersihan, bersikap anak pada usia sekolah dasar yaitu usia 6-
santun terhadap orang lain, memanggil 12 tahun, menurut pandangan Sigmund
dengan panggilan yang baik, Freud sebenarnya sedang berada pada
membiasakan diri agar suka membantu. tahap laten. Anak pada tahap ini
Berikut ini ada beberapa hal yang perlu cenderung menggunakan pola berfikir
diperhatikan guna menumbukan karakter konkrit. Oleh karena itu sangat efektif jika
anak di lingkungan keluarga (Aunillah, pembinaan karakter ini dilakukan dengan
2011, hlm. 163), Pertama, biasakan cara keteladanan yang dilakukan oleh guru
menggunakan bahasa yang baik, tidak dan orang tua.
hanya menyangkut keruntutan kalimat Anak pada usia kongkrit selalu
atau ketersusunan bahasa. Akan tetapi, membutuhkan pengakuan atas segala
yang tidak kalah penting adalah perkembangan pengetahuan dan
mengajarkan etika berbicara, misalnya keterampilan yang ia kuasai. Anak selalu
berbicara kepada orang yang lebih tua dan meniru orang tua atau guru yang menjadi
teman sebaya. Sebelum melakukan itu, idolanya. Dapat disimpulkan bahwa
orang tua juga perlu membiasakan diri sangat penting bagi orang tua dan guru
untuk berbicara santun terhadap siapapun. untuk bisa dekat dengan anak secara
Kedua, jangan mengeluarkan kata-kata emosional dan membangun hubunga
kasar, bahasa yang menyinggung interpersonal. Orang tua dan keluarga
perasaan, ucapan-ucapan yang “kotor”, adalah lingkingan utama bagi seorang
atau semua bahasa yang negatif. Dengan anak, oleh karena itu orang tua diharapkan
mengajarkan bahasa yang baik, soban dan dapat menerapkan pola asuh yang tepat
berhenti berkata kasar, akan membantu dalam mendidik dan membentuk karakter
memudahkan anak dalam membangun anak. Kemudian guru adalah pendidik
pergaulan, berkomunikasi dengan yang harus mampu mentransfer ilmu
lingkungan, menyerap, mengungkapkan, pengetahuan dan nilai karakter kepada
dan mengembangkan gagasannya. Itulah peserta didik. Peran guru dalam
beberapa ulasan peran orang tua terhadap pendidikan karakter antara lain
penerapan pendidikan karakter di keteladanan, inspirator, motivator,
lingkungan keluarga. dinamisator dan evaluator. Keteladanan
guru berupa konsentrasi dalam
Pentingnya Keterlibatan Guru dan menjalankan perintah agama dan menjauhi
Orang Tua dalam Pendidikan Karakter larangan-Nya, kepedulian terhadap nasib
Sekolah merupakan institusi formal orang yang tidak mamu, kegigihan dalam
yang bertugas untuk menumbuhkan meraih prestasi, ketahanan dalam
karakter peserta didik. Segala tindakan, menghadapi tantangan. Selain itu guru
perilaku dan sikap seorang guru pasti harus menjadi sosok inspirator yaitu
diamati oleh siswa, tidak sedikit pula yang mampu membangkitkan semangat untuk
menirunya. Melalui keteladanan guru dan maju untuk meraih prestasi dan
orang tua diharapkan nilai-nilai karakter kesuksesan. Kemudian guru harus mampu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

menjadi motivator yaitu adanya sikap dan perilaku pada diri guru sendiri
kemampuan guru dalam membangkitkan dan sekaligus sebagai pembiasaan untuk
spirit, etos kerja, dan potensi dalam diteladani oleh anak. Langkah dalam
peserta didik. Kemudian dinamisator mengimplementasikan keteladanan di
adalah seorang guru harus mempunyai sekolah diterapkan melalui beberapa
kecerdasan dan kecepatan untuk mencapai langkah, yaitu dengan memperbaiki diri
tujuan tertentu. Kemudian evaluator yaitu terlebih dahulu agar sikap, perbuatan,
guru harus selalu mengevaluasi metode ucapan yang terekam oleh peserta didik
pembelajaran yang selama ini dipakai merupakan sikap positif yang diharapkan
dalam pendidikan karakter. dapat ditiru oleh peserta didik. Langkah
selanjutnya adalah menanamkan
SIMPULAN kebiasaan baik kemudian langkah
Lingkungan keluarga adalah selanjutnya adalah memasukkan nilai
lingkungan pertama dan yang utama bagi keagamaan dalam proses pembelajaran,
peserta didik, karena itulah peran orang langkah terakhir adalah memantau
tua menjadi sangat utama bagi perulaku peserta didik selama di rumah,
perkembangan peserta didik. Orang tua dengan bekersa sama dengan orang tua
sangat berpengaruh terhadap pembentukan peserta didik.
karakter anak. Tidak jarang sang anak Keteladanan ini sangat efektif,
selalu meniru gaya bicara, tingkah laku karena peserta didik dapat melihat,
maupun kebiasaan orang tua. Oleh karena mengamati dan mendengar secara
itu karakter seorang anak dapat dilihat dari langsung perilaku, sikap dan ucapan orang
bagaimana perilaku orang tuanya serta tua maupun guru. Dengan demikian
hal-hal apa sajakah yang sudah diajarkan peserta didik dapat meniru dan
orang tua kepada anaknya. Pada dasarnya mempraktekkan hal-hal positif yang
keluarga merupakan wahana untk didapat dari orang tua dan guru. Dari
mendidik, mengasuh dan mengembangkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan sang anak guna tercapainya pendidikan karakter dapat berjalan dengan
pendidikan karakter. Pendidikan karakter baik ketika lingkungan keluarga,
yang diterapkan di rumah antara lain lingkungan sekola dan lingkungan
dengan mengajarkan sopan santun, tata masyarakat dapat bekerja sama dengan
krama, dan kedisiplinan. Orang tua dan baik.
anggota keluarga yang tidak mampu
menjadi teladan yang baik justru akan DAFTAR RUJUKAN
membentuk karakter negatif pada anak. Buku
Oleh karena itu diharapkan para orang tua Aunillah, Nurla Isna. (2011). Panduan
harus paham terhadap dampaknya ketika Menerapkan Pendidikan Karakter
di depan anak, mereka berbicara atau di Sekolah. Jogjakarta: Laksana
bertindak yang tidak seharusnya. Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan
Selain dalam lingkungan keluarga, Pendidikan Kewarganegaraan
dalam lingkungan sekolah guru hendaknya Untuk Membangun Karakter
merencanakan secara matang tentang Bangsa. Bandung: Widya Aksara
keteladanan apa saja yang dilakukan di press
depan anak, guru benar-benar menerapkan Darahim, Andarus. (2015). Membentuk
sikap positif tersebut pada dirinya Jati Diri & Karakter Anak Bangsa.
sehingga anak dapat meniru sikap asli Jakarta: Institut Pembelajaran Gelar
guru. Hal ini dilakukan karena sikap yang Hidup
ditunjukkan guru bukan hanya formalitas
di dalam kelas, melainkan penanaman
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PPKn III | 2017

Endraswara, Suwardi. (2015). Revolusi Budi Mulia Dua Pandeansari


Mental dalam Budaya Jawa. Yogyakarta)” Jurnal Penelitian.
Yogyakarta: Narasi 10, 71-96
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Lickona, T. (2013). Educating for
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Character: How Our Schools Can
Grafindo Persada Teach Respect and Responsibility.
Sumodiningrat & Wulandari. (2015). Alih bahasa: Juma Abdu
Revolusi Mental Pembentukan Wamaungo. Jakarta: PT Bumi
Karakter Bangsa Indonesia. Aksara
Yogyakarta: Media Pressindo Mujtahidin dan Badrud. (2013).
Jurnal “Pendidikan Karakter Berbasis
Bilhuda, Titin. (2015). “Sinergi Peran Pesantren di SD Al Mujtamak
Orang Tua Dalam Penanaman Pamekasan”
Nilai-Nilai Karakter Di Sekolah Suparlan, H. (2014). “Filsafat Pendidikan
Dasar”. Prosiding Nasional Ki Hadjar Dewantara dan
Seminar dan Lokakarya Penulisan Sumbangannya Bagi Pendidikan
Karya Ilmiah Indonesia”. Jurnal Filsafat, 1
Dyah. (2012). Kajian Pendidikan (25), hlm. 1-19
Karakter Menurut K.H. Ahmad Lain-Lain
Dahlan dan Ki Hadjar Dewantara. Budhiman, Arie. (2017). Gerakan
Konapsi VII Universitas Negeri Penguatan Pendidikan Karakter.
Yogyakarta. Kementrian Pendidikan dan
Hasan, Salim. “Sistem Pembinaan Kebudayaan Republik Indonesia
Karakter dan Implementasinya Harmawati, Y. (2015). Penguatan
Pada Lembaga Pendidikan” Pendidikan Karakter dalam
Universitas Muslim Indonesia Pembelajaran PKn melalui Budaya
Harmawati, Yuni Dkk. (2016). Kajian Jawa sebagai Kearifan Lokal untuk
Nilai Budaya Tradisi Dieng Culture Menghadapi Globalisasi. Prosiding
Festival sebagai Kearifan Lokal AP3Kni
untuk Membangun Karakter Bangsa Wahyuni, U. “Peran Guru Dalam
(Studi Kasus di Dataran Tinggi Membentuk Karakter Siswa Di
Dieng, Dieng Kulon Banjarnegara), SDN Jigudan Triharjo Pandak
3 (2) Bantul Tahun Pelajaran
Lestari dan Sukanti. (2016). “Membangun 2014/2015”. Pendidikan Guru
Karakter Siswa Melalui Kegiatan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
Intrakurikuler, Ekstrakurikuler, dan Ilmu Pendidikan Universitas
dan Hidden Curriculum (di SD PGRI Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai