Kemampuan Penalaran Matematis
Kemampuan Penalaran Matematis
2. Penalaran
Menurut (Soekadijo 1997: 6) menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses
menarik kesimpulan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar. Menurut (Fajar Shadiq 2004: 2)
penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk
menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada
beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran merupakan suatu kegiatan,
suatu proses atau suatu aktivitas berpikir yang sistematik untuk menarik kesimpulan atau
membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Adapun ciri-ciri penalaran yaitu :
a. Adanya suatu pola pikir yang disebut logika. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Berpikir logis ini diartikan
sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu
b. Proses berpikirnya bersifat analitik. Penalaran merupakan suatu kegiatan yang
mengandalkan diri pada suatu analitik, dalam kerangka berpikir yang dipergunakan
untuk analitik tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
3. Kemampuan
Menurut (KBBI, 2005: 308), kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti
kuasa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat. Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an
sehingga kata kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu hal. Kemampuan
adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan.
Menurut (Sri Wardani 2008: 12) menyatakan bahwa ada dua cara untuk menarik
kesimpulan yaitu secara induktif dan deduktif, sehingga dikenal istilah penalaran induktif
dan penalaran deduktif. Berikut merupakan perbedaan antara penalaran induktif dan
deduktif.
a. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus
yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan impirik dan menghasilkan suatu
kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum. Dalam hal ini telah terjadi proses
berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta. Penalaran induktif
sering juga disebut penalaran induksi, Penalaran induktif diantaranya meliputi:
analogi, generalisasi, dan hubungan kausal.
1) Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta.
Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang
berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu
ditarik suatu kesimpulan.
2) Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan
rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta,
contoh, data statistik, dan lain-lain.
3) Hubungan kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala
kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian system kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
b. Penalaran Deduktif
Merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal khusus yang
berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumny telah dibuktikan (diasumsikan)
kebenarannya. Penalaran deduktif disebut juga penalaran deduksi. Deduksi
berhubungan dengan kesalihan argument. Penalaran deduktif diantaranya meliputi :
modus ponens, modus tollens dan silogisme.
Masalah matematika dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu masalah rutin
dan masalah nonrutin :
1. Masalah rutin dapat dipecahkan dengan mengikuti prosedur yang mungkin sudah pernah
dipelajari. Masalah rutin sering disebut sebagai masalah penerjemah karena deskripsi
situasi dapat diterjemahkan dari kata-kata menjadi simbol-simbol.
2. Masalah nonrutin mengarah kepada masalah proses, membutuhkan lebih dari sekedar
menerjemahkan masalah menjadi kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang
sudah diketahui. Masalah nonrutin mengharuskan pemecah masalah untuk membuat
metode pemecahan sendiri.
Soal :
Sebuah bak mandi mempunyai dua buah kran, yaitu kran besar dan kran kecil. Jika kran
kecil dibuka dan kran besar ditutup, bak mandi akan penuh setelah 60 menit. Jika kran
besar dibuka dan kran kecil ditutup, bak mandi akan penuh dalam waktu 40 menit.
Berapa menit dibutuhkan untuk memenuhi bak mandi jika kedua kran dibuka?
Penyelesaian:
Tentukan faktorisasi prima dari maing-masing bilangan
40 22 x 3 x 5
40 = 23 x 5
Waktu yang dibutuhkan bak mandi jika kedua kran dibuka = nilai FPB
Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi bak mandi jika kedua kran dibuka adalah
selama 20 menit.
Rubrik Penskoran :
Alasan :
Soal di atas termasuk jenis soal problem solving karena dari soal yang ada cara
menjawabnya tidak diketahui secara langsung. Selain itu beberapa prinsip dari soal
problem solving juga terpenuhi yaitu menggunakan beragam prosedur dimana para siswa
dituntut untuk menemukan hubungan antara pengalaman/pengetahuan sebelumnya
dengan masalah yang diberikan untuk mendapatkan solusi. Kemudian dari soal siswa
juga dituntut untuk memahami konsep dan istilah matematika.
Soal :
Fachira lebih muda beberapa tahun dari Nafisa. Usia fachira sekarang 12 tahun. FPB dari
usia mereka berdua adalah 4. KPK dari usia mereka berdua adalah 60. Berapa tahunkah
usia nafisa sekarang?
Penyelesaian :
umur nafisa = b
a) Cara 1
𝑎𝑥𝑏
𝐾𝑃𝐾 =
𝐹𝑃𝐵
12𝑥𝑎
60 =
4
240 = 12𝑥𝑎
240
𝑎= = 20 tahun
12
b) Cara 2
𝑎𝑥𝑏
𝐹𝑃𝐵 =
𝐾𝑃𝐾
12𝑥𝑎
4=
60
240 = 12𝑥𝑎
240
𝑎= =20 tahun
12
Rubrik Penskoran :
Kategori Skor
Jawaban tidak sesuai dengan materi. 0
1
Jawaban salah, tetapi ada beberapa alasan/jalan yang dituliskan.
Alasan :
Soal di atas merupakan soal yang berbentuk kemampuan penalaran sebab untuk
mendapatkan umur nafisa memerlukan proses berpikir/penalaran dimana terlebih dahulu
harus mengingat hubungan KPK dengan FPB, sehingga didapatkan keterkaitan antara
umur fachira, KPK dengan FPB sehingga umur nafisa dapat dicari.