Anda di halaman 1dari 9

A.

Kemampuan penalaran matematis


1. Matematika
Menurut (Erman Suherman, 2003: 16), matematika Secara etimologis berarti ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Dalam hal ini bukan berarti ilmu lain tidak
diperoleh melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan pada hasil
observasi atau eksperimen di samping penalaran.
Menurut (Herman Hudojo 2005: 10 103) menyatakan matematika sebagai ilmu yang
menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan antara hal-hal
itu. Objek penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik beratkan
kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur.
Menurut James dan James yang dikutip Muh. Athar (2009), matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang,
yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menelaah bentuk, struktur,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang abstrak yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya.

2. Penalaran
Menurut (Soekadijo 1997: 6) menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses
menarik kesimpulan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar. Menurut (Fajar Shadiq 2004: 2)
penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk
menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada
beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran merupakan suatu kegiatan,
suatu proses atau suatu aktivitas berpikir yang sistematik untuk menarik kesimpulan atau
membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Adapun ciri-ciri penalaran yaitu :
a. Adanya suatu pola pikir yang disebut logika. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Berpikir logis ini diartikan
sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu
b. Proses berpikirnya bersifat analitik. Penalaran merupakan suatu kegiatan yang
mengandalkan diri pada suatu analitik, dalam kerangka berpikir yang dipergunakan
untuk analitik tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.

3. Kemampuan
Menurut (KBBI, 2005: 308), kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti
kuasa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat. Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an
sehingga kata kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu hal. Kemampuan
adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan.

4. Kemampuan Penalaran Matematis


Kemampuan penalaran matematis adalah salah satu proses berfikir yang dilakukan
dengan cara menarik suatu kesimpulan dimana kesimpulan tersebut merupakan
kesimpulan yang sudah valid atau dapat dipertanggung jawabkan. salah satu tujuan
terpenting dari pembelajaran matematika adalah mengajarkan kepada siswa penalaran
logika. Bila kemampuan bernalar tidak dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa
matematika hanya akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru
contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya.
Pada dasarnya setiap penyelesaian soal matematika memerlukan kemampuan
penalaran. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat melihat bahwa matematika
merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan demikian siswa merasa yakin
bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan dapat dievaluasi. Dan
untuk mengerjakan hal-hal yang berhubungan diperlukan bernalar.
Kemampuan penalaran matematis meliputi:
a. Penalaran umum yang berhubungan dengan kemampuan untuk menemukan
penyelesaian atau pemecahan masalah.
b. Kemampuan yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan, seperti pada
silogisme, dan yang berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari suatu
argumentasi.
c. Kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan antara benda-
benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian mempergunakan hubungan
itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain.
Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut (Asep Jihad 2008: 153) yakni agar
siswa memiliki kemampuan dalam:
a. Menggunakan algoritma (prosedur pekerjaan)
b. Malakukan manipulasi secara matematika
c. Mengorganisasi data
d. Memanfaatkan simbol, diagram dan grafik 12
e. Mengenal dan menemukan pola
f. Menarik kesimpulan
g. Membuat kalimat atau model matematika
h. Membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang
i. Memahami pengukuran dan satuan-satuannya
j. Menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika
k. Kemampuan Penalaran Deduktif dan kemampuan Induktif.

Menurut (Sri Wardani 2008: 12) menyatakan bahwa ada dua cara untuk menarik
kesimpulan yaitu secara induktif dan deduktif, sehingga dikenal istilah penalaran induktif
dan penalaran deduktif. Berikut merupakan perbedaan antara penalaran induktif dan
deduktif.
a. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus
yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan impirik dan menghasilkan suatu
kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum. Dalam hal ini telah terjadi proses
berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta. Penalaran induktif
sering juga disebut penalaran induksi, Penalaran induktif diantaranya meliputi:
analogi, generalisasi, dan hubungan kausal.
1) Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta.
Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang
berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu
ditarik suatu kesimpulan.
2) Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan
rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta,
contoh, data statistik, dan lain-lain.
3) Hubungan kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan
kausal (kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala
kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian system kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
b. Penalaran Deduktif
Merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal khusus yang
berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumny telah dibuktikan (diasumsikan)
kebenarannya. Penalaran deduktif disebut juga penalaran deduksi. Deduksi
berhubungan dengan kesalihan argument. Penalaran deduktif diantaranya meliputi :
modus ponens, modus tollens dan silogisme.

B. Masalah Penalaran Matematis


Suatu pertanyaan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai
aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban dari
pertanyaan tersebut. Pertanyaan itu dapat juga tersembunyi dalam suatu situasi sehingga
situasi itu sendiri perlu mendapat penyelesaian. Nampak di sini bahwa menyelesaikan
masalah itu merupakan aktivitas mental yang tinggi. Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan
merupakan masalah bergantung kepada individu dan waktu. Artinya, bahwa suatu
pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seorang siswa, tetapi mungkin bukan
merupakan suatu masalah bagi siswa yang lain. Pertanyaan yang dihadapkan kepada
siswa yang tidak bermakna akan bukan merupakan masalah bagi siswa tersebut.
Dengan perkataan lain, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa haruslah dapat
diterima oleh siswa tersebut. Jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan struktur
kognitif siswa. Demikian juga, pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seorang
siswa pada suatu saat, tetapi bukan merupakan suatu masalah lagi bagi siswa tersebut pada
saat berikutnya, bila siswa tersebut sudah mengetahui cara atau proses mendapatkan
penyelesaian masalah tersebut.
Syarat suatu masalah bagi seorang siswa adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh siswa
tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabnya.
2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui
siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang
sebagai hal yang esensial.

Masalah matematika dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu masalah rutin
dan masalah nonrutin :
1. Masalah rutin dapat dipecahkan dengan mengikuti prosedur yang mungkin sudah pernah
dipelajari. Masalah rutin sering disebut sebagai masalah penerjemah karena deskripsi
situasi dapat diterjemahkan dari kata-kata menjadi simbol-simbol.
2. Masalah nonrutin mengarah kepada masalah proses, membutuhkan lebih dari sekedar
menerjemahkan masalah menjadi kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang
sudah diketahui. Masalah nonrutin mengharuskan pemecah masalah untuk membuat
metode pemecahan sendiri.

C. Kemampuan Penalaran Siswa.


Kemampuan siswa merupakan gambaran tentang kecakapan, kesanggupan, serta
kapasitas siswa dalam menyelesaikan soal, tugas, atau masalah yang diberikan kepada siswa.
Profil kemampuan penalaran matematika siswa adalah gambaran kemampuan penalaran
matematika siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Indikator sebagai berikut :
1. Melakukan manipulasi matematika
2. Menarik kesimpulan dari pernyataan
3. Memberikan alasan atau bukti terhadap satu atau beberapa solusi.
4. Memeriksa kesahihan suatu argumen

D. Indikator, Soal dan Rubrik Kemampuan Matematis


1. Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan
masalah
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat operasi hitung termasuk operasi hitung
campuran, FPB dan KPK
Materi Pokok : Operasi hitung bilangan bulat
Indikator : Mencari FPB dan KPK dari dua bilangan tertentu

Soal :
Sebuah bak mandi mempunyai dua buah kran, yaitu kran besar dan kran kecil. Jika kran
kecil dibuka dan kran besar ditutup, bak mandi akan penuh setelah 60 menit. Jika kran
besar dibuka dan kran kecil ditutup, bak mandi akan penuh dalam waktu 40 menit.
Berapa menit dibutuhkan untuk memenuhi bak mandi jika kedua kran dibuka?
Penyelesaian:
Tentukan faktorisasi prima dari maing-masing bilangan
40 22 x 3 x 5

40 = 23 x 5

Waktu yang dibutuhkan bak mandi jika kedua kran dibuka = nilai FPB

FPB dari 60 dan 40 = 22 x 5 = 4 x 5 = 20

Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi bak mandi jika kedua kran dibuka adalah
selama 20 menit.

Rubrik Penskoran :

Kriteria /Klasifikasi Skor : Kriteria /Klasifikasi


Pemecahan Masalah 0 Tidak memahami maksud soal
3 Memahami sebagian maksud soal
6 Memahami soal dengan menuliskan langkah-
langkah, merancang symbol matematika yaitu
mencari FPB sebagai solusi dari pemecahan
masalah
Perencanaan Strategi 0 Strategi tidak tahu sama sekali
3 Sebagian strategi dalam pemecahan masalah
benar.
6 Strategi yang dipakai tepat dalam pemecahan
masalah.
Jawaban yang diperoleh 0 Jawaban salah
3 Sebagian jawaban benar
6 Jawaban sempurna,sesuai dengan langkah-
langkah pemecahan masalah.

Alasan :
Soal di atas termasuk jenis soal problem solving karena dari soal yang ada cara
menjawabnya tidak diketahui secara langsung. Selain itu beberapa prinsip dari soal
problem solving juga terpenuhi yaitu menggunakan beragam prosedur dimana para siswa
dituntut untuk menemukan hubungan antara pengalaman/pengetahuan sebelumnya
dengan masalah yang diberikan untuk mendapatkan solusi. Kemudian dari soal siswa
juga dituntut untuk memahami konsep dan istilah matematika.

2. Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan


masalah
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat operasi hitung termasuk operasi hitung
campuran, FPB dan KPK
Materi Pokok : Operasi hitung bilangan bulat
Indikator : Mencari FPB dan KPK dari dua bilangan tertentu

Soal :
Fachira lebih muda beberapa tahun dari Nafisa. Usia fachira sekarang 12 tahun. FPB dari
usia mereka berdua adalah 4. KPK dari usia mereka berdua adalah 60. Berapa tahunkah
usia nafisa sekarang?

Penyelesaian :

Misalkan : umur fachira = a

umur nafisa = b

a) Cara 1
𝑎𝑥𝑏
𝐾𝑃𝐾 =
𝐹𝑃𝐵
12𝑥𝑎
60 =
4
240 = 12𝑥𝑎

240
𝑎= = 20 tahun
12

Jadi, umur nafisa sekarang adalah 20 tahun

b) Cara 2
𝑎𝑥𝑏
𝐹𝑃𝐵 =
𝐾𝑃𝐾
12𝑥𝑎
4=
60
240 = 12𝑥𝑎
240
𝑎= =20 tahun
12

Jadi, umur nafisa sekarang adalah 20 tahun

Rubrik Penskoran :

Kategori Skor
 Jawaban tidak sesuai dengan materi. 0
1
 Jawaban salah, tetapi ada beberapa alasan/jalan yang dituliskan.

 Jawaban benar,tapi alasan/jalan tidak lengkap atau penalaran soal


2
kurang
3
 Jawaban benar dan penalaran baik tapi dalam menarik kesimpulan
dengan menggunakan symbol matematika masih kurang

 Jawaban sempurna, memberikan alasan, menyusun


bukti(penalaran) yang sesuai dengan materi dan manarik
4
kesimpulan secara matematika dari pernyataan yang diperoleh.

Alasan :
Soal di atas merupakan soal yang berbentuk kemampuan penalaran sebab untuk
mendapatkan umur nafisa memerlukan proses berpikir/penalaran dimana terlebih dahulu
harus mengingat hubungan KPK dengan FPB, sehingga didapatkan keterkaitan antara
umur fachira, KPK dengan FPB sehingga umur nafisa dapat dicari.

Anda mungkin juga menyukai