Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum Kimia Dasar I

Mata kuliah : Kmia Dasar I

Dosen pengampu : Kartimi, M.Pd

Disusun oleh :

Reiza Fitri Yulia

Nim : 14121610722

Kelas/semester : IPA-Biologi B/1

Asisten Praktikum : 1. Dewi Fortuna R

2. Lulindayati

PUSAT LABORATORIUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH


NURJATI CIREBON 2012
Banyak reaksi di sekitar kita yang berlangsung cepat, sedang, dan juga
lambat, bahkan sangat lambat. Misalnya, petasan yang dinyalakan, membusuknya
buah-buahan dan makanan lain, serta masaknya buah-buahnya setelah diperam.

I. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini tentang penentuan orde
reaksi dan tetapan laju reaksi adalah sebagai berikut :
1. Mengamati pengaruh konsentrasi zat-zat perekat terhadap laju
reaksi.
2. Menghitung orde reaksi dan tetapan laju pada reaksi ion
pesulfat dan ion iodida.

Adapun dasar teori yang mendukung praktikum tentang penentuan orde


reaksi dan tetapan laju reaksi berdasarkan praktikum yang akan dilakukan dalam
laboratorium kimia tersebut yaitu :

II. DASAR TEORI


Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi
atau hasil reaksi terhadap perubahan waktu. Laju reaksi dapat
dirumuskan sebagai berikut :

V = K [ A ]x . [ B ]y
Laju reaksi terukur, seringkali sebanding dengan konsentrasi
reaktan suatu perangkat. Contohanya, mungkin saja laju reaksi itu
sebanding dengnan konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
V = K [ A ]x . [ B ]y
Koefisien K disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada
konsentrasi tetapi bergantung pada temperatur. Persamaan sejenis ini
ditentukan secara eksperimen disebut hukum laju reaksi. Secara formal
hukum laju adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi dan sebagai
fungsi dari semua spesies yang ada termasuk produknya.
Hukum laju reaksi mempunyai dua penerapan yang utama.
Penerapan praktisnya setelah kita mengetahui hukum laju reaksi dan
konstanta laju reaksi, kita dapat meramalkan laju reaksi dari komposisi
campuran. Penerapan teoritis pada laju ini adalah : hukum laju
merupakan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap mekanisme yang
diajukan harus konsisten dengan hukum laju yang diamati.
Pada kelajuan reaksi ternyata suhu juga berpengaruh, suhu juga
hampir menaikkan kelajuan dari setiap reaksi. Sebaliknya penurunan
dalam suhu akan menurunkan kelajuan, dan ini tidak bergantung
apakah reaksi eksotermis dan endotermis. Perubahan kelajuan terhadap
suhu dinyatakan oleh suatu perubahan dalam tetapan kelajuan yang
spesifik K.
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi
dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut
terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang
permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai
kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi :


Dalam berbagai reaksi kimia kita sering dapati reaksi berjalan
sangat cepat dan adapula yang berjalan sangat lambat. Keadaan
demikian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor – faktor, yaitu :
1. Konsentrasi
Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya
semakin besar pula, dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil
maka laju reaksinya semakin kecil pula. Untuk beberapa reaksi,
laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang
dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi.
Pangkat – pangkat dalam persamaan laju reaksi dinamakan orde
reaksi. Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi kimia pada
prinsipnya menetukan pengaruh seberapa besar perubahaan
konsentrasi laju reaksi terhadap konsentrasi pereaksi.
2. Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat
berbeda dengan reaksi yang berlangsung dengan heterogen.
Pada reaksi homogen campuran zatnya bercampur seluruhnya.
Hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia, karena
molekul– molekul ini dapat bersentuhan satu sama yang lainnya.
Dalam sistem heterogen, reaksi hanya berlangsung pada bidang–
bidang yang bersentuhan dari kedua fasenya. Reaksi kimia
berlangsung pada kedua molekul–molekul atom–atom atau ion –
ion dari zat–zat yang bereaksi telebih dahulu bertumbukkan.
Maka semakin luas permukaan suatu reaksi mak semakin cepat
reaksi itu berlangsung.
3. Suhu / Temperatur
Pada suhu yang tinggi, energi molekul – molekul bertambah.
Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu, biasanya kenaikan
suhu sebesar 10 oC akan menyebabkan kenaikkan laju reaksi
sebesar dua atau tiga kalinya. Kenaikkan laju reaksi ini
disebabkan dengan kenaikkan suhu atau menyebabkan makin
cepatnya molekul – molekul pereaksi bergerak, sehingga
memperbesar kemungkinan terjadi tabrakan yang efektif. Energi
tumbukan bertambah yang diperlukan untuk mencapai keadaan
sehingga suatu reaksi dapat berlangsung disebut energi
pengaktifan.
4. Katalis / Katalisator
Berbagai reaksi berlangsung lambat dapat di percepat dengan
menambahkan zat lain yang disebut katalis. Konsep yang
menerapkan pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis
menurunkan energy-energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan
menbentuk tahap-tahap reaksi yang baru.
Ada dua jenis katalis, yaitu :
 Katalis homogen adalah ktalis yang satu fase dengan zat yang
dikatalis. Jenis katalis ini umumnya ikut breaksi, tetapi pada
akhir reaksi akn kembali lagi kebentuk semula.
 Katalis heterogen adalah katalis yang tidak satu fase dengan
zat-zat yang bereaksi. Jenis katali ini umumnya logam-logam
dan reaksi yang dipercepat umumnya gas-gas.
Kecepatan reaksi kimia dasar dari system larutan dipengaruhi
terutama oleh konsentrasi reaktan, suhu dan adanya zat-zat tertentu
yang berperan sebagai katalisator. Pengaruh konsentrasi reaktan
dinyatakan sebagai orde reaksi, sedangkan pengaruh suhu dinyatakan
dalam besarnya harga tetapan laju. Hukum laju dari suatu reaksi hanya
dapat ditentukan dengan eksperimen dan tidak dapat disimpulkan
hanya dari persamaan reaksi.
Reaksi yang akan dipelajari pada percobaan ini adalah reaksi
antara ion persulfat dan ion iodida. Persamaan reaksinya adalah :
S2O82- + 3I- 2SO42- + I3-
Persamaan laju untuk reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
V = k [S2O82-]y [I-]
Orde reaksi terhadap I- ditentukan melalui dua kali percobaan.
Pada kedua percobaan konsentrasi S2O82- dibuat tetap, seedangkan
konsentrasiion iodide pada percobaan kedua kali lebih besar dari pada
percobaan pertama. Orde reaksi pada ion iodida dihitung dengan cara
sebagai berikut :
V1 = k [S2O82-]y [I-]x1
V2 = k [S2O82-]y [I-]x2
𝑉2
Karena konsentrasi S2O82- dibuat tetap dan [I-]2 = 2 [I-]1, maka : 𝑉1 = 2

Dengan cara yang sama dapat ditentukan orde reaksi terhadap ion
persulfat. Laju reaksi dihitung pada percobaan dengan pendekatan
berikut :
Perubahan konsentrasi S2O82- dapat dihitung berdasarkan persamaan
reaksi berikut :
S2O82- + 3I- 2SO42- + I3-
Kompleks triodida yang dihasilkan selanjutnya bereaksi dengan
ion tiosulfat yang ditambahkan pada awal reaksi, persamaan reaksinya
adalah :
S2O32- + 3I- 2S4O62- + 3I-
Dengan adanya ion tiosulfat, tidak akan ada iodium bebas dalam
larutan, apabila ada iodium bebas maka warna larutan akan berubah
menjadi biru.
Selang waktu antara saat pencampuran pereaksi denga timbulnya
warna biru merupakan ukuran waktu bagi laju reaksi. Karena jumlah
ion tiosulfat pada setiap percobaan tetap, maka jumlah ion iodium
yang dihasilkan sampai terbentuk warna biru, juga sama pada tiap
percobaan. Artinya, ∆ [S2O82-] juga sama pada setiap percobaan,
hanya waktu yang diperlukan yang berbeda sesuai dengan besarnya
konsentrasi reaktan yang digunakan.

III. METODE
Pada percobaan ini, orde reaksi dan ketetapan laju dihitung
dengan metode laju awal, dimana prinsip dasarnya telah dijelaskan
pada dasar teori.
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum kali
ini agar lebih efektif yaitu sebagai berikut :

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Gelas ukur 5 mL
2. Gelas kimia 50 mL
3. Pipet tetes
4. Thermometer
5. Stop watch
6. Erlenmeyer 100 mL
7. Pipet ukuran 10 dan 25 mL
8. Tabung reaksi
9. Rak tabung reaksi
10. Kaki tiga
11. Kassa
12. Pemanas spirtus
13. spatula
B. Bahan
1. Larutan kanji
2. Larutan Na2S2O8
3. Larutan NaSO4
4. Larutan KI
5. Gula pasir
6. Gula batu
7. Gula pasir halus
8. Larutan FeCl3
9. Larutan H2O2

V. LANGKAH KERJA
A. Pengaruh konsentrasi
1. Menyiapkan tiga tabung reaksi yang telah disiapkan
2. Masing-masing tabung reaksi diberi larutan HCl, pada
tabung reaksi pertama yaitu larutan HCl dimasukkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml HCl 0,3 M. Kemudian
tabung reaksi kedua larutan HCl dimasukkan kedalam
tabung reaksi sebanyak 2 ml HCl 0,2 M. Dan yang terakhir
tabung reaksi ketiga larutan HCl dimasukkan kedalam
tabung reaksi sebanyak 2 ml HCl 0,1 M.

2 ml 2 ml 2 ml

HCl 0,3 M HCl 0,2 M HCl 0,1 M

3. Dan ditambahkan dengan pita zink secara bersama-sama.


4. Amati dan catat hasilnya.
B. Luas permukaan
1. Menyiapkan tiga gelas reaksi kimia yang telah disiapkan.
2. Masing-masing gelas reaksi kimia ditambahkan dengan air
sebanyak 50 ml, kemudian pada masing-masing gelas kimia
dimasukkan gula pasir halus, gula pasir dan gula batu
sebanyak 2 gram.

50 ml air 50 ml air 50 ml air

1. 2. 3.

gula pasir halus gula pasir gula batu

3. Aduk secara perlahan dan catat waktunya

C. Katalis
1. Menyiapkan tiga gelas reaksi kimia.
2. Pada gelas kimia pertama dimasukkan larutan H2O2 saja
sebanyak 20 ml.
3. Pada gelas kimia kedua dimasukkan larutan H2O2 sebanyak
20 ml dan ditambahkan dengan larutan NaCl sebanyak 20
tetes.
4. Kemudian pada gelas kimia ketiga dimasukkan larutan
H2O2 sebanyak 20 ml dan ditambahkan dengan larutan
FeCl3

20 ml 20 ml H2O2 20 ml H2O2

H2O2 + 20 tetes NaCl + 20 tetes FeCl3

5. Catat dan amati hasil pada laju reaksi tersebut pada larutan
H2O2 ditambah larutan FeCl3 dan NaCl.
6. Amati gelembung-gelembung yang terjadi pada reaksi
tersebut.
D. Temperatur
1. Menyiapkan dua buah gelas reaksi kimia.
2. Masing-masing gelas kimia ditambahkan dengan air
sebanyak 50 ml.
3. Kemudian salah satu gelas reaksi kimia dipanaskan dengan
menggunakan spirtus hingga suhu 550C diukur dengan
menggunakan thermometer.
4. Setelah mencapai suhu 550C spirtus dimatikan.
5. Gelas reaksi kimia yang bersuhu panas dimasukkan gula
batu sebanyak 2 gr dan gelas reaksi kimia yang dingin
dimasukkan gula batu sebanak 2 gr.
6. Kemudian diaduk secara perlahan dan catat waktu lamanya
larutan tersebut hingga bercampur dan larut dalam air
dengan menggunakan stopwatch.
7. Amati perubahannya dan catat hasil pengamatannya.
VI. HASIL PENGAMATAN
Table hasil pengamatan
No. Faktor Zat hasil
1. Konsentrasi HCl 0,3 M + pita zink Bergelembung banyak.

HCl 0,2 M + pita zink Bergelembung sedang.

HCl 0,1 M + pita zink Bergelembung sedikit.

Luas Gula halus Mudah larut, zat yang pelarutannya


2. permukaan (waktu 2-3 detik) lebih cepat terlarut dengan air dan
berwarna putih keruh
Gula pasir Mudah larut, zat kedua yang
(waktu 15 detik) pelarutannya lebih cepat terlarut
setelah gula halus. Zat yang mudah
larut dengan air dan berwarna
bening.
Gula batu Tidak mudah terlarut membutuhkan
(waktu 1 menit 50 detik) waktu yang lama untuk
melarutkannya. Hasil berwarna
kuning cerah.
3. Pengaruh H2O2 Warna tetap menjadi putih, tidak
katalis terjadi gelembung-gelembung.

H2O2 + NaCl Berwarna putih dan sedikit terjadi


gelembung-gelembung.
H2O2 + FeCl3 Berwarna agak kecoklat kekuningan,
dan terjadi gelembung yang banyak.

4. Temperature Gula batu + air panas Berwarna kuning cerah dan lebih
(suhu) Waktu = 3 menit 22,47 pekat dan mudah terlarut dalam air.
detik
Gula batu + air dingin Berwarna kuning pekat, menjadi
Waktu = 9 menit 25 detik kuning cerah dan tidak mudah larut.
grafik pengaruh luas permukaan
120
110
100

80

60
Series 1

40

20
15

0 3
gula halus gula pasir gula batu

Pengaruh Suhu/Temperatur
10
9
8
7
6
5 Pengaruh
4 Suhu/Temperatur
3
2
1
0
air panas air dingin
VII. HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini membahas
tentang penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi yang telah
dilakukan pada praktikum dilaboratorium kimia tersebut.

Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya


semakin besar pula, dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil
maka laju reaksinya semakin kecil pula. Untuk beberapa reaksi, laju
reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang dikenal
dengan hukum laju reaksi atau persamaan laju reaksi. Pangkat-
pangkat dalam persamaan laju reaksi dinamakan orde reaksi.
Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi kimia pada prinsipnya
menetukan pengaruh seberapa besar perubahaan konsentrasi laju
reaksi terhadap konsentrasi pereaksi.
Pada percobaan pertama yaitu membahas tentang pengaruh
konsentrasi pada penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi awal
percobaan yaitu dua tabung reaksi yang diteteskan dengan larutan HCl
sebanyak 2 ml HCl 0,1 M, HCl 0,2 M dan HCl 0,3 M. ternyata pada
masing-masing tabung reaksi ketika ditambahkan dengan pita zink
terdapat gelembung-gelembung. Pada tabung reaksi ketiga larutan HCl
0,3 M memiliki gelembung yang paling banyak dibanding dengan
tabung reaksi HCl 0,2 M dan HCl 0,1 M.

gambar. Reaksi larutan asam klorida 0,3 M dengan


logam zink (sebelah kiri) dan reaksi larutan asam
klorida 0,1 M dengan logam zink (sebelah kanan).

Pada dasarnya Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat


reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak
dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan
berdasarkan percobaan. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen
dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
v = k (A) (B) 2
Persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat
A dan merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi
tersebut adalah reaksi orde 3.

Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat berbeda


dengan reaksi yang berlangsung dengan heterogen. Pada reaksi homogen
campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat
berlangsungnya reaksi kimia, karena molekul–molekul ini dapat
bersentuhan satu sama yang lainnya. Dalam sistem heterogen, reaksi hanya
berlangsung pada bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua fasenya.
Reaksi kimia berlangsung pada kedua molekul-molekul atom-atom atau
ion-ion dari zat-zat yang bereaksi telebih dahulu bertumbukkan. Maka
semakin luas permukaan suatu reaksi mak semakin cepat reaksi itu
berlangsung.
Jika luas permukaan ini diperbanyak, dengan jalan memperkecil
ukuran partikel, maka laju reaksi menjadi lebih cepat. Pada percobaan
kedua yaitu membahas tentang pengaruh luas permukaan pada penentuan
orde reaksi dan tetapan laju reaksi awal percobaan yaitu Masing-masing
gelas reaksi kimia ditambahkan dengan air sebanyak 50 ml, kemudian
pada masing-masing gelas kimia dimasukkan gula pasir halus, gula pasir
dan gula batu sebanyak 2 gram. Dan diaduk secara perlahan dan
bersamaan dengan mencatat waktu. Hasil pengamatan pertama pada
percobaan reaksi tersebut yaitu bahwa pada larutan gula halus yang
dilarutkan dengan air sebanyak 2 gram dalam waktu 2-3 detik Mudah
larut, merupakan zat yang pelarutannya lebih cepat terlarut dengan air dan
menghasilkan warna yang berwarna putih keruh.
Sedangkan pada pengamatan kedua pada percobaan reaksi larutan
tersebut yaitu bahwa pada larutan gula pasir yang dilarutkan dengan air
sebanyak 2 gram dalam waktu 15 detik Mudah larut, merupakan zat yang
kedua yang pelarutannya lebih cepat terlarut setelah gula halus. Zat yang
mudah larut dengan air dan menghasilkan warna yang berwarna bening.
Dan pada pengamatan yang ketiga pada percobaan reaksi larutan tersebut
yaitu bahwa pada larutan gula batu yang dilarutkan dengan air sebanyak 2
gram dalam waktu 1 menit 50 detik, tidak mudah terlarut dalam air
membutuhkan waktu yang lama untuk melarutkannya. Hasil dari
percobaan tersebut yaitu larutan berwarna kuning cerah.

Berbagai reaksi berlangsung lambat dapat di percepat dengan


menambahkan zat lain yang disebut katalis. Konsep yang menerapkan
pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis menurunkan energy-
energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan menbentuk tahap-tahap reaksi
yang baru.
Ada dua jenis katalis, yaitu :
 Katalis homogen adalah ktalis yang satu fase dengan zat yang
dikatalis. Jenis katalis ini umumnya ikut breaksi, tetapi pada akhir
reaksi akn kembali lagi kebentuk semula.
 Katalis heterogen adalah katalis yang tidak satu fase dengan zat-zat
yang bereaksi. Jenis katali ini umumnya logam-logam dan reaksi yang
dipercepat umumnya gas-gas.
Pada percobaan ketiga yaitu membahas tentang pengaruh katalis
pada penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi awal percobaan yaitu
bahwa Pada gelas kimia pertama yang dimasukkan larutan H2O2 saja
sebanyak 20 ml yang telah dituangkan kedalam gelas kimia tersebut pada
hasil pengamatannya menghasilkan perubahan warna yang tetap yaitu
menjadi putih, tidak terjadi gelembung-gelembung. Sedangkan pada
percobaan kedua yaitu Pada gelas kimia kedua yang dituangkan larutan
H2O2 sebanyak 20 ml dan ditambahkan dengan larutan NaCl sebanyak 20
tetes. Pada hasil pengamatannya menghasilkan perubahan warna yang
tetap berwarna putih dan sedikit terjadi gelembung-gelembung. Dan pada
percobaan yang terakhir, yaitu pada gelas kimia ketiga yang dituangkan
dengan larutan H2O2 sebanyak 20 ml dan ditambahkan dengan larutan
FeCl3. Pada hasil pengamatannya menghasilkan perubahan warna yaitu
berwarna agak kecoklat kekuningan, dan terjadi gelembung yang banyak.
Pada suhu yang tinggi, energi molekul–molekul bertambah. Laju
reaksi meningkat dengan naiknya suhu, biasanya kenaikan suhu sebesar 10
o
C akan menyebabkan kenaikkan laju reaksi sebesar dua atau tiga kalinya.
Kenaikkan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikkan suhu atau
menyebabkan makin cepatnya molekul–molekul pereaksi bergerak,
sehingga memperbesar kemungkinan terjadi tabrakan yang efektif. Energi
tumbukan bertambah yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehingga
suatu reaksi dapat berlangsung disebut energi pengaktifan.
Pada percobaan keempat yaitu membahas tentang pengaruh
suhu/temperature pada penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi, awal
percobaan yaitu Masing-masing gelas kimia ditambahkan dengan air
sebanyak 50 ml. Kemudian salah satu gelas reaksi kimia dipanaskan
dengan menggunakan spirtus hingga suhu 550C diukur dengan
menggunakan thermometer, Setelah mencapai suhu 550C spirtus
dimatikan. Pada percobaan pertama reaksi pelarutan gula batu pada gelas
reaksi kimia yang bersuhu panas sebanyak 2 gr, dan diaduk secara
perlahan bersamaan dengan menghitung waktu terlarutnya zat tersebut
dengan menggunakan stopwatch. Pada hasil pengamatan tersebut yaitu
menghasilkan perubahan warna yaitu berwarna kuning cerah dan lebih
pekat serta mudah terlarut dalam air selama waktu 3 menit 22,47 detik.
Sedangkan pada percobaan kedua reaksi pelarutan gula batu pada gelas
reaksi kimia yang bersuhu dingin sebanyak 2 gr, dan diaduk secara
perlahan bersamaan dengan menghitung waktu terlarutnya zat tersebut
dengan menggunakan stopwatch. Pada hasil pengamatan tersebut yaitu
menghasilkan perubahan warna yaitu dari yang berwarna kuning pekat,
menjadi kuning cerah dan tidak mudah larut. Untuk melarutkan suatu zat
tersebut dengan menggunakan air yang bersuhu dingin membutuhkan
waktu selama 9 menit 12 detik.
Pada dasarnya Laju reaksi merupakan perbandingan perubahan
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap perubahan waktu. Laju
reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

V = K [ A ]x . [ B ]y
Laju reaksi terukur, seringkali sebanding dengan konsentrasi reaktan
suatu perangkat. Contohanya, mungkin saja laju reaksi itu sebanding
dengnan konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
V = K [ A ]x . [ B ]y

Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi
pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah
partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih
rapat disbanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang
susunannya lebih rapat, akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan
partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya
reaksi makin besar.
Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi
harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang
heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas
campuran inilah yang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan
memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Katalis
Katalis adalah zat yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya suatu
reaksi, akan tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali. Peran katalis
adalah menurunkan energi aktivasi, sehingga dengan demikian suatu
reaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.
D. Jenis-jenis Katalis
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi katalis
homogen dan katalis heterogen (James E. Brady, 1990).
1. Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang dapat bercampur secara
homogen dengan zat pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama.
Contoh:
a. Katalis dan pereaksi berwujud gas
2 SO2(g) + O2(g) ⎯N⎯O(g⎯)→ 2 SO3(g)
b. Katalis dan pereaksi berwujud cair
C12H22O11(aq) + H2O(l) ⎯H⎯+ (a⎯q)→ C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)
glukosa fruktosa
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang tidak dapat bercampur secara
homogen dengan pereaksinya karena wujudnya berbeda.
Contoh:
Katalis berwujud padat, sedang pereaksi berwujud gas.
C2H4(g) + H2(g) ⎯N⎯i(s⎯)→ C2H6(g)
3. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
Contoh:
CH3COOH yang dihasilkan dari reaksi metil asetat dengan air
merupakan
autokatalis reaksi tersebut.
CH3COOCH3(aq) + H2O(l) ⎯⎯→ CH3COOH(aq) + CH3OH(aq)
Dengan terbentuknya CH3COOH, reaksi menjadi bertambah cepat.
4. Biokatalis
Biokatalis adalah katalis yang bekerja pada proses metabolisme, yaitu
enzim.
Contoh:
Enzim hidrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui
reaksi hidrolisis.

Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi
gerak atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih
sering terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka
kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan
reaksi juga semakin besar. Suhu atau temperatur ternyata juga
memperbesar energi potensial suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya
kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal
ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak mampu melampaui energi aktivasi.
Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial,
sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan reaksi.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan pada praktikum kali
ini membahas tentang penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi
yang telah dilakukan dilaboratorium kimia dan telah diuraikan dengan
jelas, sehingga dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi
atau hasil reaksi terhadap perubahan waktu. Laju reaksi dapat
dirumuskan sebagai berikut :

V = K [ A ]x . [ B ]y
2. Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi
dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi :
a. Konsentrasi, Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka
laju reaksinya semakin besar pula, dan sebaliknya jika
konsentrasi semakin kecil maka laju reaksinya semakin kecil
pula.
b. Luas Permukaan
c. Suhu / Temperatur
d. Katalis
4. Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat
diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan
berdasarkan percobaan.
5. Ada dua jenis katalis, yaitu :
 Katalis homogen adalah ktalis yang satu fase dengan zat yang
dikatalis. Jenis katalis ini umumnya ikut breaksi, tetapi pada
akhir reaksi akn kembali lagi kebentuk semula.
 Katalis heterogen adalah katalis yang tidak satu fase dengan
zat-zat yang bereaksi. Jenis katali ini umumnya logam-logam
dan reaksi yang dipercepat umumnya gas-gas.
6. Hasil dari pengamatan konsentrasi pada HCl 0,3 M + pita zink
menghasilkan gelembung banyak.
7. Hasil dari pengamatan konsentrasi pada HCl 0,2 M + pita zink
menghasilkan gelembung sedang.
8. Hasil dari pengamatan konsentrasi pada HCl 0,1 M + pita zink
menghasilkan gelembung sedikit.
9. Hasil pengamatan pertama pada percobaan reaksi pengaruh luas
permukaan yaitu pada larutan gula halus yang dilarutkan dengan
air sebanyak 2 gram dalam waktu 2-3 detik Mudah larut,
merupakan zat yang pelarutannya lebih cepat terlarut dengan air
dan menghasilkan warna yang berwarna putih keruh.
10. Hasil pada pengamatan kedua pada percobaan reaksi pengaruh luas
permukaan tersebut yaitu pada larutan gula pasir yang dilarutkan
dengan air sebanyak 2 gram dalam waktu 15 detik Mudah larut,
merupakan zat yang kedua yang pelarutannya lebih cepat terlarut
setelah gula halus. Zat yang mudah larut dengan air dan menghasil-
kan warna yang berwarna bening.
11. Hasil pada pengamatan ketiga pada percobaan reaksi luas
permukaan yaitu bahwa pada larutan gula batu yang dilarutkan
dengan air sebanyak 2 gram dalam waktu 1 menit 50 detik, tidak
mudah terlarut dalam air membutuhkan waktu yang lama untuk
melarutkannya. Hasil dari percobaan tersebut yaitu larutan
berwarna kuning cerah.
12. Pada hasil pengamatan larutan H2O2 sebanyak 20 ml dan
ditambahkan dengan larutan NaCl sebanyak 20 tetes.
menghasilkan perubahan warna yang tetap berwarna putih dan
sedikit terjadi gelembung-gelembung.
13. Pada hasil pengamatan larutan H2O2 sebanyak 20 ml dan
ditambahkan dengan larutan FeCl3 sebanyak 20 tetes.
menghasilkan perubahan warna menghasilkan perubahan warna
yaitu berwarna agak kecoklat kekuningan, dan terjadi gelembung
yang banyak.
14. Pada hasil pengamatan larutan H2O2 sebanyak 20 ml menghasilkan
perubahan warna yang tetap yaitu menjadi putih, tidak terjadi
gelembung-gelembung.
15. Hasil pengamatan pengaruh suhu/temperature pada larutan gula
batu yang dilarutkan dengan air panas menghasilkan perubahan
warna yaitu berwarna kuning cerah dan lebih pekat serta mudah
terlarut dalam air selama waktu 3 menit 22,47 detik.
16. Hasil pengamatan pengaruh suhu/temperature pada larutan gula
batu yang dilarutkan dengan air dingin menghasilkan perubahan
warna yaitu berwarna kuning cerah dan lebih pekat serta mudah
terlarut dalam air selama waktu 3 menit 22,47 detik.
17. menghasilkan perubahan warna yaitu dari berwarna kuning pekat,
menjadi kuning cerah dan tidak mudah larut. Untuk melarutkan
suatu zat tersebut dengan menggunakan air yang bersuhu dingin
membutuhkan waktu selama 9 menit 12 detik.
18. Jenis-jenis Katalis
a. Katalis Homogen
b. Katalis Heterogen
19. Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
20. Biokatalis adalah katalis yang bekerja pada proses metabolisme,
yaitu enzim.
DAFTAR PUSTAKA
Charles, W. 1992 . Kimia Untuk Universitas . Gramedia : Jakarta
Beran & Brady. 1987. Laboratory Manual for General Chemistry. New
York : John wiley & Sons, Inc.
Brady, J.E & Holum J.L. 1998. Fundamental of Chemistry. 3 Ed. New
York : John wiley & Sons, Inc.
Budi Utami. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu
Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Kartimi. 2012. PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I. Cirebon :
IAIN Press.
Kitti, Surra. 1993 . Kimia Fisika Untuk Universitas . Gramedia : Jakarta
Sunarya, Yayan dkk. 1998. Petunjuk PraktikumKimia Dasar 2. Bandung:
Kimia IKIP Bandung.
Ita trie.2012. diakses pada pukul 20.30/23/oktober/2012/ oleh :
http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-dasar-ii-laju-reaksi.html

Anda mungkin juga menyukai