PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Parepare adalah salah satu Kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang secara
administratif terdiri dari 5 Kecamatan yang meliputi 27 kelurahan dengan luas wilayah 99,33
km2. Kota Parepare terletak antara 3o 57’ 39” – 4o 04’ 49” LS dan 119o 36’ 24” – 119o 43’ 40”
BT. Daerah ini terletak pada daerah pantai yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar
dan mempunyai peluang untuk pengembangan pengolahan hasil usaha penangkapan ikan
laut, lebih dari itu merupakan sentra perdagangan hasil perikanan utamanya yang berasal dari
Kabupaten Pinrang dan Barru (Anonim, 2012).
Pengelolaan sumberdaya perikanan harus dilakukan tepat dengan memanfaatkan
data yang kontinyu dan teknologi yang mampu menggambarkan wilayah, potensi sumberdaya
perikanan dengan baik. Integrasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG)
merupakan salah satu cara untuk mengelola sumberdaya perikanan dengan data yang
kontinyu dan sebaran spasial yang bisa menampilkan secara sederhana bentuk dan potensi
sumberdaya perikanan. Secara sederhana integrasi antara penginderaan jauh dan SIG dapat
memetakan kondisi sumberdaya perikanan sehingga dapat dipantau kondisinya (Mallawa,
2011).
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah Lembaga Pemerintah
Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. 4 bidang utama dari
LAPAN yaitu penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan
dirgantara. Peranan sistem informasi perikanan tangkap dan kaitannya dengan penginderaan
jauh penting diketahui agar pemanfaatan sumberdaya perikanan bisa dilakukan secara
optimal. Oleh karena itu, praktik lapang sistem informasi perikanan tangkap ini dilakukan untuk
mengetahui peran dan fungsi sistem informasi perikanan tangkap dalam kegiatan perikanan
khususnya perikanan tangkap (Anonim, 2009).
1. Tujuan
Tujuan dari praktik lapang mata kuliah Sistem Informasi Perikanan Tangkap adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui sistem informasi ZPPI yang dikembangkan di LAPAN
Parepare.
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses perekaman, penerimaan serta pengolahan data citra
satelit sampai menghasilkan peta ZPPI di LAPAN Parepare.
1
2. Manfaat
Manfaat dari praktik lapang sistem informasi perikanan tangkap ini yaitu agar
mahasiswa mengetahui peran dan fungsi sistem informasi perikanan tangkap dalam kegiatan
perikanan khususnya dalam bidang perikanan tangkap.
2
II. METODE PRAKTIK LAPANG
3
C. Metode Praktik
1. Observasi
Pengambilan data yang dilakukan secara langsung dengan datang ke lokasi. Praktikan
datang ke LAPAN Parepare kemudian melihat satelit apa saja yang digunakan di LAPAN
Parepare. Pada saat praktikan sampai di LAPAN Parepare, pihak LAPAN menyambut dengan
memberikan presentase yang berisi cara kerja LAPAN Parepare dalam mengolah data.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara dalam menerima informasi, yang dimana
praktikan berhadapan langsung dengan narasumber kemudian memberikan beberapa
pertanyaan sesuai yang ada di kuisioner. Pada praktik lapang ini praktikan melakukan
wawancara kepada pembawa materi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan system informasi perikanan tangkap yang ada di LAPAN Parepare.
3. Studi Literatur
Studi literature digunakan untuk membandingkan materi atau jurnal yang telah dibaca
dengan apa yang dilakukan di lapangan. Studi literature merupakan acuan dalam
mengeluarkan suatu pendapat atau sebagai pelengkap dari tahap sebelumnya yaitu tahap
observasi dan wawancara.
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Parepare adalah salah satu Kota/Kab di Propinsi Sulawesi Selatan mempunyai
batas dan wilayah yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang, sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Sidrap, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru,
dan sebelah Barat berbatasan dengan selat Makassar.
Wilayah ini secara administratif terdiri dari 5 Kecamatan yang meliputi 27 kelurahan
dengan luas wilayah 99,33 km2. Kota Parepare terletak antara 3o 57’ 39” – 4o 04’ 49” LS dan
119o 36’ 24” – 119o 43’ 40” BT. Daerah ini terletak pada daerah pantai yang memiliki potensi
perikanan yang cukup besar dan mempunyai peluang untuk pengembangan pengolahan hasil
usaha penangkapan ikan laut, lebih dari itu merupakan sentra perdagangan hasil perikanan
utamanya yang berasal dari Kabupaten Pinrang dan Barru (Pemerintah Kota Parepare, 2012).
Pada tahun 1993 dibangun Stasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh (SBSPJ) LAPAN,
yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 September 1993. Letak stasiun ini
berada di tepi kota Parepare, sekitar 155 km sebelah utara Kota Makassar, Sulawesi selatan.
Untuk mendapatkan data yang mendekati realtime dilakukan direct receiving data dari
satelit. Stasiun Bumi Lapan saat ini melakukan tracking, akuisisi, dan perekaman data satelit
penginderaan jauh. Disamping itu stasiun bumi LAPAN dapat mengirimkan data dengan cepat
ke data center atau bank data yang ada di Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh
(Pustekdata, 2014).
1. Sejarah LAPAN
Pada tahun 1993 dibangun tasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh (SBSPJ) LAPAN,
yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 29 September 1993. Letak stasiun ini
berada di tepi kota Parepare, sekitar 155 km sebelah utara Kota Makassar (Provinsi Sulawesi
selatan). Beberapa alasan SBSPJ dibangun di Parepare, yaitu: Daerah liputan optimal (95%
Wilayah Indonesia),Tersedianya fasilitas pendukung (listrik dan telekomunikasi internasional),
danTersedianya lokasi yang memenuhi persyaratan teknis.
Tahun 1995, dibangun Sistem penerimaan dan perekaman data untuk satelit JERS-1.
Satelit ini membawa sensor SAR dan optik. Tahun 2001, Stasiun Bumi Jauh (SBSPJ)
berubah namanya menjadi Instalasi Penginderaan Jauh Sumber Daya Alam (IISDA) LAPAN
Parepare. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala LAPAN Nomor Kep/010/II/2001, Instalasi
Penginderaan Jauh Sumber Daya Alam (Instalasi Inderaja SDA LAPAN) mempunyai tugas
5
melaksanakan : Penerimaan, Perekaman, dan Pengelolaan Data satelit serta distribusi dan
pelayanan teknis pemanfaatan data satelit Indraja untuk wilayah Indonesia Bagian Tengah.
Tahun 2011 tepatnya tanggal 20 Juni 2011 IISDA LAPAN PAREPARE berubah
namanya menjadi UPT Balai Penginderaan Jauh Parepare Data satelit yang direkam adalah
data SPOT4 dan Modis (Aqua dan Terra).
a. Produksi Data
Kegiatan produksi data terdiri dari tiga bagian yaitu perekaman, akuisisi, dan
pengolahan data. Bagian perekaman data berfungsi merekam data ketika satelit melewati
kawasan sekitar Kota Parepare. Akuisisi data berfungsi menjamin data agar sampai di bumi.
Pengolahan data berfungsi mengolah data rekaman dan menghsilkan data mentah yang
kemudian akan didistribusikan ke bagian pengolahan data yang berfungsi mengolah data
menjadi peta.
Proses perekaman data dilakukan dengan jadwal tertentu karena satelit melewati rute
tertentu dalam perputarannya. Jadwal perekaman menggunakan Greenwich Mean Time
(GMT) yang memiliki perbedaan waktu 8 jam dengan waktu indonesia bagian tengah. Pada
perekaman data terdapat istilah AOS yang berarti awal perekaman dan LOS yang berarti akhir
perekaman. Satelit yang direkam oleh Balai Penginderaan Jauh Parepare yaitu SPOT 6,
LANDSAT 7, LANDSAT 8, TERRA, AQUA, dan NPP.
Kegiatan perekaman data dilakukan dari satelit menerima energi dari matahari,
kemudian dipantulkan ke bumi, kemudian diterima oleh sensor yang dimiliki oleh LAPAN
dengan menggunakan antena. Kemudian data rekaman akan muncul pada layar monitor dan
akan diolah menjadi data mentah. Adapun kendala yang biasa ditemukan dalam porses
perekaman data yaitu kendala eksternal dan internal. Kendala eksternal yaitu seperti proses
jalannya signal ke bumi dipengaruhi oleh cuaca dan pemancar signal yang terganggu oleh
pemancar signal yang lain. Kendala internal yaitu ketika antena tidak berfungsi dengan baik,
solusinya yaitu dilakukan manual track untuk mempertahankan kualitas data.
b. Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data yaitu mengolah data mentah yang diterima dari bagan
produksi data yang kemudian diolah menjadi sebuah peta yang berisikan informasi.
Pengolahan data dilakukan sesuai dengan permintaan yang ada seperti untuk bidang
perkebunan, pertanian, atau zonasi penangkapan. Khusus untuk menghasilkan sebuah peta
daerah penangkapan, data yang digunakan yaitu parameter-parameter yang bisa dilihat
6
dalam memprediksi daerah penangkapan ikan seperti suhu permukaan laut dan klorofil-a.
Setelah dihasilkan sebuah peta, informasi tersebut akan dikirimkan ke nelayan melalui sms
dan kemudian di cek keakuratannya dengan mengecek langsung di lapangan. Pengolahan
data dilakukan paling cepat setengah jam.
7
D. Mekanisme Pengolahan Data ZPPI
Mekanisme Distribusi Informasi dari Sistem Penerima dan Pengolahan Data Satelit
LAPAN sampai ke Nelayan sebagai berikut.
Gambar 2. Mekanisme Distribusi Informasi dari Sistem Penerima dan Pengolahan Data
Satelit LAPAN sampai ke Nelayan
8
Proses perekaman data dilakukan dengan jadwal tertentu karena satelit melewati rute
tertentu dalam perputarannya. Jadwal perekaman menggunakan Greenwich Mean Time
(GMT) yang memiliki perbedaan waktu 8 jam dengan waktu indonesia bagian tengah. Pada
perekaman data terdapat istilah AOS yang berarti awal perekaman dan LOS yang berarti akhir
perekaman. Satelit yang direkam oleh Balai Penginderaan Jauh Parepare yaitu SPOT 6,
LANDSAT 7, LANDSAT 8, TERRA, AQUA, dan NPP.
Kegiatan perekaman data dilakukan dari satelit menerima energi dari matahari,
kemudian dipantulkan ke bumi, kemudian diterima oleh sensor yang dimiliki oleh LAPAN
dengan menggunakan antena. Kemudian data rekaman akan muncul pada layar monitor dan
akan diolah menjadi data mentah. Adapun kendala yang biasa ditemukan dalam porses
perekaman data yaitu kendala eksternal dan internal. Kendala eksternal yaitu seperti proses
jalannya signal ke bumi dipengaruhi oleh cuaca dan pemancar signal yang terganggu oleh
pemancar signal yang lain. Kendala internal yaitu ketika antena tidak berfungsi dengan baik,
solusinya yaitu dilakukan manual track untuk mempertahankan kualitas data.
Kegiatan pengolahan data yaitu mengolah data mentah yang diterima dari bagan
produksi data yang kemudian diolah menjadi sebuah peta yang berisikan informasi.
Pengolahan data dilakukan sesuai dengan permintaan yang ada seperti untuk bidang
perkebunan, pertanian, atau zonasi penangkapan. Khusus untuk menghasilkan sebuah peta
daerah penangkapan, data yang digunakan yaitu parameter-parameter yang bisa dilihat
dalam memprediksi daerah penangkapan ikan seperti suhu permukaan laut dan klorofil-a.
Setelah dihasilkan sebuah peta, informasi tersebut akan dikirimkan ke nelayan melalui sms
dan kemudian di cek keakuratannya dengan mengecek langsung di lapangan. Pengolahan
data dilakukan paling cepat ½ jam.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan beberapa aplikasi yaitu ENVI, IR
Mapper, dan ArcGis. ENVI digunakan untuk koreksi geometrik yaitu untuk memperbaiki
lintang dan bujur, IR Mapper berfungsi untuk pemisahan awan dan daratan, dan ArcGis
berfungsi untuk membuat peta. Peta yang dihasilkan akan expired setelah 4 jam.
Prediksi Daerah Penangkapan Ikan (Fishing ground) merupakan iptek yang sangat
bermanfaat bagi nelayan dan pengusaha yang bergerak pada bidang penangkapan ikan di
laut. Informasi fishing ground merupakan kebutuhan vital yang diperlukan pada usaha
penangkapan ikan berupa:
1. Titik koodinat pada posisi lintang dan bujur yang terdapat pada peta lokasi Daerah
Penangkapan Ikan yang diberi tanda gambar ikan berwarna merah.
9
2. Titik koordinat pada posisi lintang dan bujur yang terdapat pada peta lokasi Potensi
Daerah Penangkapan Ikan ditandai dengan gambar ikan berwarna ungu. Pada Potensi
Daerah Penangkapan ini, ikan diperkirakan berada pada sekitar posisi lintang dan bujur
yang ditetapkan. Dengan hasil menemukan titik koordinat lintang dan bujur lokasi
penangkapan maupun potensi daerah penangkapan di laut nelayan dapat langsung
mengoperasikan alat tangkap ikan yang dibawanya.
10
IV. RANGKUMAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12