METODOLOGI
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo. Praktikum ini
tertimbang.
secara geografis, Kota Kendari berbatasan sebelah utara dengan Kecamatan saropia
Teluk Kendari dan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Selatan sedangkan pada sebelah Timur berbatasan dengan Rahandouna dan sebelah
B. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
C. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya yang berupa wawancara dari individu atau kelompok (orang)
maupun hasil observasi dari suatu objek, kejadian atau hasil pengujian (benda).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah
ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara
umum.
E. Tahapan Praktikum
1. Tahapan Persiapan
praktikum, dimana alat praktikum yang digunakan adalah komputer, flashdisk, dan
2. Pengumpulan Literatur
laporan. Pencarian dan pengumpulan literatur dilakukan dari berbagai sumber, baik
itu internet maupun dari media sosial. Literatur yang dicari pada laporan ini yaitu
resources.perpusnas.go.id
3. Tahapan Union
mengklik union. Kegunaanya untuk menggabungkan fitur dari sebuah tema input
dengan polygon dari tema overlay untuk menghasilkan output dengan atribut yang
4. Tahapan Intersect
mengklik intersect. Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau
layer input atau masukkan dengan atribut dari tema overlay untuk menghasilkan
output dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.
tahapan ini dilakukan untuk membuat gambaran serta informasi yang ada di dalam
peta. Informasi yang ada seperti judul peta, legenda, skala peta, hingga sumber peta.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Parameter Ketinggian
interval kelas ketinggian yaitu 25 m, 50 m, 75 m, 100 m dan > 100 m. Pada interval
25 m memiliki warna hijau tua yang mempunyai luas 1806,6 Ha, interval 50 m
memiliki warna hujau mudah dengan luas 5929,8 Ha, interval 75 m memiliki warna
kuning dengan luas 1292,4 Ha, interval 100 m memiliki warna orenge dengan luas
2561,4 Ha, interval > 100 m memiliki warna merah dengan luas 5143,9 Ha.
interval 3 % memiliki warna hijau tua yang mempunyai luas 11,7 Ha, interval 8 %
memiliki warna hujau mudah dengan luas 799,2 Ha, interval 15 % memiliki warna
kuning dengan luas 1333,8 Ha, interval 30 % memiliki warna orenge dengan luas
3188,2 Ha, interval > 30 % memiliki warna merah dengan luas 6011,5 Ha.
jaringan sungai yaitu 134 m, 234 m, 534 m, 734 m dan 1034 m. Pada interval 134
m memiliki degradasi warna hujau sangat mudah dengan luas 2384 Ha, interval 234
m memiliki degradasi warna unggu mudah dengan luas 1665 Ha, interval 534 m
memiliki degradasi warna biru mudah dengan luas 3928 Ha, interval 734 m
memiliki degradasi warna coklat mudah dengan luas 1574 Ha, interval 2104 m
memiliki degradasi warna unggu sangat mudah dengan luas 1002 Ha.
interval curah hujan yaitu intensitas sedang dan intensitas tinggi. Pada intensitas
curah hujan sedang memiliki degradasi warna hujau dengan luas 11338,9 Ha, dan
intensitas curah hujan tinggi memiliki degradasi warna merah dengan luas 1, 04
Ha.
interval kelas pada pola permukiman yaitu kurang teratur, teratur, dan tidak teratur.
Pada interval pola permukiman tidak teratur memiliki degradasi warna hujau
dengan luas 932,6 Ha, interval pola permukiman kurang teratur memiliki degradasi
warna hujau sangat dengan luas 932,6 Ha, interval pola permukiman teratur
memiliki degradasi warna kuning dengan luas 255,9 Ha, dan interval pola
permukiman tidak teratur memiliki degradasi warna merah dengan luas 297,2 Ha.
menggunakan 11 penggunaan lahan yaitu air laut, air tambak, air tawar sungai,
belukar, tanah kosong/gundul, dan ladang. Pada kelas penggunaan lahan air laut
memiliki degradasi warna biru mudah dengan luas 7,7 Ha, kelas penggunaan lahan
air tambak memiliki degradasi warna abu-abu tua dengan luas 281,9 Ha, kelas
penggunaan lahan air tawar sungai memiliki degradasi warna biru dengan luas 40,9
Ha, kelas penggunaan lahan hutan rimba memiliki degradasi warna hijau tua
dengan luas 5655,6 Ha, kelas penggunaan lahan padang rumput memiliki degradasi
warna hijau mudah dengan luas 3,4 Ha, kelas penggunaan lahan perkebunan
memiliki degradasi warna hijau dengan luas 1937,1 Ha, kelas penggunaan lahan
permukiman memiliki degradasi warna merah dengan luas 1485,8 Ha, kelas
penggunaan lahan sawah memiliki degradasi warna hijau gelap dengan luas 663,5
Ha, kelas penggunaan lahan semak memiliki degradasi warna hijau terang dengan
luas 123,9 Ha, kelas penggunaan lahan tanah kosong memiliki degradasi warna
coklat mudah dengan luas 110,5 Ha, dan kelas penggunaan lahan ladang memiliki
menggunakan 6 jenis tanah yaitu aluvial, gleisol, kambisol, litosol, maditeran, dan
podsolik. Pada interval jenis tanah aluvial memiliki degradasi warna abu-abu
mudah dengan luas 1746.87 Ha, interval jenis tanah gleisol memiliki degradasi
warna coklat kemerahan dengan luas 421,72 Ha, interval jenis tanah kambisol
memiliki degradasi warna kuning kecoklat dengan luas 702,59 Ha, interval jenis
tanah litosol memiliki degradasi warna coklat dengan luas 1945.29 Ha, interval
jenis tanah maditeran memiliki degradasi warna abu-abu dengan luas 438.79 Ha,
dan interval jenis tanah podsolik memiliki degradasi warna coklat mudah dengan
tidak berpotensi, bahaya rendah, bahaya sedang, bahaya tinggi, dan bahaya sangat
tinggi. Pada interval tidak berpotensi memiliki degradasi warna hijau tua dengan
luas 1317 Ha, interval bahaya rendah memiliki degradasi warna hijau mudah
dengan luas 2227 Ha, interval bahaya sedang memiliki degradasi warna kuning
dengan luas 3855 Ha, interval bahaya tinggi memiliki degradasi warna orange
dengan luas 1623 Ha, dan interval bayaha sangat tinggi memiliki degradasi warna
A. Kesimpulan
1. Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering kali terjadi di
dalam kawasan dengan aliran sungai yang banyak. Banjir dapat berupa
daerah yang berair pada area yang biasanya kering seperti pada area
permukiman dan pusat kota. Banjir juga dapat terjadi disebabkan oleh debit
atau volume air yang mengalir pada aliran sungai atau drainase melampaui
tidak merendam pemukiman dalam kurun waktu yang cukup lama, tidak
terjadi cukup tinggi, dalam kurun waktu cukup lama, serta dengan intensitas
banjir dapat disebabkan oleh situasi dan fenomena alam (topografi, curah
mengenai rawan bencana pada wilayah yang dipetakan itu berpotensi banjir
atau tidak. Dan bertujuan untuk memetakan suatu wilayah yang rawan
bencana banjir.
B. Saran
1. Untuk dosen mungkin agar pada saat praktikum bisa ikut hadir
2. Untuk asisten agar menjalin hubungan baik dengan praktikan serta berusaha