Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

METODOLOGI

A. Waktu dan Lokasi Praktikum

Praktikum SIG Pemodelan Spasial acara 1 dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 4 Desember 2021. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo. Praktikum ini

dilakukan untuk mengetahui cara pengaplikasian analisis overlay sehingga

menghasilkan metode kuantitatif berjenjang dan metode kuantitatif berjenjang

tertimbang.

Secara astronomis, Kota Kendari terletak di selatan garis khatulistiwa

berada di 3°54’40” - 4°5’5” LS dan 122°26’33”- 122°39’14” BT. Sedangkan

secara geografis, Kota Kendari berbatasan sebelah utara dengan Kecamatan saropia

Kabupaten Konawe sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan

Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, sebelah timur berbatasan dengan

Teluk Kendari dan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Ranometo Kabupaten Konsel dan Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.

Letak astronomi Kecamatan Poasia 3°59’21” - 4°4’27” LS dan 122°32’01”

- 122°34’25” BT. Bedasarkan letak geografisnya di sebelah Utara berbatasan

dengan Teluk Kendari, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe

Selatan sedangkan pada sebelah Timur berbatasan dengan Rahandouna dan sebelah

barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.

Letak astronomi Kecamatan Kambu terletak di 3°59’57” – 4001’10” LS dan

122°30’42” – 122032’08” BT. Berdasarkan letak geografisnya terletak pada


sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lalolara, sebelah selatan dengan

Kelurahan Mokou sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia, dan

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Baruga.

B. Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Alat praktikum dan kegunaan


No. Alat Kegunaan

1. Komputer Sebagai tempat mengolah data

2. Flashdisk Untuk menyalin data praktikum

3. Aplikasi ArcMap 10.3 Sebagai aplikasi pengolah data

C. Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Bahan praktikum dan kegunaan


No. Bahan Kegunaan

1. Shapefile admnisitrasi Kota Kendari Sebagai data yang diolah

Shapefile admnisitrasi Kecamatan Kambu Dan Sebagai data yang diolah


2.
Kecamatan Poasia

5. Shapefile Curah Hujan Sebagai data yang diolah

6. Shapefile Penggunaan Lahan Sebagai data yang diolah

7. Shapefile Jaringan Jalan Sebagai data yang diolah

8. Shapefile Jaringan Sungai Sebagai data yang diolah

9 Shapefile Pola Permukiman Sebagai data yang diolah


D. Data Praktikum

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber aslinya yang berupa wawancara dari individu atau kelompok (orang)

maupun hasil observasi dari suatu objek, kejadian atau hasil pengujian (benda).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media

perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah

ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara

umum.

E. Tahapan Praktikum

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan

praktikum, dimana alat praktikum yang digunakan adalah komputer, flashdisk, dan

aplikasi Arcmap 10.3. Bahan praktikum yang digunakan adalah shapefile

administrasi Kecamatan, Kambu dan Kecamatan Poasia

2. Pengumpulan Literatur

Tahapan selanjutnya yaitu mengumpulkan literatur untuk menyusun

laporan. Pencarian dan pengumpulan literatur dilakukan dari berbagai sumber, baik

itu internet maupun dari media sosial. Literatur yang dicari pada laporan ini yaitu

berupa jurnal penelitian. Pengumpulan literatur dilakukan dengan mencari di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada situs https://e-

resources.perpusnas.go.id
3. Tahapan Union

Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan menu geprocessing lalu

mengklik union. Kegunaanya untuk menggabungkan fitur dari sebuah tema input

dengan polygon dari tema overlay untuk menghasilkan output dengan atribut yang

memiliki data atribut dari kedua theme.

4. Tahapan Intersect

Tahapan ini dilakukan dengan mengunakan menu geoprocesing lalu

mengklik intersect. Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau

layer input atau masukkan dengan atribut dari tema overlay untuk menghasilkan

output dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.

5. Tahapan Layout Peta

Tahapan layout peta dilakukan setelah tahapan reklasifikasi selesai, dimana

tahapan ini dilakukan untuk membuat gambaran serta informasi yang ada di dalam

peta. Informasi yang ada seperti judul peta, legenda, skala peta, hingga sumber peta.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Parameter Ketinggian

Ketinggian Kecamatan Poasia, dan Kecamatan Kambu, menggunakan 5

interval kelas ketinggian yaitu 25 m, 50 m, 75 m, 100 m dan > 100 m. Pada interval

25 m memiliki warna hijau tua yang mempunyai luas 1806,6 Ha, interval 50 m

memiliki warna hujau mudah dengan luas 5929,8 Ha, interval 75 m memiliki warna

kuning dengan luas 1292,4 Ha, interval 100 m memiliki warna orenge dengan luas

2561,4 Ha, interval > 100 m memiliki warna merah dengan luas 5143,9 Ha.

B. Parameter Kemiringan Lereng

Kemiringan Lereng Kecamatan Poasia, Kecamatan Kambu, menggunakan

5 interval kelas kemiringan lereng yaitu 3 %, 8 %, 15 %, 30 % dan >30 %. Pada

interval 3 % memiliki warna hijau tua yang mempunyai luas 11,7 Ha, interval 8 %

memiliki warna hujau mudah dengan luas 799,2 Ha, interval 15 % memiliki warna

kuning dengan luas 1333,8 Ha, interval 30 % memiliki warna orenge dengan luas

3188,2 Ha, interval > 30 % memiliki warna merah dengan luas 6011,5 Ha.

C. Parameter Jaringan Sungai

Jaringan sungai Kecamatan Kambu, dan Kecamatan Poasia 5 interval kelas

jaringan sungai yaitu 134 m, 234 m, 534 m, 734 m dan 1034 m. Pada interval 134

m memiliki degradasi warna hujau sangat mudah dengan luas 2384 Ha, interval 234

m memiliki degradasi warna unggu mudah dengan luas 1665 Ha, interval 534 m

memiliki degradasi warna biru mudah dengan luas 3928 Ha, interval 734 m
memiliki degradasi warna coklat mudah dengan luas 1574 Ha, interval 2104 m

memiliki degradasi warna unggu sangat mudah dengan luas 1002 Ha.

D. Parameter Curah Hujan

Curah hujan Kecamatan Kambu, dan Kecamatan Poasia menggunakan 2

interval curah hujan yaitu intensitas sedang dan intensitas tinggi. Pada intensitas

curah hujan sedang memiliki degradasi warna hujau dengan luas 11338,9 Ha, dan

intensitas curah hujan tinggi memiliki degradasi warna merah dengan luas 1, 04

Ha.

E. Parameter Pola Permukiman

Pola Permukiman Kecamatan Poasia, Kecamatan Kambu, menggunakan 3

interval kelas pada pola permukiman yaitu kurang teratur, teratur, dan tidak teratur.

Pada interval pola permukiman tidak teratur memiliki degradasi warna hujau

dengan luas 932,6 Ha, interval pola permukiman kurang teratur memiliki degradasi

warna hujau sangat dengan luas 932,6 Ha, interval pola permukiman teratur

memiliki degradasi warna kuning dengan luas 255,9 Ha, dan interval pola

permukiman tidak teratur memiliki degradasi warna merah dengan luas 297,2 Ha.

F. Parameter Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Kecamatan Poasia, Kecamatan dan Kecamatan Kambu,

menggunakan 11 penggunaan lahan yaitu air laut, air tambak, air tawar sungai,

hutan rimba, padang rumput, perkebunan/kebun, permukiman, sawah, semak

belukar, tanah kosong/gundul, dan ladang. Pada kelas penggunaan lahan air laut

memiliki degradasi warna biru mudah dengan luas 7,7 Ha, kelas penggunaan lahan

air tambak memiliki degradasi warna abu-abu tua dengan luas 281,9 Ha, kelas
penggunaan lahan air tawar sungai memiliki degradasi warna biru dengan luas 40,9

Ha, kelas penggunaan lahan hutan rimba memiliki degradasi warna hijau tua

dengan luas 5655,6 Ha, kelas penggunaan lahan padang rumput memiliki degradasi

warna hijau mudah dengan luas 3,4 Ha, kelas penggunaan lahan perkebunan

memiliki degradasi warna hijau dengan luas 1937,1 Ha, kelas penggunaan lahan

permukiman memiliki degradasi warna merah dengan luas 1485,8 Ha, kelas

penggunaan lahan sawah memiliki degradasi warna hijau gelap dengan luas 663,5

Ha, kelas penggunaan lahan semak memiliki degradasi warna hijau terang dengan

luas 123,9 Ha, kelas penggunaan lahan tanah kosong memiliki degradasi warna

coklat mudah dengan luas 110,5 Ha, dan kelas penggunaan lahan ladang memiliki

degradasi warna coklat dengan luas 1033,9 Ha.

G. Parameter Jenis Tanah

Jenis Tanah Kecamatan Poasia, Kecamatan dan Kecamatan Kambu,

menggunakan 6 jenis tanah yaitu aluvial, gleisol, kambisol, litosol, maditeran, dan

podsolik. Pada interval jenis tanah aluvial memiliki degradasi warna abu-abu

mudah dengan luas 1746.87 Ha, interval jenis tanah gleisol memiliki degradasi

warna coklat kemerahan dengan luas 421,72 Ha, interval jenis tanah kambisol

memiliki degradasi warna kuning kecoklat dengan luas 702,59 Ha, interval jenis

tanah litosol memiliki degradasi warna coklat dengan luas 1945.29 Ha, interval

jenis tanah maditeran memiliki degradasi warna abu-abu dengan luas 438.79 Ha,

dan interval jenis tanah podsolik memiliki degradasi warna coklat mudah dengan

luas 6088,96 Ha.


H. Parameter Rawan Bencana Banjir

Rawan Bencana Banjir Kecamatan Poasia, Kecamatan dan Kecamatan

Kambu, menggunakan 5 interval kelas rawan bencana banjir kemiringan yaitu

tidak berpotensi, bahaya rendah, bahaya sedang, bahaya tinggi, dan bahaya sangat

tinggi. Pada interval tidak berpotensi memiliki degradasi warna hijau tua dengan

luas 1317 Ha, interval bahaya rendah memiliki degradasi warna hijau mudah

dengan luas 2227 Ha, interval bahaya sedang memiliki degradasi warna kuning

dengan luas 3855 Ha, interval bahaya tinggi memiliki degradasi warna orange

dengan luas 1623 Ha, dan interval bayaha sangat tinggi memiliki degradasi warna

merah dengan luas 2323 Ha.


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering kali terjadi di

dalam kawasan dengan aliran sungai yang banyak. Banjir dapat berupa

daerah yang berair pada area yang biasanya kering seperti pada area

permukiman dan pusat kota. Banjir juga dapat terjadi disebabkan oleh debit

atau volume air yang mengalir pada aliran sungai atau drainase melampaui

atau di atas kapasitas pengalirannya. Luapan air tidak menjadi permasalahan

apabila tidak menimbulkan kerugian, korban meninggal atau luka-luka,

tidak merendam pemukiman dalam kurun waktu yang cukup lama, tidak

menimbulkan persoalan bagi kehidupan sehari-hari. Apabila genangan air

terjadi cukup tinggi, dalam kurun waktu cukup lama, serta dengan intensitas

sering maka hal tersebut akan mengganggu aktivitas manusia. Terjadinya

banjir dapat disebabkan oleh situasi dan fenomena alam (topografi, curah

hujan), kondisi geografis daerah serta aktivitas manusia yang berdampak

pada perubahan tata guna ruang dan lahan di suatu wilayah.

2. Adapun tujuan metode kuantitatif berjenjang dan berjenjang tertimbang

dalam analisis overlay bencana banjir yaitu untuk memberikan informasi

mengenai rawan bencana pada wilayah yang dipetakan itu berpotensi banjir

atau tidak. Dan bertujuan untuk memetakan suatu wilayah yang rawan

bencana banjir.
B. Saran

Adapun saran dalam praktikum ini sebagai berikut:

1. Untuk dosen mungkin agar pada saat praktikum bisa ikut hadir

2. Untuk asisten agar menjalin hubungan baik dengan praktikan serta berusaha

untuk membukapikiran praktikan agar lebih mengolah sesuatu dengan kata-kata

sendiri sesuai pemahamannya.

3. Untuk praktikan agar lebih tepat waktu untuk datang ke Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai