Anda di halaman 1dari 19

I.

Pendahuluan
Bahasa merupakan sarana komunikasi dan interaksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial, dengan bahasa manusia dapat
melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antar personal dan memelihara
hubungan sosial. Kehadiran bahasa merupakan alat penunjuk pribadi seseorang, baik
dari segi karakter, watak atau pribadi seseorang dapat dilihat dari pemilihan bahasa
yang digunakan. Penggunaan bahasa yang baik dan santun tentu dapat tercermin dari
kepribadian seseorang.
Dengan mempertimbangkan karakter bahasa masing-masing individu,
diharapkan komunikasi antara penutur dengan petutur akan menjadi lancar. Oleh
karena itu berkomunikasi perlu diperhatikan dalam kesantunan berbahasa. Dalam
kehidupan tentu banyak orang menggunakan prinsip kesopanan dalam berbahasa
untuk berkomunikasi satu sama lain. Akan tetapi juga banyak yang tidak menerapkan
prinsip kesopanan tersebut, dan akhirnya terjadi sebuah pelanggaran dalam berbahasa.
Hal ini dapat dilihat dalam serial anime asal Jepang yang sekarang menjadi favorit
anak muda di Indonesia, Kuroko no Basuke.
Kuroko no Basuke adalah serial anime yang diadaptasi oleh komik yang
berjudul sama. Dalam anime tersebut menceritakan tentang sekelompok siswa SMA
Swasta Seirin yang mempunyai mimpi untuk menjadi team nomor satu di Jepang.
Sebenarnya anime ini baik karena di dalamnya terdapat pesan-pesan yang membuat
seseorang semangat dalam mengejar impiannya. Akan tetapi sesuatu yang baik belum
tentu sangat baik. Begitu pula yang terdapat dalam anime Kuroko no Basuke.
Pada episode 34, 35, dan 36 team Seirin bertanding melawan team Kirisaki
Daichi yang mempunyai kapten bernama Hanamiya Makoto. Team Kirisaki Daichi
terkenal dengan kecurangannya ketika bertanding. Sama seperti team Seirin, team
Kirisaki Daichi pun juga mempunyai mimpi untuk menjadi team nomor satu di
Jepang. Namun cara yang dipakai berkebalikan dengan team Seirin. Seiring dengan
cara permainannya yang selalu curang, tokoh Hanamiya Makoto selalu melanggar
kesantunan berbahasa ketika berbicara dengan team Seirin ataupun dengan anggota
teamnya.
Untuk itulah penulis akan sedikit memaparkan maksim apa saja yang
dilanggar oleh tokoh Hanamiya Makoto dalam serial anime Kuroko no Basuke pada
episode 34, 35, dan 35. Namun sebelum penulis menjelaskan maksim apakah yang

1
dilanggar oleh tokoh Hanamiya Makoto, akan dijelaskan sedikit tentang apa itu
pragmatik, fungsi tindak tutur, dan prinsip kesopanan yang mempunyai enam maksim,
yakni maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim
kerendahan hati, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian.

II. Landasan Teori


1. Pragmatik
Menurut Wijana (1996:1), pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu
digunakan di dalam komunikasi. Mengenai definisi pragmatik ini ada baiknya
disimak kutipan di bawah ini :
“Pragmatics is distinct from grammer, which is the study of the internal
structure of language. Pragmatisc is the study of how language is used to
communicate.” (Parker, dalam Wijana 1996:2)
Semantik dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang
menelaah makna-makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari
makna secara eksternal. Kata bagus secara internal bermakna ‘baik’ atau ‘buruk’,
dan kata presiden secara internal bermakna ‘kepala negara’, seperti terlihat dalam
kalimat di bawah ini :
a. Prestasi kerjanya yang bagus membuat ia dapat diangkat untuk masa jabatan
yang kedua.
b. Presiden itu sedang menuruni tangga pesawat.

Seacara eksternal, bila dilihat dari penggunaannya, kata bagus tidak selalu
bermakna ‘baik’ atau ‘buruk’. Begitu pula kata presiden tidak selalu bermakna
‘kepala negara’, seperti terlihat di bawah ini :

c. Ayah : Bagaimana ujian matematikamu?


Anton : Wah, hanya dapat 45, pak.
Ayah : Bagus, besok jangan belajar. Nonton terus saja.
d. Awas presidennya datang!.

Kata bagus dalam (c) tidak bermakna ‘baik’ atau ‘tidak buruk’, tetapi
sebaliknya. Sementara itu, bila kalimat (d) digunakan untuk menyindir, kata

2
‘presiden’ dalam kalimat (d) tidak bermakna ‘kepala negara’, tetapi bermakna
‘seseorang yang secara ironis pantas mendapatkan sebutan itu’.
Dari uraian di atas terlihat bahwa makna yang ditelaah oleh semantic
adalah makna yang bebas konteks, sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik
adalah makna yang terikat konteks. Sehubungan dengan keterikatan konteks ini
tidak hanya bagus dalam dialog (c) bermakna ‘buruk’, tetapi Besok jangan
belajar dan Nonton terus saja juga bermakna ‘Besok rajin-rajinlah belajar’ dan
‘Hentikan hobi menontonmu’. Dengan demikian semantik bersifat bebas konteks
(context independent), sedangkan pragmatic bersifat terikat konteks (context
dependent). (Kaswanti Purwo, dalam Wijana, 1996:3).

Menurut Verhaar (1977) dan Parker (1986: 32), (dalam Wijana, 1996:3),
makna yang menjadi kajian semantik adalah makna linguistik (linguistic
meaning) atau makna semantik (semantic sense), sedangkan yang dikaji
pragmatik adalah maksud penutur (speaker meaning) atau (speaker sense).

Makna yang dikaji semantik bersifat diadis. Makna tersebut dirumuskan


dengan kalimat Apa makna x itu? Makna yang ditelaah oleh pragmatik bersifat
triadis. Makna tersebut dirumuskan dengan kalimat Apakah yang kau maksud
dengan berkata x itu? Dalam bahasa Inggris kedua konsep makna itu dibedakan
dengan kalimat What does x mean? Dan What do you mean by x?

Menurut Leech (dalam Wijana, 1996: 3), pragmatik sebagai cabang ilmu
bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa berintegrasi dengan tata bahasa yang
terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik melalui semantik.

2. Fungsi Tindak Tutur


Dalam mengekspresikan maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip
kesopanan, terdapat beberapa bentuk ujaran. Bentuk-bentuk tersebut memiliki
fungsi-fungsi tetsendiri tergantung bentuk ujarannya. Beberapa bentuk ujaran
tersebut, yakni :

a. Asertif (Assertives / Hyouji ・ 表 示 ), meliputi menyatakan, mengusulkan,

membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan.

3
b. Direktif (Directives / Shiji・指示), meliputi memesan, memerintah, memohon,

menuntut, memberi nasihat.

c. Komisif (Commisives / Koui no Kousoku・行為の拘束), meliputi menjanjikan,

menawarkan, berkaul.

d. Ekspresif (Expressives / Hyoushutsu・表出), meliputi mengucapkan terima

kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji,


mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya.

e. Deklarasi (Declarations / Sen’gen ・ 宣 言 ), meliputi mengundurkan diri,

membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan /


membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

3. Prinsip Kesopanan

Prinsip kesopanan dalam bahasa Jepang disebut dengan Poraitonesu no

Gensoku ( ポライトネスの原則). Menurut Wijana (1996: 55), prinsip kesopanan

terbagi menjadi enam maksim, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan,


maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim
kesimpatian. Prinsip kesopanan berhubungan diri sendiri (penutur) dan orang lain
(lawan tutur). Serta orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 997&1084) menyatakan sopan
santun berarti budi pekerti yang baik; tata krama; peradaban; kesusilaan. Jadi,
kesopansantunan adalah perihal tentang sopan santun dalam tingkah laku. Dalam
berkomunikasi tidak jarang dijumpai bahwa satu ujaran tidak saja mengandung
makna tertentu (sense), melainkan juga memiliki daya-dorong (force) yang seolah
memaksa orang lain melakukan tindakan tertentu sebagaimana diinginkan oleh
pengujar (speaker). Sistem penggunaan bahasa yang mendasari berbahasa seperti
ini dapat disebut “sopan-santun berbahasa” atau honorifics. Bahasa-bahasa
berbeda dalam kompleksitas sistem sopan-santun berbahasa, namun semua
mempunyainya dan secara lazim diungkapkan dengan kata ganti orang, sistem
sapaan, penggunaan gelar dan sebagainya.
Prinsip kesopanan berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri
sendiri dan orang lain. Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan

4
tutur dan orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur. Akan tetapi,
dalam percakapan, diri sendiri biasanya diidentifikasi dengan n, dan orang lain
lazimnya diidentifikasi dengan t, selain itu penutur juga dapat menunjukkan
sopan santun kepada pihak ketiga. Karena itu nama orang lain tidak hanya
berlaku untuk pemeran serta yang disapa, akan tetapi juga kepada mereka yang
ditandai dengan kata ganti persona ketiga (Geoffrey Leech, 1993:206).

III. Pembahasan
1. Prinsip Kesopanan
a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)

Dalam bahasa Jepang, maksim ini disebut Kikubari no Gensoku / 気配

りの原則. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan impositif dan komisif.

Tindak tutur impositif dan komisif merupakan klasifikasi tindak tutur ilokusi
yang meliputi asertif, direktif, ekspresif dan deklaratif (Geoffrey Leech,
1993:164). Tindak ilokusi direktif dan impositif dimaksudkan untuk
menimbulkan efek melalui tindakan sang penyimak. Maksim ini menggariskan
setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain atau
memaksimalkan keuntungan orang lain.
Contoh :
Taun rumah : “Ayo dimakan bakminya! Di dalam masih banyak.”
Tamu : “Wah, saya jadi sungkan, Bu.”

b. Maksim Penerimaan (Approbation Maxim)

Dalam bahasa Jepang, maksim ini disebut Kandaisei no Gensoku / 寛

大性の原則. Selain itu, maksim penerimaan atau maksim pujian atau maksim

penghargaan mempunyai nama lain yang kurang baik, yakni maksim rayuan.
Namun istilah rayuan biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus. Pada
maksim ini aspek yang lebih penting, yakni “Jangan sekali-kali mengatakan
hal-hal yang tidak menyenangkan hati orang lain.” Maksim ini diutarakan
dengan kalimat komisif dan impositif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta

5
tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan
meminimalkan keuntungan diri sendiri.
Contoh :
a. Saya akan memberi Anda uang.
b. Saya akan mengundangmu ke acara ulang tahun anak saya.
Pada maksim ini sebuah pujian akan sangat dihargai, sedangkan ujaran
yang berupa celaan, ejekan, hinaan, dan sebagainya, tidak akan dihargai sama
sekali. Oleh karena itu, ujaran yang mengandung celaan, ejekan, dan
sebagainya sangat bertentangan dengan maksim ini.

c. Maksim Kemurahan (Generosity Maxim)

Dalam bahasa Jepang, maksim ini disebut Zenin no Gensoku / 是認の

原則. Maksim kemurahan diutarakan dengan kalimat ekspresif dan kalimat

asertif. Dengan penggunaan kalimat ekspresif dan asertif ini, jelaslah bahwa
tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus
berlaku sopan, tetapi didalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan
pendapat ia tetap diwajibkan berprilaku demikian. Maksim kemurahan
menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada
orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.
Contoh :
Anak kos A : “Mari saya cucikan baju kotormu!. Pakaianku tidak banyak
kok.”
Anak kos B : “Tidak usah mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga kok.”

d. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

Dalam bahasa Jepang, maksim ini disebut Kenson no Gensoku / 謙遜

の原則. Maksim ini juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif.

Bila maksim kemurahan berpusat pada orang lain, maksim kerendahan hati
berpusat pada diri sendiri. Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta
pertuturan untuk memaksimalkan ketidak hormatan pada diri sendiri, dan
meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Contoh :
6
Rara : “Dina, kau cantik sekali mengenakan baju ini.”
Dina : “Kamu Ra, ada-ada saja. Baju ini baju biasa kok.”

e. Maksim Kecocokan (Agreement Maxim)

Dalam bahasa Jepang, maksim ini disebut Goui no Gensoku / 合意の

原則. Maksim kecocokan diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif.

Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk


memaksimalkan kecocokan diantara mereka, dan meminimalkan
ketidakcocokan diantara mereka. Orang-orang cenderung melebih-lebihkan
kesepakatannya dengan orang lain, dan juga mengurangi ketidaksepakatannya
dengan ungkapan-ungkapan penyesalan. (Geoffrey Leech, 1993:217)
Contoh :
Alfa : “Bahasa Inggris sukar, ya ?”
Aline : “Ya, tetapi tata bahasanya tidak begitu sukar dipelajari.”

f. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim)

Dalam bahasa Jepang, maksim ini disebut Kyoukan no Gensoku / 共感

の原則. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim

kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan


rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika
lawan tutur mendapat kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib
memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusahan atau
musibah, penutur layak turut berduka, atau mengutarakan ucapan bela
sungkawa sebagai tanda kesimpatian.
Contoh :
Pooja : “Aku gagal di UMPTN.”
Shaheer : “Jangan sedih. Banyak orang seperti kamu.”

2. Pelanggaran Prinsip Kesopanan

7
Berikut akan dijelaskan tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip
kesopanan yang dilakukan oleh tokoh Hanamiya Makoto dalam anime Kuroko no
Basuke episode 34, 35, dan 35 beserta fungsi tindak tuturnya.
a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Pelanggaran maksim kebijaksanaan terjadi jika peserta tutur tidak
mentaati maksim kebijaksanaan, yaitu selalu menambah keuntungan diri
sendiri dan mengurangi keuntungan pihak lain (Wijana, dalam Rahardi, 2005:
60). Dalam anime Kuroko no Basuke episode 35 pada menit ke 00:04:07,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
kebijaksanaan, seperti yang tercatat sebagai berikut :

はなみやまこと :「去年のおまえらの先輩なんてさいこに傑作だったは!」

Hanamiya Makoto : “Apa yang aku lakukan pada seniormu tahun lalu
adalah sebuah maha karya.”
Konteks tuturan: (Dituturkan ketika Hanamiya sedang berbicara kepada
Kuroko, (tokoh utama dalam anime), bahwa ia melakukan suatu hal kepada
senior Kuroko (Kiyoshi Teppei) di teamnya dan menganggapnya sebagai suatu
maha karya. Karena perbuatan dari Hanamiya itulah yang menyebabkan
Kiyoshi cidera dan harus beristirahat selama beberapa waktu)
Pernyataan Hanamiya di atas merupakan pelanggaran maksim
kebijaksanaan. Karena Hanamiya mengurangi keuntungan pihak lain, yang
mana adalah Kiyoshi Teppei dan menyebabkannya cidera dan harus
beristirahat selama beberapa waktu.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di atas,
adalah fungsi Asertif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan yang
diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Melaporkan” kepada Kuroko apa yang
telah ia lakukan kepada Kiyoshi satu tahun yang lalu adalah sebuah maha
karya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Asertif.

b. Maksim Penerimaan (Approbation Maxim)


Pelanggaran maksim penerimaan atau pujian atau penghargaan terjadi
sebagai akibat salah seorang peserta tutur tidak mematuhi prinsip yang
terdapat pada maksim penerimaan, yakni dengan menambah cacian pada orang
lain dan mengurangi pujian pada orang lain. Dalam anime Kuroko no Basuke,

8
terdapat empat pelanggaran maksim penerimaan yang dilakukan oleh
Hanamiya Makoto, yaitu :
1. Pelanggaran pertama terdapat pada episode 34 pada menit ke 00:10:18,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
penerimaan, seperti yang tercatat sebagai berikut :

はなみやまこと :「いつも言ってるだろう。天才だろうが、秀才だろう

が、こわれであっただのかがらくたなんだよ!」

Hanamiya Makoto : “Aku selalu mengatakan tentang sesuatu


padamu. Aku tidak peduli jika mereka jenius
ataupun sebuah keajaiban. Hancurkan mereka.
Mereka hanyalah seonggak sampah.”
Konteks tuturan : (Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan
pelanggaran terhadap maksim penerimaan. Hal itu bisa dilihat pada
kalimat akhir pada pernyataan di atas. Dimana Hanamiya mengatakan
bahwa team Seirin dalam pertandingan hanyalah seonggak sampah dan
lawannya harus dihancurkan)
Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan pelanggaran
terhadap maksim penerimaan. Karena Hanamiya telah mengatakan jika
lawannya hanyalah seonggak sampah yang harus dihancurkan.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam atau Menghina”
team Seirin yang menyebutkan mereka hanyalah seonggak sampah. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Ekspresif.
2. Pelanggaran ke-dua terdapat pada episode 34 menit 00:19:49 tokoh
Hanamiya melakukan pelanggaran terhadap maksim penerimaan, seperti
yang tercatat sebagi berikut :

はなみやまこと :「がらくた親善のくしに…」

Hanamiya Makoto : “Persahabatanmu seperti sampah, ya.”


Konteks tuturan : (Dalam pernyataan di atas, tokoh Hanamiya Makoto
melanggar maksim penerimaan. Hal itu terjadi karena ia mengatakan jika
persahabatan yang terjalin diantara team Seirin bagaikan sampah.

9
Hanamiya mengatakan kalimat tersebut setelah melihat dan mendengar
Kiyoshi memberi semangat kepada Kagami yang tidak sengaja melakukan
pelanggaran di pertandingan. Ketika Kiyoshi berjalan melewatinya
(Hanamiya), ia langsung mengatakan pernyataan di atas yang ditujukan
kepada Kiyoshi)
Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan pelanggaran
terhadap maksim penerimaan. Karena Hanamiya telah mengatakan jika
persahabatan yang terjalin diantara team Seirin bagaikan sampah.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam atau Menghina”
team Seirin yang menyebutkan bahwa persahabatan mereka bagaikan
seonggak sampah. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi
Ekspresif.
3. Pelanggaran ke-tiga terdapat pada episode 36 menit 00:06:32 tokoh
Hanamiya melakukan pelanggaran terhadap maksim penerimaan, seperti
yang tercatat sebagi berikut :

はなみやまこと :「きよしをつこめたおまえらが何かできる思っての

か?」

「あのポンコツ次には誰かなが…」

Hanamiya Makoto : “Kau pikir kau bisa melakukan sesuatu tanpa


Kiyoshi?.
Siapa selanjutnya yang akan menjadi potongan-
potongan sampah?.”
Konteks Tuturan : (Dalam kalimat di atas, tokoh Hanamiya Makoto
melanggar maksim penerimaan. Hal itu bisa di lihat pada pernyataan di
atas. Dalam pernyataan tersebut, Hanamiya Makoto mengatakan jika
Hyuga tidak akan bisa memasukkan bola ke dalam ring tanpa adanya
Kiyoshi di teamnya. Karena pada waktu itu Kiyoshi berada di bangku
cadangan dan digantikan oleh Mitobe karena ia sedang cidera yang
disebabkan oleh team Hanamiya. Setelah itu ia berkata kepada Hyuga,

10
siapa lagi team Seirin yang akan mengalami hal seperti Kiyoshi, menjadi
potongan-potongan sampah)
Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan pelanggaran
terhadap maksim penerimaan. Karena Hanamiya telah mengatakan siapa
lagi yang akan menjadi potongan-potongan sampah, seperti yang dialami
oleh Kiyoshi.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif dan fungsi Komisif-Ekspresif. Ekspresif
terdapat pada pernyataan “Kau pikir kau bisa melakukan sesuatu tanpa
Kiyoshi?”. Pernyataan tersebut termasuk dalam fungsi Ekspresif karena
bertujuan untuk “Menghina” Hyuga. Sedangkan fungsi Komisif-Ekspresif
terdapat pada pernyataan “Siapa selanjutnya yang akan menjadi potongan-
potongan sampah?”. Pernyataan termasuk dalam fungsi Komisif-Ekspresif
karena Hanamiya “Menawarkan” team Seirin dengan kata “Siapa
selanjutnya”, termasuk dalam fungsi Komisif dan “Menghina” team Seirin
dengan kata “Potongan-potongan sampah”, yang termasuk dalam fungsi
Ekspresif.
4. Pelanggaran ke-empat terdapat pada episode 36 menit 00:13:46 tokoh
Hanamiya melakukan pelanggaran terhadap maksim penerimaan, seperti
yang tercatat sebagi berikut :

はなみやまこと :「混載いくなしても俺は点なんていつでも取れんだ。

正直、おまえらをこわれできない瀬なかったふばんだ

か、まあいな。勝手試合に夢をゲームオーバーか。俺

も嫌いな親善をゲームオーバ。」

Hanamiya Makoto : “Tanpa trik yang sama, aku bisa menghasilkan


skor apapun yang aku mau. Jujur saja, aku
kecewa karena aku tidak bisa
menghancurkanmu. Apabila aku menang dalam
pertandingan ini, aku bisa menghentikan
mimpimu. Dan aku juga bisa mengakhiri
persahabatan kalian yang menjijikkan itu.”

11
Konteks Tuturan : (Dalam kalimat di atas, tokoh Hanamiya Makoto
melanggar maksim penerimaan. Hal itu bisa dilihat pada kalimat terakhir
dalam pernyataan di atas. Dalam pernyataan tersebut, Hanamiya Makoto
mengatakan jika persahabatan yang terjalin diantara team Seirin
menjijikan)
Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan pelanggaran
terhadap maksim penerimaan. Karena Hanamiya telah mengatakan jika
persahabatan yang terjalin diantara team Seirin menjijikan.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam atau Menghina”
team Seirin yang menyebutkan bahwa persahabatan mereka menjijikan.
Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Ekspresif.

c. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)


Pelanggaran maksim kerendahan hati terjadi sebagai akibat seorang
peserta tutur tidak mematuhi prinsip yang terdapat pada maksim kerendahan
hati, yakni seseorang terlalu banyak memuji dirinya sendiri, dan selalu
mengecam orang lain. dalam anime Kuroko no Basuke pada episode 36 menit
ke 00:13:40 tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap
maksim kecocokan, seperti yang tercatat sebagai berikut :

はなみやまこと :「居直れやステェールしかできない思ってか、なあけ

ねだろうばか。混載いくなしても俺は点なんていつで

も取れんだ。正直、おまえらをこわれできない瀬な

かったふばんだか、まあいな。勝手試合に夢をゲー

ムオーバーか。俺も嫌いな親善をゲームオーバ。」

Hanamiya Makoto : “Kalian pikir, aku hanya bisa bermain dengan


agresif dan memotong bola ?. Tentu saja tidak,
bodoh. Tanpa trik yang sama, aku bisa
menghasilkan skor apapun yang aku mau. Jujur
saja, aku kecewa karena aku tidak bisa

12
menghancurkanmu, tapi terserah. Apabila aku
menang dalam pertandingan ini, aku bisa
menghentikan mimpimu. Dan aku juga bisa
mengakhiri persahabatan kalian yang
menjijikkan itu.”
Konteks Tuturan : (Dalam kalimat di atas, tokoh Hanamiya Makoto melanggar
maksim kerendahan hati. Hal itu bisa di lihat pada kalimat ke-tiga dalam
cuplikan di atas. Dalam kalimat tersebut, Hanamiya Makoto mengatakan kalau
ia bisa mendapatkan skor sebanyak yang ia kehendaki dengan trik atau strategi
rahasia, dimana lawan-lawannya tidak akan bisa menduganya)
Pernyataan Hanamiya di atas merupakan pelanggaran maksim
kerendahan hati. Karena Hanamiya mengatakan kalau ia adalah bisa
mendapatkan skor sebanyak yang ia kehendaki. Dan bisa dilihat juga jika
dalam kalimat ke-tiga dalam pernyataan Hanamiya di atas, jika ia
membanggakan dirinya sendiri.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di atas,
adalah fungsi Asertif. Tujuan fungsi Asertif dalam pernyataan Hanamiya
adalah “Membual”, karena ia mengatakan ia dapat memenangkan
pertandingan tanpa trik yang dipakai sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan
pengertian dari fungsi Asertif.

d. Maksim Kecocokan (Agreement Maxim)


Pelanggaran maksim kecocokan terjadi sebagai akibat salah seorang
peserta tutur tidak mematuhi prinsip yang terdapat pada maksim kecocokan,
yakni meminimalkan kecocokan antar penutur dengan lawan tutur dan
memaksimalkan ketidakcocokan antara penutur dengan lawan tutur. Dalam
anime Kuroko no Basuke episode 34 pada menit ke 00:10:18, tokoh Hanamiya
Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim kecocokan, seperti yang
tercatat dalam percakapan sebagai berikut :

はなみやの友達 :「くそ!いい手際せいりん。鉄心きよしに、ニューロ

ーキコンビかがみとくろこ、クラッチシューターひゅがと整

理党いずき。ここの力もかなり強いだ」

13
はなみやまこと :「いつも言ってるだろう。天才だろうが、秀才だろう

が、こわれであっただのかがらくたなんだよ!」

Teman Hanamiya : “Permainan Seirin sangat bagus dan kuat.


Kiyoshi, seorang Iron Heart, dan duo anak baru
Kagami dan Kuroko. Hyuga, sang Clutch
Shooter, dan Izuki, sang menara komando.
Meraka secara individual kuat bagaikan papan
kross.”
Hanamiya Makoto : “Aku selalu mengatakan tentang sesuatu
padamu. Aku tidak peduli jika mereka jenius
ataupun sebuah keajaiban. Hancurkan mereka.
Mereka hanyalah seonggak sampah.”
Konteks tuturan: (Dalam percakapan di atas, jelas Hanamiya melakukan
pelanggaran terhadap maksim kecocokan. Hal itu terjadi karena teman satu
team Hanamiya mengatakan bahwa permainan team Seirin, sangat bagus dan
kuat. Pun memiliki anggota team yang memiliki kemampuannya masing-
masing. Akan tetapi Hanamiya tidak peduli dan tidak menyetujuinya. Malahan
ia menganggap jika team Seirin hanyalah seonggak sampah)
Dalam pernyataan Hanamiya dalam percakapan di atas merupakan
pelanggaran terhadap maksim kecocokan. Karena Hanamiya tidak menyetujui
apa yang diungkapkan oleh teman satu teamnya.

e. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim)


Pelanggaran maksim kesimpatian terjadi jika peserta tutur melanggar
prinsip yang terdapat pada maksim kesimpatian, yakni dengan menambah
antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan mengurangi kesimpatian
antara diri sendiri dan orang lain. Dalam anime Kuroko no Basuke terdapat
tiga pelanggaran maksim kesimpatian yang dilakukan oleh Hanamiya Makoto,
yaitu :
1. Pelanggaran pertama terdapat pada episode 35 pada menit ke 00:03:43,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
kesimpatian, seperti yang tercatat sebagai berikut :

14
はなみやまこと :「人のふくを蜜のはじっているだろう。」

Hanamiya Makoto : “Mereka bilang kesengsaraan orang


lain seperti madu.”
Konteks tuturan : (Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan
pelanggaran terhadap maksim kesimpatian. Hal itu terjadi karena
Hanamiya mengatakan kepada Kuroko bahwa kesengsaraan yang dialami
orang lain seperti madu)
Dalam pernyataan Hanamiya di atas jelas merupakan pelanggaran
terhadap maksim kesimpatian. Karena Hanamiya tidak mempunyai rasa
simpati terhadap orang lain dengan mengatakan bahwa kesengsaraan
seperti madu.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengejek”. Hal tersebut sesuai
dengan pengertian dari fungsi Ekspresif.
2. Pelanggaran ke-dua terdapat pada episode 35 pada menit ke 00:20:31,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
kesimpatian, seperti yang tercatat sebagai berikut :

はなみやまこと : 「守るたのしんれいたの。親族を」

Hanamiya Makoto : “Aku tak peduli tentang melindungi ataupun


kepercayaan. Itu sangat menjengkelkan. Aku tak
akan puas sebelum menghancurkan mereka.”
Konteks tuturan : (Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan
pelanggaran terhadap maksim kesimpatian. Hal itu terjadi karena
Hanamiya tidak menyukai persahabatan. Karena biasanya persahabatan
akan selalu menggunakan kata ‘Melindungi’ atau ‘Kepercayaan’. Dan ia
juga tidak akan merasa puas sebelum menghancurkan team Seirin)
Dalam pernyataan Hanamiya di atas jelas merupakan pelanggaran
terhadap maksim kesimpatian. Karena Hanamiya tidak mempunyai rasa
simpati terhadap orang lain dengan mengatakan bahwa ia tidak akan
merasa puas sebelum menghancurkan team Seirin.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan

15
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam” team Seirin. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Ekspresif.
3. Pelanggaran ke-tiga terdapat pada episode 36 pada menit ke 00:13:46,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
kesimpatian, seperti yang tercatat sebagai berikut :

はなみやまこと : 「混載いくなしても俺は点なんていつでも取れんだ。

正直、おまえらをこわれできない瀬なかったふばんだ

か、まあいな。勝手試合に夢をゲームオーバーか。俺

も嫌いな親善をゲームオーバ。」

Hanamiya Makoto : “Tanpa trik yang sama, aku bisa menghasilkan


skor apapun yang aku mau. Jujur saja, aku
kecewa karena aku tidak bisa
menghancurkanmu. Apabila aku menang dalam
pertandingan ini, aku bisa menghentikan
mimpimu. Dan aku juga bisa mengakhiri
persahabatan kalian yang menjijikkan itu.”
Konteks tuturan : (Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan
pelanggaran terhadap maksim kesimpatian. Hal itu bisa dilihat pada
kalimat ke-tiga dalam pernyataan di atas. Dalam pernyataan di atas,
Hanamiya mengatakan jika ia akan menghancurkan mimpi dari team
Seirin untuk masuk dalam pertandingan Winter Cup)
Dalam pernyataan Hanamiya di atas jelas merupakan pelanggaran
terhadap maksim kesimpatian. Karena Hanamiya tidak mempunyai rasa
simpati terhadap orang lain dengan mengatakan bahwa ia akan
menghentikan mimpi team Seirin untuk maju ke Winter Cup.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam” team Seirin. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Ekspresif.

16
IV. Kesimpulan
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.
Dalam mengekspresikan maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kesopanan,
terdapat beberapa bentuk ujaran. Bentuk-bentuk tersebut memiliki fungsi-fungsi
tetsendiri tergantung bentuk ujarannya. Beberapa bentuk ujaran tersebut, yakni :
fungsi Asertif, fungsi Direktif, fungsi Komisif, fungsi Deklarasi, fungsi Ekspresif.
Menurut Wijana (1996: 55), prinsip kesopanan terbagi menjadi enam maksim, yaitu
maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan
hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, bahwasannya tokoh Hanamiya
Makoto dalam anime Kuroko no Basuke episode 34, 35, dan 36 melanggar lima
maksim prinsip kesopanan, yaitu maksim kebijaksanaan atau kearifan, maksim
penerimaan atau penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan
maksim kesimpatian. Dan pelanggaran maksim yang tidak terdapat dalam dalam
anime ini hanya ada satu maksim, yakni pelanggaran terhadap maksim kemurahan
atau maksim kedermawanan. Kemudian fungsi tindak tutur yang terdapat dalam
pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut adalah fungsi Asertif, Ekspresif, dan
Komisif. Fungsi Direktif, dan fungsi Deklarasi tidak terdapat dalam pelanggaran-
pelanggaran maksim prinsip kesopanan anime Kuroko no Basuke.
Berikut adalah tabel frekuensi dari tuturan tokoh Hanamiya Makoto dalam
anime Kuroko no Basuke episode 34, 35, dan 36 yang melanggar maksim-maksim
prinsip kesopanan.
Maksim Asertif Direktif Komisif Ekspresif Deklarasi Jumlah
Kebijaksanaan 1 - - - - 1
Penerimaan - - 1 5 - 5

17
Kerendahan Hati 1 - - - - 1
Kecocokan - - - - - 0
Kesimpatian - - - 3 - 3
Jumlah 2 0 1 8 0 -

Sesuai dengan penjelasan tabel di atas, pelanggaran terbanyak terdapat pada


maksim penerimaan atau penghargaan dengan jumlah data sebanyak 6 data.
Sedangkan fungsi tindak tutur terbanyak adalah fungsi Ekspresif yang berfungsi untuk
“Mengecam atau Menghina atau Mengejek” dengan jumlah data sebanyak 8 data. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tokoh Hanamiya Makoto dalam anime Kuroko no Basuke
episode 34, 35, dan 36 ketika berkomunikasi dengan team Seirin tuturannya banyak
mengandung kalimat ejekan atau hinaan. Dengan analisis di atas juga dapat dilihat
watak yang dimiliki oleh tokoh Hanamiya Makoto antara lain, suka mengejek atau
menghina atau mengecam orang lain, suka membual (membanggakan dirinya sendiri),
dan tidak bersimpati atas kemalangan yang menimpa orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik : Kesantunan imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=67950&val=4806 diunduh pada 2
Desember 2014 pukul 18:56
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Japanology-Laoura%20Winda%20Franzischa.pdf
diunduh pada 15 Desember 2014 pukul 16:22

19

Anda mungkin juga menyukai