Pendahuluan
Bahasa merupakan sarana komunikasi dan interaksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial, dengan bahasa manusia dapat
melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antar personal dan memelihara
hubungan sosial. Kehadiran bahasa merupakan alat penunjuk pribadi seseorang, baik
dari segi karakter, watak atau pribadi seseorang dapat dilihat dari pemilihan bahasa
yang digunakan. Penggunaan bahasa yang baik dan santun tentu dapat tercermin dari
kepribadian seseorang.
Dengan mempertimbangkan karakter bahasa masing-masing individu,
diharapkan komunikasi antara penutur dengan petutur akan menjadi lancar. Oleh
karena itu berkomunikasi perlu diperhatikan dalam kesantunan berbahasa. Dalam
kehidupan tentu banyak orang menggunakan prinsip kesopanan dalam berbahasa
untuk berkomunikasi satu sama lain. Akan tetapi juga banyak yang tidak menerapkan
prinsip kesopanan tersebut, dan akhirnya terjadi sebuah pelanggaran dalam berbahasa.
Hal ini dapat dilihat dalam serial anime asal Jepang yang sekarang menjadi favorit
anak muda di Indonesia, Kuroko no Basuke.
Kuroko no Basuke adalah serial anime yang diadaptasi oleh komik yang
berjudul sama. Dalam anime tersebut menceritakan tentang sekelompok siswa SMA
Swasta Seirin yang mempunyai mimpi untuk menjadi team nomor satu di Jepang.
Sebenarnya anime ini baik karena di dalamnya terdapat pesan-pesan yang membuat
seseorang semangat dalam mengejar impiannya. Akan tetapi sesuatu yang baik belum
tentu sangat baik. Begitu pula yang terdapat dalam anime Kuroko no Basuke.
Pada episode 34, 35, dan 36 team Seirin bertanding melawan team Kirisaki
Daichi yang mempunyai kapten bernama Hanamiya Makoto. Team Kirisaki Daichi
terkenal dengan kecurangannya ketika bertanding. Sama seperti team Seirin, team
Kirisaki Daichi pun juga mempunyai mimpi untuk menjadi team nomor satu di
Jepang. Namun cara yang dipakai berkebalikan dengan team Seirin. Seiring dengan
cara permainannya yang selalu curang, tokoh Hanamiya Makoto selalu melanggar
kesantunan berbahasa ketika berbicara dengan team Seirin ataupun dengan anggota
teamnya.
Untuk itulah penulis akan sedikit memaparkan maksim apa saja yang
dilanggar oleh tokoh Hanamiya Makoto dalam serial anime Kuroko no Basuke pada
episode 34, 35, dan 35. Namun sebelum penulis menjelaskan maksim apakah yang
1
dilanggar oleh tokoh Hanamiya Makoto, akan dijelaskan sedikit tentang apa itu
pragmatik, fungsi tindak tutur, dan prinsip kesopanan yang mempunyai enam maksim,
yakni maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim
kerendahan hati, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian.
Seacara eksternal, bila dilihat dari penggunaannya, kata bagus tidak selalu
bermakna ‘baik’ atau ‘buruk’. Begitu pula kata presiden tidak selalu bermakna
‘kepala negara’, seperti terlihat di bawah ini :
Kata bagus dalam (c) tidak bermakna ‘baik’ atau ‘tidak buruk’, tetapi
sebaliknya. Sementara itu, bila kalimat (d) digunakan untuk menyindir, kata
2
‘presiden’ dalam kalimat (d) tidak bermakna ‘kepala negara’, tetapi bermakna
‘seseorang yang secara ironis pantas mendapatkan sebutan itu’.
Dari uraian di atas terlihat bahwa makna yang ditelaah oleh semantic
adalah makna yang bebas konteks, sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik
adalah makna yang terikat konteks. Sehubungan dengan keterikatan konteks ini
tidak hanya bagus dalam dialog (c) bermakna ‘buruk’, tetapi Besok jangan
belajar dan Nonton terus saja juga bermakna ‘Besok rajin-rajinlah belajar’ dan
‘Hentikan hobi menontonmu’. Dengan demikian semantik bersifat bebas konteks
(context independent), sedangkan pragmatic bersifat terikat konteks (context
dependent). (Kaswanti Purwo, dalam Wijana, 1996:3).
Menurut Verhaar (1977) dan Parker (1986: 32), (dalam Wijana, 1996:3),
makna yang menjadi kajian semantik adalah makna linguistik (linguistic
meaning) atau makna semantik (semantic sense), sedangkan yang dikaji
pragmatik adalah maksud penutur (speaker meaning) atau (speaker sense).
Menurut Leech (dalam Wijana, 1996: 3), pragmatik sebagai cabang ilmu
bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa berintegrasi dengan tata bahasa yang
terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik melalui semantik.
3
b. Direktif (Directives / Shiji・指示), meliputi memesan, memerintah, memohon,
menawarkan, berkaul.
3. Prinsip Kesopanan
4
tutur dan orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur. Akan tetapi,
dalam percakapan, diri sendiri biasanya diidentifikasi dengan n, dan orang lain
lazimnya diidentifikasi dengan t, selain itu penutur juga dapat menunjukkan
sopan santun kepada pihak ketiga. Karena itu nama orang lain tidak hanya
berlaku untuk pemeran serta yang disapa, akan tetapi juga kepada mereka yang
ditandai dengan kata ganti persona ketiga (Geoffrey Leech, 1993:206).
III. Pembahasan
1. Prinsip Kesopanan
a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Tindak tutur impositif dan komisif merupakan klasifikasi tindak tutur ilokusi
yang meliputi asertif, direktif, ekspresif dan deklaratif (Geoffrey Leech,
1993:164). Tindak ilokusi direktif dan impositif dimaksudkan untuk
menimbulkan efek melalui tindakan sang penyimak. Maksim ini menggariskan
setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain atau
memaksimalkan keuntungan orang lain.
Contoh :
Taun rumah : “Ayo dimakan bakminya! Di dalam masih banyak.”
Tamu : “Wah, saya jadi sungkan, Bu.”
大性の原則. Selain itu, maksim penerimaan atau maksim pujian atau maksim
penghargaan mempunyai nama lain yang kurang baik, yakni maksim rayuan.
Namun istilah rayuan biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus. Pada
maksim ini aspek yang lebih penting, yakni “Jangan sekali-kali mengatakan
hal-hal yang tidak menyenangkan hati orang lain.” Maksim ini diutarakan
dengan kalimat komisif dan impositif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta
5
tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan
meminimalkan keuntungan diri sendiri.
Contoh :
a. Saya akan memberi Anda uang.
b. Saya akan mengundangmu ke acara ulang tahun anak saya.
Pada maksim ini sebuah pujian akan sangat dihargai, sedangkan ujaran
yang berupa celaan, ejekan, hinaan, dan sebagainya, tidak akan dihargai sama
sekali. Oleh karena itu, ujaran yang mengandung celaan, ejekan, dan
sebagainya sangat bertentangan dengan maksim ini.
asertif. Dengan penggunaan kalimat ekspresif dan asertif ini, jelaslah bahwa
tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus
berlaku sopan, tetapi didalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan
pendapat ia tetap diwajibkan berprilaku demikian. Maksim kemurahan
menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada
orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.
Contoh :
Anak kos A : “Mari saya cucikan baju kotormu!. Pakaianku tidak banyak
kok.”
Anak kos B : “Tidak usah mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga kok.”
の原則. Maksim ini juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif.
Bila maksim kemurahan berpusat pada orang lain, maksim kerendahan hati
berpusat pada diri sendiri. Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta
pertuturan untuk memaksimalkan ketidak hormatan pada diri sendiri, dan
meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Contoh :
6
Rara : “Dina, kau cantik sekali mengenakan baju ini.”
Dina : “Kamu Ra, ada-ada saja. Baju ini baju biasa kok.”
の原則. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim
7
Berikut akan dijelaskan tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip
kesopanan yang dilakukan oleh tokoh Hanamiya Makoto dalam anime Kuroko no
Basuke episode 34, 35, dan 35 beserta fungsi tindak tuturnya.
a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Pelanggaran maksim kebijaksanaan terjadi jika peserta tutur tidak
mentaati maksim kebijaksanaan, yaitu selalu menambah keuntungan diri
sendiri dan mengurangi keuntungan pihak lain (Wijana, dalam Rahardi, 2005:
60). Dalam anime Kuroko no Basuke episode 35 pada menit ke 00:04:07,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
kebijaksanaan, seperti yang tercatat sebagai berikut :
はなみやまこと :「去年のおまえらの先輩なんてさいこに傑作だったは!」
Hanamiya Makoto : “Apa yang aku lakukan pada seniormu tahun lalu
adalah sebuah maha karya.”
Konteks tuturan: (Dituturkan ketika Hanamiya sedang berbicara kepada
Kuroko, (tokoh utama dalam anime), bahwa ia melakukan suatu hal kepada
senior Kuroko (Kiyoshi Teppei) di teamnya dan menganggapnya sebagai suatu
maha karya. Karena perbuatan dari Hanamiya itulah yang menyebabkan
Kiyoshi cidera dan harus beristirahat selama beberapa waktu)
Pernyataan Hanamiya di atas merupakan pelanggaran maksim
kebijaksanaan. Karena Hanamiya mengurangi keuntungan pihak lain, yang
mana adalah Kiyoshi Teppei dan menyebabkannya cidera dan harus
beristirahat selama beberapa waktu.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di atas,
adalah fungsi Asertif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan yang
diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Melaporkan” kepada Kuroko apa yang
telah ia lakukan kepada Kiyoshi satu tahun yang lalu adalah sebuah maha
karya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Asertif.
8
terdapat empat pelanggaran maksim penerimaan yang dilakukan oleh
Hanamiya Makoto, yaitu :
1. Pelanggaran pertama terdapat pada episode 34 pada menit ke 00:10:18,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
penerimaan, seperti yang tercatat sebagai berikut :
はなみやまこと :「いつも言ってるだろう。天才だろうが、秀才だろう
が、こわれであっただのかがらくたなんだよ!」
はなみやまこと :「がらくた親善のくしに…」
9
Hanamiya mengatakan kalimat tersebut setelah melihat dan mendengar
Kiyoshi memberi semangat kepada Kagami yang tidak sengaja melakukan
pelanggaran di pertandingan. Ketika Kiyoshi berjalan melewatinya
(Hanamiya), ia langsung mengatakan pernyataan di atas yang ditujukan
kepada Kiyoshi)
Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan pelanggaran
terhadap maksim penerimaan. Karena Hanamiya telah mengatakan jika
persahabatan yang terjalin diantara team Seirin bagaikan sampah.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam atau Menghina”
team Seirin yang menyebutkan bahwa persahabatan mereka bagaikan
seonggak sampah. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi
Ekspresif.
3. Pelanggaran ke-tiga terdapat pada episode 36 menit 00:06:32 tokoh
Hanamiya melakukan pelanggaran terhadap maksim penerimaan, seperti
yang tercatat sebagi berikut :
はなみやまこと :「きよしをつこめたおまえらが何かできる思っての
か?」
「あのポンコツ次には誰かなが…」
10
siapa lagi team Seirin yang akan mengalami hal seperti Kiyoshi, menjadi
potongan-potongan sampah)
Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan pelanggaran
terhadap maksim penerimaan. Karena Hanamiya telah mengatakan siapa
lagi yang akan menjadi potongan-potongan sampah, seperti yang dialami
oleh Kiyoshi.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif dan fungsi Komisif-Ekspresif. Ekspresif
terdapat pada pernyataan “Kau pikir kau bisa melakukan sesuatu tanpa
Kiyoshi?”. Pernyataan tersebut termasuk dalam fungsi Ekspresif karena
bertujuan untuk “Menghina” Hyuga. Sedangkan fungsi Komisif-Ekspresif
terdapat pada pernyataan “Siapa selanjutnya yang akan menjadi potongan-
potongan sampah?”. Pernyataan termasuk dalam fungsi Komisif-Ekspresif
karena Hanamiya “Menawarkan” team Seirin dengan kata “Siapa
selanjutnya”, termasuk dalam fungsi Komisif dan “Menghina” team Seirin
dengan kata “Potongan-potongan sampah”, yang termasuk dalam fungsi
Ekspresif.
4. Pelanggaran ke-empat terdapat pada episode 36 menit 00:13:46 tokoh
Hanamiya melakukan pelanggaran terhadap maksim penerimaan, seperti
yang tercatat sebagi berikut :
はなみやまこと :「混載いくなしても俺は点なんていつでも取れんだ。
正直、おまえらをこわれできない瀬なかったふばんだ
か、まあいな。勝手試合に夢をゲームオーバーか。俺
も嫌いな親善をゲームオーバ。」
11
Konteks Tuturan : (Dalam kalimat di atas, tokoh Hanamiya Makoto
melanggar maksim penerimaan. Hal itu bisa dilihat pada kalimat terakhir
dalam pernyataan di atas. Dalam pernyataan tersebut, Hanamiya Makoto
mengatakan jika persahabatan yang terjalin diantara team Seirin
menjijikan)
Dalam pernyataan di atas, jelas Hanamiya melakukan pelanggaran
terhadap maksim penerimaan. Karena Hanamiya telah mengatakan jika
persahabatan yang terjalin diantara team Seirin menjijikan.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di
atas, adalah fungsi Ekspresif. Hal ini dikarenakan pernyataan atau tuturan
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam atau Menghina”
team Seirin yang menyebutkan bahwa persahabatan mereka menjijikan.
Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Ekspresif.
はなみやまこと :「居直れやステェールしかできない思ってか、なあけ
ねだろうばか。混載いくなしても俺は点なんていつで
も取れんだ。正直、おまえらをこわれできない瀬な
かったふばんだか、まあいな。勝手試合に夢をゲー
ムオーバーか。俺も嫌いな親善をゲームオーバ。」
12
menghancurkanmu, tapi terserah. Apabila aku
menang dalam pertandingan ini, aku bisa
menghentikan mimpimu. Dan aku juga bisa
mengakhiri persahabatan kalian yang
menjijikkan itu.”
Konteks Tuturan : (Dalam kalimat di atas, tokoh Hanamiya Makoto melanggar
maksim kerendahan hati. Hal itu bisa di lihat pada kalimat ke-tiga dalam
cuplikan di atas. Dalam kalimat tersebut, Hanamiya Makoto mengatakan kalau
ia bisa mendapatkan skor sebanyak yang ia kehendaki dengan trik atau strategi
rahasia, dimana lawan-lawannya tidak akan bisa menduganya)
Pernyataan Hanamiya di atas merupakan pelanggaran maksim
kerendahan hati. Karena Hanamiya mengatakan kalau ia adalah bisa
mendapatkan skor sebanyak yang ia kehendaki. Dan bisa dilihat juga jika
dalam kalimat ke-tiga dalam pernyataan Hanamiya di atas, jika ia
membanggakan dirinya sendiri.
Fungsi tindak tutur yang terdapat pada pernyataan Hanamiya di atas,
adalah fungsi Asertif. Tujuan fungsi Asertif dalam pernyataan Hanamiya
adalah “Membual”, karena ia mengatakan ia dapat memenangkan
pertandingan tanpa trik yang dipakai sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan
pengertian dari fungsi Asertif.
はなみやの友達 :「くそ!いい手際せいりん。鉄心きよしに、ニューロ
ーキコンビかがみとくろこ、クラッチシューターひゅがと整
理党いずき。ここの力もかなり強いだ」
13
はなみやまこと :「いつも言ってるだろう。天才だろうが、秀才だろう
が、こわれであっただのかがらくたなんだよ!」
14
はなみやまこと :「人のふくを蜜のはじっているだろう。」
はなみやまこと : 「守るたのしんれいたの。親族を」
15
yang diungkapkan oleh Hanamiya adalah “Mengecam” team Seirin. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian dari fungsi Ekspresif.
3. Pelanggaran ke-tiga terdapat pada episode 36 pada menit ke 00:13:46,
tokoh Hanamiya Makoto melakukan pelanggaran terhadap maksim
kesimpatian, seperti yang tercatat sebagai berikut :
はなみやまこと : 「混載いくなしても俺は点なんていつでも取れんだ。
正直、おまえらをこわれできない瀬なかったふばんだ
か、まあいな。勝手試合に夢をゲームオーバーか。俺
も嫌いな親善をゲームオーバ。」
16
IV. Kesimpulan
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.
Dalam mengekspresikan maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kesopanan,
terdapat beberapa bentuk ujaran. Bentuk-bentuk tersebut memiliki fungsi-fungsi
tetsendiri tergantung bentuk ujarannya. Beberapa bentuk ujaran tersebut, yakni :
fungsi Asertif, fungsi Direktif, fungsi Komisif, fungsi Deklarasi, fungsi Ekspresif.
Menurut Wijana (1996: 55), prinsip kesopanan terbagi menjadi enam maksim, yaitu
maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan
hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, bahwasannya tokoh Hanamiya
Makoto dalam anime Kuroko no Basuke episode 34, 35, dan 36 melanggar lima
maksim prinsip kesopanan, yaitu maksim kebijaksanaan atau kearifan, maksim
penerimaan atau penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan
maksim kesimpatian. Dan pelanggaran maksim yang tidak terdapat dalam dalam
anime ini hanya ada satu maksim, yakni pelanggaran terhadap maksim kemurahan
atau maksim kedermawanan. Kemudian fungsi tindak tutur yang terdapat dalam
pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut adalah fungsi Asertif, Ekspresif, dan
Komisif. Fungsi Direktif, dan fungsi Deklarasi tidak terdapat dalam pelanggaran-
pelanggaran maksim prinsip kesopanan anime Kuroko no Basuke.
Berikut adalah tabel frekuensi dari tuturan tokoh Hanamiya Makoto dalam
anime Kuroko no Basuke episode 34, 35, dan 36 yang melanggar maksim-maksim
prinsip kesopanan.
Maksim Asertif Direktif Komisif Ekspresif Deklarasi Jumlah
Kebijaksanaan 1 - - - - 1
Penerimaan - - 1 5 - 5
17
Kerendahan Hati 1 - - - - 1
Kecocokan - - - - - 0
Kesimpatian - - - 3 - 3
Jumlah 2 0 1 8 0 -
18
DAFTAR PUSTAKA
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik : Kesantunan imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=67950&val=4806 diunduh pada 2
Desember 2014 pukul 18:56
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Japanology-Laoura%20Winda%20Franzischa.pdf
diunduh pada 15 Desember 2014 pukul 16:22
19