Anda di halaman 1dari 9

III

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DI PETERNAKAN CV DANI’S FOOD


CABANG HEGARMANAH FARM CICALENGKA

Oleh:

SAGUFTA SAHAR

200110160049

3.1 Abstrak
Suatu usaha peternakan ayam pedaging memiliki beberapa factor
penunjang produksi yang sangat penting dalam pemeliharaannya. Manajemen
pemeliharaan meliputi persiapan kandang, brooding, pemberiaan pakan dan
minum, pencatan dan kesehatan. Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini telah
dilaksanakan dari tanggal 10 Januari 2019 sampai dengan 07 Februari 2019 di CV
Dani’s Food Cabang Cicalengka dengan populasi 25.000 ekor. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui system persiapan kandang, tatalaksana pemeliharaan
dari DOC sampai panen, menghitung FCR dan Indeks Produksi (IP). Metode yang
digunakan untuk mendapatkan data yaitu dengan wawancara dan pengamatan
langsung serta ikut melakukan kegiatan Bersama pegawai kendang selama masa
praktik kerja lapangan .
Kata kunci : Manajemen Pemeliharaan, Ayam Broiler, CV Dani’s Food

3.2 Latar Belakang

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Perkembangan itu bisa dilihat dari tingkat kebutuhan akan daging

ayam yang meningkat. Pemenuhan akan daging mempunyai prospek ke depan

yang baik, maka ternak ungags khususnya ayam pedaging sangat ideal untuk

dibudidayakan. Budidaya ternak ayam broiler adalah salah satu usaha yang

banyak diminati oleh peternak di Indonesia karena sifatnya mudah dipelihara, dan

dapat dipanen dalam waktu singkat.


13

Dalam usaha peternakan manajemen pemeliharaan perlu diperhatikan

terhadap produksi daging. Hal tersebut dapat dilihat dari manajemen brooding,

manajemen pemberian pakan dan minum, dan manajemen biosekuriti dan

kesehatan. Dalam pemberian pakan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

pertambahan berat badan pada ayam, sehingga mencapai efisiensi yang

dinyatakan dalam perhitungan Feed Conversation Ratio. Karena semakin rendah

angka Feed Conversation Ratio semakin dinyatakan efisien dalam pembentukan

daging.

3.3 Maksud dan Tujuan

Tujuan Praktik Kerja Lapangan ini untuk mengetahui sistem manajemen

brooding, manajemen biosekuriti dan kesehatan, dan manajemen pemberian pakan

dan minum Kandang 2 Hegarmanah Cicalengka Farm.

3.4 Metode Pengamatan

3.4.1 Waktu dan Tempat

Waktu : 10 Januari 2019 - 07 Februari 2019

Tempat : Peternakan Ayam Broiler CV. Dani’s Food Cabang

Hegarmanah, Cicalengka, Kabupaten Bandung.

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Alat Tulis

2. Buku Harian

3 Laptop

3.4.3 Metode
Adapun metode yang dilakukan pada saat praktik kerja lapangan :
14

1. Metode wawancara untuk mencari informasi dengan melakukan diskusi

tentang kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan.

2. Metode Observasi dengan pengamatan secara langsung ke lapangan.

3. Metode praktik lapangan dengan ikut serta melakukan kegiatan rutin yang

dilakukan di Hegarmanah Farm Cicalengka.

3.5 Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Nama Peternak : Suryamin

Jenis DOC : CTU (Bogor)

Jumlah DOC yang dipelihara di CV. Dani’s Food cabang Hegarmanah

Cicalengka Farm yaitu 25.000 ekor. Populasi pada Kandang 2 yaitu 4.700 ekor.

Pada manajemen brooding pemanas yang digunakan yaitu pemanas batu bara dan

gasolek. Penggunaan brooder dinyalakan terlebih dahulu ± 15 menit sebelum

DOC datang.

Sekat yang digunakan yaitu seng dengan tinggi 45 cm. Pelebaran sekat

dilakukan rutin setiap 3 hari sekali , sekat diperlebar 2,5-3 meter. Menurut North

dan Bell (1990) chick guard mulai diperluas setelah hari ke-3.

Tirai digunakan untuk menjaga suhu dan kelembaban udara, mengatur

jumlah cahaya yang masuk, mencegah air hujan atau terpaan angin langsung

mengenai tubuh ayam dan membantu mengeluarkan ammonia serta debu dari

kandang. Saat chick in tirai tertutup total (dengan celah 20-30 cm di bagian atas).

Baru pada 7 hari, tirai dibuka ¼ dari atas dan saat 14 hari, tirai dibuka hingga ½ .

Litter yang digunakan adalah sekam yang ditaburkan pada lantai yang

berfungsi sebagai alas. Sekam ditaburkan beberapa hari sebelum chick in dengan
15

ketinggian 3-5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat North dan Bell (1990) bahwa

litter di daerah panas tingginya tidak lebih dari 5 cm.

Upaya yang dilakukan CV Dani’s Food dalam mencegah terserangnya

penyakit dan mengurangi angka kematian yaitu dengan cara menjaga sanitasi

kandang serta vaksinasi. Vaksinasi yang diberikan di Kandang 2 yaitu New Castle

Desease (ND) dan Gumboro, diberikan sebanyak 5 botol dengan dosis 1 botol

yaitu 1000 ekor ayam. Vaksin yang pertama diberikan yaitu Vaksin ND, vaksin

tersebut diberikan melalui tetes mata. Pada minggu kedua yaitu vaksin gumboro

yang diberikan melalui air minum. Vaksinasi minggu ketiga yaitu vaksin ND

Clone. Setelah vaksinasi biasanya ditunggu sampai 30 menit, kemudian diganti

dengan air yang sudah ditambah NutriStres yang bertujuan agar ayam tidak

mengalami stress.

Pada saat chick in, DOC deberikan air gula untuk mengganti energi yang

terbuang saat perjalanan menuju kandang. Pemberiaan air gula dilakukan selama

24 jam, setelah itu diganti dengan air putih. Dalam pergantian air minum yaitu

menggunakan gallon yang diisikan air secara manual. Dalam pemberian air

minum sering dicampur dengan Vitamin dan Obat-obatan selama 22 hari untuk

menghindari dari terserangnya penyakit. Pada hari selanjutnya hanya diberikan air

putih saja.
16

Tabel 3.1 Pemberian Vaksin/Obat-obatan


Umur Mati Sisa Pemberian obat/vaksin pagi-sore
…hari… ……..ekor…..…
1 11 4.753 Gula/sorbitol
2 6 4.747 Rheincolimox P-S Vit
3 10 4.737 Rheincolimox P-S Vit
4 11 4.726 Rheincolimox P-S Vit
5 11 4.715 Air putih-P-S Vit
6 9 4.706 Air putih P-S V Tetes+Vit
7 7 4.699 Air putih-PS Vit
8 12 4.687 Enrorhein P-S Vit
9 9 4.678 Enrorhein P-S Vit
10 7 4.671 Enrorhein P-S Vit
11 8 4.663 Enrorhein P-S Vit
12 8 4.655 Air putih-PS Vitakur
13 25 4.630 Vaksin Gumboro+S Vit
14 30 4.600 Air putih-PS Vitakur
15 9 4.591 Rheincolimox P-S Vit
16 11 4.580 Rheicol P-S Vit
17 15 4.565 Rheicol P-S Vit
18 11 4.554 Air putih-PS Vit
19 38 4.516 Vaksin ND Clone P-S Vit
20 35 4.481 Rheicol P-S Vitakur
21 20 4.461 Rheicol P-S Vitakur
22 25 4.436 Rheicol P-S Vitakur
23 19 4.417 Air putih-PM Vitakur
24 28 4.389 Air putih-PM Vitakur
25 25 4.364 Air putih-PM Vitakur
26 35 4.329 Air putih-PM Vitakur
27 53 4.276 Air putih-PM Vitakur
28 38 4.238 Air putih-PM
29 29 4.209 Air putih-PM
30 35 4.174 Air putih-PM
31 45 4.129 Air putih-PM
32 60 4.069 Air putih-PM
Rata-rata 21,718

Perlu diketahui apakah ayam broiler tersebut konversi pakan dan performa

tubuhnya bagus, maka dapat dilihat dari FCR (feed Convertion Ratio) dan IP

(Index Performance) yang didapat. Menurut Shiregar, dkk (1980) FCR adalah
17

perbandingan antara jumlah pakan (kg) yang dikonsumsi dengan berat hidup (kg)

sampai ayam dijual. Semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin

baik efisiensi penggunaan pakan. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), nilai

FCR yang baik pada ayam broiler umur 35 hari yaitu <1,7. Berdasarkan tabel 3.2,

dapat dilihat bahwa FCR kumulatif pada Kandang 2 kurang bagus, dimana nilai

FCR yang didapat adalah 1,83.

Menurut Medion (2010), standar IP yang baik ialah diatas 300. Oleh

karena itu, semakin tinggi IP maka semakin berhasil suatu peternakan broiler

tersebut. Berdasarka tabel 3.2, nilai IP pada Kandang 2 dinyatakan kurang baik

karena nilai IP nya yaitu 206,56. Angka mortalitas di Kadang 2 yaitu 14,62. Hal

ini terjadi karena tata laksana pemeliharaan ayam broiler di kandang tersebut

kurang baik.

Tabel 3.2 FCR dan IP


Minggu Ke Berat Timbangan FCR IP
…kg…
1 0,150 0,922 229,19
2 0,467 1,071 304,63
3 0,917 1,223 346,56
4 1,300 1,561 2,83,40
5 1,467 1,600 252,55
Rata-rata 1,28 1,83 206,56

Pakan yang diberikan dari fase starter sampai fase finisher hanya

menggunakan satu jenis ransum yang diproduki dari PT. Farmsco Feed Indonesia.

Pemberian pakan yang dilakukan untuk DOC umur 1 hari menggunakan feeder

tray dan baby chick feeder. Tempat pakan yang disediakan pada Kandang 2

bagian bawah yaitu 75 dan bagian atas 79. Hal ini berarti untuk 1 tempat pakan

diperuntukkan bagi 30 ekor ayam dewasa. Padahal kapasitas satu tempat pakan
18

tersebut hanya menampung 12-17 ekor ayam. Sedangkan tempat minum yang

disediakan di bagian kandang bawah yaitu 71 dan bagian atas 70. Kebutuhan

tempat air minum dapat menyebabkan ayam tidak minum secara serempak.

Menurut Ardana (2009) untuk 1000 ekor ayam dewasa membutuhkan 60 buah

tempat minum dan tempat pakan yang cukup.

Pada fase finisher pemberian pakan dilakukan secara adlibitum karena

ayam dalam masa adaptasi dan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah

dkk (2007) pemberian pakan pada minggu pertama dilakukan secara adlibitum

dengan jumlah sedikit demi sedikit, karena anak ayam pada periode ini masih

dalam tahap belajar dan adaptasi dengan lingkungan. Sementara untuk fase

finisher , frekuensi pemberian pakan sehari sekali yang digantung pada hanging

feeder dengan kapasitas 5 kg. Suci dkk (2005) menyatakan bahwa semakin tua

frekuensi pemberian pakan semakin berkurang dua sampai tiga kali sehari.

Pemberian air minum diberikan secara adlibitum untuk menghindari

dehidrasi. Menurut Rizal (2006) konsumsi air pada ayam biasanya dua kali lebih

banyak dibanding konsumsi makanannya. Oleh karena itu perlu diperhatikan

dalam pemberian air minum.

Tabel 3. 3 Hasil Panen Ayam di Kandang 2


Tanggal Jumlah Berat
…ekor… …kg…
07 Februari 2019 1.530 1.647,5
07 Februari 2019 75 40,0
08 Februari 2019 80 50,0
09 Februari 2019 1.440 2.109,0
10 Februari 2019 913 1.340,0
11 Februari 2019 19 27,0
11 Februari 2019 12 15,0
Jumlah 4.069 5.228,5
Sumber: CV Dani’s Food, 2019
19

Panen dilakukan di hari ke 28 sampai hari ke 32 pemeliharaan. Panen

dilakukan ketika sore hari, hal tersebut dilakukan untuk menghindari stress panas

pada ayam. Data yang diamati pada kandang dua menunjukan bahwa jumlah

ayam yang dipanen dihari terakhir pemeliharaan adalah 4.006 ekor dengan bobot

rata-rata 1,2 kg/ekor.

3.6 Kesimpulan

Setelah melakukan pengamatan di Kandang 2 CV Dani’s Food Cicalengka

Farm, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pemberian pakan dan air

minum kurang dari standar yang ditetapkan. Nilai FCR dan IP kurang baik karena

belum memenuhi standar, dan angka mortalitas yang tinggi. Hal ini terjadi karena

tata laksana pemeliharaan ayam broiler di kandang tersebut kurang baik.

Biosecurity kesehatan yang diterapkan sudah cukup baik mulai dari sanitasi,

isolasi, dan obat-obatan sudah diperhatikan dengan baik.

3.7 Daftar Pustaka

Ardana., Ida, B K. 2009. Ternak Broiler. Swasta Nulus. Denpasar.


Fadilah, R. 2007. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta
Medion. 2010. Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda.
http:/www.info.medion.co.id. Diakses tanggal 19 Mei 2019 pada pukul 17:21
WIB.
North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Van
Nostrand Reinhold. New York.
Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrien Unggas. Andalas University Prees. Padang
Santoso, H., dan Sudaryani, T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang
Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya.
Siregar, A, N. Sabrani dan S. Pramu. 1982. Teknik Beternak Aya Pedaging di
Indonesia. Margic Group. Jakarta
20

Suci, D. M,. I. Rosalina, & R. Mutia. 2005. Evaluasi penggunaan tepung daun
pisang pada periode starter untuk mendapatkan pertumbuhan kompensasi
ayam broiler.Med. Prt. 28:21-28.

Anda mungkin juga menyukai