Anda di halaman 1dari 11

M – XI

FLOTASI

11.1 Tujuan Percobaan


1. Memisahkan mineral-mineral berharga dari pengotornya berdasarkan
perbedaan sifat permukaan.
2. Menentukan recovery (perolehan) mineral berharga.
3. Menentukan Ratio of Concentration mineral berharga.

11.2 Landasan Teori


Flotasi adalah suatu proses pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada
suatu cairan / larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan
dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada fasa air, sedangkan
zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan terbawa
ke permukaan larutan dan membentuk buih, sehingga dapat dipisahkan dari cairan
tersebut.

Sumber : Pratamaputra, 2018


Gambar 11.1
Proses Flotasi
Operasi pemisahannya dalam proses flotasi memanfaatkan perbedaan
sifat kimia-fisika permukaan mineral yang akan dipisah, sifat permukaan ini
didasarkan pada respon permukaan mineral ketika berada dalam air, sifat

M XI - 1
M XI - 2

permukaan tersebut hydrophobicity yang menunjukan kecenderungan permukaan


mineral untuk dibahasi oleh air. sifat permukaan tersebut hydrophobicity yang
menunjukan kecenderungan permukaan mineral untuk dibahasi oleh air. Ketika
mineral mineral bijih yang berada dalam air, maka permukaan mineral mineral
tersebut akan merespon air sesuai dengan sifat fisik kimia tertentu, mineral mineral
yang permukaannya tidak terbasahi oleh air disebut hydrophobic atau mineral
yang tak suka dengan air, Sedangkan untuk mineral mineral yang permukaanya
terbasahi oleh air disebut mineral hydrophilic atau disebut dengan minerak yang
suka dengan air. Pada metode flotasi mineral hydrophobic akan menempel pada
gelumbung dan akan naik ke permukaan yang akan membentuk buih mineral.
Sedangkan mineral hydrophilic tidak akan dapat menempel pada gelembung dan
tetap akan menempel pada air. Terdapat tiga fase pada proses flotasi yang
dilakukan dalam media air, yaitu:
 Fase padat
 Fase cair
 Fase udara
Flotability (daya apung) adalah kemampuan butiran mineral untuk dapat
mengapung yang ditentukan oleh tendensi (hasrat) dari butiran mineral untuk
melekat (mengikat diri) pada gelembung udara yang relatif besar dan kemudian
mengapung kepermukaan cairan pulp.
Daya apung suatu butiran mineral tergantung pada sifat permukaan butiran
mineral tersebut dapat dikontrol dan diubah-ubah dalam proses flotasi dengan
mempergunakan reagen kimia yang berbeda-beda. Pada proes ini, mineral dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian
 Mineral yang tidak senang Air (Hidrophobik) adalah mineral yang mudah
melekat pada gelembung udara pada cairan. Mineral ini umumnya mineral
yang dikehendaki.
 Mineral Senang Air (Hidrophilik) adalah mineral yang tidak mudah melekat
pada gelembung udara pada cairan.
Dengan mendasarkan sifat mineral tersebut maka mineral yang satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dengan gelembung udara. Ada 3 Prinsip Flotasi yaitu :
 Penempelan partikel (mineral) pada gelembung udara
 Gelembung mineral harus stabil.
 Ada sifat Float dan Sink
M XI - 3

Dalam pemisahan suatu mineral dengan cara flotasi agar pemisahan berjalan
dengan baik maka ada beberapa syarat agar operasi pemisahan mineral tersebut
berjalan ,syarat-syarat tersebut diantaranya :
1. Ada gelembung udara dalam cairan (0.5” – 1”)
2. Ukuran partikel harus halus dan disesuaikan dengan butiran mineral (48 –
50 #)
3. Derajat liberasi yang tinggi
4. Feed dalam bentuk pulp (lumpur)
5. Ada sudut kontak yang baik, yaitu sekitar 60° – 90°. Ini berarti usaha
adhesinya besar, sehingga udara dapat menempel pada permukaan
mineral, yang mengakibatkan mineral dapat mengapung. Sudut kontak
merupakan sudut yan dibentuk antara gelembung udara dengan mineral
pada suatu titik singgung. Sudut kontak mempengaruhi daya kontak antara
biji dengan gelembung udara. Untuk melepaskan gelembung dan mineral
dibutuhkan usaha adhesi.
6. pH Kritis. pH kritis ini merupakan pH larutan yang mempengaruhi
konsentrasi kolektor yang digunakan dalam pengapungan mineral.
Sedangkan Faktor- faktor yang mempengaruhi flotasi yaitu :
• Ukuran partikel.
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk
mengendap, sehingga susah untuk terflotasi.
• pH larutan.
Partikel cenderung mengendap pada pH yang tinggi.
• Surfaktan.
Fungsi surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki
gugus polar dan gugus non polar sekaligus. Kolektor akan mengubah sifat
partikel dari hidrofil menjadi hidrofob.
• Bahan kimia lainnya, misalnya koagulan.
Penambahan koagulan dapat mengakibatkan ukuran partikel menjadi lebih
besar.
• Laju udara
Laju udara berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat
permukaan hidrofobik, persen padatan. Untuk flotasi pada partikel kasar,
dapat dilakukan dengan persen padatan yang besar demikian juga
M XI - 4

sebaliknya. Besar laju pengumpanan, berpengaruh terhadap kapasitas


dan waktu tinggal. Laju udara pembilasan, berfungsi untuk mengalirkan
konsentrrat ke dalam lounder.
Dengan adanya perbedaan sifat permukaan (Hidrophobik dan Hidrophilik)
tadi, perlu ada suatu reagen kimia untuk merubah permukaan mineral.
Reagen kimia yang digunakan pada proses flotasi terdiri dari :
• Kolektor (Collector): suatu bahan kimia organik yang gunanya untuk
merubah sifat permukaan mineral yang tadinya senang air menjadi tidak
suka air. Hal ini, bila mineral yang senang air itu, mineral yang diinginkan.
Contoh :solar, sabun.
• Modifier : bahan kimia an-organik yang fungsinya mempengaruhi kerja
kolektor.
• Frother (Pembusa) : suatu zat untuk menstabilkan gelembung-gelembung
udara dalam air, contohnya : deterjen.

11.3 Alat dan Bahan


11.3.1 Alat
1. Timbangan
2. Sendok
3. Nampan
4. Loope
5. Papan Grain Counting
6. Pan pemanas
7. Kompresor
8. Flotasi
11.3.2 Bahan
1. Batubara, ukuran -200#, sebanyak 100gr
2. Mineral kuarsa (SiO2),
3. Total berat batubara halus dan kuarsa sebesar 250 gr.
M XI - 5

Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian,2018


Gambar 11.2
Peralatan Pratikum Flotasi

11.4 Prosedur Percobaan


1. Lakukan mixing antara batubara dengan kuarasa.
2. Tentukan kadar batubaranya.
3. Lakukan pengkondisian dengan menambahkan air kurang lebih 100 ml
4. Campur batubara dan kuarsa di atas dengan air dan aduk sampai merata.
5. Ukur debit air yang keluar.
6. Isi alat flotasi dengan air sampai penuh.
7. Hidupkan kompressor dan atur supaya debit udara yang keluar kurang
lebih 0,5 liter/menit.
8. Masukan feed diatas dalam feeder alat flotasi setiap 15 detik.
9. Atur kecepatan air sampai feed habis seluruhnya.
10. Tampung konsentrat (over flow) dan tailling (under flow), kemudian saring.
11. Masukkan ke pan pemanas dan keringkan pada suhu 100o – 105o C,
sampai airnya hilang.
12. Timbang berat konsentrat.
13. Tentukan kadar konsentrat (batubara)
14. Tentukan berat taillling (T) dan kadarnya (t).
Tahap-tahap Percobaan dapat dilihat pada diagram alir pada halaman
selanjutnya.
Sumber : Dokumentasi Praktikum Pengolahan Bahan Galian,2018
Gambar 11.3
M XI - 6

Diagram Alir Flotasi


M XI - 7

11.5 Rumus-rumus yang digunakan


1. Material Belance
F = C + T…….……………………….….....….(11.5.1)

2. Metallurgical Belance
F. f = C . c + T .t…………………….……..….(11.5.2)

3. Recovery Kasiterit (R)


R = C.c x100…………………………...……..(11.5.3)
F.f
4. Ratio of Concerntration (K)
K= F………….……………........………....(11.5.4)
C

Keterangan:
F = Berat feed (gr)
f = kadar feed (%)
C= Berat Konsentrat (gr)
c = Kadar Konsentrat (%)
T = Berat Tailing (gr)
t = Kadar Tailing (%)
R = Recovery
K = Ratio Of Concentration

11.6 Data Hasil Percobaan


Tabel 11.1
Hasil Grain Counting Batubara dan Kuarsa
No Batubara Kuarsa No Batubara Kuarsa
1 22 0 26 19 0
2 26 0 27 30 0
3 31 0 28 26 0
4 27 0 29 21 0
5 33 0 30 29 1
6 18 1 31 17 0
7 26 1 32 31 1
8 36 1 33 22 0
9 24 0 34 24 0
10 26 0 35 22 0
11 27 0 36 24 0
12 23 0 37 22 0
M XI - 8

13 24 0 38 23 0
14 24 0 39 29 0
15 30 0 40 23 0
16 18 0 41 25 0
17 21 0 42 30 0
18 18 0 43 15 1
19 17 2 44 22 2
20 25 1 45 27 0
21 22 0 46 24 1
22 22 0 47 24 0
23 21 1 48 22 1
24 24 1 49 25 1
25 17 0 50 26 0
Sumber : Sumber: Kegiatan Praktikum PBG 2018, Kelompok 1.

11.7 Pengolahan Data


1. Kadar Konsentrat:
n Batubara x ρ Batubara
Kadar SnO2 = x 100%
(n Batubara x ρ Batubara)+(n SiO2 x ρ SiO2)
1219 x 1,6
= x 100%
(1219 x 1,6)+ (1219 x 1,6)

= 97,87 %
n SiO2 x ρ SiO2
Kadar SiO2 = x 100%
(n SiO2 x ρ SiO2)+(n batubara x ρ batubara)
16 x 2.65
= x 100%
(16 x 2.65)+ (1219 x 1,6)

= 2,13%
2. Berat Konsentrat:
C B.b = 97,87 % x 59 gr
= 57,74 gr
C SiO2 = 59 gr – 57,7 gr
= 1,26 gr
3. Kadar Tailing:
T Total = 200 – 59 gr
= 141 gr
(Ff bb x f) – (C bb x c)
T Bb =
T
M XI - 9

(200 gr x 50%) – (59 x 97,87 %)


=
141
= 29,96 %
T SiO2 = 100% - 29,96 %
= 70,04 %
4. Berat Tailing:
T Bb = 29,96 % x 141 gr
= 42,24 gr
TSiO2 = 70,04% x 141 gr
= 150,54 gr
5. Recovery :
Cxc
R = x 100
Fxf
59 x 97,87 %
= x 100%
200 gr x 39,22%

= 57,74 %
6. Ratio of Concentration:
F
K =
C
200
=
59
= 3,38

Tabel 11.2
Tabel Perhitungan Kadar
Feed (F) Konsentrat (C) Tailing (T)
Mineral
Kadar Kadar Kadar
Berat (gr) Berat (gr) Berat (gr)
(%) (%) (%)
Batubara 100 50 57,74 97,87 42,74 29,96
200 59 141
Kuarsa 100 50 1,26 2,13 98,75 70,04
Sumber: Perhitungan Data Praktikum Pengolahan Bahan Galian, 2018
M XI - 10

11.8 Analisa
Flotasi adalah suatu proses pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada
suatu cairan / larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan
dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada fasa air, sedangkan
zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan terbawa
ke permukaan larutan dan membentuk buih, sehingga dapat dipisahkan dari cairan
tersebut. Operasi pemisahannya dalam proses flotasi memanfaatkan perbedaan
sifat kimia-fisika permukaan mineral yang akan dipisah, sifat permukaan ini
didasarkan pada respon permukaan mineral ketika berada dalam air, sifat
permukaan tersebut hydrophobicity yang menunjukan kecenderungan permukaan
mineral untuk dibahasi oleh air. sifat permukaan tersebut hydrophobicity yang
menunjukan kecenderungan permukaan mineral untuk dibahasi oleh air. Dalam
pemisahan batubara dengan cara flotasi ini batubara harus dilakukan
penghalusan. Reagen kimia yang digunakan pada proses flotasi ini yaitu Kolektor
(Collector): suatu bahan kimia organik yang gunanya untuk merubah sifat
permukaan mineral yang tadinya senang air menjadi tidak suka air. Hal ini, bila
mineral yang senang air itu, mineral yang diinginkan. Contoh reagen yang
digunakan yaitu sabun atau Detergen.

11.9 Kesimpulan
Proses operasi pemisahan dengan menggunakan Metode Flotasi
dilakukan untuk memisahkan Batubara dari mineral pengotornya yaitu kuarsa.
didapatkan konsentrat sebesar 97,87 % berat konsentrat 57,74 gr. Dari proses
pemisahan yang telah dilakukan didapatkan nilai recovery yaitu 57,74 % dan
didapatkan nilai ratio of concentration sebesar 3,38.
M XI - 11

DAFTAR PUSTAKA

1. Alfiandihar.2012.“Flotasi”.Alfiandihartyanto.blogspot.com/pengolahan/flotasi1/
Diakses pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 15.22 WIB.

2. Gaudin, A.M, 1939, ”Principles Of Mineral Dressing”.New York, London :


Mc Graw Hill Book Company, Inc Anonim.

3. Sandi.Zul.2014.“Flotasi”.Zulsandi.blogspot.com/flotasi/pengolahanbahangalian
Diakses pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 17.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai