Anda di halaman 1dari 23

2060 part 1

Ini bukan tentang dunia yang kau diami sekarang. Ini tentang masa depan, dunia yang tidak
pernah kau bayangkan sebelumnya. Ah, atau pernah? Mungkin dalam khayalan terliarmu tentang
sebuah dunia yang sempurna?
2060. Saat manusia tidak lagi mengeluarkan tenaga mereka untuk melakukan hal-hal rendahan
semacam mengurus urusan rumah tangga. Hei, menurutmu untuk apa android dalam wujud
manusia itu diciptakan? Dan jenis-jenis alat komunikasi terbaru yang membuat siapapun
terperangah kagum. Jangan harap menemukan surat yang dikirim lewat pos seperti yang masih
terjadi 50 tahun yang lalu. HP, yang terakhir kali digunakan 30 tahun lalu sudah dijadikan barang
antik dan kuno sekarang. Dimuseumkan lebih tepatnya. Sebagai gantinya, communicator
menjadi pilihan yang sangat tepat.
Banyak hal yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya terealisasi pada tahun ini. Siapa
sangka Korea Selatan bisa menjadi negara kedua terkaya dan paling berpengaruh di dunia setelah
Amerika Serikat? Siapa sangka bahwa Korea Selatan-lah negara pertama yang berhasil
menciptakan android yang nyaris sempurna seperti manusia?

Android adalah robot manusia yang berperan besar dalam pekerjaan rumah tangga beberapa
tahun terakhir. Bentuk dan cara bergerak robot ini tidak ubahnya seperti manusia, yang
membedakan hanyalah bahwa robot ini tidak bernaafas, tidak makan, dan tidak butuh istirahat
seperti manusia pada umumnya. Selebihnya, nyaris tidak ada pembeda antara makhluk ciptaan
dan makhluk penciptanya ini. Biasanya di pergelangan tangan android melingkar sebuah gelang
emas putih dengan label nama masing-masing. Mesin yang menggerakkan android bertahan
selama satu tahun penuh dan setelah itu harus diisi ulang dengan tenaga baru. Penemuan robot
ini menjadi gebrakan paling besar abad ini. Karena itulah Korea Selatan menjadi negara yang
sangat berpengaruh di dunia, ditambah dengan isu bahwa akan diluncurkannya mobil terbang
sebagai kejutan awal tahun.
Pencetus terciptanya android, Cho Corporation, menjadi perusahaan dengan penghasilan terbesar
di dunia pada 8 tahun terakhir. Hal ini membawa pengaruh besar terhadap perekonomian Korea.
Dimulai dengan berkurangnya hampir 80% pengangguran yang direkrut menjadi tenaga kerja
perusahaan, ditambah dengan meningkatnya pemasukan negara karena pajak yang dibayarkan.
Cho Corporation yang berada di bawah pimpinan Cho Hyun-Ki, menampung nyaris puluhan juta
tenaga kerja yang tersebar di ratusan anak perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan ini tidak
hanya bergerak dalam satu bidang saja, tapi mencakup dalam semua aspek kehidupan. Nyaris
semua bangunan di Korea merupakan aset perusahaan ini. Dengan kata lain, hampir tiga
perempat bagian Korea berada di bawah kendali mereka. Bahkan kabarnya seperempat bagian
bumi ini juga terdaftar atas nama sang penguasa. Beberapa rumor yang sulit ditolak
kebenarannya bahkan menyebutkan bahwa Cho Corporation sedang bergerak cepat melakukan
pembangunan beberapa properti di bagian luar bumi demi mewujudkan keinginan umat manusia
untuk bisa melakukan tur ke luar angkasa. Ini 2060, dan itu bukan hal yang mustahil lagi untuk
dilakukan.
***
“… Kematian pemilik Cho Corporation ini menggemparkan seluruh dunia, bahkan
mempengaruhi pasar saham saat ini. Banyak dugaan bahwa kematian tiba-tiba pemilik
perusahaan terbesar di dunia ini bukanlah kematian secara alami disebabkan oleh serangan
jantung, melainkan adanya konspirasi terselubung untuk merebut perusahaan. Kabar terakhir
menyatakan bahwa putra Cho Hyun-Ki, Cho Kyuhyun, yang baru berumur 23 tahunlah yang
akan menggantikan kedudukan ayahnya. Saat ini para polisi….”
“Matikan layar.” Suara seorang gadis mengalahkan suara si wanita pembawa acara dan tidak
sampai sedetik kemudian, layar itu berkedip dan menghitam, melenyapkan gambar wanita cantik
yang terlihat sangat berdedikasi terhadap pekerjaannya itu.
Blazer rancangan desainer terkenal, make up lembut yang menciptakan kesan feminin, juga suara
yang akan membuat semua orang tertarik mendengarnya, jenis pembawa acara yang karirnya
akan menanjak dengan cepat, mungkin dia akan memiliki acara talk show sendiri nantinya. Tapi
tidak begitu pendapat gadis yang memberikan perintah untuk mematikan siaran itu, bahkan
sebelum si pembawa acara selesai membacakan naskahnya. Informasi yang dibacakan wanita itu
seperti suara kematian baginya.
Hye-Na mengalihkan tatapannya dari layar besar yang tadinya menayangkan siaran langsung
berita dari Korea itu dan berbalik menghadap seorang pria berumur 65 tahun yang duduk di
belakangnya.
“Sudah saatnya kau pulang, Ladyra. Pulang ke Korea. Tugasmu dimulai dari sekarang,” ujar pria
itu dengan suara tegas yang pastinya tidak akan dibantah siapapun yang mendengarnya. Tapi
tidak dengan gadis itu. Gadis tipe pemberontak yang tidak akan menerima mentah-mentah apa
yang diperintahkan padanya. Apalagi perintah yang satu ini. Perintah yang selalu dihindarinya
habis-habisan 5 tahun terakhir.
“Kau tahu bahwa kau selalu bisa menyuruh Eun-Ji melakukannya. Dia akan mematuhi
perintahmu dengan senang hati,” ujar Hye-Na dingin.
“Shin Eun-Ji tentu saja adalah salah satu pegawai terhebat yang aku miliki. Tapi untuk yang satu
ini, yang terhebat dari yang terhebatlah yang akan kukirim. Kita sudah kecolongan satu kali dan
menyebabkan kematian Tuan Cho, aku tidak mau kita kecolongan sekali lagi. Eun-Ji akan ikut
denganmu. Aku tahu kau akan membutuhkan seseorang yang berdedikasi tinggi dan memiliki
kemampuan yang tidak kalah jauh darimu untuk membantu. Kau tahu betapa khawatirnya aku
sekarang. Jika orang-orang misterius itu bisa membunuh Hyun-Ki, aku takut hal yang sama akan
terjadi pada anaknya dan itu bukan hal yang bagus bagi negara kita. Dia memiliki aset yang tidak
akan bisa dibayangkan manusia manapun dan ada banyak serigala kelaparan di luar sana yang
bersiap mengincarnya. Bahkan CIA sudah menyatakan tertarik untuk menyelidiki. Kau tahu aku
tidak suka jika mereka sudah mulai ikut campur dengan urusan kita. Aku selalu tidak menyukai
kerahasiaan mereka. Bahkan berpikir bahwa mereka akan membantu penjahat-penjahat itu
menghabisi nyawa Cho Kyuhyun dan merebut semua harta yang dimilikinya. Itu keuntungan
besar untuk Amerika. Penemuan-penemuan luar biasa yang ditemukan oleh perusahaannya bisa
jatuh ke tangan mereka.”
Park Soo-Hwan bangkit dari kursinya dan meletakkan tangannya ke atas meja, mencondongkan
tubuhnya melewati meja besar itu dan menatap tepat ke mata pegawai kesayangannya.
“Aku hanya bisa mengandalkanmu. Dingin, licin, ide-idemu cemerlang, kau memiliki
pengalaman lebih hebat daripada siapapun yang ada disini bahkan lebih dari aku sendiri.”
“Dan aku sudah membunuh lebih banyak daripada jumlah korban yang sudah dihasilkan pegawai
lain di organisasi ini jika digabungkan,” sela Hye-Na sinis, tetap dengan tatapan dinginnya yang
biasanya akan membuat semua orang membeku dan lebih memilih berpura-pura memiliki urusan
lain dalam usaha melarikan diri darinya.
“Hye-Na~ya….” Jarang sekali Soo-Hwan memanggil nama Korea-nya dan itu berarti masalah
ini benar-benar pelik.
Hye-Na mendengus kesal dan mendelik ke arah atasannya itu. Dia tahu tidak ada gunanya
bersikeras menolak. Bukan karena dia kalah, tapi karena Soo-Hwan benar. Hanya dia satu-
satunya yang bisa diharapkan untuk masalah ini. Tidak ada yang bisa dipercaya sekarang. Tidak
ada. Bahkan jika itu temanmu sekalipun.
Gadis itu mengangkat tangannya sebagai tanda menyerah dan Soo-Hwan membalasnya dengan
tatapan lega yang tidak bisa ditutup-tutupi.
“Sebagai atasanmu, aku hanya bisa mengatakan bahwa Cho Kyuhyun itu adalah orang yang
sulit. Dia bukan jenis orang yang akan mempercayai orang lain. Sangat dingin, sama sepertimu.
Bahkan mungkin lebih mengerikan darimu. Dan… sebagai seorang ayah, aku akan meminta
secara pribadi agar kau bertahan hidup selama mungkin. Aku tidak bisa jamin bahwa kau tidak
akan terluka. Kau harus menemukan penjahatnya, menangkapnya hidup ataupun mati, dan
kembali dengan selamat. Kau mengerti?”
***
Hye-Na menghempaskan arsipnya ke atas meja yang juga sudah dipenuhi oleh berkas-berkas lain
dan menelungkupkan wajahnya. Eun-Ji yang sedang sibuk dengan komputer di depannya
mendongak dan menatapnya simpati.
“Aku sudah dengar kematian orang itu dan turut prihatin atas pekerjaan yang dilimpahkan
padamu. Tapi seharusnya kau bersenang-senang sedikit. Korea itu kan mengagumkan. Aku
bahkan sudah rindu sekali ingin pulang kesana. Dan asal kau tahu saja, memiliki link langsung
untuk mendekati seorang Cho Kyuhyun adalah hal yang tidak akan disia-siakan wanita manapun
di planet ini. Yah, mengingat dia adalah pemilik setengah planet ini sekarang. Lagipula kau tahu
tidak, sebenarnya yang punya andil besar dalam berjayanya Cho Corporation selama ini
bukanlah ayahnya, tapi dia. Umur 15 tahun dia bahkan sudah menyelesaikan kuliahnya di
Harvard dan mencetuskan ide terciptanya android-android itu. Jadi… ayahnya itu hanya seperti
pesuruh yang menuruti perintahnya, hanya dikarenakan dia belum cukup umur untuk mengatur
perusahaan sebesar itu. Dia itu terlalu jenius. IQ-nya 200, kudengar. Aku belum pernah melihat
pria setampan itu. Mengagumkan, otak cemerlang, memiliki separuh dunia, dan kau tahu? Dia
lambang dewa seks abad ini.”
Hye-Na memaksa wajahnya mendongak dan menatap sahabat dekatnya itu.
“Jadi dia jenis pria yang membuat semua wanita bergairah begitu? Kau tahu jumlah wanita yang
sudah ditidurinya? Bisa bawakan datanya padaku? Mungkin itu bisa mencegah ayah mengirimku
kesana.”
“Memangnya Tuan Park tidak memberitahumu bagaimana Cho Kyuhyun itu?”
“Dia mengatakan kebalikannya. Dia bilang pria itu dingin dan lebih mengerikan dariku. Yang
benar saja!”
“Memangnya tadi aku mengatakan yang sebaliknya? Sayangnya Hye-Na~ya, aku terpaksa harus
mengecewakanmu. Pria bernama Cho Kyuhyun itu belum pernah menyentuh wanita manapun
yang pernah hidup di bumi ini kecuali ibu dan kakak perempuannya.”
“Apa?” desis Hye-Na tidak percaya. Semangatnya yang tadi menggebu langsung hancur
seketika.
“Dia tidak pernah menunjukkan ketertarikan untuk menjalin hubungan dengan wanita manapun
sejauh ini dan itu yang membuatnya menjadi pria yang paling diinginkan nomor satu di bumi.”
“Kau sepertinya tahu banyak,” cibir Hye-Na dengan nada mengejek yang terlalu kentara.
“Oh ya, tentu saja. Dia populer sekali tahu. Kau saja yang payah. Tapi aku tidak heran, kau kan
memang tidak pernah menunjukkan minat sedikitpun kepada makhluk berjenis kelamin pria. Hal
paling intim yang pernah kau lakukan dengan mereka hanyalah menusukkan pisau ke perut
mereka atau menembakkan selongsong peluru ke kepala mereka. Aku benar, kan?”
Hye-Na mendengus, tapi tidak membantah karena itu memang kenyataannya. Menjadi anggota
KIA, Killer Instinct Academy, membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain mengotori
tangannya dengan darah. Motto organisasi ini adalah tangkap si penjahat hidup ataupun mati.
Dan anehnya, penjahat yang dikejarnya selalu saja penjahat yang tidak mau menyerah baik-baik,
selalu berusaha kabur dari tangkapannya. Jadi tidak ada pilihan lain selain menembak atau
menusuk di tempat. 27 orang. Itu hitungan terakhir yang dilakukannya 2 tahun yang lalu saat dia
memmburu bandar narkotika yang berusaha kabur dari pengejarannya. Mati mengenaskan
dengan tembakan tepat di jantungnya. Dia mulai berhenti menghitung penjahat yang dibunuhnya
sejak saat itu. Alasan sebenarnya adalah karena dia memang tidak ingin mengingat-ingat hal itu
lagi. Membunuh orang bukanlah hal yang patut kau bangga-banggakan. Tapi sayangnya, hal itu
juga menjadi rahasia umum di organisasi ini dan nyaris semua orang takut padanya.
KIA berada di bawah naungan KNI, Korean National Intelligent. Bisa dikatakan KNI adalah
CIA-nya Korea. Ada banyak organisasi lain yang berada di bawah naungan KNI dan KIA,
seperti halnya STA, Secret Terror Agent, menjadi organisasi yang memiliki beberapa unit yang
terletak di berbagai negara di seluruh dunia, khususnya negara-negara yang memiliki hubungan
internasional dengan Korea. Bertugas menyelidiki penyelundupan, pembunuhan, dan
kemungkinan terjadinya kecurangan yang dilakukan negara sahabat, khususnya Amerika, tempat
dimana Hye-Na berada sekarang. Negara ini mengalami kerugian yang banyak setelah Cho
Corporation mendunia dan itu menimbulkan kecurigaan KNI. 5 tahun terakhir KIA terfokus pada
satu pekerjaan, melindungi pemilik Cho Corporation karena melonjaknya ancaman pembunuhan
terhadap pemilik perusahaan penghasil android itu. Dan sayangnya, mereka gagal melakukannya
karena Cho Hyun-Ki meninggal di depan mata mereka sendiri. Hal lain yang membuat atasan
mereka naik darah adalah tidak ditemukannya bukti yang menujukkan bahwa Hyun-Ki dibunuh,
bukannya terkena serangan jantung.
Han Hye-Na baru berumur 15 tahun saat ayah kandungnya meninggal dalam pekerjaan yang
sudah diprediksi sangat berbahaya bagi nyawanya. Mereka sekeluarga tinggal di Amerika sejak
Hye-Na lahir dan tidak pernah menginjakkan kaki lagi di Korea sejak saat itu. Tapi pekerjaan
sebagai mata-mata yang ditugaskan untuk mengawasi Cho Hyun-Ki dan keluarganya menuntut
Han Seuk-Gil meninggalkan anak dan istrinya di Amerika dan pergi ke Korea seorang diri.
Organisasi menyatakan bahwa Seuk-Gil berhasil menemukan fakta konspirasi pembunuhan
terhadap Cho Hyun-Ki dan saat bergerak bersama timnya untuk menangkap para pembunuh
bayaran itulah dia terbunuh dan tewas di tempat. Hye-Na dan ibunya menolak pergi ke Korea
karena merasa trauma dengan negara tempat orang yang mereka sayangi harus meregang nyawa,
sedangkan di surat wasiat Seuk-Gil tertulis dengan jelas bahwa dia ingin dimakamkan di negara
kelahirannya itu, karena itu mereka berdua bahkan tidak pernah melihat mayat Seuk-Gil ataupun
menghadiri pemakamannya.
Seumur hidupnya, Hye-Na belum pernah sama sekali menginjakkan kakinya di negara itu, itu
menurut pendapatnya, karena ibunya sebenarnya memberitahunya bahwa mereka pernah kesana
sekali untuk menghadiri pesta ulang tahun sahabat dekat ayahnya waktu dia berumur 6 tahun.
Gadis itu sama sekali tidak ingat dan menganggap hal itu tidak pernah terjadi. Negara itu
terdengar asing dan menakutkan di telinganya, karena itu selama ini dia menolak semua tugas
dari organisasi yang menuntutnya untuk pulang kesana. Sejauh ini dia berhasil, tapi tidak
sekarang. Park Soo-Hwan, pimpinan KIA yang berlokasi di Amerika ini, memerintahkannya
untuk kembali ke negara asalnya itu untuk menjadi pelindung sekaligus mata-mata pribadi
pewaris tahta Cho Corporation. Itu karena kegagalan rekan-rekannya di Korea untuk menjaga
Cho Hyun-Ki agar tetap hidup.
Perintah langsung dari pimpinan yang sangat dihormatinya, sekaligus ayah angkatnya yang telah
merawatnya bahkan sejak dia masih kecil. Seuk-Gil sering membawa anaknya bermain di
gedung KIA saat anak itu baru berumur 7 tahun dan mengajarkan semua yang ingin diketahui
Hye-Na. Soo-Hwan sendiri yang memberi izin langsung agar Hye-Na menjalani pelatihan di
tempat itu karena tertarik dengan bakat yang dimiliki gadis itu. Pelatihannya berada langsung di
bawah pengawasan Soo-Hwan, menjadikannya lulusan terbaik yang pernah dimiliki akademi.
Soo-Hwan juga yang mengangkat Hye-Na menjadi anaknya saat Seuk-Gil dinyatakan gugur
dalam tugas. Ikatan kekeluargaan yang kuat itulah yang membuat Hye-Na selalu tidak bisa
menolak keinginan atasannya itu. Bahkan jika itu berarti dia harus pulang ke negara yang
dibencinya.
Hye-Na mendesah dan bangkit perlahan menuju meja kerjanya. Dia menekan tombol kopi di
mesin AutoChef, mesin yang menghasilkan makanan dan minuman apapun yang sudah kau
setting di dalamnya, salah satu produk Cho Corporation juga. Hal yang tidak disukai gadis itu
pada jaman serba modern ini adalah, betapa sulitnya menemukan makanan dan minuman yang
benar-benar berasal dari sumber yang seharusnya. Semua yang dihasilkan AutoChef hanyalah
sesuatu yang memiliki rasa yang mirip, bukan sesuatu yang sangat ingin kau nikmati. Kopi itu
bukan berasal dari biji kopi yang akan menghasilkan kopi yang harum dan nikmat, bukannya
cairan kehitaman pahit seperti tinta gurita. Daging, ikan, ataupun ayam akan sangat sulit
ditemukan di zaman sekarang, kecuali kau adalah orang kaya yang suka menghambur-
hamburkan uang untuk bersantap di restoran yang harga makanan per porsinya nyaris sama
dengan penghasilannya dua bulan penuh. Dan asal tahu saja, gaji pegawai KIA jauh lebih tinggi
daripada gaji karyawan kantor biasa.
Peternakan, perkebunan, atau apapun yang bisa ditemukan di awal tahun 2000-an, nyaris punah
sekarang. Semua orang lebih menyukai hal-hal yang praktis, dan itu tidak termasuk memelihara
hewan-hewan ternak ataupun mengurus sawah. Siapa yang tidak suka tinggal menekan tombol
dan makanan atau minuman yang diinginkan sudah tersedia disana begitu saja, tanpa harus repot-
repot memasak? Tidak ada yang peduli apakah rasanya enak atau tidak, yang penting hanyalah
mereka bisa makan tepat waktu dan tidak membuang waktu. Tapi gadis itu tahu bahwa orang-
orang kaya yang tinggal di apartemen mewah dan besar biasanya memiliki AutoChef terbaik,
yang menghasilkan kopi yang rasanya sama seperti kopi-kopi yang dijual di restoran mewah,
berasal langsung dari biji kopi asli. Bisa menikmati daging steak yang benar-benar berasal dari
daging sapi, bukannya daging liat yang tidak ada rasanya.
Hye-Na mendengus mengingat hal itu dan mengambil kopinya dari AutoChef, menyesapnya
pelan tanpa memedulikan rasanya. Baiklah, pikirnya, semakin pahit rasa cairan itu, semakin baik
juga perasaannya. Setidaknya rasa pahit itu bisa sedikit mengalihkan pikirannya.
“Hidupkan komputer,” perintahnya.
Cara kerja semua barang elektronik pun sudah berubah. Semuanya dilakukan dengan perintah
suara. Dia masih ingat saat dia masih sangat kecil, semua peralatan masih dipakai secara manual
dan harus menunggu beberapa saat sampai peralatan-peralatan itu bisa beroperasi dan dipakai,
sedangkan sekarang? Tinggal menyebutkan perintah dan peralatan elektronik itupun langsung
mengerjakan semuanya. Benar-benar mendefinisikan kata modern.
“Berikan aku semua data lengkap tentang pria bernama Cho Kyuhyun. Latar belakang, biodata,
semua bisnis dan properti yang dimilikinya, sekaligus kehidupan pribadinya. Bacakan.”
Ada dua jenis hasil yang bisa ditampilkan komputer, berupa tulisan yang muncul di layar atau
rekaman suara yang langsung membacakan hasilnya. KNI memiliki hak penuh untuk data-data
semua orang yang berkewarganegaraaan Korea dan tidak sulit untuk mencari data tentang orang
yang kau inginkan. Kalau boleh menyombong sedikit, KNI bahkan sudah memiliki semua data
manusia di dunia atas bantuan para tekhnisi dari Cho Corporation, tidak peduli itu legal atau
tidak.
Hye-Na menatap foto yang ditampilkan layar di depannya tanpa berkedip sedikitpun. Eun-Ji
benar, sekaligus salah besar. Pria itu memang pria tertampan yang pernah dilihatnya, tapi
sayangnya, Eun-Ji sama sekali tidak membahas tentang kesan dingin yang langsung menghujam
saat melihat tatapan matanya yang mematikan. Kesan menakutkan bahwa jika kau berani
mencari gara-gara dengannya, kau akan habis sampai ke akar-akarnya. Jenis pria yang akan
membuat sel-sel tubuh semua wanita yang pernah terlahir di dunia melompat-lompat senang
memikirkan semua cara licik untuk mendapatkan perhatiannya.
Entah kenapa Hye-Na mendadak berpikir bahwa tugasnya kali ini tidak akan berjalan lancar jika
menyangkut pria itu. Malaikat yang langsung diturunkan dari neraka untuk menghabisinya.
Hades, batin Hye-Na ngeri, teringat akan dewa kematian yang menguasai alam bawah di
mitologi Yunani yang sering dibacanya. Bahkan sepertinya lebih mengerikan daripada itu.
Baiklah ayah, kau sepertinya mengirimkanku langsung ke mulut buaya. Dialah pembunuhnya.
Aku akan sangat heran jika ada yang berani memikirkan pembunuhan terhadap pria seperti itu.
Ditatap olehnya saja sudah cukup untuk membuatmu menjerit ketakutan, apalagi jika kau sampai
mencari gara-gara dengannya. Menyuruh seorang wanita untuk melindunginya sama saja dengan
melukai ego pria itu dan aku tidak akan heran dia akan memikirkan segala macam cara untuk
mengusirku pergi dari kehidupannya, bahkan sebelum aku berhasil masuk.
***
“Kau ingin aku menyelidiki penyebab kematian Tuan Cho?” jerit Hye-Na tak percaya
mendengar permintaan ayah angkatnya yang terdengar amat sangat tidak masuk akal itu.
“Aku tahu kau punya kemampuan untuk itu dan kau bisa memikirkan hal yang tidak terpikirkan
oleh orang lain. Pemakamannya besok lusa dan kau bisa memeriksa mayatnya besok. Kami
sudah melakukan segala cara agar Kyuhyun menyetujui penundaan pemakaman ini. Dia terlihat
tidak senang. Sama sekali tidak senang.”
“Dan kau mau aku jadi sasaran kemarahannya?”
“Kita harus ambil resiko. Kami semua yakin bahwa ini bukan kematian karena serangan jantung.
Ini semua direncanakan. Pengacara Tuan Cho berkata bahwa ada persyaratan bagi Kyuhyun jika
ingin semua aset perusahaan jatuh ke tangannya dan jika syarat itu tidak bisa dipenuhi, maka
hartanya akan diserahkan sebagian kepada negara dan sebagian lagi pada adik laki-lakinya. Kami
mengira ada konspirasi disini. Pamannya itu termasuk orang yang dicurigai.”
“Appa!!!”
“Ini tiket pesawatmu. Keberangkatan paling pagi. Sesampainya disana kau bisa langsung ke
rumah sakit untuk melihat mayatnya. Salah satu karyawan STA di Korea akan menjemputmu.”
“STA?” tanya Hye-Na heran, menelan bulat-bulat protes yang ingin diutarakannya tadi. “Apa
hubungannya STA disini? Kita KIA.”
“Kau akan bergabung dengan mereka mulai sekarang. Mata-mata. Kita bergerak dalam
kerahasiaan. Kalau musuhmu bergerak selicin ular, kau harus bergerak segesit cheetah. Kau
mengerti maksudku?”
Hye-Na menghembuskan nafasnya berat sebelum menjawab.
“Aku selalu mengerti maksudmu, komandan.”
***
Ji-Yoo melangkah memasuki gedung mewah di depannya dengan nafas yang sedikit tertahan.
Dia mendapat telepon pagi ini dari tunangannya, Shim Changmin, yang tiba-tiba menyuruh gadis
itu menemuinya di kantor. Ini kali pertama Changmin mau membawa Ji-Yoo ke kantornya dan
entah kenapa Ji-Yoo memiliki perasaan yang tidak nyaman akan hal ini. Pria itu tidak suka
memamerkan Ji-Yoo ke depan umum. Bahkan berkali-kali Ji-Yoo merasa pria itu malu memiliki
tunangan seperti dirinya. Jika dia sampai memanggil Ji-Yoo kesini, berarti ada hal yang benar-
benar penting, mengalahkan gengsi pria itu sendiri.
Ji-Yoo hanyalah gadis biasa dari keluarga biasa yang tiba-tiba mendapat perhatian lebih dari
direktur sebuah perusahaan otomotif ternama, Shim Changmin. Dia bekerja sebagai seorang
pelayan kafe waktu itu, dan Changmin dengan sangat kebetulan memutuskan makan siang di
kafe tempat Ji-Yoo bekerja. Bukan jenis kafe yang akan didatangi seorang direktur, tapi hal
itulah yang melahirkan pertemuan-pertemuan berikutnya dengan alasan manis bahwa Changmin
jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap gadis itu.
Semuanya berjalan cepat. Changmin melamar Ji-Yoo dan menyuruh gadis itu pindah dari
apartemen bobroknya ke apartemen mewah dengan fasilitas lengkap yang tidak pernah
dibayangkannya sebelumnya. Ada rasa tidak nyaman saat dia menerima semua pemberian pria
itu, tapi dia hanya menyimpannya dalam hati. Changmin bukan pria yang suka ditolak dan Ji-
Yoo tidak mau mencari gara-gara dengan pria itu kecuali jika dia mau tersiksa sepanjang
hidupnya. Dia bahkan tidak mengerti apakah saat ini perasaan cinta yang pernah dia rasakan
masih tersisa atau hanya perasaan ketakutan dan terikat karena hutang budi yang mungkin tidak
akan bisa dilunasinya seumur hidup.
Tidak, batinnya. Changmin bahkan tidak pernah mengenalkan Ji-Yoo kepada keluarga besarnya.
Mungkin malu, karena Ji-Yoo tidak berasal dari kalangan jetset seperti mereka. Atau… dari awal
Changmin memang tidak berniat menikahinya?
Ji-Yoo~ya, kau bahkan mendengar banyak berita miring tentang pria itu. Pria yang suka
berganti-ganti pasangan dan menghambur-hamburkan uangnya. Tapi apa yang kau lakukan?
Bersikap seperti android yang selalu mematuhi semua perintahnya.
“Annyeonghaseyo, Choi Ji-Yoo imnida. Changmin menyuruhku menemuinya disini,” ujar Ji-
Yoo sopan kepada seorang gadis yang menjadi resepsionis di dekat pintu masuk.
“Tuan Changmin? Ah, ye agasshi, beliau meminta Anda langsung ke kantornya. Jae-Hee akan
mengantar Anda kesana,” kata gadis itu ramah sambil menunjuk seorang pria yang berdiri tegap
seperti bodyguard di sampingnya. Bukan pria, android lebih tepatnya. Ji-Yoo terkadang masih
sangat sulit membedakan antara robot itu dengan manusia asli. Jalan satu-satunya hanyalah
melihat apakah ada gelang perak yang melingkar di tangan mereka atau tidak.
Android itu mengantarnya ke lantai 15, tempat dimana kantor Changmin berada. Ada sekretaris
yang sudah menunggunya disana. Gadis itu begitu cantik, modis, dan menarik. Nyaris seperti
boneka. Dan jelas bahwa Changmin tidak akan menyia-nyiakan gadis seperti itu, batin Ji-Yoo.
Sekretaris bernama Min Byuk-Seul itu, Ji-Yoo mengetahui namanya dari plat nama yang
terpasang di baju gadis itu, mengantar Ji-Yoo ke ruangan tertutup yang sepertinya ruangan kerja
pribadi Changmin. Byuk-Seul membuka pintunya sehingga Ji-Yoo bisa melihat isi ruangan super
besar dan mewah itu yang berhasil membuat mulutnya sedikit ternganga.
Ruangan itu didominasi warna cokelat dan putih, yang memberikan kesan elegan. Ada begitu
banyak rak yang berisi buku dan arsip yang tertata rapi dan sofa yang terlihat begitu nyaman jika
diduduki. AutoChef terletak di sudut ruangan, yang Ji-Yoo yakin menghasilkan makanan-
makanan terbaik yang belum pernah dicicipinya. Apa Changmin berniat menjamunya dengan
secangkir cokelat panas dari benda itu? Kalau iya, mungkin Ji-Yoo akan menyetujui segala hal
yang diminta Changmin darinya. Gadis itu belum pernah meminum cokelat yang nikmat
sebelumnya, tidak dari AutoChef di apartemennya.
Ji-Yoo menjernihkan pikirannya dan memfokuskan pandangannya pada Changmin yang duduk
di belakang meja kayu besar yang dipelitur sampai mengkilap, mungkin debu pun akan malas
menjatuhkan diri ke atasnya. Pria itu sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya dan baru
mengalihkan pandangan saat sekretarisnya mengumumkan kedatangan mereka.
Pria itu berdiri dan memberi tanda agar sekretarisnya meninggalkan kami berdua. Di ruangan ini,
entah kenapa dia terlihat jauh lebih berkuasa. Mungkin karena penampilannya yang terlihat
berkelas dengan setelan jas Armani yang dipakainya, atau mungkin juga karena suasana ruangan
ini yang terkesan mengintimidasi. Tapi ada secercah sneyum di bibirnya yang tipis, membuat Ji-
Yoo mau tidak mau merasa rileks dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang sempat
berseliweran di benaknya.
Dia berjalan memutari mejanya dan sampai di depan Ji-Yoo, menarik tangan gadis itu,
mengajaknya duduk di atas sofa berwarna pastel di sudut ruangan. Dia meninggalkan Ji-Yoo
sesaat dan sibuk berkutat di depan AutoChef-nya. Benar saja, dia kembali satu menit kemudian
dengan secangkir cokelat panas di tangan kanannya dan kopi di tangannya yang lain.
“Cokelat kesukaanmu. Seperti biasa. Kau pasti akan menyukainya. Mungkin aku harus
mengganti AutoChef di apartemenmu dengan yang baru. Minuman yang dihasilkannya tidak
terlalu nikmat, kan? Besok pagi aku kirimkan yang baru.”
Barang baru lagi, ujar Ji-Yoo dalam hati. Apa pria ini bermaksud membelinya?
“Tidak usah. Kau pasti sangat sibuk, aku tidak akan merepotkanmu dengan hal sepele seperti
itu,” tolak Ji-Yoo hati-hati.
“Tidak masalah. Aku bisa menyuruh sekretarisku untuk mengurusnya.”
Ji-Yoo mengangguk, tahu bahwa sia-sia saja mendebat pria di hadapannya ini. Dia memilih
menyesap cokelatnya, merasakan cairan pahit sekaligus manis itu mengalir masuk ke dalam
tenggorokannya. Perkiraannya tadi benar, ini memang cokelat terbaik yang pernah diminumnya,
apalagi jika dibandingkan cokelat yang dihasilkan AutoChef di rumahnya yang terasa seperti
lumpur.
“Apa ada masalah yang sangat penting sampai kau memanggilku kesini?” tanya Ji-Yoo
langsung. Dia memang tidak suka basa-basi. Untuk apa memutar-mutar bahan pembicaraan
terlebih dahulu jika kau ingin membicarakan topik yang lebih penting?
Apa ada kemungkinan pria di depannya ini ingin memutuskan pertunangan mereka? Karena
kalau memang seperti itu, Ji-Yoo akan menerimanya dengan sepenuh hati. Dia ingin
mendapatkan hidup yang bebas lagi, bukan terkungkung di dalam istana mewah yang
membuatnya tidak bisa bergerak kemana-mana.
“Aku ingin meminta tolong padamu dan aku harap kau tidak menolaknya.”
Seorang Changmin meminta tolong padanya? Haaaah, memangnya dia bisa menolak?
“Apa?” tanya Ji-Yoo dengan suara tersendat. Dia memiliki perasaan tidak enak tentang hal ini.
“Kau tahu kan kalau perusahaanku berniat meluncurkan mobil terbang bulan depan? Kami
semua bekerja keras untuk ini dibawah tekanan dari pihak lain yang jauh lebih berkuasa. Cho
Corporation.”
Tubuh Ji-Yoo menegang saat mendengar nama perusahaan paling besar di dunia itu. Apa
Changmin berniat berbuat curang? Dia memang sudah mendengar bahwa anak perusahaan Cho
Corporation yang bergerak di bidang otomotif akan meluncurkan mobil terbang pertama di dunia
bulan depan, lebih dulu daripada perusahaan Changmin. Rival lain sudah memilih
mengundurkan diri dari persaingan, hal yang akan dilakukan semua perusahaan jika harus
berhadapan dengan Cho Corporation. Karena sudah jelas bahwa tidak akan ada yang bisa
mengalahkan mereka. Tapi Changmin berbeda, dia bukan orang yang suka mengalah apalagi
dikalahkan dan dia akan mengusahakan cara apapun untuk memuaskan ambisinya.
“Aku ingin mengalahkan mereka, mengusahakan segala cara agar bisa meluncurkan produk lebih
dulu daripada mereka dan yang pasti, harus lebih baik. Dan walaupun aku lebih suka untuk tidak
mengakuinya, aku tahu bahwa walaupun kami merilisnya lebih dulu, mereka tetap akan menjadi
pemenang dengan produk yang lebih baik, produk yang tidak akan bisa dibayangkan siapapun
sebelumnya. Itu keahlian mereka, kan? Cho Kyuhyun itu. Aku heran kenapa dia bisa menguasai
semua bidang sama baiknya. Tapi dia menyerahkan kendali perusahaan mobil ini pada
sepupunya. Lee Hyuk-Jae.”
Ji-Yoo menelan ludah dengan susah payah saat mendengar nama itu. Dia sudah beberapa kali
melihat wajah pria itu di TV ataupun majalah. Tampan, dengan garis rahang keras. Wajahnya
terlihat ramah dan selalu tersenyum, walaupun dia yakin saat pria itu serius, wajah itu akan
terlihat berubah 180 derajat. Dan pria itu juga terkenal akan prestasinya sebagai penakluk wanita.
Ji-Yoo tidak tahu apa gosip-gosip itu benar atau tidak, tapi dengan tampang dan kekayaan seperti
itu, pasti akan banyak wanita yang menempel padanya.
“Lalu… kau akan meminta tolong apa padaku?”
Mata Changmin tampak berkilat saat dia tersenyum licik ke arah tunagannya itu.
“Aku mau kau mendekati Hyuk-Jae, merayunya kalau perlu. Apapun yang bisa kau lakukan
untuk membuatnya mempercayaimu sehingga kau bisa memasuki daerahnya. Aku mau kau
mengambil data-data perusahaannya tentang mobil baru yang akan mereka luncurkan dan
memberikannya padaku.”
Mulut Ji-Yoo terbuka lebar saat Changmin menyelesaikan ucapannya. Dia menyuruhku merayu
pria lain hanya demi kepentingannya sendiri? batin Ji-Yoo ngeri.
“Mengambil data? Mencuri maksudmu?” ujar gadis itu dengan nada dingin.
“Terserah istilah apa yang kau gunakan. Dan aku harap, kau tidak membuatku kecewa, Choi Ji-
Yoo.”
Ji-Yoo mendecak kesal secara terang-terangan di depan pria itu. Dia bahkan belum menyetujui
permintaan itu, tapi Changmin memberi kesan bahwa riwayat hidup Ji-Yoo akan tamat jika dia
sampai gagal. Mati kau, Choi Ji-Yoo, batinnya dengan tubuh yang mendadak menggigil.
***
“Oppa!!!” seru seorang gadis dengan histeris saat Leeteuk berjalan menyusuri lorong dengan
communicator di tangan, headset terpasang di telinganya dan mulutnya bergerak, menunjukkan
bahwa dia sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana. Dia tidak suka dengan video
call, membuatnya merasa tidak punya privasi dan terlebih lagi bahwa dia tidak bisa berbohong
tentang posisi keberadaannya. Jika bukan untuk pekerjaan, dia lebih suka menolak panggilan
video call ke teleponnya, tapi sedikit sulit, karena selama ini panggilan ke communicator-nya
selalu berhubungan dengan pekerjaan.
“Sedang aku rancang. Yang terbaru. Kau bisa menembak dari jarak satu kilometer dengan fokus
yang jelas seolah korbanmu ada tepat di depanmu. Tidak akan terjadi kesalahan saat kau menarik
picunya, kecepatan pelurunya mengagumkan. 1 km/detik. Dan tidak ada guncangan berarti saat
kau menembak. Peredam suara otomatis. Bisa menembak plat baja setebal apapun dengan mudah
jika kau menembak dari dekat. Bisa menampung 50 peluru. Ringan. Hal yang sangat kau sukai
kan, Hye-Na~ya?”
“Pastikan saat aku sampai di Korea senapan itu sudah selesai dan aku bisa menggunakannya.”
“Kau pikir sesampainya disini kau akan langsung menembak seseorang? Kau tidak tahu artinya
rahasia, ya? Secret Terror Agent. Kau bekerja diam-diam, Hye-Na~ya.”
“Aku tahu. Aku hanya membutuhkan sesuatu yang membuatku merasa terbiasa dan familiar.
Kau tahu kan kalau aku tidak bisa membawa senjata kesana. Menyebalkan!”
“Ah, ye, arasseo. Aku harap kami bisa menyambutmu dengan sangat baik dan kau bisa nyaman
disini. Park sajangnim memastikan kami melakukan semuanya sesuai keinginanmu. Seperti nona
besar, ya!” goda Leeteuk.
“Kau boleh memanggilku nona besar kalau kau mau.”
Leeteuk terkekeh pelan mendengar gadis itu balas menggodanya. Satu tahun yang lalu dia
sempat ke Amerika untuk bertugas dan dia berkenalan dengan sang fenomena KIA. Awalnya
Leeteuk hanya mendengar selentingan kabar bahwa gadis itu sudah membunuh hampir 50
targetnya, jauh lebih banyak daripada jumlah korban semua agen jika digabungkan. Dia tidak
tahu bahwa ternyata penampilan gadis itu jauh dari kesan seorang pembunuh berdarah dingin.
Wajah gadis itu terlihat polos seperti gadis muda berusia 20 tahun lainnya. Cantik, walaupun
memang ada kesan dingin yang terpancar dari wajahnya dan terkenal dengan antipatinya
terhadap pria. Sempat terpikir di kepalanya untuk mendekati gadis itu, tapi dia langsung
menepisnya karena Hye-Na langsung mengenalkannya pada semua orang sebagai kakak
angkatnya. Yah, memiliki adik seorang gadis cantik dan terkenal tidak ada salahnya juga, kan?
“Oppa, aku harus naik pesawat sekarang. Sampai jumpa di Korea.”
Terdengar suara klik tanda telepon terputus. Leeteuk melepas headset dari telinganya dan
menyimpan communicator-nya ke dalam saku.
“OPPA!!!”
Leeteuk merasakan tepukan ringan di bahunya dan sesaat kemudian seorang gadis sudah berdiri
di depannya dengan nafas terengah-engah sambil memegangi dadanya.
“Oppa, aku sudah memanggilmu dari tadi tapi kau tidak mengacuhkanku sedikitpun.
Menyebalkan!” rajuknya dengan bibir mengerucut.
Leeteuk mengerutkan keningnya dan tersenyum setelah tahu apa maksud perkataan gadis itu.
“Ah, mianhae. Aku tadi sedang berbicara di telepon dengan Hye-Na.”
“Han Hye-Na? Anak angkat Park sajangnim? Ah, dia hari ini akan sampai disini, kan? Kau
sepertinya dekat dengannya.” Ada sedikit nada cemburu yang tersirat dari ucapannya.
“Kyo~ya, dia kan adik angkatku. Aku sudah pernah cerita, kan?”
Gadis itu mengiringi langkah Leeteuk dan melingkarkan tangannya ke lengan Leeteuk.
“Ne. Tapi kau membicarakannya seolah membicarakan gadis yang kau sukai.”
“Tentu saja aku menyukainya. Masa aku tidak menyukai adikku sendiri.”
“Ah, kau selalu saja seperti itu,” keluh Eun-Kyo dengan wajah cemberut.
Leeteuk menatap wajah gadis di sampingnya lekat-lekat. Gadis tercantik di STA saat ini. Jenis
wajah yang disukai hampir semua pria. Tubuhnya yang tinggi semampai juga sangat menunjang
penampilannya. Pendeknya, dia adalah wanita impian siapapun. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa gadis ini mengejar-ngejar Leeteuk sejak hari pertama dia bertugas sebagai agen STA, tapi
sayangnya, Leeteuk nyaris tidak memiliki rasa ketertarikan sedikitpun pada gadis ini. Dia tipe
pria yang lebih suka mengejar, daripada dikejar.
“Berhentilah bersikap seperti ini. Kau membuatku merasa tidak nyaman. Semua orang berpikir
bahwa kita memiliki hubungan.”
“Memangnya tidak? Oppa, apa kau tidak menyukaiku? Wae? Ada yang tidak bagus dariku? Aku
kurang cantik? Aku tidak baik? Beritahu aku, aku akan merubah semuanya untukmu.”
Leeteuk menarik gadis itu sampai terduduk di atas sebuah kursi kayu yang terletak di depan
ruang kerjanya. Lorong itu sepi karena hari masih terlalu pagi, belum terlalu banyak pegawai
yang datang. Waktu yang tepat untuk menyelesaikan semuanya, batin Leeteuk.
“Dengar, Kyo~a. Aku tahu 3 tahun terakhir kau berusaha membuatku jatuh cinta padamu dan
aku menghargai semuanya. Tapi apa kau tidak merasa lelah mengejar orang yang mustahil kau
dapatkan? Ini bukan masalah aku menyukai gadis lain atau tidak, karena memang saat ini aku
tidak menyukai siapa-siapa. Ini tentang perasaanku. Kau tahu tanda-tanda orang jatuh cinta?
Bukankah kau merasa sangat bahagia hanya karena melihat orang yang kau sukai, jantungmu
bisa berdetak kencang hanya karena dia menatapmu? Aku tidak merasakan satupun tanda-tanda
itu. Aku hanya menganggapmu rekan kerja. Jadi kumohon, kau harus memahaminya dengan
baik. Berhentilah menyukaiku. Kau akan menemukan caranya. Banyak orang yang menyukaimu
di luar sana. Suatu saat nanti kau pasti akan menemukan pria yang tepat untukmu. Hmm?”
Eun-Kyo mengerjapkan matanya dan sesaat kemudian dia tersenyum manis.
“Aku tahu cepat atau lambat kau akan mengatakan semua ini padaku, oppa. Arasseo. Kau benar.
Suatu saat nanti aku akan menemukan pria yang tepat untukku. Aaaaa, aku masih ada tugas yang
harus kukerjakan sekarang. Sampai nanti!”
Eun-Kyo bangkit dari tempat duduknya dan melambai ke arah Leeteuk, masih dengan senyum
tersungging di bibirnya. Dia membalikkan tubuhnya pergi dan membiarkan air mata yang
ditahan-tahannya dari tadi menetes begitu saja. Penantiannya berakhir. Berakhir sia-sia.
***
“Nuna, kenapa tampangmu murung begitu? Aku jadi ngeri melihatnya. Mana senyum manismu
yang biasa?”
Eun-Kyo mengangkat kepalanya malas dan menatap Kibum yang berdiri di depannya. Namja itu
sedang sibuk mencampurkan entah cairan apa ke dalam tabung reaksi. Di umur yang masih
muda, dia berhasil lulus ujian masuk SRO, Science Reasearch Organization, salah satu unit di
bawah naungan KNI yang bertugas menemukan obat-obatan, serum, racun, dan semua jenis
cairan kimia lain yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Eun-Kyo sering menghabiskan
waktunya di laboratorium pribadi Kibum ini, setiap ilmuwan memang mendapat laboratorium
pribadi masing-masing, di sela-sela istrirahat dari jadwalnya yang padat. Dia sudah menganggap
Kibum sebagai adiknya sendiri atau tempat sampahnya, karena biasanya dia akan berkeluh-kesah
tentang segala hal pada namja ini.
Eun-Kyo teringat lagi alasannya kabur dari pekerjaannya pagi ini dan memilih bersembunyi
disini. Park Jung-Soo. Pria yang lebih suka dipanggil Leeteuk itu. Kenangan-kenangan sejak 3
tahun yang lalu membanjiri kepala Eun-Kyo lagi seperti air bah. Kenangan saat pertemuan
pertama mereka, waktu Eun-Kyo tersesat di gedung KNI yang luar biasa besar dan Leeteuk
menawarkan diri untuk menolongnya. Saat Eun-Kyo berhasil menunaikan tugas pertamanya
sebagai anggota STA dan Leeteuk menjadi orang pertama yang memberi selamat padanya.
Betapa paniknya gadis itu saat dia membuat kesalahan dalam laporan pekerjaannya dan Leeteuk
turun tangan untuk membantunya sampai-sampai mereka harus menginap di kantor. Semuanya
memenuhi pikiran Eun-Kyo sama jelasnya dengan saat dimana dia sedang mengalami hal itu,
membuatnya tidak bisa menahan isak tangis yang sudah ditahannya dari tadi agar tidak membuat
Kibum cemas. Benar, satu-satunya alasan yang bisa membuatnya menangis seperti ini hanya pria
itu dan Kibum tahu dengan baik hal tersebut.
Kibum meletakkan tabung reaksi yang sedang dipegangnya ke tempatnya dan menarik kursi di
samping Eun-Kyo lalu duduk di atasnya.
“Nuna~ya, apa terjadi sesuatu yang buruk? Leeteuk hyung bilang apa padamu?”
Mendengar pertanyaan Kibum itu tangis Eun-Kyo malah meledak sekencang-kencangnya,
membuat namja itu panik dan bergegas mencari tisu yang langsung diserahkannya pada wanita
yang sudah dianggapnya sebagai kakak perempuannya itu. Dia tahu bagaimana tergila-gilanya
nunanya itu pada Leeteuk, agen yang bertugas merancang dan membuat persediaan senjata bagi
organisasi mereka. Terkadang dia heran sendiri kenapa nunanya tidak pernah lelah
menghabiskan energinya mengejar orang yang jelas-jelas tidak memiliki rasa tertarik sedikitpun
padanya.
Dia membiarkan Eun-Kyo menangis sepuasnya. Dia sudah hafal kebiasaan nunanya itu. Eun-
Kyo tidak akan bicara sampai dia sendiri yang ingin membicarakannya. Jadi yang bisa dilakukan
Kibum saat ini hanya menunggu. Menunggu sampai nunanya itu tenang dan mau membuka
mulutnya.
***
“Haaaah, udara Korea benar-benar segar. Ya, kan?” seru Eun-Ji senang sambil membentangkan
tangan dan menggeliatkan badannya setelah perjalanan berjam-jam di atas pesawat.
Hye-Na memakai kacamata hitamnya tanpa mengacuhkan ucapan Eun-Ji sama sekali. Dia tidak
menyukai apapun tentang negara ini, termasuk udara yang dihirupnya.
“Siapa yang menjemput kita hari ini?” tanya Hye-Na dingin. Dia tidak pernah suka melihat
kerumunan orang, apalagi berada di tengah-tengahnya. Lebih cepat mereka keluar dari bandara
ini lebih baik.
“Molla,” jawab Eun-Ji, sibuk memperhatikan para penjemput yang mengacungkan karton di
tangan mereka.
“Eun-Ji ssi, Hye-Na ssi, selamat datang di Korea.”
Kedua gadis itu berbalik dan mendapati seorang pria bertubuh tinggi dan tegap berdiri di depan
mereka. Hye-Na bisa merasakan tubuh Eun-Ji menegang di sampingnya. Keceriaan yang dari
tadi diperlihatkannya lenyap seketika.
“Ah, ye, Siwon ssi. Bisakah kau menunjukkan kami jalan keluar. Aku tidak suka berada disini.”
“Kau memang tidak suka menghirup udara Korea kan, Hye-Na~ya?” goda Siwon.
“Jangan bersikap terlalu ramah padaku. Aku tidak suka pada orang yang telah menyakiti
temanku. Itu sama artinya dengan kau menyakiti aku secara langsung. Kau tahu itu kan, Siwon
ssi?” ujar Hye-Na. Kali ini ada nada mengancam dalam suara gadis itu, membuat Siwon
mengurungkan niatnya untuk bicara. Dia mengalihkan tatapannya pada gadis yang berdiri di
samping Hye-Na. Gadis itu dengan kentara memalingkan wajahnya ke arah lain. Jelas tidak
berniat sedikitpun menyapa Siwon.
“Ayo ikuti aku.”
***

Eun-Ji sangat senang bisa kembali ke Korea sekaligus membencinya setengah mati. Dia sudah
lama tidak bertemu dengan orang tuanya dan merasa sangat merindukan mereka. Tapi kembali
ke Korea sama artinya dengan mengoyak luka lamanya yang sama sekali belum sembuh dan itu
semua disebabkan oleh namja yang tanpa perasaan menawarkan diri untuk menjemput mereka ke
bandara ini.
Eun-Ji sempat ditugaskan selama setahun di Korea. Saat itulah dia bertemu dengan Siwon dan
mereka berdua menjalin hubungan sampai memutuskan untuk menikah. Eun-Ji tidak pernah tahu
kenapa Siwon begitu ingin menjadi agen KNI dan tidak keberatan ditempatkan dimanapun.
Padahal semua orang tahu bahwa dia berasal dari keluarga yang sangat kaya.
Eun-Ji tahu bahwa Siwon sangat membenci mafia terkenal bernama Min Sang-Hyun yang saat
itu menjadi salah satu target utama STA. Tapi dia tidak pernah tahu alasannya. Siwon melakukan
segala cara agar menjadi bagian dari operasi penangkapan mafia itu dan saat dia berhasil, dialah
yang memimpin semua operasi. Saat itu mereka berhasil menjebak Min Sang-Hyun tapi Siwon
membuat kesalahan dengan menembak Sang-Hyun sampai mati, padahal mereka mendapat
perintah agar menangkap orang itu hidup-hidup. Eun-Ji setengah yakin bahwa itu bukan
kesalahan yang tidak disengaja. Siwon sengaja melakukannya karena Eun-Ji melihat sendiri kilat
dendam yang memancar di mata pria itu saat dia menodongkan pistolnya tepat di kepala sang
mafia.
Organisasi memberikan peringatan berupa ditariknya izin kerja Siwon selama sebulan sebelum
dia diizinkan bergabung kembali. Eun-Ji yang curiga diam-diam menyelidiki Siwon dan saat
itulah dia mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Tentang masa lalu namja itu dan keboongan-
kebohongan yang diucapkannya pada semua orang.
Siwon sempat bertunangan saat dia baru berusia 20 tahun dengan seorang gadis cantik yang
sangat dicintainya. Mereka menjadi pasangan yang sangat terkenal di universitas. Itu cerita yang
didapatkan Eun-Ji dari teman-teman kampusnya. Sayangnya, gadis itu meninggal dalam baku
tembak di daerah Myeondong yang melibatkan Min Sang-Hyun dan anak buahnya. Hal itulah
yang menjadi alasan Siwon bergabung dengan KNI. Untuk membalaskan dendam atas kematian
gadisnya.
Yang membuat Eun-Ji terkejut adalah kenyataan bahwa dia memiliki wajah yang sangat mirip
dengan gadis yang sudah mati itu. Fakta itu benar-benar menghantamnya dengan telak karena
ternyata Siwon mendekatinya hanya karena dia mirip dengan tunangan pria itu. Bahwa selama
ini dia berada di dalam bayang-bayang seorang gadis yang sudah mati. Saat itulah Eun-Ji
membatalkan pertunangannya dan memutuskan pindah tugas ke Amerika.
“Langsung bawa kami ke tempat jenazah Tuan Cho disemayamkan. Aku tidak mau membuang-
buang waktu,” ujar Hye-Na, membuyarkan lamunan Eun-Ji. Tanpa sengaja dia menatap kaca
kecil yang terletak di atas bangku kemudi dan beradu pandang dengan mata Siwon yang juga
sedang menatapnya. Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya lagi dan menatap keluar
jendela.
Tidak. Tugas kali ini tidak akan berjalan dengan mudah.
***
“MWORAGO?! Yak, Hye-Na ssi, kau tahu bahwa permintaanmu itu sama sekali tidak masuk
akal. Aku bisa digantung Kyuhyun kalau dia mendengar hal ini,” tolak Yesung mentah-mentah
mendengar permintaan gadis di depannya.
“Aku punya hak penuh disini dan aku tidak peduli apa pendapat pria itu tentang hal ini. Kalau
dia berkeberatan, suruh dia sendiri yang menemuiku,” jawab Hye-Na keras kepala.
“Tapi itu tidak bisa, Hye-Na ssi. Besok jasadnya akan dimakamkan dan Kyuhyun meminta
pemakaman terbuka yang berarti bahwa peti matinya juga terbuka sehingga semua orang bisa
melihatnya.”
“Semua tubuhnya tertutup, kan? Dia akan memakai jas dan sarung tangan. Hal itu tidak
masalah.”
“Tapi Hye-Na ssi. Yang benar saja. Kau memintaku menguliti kulitnya?”
“Kita semua tahu bahwa dia tidak punya riwayat penyakit jantung, jadi dapat dipastikan bahwa
kematiannya tidak lazim. Kalian tidak menemukan reaksi racun sedikitpun. Akan lebih mudah
kalau kau menguliti kulitnya dan menemukan luka semcam tusukan jarum.”
“Tapi kami sudah memeriksa dan tidak menemukannya.”
“Tentu saja tidak menemukannya. Bagaimana kalau luka itu sangat kecil? Hmm? Kalau kau
menguliti kulitnya, kau bisa memeriksanya dengan mikroskop atau semacamnya.”
Yesung mengerjapkan matanya dan melirik sekelilingnya dengan gelisah. Dia tahu gadis ini
benar, tapi dia juga tidak mau mengambil resiko kalau Kyuhyun sampai mendengar hal ini. Pria
itu sangat mengerikan jika sedang murka.
“Kau takut dengan Kyuhyun? Biar aku yang mengurusnya.”
“Kau bahkan belum pernah bertemu dengannya.”
“Lalu?”
Yesung mengatupkan mulutnya, tahu bahwa sia-sia saja mendebat gadis di hadapannya ini.
“Aku menunggu laporanmu dalam waktu dua jam. Oke?”
Yesung menunggu sampai gadis di hadapannya itu menghilang di balik pintu dan membalikkan
badannya ke arah asisten yang berdiri di belakangnya. Gadis itu juga menatapnya ketakutan,
membuat Yesung mengerang frustasi dan mendudukkan tubuhnya yang sedikit limbung ke atas
kursi.
“Jin-Ah~ya, bagaimana ini?”
“Molla. Kalau kau melakukannya, kau harus menghadapi Kyuhyun sajangnim. Dia sangat
mengerikan, kau tahu? Tapi oppa, kalau kau tidak melakukannya, kau harus menghadapi gadis
itu dan menurutku, gadis itu tidak kalah menyeramkannya.”
***
Donghae melepaskan jas yang dipakainya dan melemparnya sembarangan ke atas sofa,
kebiasaannya setiap pulang ke rumah. Dia bergegas naik ke lantai dua, membuka pintu pertama
di dekat tangga dan melangkah masuk.
“Hidupkan lampu,” perintahnya. Sedetik kemudian cahaya terang menyinari ruangan itu.
Ruangan itu berupa kamar yang cukup besar. Tidak ada terlalu banyak barang-barang di
dalamnya. Hanya sebuah lemari pakaian, tempat tidur, dan sofa. Ranjang besar terletak persis di
tengah-tengah ruangan dan ada seorang gadis yang terbaring di atasnya. Gadis yang membuat
Donghae ingin bergegas pulang ke rumah setiap saat, walaupun dia tahu dengan jelas bahwa
gadis itu tidak akan memberi respons apa-apa padanya.
Donghae mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang, membiarkan tatapannya terpaku di wajah
gadis yang tidak pernah membuka matanya sejak 5 tahun yang lalu itu. Dia tidak pernah bosan.
Sama sekali tidak pernah. Terlalu banyak rencana yang ingin dilakukannya bersama gadis itu dan
dia yakin bahwa sampai kapanpun dia tidak akan pernah berubah pikiran.
Donghae mengulurkan tangannya, jari-jarinya menelusuri helaian rambut hitam yang tergerai di
sekeliling wajah Ga-Eul. Yah, namanya Ga-Eul. Cho Ga-Eul. Seperti namanya, gadis itu
memang sangat menyukai musim gugur. Musim dimana dia terlahir ke dunia, sekaligus musim
yang merenggut kesadarannya sampai sekarang.
Kecelakaan itu terjadi 5 tahun yang lalu, saat Donghae berniat memberi hadiah kelulusan pada
Ga-Eul dan mengajaknya berlibur ke Pulau Jeju. Alasan lainnya adalah karena namja itu ingin
melamar Ga-Eul yang sudah dipacarinya selama 2 tahun. Tapi semuanya gagal karena sopir truk
yang mabuk dan mengemudi ugal-ugalan menabrak mobil mereka. Donghae mengalami luka-
luka yang cukup serius dan mendapat beberapa jahitan, tapi Ga-Eul mengalami koma dan tidak
menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Keluarga gadis itu sudah menyerah dan menyuruh dokter
mencabut semua peralatan yang menopang hidup Ga-Eul, tapi Donghae menolak dan bersikeras
ingin merawat Ga-Eul sendiri. Dia meyakinkan keluarganya bahwa dia akan menemukan cara
untuk membuat Ga-Eul kembali sadar seperti sedia kala. Hal yang sia-sia, karena lewat lima
tahun gadis itu tidak sadar-sadar juga. Donghae nyaris dianggap gila oleh keluarganya, karena itu
satu tahun terakhir hubungannya dengan keluarganya memburuk.
“Ga-Eul~a, bagaimana kabarmu hari ini? Apa tadi eommamu datang untuk memandikanmu?
Mianhae, hari ini aku pulang larut. Jadwal syutingku sangat padat, jadi aku mengingkari janjiku
untuk pulang cepat. Aku lelah sekali, kau tahu? Aku terpaksa take berkali-kali karena tidak
berkonsentrasi. Kibum bilang dia sudah hampir menyelesaikan serum yang mungkin bisa
menyadarkanmu kembali. Aku harap dia bisa melakukannya secepatnya, karena aku sudah tidak
sabar ingin berbicara denganmu lagi, melihat senyummu lagi.”
“Ini sudah lima tahun, Ga-Eul~a, apa kau tidak bosan jadi putri tidur setiap hari? Aku sudah
menciummu berkali-kali karena siapa tahu kau bisa sadar seperti cerita di dongeng-dongeng.
Tapi kau bahkan tidak bergerak sedikitpun.”
Donghae menarik nafas dan menyusupkan jarinya di antara jari-jari Ga-Eul, menggenggam
tangan gadis itu dengan erat.
“Kau tidak merindukanku? Sedikitpun? Aku bahkan merindukanmu setiap saat bahkan waktu
aku sedang menggenggam tanganmu seperti ini. Apa kau tidak ingat janji kita dulu? Aku ingin
menikahimu. Punya anak-anak lucu yang terlahir dari rahimmu. Apa kau melupakan janji itu?”
Donghae membiarkan air matanya mengalir begitu saja, jatuh ke punggung tangan Ga-Eul yang
sedang digenggamnya. Penglihatannya sedikit mengabur karena air mata, tapi dia tetap berusaha
fokus dengan wajah yang sedang ditatapnya.
“Aku merindukanmu, Ga-Eul~a. Benar-benar merindukanmu.”
***
“Korea?” tanya Alexa, tak percaya dengan pendengarannya. “Untuk apa aku kembali kesana?”
“Kau bertanya untuk apa?” tanya Peter dengan senyum geli di wajahnya. “Kau lupa bahwa kau
adalah agen CIA? Apa tinggal terlalu lama disini membuatmu lupa dengan negara kelahiranmu
sendiri, Kwon Yu-Na?”
“Aku bahkan sudah lupa dengan nama Korea-ku. Jadi, apa tugasku sekarang?”
“Science Research Organization. SRO. Aku rasa kau pasti tahu nama organisasi yang sangat
terkenal itu.”
“Salah satu bagian KNI? Di bawah kendali penuh Cho Corporation kudengar. Bahkan ilmuwan-
ilmuwan kita belum terpikir untuk membuat hal-hal semcam itu tapi mereka malah sudah
memasarkannya.”
“Aku rasa kau masih punya ikatan sangat kuat dengan negara itu. Aku tidak salah, kan?”
“Your home will be your home forever. Bisakah kau tidak berputar-putar dan langsung ke pokok
permasalahannya?”
Peter meletakkan gelas plastik berisi kopi yang belum habis diminumnya ke atas meja dan
menatap Alexa dengan serius.
“Tugasmu saat ini sedikit berbahaya. CIA sudah memikirkan hal ini berulang kali dan kita tidak
boleh kalah oleh negara yang selama ini selalu jauh di bawah kita. Perlu sedikit kecurangan
untuk menang, Alexa. Kau pernah dengar itu, kan?” Dia memasukkan tangannya ke dalam saku
celana dan berbalik menghadap jendela besar di belakangnya. Pemandangan jalanan di bawah
langsung memenuhi penglihatannya. Mobil berseliweran, manusia-manusia yang berjalan
tergesa-gesa, android-android yang silih berganti melakukan pekerjaan mereka.
Peter tersenyum getir teringat bahwa robot itu ditemukan oleh warga negara Korea. Bukan
Amerika. Robot hebat seperti itu, yang bahkan sampai sekarang begitu sulit dibedakan dari
manusia penciptanya, membuat Amerika, terutama CIA kelabakan. Amerika tidak pernah
menjadi negara kedua. Tidak pernah. Dan sekarang semuanya berubah hanya karena seorang pria
muda bernama Cho Kyuhyun. Pria yang memutarbalikkan dunia karena ide-ide cemerlangnya.
Apa yang kudengar? Pikir Peter. Pria itu bahkan berencana memproduksi mobil terbang bulan
depan, sedangkan kami masih berusaha mencari cara agar hal itu terealisasi.
“Zhoumi. Salah satu ilmuwan terhebat di SRO. Kami mendapat berita dari sumber terpercaya
bahwa pria itu sedang mengerjakan serum yang bisa memperpanjang umur manusia.”
“Memperpanjang umur manusia?”
“Yeah, serum itu bekerja seperti sihir. Menambah umur manusia. Bukan berarti kau tidak bisa
mati, tapi dengan serum itu, kau bisa memperlama kemungkinan hdupmu di dunia. Dan dia juga
baru saja menemukan serum kejujuran. Dengan serum itu, kau bisa membuka mulut seseorang
dan mendapat semua rahasianya. Apapun yang ingin kau ketahui akan dijawab dengan
sejujurnya. Apa kau bisa berpikir seberapa pentingnya serum seperti itu untuk kita?”
Alexa bergerak gelisah saat otaknya memproses kemungkinan tugas yang akan diberikan
padanya. Kedengarannya mengerikan. Ini berhubungan dengan Cho Corporation dan tidak ada
seorang pun yang berani mencari gara-gara dengan mereka. Perusahaan yang dilindungi penuh
oleh KNI. CIA bahkan tidak bisa berkutik sedikitpun sejauh ini.
“Kau ditugaskan untuk menyusup kesana dan mendapatkan kedua serum itu berikut formulanya.
Tunggu sampai serum penambah umur itu selesai dan kau bisa mencuri formula beserta
contohnya. Kali ini kau bekerja sendiri Alexa, kami tidak bisa memberikan perlindungan penuh
padamu seperti biasa. Tapi kau tetap bisa meminta pertolongan kami jika memang dibutuhkan.
Terutama jika kau telah menyelesaikan pekerjaanmu dan punya peluang untuk kabur hidup-
hidup dari tempat itu.”
Kabur hidup-hidup? Batin Alexa. Apa semua ini mempertaruhkan nyawanya?
“Kenapa aku?”
“Karena kau orang Korea.”
***
“Nona Goo, apa penelitian Anda berjalan dengan baik?”
Sa-Rang berbalik dan langsung tersenyum sinis saat melihat siapa yang sedang berbicara
dengannya.
“Mau apalagi kau mengikutiku, hah?”
Henry mencengkeram lengan gadis itu, mencegah kemungkinan gadis itu akan lari lagi dari
hadapannya.
“Ayolah, Henry, ini sudah malam, aku harus pulang. Apa kau mau mengajakku terjebak dalam
percakapan tidak bermutu lagi? Hmm?”
“Setidaknya kita bisa berbicara layaknya teman.”
“Teman? Yak, itu hubungan yang kita jalin dua tahun yang lalu sebelum kau merusaknya dengan
mengatakan bahwa kau menyukaiku dan aku dengan bodohnya mempercayai ucapanmu lalu
terjatuh ke dalam pelukanmu dengan begitu mudahnya. 7 bulan yang lalu kau mencampakkanku
untuk gadis lain dan aku jadi bertanya-tanya, mau apa kau tetap mengikutiku kemana-mana
setiap hari? Apa gadismu itu tidak sesuai dengan seleramu dan kau mau kembali padaku? Kau
mau tahu jawabanku? Itu hanya terjadi dalam mimpimu!”
Sa-Rang menghempaskan tangan Henry dengan seluruh kekuatan yang dia punya dan
meninggalkan pria itu berdiri disana.
“Apa kau sebegitu bencinya padaku sampai-sampai kau berniat menghancurkan mimpiku
menjadi seorang violinist ternama? Apa kau gadis macam itu, Sa-Rang~a?”
Sa-Rang mengacuhkan teriakan itu begitu saja dan membuka pintu mobilnya. Dia memasang
kemudi manual dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan jauh di atas rata-rata.
Meninggalkan masa lalunya di belakang.
Tidak. Bahkan pria itu masih mengisi pikirannya setiap saat. Dia masih tetap menangis setiap
malam meratapi nasibnya, masih memimpikan kehadiran pria itu dalam tidurnya. Pria yang telah
menjatuhkannya ke titik terendah dalam hidupnya.
Dia tumbuh besar bersama namja itu. Melewati masa kanak-kanak dan remaja berdua. Dan
seperti kisah picisan lainnya, mereka saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menjalin
hubungan. Tapi ternyata hidup memang tidak seindah yang tertulis di novel-novel kesukaannya.
Henry adalah pemain biola yang hebat. Dia sendiri sangat mengagumi permainan biola namja
itu. Sama sekali tidak keberatan saat namja itu mengacuhkannya hanya karena terlalu sibuk
berlatih biola setiap hari demi bisa memasuki jurusan musik di universitas yang diinginkannya.
Henry berhasil dan Sa-Rang ikut senang mendengarnya. Dia sendiri disibukkan dengan ujian
masuk ACC, Android Creator Center, salah satu anak perusahaan Cho Corporation. Dia lulus
setelah melewati ujian masuk dan berbagai tes yang membutuhkan waktu satu bulan dan
menguras seluruh tenaganya. Semua hal itu terasa sia-sia saat dia mendapati Henry selingkuh di
depan matanya sendiri. Waktu itu dia berniat memberi kejutan, sekaligus merayakan
keberhasilannya menjadi salah satu karyawan ACC, karena itu dia datang ke apartemen Henry
tanpa memberitahu namja itu terlebih dahulu. Tapi yang didapatnya malah Henry yang sedang
memainkan biolanya di depan seorang gadis dan berlutut melamar gadis itu. Hadiah yang sangat
indah di hari kesuksesannya.
Sa-Rang memilih menyibukkan diri dengan pekerjaannya setelah itu. Dia tidak menghubungi
Henry sama sekali dan hanya memberikan pesan berisi ucapan selamat atas pertungangan namja
itu.
Gadis itu merasa sedikit terguncang saat perusahaan memberinya tugas untuk menciptakan
android pemusik yang bisa memainkan segala macam alat musik sama baiknya dengan pemain
musik asli. Dia berhasil melakukannya dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan dan bulan depan
produknya akan mulai dipasarkan. Yang membuatnya merasa ketakutan adalah kemungkinan
meledaknya produk ini dan para android akan merajai panggung konser dengan kehebatan
permainan musik mereka. Tentu saja itu tidak masalah bagi para pemusik yang sudah terkenal di
bidangnya masing-masing. Tapi tidak dengan para pemusik yang baru akan memulai karirnya
seperti Henry. Bukankah semua orang lebih memilih menggunakan tenaga yang sudah pasti
berbakat seperti android buatannya dibandingkan para pemusik pemula yang besar kemungkinan
akan melakukan kesalahan disana-sini dan diharuskan mendapat pelatihan intensif yang
menghabiskan banyak biaya? Belum lagi uang yang harus dikeluarkan untuk gaji mereka yang
sudah pasti bukan jumlah yang kecil. Android adalah jalan keluar yang paling mudah. Hanya
perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk membelinya dan biaya perawatan sekali setahun. Uang
itu tidak terlalu banyak mengingat pemasukan besar yang akan mereka dapatkan dari penjualan
tiket konser.
Ini bukan masalah dendamnya pada Henry. Bahkan jauh di lubuk hatinya, Sa-Rang berpikiran
bodoh bahwa dengan adanya android-android itu, Henry akan mengurangi kesibukannya
bermain biola dan mulai memfokuskan perhatiannya pada Sa-Rang. Namja itu akan memiliki
lebih banyak waktu senggang yang bisa mereka habiskan berdua. Tapi itu dulu. Bukan sekarang,
saat semuanya sudah berakhir dan terancam menjadi masa lalu yang akan segera dilupakan
seiring berjalannya waktu.
***
“YAK, BAGAIMANA MUNGKIN ANDROID BISA KABUR DARI RUMAH? KAU
SEDANG MEMPERMAINKANKU, HAH? KAU KIRIM PENGGANTINYA SEKARANG
JUGA ATAU AKU AKAN MENGAJUKAN SURAT TUNTUTAN PADA PERUSAHAAN
KALIAN KARENA MEMPRODUKSI ROBOT YANG TIDAK BECUS!” teriak Heechul
emosi sambil menendang kursi kecil yang menghalangi jalannya ke dapur.
“Maaf Tuan Kim, tapi apa Anda yakin bahwa android Anda tidak sedang belanja ke supermarket
atau semacamnya?”
“APA KAU PIKIR AKU SUDAH TUA SAMPAI PIKUN? AKU INGAT APA YANG SUDAH
KUPERINTAHKAN PADA ANDROIDKU SENDIRI! JADWAL BELANJANYA ADALAH
TADI PAGI DAN DIA BELUM PULANG SAMPAI SEKARANG!”
Gadis yang menerima telepon dari namja itu sedikit menjauhkan communicator dari wajahnya.
Dia menatap salah satu pelanggannya itu dengan raut wajah ngeri. Namja itu tampan tentu saja,
dan seorang artis top yang terkenal dengan temperamennya yang meledak-ledak. Yang sekarang
sedang balas menatapanya dengan pandangan yang siap membunuh.
“Apa Anda yakin sekarang belum jadwalnya android Anda memperbarui energinya?” tanya
gadis itu hati-hati, takut telinganya bisa tuli mendadak jika harus mendengar teriakan pria itu
lagi. Padahal mereka hanya sedang terhubung melalui link communicator-nya.
“Yak, aku sudah lelah dan sekarang kau menanyaiku yang tidak-tidak. Besok aku akan ke
perusahaanmu dan meminta ganti rugi. Ara?”
Heechul mematikan communicator-nya dan memprogram AutoChef-nya untuk menghasilkan
kopi panas kesukaannya seperti biasa. Dia masih tidak percaya bahwa android bisa
meninggalkan Tuannya sembarangan. Semirip apapun benda itu dengan manusia, sekali robot
tetap saja robot. Tidak punya otak untuk berpikir.
Tapi… sekarang bukan waktunya pengisian energi, kan? Batin Heechul ragu. Sepertinya bukan.
Tapi… bagaimanapun juga, aku kan memang sering lupa mengingat tanggal. Ck, menyusahkan
saja!
Dia menatap ruangan tempat dia berdiri dengan wajah kesal. Dia bisa merasakan kehadiran debu
yang menumpuk disini. pasti android sialan itu belum sempat berbenah sebelum pergi.
Astaga, memangnya android itu manusia sampai bisa memutuskan untuk kabur dari sini? Aku
bukan majikan yang sebegitu mengerikannya, kan?
Heechul mengambil jaketnya dari gantungan dan memutuskan pergi keluar. Dia perlu udara
segar. Sepertinya dia harus mempertimbangkan untuk mencari android itu ke supermarket
terdekat. Mungkin saja mereka melihatnya. Android itu bukan barang murah dan dia menyukai
androidnya yang sekarang. Android yang berwujud wanita cantik dan terlihat polos.
Tidak. Bukan berarti dia adalah seorang penggila wanita. Bahkan kebalikannya. Dia berlatih
dengan kehadiran android itu untuk menghilangkan antipatinya terhadap wanita yang terlihat
seperti makhluk tidak berperasaan di matanya. Membuktikan bahwa masih ada wanita di dunia
ini yang tidak seperti ibunya. Wanita yang membunuh ayahnya di depan matanya sendiri.
***
Min-Hyo berjalan tergesa-gesa sambil menoleh ke sekelilingnya dengan panik. Dia baru saja
kabur dari rumahnya yang lebih terasa seperti penjara baginya. Orang tuanya memberitahu
bahwa dia akan dinikahkan dengan salah satu relasi bisnis mereka dan Min-Hyo sama sekali
tidak menyukai gagasan itu. Dia tahu satu-satunya cara untuk membatalkan hal itu hanyalah
kabur dengan kemungkinan bahwa dia tidak bisa kembali lagi ke rumah. Kabur dan mencari cara
agar tidak tertangkap karena dia tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan dia terima
nantinya.
“Aigoo!!!” teriaknya kaget saat dia bertabrakan dengan seorang pria.
Pria itu memakai hoodie yang menutupi kepalanya, membuat wajahnya tidak terlihat begitu
jelas. Apalagi lingkungan ini jarang dilewati orang, karena itu penerangannya tidak cukup bagus.
Min-Hyo mundur ketakutan saat pria itu menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Min-
Hyo dengan lebih jelas.
“YAK, NEO!!!” teriaknya tiba-tiba. Mata Min-Hyo melebar mendengar suara keras pria itu.
Sepertinya pria itu mengenalinya. Apa dia salah satu suruhan orang tuanya yang ditugaskan
untuk mencarinya? Astaga, kenapa mereka bisa menemukannya secepat itu?
“Yak, kau android kurang ajar! Darimana saja kau, hah? Kau meninggalkan rumah dalam
keadaan berantakan, kau tahu tidak? Kau kan sudah tahu bahwa aku ini paling tidak tahan
dengan debu. Apa yang kau lakukan di luar sampai selarut ini? Tidak mungkin kau menemukan
android pria yang tampan dan jatuh cinta padanya, kan? Cih, aku ini bodoh sekali. Mana
mungkin android bisa jatuh cinta.”
Kali ini Min-Hyo melongo karena pria di hadapannya itu terus berbicara tanpa menarik nafas
sama sekali.
Apa katanya tadi? Aku android? Apa dia kehilangan androidnya dan mengira bahwa aku ini
androidnya yang hilang itu? Astaga, dia sudah gila? Apa dia tidak bisa membedakan android
dengan manusia?
“Omo, kau menghilangkan gelangmu? Pantas saja kau tidak tahu jalan pulang. Yak, bagaimana
kau bisa menghilangkannya, hah? Merepotkanku saja! Jadi dari tadi kau tersesat dan tidak bisa
pulang? Untung sekali kan aku bisa menemukanmu? Dasar bodoh! Ayo pulang!”
Min-Hyo membiarkan tangannya ditarik oleh pria yang tidak dikenalnya itu. Otaknya berpikir
cepat tentang pertolongan yang mungkin akan diberikan pria itu tanpa sadar. Jika dia bisa
berpura-pura menjadi android, maka dia bisa tinggal di rumah pria ini. Kecil kemungkinan orang
tuanya akan menemukannya. Itu ide paling cemerlang yang bisa dipikirkannya saat ini.
Mereka memasuki jalanan yang terlihat terang karena lampu jalan. Saat itulah Min-Hyo bisa
melihat wajah pria itu dengan jelas, apalagi pria itu sudah menurunkan hoodie yang tadi
menutupi wajahnya.
“OMONA, KIM HEECHUL SSI?”
***
“Yak, aku kan sudah bilang, untuk apa kau menghabiskan uang membeli ikan, ayam, dan daging
asli begini? Kita kan sudah punya AutoChef. Kita bisa memakan apapun yang kita mau tanpa
harus repot-repot memasak. Dan kau tahu aku tidak bisa memasak sama sekali. Mau kau apakan
bahan-bahan ini? Membuangnya ke tong sampah?” seru Ah-Zin sambil menatap suaminya kesal.
“Maksudmu makanan yang tidak ada rasanya itu? Aku bahkan lebih memilih menghabiskan
uang untuk makan di restoran daripada memakan makanan yang keluar dari AutoChef itu!” seru
Ryeowook tak kalah kesal. “Aku yang akan memasak semua ini. kau tenang saja.”
“Oppa, aku sudah memberitahumu sejak lama, kan? Kenapa kau tidak membeli AutoChef
keluaran terbaru saja? Kau kan tahu bahwa makanan dan minuman yang dihasilkan jauh lebih
enak. Apa masalah harganya?”
“Harga? Sama sekali bukan masalah itu. Kau tahu bahwa aku sama sekali tidak menyukai semua
alat-alat modern ini. Semuanya terlalu praktis. Membuat manusia menjadi malas bergerak. Aku
bahkan tidak bisa melakukan hobi yang kusenangi lagi karena sudah sangat sulit mendapatkan
bahan makanan segar saat ini.”
Ah-Zin menyandarkan tubuhnya ke konter dapur dan memilih tidak menjawab perkataan
Ryeowook. Dia tahu, tentu saja dia tahu hobi suaminya yang suka memasak. Mereka bahkan
bertemu pertama kali di restoran kepunyaan orang tua Ryeowook 4 tahun yang lalu. Ah-Zin
sangat menyukai masakan pria itu dan mereka berkenalan. Sampai akhirnya AutoChef meledak
di pasaran 3 tahun yang lalu dan dengan cepat mengubah selera konsumen. Kafe-kafe kecil
terpaksa menutup usahanya karena kesulitan menemukan bahan-bahan segar yang dijual di
pasar, padahal bahan-bahan itu juga sudah mulai sulit didapatkan sejak 10 tahun yang lalu.
Ditambah lagi para konsumen lebih memilih membeli AutoChef yang bisa menyediakan
makanan dan minuman apapun yang mereka mau. Hanya restoran-restoran mewah yang tetap
bertahan. Orang tua Ryeowook sendiri memutuskan mengganti usaha mereka dengan membuka
supermarket besar. Dan Ah-Zin tahu bahwa Ryeowook sama sekali tidak menyukai semua itu.
Hal itu juga yang menjadi bahan pertengkaran mereka sehari-hari.
TING TONG!!!
Ah-Zin bergerak dan melihat tamunya melalui layar intercom.
“Ah, Sungmin ssi, tunggu sebentar.”
Ah-Zin bergegas membukakan pintu utnuk sahabat suaminya itu dan mempersilahkan pria itu
masuk.
Sungmin adalah salah satu aktivis yang menyuarakan tentang pengembalian dunia seperti
semula. Masa dimana belum ada android ataupun AutoChef. Saat-saat dimana masih ada
pemandangan persawahan di sepanjang jalan ataupu perkebunan dan peternakan di ujung kota.
Ah-Zin tidak heran kenapa mereka berdua bisa berteman baik.
Ah-Zin memilih menyiapkan secangkir kopi di dapur sambil memperhatikan AutoChef-nya
bekerja. Sebenarnya Wookie oppa benar juga, batinnya. Dia juga merindukan rasa asli kopi dan
betapa nikmatnya daging sapi asli.
***
“Min-Yeon~a, bisakah kau mengurus pria bernama Lee Sungmin?”
“Ne?” tanya Min-Yeon tidak fokus karena perhatiannya sedang tersita pada laporan yang sedang
dikerjakannya seharian ini. Sebagai salah satu karyawan MPA, Modern Protector Agent, dia
bertugas memastikan bahwa semua peralatan canggih yang berada di pasaran tidak mengalami
penyalahgunaan dan semacamnya. Pemerintah menginginkan segala macam kepraktisan ini
merata di segala bidang dalam rangka mengukuhkan Korea sebagai negara nomor satu di dunia.
“Aktivis yang sering melakukan demo itu,” ujar Kwan Ji-Suk sambil tertawa. “Aku tidak
menyangka di zaman modern seperti ini masih ada orang yang tertarik melakukan demo.”
“Memangnya apa yang harus aku lakukan?”
“Memberinya peringatan atau apapun yang bisa menghentikan protesnya. Atasan sedikit tidak
nyaman dengan hal ini. dia takut akan ada masyarakat yang termakan ucapan pria itu dan ikut-
ikutan melakukan demo. Bisa-bisa dia menghimpun massa yang banyak untuk melawan
pemerintah. Orang yang tergila-gila dengan dunia masa lalu itu.”
“Arasseo. Aku akan melakukannya nanti.”
Ji-Suk meninggalkan Min-Yeon sendirian di ruangannya, memberi gadis itu waktu pribadi untuk
berpikir.
“Berikan aku semua data tentang Lee Sungmin,” perintah gadis itu pada layar besar di depannya.
Beberapa detik kemudian dia menatap wajah muda dan polos seorang namja berumur 25 tahun.
Dengan wajah seperti itu bisa-bisa dia dikira masih berumur 19 tahun, batin Min-Yeon sambil
tertawa geli.
***
Eunhyuk melirik sekelilingnya dengan pandangan tidak nyaman. Gara-gara sepupunya itu, dia
terpaksa terdampar di tempat ini, di tengah-tengah lukisan terkenal yang bahkan dia tidak tahu
buatan siapa. Memangnya dia seorang kurator lukisan apa!
Dia tidak habis pikir, apa yang lebih penting bagi seorang Cho Kyuhyun dibanding gengsinya
mendatangi semua tempat-tempat yang di mata Eunhyuk tidak ada gunanya tapi selalu berhasil
mengucurkan banyak uang ke kantong sepupunya yang terkenal itu. Bahkan datang ke museum
lukisan ini dan menyuruh Eunhyuk memberi laporan lengkap tentang segala hal yang dilihatnya
disana. Eunhyuk bisa saja menyuruh sekretarisnya pergi ke tempat ini dan membuat laporan
lengkap tentang sejarah lukisan-lukisan yang tidak ada bagus-bagusnya itu, tapi Eunhyuk tidak
mau mengambil resiko seandainya dia membohongi Kyuhyun tentang kedatangannya ke tempat
itu dan dia ketahuan. Dipelototi seorang Cho Kyuhyun bisa membuatmu tidak tidur nyenyak
selama berhari-hari dan Eunhyuk sama sekali tidak berminat untuk mencobanya.
Dia berhenti di depan sebuah lukisan wanita yang sedang menyandarkan kepalanya ke atas meja.
Rambut wanita itu berwarna kuning dan tubuhnya besar tidak berbentuk. Lukisan itu terlihat
seperti coretan anak kecil di mata Eunhyuk. Tapi dia yakin bahwa lukisan itu bernilai milyaran
dolar.
“Namanya Marie-Therese Walter. Usianya 17 tahun saat Pablo Picasso jatuh cinta padanya.”
Eunhyuk berbalik cepat dan melihat seorang gadis sudah berdiri di sampingnya. Dia menilai
penampilan gadis itu dengan cermat. Tubuhnya mungil dan rambut ikal sebahunya dibiarkan
tergerai begitu saja. Dia mengenakan gaun malam sederhana berwarna salem yang entah kenapa
terlihat sangat pas di tubuhnya yang kecil. Walaupun begitu, wajahnya terlihat dewasa dan polos
di saat yang bersamaan. Manis, batin Eunhyuk. Tipe wanita yang harus dilindungi.
Gadis ini bahkan terlihat begitu rapuh, pikir Eunhyuk sambil menggelengkan kepalanya.
“Pablo Picasso itu pelukis, kan? Jadi dia yang membuat lukisan ini?”
“Mmm. Kau tidak suka lukisan, ya? Kenapa kau berada disini?” tanya gadis itu ingin tahu.
“Ada suatu kondisi yang membuatku harus terdampar di tempat ini,” jawab Eunhyuk sekenanya.
“Jadi, apakah kau mau melanjutkan ceritamu? Tiba-tiba aku merasa tertarik.”
Gadis itu tersenyum, membuat Eunhyuk terpana sesaat dan merasa sulit menemukan fokusnya
kembali.
“Picasso sudah menikah. Tentu saja. Dan berusia 30 tahun lebih tua. Jadi mereka memutuskan
untuk menyembunyikan hubungan mereka dari publik. Mereka tinggal di sebuah flat di seberang
rumah Picasso dengan istri pertamanya, Olga. Dia menghargai Marie dengan menjadikan gadis
itu objek di banyak lukisannya. Picasso belum siap untuk berkeluarga, bukan jenis pria yang
akan setia terhadap satu wanita. Hubungan mereka berakhir saat Olga mengetahui kehamilan
Marie. Hal itu juga terbukti saat Picasso akhirnya meninggalkan Marie untuk Dora Maar setelah
anak pertama mereka lahir, sama dengan saat dia meninggalkan istrinya Olga untuk Marie. Tapi
kau tahu? Gadis itu dengan bodohnya tetap mencintai Picasso, tidak peduli dengan hal buruk
yang sudah dilakukan Picasso padanya. Dia menggantung dirinya setelah Picasso meninggal.”
Eunhyuk tidak melepaskan pandangannya sama sekali dari gadis itu selama dia bercerita. Ada
raut sedih yang terbayang di wajahnya saat dia menyelesaikan cerita tragis itu. Tapi dengan cepat
dia mengendalikan ekspresinya dan tersenyum lagi ke arah Eunhyuk.
“Bukan cerita yang indah, eh? Aku tidak mau mengalami kisah seperti itu. Terlalu mengerikan.”
“Kau tidak akan mengalami hal seperti itu.”
Gadis itu mengulurkan tangannya dengan senyum yang masih tersungging di wajah manisnya.
“Choi Ji-Yoo.”
“Lee Hyuk-Jae.”
***
“Aku menemukannya di bagian punggung tangan, pangkal ibu jari. Abductor pollucis. Ada
memar merah keunguan kecil, panjangnya sekitar setengah inci, makanya tidak ditemukan
sebelumnya. Bentuknya seperti kobaran api,” ujar Yesung dengan raut wajah lelah. Menguliti
kulit orang bukan hal menyenangkan. Jin-Ah bahkan sempat muntah-muntah selama hal itu
berlangsung.
Hye-Na tampak berpikir sesaat sebelum berbicara dengan nada ragu.
“Bukankah ada zat, racun, yang bisa menembus pembatas antara darah dan otak lalu tidak
menembus balik? Yang mungkin hanya bisa ditemukan di cairan sumsum.”
“Hampir mustahil untuk menghisap sumsum pada tubuh yang sudah mati. Tidak ada tekanan.
Sumsumnya tidak mau keluar.”
“Bukankah cairan mata sama dengan cairan sumsum? Kalau itu bisa, kan?”
“Kau beruntung, mayatnya bukan dikubur malam ini,” kata Yesung sambil berlalu pergi.
“Kau membuatnya kesal, Hye-Na~ya,” ujar Eun-Ji dengan nada memperingatkan.
“Biar saja. Itu kan tugasnya.”
Baru saja Hye-Na menyelesaikan ucapannya, dia merasakan tangannya ditarik dengan kasar dari
belakang dan sedetik kemudian dia sudah menatap wajah itu. Wajah yang bahkan terlihat jauh
lebih mempesona sekaligus lebih berbahaya daripada foto yang dilihatnya semalam. Dan mata
itu… Hye-Na bahkan saat ini bisa mempercayai peribahasa bahwa tatapan bisa membunuh jika
menyangkut mata pria itu.
“Kau pikir siapa kau sampai memiliki hak memberi karyawanku perintah untuk menguliti kulit
ayahku?” Suara pria itu rendah tapi terasa sangat mematikan di telinga Hye-Na. Nyaris membuat
bulu kuduknya meremang.
“Aku hanya melaksanakan tugasku untuk mengetahui penyebab kematian ayahmu,” ujar Hye-Na
berusaha tenang. Tapi dia tidak heran sama sekali saat mendengar suaranya yang bergetar.
Bukan hal aneh jika dia merasa takut pada pria itu. Siapapun akan mengalami hal yang sama jika
ditatap seperti itu.
“Atau Kyuhyun ssi, kau merasa takut jika aku berhasil menemukan bukti bahwa ayahmu
meninggal karena dibunuh? Apa kau merupakan pihak yang terlibat dalam kematian ayahmu
sampai kau merasa ketakutan seperti ini?”
Hye-Na tidak bisa menahan ringisannya saat cengkeraman di lengannya menguat. Pria itu
menundukkan wajahnya sampai sejajar dengan wajah Hye-Na hingga hidung mereka nyaris
beradu. Benar-benar posisi yang bagus untuk mengintimidasi seseorang. Dan benar saja, pria itu
memang menyampaikan ancamannya dengan sangat jelas sesaat kemudian.
“Aku bukan jenis pria yang akan melepaskan buruannya begitu saja. Sekali kau mencari gara-
gara denganku, aku akan pastikan kau membayarnya seumur hidupmu.”

Anda mungkin juga menyukai