ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengawetan Kayu
1 cm
(a) (b)
Rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang
disebut koloni. Rayap merupakan jenis serangga yang banyak merusak bangunan,
perumahan, tanaman, dan lain-lain. Pada dasarnya rayap berperan sebagai
pembersih sampah alam. Namun, setelah habitat rayap terganggu, mereka mulai
masuk ke pemukiman manusia untuk mencari makan, sehingga sampai saat ini
rayap diidentikan sebagai hama perusak yang menyebabkan kerugian ekonomi
yang sangat besar (Prasetiyo dan Yusuf 2005). Rayap terbagi menjadi tiga kasta di
antaranya kasta prajurit, kasta pekerja, dan kasta reproduktif. Ketiga kasta tersebut
memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda. Kasta prajurit berperan melindungi
koloni terhadap gangguan luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta
pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap, dan
jumlahnya sangat banyak sekitar 80-90% populasi dalam koloni rayap. Kasta
pekerja ini banyak berperan pada koloni rayap di antaranya memelihara telur dan
rayap muda, memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan,
serta membuat sarang dan memeliharanya. Kasta pekerja merupakan rayap yang
sering menghancurkan tanaman, kayu, mebel, dan bahan berselulosa lainnya.
Kasta reproduktif terdiri dari individu seksual yaitu betina dan jantan. Individu
betina disebut sebagai ratu berperan menghasilkan telur, sedangkan individu
jantan atau raja berperan membuahi betina (Nandika et al. 2003).
Saat ini, jenis rayap yang tersebar di seluruh dunia sekitar 2000 jenis rayap,
dan 10% dari keseluruhan jenis tersebut atau sekitar 200 jenis telah ditemukan di
Indonesia. Berdasarkan seluruh jenis rayap yang sudah dikenal (2000 jenis yang
terbagi dalam 7 famili, 15 sub-famili, dan 200 genus) tidak semuanya bertindak
sebagai perusak. Akan tetapi, dari keseluruhan jenis tersebut hanya 100 jenis yang
dianggap sebagai perusak. Jenis yang termasuk dalam kategori perusak ganas ada
47 di antaranya 6 jenis dari famili Kalotermitidae, 25 jenis dari famili
Rhinotermitidae, 1 jenis dari famili Mastotermitidae, dan 15 jenis dari famili
Termitidae (Prasetiyo dan Yusuf 2005).
Coptotermes curvignathus Holmgren merupakan salah satu jenis rayap
tanah yang termasuk dalam sub famili Coptotermitidae, famili Rhinotermitidae,
dan masuk ordo Isoptera. Rayap ini memiliki ciri-ciri kepala berwarna kuning,
antena, lambrum, dan pronotum berwarna kuning pucat (Gambar 2). Rayap
Coptotermes hidup di dalam tanah yang banyak mengandung bahan
berlignoselulosa seperti kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon
baik yang sudah mati maupun mash hidup. Rayap Coptotermes curvignathus
merupakan organisme yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada kayu
terutama bangunan. Kerugian akibat serangan rayap pada bangunan di Indonesia
diperkirakan telah mencapai 1.67 trilyun per tahun (Rakhmawati 1996). Selain itu,
5
rayap Coptotermes curvignathus juga dikenal sebagai hama tanaman yang utama,
rayap tersebut telah menyerang beberapa tanaman perkebunan, dan yang paling
sering diserang salah satunya yaitu pohon karet. Serangan jenis rayap ini cukup
menyebabkan kerugian akibat matinya pohon.
Sumber: http://www.termiteweb.com/termite-pictures-coptotermes-curvignathus/
Gambar 2 Rayap tanah Coptotermes curvignathus
METODE
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan elektrik, disk
mill, saringan ukuran 40-60mesh, rotary vacuum evaporator, labu erlenmeyer,
toples, kertas saring, kamera, stopwatch, cawan porselin, gelas ukur, pengaduk,
ampelas, oven, desikator, moistumeter dan wadah perendaman kayu umpan.
Bahan yang digunakan yaitu biji P. littoralis dan etanol konsentarsi 96% sebagai
pelarutnya. Contoh uji yang digunakan yaitu kayu karet (Hevea brasiliensis) dan
rayap tanah C. curvignathus jenis kasta pekerja dan prajurit.
Prosedur Penelitian
setiap perlakuan konsentrasi 3%, 6%, 9%, dan kontrol, masing-masing dibuat lima
ulangan. Sebanyak 25 contoh uji dikeringudarakan hingga kadar air 12-14%,
kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat awal.
Proses Ektraksi
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi rendaman dingin. Maserasi
merupakan metode ekstraksi yang dilakukan dengan membiarkan padatan
terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam mengekstraksi bahan
alam menggunakan metode ini bisa dilakukan tanpa pemanasan (Kristanti et al.
2008). Sebanyak +85 g serbuk biji P. litoralis diekstrak menggunakan pelarut
etanol dengan perbandingan antara serbuk dan pelarut yaitu 1:3. Larutan tersebut
diaduk, kemudian didiamkan selama 48 jam. Selanjutnya larutan tersebut disaring
dengan menggunakan kertas penyaring. Residu kemudian diekstrak kembali
menggunakan pelarut baru (masih etanol). Proses tersebut dilakukan sebanyak
tiga ulangan untuk mendapatkan seluruh kandungan ekstrak yang terdapat dalam
serbuk biji P. littoralis.
Hasil ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan alat rotary
vacuum evaporator dengan suhu 50-60 oC dan tekanan 400 mmHg. Larutan
ekstrak yang telah dievaporasi diambil sebanyak 5 ml dan dimasukan ke dalam
wadah alumunium yang telah diketahui berat kering tanurnya, kemudian
ditimbang. Larutan ekstrak tersebut dikeringkan menggunakan oven pada suhu
40–60 oC sampai beratnya konstan. Ekstrak kering tersebut dimasukan ke dalam
desikator selama 15 menit, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kering
ekstrak etanol yang diperoleh, sehingga dapat dihitung konsentrasi zat ekstraktif
dan rendemen ekstraksi dengan menggunakan rumus berikut :
Wa Wa
Konsentrasi zat ekstraktif = × 100% Rendemen ekstraksi = × 100%
V Wb
Dimana : Dimana :
Wa = Berat padatan ekstraktif (g) Wa = Berat padatan ekstraktif (g)
V = Volume larutan ekstrak pekat (ml) Wb = Berat kering oven serbuk (g)
B − B
R= x C
V
Dimana :
R = Retensi bahan pengawet (kg/m3)
B = Berat contoh uji sebelum diawetkan (kg)
B = Berat contoh uji sesudah diawetkan (kg)
V = Volume contoh uji (m3)
C = Konsentrasi bahan pengawet (%)
Pasir lembab
Rayap
Contoh uji
W − W N − N
P = x 100% M % = x 100%
W N
8
Dimana :
P = Penurunan bobot (%)
W1 = Bobot awal contoh uji kering oven (g)
W2 = Bobot akhir contoh uji kering oven (g)
M = Mortalitas rayap (%)
N1 = Jumlah total rayap sebelum pengumpanan (ekor)
N2 = Jumlah rayap yang mati setelah pengumpanan (ekor)
Kelas awet kayu hasil pengujian terhadap rayap tanah, dapat diketahui
dengan membandingkan nilai penurunan bobot yang diperoleh dengan klasifikasi
kelas awet kayu berdasarkan SNI 2014 (Tabel 1). Pada tabel 1 dapat diketahui
bahwa kelas awet kayu terdiri dari kelas awet I-V atau sangat tahan hingga sangat
tidak tahan.
Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah
Analisis Data
Parameter Kriteria
Retensi (kg/m3) Mencapai nilai retensi untuk penggunaan interior dan
eksterior berdasarkan SNI 1999.
Penurunan bobot (%) Konsentrasi pengawet paling rendah yang menghasilkan
nilai penurunan bobot kayu yang nyata berbeda dari
kontrol dan perlakuan lainnya.
Mortalitas rayap (%) Konsentrasi pengawet terendah yang menyebabkan
kematian rayap paling cepat dengan nilai mortalitas rayap
tertinggi atau mencapai 100% pada akhir pengujian.
9
Retensi
20 c
9,76
15
10
5
0
A1 (3%) A2 (6%) A3 (9%)
Pengawetan (Konsentrasi)
a,b,c
Menununjukkan hasil uji Duncan yang berbeda nyata
Gambar 5 Nilai retensi pengawet ekstrak Polyalthia littoralis pada contoh uji
kayu
20,9
20
15
b b b
10 6,39 6,03 5,72
5
0
A4 (Kontrol A5 (Kontrol A1 (3%) A2 (6%) A3 (9%)
etanol) aquades)
Pengawetan (Konsentrasi)
a,b
Menunjukkan hasl uji yang berbeda nyata; a,aMenunjukkan hasil uji yang tidak berbeda nyata;
b,b
Menunjukkan hasil uji yang tidak berbeda nyata.
Gambar 6 Nilai penurunan bobot (weight loss) contoh uji kayu
tersebut sesuai dengan penelitian Dadang and Ohsawa (2005) bahwa ekstrak biji P.
littoralis bersifat insektisida.
Senyawa aktif yang berperan toksik terhadap rayap pada P. littoralis diduga
berasal dari senyawa terpen. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian Lemmens
dan Bunyapraphatsara (2003) bahwa ekstrak daun P.lateriflora menunjukkan sifat
insektisida yang nyata terhadap Spodoptera litura, dengan terpen sebagai senyawa
aktifnya. Berdasarkan hasil analisis keragaman dapat diketahui bahwa pemberian
ekstrak biji P. littoralis memberikan pengaruh nyata terhadap nilai penurunan
bobot kayu pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan
bahwa di antara perlakuan pengawetan dengan ketiga konsentrasi (3%, 6%, dan
9%) tidak menimbulkan nilai penurunan bobot yang berbeda nyata. Pemberian
konsentrasi sebanyak 3% sudah mampu menekan nilai penurunan bobot hingga
6.39%, atau mampu meningkatkan kelas ketahanan kayu dari sangat tidak tahan
hingga tahan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pemberian bahan pengawet
dengan konsentrasi 3% sudah cukup efektif dalam mengendalikan serangan rayap
tanah C.curvignathus. Gambar 7 menunjukan perwakilan contoh uji dari masing-
masing perlakuan untuk mengobservasi kerusakan akibat rayap secara visual.
Mortalitas Rayap
80
60
40
20
0
Kontrol Kontrol A1 (3%) A2 (6%) A3 (9%)
etanol aquades
Perlakuan pengawetan (Konsentrasi)
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abudulai M, Shepard BM, Mitchell PL. 2001. Paratism and predation on eggs of
Leptoglossus phyllopus (Hemiptera: Coreidae) in cowpea: Impact of
endosulfan sprays. Agric. Urban Entomol. 18(2):105-115.
Adharini G. 2008. Uji keampuhan ekstrak akar tuba (Derris elliptica Benth) untuk
pengendalian rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arif A, Usman N, Samma F. 2006. Sifat anti rayap dari ekstrak ijuk aren (Arenga
pinata). Perennial. 3(1):15-18.
Cavalcante MS. 1982. Biological Deterioration and Wood Preservation. Sao
Paulo: Technological Research Institute.
Dadang, Ohsawa K. 2005. Inentification of the insecticidal principle in Polyalthia
littoralis Boerl. (Annonaceae) seeds toxic to azuki bean weevil,
Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) and Plutella xylostella
(L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). J.ISSAAS. 11(2):54-62.
Hadi YS, Westin M, Rasyid E. 2005. Resistance of furfurilated wood to termite
attack. Forest Product. 55(11):85-88.
15
Lampiran 1 Tabel uji varian pengaruh konsentrasi terhadap retensi serta uji
Duncan-nya
Lampiran 2 Tabel uji varian pengaruh konsentrasi terhadap penurunan bobot serta
uji Duncan-nya
RIWAYAT HIDUP