Anda di halaman 1dari 10

SUSTAINABLE AND GREEN MANAGEMENT

KELOMPOK 2
“GREEN INNOVATION’’

Disusun Oleh :

KATARINA CHRISTINE – 170323332


RUTH NATHANIELA – 170323343
CLARA FRIDA – 170323390
WILLA ARETHA – 170323352
JOSHUA KEVIN - 170323724

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA


UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2019
BAB I

LANDASAN TEORI

Green Innovation

Kehidupan manusia di era yang serba ada sangat membantu dalam siklus kehidupan
manusia secara efektif dan efisien. Dengan itu, memiliki dampat baik dan buruk. Dampak
buruk yang terjadi adalah semakin terlihat bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang
tidak memiliki batas kepuasan. Membuat kecanduan akan sesuatu yang serba instan dan
mudah.

Dampak buruk lainnya adalah kepada lingkungan yang tercemar, membuat kesadaran
masyarakat peduli dengan lingkungan semakin bertumbuh. Potret buram tentang kerusakan
lingkungan akibat aktivitas industri konsumsi massal, gaya hidup yang modern dan
keserakahan manusia yang mendorong kesadaran akan pentingnya peduli lingkungan.

Manusia saat ini sedang dituntut untuk ikut bertanggung jawab dalam hal pencegahan
kerusakan dan perlindungan lingkungan. Semakin terlihat bahwa kita sebagai agent of change
dari lapisan masyarakat harus memberi contoh, seperti hal mudah tidak menggunakan plastik
dan mematikan stop kontak jika tidak digunakan. Karena itu harus ditemukan inovasi yang
tidak merusak lingkungan atau setidaknya dampak tersebut tidak membahayakan kehidupan.

Green Innovation atau dikenal sebagai inovasi hijau dimana salah satu pembaharuan
dalam proses atau aktivitas manusia dengan gaya hidup yang sangat ramah lingkungan atau
dikenal sebagai Green Lifestyle. Sekilas green innovation tidak memiliki keistimewaan tetapi
green innovation memberikan manfaat yang sangat baik dan tidak disangka dampaknya bukan
untuk manusia saja melainkan untuk tanah bumi yang mendukung kehidupan berkelanjutan.
Tujuan dari inovasi hijau ini adalah supaya kehidupan selanjutnya dapat menikmati air bersih
udara segar serta tanah yang subur.

Dari kata Inovasi memiliki pengertian bahsawana pengaruh yang sangat besar dan
hanya dapat dilakukan oleh lembaga atau perusahaan besar yang pada nyatanya bisa dilakukan
oleh individu untuk melakukan suatu inovasi. Misalnya inovasi untuk mengurangi penggunaan
plastik dari diri kita sendiri yang semakin lama akan menjadi terbiasa untuk berbelanja
membawa tas belanja. Walau hanya aktifitas kecil yang kita lakukan dapat melindungi diri kita
sendiri dan bumi kita.

Berkaitan dengan Green Innovation, selalu ada kebijakan pemerintah di dalamnya.


Negara bagian dan pemerintah daerah adalah tempat tindakan dilakukannya sustainability.
Mereka bertanggung jawab atas pengambilan keputusan lokal yang berdampak pada kehidupan
penduduk. Karena setiap orang hidup dalam pemerintah daerah dengan satu atau lain bentuk,
ada baiknya memeriksa peran pemerintah daerah untuk menentukan peran mereka secara
keseluruhan dalam memajukan tujuan keberlanjutan. Mereka sering bereaksi terhadap tujuan
keberlanjutan negara, nasional, atau internasional, sambil bekerja di tingkat bawah untuk
mengadvokasi keberlanjutan jangka panjang di wilayah mereka.

BAB II

LATAR BELAKANG

PT. Freeport merupakan tambang afiliasi yang terletak di Provinsi Papua, yang dimana
PT. Freeport memiliki luas wilayah 212.950 hektar. Perusahaan ini sudah bergerak dalam
bidang pertambangan afiliasi sejak tahun 1973 hingga sekarang. Selama proses kegiatan
pengelolaan tambang yang terus berlanjut, PT. Freeport menghasilakan limbah yang
merugikan bagi masyarakat Papua. Kerugian yang dihasilkan tinggi dan limbah PT. Freeport
ini sudah menghambat kegiatan sehari-hari masyarakat Papua.

Dengan adanya dampak lingkungan yang dihasilkan oleh PT. Freeport tersebut kami
ingin membahas bagaimana masalah-masalah lingkungan yang terjadi dan bagaimana solusi
yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah supaya masyarakat di Papua tidak mengalami
dampak lingkungannya secara berkelanjutan.

2.1 PROFIL PT. FREEPORT INDONESIA

Jenis: PMA

Industri: Pertambangan

Didirikan: 7 April 1967


Kantor Pusat: Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia

Tokoh Kunci: Richard Adkerson, Chappy Hakim, Maroef Sjamsoeddin.

Produk: Konsentrat (tembaga, emas, perak)

Situs web: www.ptfi.co.id

2.2 SEJARAH PT.FREEPORT INDONESIA

Awal mula PT Freeport Indonesia berdiri, sesungguhnya terdapat kisah perjalanan yang
unik untuk diketahui. Pada tahun 1904-1905 suatu lembaga swasta dari Belanda Koninklijke
Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) yakni Lembaga Geografi Kerajaan
Belanda, menyelenggarakan suatu ekspedisi ke Papua Barat Daya yang tujuan utamanya adalah
mengunjungi Pegunungan Salju yang konon kabarnya ada di Tanah Papua.

Catatan pertama tentang pegunungan salju ini adalah dari Kapten Johan Carstensz yang
dalam perjalanan dengan dua kapalnya Aernem dan Pera ke “selatan” pada tahun 1623 di
perairan sebelah selatan Tanah Papua, tiba-tiba jauh di pedalaman melihat kilauan salju dan
mencatat di dalam buku hariannya pada tanggal 16 Februari 1623 tentang suatu pegungungan
yang “teramat tingginya” yang pada bagian-bagiannya tertutup oleh salju. –Catatan Carsztensz
ini menjadi cemoohan kawan-kawannya yang menganggap Carstensz hanya berkhayal.

Walaupun ekspedisi pertama KNAG tersebut tidak berhasil menemukan gunung es


yang disebut-sebut dalam catatan harian Kapten Carstensz, inilah cikal bakal perhatian besar
Belanda terhadap daerah Papua. Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi
militer ke daerah ini pada tahun 1907 hingga 1915. Ekspedisi-ekspedisi militer ini kemudian
membangkitkan hasrat para ilmuwan sipil untuk mendaki dan mencapai pegunungan salju.

Beberapa ekspedisi Belanda yang terkenal dipimpin oleh Dr. H. A. Lorentz dan Kapten
A. Franzen Henderschee. Semua dilakukan dengan sasaran untuk mencapai puncak
Wilhelmina (Puncak Sudirman sekarang) pada ketinggian 4,750 meter. Nama Lorentz
belakangan diabadikan untuk nama Taman Nasional Lorentz di wilayah suku Asmat di pantai
selatan.

Pada pertengahan tahun 1930, dua pemuda Belanda Colijn dan Dozy, keduanya adalah
pegawai perusahaan minyak NNGPM yang merencanakan pelaksanaan cita-cita mereka untuk
mencapai puncak Cartensz. Petualangan mereka kemudian menjadi langkah pertama bagi
pembukaan pertambangan di Tanah Papua empat puluh tahun kemudian.

Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau disebut
gunung bijih, lalu data mengenai batuan ini dibawa ke Belanda. Setelah sekian lama bertemulah
seorang Jan van Gruisen – Managing Director perusahaan Oost Maatchappij, yang
mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengggara dengan kawan
lamanya Forbes Wilson, seorang kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur
Company yang operasi utamanya ketika itu adalah menambang belerang di bawah dasar laut.
Kemudian van Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk mendanai ekspedisi ke gunung bijih
serta mengambil contoh bebatuan dan menganalisisnya serta melakukan penilaian.

Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk


segera melakukan berbagai langkah nyata demi meningkatkan pembanguan ekonomi. Namun
dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan, pemerintah
segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU
No. 1 Tahun 1967).

Pimpinan tertinggi Freeport pada masa itu yang bernama Langbourne Williams melihat
peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg. Dia bertemu Julius Tahija yang pada zaman
Presiden Soekarno memimpin perusahaan Texaco dan dilanjutkan pertemuan dengan Jenderal
Ibnu Sutowo, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan
Indonesia. Inti dalam pertemuan tersebut adalah permohonan agar Freeport dapat meneruskan
proyek Ertsberg. Akhirnya dari hasil pertemuan demi pertemuan yang panjang Freeport
mendapatkan izin dari pemerintah untuk meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967. Itulah
Kontrak Karya Pertama Freeport (KK-I). Kontrak karya tersebut merupakan bahan promosi
yang dibawa Julius Tahija untuk memperkenalkan Indonesia ke luar negeri dan misi
pertamanya adalah mempromosikan Kebijakan Penanaman Modal Asing ke Australia.

Sebelum 1967 wilayah Timika adalah hutan belantara. Pada awal Freeport mulai
beroperasi, banyak penduduk yang pada awalnya berpencar-pencar mulai masuk ke wilayah
sekitar tambang Freeport sehingga pertumbuhan penduduk di Timika meningkat. Tahun 1970
pemerintah dan Freeport secara bersama-sama membangun rumah-rumah penduduk yang
layak di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di sekitar selatan
Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika.

Pada tahun 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan,
kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang dan juga jalan-jalan
di daerah terpencil sebagai akses ke desa-desa Tahun 1972, Presiden Soeharto menamakan kota
yang dibangun secara bertahap oleh Freeport tersebut dengan nama Tembagapura. Pada tahun
1973 Freeport menunjuk kepala perwakilannya untuk Indonesia sekaligus sebagai presiden
direktur pertama Freeport Indonesia. Adalah Ali Budiarjo, yang mempunyai latar belakang
pernah menjabat Sekretaris Pertahanan dan Direktur Pembangunan Nasional pada tahun 1950-
an, suami dari Miriam Budiarjo yang juga berperan dalam beberapa perundingan kemerdekaan
Indonesia, sebagai sekretaris delegasi Perundingan Linggarjati dan anggota delegasi dalam
perjanjian Renville.

BAB III

RUMUSAN MASALAH

1. Apa dampak terbesar untuk lingkungan dari efek Freeport?


2. Bagaimana tindakan pemerintah untuk menanggapi kasus Freeport?
3. Mengapa masalah isu lingkungan Freeport belum dapat diselesaikan?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan PT. Freeport di Indonesia?

BAB IV

TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui dampak terbesar untuk lingkungan dari efek Freeport.


2. Untuk mengetahui tindakan pemerintah untuk menanggapi kasus Freeport.
3. Untuk mengetahui alasan masalah isu lingkungan Freeport belum dapat diselesaikan
dengan baik.
BAB V

PEMBAHASAN

ANALISIS KELOMPOK

PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang mineral afiliasi dari Freeport-
McMoRan (FCX) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum). PTFI menambang
dan memproses bijih menghasilkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak.
Kami memasarkan konsentrat ke seluruh penjuru dunia dan terutama ke smelter tembaga dalam
negeri, PT Smelting. Kami beroperasi di dataran tinggi terpencil di Pengunungan Sudirman,
Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia. Tambang di kawasan mineral Grasberg, Papua
- Indonesia merupakan salah satu deposit tembaga dan emas terbesar di dunia. Kami saat ini
menambang pada fase akhir tambang terbuka Grasberg. Kami tengah mengerjakan beberapa
proyek pada kawasan mineral Grasberg sehubungan dengan pengembangan beberapa tambang
bawah tanah berkadar tinggi yang berskala besar dan berumur panjang. Secara total, semua
tambang bawah tanah ini diharapkan menghasilkan tembaga dan emas skala besar sehubungan
dengan peralihan dari tambang terbuka Grasberg. PT Freeport juga sudah melanggar
penyalahgunaan izin penggunaan kawasan hutan lindung dan perubahan ekosistem akibat
limbah operasional tambang. Kegiatan pertambangan PT Freeport juga sudah merusak hutan
mangrove akibat dari kegiatan tailing, yang dimana limbah tersebut mengendap sehingga
terjadi pengendapan di sekitar hutan mangrove.

SOLUSI PERMASALAHAN DAN JAWABAN KASUS

Sesuai dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan yang dirilis pada 2017, nilai
kerugian lingkungan itu mencapai Rp 185 triliun. Kerusakan lingkungan terjadi karena tidak
layaknya penampungan tailing di sepanjang Sungai Ajkwa, Kabupaten Mimika, Papua.
Kerugian lingkungan di area hulu diperkirakan mencapai Rp 10,7 triliun, muara sekitar Rp
8,2 triliun, dan Laut Arafura Rp 166 triliun. Pelanggaran serius terjadi karena area
penampungan tailing sebetulnya telah dibatasi hanya 230 kilometer persegi di wilayah hulu,
tapi merembes hingga ke muara sungai. Dampak lainnya yang mempengaruhi lingkungan di
sekitarnya yaitu adanya pencemaran air yang dimana limbah tailing membuat pinggiran
Sungai Ajkwa menjadi sempit dan dangkal yang kemudian menjadi air menjadi kotor,
kerusakan pada hutan, dan kerugian pada kebun sagu. Dampak lainnya yang dialami di
lingkungan Papua yaitu menurunnya tingkat kualitas ikan sejak Freeport membuang
limbahnya ke laut. Limbah yang dibuang oleh Freeport akan mengganggu ekosistem. Selain
ekosistem, pembuangan limbah juga akan mengganggu kegiatan sehari-hari masyarakat
Papua, seperti kebutuhan hidup untuk mencari ikan, kebutuhan hidup disekitar hutan bakau,
dan masyarakat Papua harus keluar ke garis pantai lebih jauh untuk mendapatkan kebutuhan
hidup yang lebih baik.

Pemerintah semestinya menyelesaikan urusan itu saat tambang emas masih


dikendalikan Freeport-McMoRan dan perusahaan itu seharusnya diberi sanksi berat. Masalah
yang tidak dibereskan selama bertahun-tahun ini akhirnya menumpuk menjadi risiko
lingkungan yang amat mahal. Saat negosiasi pengambilalihan Freeport, pemerintah pun
kurang lihai menggunakan isu lingkungan ini sebagai senjata untuk menekan harga
pembelian saham. Tindakan yang harus di lakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
kerusakan lingkungan adalah pembuatan tanggul untuk kegiatan tailing dan pemerintah
membuat roadmap supaya pemerintah mengerti daerah mana saja yang nantinya akan
dibangun tanggul unuk kegiatan tailing supaya mengurangi dampak lingkungan.

Dalam mengatasi masalah lingkungannya mungkin Freeport belum menemukan


solusi yang tepat. Pilihan untuk mengurangi jumlah produksi untuk mengurangi kegiatan
tailing mungkin ada benarnya, namun, jika dilihat dari segi ekonomi kegiatan menurunkan
jumlah produksi akan menurunkan pendapatan negara Indonesia. Masalah isu lingkungan
juga belum dapat diselesaikan karena persentase yang diberikan kepada Pemerintah Papua
tidak dapat serta merta masuk sebagai pemulihan lingkungan. Namun, masyarakat dapat
memulihkan lingkungan dengan membudidayakan perkebunan hasil dari reklamasi limbah
tailing. Perkebunan tersebut dapat menghasilkan sayur-sayuran serta pohon berkayu. Jika hal
ini dibudidayakan maka sedikit demi sedikit lingkungan dapat sembuh. Teknologi yang harus
diciptakan oleh pemerintah dan PT Freeport yaitu dengan mengadakan teknologi yang
dimana limbah yang dihasilkan oleh PT Freeport sendiri dapat diolah menjadi sesuatu yang
bermanfaat.

Kelebihan PT.Freeport di Indonesia dapat meningkatkan pendapatan negara,


transparansi pengelolaan Freeport, kemakmuran rakyat Papua, bisa membuka lapangan
pekerjaan khususnya bagi masyarakat di Papua. Sedangkan untuk kekurangan Freeport
sendiri dapat mengakibatkan limbah dari dampak Freeport, keuntungan ekonomi yang hanya
dinikmati oleh pejabat, yang paling berbahaya yaitu pencemaran lingkungan yang terjadi di
daerah Papua.

KESIMPULAN

PT Freeport belum dapat menyelesaikan masalah lingkungan dengan baik dan


menemukan solusi yang lebih baik, sehingga mengakibatkan sejumlah kerusakan yang tidak
bisa di cegah hingga PT Freeport menemukan cara yang lebih baik. Tetapi, pada sisi
sebaliknya reklamasi limbah tailing yang dihasilkan PT. Freeport dapat bermanfat bagi
masyarakat Papua karena tempat reklamasi tersebut dapat dijadikan perkebunan dan
menghasilkan beragai macam sayur-sayuran serta pohon berkayu.

SARAN

Menurut kelompok kami, pemerintah dan PT Freeport harus saling bekerja sama dalam
penyelesaian masalah lingkungan ini yaitu dengan membuat sebuah teknologi inovasi baru
yang dimana teknologi tersebut dapat membuat limbah yang di produksi oleh PT Freeport dapat
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam kebutuhan sehari-hari.
Freeport juga dapat berkonsultasi dengan Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan
Beracun (PSLB3) untuk mendiskusikan teknologi yang dapat digunakan dalam menangani
kegiatan tailing.

Selain teknologi, masyarakat Papua dapat membudidayakan dan dapat mengelola


perkebunan hasil dari reklamasi limbah tailing. Masyarakat tentu juga dapat meningkatkan
kesejahteraanya dengan menjual hasil perkebunannya kepada sesama masayarakat Papua.
Selain itu, secara perlahan masalah lingkungan dapat teratasi karena perkebunan tersebut dapat
menghasilkan pohon berkayu yang dimana dapat diharapkan dapat menggantikan hutan.

.
DAFTAR PUSTAKA

Brinkmann, R (2016) Introduction to Sustainability, Wiley Blackwell

https://kolom.tempo.co/read/1169527/menanggung-dampak-limbah-freeport/full&view=ok

https://www.mongabay.co.id/2019/01/02/setelah-divestasi-freeport-bagaimana-soal-kerusakan-dan-
pemulihan-lingkungan/

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3654155/pemerintah-siapkan-cara-tangani-masalah-lingkungan-
di-freeport

https://news.detik.com/berita/d-4133101/ini-langkah-klhk-atasi-masalah-lingkungan-freeport

https://www.dunia-energi.com/isu-lingkungan-belum-beres-inalum-tidak-akan-bayar-divestasi-saham-
freeport/

Anda mungkin juga menyukai