Anda di halaman 1dari 49

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG


VOLUME PRISMA SEGI TIGA DAN TABUNG LINGKARAN
MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI JETIS IV, KECAMATAN
LAMONGAN, KABUPATEN LAMONGAN

Diajukan Untuk Mendapatkan Penilaian Angka Kredit dalam Usulan


Kenaikan Pangkat dan Golongan dari Penata Tingkat 1 (IV/A) ke Penilaian
(IV/a)

Oleh
SRI LESTARI, S.Pd.
NIP 19651116 199203 2 004

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMONGAN


SDN JETIS IV
TAHUN PELAJARAN 2016-2017

1
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menghitung Volume Prisma Segi Tiga
dan Tabung Lingkaran melalui Penggunaan Alat Peraga pada Siswa Kelas
VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan.

SRI LESTARI, S.Pd.


NIP 19651116 199203 2 004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar


siswa kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan
dalam menghitung volume prisma segi tiga dan tabung lingkaran dengan
menggunakan alat peraga buatan sendiri berbentuk prisma segitiga dan tabung
lingkaran satuan melalui pembelajaran kontekstual fokus pemodelan. Lokasi yang
dipilih untuk penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Negeri Jetis IV,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan dengan jumlah siswa sebanyak 35
siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Kelas VI SD
Negeri Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan ini
merupakan tempat tugas peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode tindakan (action research) dalam bentuk penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan dan masing-masing siklus
terdiri atas tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Pada siklus I diperoleh fakta bahwa siswa masih canggung dalam
penggunaan alat peraga. Kegiatan diskusi kelompok selama ini yang dilakukan
siswa baru sebatas saling menyalin hasil pekerjaan jika memperoleh tugas
mengerjakan soal. Hasl perolehan nilai rata-rata pada siklus I penelitian ini adalah
68,45 dengan nilai tertinggi sebesar 80.00 dan nilai terendah sebesar 50,00.
Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan (> 70) adalah 15 orang dari jumlah
siswa 35 atau sebesar 47,37 %. Rata-rata perolehan nilai ini masih berada di
bawah kriteria ketuntasan minimum yang dipersyaratkan, yakni 70, sehingga
diperlukan penelitian tindakan siklus II.
Pada penelitian tindakan siklus II dilakukan beberapa perbaikan yang
meliputi perubahan komposisi anggota kelompok, pengarahan atas materi pokok
yang lebih jelas, serta latihan-latihan soal pendahuluan. Hasil pembelajaran yang
diperoleh meliputi rata-rata nilai hasil pembelajaran siklus II adalah 84,00 dengan
nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70,00. Jika nilai tersebut dikomparasikan
dengan kriteria ketuntasan minimum (70,00), maka proses pembelajaran
kompetensi dasar ”menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran”
telah dianggap tuntas. Di samping itu, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
pada siklus II ini sebanyak 35 orang dengan tingkat ketuntasan pembelajaran
mencapai 100 % Oleh karena itu, tidak diperlukan perlakuan pembelajaran pada
siklus berikutnya.

2
DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ........................................... iii

FORMAT KESEDIAAN SEBAGAI TEMAN SEJAWAT DALAM


PENYELENGGARAAN PKP ……………………………………………. iv

SURAT PERNYATAAN TEMAN SEJAWAT …………………………... v

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. vi

HALAMAN JUDUL PKP EKSAK .............................................................. viii

ABSTRAK .................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................... 3
C. Analisis Masalah ........................................................... 3
D. Rumusan Masalah ......................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .......................................................... 4
F. Manfaat Penrlitian ......................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... 6


A. Landasan Teoretis ............................................................. 6
1. Hakikat Belajar ......................................................... 6
2. Hasil Belajar .................................................................. 7
3. Prinsip-prinsip Mata Pelajaran Matematika .................... 11
4. Evaluasi Pelajaran Matematika ........................................ 13
5. Alat Peraga ....................................................................... 14
6. Materi Pokok Bahasan Menentukan Volume Bangun
Ruang ..... 19
B. Kerangka Berpikir ........................................................ 20

3
C. Hipotesis Tindakan ....................................................... 21

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PEMBELAJARAN ......


A. Subjek Penelitian ...........................................................
22
1. Lokasi Pelaksanaan Penelitian ..........................................
22
2. Waktu Penelitian .....................................................
22
3. Karakteristik Siswa .................................................
22
B. Deskripsi Persiklus .......................................................
22
1. Siklus
23
I ...................................................................
23
2. Siklus
II .................................................................. 25
C. Sumber Data dan Cara Pengambikan Data .............................. 26
D. Tolok Ukur Keberhasilan ........................................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................


A. Hasil
28
Penelitian .............................................................
28
1. Siklus I ...................................................................
28
2. Siklus II ..................................................................
31
B. Pembahasan ...........................................................
........ 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 40


A. Kesimpulan .................................................................... 40
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut .............................. 41

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 42

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 44

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar merupakan mata pelajar-


an yang dianggap paling sulit oleh siswa sehingga berakibat pada rendahnya
hasil belajar mata pelajaran tersebut. Padahal matematika merupakan mata
pelajaran yang wajib diberikan bagi siswa sejak Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas. Jumlah jam mata pelajaran matematika cukup
banyak dibandingkan dengan mata pelajaran IPA dan IPS.

Kemampuan baca tulis dan berhitung bagi siswa SD merupakan syarat


naik ke kelas IV. Tes Kemampuan Dasar (TKD) menjadi acuan dalam
peningkatan mutu pendidikan khususnya SD kelas III. Persyaratan tersebut
dipandang satu keharusan yang harus dikuasai siswa sebelum memasuki kelas
tinggi (kelas IV-VI).

Matematika merupakan mata pelajaran yang melatih anak untuk


berpikir rasional, logis, cermat, jujur dan sistematis. Pola pikir yang demikian
sebagai suatu yang perlu dimiliki siswa sebagai bekal dalam kehidupan
seharihari. Penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari akan dapat
membantu manusia dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan dalam
berbagai kebutuhan kehidupan. Karena kondisi yang demikian pentingnya,
maka matematika diberikan sejak anak memasuki bangku sekolah sejak kelas
I sampai kelas XII (SMA). Namun demikian matematika masih kurang
diminati anak didik baik di tingkat SD, SMP maupun SMA. Hal yang
demikian perlu mendapatkan perhatian bagi guru untuk memperbaiki metode

5
serta pendekatan dalam belajar mengajar sehingga anak didik merasa senang
dan termotivasi untuk belajar matematika.

Sebagaimana yang terjadi di kelas VI SD Negeri Negeri Jetis IV,


Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan di mana hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika merupakan urutan yang terbawah dari semua mata
pelajaran yang diajarkan di kelas VI. Diketahui bahwa pada kompetensi dasar
”menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran” dari ulangan
harian yang dilakukan selama dua kali, hasilnya baru mencapai rata-rata kelas
5,6. Hal tersebut masih sangat perlu diupayakan peningkatannya. Menurut
hasil analisis ulangan harian, diketahui bahwa pada

Tahun Pelajaran 2015/2016 hasil belajar siswa pada pokok bahasan


menentukan volume bangun ruang baru mencapai rata-rata 56 dan pada tahun
2016/2017 baru mencapai rata-rata kelas 59. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ada kesulitan yang cukup berarti bagi siswa kelas VI dalam memecah-kan dan
menyelesaikan soal kompetensi dasar ”menghitung volume prisma segitiga
dan tabung lingkaran”, maka perlu upaya peningkatan kemampuan melalui
upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru.

Upaya peningkatan kemampuan siswa terhadap pokok bahasan volume


bangun ruang antara lain melalui penggunaan alat peraga. Penggunaan alat
peraga dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika yang
dipelajarinya dengan mudah. Konsep matematika seperti bangun ruang akan
mudah dimengerti anak didik pada saat pembelajaran berlangsung. Sifat alat
peraga itu sendiri membantu memperjelas konsep-konsep abstrak agar
menjadi konkret.

Alat peraga akan merangsang minat siswa sekaligus mempercepat


proses pemahaman siswa ketika mendapati hal-hal yang abstrak dan yang sulit
dimengerti anak. Kebaikan alat peraga bagi pembelajaran juga membuat anak
lebih bersemangat karena tidak merasakan kejenuhan. Pembelajaran dengan

6
alat peraga mudah dicerna anak didik dibandingkan dengan pembelajaran
yang bersifat verbalistik.

Alat peraga yang tepat untuk menerangkan ”menghitung volume


prisma segitiga dan tabung lingkaran” di antaranya bentuk prisma dan tabung
lingkaran satuan. Alat peraga tersebut menjadikan anak akan mampu
memecahkan masalah melalui pengamatan, penganalisisan dan pembuktian
secara terpadu sehingga konsep volume bangun ruang akan mudah
diselesaikan anak didik pada saat mempelajari konsep volume bangun ruang.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan pembelajaran matematika yang dapat teridentifikasi di


SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan adalah
sebagai berikut.

1. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit.

2. Hasil belajar matematika pada semua tingkat kelas menempati


urutan terbawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

3. Proses pembelajaran matematika belum dapat menarik perhatian


siswa sehingga motivasi belajar siswa belum terangsang.

4. Kelengkapan media pembelajaran yang ada di sekolah masih


sangat terbatas.

5. Kegiatan pembelajaran masih berlangsung secara konvensional.

C. Analisis Masalah

Sejalan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah


tersebut di atas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan
untuk mengkaji lebih mendalam yang dirumuskan dalam judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Menghitung Volume Prisma Segi Tiga dan
Tabung Lingkaran melalui Penggunaan Alat Peraga pada Siswa Kelas VI SD
Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan”.

7
Adapun peneliti tertarik memilih judul tersebut dengan pertimbangan
sebagai berikut.

1. Peneliti sebagai guru kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan,


Kabupaten Lamongan merasa perlu untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada kompetensi dasar tersebut yang nilai rata-ratanya baru
mencapai 5,6.
2. Sepengetahuan peneliti, judul tersebut belum diangkat dan diteliti oleh
peneliti terdahulu.
3. Peneliti bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan
mengupayakan pengadaan alat peraga buatan peneliti bersama siswa serta
menggunakannya dengan tepat dan optimal.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis masalah di atas, disusun


rumusan masalah sebagai berikut.

”Apakah penggunaan alat peraga prisma segi tiga dan tabung lingkaran
satuan dapat meningkatkan hasil belajar menghitung volume prisma segi tiga
dan tabung lingkaran pada siswa kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan
Lamongan, Kabupaten Lamongan?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil


belajar siswa kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten
Lamongan dalam menghitung volume prisma segi tiga dan tabung lingkaran
dengan menggunakan alat peraga buatan sendiri berbentuk prisma segitiga dan
tabung lingkaran satuan melalui pembelajaran kontekstual fokus pemodelan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan


manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah.

8
1. Bagi Siswa
a. Meningkatnya hasil belajar pada kompetensi dasar menghitung
volume prisma segi tiga dan tabung lingkaran.
b. Meningkatnya motivasi belajar matematika.
c. Meningkatnya rasa percaya diri.

2. Bagi guru
a. Meningkatkan gairah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Merupakan umpan balik keberhasilan siswa dalam menguasai
kompetensi dasar menghitung volume prisma segi tiga dan tabung
lingkaran.
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran karena dengan kegiatan PTK ini
guru lebih terampil menggunakan alat peraga.

3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dan kontribusi positif
bagi sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan
dapat dijadikan model pembelajaran oleh guru sekolah dasar lain dalam
pembelajaran kompetensi dasar menghitung volume prisma segi tiga dan
tabung lingkaran.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis

1. Hakikat Belajar

Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali sering


diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik
dengan membaca, belajar identik dengan mengerjakan soal-soal. Pengertian
belajar seperti tersebut masih sempit. Menghafal tidak dinamakan belajar.

Loster D. Crow and Crow menyatakan bahwa belajar adalah perbuatan


untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap (Kasijan,
1984:16). Sumadi Suryabrata (1984:249) menyatakan bahwa kegiatan belajar
mencakup tiga hal yaitu: a) membawa perubahan, b) terjadi karena didapatkan
kecakapan baru, dan c) terjadi karena ada upaya. Belajar pada dasarnya adalah
berusaha mendapatkan sesuatu kepandaian (Poerwadarminta,1988:108).
Sedangkan menurut istilah populer bahwa pengertian belajar adalah proses
perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai bentuk pengalaman-peng-
alaman atau praktik (David R, 1996:2). Menutrut Winkel bahwa belajar diarti-
kan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan itu relatif
konstan dan berbekas (WS Winkel,198:36).

Dengan demikian belajar adalah perubahan-perubahan yang relatif


konstan dan berbekas menyangkut pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
dan sikap-sikap.

10
2. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai
dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat
ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak
menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per
kata terlebih dahulu. Belajar berasal dari kata “ajar” mendapat awalan “bel-”
yang kemudian menjadi kata jadian “belajar” mengandung makna proses
belajar.

Kata belajar menunjuk arti apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subyek yang menerima pelajaran, bukan sekedar menghapal, bukan pula se-
kedar mengingat (Sardiman,1998:34). Belajar pada dasarnya merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan, pemahaman, dan
sikapnya. Belajar adalah proses yang aktif, yaitu mereaksi semua situasi yang
berada disekitar individu, yang mengarah pada suatu.

Belajar pada hakikatnya perubahan pada diri seseorang sebagai subjek


didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena belajar adalah
suatu proses merubah kondisi seseorang yang terwujud dalam tiga ranah,
maka bagaimana agar belajar benar-benar terjadi. Ada beberapa teori belajar
yang akan penulis paparkan dalam pembahasan ini untuk melihat bagaimana
hakikatnya belajar yang sesungguhnya.

Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar
diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162).
Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa
kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa
dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses
belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor (Sunaryo,1983:4).

11
Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan
akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

1) Kesehatan anak
2) Rasa aman
3) Kemampuan dan minat
4) Kebutuhan diri anak akan sesuatu yang akan dipelajari
(Rustiyah NK, 1995:123).

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai


berikut.

1) Lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar.


2) Motivasi dari luar (Rustiyah NK,1995:123).

Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah
tempat anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar,
kurikulum, materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempe-
ngaruhi hasil belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar
baik itu bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen
adalah faktor biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen
adalah seperti sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan
sikap budayanya. Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru
harus mengenal anak dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis
kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus
mampu meneliti setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa.

12
Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil
akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif
maupun dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang
guru wajib menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum
maupun khusus. Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai
siswa harus mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa
dapat dilihat dari segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
memudahkan guru dalam mengukur keberhasilan belajar maka guru harus
menentukan tujuan pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria
dalam pembuatan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai
berikut.

a) Mengandung satu jenis perbuatan.


b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan
siswa.
c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru
(Surakhmad,1981:28).

Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah
dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik
yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang
dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang
berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar
dalam jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang
dituliskan dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian
ini, hasil belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tuju-
an pembelajaran yang ditetapkan guru. Hasil belajar yang dicapai siswa ber-
kaitan erat dengan kesulitan belajar dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar
siswa dalam mata pelajaran matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya.
Kesulitan belajar yaitu di mana anak didik atau siswa tidak mampu belajar
sehingga hasil di bawah potensi intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103).

13
Menurut Lerner (1931:367) dalam buku pendidikan bagi anak berkesulitan
belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman, 1999:262) adalah kekurang pahaman
tentang simbol, nilai tempat, perhitungan dan penggunaan proses yang keliru
dan tulisan yang tidak terbaca.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar


adalah terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan
sebagai ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14)
dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut
memungkinkan menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner
berpendapat, ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar seperti
berikut ini.

a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan.


b. Abnormalitas persepsi visual.
c. Assosiasi visual motorik.
d. Perverasi.
e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol.
f. Gangguan penghayatan tubuh.
g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca
h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ
(Abdurrahman, 1999:259).

Jadi kesulitan belajar matematika disebabkan rendahnya kemampuan


intelegensi, banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan
adanya gangguan assosiasi visual motorik.

Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :

a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas.


b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang.

14
c. Lambat dalam melakukan tugas belajar.
d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura
dusta dan lain-lain.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Supriyono, 1991:89).

Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar


pada dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b)
keterlambatan akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang
motivasi dalam belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan
kehadiran di sekolah sering tidak masuk.

Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat bantuan dari guru
dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta didik dapat
melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.

3. Prinsip-prinsip Mata Pelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika berkaitan dengan kemampuankemampuan


siswa mengenai pemahaman struktur dasar sistem bilangan daripada mempel-
ajari keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pelajaran matematika sesuai
dengan kurikulum SD tahun 2006 (Standar Isi yang dikembangkan menjadi
KTSP) menekankan mengapa dan bagaimana matematika melalui penemuan
dan eksplorasi. Mata pelajaran matematika menerapkan prinsip-prinsip basic
skill movement yang mencerminkan beberapa kemampuan dasar matematika
bagi siswa SD yang meliputi hal sebagai berikut.

a. Menyiapkan anak untuk belajar matematika


b. Maju dari konkret ke abstrak
c. Penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang
d. Generalisasi ke dalam situasi baru
e. Bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa
f. Perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep atau keterampilan
matematika
g. Penyediaan program matematika yang seimbang. (Mulyono, 1999:273).

15
Oleh karena itu ada beberapa pendekatan dalam pengajaran mate-
matika di SD, yaitu sebagai berikut.

a. Urutan belajar yang bersifat perkembangan


Dalam hal ini guru diharapkan memberikan pelajaran matematika
sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Tidak akan ada manfaatnya
mengajarkan anak suatu konsep atau keterampilan matematika sebelum
mencapai tahap perkembangan tersebut karena tidak akan berhasil.
b. Belajar Tuntas
Dalam pembelajaran matematika guru harus menentukan sasaran
atau tujuan pembelajaran khusus. Sasaran tersebut harus dapat diukur dan
diamati, menguraikan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa
dari soal mudah, sedang ke tingkat yang sukar, dan mengurutkan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan.
c. Strategi belajar
Strategi belajar matematika memusatkan bagaimana siswa belajar
agar dapat mengembangkan stratgi belajar metakognitif yang mengarah-
kan proses mereka dalam belajar.
d. Pemecahan Masalah (Mulyono, 1999:255)
Strategi belajar matematika dengan pemecahan masalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kaitannya
dengan soal-soal matematika.

Keempat pendekatan dalam pembelajaran matematika di SD tersebut,


tentunya menuntut kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, juga
dituntut lebih aktif dan cermat melakukan strategi pembelajaran agar siswa
yang mengalami kesulitan belajar tidak merasa ditinggalkan tetapi terlayani
dengan baik dengan cara kemampuannya sendiri dan mampu mengikuti
setahap demi setahap.

16
4. Evaluasi Pelajaran Matematika

Evaluasi pembelajaran matematika secara umum sama dengan evaluasi


mata pelajaran lainnya baik jenis evaluasi maupun bentuk-bentuk soalnya.
Evaluasi matematika di Sekolah Dasar merupakan salah satu cara atau
kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dan pen-
capaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam evaluasi pelajaran matematika
keberhasilan siswa diukur dari proses pengerjaan dan diukur dari kebenaran
dalam jawaban yang dihasilkan. Dengan demikian bagaimana proses pengerja-
annya dan bagaimana hasil jawabannya.

Dalam hal kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran
matematika menurut Learner, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.

a. Memutuskan apa yang akan diukur.


b. Memilih atau mengembangkan suatu herarki keterampilan.
c. Memutuskan di mana memulai.
d. Memilih atau mengembangkan instrumen.
e. Melaksanakan tes.
f. Mengadministrasikan tes.
g. Mencatat kekeliruan dan gaya kinerja.
h. Menganalisis temuan dan meringkaskan hasil.
i. Memperkirakan alasan kekeliruan dan menentukan bidang yang akan
diperiksa.
j. Memeriksa.
k. Melengkapi catatan dan rumusan tujuan-tujuan pembelajaran khusus
(Mulyono, 1999:266).
Ranah yang diungkapkan dalam evaluasi pembelajaran matematika
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dievaluasi
dengan tes hasil belajar yang menggunakan berbagai ragam bentuk soal tes
sesuai dengan materi yang akan diukur kemajuan dan keberhasilannya.

17
5. Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga disebut juga alat bantu pelajaran. Alat peraga yang diguna-
kan sebagai alat bantu dalam pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih
berkualitas. Menurut Heinrich (1996) menyatakan bahwa keseluruhan sejarah,
media dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan. Media merupakan
jamak dari kata medium adalah suatu saluruh untuk komunikasi. Diturunkan
dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah ini kepada sesuatu yang
membawa informasi ke penerima tercetak, komputer dan instruktur. Yang
demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka membawa pesan dengan
suatu maksud pembelajaran.

Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain; (1)


media non projektif antara lain fotografi, diagram, sajian dan model-model,
(2) media projektif antara lain slide, filmstrif, transparansi, dan komputer
proyektor, (3) media dengar seperti radio kaset, (4) media gerak seperti vidio
dan film, (5) komputer, multimedia, (6) serta media yang digunakan untuk
belajar jarak jauh (UPI, 2001:200).

Alat peraga sebagai media pembelajaran dapat menjadikan materi


pelajaran yang disampaikan lebih konkret sehingga mudah dicerna siswa. Alat
peraga menambah konkretnya materi pelajaran yang disampaikan guru
sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih bermakna bagi kehidup-
an siswa. Karena itulah guru matematika yang dalam pembelajaran meng-
gunakan alat peraga akan memperoleh keuntungan sebagai berikut.

1. Siswa dan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih


termotivasi. Baik siswa maupun guru, terutama siswa menjadi
tumbuh minatnya terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan
karena itu lebih dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan
pada tingkattingkat yang lebih rendah.

18
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda
di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.

Alat peraga dapat disebut pula alat bantu dalam pembelajaran. Dalam
praktik kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula disebut dengan media
pembelajaran. Oleh karena itu dalam hal ini peneliti tidak akan memper-
soalkan penggunaan istilah tersebut. Secara harfiah kata media memiliki arti
“perantara” atau “pengantar” atau peraga (Depag RI,2004:11).

Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu:


a. guru sebagai pengendali siswa;
b. guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran;
c. guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam
pembelajaran; dan
d. guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau
guru bermedia ( UPI, 2001:200).

Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana


digambarkan dalam diagram berikut.

Skema 1: Model Pembelajaran yang dilakukan guru (Nana Sujana,1991:13).

19
Model pembelajaran yang tampak pada skema di atas menunjukkan
keragaman bahwa ada guru yang menggunakan media dan ada guru yang
menggunakan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran. Ada empat pola guru
dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.

a. Guru sebagai pengendali siswa, disini tugas guru adalah melakukan


manajemen kelas dan mengukur kemajuan balajar siswa secara bertahap
dan berkelanjutan.
b. Guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Pembelajaran yang
dilakukan guru sedapat mungkin diupayakan menggunakan alat peraga,
hal ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang disampaikan dapat
dimengerti dan mudah dicerna oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran
yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
c. Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran
artinya baik guru maupun media pembelajaran yang lain dijadikan sumber
belajar.
d. Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia (guru
bermedia).

Meskipun ada perbedaan, pada prinsipnya media dan alat peraga me-
rupakan perantara dalam kegiatan pembelajaran. Kaitannya dengan pembel-
ajaran matematika maka alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajar-
an sesuai dengan materi yang akan diberikan pada saat itu. Di antaranya alat
peraga dalam kegiatan pembelajaran menentukan volume kubus bangun ruang
adalah sebagai berikut.

b. Alat Peraga Model Kubus, Prisma, dan Tabung Satuan


1) Fungsi
 Alat peraga model kubus satuan memiliki fungsi untuk
menunjukkan volum/isi kubus atau balok.
 Alat peraga model prisma satuan memiliki fungsi untuk
menunjukkan volum/isi prisma.

20
 Alat peraga model tabung satuan memiliki fungsi untuk
menunjukkan volum/isi tabung atau selinder.
2) Bentuk Alat
Bentuk alat-alat peraga yang dibuat sendiri sebagai berikut.

Model kubus satuan, prisma segitiga satuan, dan tabung lingkaran satuan
1) Alat dan bahan
a. Alternatif bahan 1 : karton tebal/karton duplek, lem, spidol,
plastik jilid.
b. Alternatif bahan 2 : Styrofoam, spidol.
c. Perkakas : kuas, gunting, cutter/pemotong
2) Cara pembuatan alat peraga.
Jika bahan yang dipergunakan karton tebal, karton duplek, atau
styrofoam maka cara membuat alat peraga yaitu dengan membuat
jaring-jaring kubus, prisma segitiga, dan tabung lingkaran.. Untuk
menghubungkan sisi yang satu dengan yang lain buatlah lidah pada
jaring-jaringnya. Selanjutnya bentuklah jaring-jaring kubus
sebagaimana gambar berikut.

Model jaring-jaring Kubus

21
Model jaring-jaring Prisma Segitiga

Model Jaring-jaring Tabung Lingkaran


3) Penggunaan Alat dalam Kegiatan Belajar Mengajar
1. KTSP Matematika SD Edisi Tahun 2006
Kelas VI/ Semester I
Standar Kompetensi : 3. Menghitung luas segi banyak
sederhana, luas lingkaran, dan
volume prisma segitiga.
Kompetensi Dasar : 3.3 Menghitung volume prisma
segitiga dan tabung lingkaran

22
2. Penggunaan Alat Menghitung Volume Kubus

a. Tunjukkan pada siswa bahwa 1 (satu) buah kubus


didefiniskan sebagai satu satuan isi
b. Siswa diminta menyebutkan banyaknya kubus satuan
pada gambar berikut ini.

Siswa disuruh mengisi setiap kotak transparan yang


telah disiapkan dengan kubus satuan, dan menghitung banyak-
nya kubus satuan yang dapat mengisi masing-masing kotak.

Untuk menghitung volume prisma segi tiga, siswa


ditugaskan untuk mengukur masing-masing sisi rusuk prisma,
tinggi segi tiga kemudian menghitung luas segi tiga. Sedangkan
dalam menentukan volume tabung lingkaran, siswa ditugaskan
untuk mengukur jari-jari lingkaran serta panjang rusuk,
kemudian menghitung luas lingkaran.

6. Materi Pokok Bahasan Menentukan Volume Bangun Ruang

Dalam kegiatan penelitian ini, pokok bahsan yang dijadikan


penelitian yaitu menghitung volume prisma segi tiga dan tabung lingkaran.
Untuk sekedar mengingatkan siswa, siswa diajak kembali untuk menemu-
kan volume kubus dengan uraian materi sebagai berikut.

23
a. Menentuan volume kubus
Penentuan volume kubus didasarkan pada rumus volume kubus.
Menentukan volume kubus rumusnya adalah sebagai berikut. sisi x sisi
x sisi= volume
Volume dinyatakan dengan satuan kubik (3)

b. Menentukan volume prisma

Penentuan volume prisma segitiga didasarkan pada rumus volume


prisma, yakni:

1
Volume prisma segitiga = luas alas × tinggi = ×a×b×t
2

c. Menentukan volume tabung

Penentuan volume tabung lingkaran didasarkan kepada rumus selinder


sebagai berikut.

Volume Tabung =πxrxrxt

= π x r2 x t

B. Kerangka Berpikir

Sebagaimana teori yang dikaji tersebut di atas, bahwa alat peraga


memiliki fungsi untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pel-
ajaran yang disampaikan. Alat peraga berperan penting dalam meningkatkan
keberhasilan siswa karena melalui penggunaan alat peraga siswa dapat
mengamati, menaksir, dan meramalkan berbagai hal baik melalui indera peng-
lihat, peraba maupun pendengar.

Keterlibatan alat-alat indera menggairahkan siswa dalam belajar


sehingga akan mudah terangsang untuk mencoba melakukan sesuatu hal yang
diperlukan.

24
Penggunaan alat peraga prisma dan tabung buatan sendiri dalam
pembelajaran kompetensi dasar “menghitung volume prisma segitiga dan
tabung lingkaran”, dapat meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar dan mengajar. Kemudahan yang akan diperoleh siswa
melalui penggunaan alat peraga tersebut yaitu siswa dapat mengukur,
mengamati, menaksir dan menangkap apa yang seharusnya kemudian dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi yaitu Menghitung volume prisma
segitiga dan tabung lingkaran secara tepat.

Kecepatan dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut


memungkinkan lebih meningkat hasil belajarnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dengan penggunaan alat peraga prisma segitiga dan tabung
lingkaran satuan maka kemampuan siswa dalam menghitung volume prisma
segitiga dan tabung lingkaran akan meningkat. Sebaliknya jika pembelajaran
matematika kompetensi dasar “menghitung volume prisma segitiga dan
tabung lingkaran” dalam pembelajaran di kelas tidak menggunakan alat
peraga, maka hasil belajar siswa kurang dapat diterima siswa yang pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Kebermaknaan dan kemudahan menyerap materi pelajaran dapat


dilakukan melalui latihan mengukur secara langsung terhadap benda-benda
baik benda langsung maupun alat peraga sehingga siswa akan memiliki
kemampuan keterampilan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajarinya.
Kemampuan inilah yang menjadikan hasil belajar siswa akan mudah untuk
ditingkatkan.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “melalui penggunaan


alat peraga prisma segitiga dan tabung lingkaran satuan maka hasil belajar
siswa kelas VI SD Negeri Permana Utama, Kecamatan Madukara, Kabupaten
Astinapura dalam kompetensi dasar menghitung volume prisma segitiga dan
tabung lingkaran dapat ditingkatkan”.

25
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
1. Lokasi Pelaksanaan Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah siswa kelas VI SD


Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan dengan
jumlah siswa sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18
siswa perempuan. Kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan,
Kabupaten Lamongan ini merupakan tempat tugas peneliti.

2. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan penelitian terdiri atas dua siklus dengan


masing-masing terdiri atas satu pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran
pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut.

a. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 19 Oktober 2016 pada
jam pelajaran ke-5 dan ke-6.
b. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 Oktober 2016 jam


ke-5 dan ke-6.

Penentuan pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II tersebut didasarkan


pada jadwal pelajaran mata pelajaran matematika di kelas.

3. Karakteristik Siswa

Subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas VI


SDN Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan yang
berjumlah siswa sebanyak 35 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan
18 siswa perempuan. Sebagaimana kebanyakan siswa di daerah, prestasi

26
belajar matematika para siswa kurang begitu menggembirakan sehingga
pada siswa yang berjumlah 35 orang tersebut tidak ada siswa yang
menonjol dalam prestasi belajar matematika. Sementara itu, terdapat 2
siswa yang rata-rata prestasi belajarnya di bawah rata-rata.

B. Deskripsi Per Siklus


1. Siklus I
Sesuai dengan perencanaan bahwa siklus I dilaksanakan pada hari
hari Selasa tanggal 19 Oktober 2016 pada jam pelajaran ke-5 dan ke-6.
Langkah kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan

1) Dokumentasi kondisional meliputi data hasil ulangan materi


“menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran”, dan
observasi terhadap pembelajaran matematika yang berlangsung.
2) Identifikasi masalah.
Identifikasi dan klarifikasi semua masalah yang dihadapi oleh
siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Merancang rencana pembelajaran.

b. Pelaksanaan
1) Guru menyiapkan rencana pengajaran.
2) Guru memberikan soal-soal pada siswa.
3) Guru mengevaluasi tingkat daya serap siswa terhadap proses
pembelajaran.
4) Guru menjelaskan materi tentang kompetensi dasar “menghitung
volume prisma segitiga dan tabung lingkaran” dilanjutkan dengan
memberikan contoh-contoh soalnya.
5) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran seperti bertanya, mengungkapkan pen-
dapat, diskusi dan lain sebaginya.
6) Guru memberikan soal-soal latihan setiap akhir pertemuan.

27
7) Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus 1.

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data


aktivitas pembelajaran, baik data pembelajaran (guru) maupun data
pembelajaran siswa. Peneliti menyiapkan angket observasi yang
dilakukan dengan data pengukur.

d. Refleksi

Data dikumpulkan kemudian direfleksi oleh peneliti. Refleksi


dilakukan dengan cara mengukur baik cara kuantitatif maupun
kualitatif. Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian disimpulkan
bagaimana hasil belajar siswa dan bagaimana hasil pembelajaran guru
yang teah dilakukan. Kemudian direfleksikan berupa hasil analisis
yang telah dikerjakan.

1) Apakah terjadi peningkatan kualitas belajar sebelum diterapkan


pembelajaran dengan alat peraga?
2) Apakah alat peraga yang digunakan dapat meningkatkan hasil
belajar dan pemahaman siswa konsep bangun ruang dalam
kompetensi dasar “menghitung volume prisma segitiga dan tabung
lingkaran”?
3) Berapakah jumlah siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar
setelah dilakukan pembelajaran dengan alat peraga?
4) Sudahkah mencapai target yang diinginkan sesuai dengan yang
diharapkan guru?
5) Sudahkah guru menerapkan struktur pengajaran matematika yang
baik?
6) Sudahkah guru mengadakan pendekatan kepada siswa dengan baik
dan menggunakan alat peraga prisma segitiga dan tabung lingkaran
satuan?

28
2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebanyak dua pertemuan yakni pada hari


Selasa tanggal 22 Oktober 2016 pada jam pelajaran ke-1 dan ke-2 dan hari
Jumat tanggal 26 Oktober 2016 jam ke-5 dan ke-6 dengan langkah-
langkah sebagai berikut.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, maka diadakan perencanaan


sebagai berikut.
1) Identifikasi masalah
Masalah siklus 1 yang belum berhasil pada kompetensi dasar
“menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran”.
2) Rencana tindakan
Penerapan pembelajaran dengan meningkatkan efektivitas peng-
gunaan alat peraga harus lebih ditekankan lagi terutama agar lebih
mengoptimalkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar.

b. Pelaksanaan

1) Guru melakukan semua tindakan sebagaimana pada


siklus I.
2) Guru memberikan soal-soal latihan.
3) Menjelaskan materi lanjutan dengan alat peraga
yang lebih banyak dan variatif.
4) Mengadakan Tes akhir siklus II.

c. Pengamatan

Pelaksanaan atau tindakan siklus 2 sesuai dengan perencanaan yang


diprogramkan yaitu:
1) Atas dasar hasil siklus 1, maka permasalahan dapat
diidentifikasi dan dirumuskan.

29
2) Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan cara
mengadakan pendekatan dan bimbingan khusus.
3) Guru menerangkan kembali materi yang kurang
dipahami siswa dengan contoh-contoh soalnya secara sistematis.
4) Merencanakan kembali pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dalam pembelajaran konsep bangun
ruang dalam kompetensi dasar “menghitung volume prisma
segitiga dan tabung lingkaran”.
5) Siswa diberi soal-soal latihan untuk dibahas
kembali.

6) Guru memberikan soal-soal tes pada akhir siklus 2.

d. Refleksi

Peneliti merefleksi semua tindakan pada siklus 1 dan siklus 2,


kemudian melakukan refleksi terhadap tindakan kelas yang telah
dilaksanakan. Refleksi terhadap keberhasilan siklus II menjadi dasar
pertimbangan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran, apakah
penelitian perbaikan dilaksanakan ke siklus berikutnya ataukah cukup
sampai pada siklus II saja.

C. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data

1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi siswa kelas VI SDN Jetis IV,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan dan guru peneliti serta guru
teman sejawat. Jumlah sumber data siswa sebanyak 35 orang siswa dan 2
guru (teman sejawat dan kepala sekolah).

2. Jenis Data
Data yang didapatkan dalam PTK ini berupa data kuantitatif dan kualitatif,
yang terdiri dari:
a) Hasil belajar siswa.
b) Data situasi pembelajaran.

30
c) Data pelaksanaan pembelajaran oleh guru.

3. Cara Pengambilan Data


a) Data Hasil belajar diambil melalui tes setiap akhir siklus.
b) Data situasi kondisi KBM diambil melalui pengamatan kelas.
c) Data refleksi dan perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil
melalui jurnal keberhasilan yang dibuat guru.
d) Data pelaksanaan pembelajaran diambil melalui observasi guru peneliti
oleh guru mitra.

D. Tolok Ukur Keberhasilan

Sebagaimana hasil belajar pada kompetensi dasar “menghitung volume


prisma segitiga dan tabung lingkaran” pada siswa kelas VI SDN Jetis IV,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan 2016/2017 rata-rata kelas baru
dicapai sebesar 59 dan pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun pelajaran
2015/2016, rata-rata kelas yang dicapai adalah 56.

Dengan demikian tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini


yang penulis tetapkan apabila siswa pada kompetensi dasar “menghitung
volume prisma segitiga dan tabung lingkaran” yatu mencapai nilai rata-rata
kelas minimal 70.

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian perbaikan pembelajaran dalam bentuk penelitian tindakan


kelas dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menghitung Volume
Prisma Segi Tiga dan Tabung Lingkaran melalui Penggunaan Alat Peraga pada
Siswa Kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten
Lamongan semester 1 tahun pelajaran 2016-2017” dilaksanakan dalam dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahap-tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang


dikemukakan pada Bab I, maka penelitian ini akan memfokuskan kepada
peningkatan hasil pembelajaran sebagai tujuan penelitian. Akan tetapi,
deskripsi proses pembelajaran pun akan disinggung jika data yang ditampilkan
memerlukan penjelasan yang rinci.

Data hasil penelitian yang diperoleh dari siklus I dan II penelitian


tindakan ini dapat disajikan dalam uraian berikut ini.

1. Siklus I

Siklus I pembelajaran kompetensi dasar ’menghitung volume


prisma segitiga dan tabung lingkaran’ melalui penggunaan alat peraga
bangun ruang pada siswa kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan
Lamongan, Kabupaten Lamongan semester 1 tahun pelajaran 2016-2017
ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari Selasa tanggal 19

32
Oktober 2016 pada jam pelajaran ke-5 dan ke-6. Pada pelaksanaan
tindakan pembelajaran siklus I ini dilakukan pula pengamatan atas proses
pembel-ajaran dan diperoleh beberapa data temuan sebagai berikut.

a. Proses Pembelajaran

1) Pada awal kegiatan diskusi kelompok, pada


umumnya siswa masih merasa canggung dengan situasi
pembelajaran. Apalagi siswa harus mempelajari sendiri materi
pembelajaran melalui LKS yang dibagikan. Kegiatan menemukan
sendiri (inkuiri) konsep materi ’volume prisma segitiga’ dan
’volume tabung lingkaran’ bagi siswa merupakan hal yang relatif
cukup sulit karena melibat-kan beberapa konsep prasyarat seperti
penguasaan cara menghitung luas segitiga, luas segi empat, dan
luas lingkaran.

2) Hal kedua yang merupakan kegiatan baru bagi para


siswa adalah mempresentasikan konsep yang ditemukannya dalam
presentasi kelas. Penguasaan komunikasi yang relatif masih kurang
menjadi hambatan siswa dalam mengungkapkan gagasannya.

3) Proses diskusi yang berjalan pada setiap kelompok


tampak tidak seimbang. Jalannya proses diskusi banyak didominasi
oleh siswa-siswa yang aktif dan biasa memperoleh prestasi baik.
Hal ini menjadi catatan peneliti bagi perbaikan siklus berikutnya.

4) Alokasi waktu yang tersedia untuk pembelajaran


ternyata tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan waktu
untuk pelaksana-an kuis atau tes akhir.

b. Hasil Pembelajaran

Data hasil pembelajaran yang diperoleh adalah dalam bentuk


akumulasi skor dan nilai perolehan siswa. Penilaian hasil pembelajaran
ini dilakukan segera setelah siswa melaksanakan kuis sehingga siswa

33
mengetahui secara langsung hasilnya serta hal apa saja yang
seharusnya mereka perbaiki.

Data empirik hasil penelitian siklus I ini dapat dilihat pada


tabel berikut.

Tabel 4.1
Data empiris hasil pembelajaran menghitung volume prisma dan tabung
kelas VI SDN Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten
Lamongan pada siklus I
L/ Jumlah Nilai
No Nama Siswa Ketuntasan
P Skor Perolehan
1 Ade Rizal Rusvian Daffa L 10 62 Belum Tuntas
2 Alya Febriana Kartika Putri P 10 62 Belum Tuntas
3 Aoedita Trisia Agustien P 14 80 Tuntas
4 Davina Razaktya Kayla Putri L 14 80 Tuntas
5 Dhika Rizky Aulia Rahma P 14 80 Tuntas
6 Elfrida Kusuma Wardani P 11 68 Belum Tuntas
7 Fahmidatun Nisa Nur Q P 14 80 Tuntas
8 Faldy Purnama L 9 56 Belum Tuntas
9 Fernandio Wahyu P.P.H L 9 58 Belum Tuntas
10 Fransisco Alexander L 14 80 Tuntas
11 Ilham Ramanda Zanuar P L 14 80 Tuntas
12 Intan Dwi Artanti P 10 65 Belum Tuntas
13 Irania Rafif Devrida P 8 50 Belum Tuntas
14 Isaoura Ferninda Prayogo P 14 80 Tuntas
15 Laily Febryanti P 8 50 Belum Tuntas
16 M.Rifki Oktaviansyah L 11 68 Belum Tuntas
17 Marlon Diego Prasetyo W L 12 65 Belum Tuntas
18 Maulana Yusuf Rahandiawan L 8 50 Belum Tuntas
19 Muhammad Rifky Cahyono L 11 80 Tuntas
20 Muhammad Fadhillah Yos N L 10 62 Belum Tuntas

21 Muhammad Daffa Shoib U L 11 65 Belum Tuntas

22 Muhammad Rafli Rizky M L 14 80 Tuntas

23 Muhammad Reihan Fahresy L 14 80 Tuntas

24 Muhammad Tabah Pristiawan L 8 50 Belum Tuntas

34
L/ Jumlah Nilai
No Nama Siswa Ketuntasan
P Skor Perolehan

25 Nabilah Atikahsari P 11 63 Belum Tuntas

26 Nadya Maura Ainindhita P 11 65 Belum Tuntas

27 Navy Vernando L 14 80 Tuntas

28 Nur Jihan P 14 80 Tuntas

29 Oktaviana Dwi Intan W P 14 80 Tuntas


30 Rahmasita Rafida P 14 80 Tuntas
31 Selfiana Noor Apsari P 11 65 Belum Tuntas
32 Viola Aninda Puteri P 9 56 Belum Tuntas
33 Reynata Dwitami Handiyanti P 10 60 Belum Tuntas
34 Mohammad Resha W.P.P L 14 80 Tuntas

35 Putri Ziyan Naja Kharira P 9 56 Belum Tuntas


JUMLAH SKOR 403 2396 15
RATA-RATA SKOR 11,51429 68,45714
SKOR TERTINGGI 14 80
SKOR TERENDAH 8 50
KKM 70
% KETUNTASAN BELAJAR 47,37 %.

Tabel di atas menunjukkan data perolehan hasil belajar siklus I


siswa kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan yang
memperoleh nilai rata-rata sebesar 68,45 dengan nilai tertinggi sebesar
80.00 dan nilai terendah sebesar 50,00. Jumlah siswa yang telah
mencapai ketuntasan (> 70) adalah 15 orang dari jumlah siswa 35 atau
sebesar 47,37 %. Sebagaimana diketahui bahwa batas taraf ketuntasan
pembelajaran di tingkat kelas harus mencapai sekurang-kurangnya 85
%.

Data grafik perolehan hasil pelajar dapat ditampilkan sebagai


berikut.

35
Gambar 4.1 Grafik Perolehan Nilai Hasil Pembelajaran Siswa kelas VI
SDN Permana Utama Kecamatan Madukara, Kabupaten Astinapura pada
Siklus I

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


siklus I belum mencapai keberhasilan yang diharapkan sehingga perlu
diperbaiki dalam bentuk tindakan siklus berikutnya.

2. Siklus II

Siklus II tindakan pembelajaran ”Upaya Meningkatkan Hasil


Belajar Menghitung Volume Prisma Segi Tiga dan Tabung Lingkaran
melalui Penggunaan Alat Peraga pada Siswa Kelas VI SD Negeri Jetis IV,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan” ini merupakan siklus

36
tindakan tahap kedua dan merupakan perbaikan dari pelaksana-an siklus
tindakan tahap pertama. Pada siklus II ini beberapa hal meng-alami
perbaikan dan penyesuaian sesuai dengan data temuan yang diperoleh
selama pembelajaran dan hasil pembelajaran siklus I.

a. Proses Pembelajaran

Pada pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan sejumlah perbaikan


dan penyesuaian bagi siswa agar siswa dapat menyerap pembelajaran
dengan baik.

1) Pembagian kelompok siswa diubah dengan cara


menyebar kembali siswa-siswa berkemampuan tinggi ke dalam 4
kelompok baru, demikian juga siswa-siswa yang memiliki
kemampuan menengah dan rendah. Jumlah kelompok belajar di
dalam kelas tetap tidak berubah, hanya anggotanya komposisinya.

2) Dampak pertama yang dapat dilihat dari perubahan


kelompok ini adalah jalannya proses diskusi menjadi lebih dinamis
dan hampir seluruh siswa terlibat dalam diskusi kelas. Di sisi lain,
peneliti dengan dibantu teman sejawat melakukan layanan
individual kepada siswa-siswa tertentu yang sulit memahami
konsep materi yang sedang dipelajari.

3) Alat peraga yang digunakan, yang terdiri atas alat peraga


bangun ruang prisma segitiga dan tabung lingkaran, diperbanyak
dengan menggunakan kertas manila karton dan dibagikan kepada
masing-masing kelompok. Dengan bantuan alat peraga yang
dipegang oleh setiap anggota dalam kelompok ini, ternyata siswa
lebih mudah memahami konsep materi pembelajaran jika
dibandingkan dengan kegiatan yang sama pada siklus I.

4) Meskipun proses pembelajaran secara keseluruhan sudah


berjalan lancar dan siswa tidak lagi canggung melaksanakan

37
kegiatan demi kegiatan, waktu yang tersedia ternyata masih belum
cukup juga. Kuis atau tes akhir pembelajaran terpaksa dilaksanakan
di luar jam pembelajaran selama 20 menit.

b. Hasil Pembelajaran

Siklus II penelitian ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar


Menghitung Volume Prisma Segi Tiga dan Tabung Lingkaran melalui
Penggunaan Alat Peraga pada Siswa Kelas VI SD Negeri Jetis IV,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan semester 1 tahun
pelajaran 2016-2017” merupakan tahap perbaikan tindakan. Perbaikan
ini dilakukan berdasarkan temuan dan masukan yang diperoleh selama
melaksanakan penelitian tindakan siklus I.

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2
Data empirik hasil pembelajaran siswa kelas VI SDN Jetis IV,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan pada Siklus II

Jumlah Nilai
No Nama Siswa L/P Ketuntasan
Skor Perolehan
1 Ade Rizal Rusvian Daffa L 12 75 Tuntas
2 Alya Febriana Kartika Putri P 12 75 Tuntas
3 Aoedita Trisia Agustien P 14 93.75 Tuntas
4 Davina Razaktya Kayla Putri L 14 90 Tuntas
5 Dhika Rizky Aulia Rahma P 14 90 Tuntas
6 Elfrida Kusuma Wardani P 12 75 Tuntas
7 Fahmidatun Nisa Nur Q P 14 90 Tuntas
8 Faldy Purnama L 12 75 Tuntas
9 Fernandio Wahyu P.P.H L 12 75 Tuntas
10 Fransisco Alexander L 14 90 Tuntas
11 Ilham Ramanda Zanuar P L 14 93.75 Tuntas
12 Intan Dwi Artanti P 12 75 Tuntas
13 Irania Rafif Devrida P 12 75 Tuntas
14 Isaoura Ferninda Prayogo P 14 93.75 Tuntas
15 Laily Febryanti P 14 87.5 Tuntas
16 M.Rifki Oktaviansyah L 14 87.5 Tuntas

38
Jumlah Nilai
No Nama Siswa L/P Ketuntasan
Skor Perolehan
17 Marlon Diego Prasetyo W L 12 70 Tuntas
18 Maulana Yusuf Rahandiawan L 12 75 Tuntas
19 Muhammad Rifky Cahyono L 14 90 Tuntas
20 Muhammad Fadhillah Yos N L 12 75 Tuntas

21 Muhammad Daffa Shoib U L 14 85 Tuntas

22 Muhammad Rafli Rizky M L 14 90 Tuntas

23 Muhammad Reihan Fahresy L 14 90 Tuntas

24 Muhammad Tabah Pristiawan L 14 80 Tuntas

25 Nabilah Atikahsari P 12 75 Tuntas

26 Nadya Maura Ainindhita P 14 85 Tuntas

27 Navy Vernando L 14 90 Tuntas

28 Nur Jihan P 14 90 Tuntas

29 Oktaviana Dwi Intan W P 14 90 Tuntas


30 Rahmasita Rafida P 14 90 Tuntas
31 Selfiana Noor Apsari P 14 80 Tuntas
32 Viola Aninda Puteri P 12 75 Tuntas
33 Reynata Dwitami Handiyanti P 14 87.5 Tuntas
34 Mohammad Resha W.P.P L 14 100 Tuntas

35 Putri Ziyan Naja Kharira P 12 75 Tuntas


JUMLAH SKOR 464 2933.75 35
RATA-RATA SKOR 13.25714 83.82143
SKOR TERTINGGI 14 100
SKOR TERENDAH 12 70
KKM 12 70
% KETUNTASAN BELAJAR 100%

Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai


hasil pembelajaran siklus II adalah 84,00 dengan nilai tertinggi 100
dan nilai terendah 70,00. Jika nilai tersebut dikomparasikan dengan
kriteria ketuntasan minimum (70,00), maka proses pembelajaran
kompetensi dasar ”menghitung volume prisma segitiga dan tabung
lingkaran” telah dianggap tuntas. Di samping itu, jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan pada siklus II ini sebanyak 35 orang dengan

39
tingkat ketuntasan pembelajaran mencapai 100 % yang ternyata lebih
tinggi dari prasyarat ketuntasan klasikal sebesar 85 %. Oleh karena itu,
tidak diperlukan perlakuan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Data grafik perolehan hasil pelajar dapat ditampilkan sebagai


berikut.

Gambar 4.2 Grafik Perolehan Nilai Hasil Pembelajaran Siswa kelas VI


SDN Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan pada Siklus II

B. Pembahasan

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang


sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pen-
dekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut
Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran adalah
pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang
untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembel-
ajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode,

40
strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan
dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir
(thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke
pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke
kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksi-
nya pengetahuan siswa (Setiawan, 2005).

Pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and


Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha mengaitkan
ilmu pengetahuan dengan dunia nyata di sekitar kita. Penggunaan alat peraga
pada konsep-konsep abstrak prisma segitiga dan tabung lingkaran pada
faktanya dapat memperjelas konsep pembelajaran sehingga siswa dapat
dengan mudah memahaminya. Alat peraga pada konteks CTL merupakan
model ideal yang menghubungkan konsep keilmuan matematika yang abstrak
dengan pemikiran siswa yang didominasi oleh kemampuan berpikir secara
visual.

Oleh karena itu, penggunaan alat peraga sebagai bentuk pemodelan


pembelajaran kontekstual dalam kompetensi dasar ’menghitung volume
prisma segitiga dan tabung lingkaran’ dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa yang berakibat meningkatnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal penghitungan volume prisma segitiga dan tabung
lingkaran.

Apabila dikomparasikan hasil pembelajaran siklus I dan siklus II, akan


dapat dilihat terjadinya peningkatan hasil belajar baik secara klasikal maupun
secara individual sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3
Data perbandingan hasil pembelajaran siswa kelas VI SDN Jetis IV,
Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan pada Siklus I dan
Siklus II
N Nilai Nilai
Nama Siswa L/P
o Siklus I Siklus II
1 Ade Rizal Rusvian Daffa L 62 75
2 Alya Febriana Kartika Putri P 62 75

41
N Nilai Nilai
Nama Siswa L/P
o Siklus I Siklus II
3 Aoedita Trisia Agustien P 80 93.75
4 Davina Razaktya Kayla Putri P 80 90
5 Dhika Rizky Aulia Rahma P 80 90
6 Elfrida Kusuma Wardani P 68 75
7 Fahmidatun Nisa Nur Q P 80 90
8 Faldy Purnama L 56 75
9 Fernandio Wahyu P.P.H L 58 75
10 Fransisco Alexander L 80 90
11 Ilham Ramanda Zanuar P L 80 93.75
12 Intan Dwi Artanti P 65 75
13 Irania Rafif Devrida P 50 75
14 Isaoura Ferninda Prayogo 80 93.75
15 Laily Febryanti P 50 87.5
16 M.Rifki Oktaviansyah 68 87.5
17 Marlon Diego Prasetyo W L 65 70
18 Maulana Yusuf Rahandiawan L 50 75
19 Muhammad Rifky Cahyono L 80 90
20 Muhammad Fadhillah Yos N L 62 75

21 Muhammad Daffa Shoib U L 65 85

22 Muhammad Rafli Rizky M L 80 90

23 Muhammad Reihan Fahresy L 80 90

24 Muhammad Tabah Pristiawan L 50 80

25 Nabilah Atikahsari P 63 75

26 Nadya Maura Ainindhita P 65 85

27 Navy Vernando L 80 90

28 Nur Jihan P 80 90

29 Oktaviana Dwi Intan W P 80 90


30 Rahmasita Rafida P 80 90
31 Selfiana Noor Apsari P 65 80
32 Viola Aninda Puteri P 56 75
33 Reynata Dwitami Handiyanti P 60 87.5
34 Mohammad Resha W.P.P L 80 100

35 Putri Ziyan Naja Kharira P 56 75


JUMLAH SKOR 2396 2933.75
RATA-RATA SKOR 68,45714 83.82143
SKOR TERTINGGI 80 100
SKOR TERENDAH 50 70

42
N Nilai Nilai
Nama Siswa L/P
o Siklus I Siklus II
KKM 70 70
% KETUNTASAN BELAJAR 47,37 % 100

Dari tabel di atas dapat dilihat peningkatan selalu terjadi pada setiap
individu siswa. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran
kontekstual dengan memfokuskan pada penggunaan alat peraga sebagai
pemodelan pada kompetensi dasar ’menghitung volume prisma segitiga dan
tabung lingkaran’ dapat berhasil. Hal ini disebabkan karena dalam
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual disertai dengan penggunaan
media mirip aslinya berupa alat peraga bangun ruang prisma segitiga dan
selinder yang terbuat dari bahan karton. Bagi guru media ini dapat memper-
mudah dalam penyampaian materi pembelajaran dan bagi siswa dapat
meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam menelaah materi. Secara
tidak langsung siswa akan aktif berpikir dan berupaya mencari jawaban yang
sesuai untuk setiap permasalahan yang muncul, sehingga sistem pembelajaran
yang terjadi dapat menimbulkan ketertarikan atau minat dan motivasi pada
siswa. Dan juga siswa akan menggunakan pengalaman-pengalaman yang ia
temui di lingkungan sebagai media yang dapat mengantarkan siswa agar lebih
mudah memahami suatu permasalahan yang dimaksud. Hal ini sejalan dengan
pendapat Heinich, Molenda dan Russel dalam Prayitno (1998) yang menyata-
kan bahwa media pengajaran dalam membelajarkan dapat mengkonkritkan
ide-ide atau gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalah-
pahaman siswa dalam mempelajari dan memberikan pengalaman-pengalaman
yang nyata yang merangsang aktifitas diri sendiri untuk belajar. Dengan
keaktifan siswa ini akan meningkatkan motivasi pada siswa untuk belajar,
yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa manfaat


media pengajaran adalah menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu
terutama melalui media benda asli, selain itu media juga dapat memberikan
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di

43
kalangan siswa. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa
dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapai. Media benda asli berupa kerangka bangun ruang dan alat peraga
lainnya dalam penelitian ini bertujuan untuk membantu siswa dalam
memahami sesuatu yang abstrak dan sukar untuk menambah minat,
memperbanyak materi dan merangsang terjadinya perubahan kognitif.

Selain itu di dalam pembelajaran kontekstual siswa dibagi-bagi men-


jadi beberapa kelompok untuk mempermudahkan dalam kegiatan pengamatan
dan diskusi. Dalam hal ini, menurut Fajar (2002) guru dalam pembelajaran
berfungsi sebagai fasilitator (pemberi kemudahan dalam belajar) sehingga
guru harus dapat mengubah pola tindakan peran siswa dalam pembelajaran
dari konsumen gagasan (seperti menyalin, mendengar, menghafal) menjadi
peran produsen gagasan (seperti bertanya, menjawab, meneliti, mengemuka-
kan pendapat).

Melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual,


materi tumbuhan biji yang sulit dan mungkin membosankan akan dapat lebih
mudah diterima siswa, karena pembelajaran menjadi lebih menarik disebabkan
di dalam pembelajarannya menggunakan suatu media yang bersifat langsung
dalam bentuk objek nyata (Ibrahim dan Syaodirh, 2000). Cara yang ditempuh
oleh guru dalam proses pembelajaran adalah dengan membawa objek nyata
tersebut ke dalam kelas dan membawa siswa keluar kelas untuk mengamati
benda-benda nyata yang serupa dengan bangun prisma segitiga (bangunan
atap sekolah) dan tabung lingkaran (drum minyak tanah). Dengan kegiatan
tersebut maka dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengalami
sendiri situasi yang sesungguhnya dan juga di dalam pembelajarannya siswa
dibagi dalam beberapa kelompok untuk mempermudahkan di dalam
pengamatan dan diskusi.

Pendekatan kontekstual dalam penelitian ini mempunyai kelebihan


karena berlangsung secara ilmiah dalam bentuk siswa mengalami atau meng-
amati sendiri, tidak hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendekat-

44
an kontekstual di dalam proses pembelajarannya memanfaatkan berbagai
sumber pembelajaran, setting belajar yang tidak selalu di dalam kelas dan
dapat memanfaatkan media apa saja untuk belajar.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat memperkuat


ingatan siswa pada materi yang telah diberikan guru di kelas yang pada
akhirnya dapat menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi pada siswa dan
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian


pembelajaran berjudul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menghitung
Volume Prisma Segi Tiga dan Tabung Lingkaran melalui Penggunaan Alat
Peraga pada Siswa Kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan Lamongan,
Kabupaten Lamongan semester 1 tahun pelajaran 2016-2017” telah berhasil.
Dengan demikian, hipotesis penelitian “melalui penggunaan alat peraga
prisma segitiga dan tabung lingkaran satuan maka hasil belajar siswa kelas
VI SD Negeri Permana Utama, Kecamatan Madukara, Kabupaten Astinapura
dalam kompetensi dasar menghitung volume prisma segitiga dan tabung
lingkaran dapat ditingkatkan” dapat diterima.

45
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan


peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Jetis IV, Kecamatan
Lamongan, Kabupaten Lamongan dalam menghitung volume prisma segi tiga
dan tabung lingkaran dengan menggunakan alat peraga buatan sendiri
berbentuk prisma segitiga dan tabung lingkaran satuan melalui pembelajaran
kontekstual fokus pemodelan. Maka, berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan atas data hasil penelitian diperoleh fakta sebagai berikut.

1. Terjadi peningkatan prestasi pembelajaran dari siklus I yang


memperoleh rata-rata nilai sebesar 68,45menjadi 83.82pada siklus II yang
berarti terjadi peningkatan sebesar 16,45.

2. Proses pembelajaran pada siklus I yang berlangsung kaku dan


canggung telah berkembang jauh lebih baik pada siklus II dan siswa
menyatakan lebih senang.

Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran


kontekstual dengan fokus pemodelan melalui penggunaan alat peraga bangun
ruang ternyata efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri
Jetis IV, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan semester I tahun
pelajaran 2016-2017 pada kompetensi dasar ”menghitung volume prisma
segitiga dan tabung lingkaran”.

46
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut

Saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir laporan ini adalah


sebagai berikut.

1. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dapat


mengait-kan konsep ilmu dengan kenyataan yang terdapat di sekitar siswa.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika pada kompetensi dasar
”menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran” sebaiknya
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan memfokuskan
pada penggunaan alat peraga sebagai bentuk pemodelan.

2. Penggunaan alat peraga (media pembelajaran) dalam matematika


memiliki nilai strategis bagi peningkatan motivasi dan pemahaman belajar
siswa. Oleh karena itu, pengadaan alat peraga atau media pembelajaran ini
seharusnya menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dari guru pengajar
sehingga konsep-konsep abstrak dalam matematika dapat menjadi konkret.

3. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat pula dicoba untuk


diterapkan pada kompetensi dasar lainnya sesuai dengan kebutuhan siswa
dan kebutuhan pembelajaran.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono, Kesulitan Belajar Matematika, Jakarta: Gramedia

Dady Permana dan Triyati. 2008. Bersahabat dengan Matematika untuk Kelas VI
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual


Teaching and Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi


Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Erman Amti. 1992. Diagnostik Kesulitan Belajar Anak. Jakarta: Gramedia.

Hollands Roy. 1991. Kamus Matematika. Erlangga. Jakarta

Kasijan, 1984. Dasar-dasar Proses Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lisnawati Simanjutak, 1999. Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka


Cipta

Poerwadarminta, 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Rustiyah NK. 1995. Masalah-Masalah Keguruan. Jakarta: Bumi Aksara

Sardiman, 1998. Motivasi dan Interaksi Belajar. Jakarta: Rajawali Pres

Suyitno Amin,dkk.2001. Matematika Sekolah 1. FMIPA UNNES. Semarang

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti P2GSM

48
Tim MKPBM, 2001. Struktur Pengajaran Matematika, Semarang.

UPI. 2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,


Bandung: Jurusan MIPA UPI

Winarno Surahmad, 1981. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel. 1998. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Widodo Supriyono, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Y.D Sumanto, Heny Kusumawati, Nur Aksin. 2008. Gemar Matematika 5: untuk
kelas VI SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

49

Anda mungkin juga menyukai