Anda di halaman 1dari 85

Pratikum aib

•By Rega Pratama


• pratamarega94@yahoo.com
ELEMENT
1)SOURCE ROCK
• Merupakan endapan sedimen yang mengandung bahan -bahan
organik yang cukup untuk dapat menghasilkan minyak dan gas
bumi ketika endapan tersebut tertimbun dan terpanaskan, dan
dapat mengelurakan minyak dan gas bumi tersebut dalam
jumlah yang ekonomis.
• Bahan organik yang terkandung pada source rock disebut
Kerogen.
Element
Tipe Kerogen
• Tipe 1
• Alga dari lingkungan pengendapan lacustrine dan lagoon. Tipe seperti ini
dapat mengahsilkan minyak dengan kualitas baik dan mampu menghasilkan
gas.
• Tipe 2
• Campuran dari tumbuhan dan mikroorganisme laut. Tipe seperti ini
merupakan bahan utama minyak dan gas bumi
• Tipe 3
• Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batubara. Tipe seperti ini
umumnya menghasilkan gas dan sedikit minyak.
• Tipe 4
• Bahan bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe seperti ini tidak mampu
menghasilkan minyak dan gas
• Contoh: Batu Serpih/Shale (Batu lempung yang pipih) dan Coal (Batubara).
Element
2. Reservoir Rock
• Batuan yang mampu menyimpan dan mampu mengalirkan
hidrokarbon.
• Syarat batuan tersebut harus memiliki porositas sebagai
penyimpan hidrokarbon dan permeabilitas sebagai tempat
mengalirnya hidrokarbon.
• Contoh: Batu pasir (sandstone), batu gamping (limestone),
batuan dolomit (batuan gamping yang terdolomitasi / terkena
proses pelarutan air formasi sehingga terdapat unsur Mg
didalamnya).
Element
• 3. Migration Route
Jalur transportasi minyak dan gas dari Source Rock menuju Reservoir.
Dapat berasal dari rekahan (karena proses tektonik & pelarutan batuan
dari air formasi) ataupun dari permeabilitas lapisan batuan diatas source
rock.
Dalam transportasi hidrokarbon terjadi beberapa proses yaitu:
• oMigrasi primer
• Migrasi didalam skuen dari Source Rock
• oEkspulsion
• Dari sekuen Source Rock menuju carrier bed
• oMigrasi Skunder
• Transportasi carrier bed menuju ke trap
Element
4. Seal Rock
• Seal Rock atau Cap Rock merupakan batuan yang memiliki
porositas dan permeabilitas yang kecil sehingga cairan
hidrokarbon tidak dapat melalui batuan tersebut yang
mengakibatkan minyak dan gas bumi terjebak.
• Syarat batuan ini ialah impermeable (tidak memiliki/sangat
sedikit terdapat pori yang berhubungan sehingga tidak memiliki
kemampuan mengalirkan fluida.
• Contoh: Batu lempung (Shale)
Element
5. Trap
• Bentuk dari suatu geometri atau facies yang mampu menahan
minyak dan gas bumi untuk terakumulasi dan tidak berpindah
lagi.
• Syarat suatu trap harus terdiri dari batuan reservoir sebagai
tempat penyimpan hidrokarbon dan suatu set seal sebagai
penutup agar tidak terjadi migrasi lagi, dimana keduanya tertata
dalam bentuk ataupun susunan lapisan yang menyebabkan HC
terakumulasi.
• Tipe Trap
• Trap Struktural
• Trap ini dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan
terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang merupakan
respon dari kejadian tektonik.
Element
• Trap Stratigrafi
• Trap reservoir ini dipengaruhi oleh variasi perlapisan
secara vertikal dan lateral, perubahan facies batuan dan
ketidakselarasan, serta variasi lateral dalam litologi pada
suatu lapisan reservoir dalam perpindahan minyak bumi.
• Trap Kombinasi
• Trap ini merupakan kombinasi antara 2 trap, baik secara
struktural maupun stratigrafi, dimana trap ini merupakan
faktor bersama dalam membatasi pergerakan dari minyak
bumi. Contoh: Piercment dome, anticline fault.
Trap
• Jebakan struktur : Fault (patahan) dan fold (lipatan)
• Jebakan stratigrafi : salt dome dan uncormity
• Combinasi
AIB
• Analisa Inti Batuan adalah tahapan analisa setelah contoh
formasi dibawah permukaan (core) diperoleh.
• menentukan secara langsung informasi tentang sifat – sifat fisik
batuan
• Dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon
dari suatu sumur
• tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan untuk
pegangan melaksanakan well completion
• merupakan suatu informasi penting untuk melaksanakan proyek
secondary dan tertary recovery.
• data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan pembanding dan
kalibrasi dan metode logging.
Rutin
• Analisa inti batuan rutin, yakni analisa yang rutin dilakukan.
Analisa Inti Batuan Rutin umumnya berkisar tentang
pengukuran porositas, permeabilitas absolut dan saturasi fluida
Spesial
• Analisa Inti Batuan Spesial, yakni analisa yang dilakukan hanya
pada kejadian tertentu. Dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
• Pengukuran pada kondisi statis (pengukuran tanpa injeksi),
meliputi tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan cepat rambat
suara, grain density, wettability, kompresibilitas batuan,
permeabilitas dan porositas fungsi tekanan (Net Over Burden)
dan studi petrography.
• Pengukuran pada kondisi dinamis (pengukuran dengan injeksi),
meliputi permeabilitas relatif, thermal-recovery, gas residual,
water flood evaluation, liquid permeability (completion
evaluation, workover dan injection fluid).
Tujuan
• Menentukan secara langsung informasi tentang sifat – sifat fisik
batuan.
• Dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon
dari suatu sumur.
• Tahap eksploitasi dari suatu reservoir dapat digunakan untuk
pegangan melaksanakan well completion.
• Merupakan suatu informasi penting untuk melaksanakan proyek
secondary dan tertary recovery.
• Data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan pembanding
dan kalibrasi dan metode logging
Coring
• 1. Analisa Core
• Pengambilan core (sampel formasi dibawah permukaan) dari
dalam sumur dengan menggunakan core bit. Pengujian sifat
fisik batuan dengan metode ini dilakukan pada praktikum AIB.
Coring dilakukan dengan cara:
• Conventional coring
• Sidewall coring
Alat Coring
LOGGING
• Dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan yang dibor
dengan menggunakan peralatan logging (Tool Log).
• Tujuan :Mengetahui /interpretasi
batuan/keberadaanreservoir,kandungan fluida dari tiap
kedalaman, penyebaran vertical dan lateral reservoir, yang akan
berguna untuk penghitungan kandungan HC
Sejarah logging
• Logging pertama kali dilakukan olehSchlumberger thn 1927
dengan kedalaman well 500m di Prancis.Hanya satu sensor
yang diapakai(Resistivity).
Gamma Ray
• Gamma Ray log adalah suatu rekaman dari radioaktifitas alami:
uranium (U),thorium (Th), dan potassium (K) yang ada pada
batuan.Biasa digunakan pada open hole dan cased hole
Gamma Ray
Cutting
• meneliti cutting yang berasal dari lumpur pemboran yang
disirkulasikan kedalam sumur pemboran
Outline
Sifat-Sifat Fisik Batuan
• Porositas
• Permeabilitas
• Saturasi
• Wettabilitas
• Tekanan Kapiler
• Kompressibilitas
Porositas
Porositas
B. Klasifikasi Porositas
• Berdasarkan Pembentukannya
Porositas Primer, terbentuk bersamaan dengan proses
pembentukan batuan.
Porositas Sekunder, terbentuk setelah terjadi proses pembentukan
batuan. Porositas sekunder dapat berupa:
• Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk
karena adanya kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari
variasi beban seperti lipatan, atau patahan.
• Pelarutan batuan, air formasi melarutkan mineral-mineral yang
terkandung pada batuan.
• Dolomitisasi, dalam proses ini batuan gamping (CaCO3)
ditransformasikan menjadi dolomite (CaMg(CO3)2
Porositas
• Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Porositas
• Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan,
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan
bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari
pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk bola, jika bentuk butiran
mendekati bola maka porositas batuan akan lebih meningkat
dibandingkan bentuk yang menyudut.
• Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi disini adalah penyebaran dari berbagai macam besar butir
yang tergantung pada proses sedimentasi dari batuannya. Umumnya
jika batuan tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar butir akan
sama besar. Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat batuan
diendapkan.
• Derajat Sementasi dan Kompaksi
Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori batuan
akibat adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat. Sedangkan
sementasi pada batuan akan menutup pori-pori batuan tersebut
Porositas
Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari
Graywacke
Aplikasi Pengukuran Porositas pada
Dunia Perminyakan
• Untuk perhitungan cadangan dengan metode volumetrik.
Permeabilitas
• Pengertian Permeabilitas
Kemampuan batuan untuk dialiri fluida.
• Asumsi darcy:
• Alirannya steady state
• Fluida 1 fasa
• Viskositas konstan
• Kondisi aliran isothermal
• Formasi homogen & arah alirannya horizontal
• Fluidanya incompressible
Permeabilitas

q..L
k=
A( P1  P2 )
Harga Permeabilitas

Kualitas Nilai Permeabilitas (darcy)


Sangat Buruk < 1 mD
Buruk 1 mD – 50 mD
Sedang 50 mD – 200 mD
Baik 200 mD – 500 mD
Sangat Baik > 500 mD
Satu Darcy
• Satu Darcy dapat didefinisikan sebagai kemampuan batuan
untuk mengalirkan fluida sebanyak 1 cc pada luas penampang
1cm2 pada temperatur 1 derajat celcius pada keadaan 1
atmospheric.
Jenis Permeabilitas
• Permeabilitas Absolut (K abs)
Fluida yang mengalir hanya satu fasa.
• Permeabilitas Effektif (K eff)
Fluida yang mengalir lebih dari satu fasa.
• Permeabilitas Relatif
Perbandingan K eff dengan K abs.
Permeabilitas
• Alat untuk mengukur permeabilitas adalah gas permeameter.
• Karena yang di injeksikan gas

• Efek slippage:gas yang mengerorkan pembacaan permeabilitas

• Efek klickkenberg :perbedaan gas dan liquid untuk melewati


formasi

• Koreksi klickkenberg:di gunakan untuk mendapatkan nilai k


yang sebenarnya / koreksi faktor error
Aplikasi di dunia perminyakan
• Untuk mengetahui optimasi laju alir pada saat satu fasa
(sebelum melewati Pb).
• Untuk mengetahui Produktifitas Index (PI).
Saturasi
Faktor yang mempengaruhi nya
• Ukuran & distribusi pori-pori batuan
• Ketinggian diatas free water level
• Adanya perbedaan Pc
Faktor penting di saturasi
1. Saturasi fluida akan bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain dalam reservoir,
• saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan yang kurang
porous.
• Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif akan mempunyai Sw yang
tinggi
• dan Sg yang relatif rendah. Demikian juga untuk bagian atas dari struktur
reservoir
• berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan densitas dari
masingmasing
• fluida.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika minyak
• diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh air atau gas
bebas,
• sehingga pada lapangan yang memproduksikan minyak, saturasi fluida berubah
• secara kontinyu.
Hubungan Saturasi VS Permeabilitas
HAL PENTING DI SATURASI
• Saturasi fluida bervariasi dalam reservoir.
• Saturasi fluida akan bervariasi dgn kumulatif produksi minyak.
• Saturasi minyak dan saturasi gas dinyatakan sbg pori yg di isi
hidrokarbon.
• Adanya saturasi yg tersisa di dalam reservoir.
Saturasi
Istilah-Istilah dalam Saturasi
• WC (Water Connate): air yg berada direservoir.
• Swc (Saturasi Water Connate): saturasi air yg di reservoir.
• Water Cut: perbandingan water yg terproduksi terhadap total
fluida yg diproduksi.
• Water Influx: water yg mengisi pori yang ditinggalkan oleh oil
yang telah terproduksi.
• Free Water Level: Batas tertinggi yang ditempati air bebas.
• Zona Transisi: Zona dimana tidak diketahui fluida apa yang
mendominasi.
Saturasi
• Soirr, Swirr dan Sgirr
• Jumlah fluida yg tidak dapat diproduksikan.
Penyebab :
• Isolated Pore
• Pori-pori yang terisolasi oleh matrix sehingga fluida dalam
pori ikut terisolasi/tak bisa mengalir.
• Pressure
• Ketika pressure formasi tidak kuat mengangkat fluida
produksi ke surface.
• Re ( jari-jari pengurasan) terbatas
wettability
• Wettabilitas didefenisikan sebagai suatu kecendrungan dari
adanya fluida lain yang
• tidak saling mencampur. Apabila dua fluida bersinggungan
dengan benda padat, maka
• salah satu fluida akan bersifat membasahi permukaan benda
padat tersebut, hal ini
• disebabkan adanya gaya adhesi. Dalam sistem minyak-air
benda padat, gaya adhesi AT
• yang menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
• AT =σ so - σ sw = σ wo. Cos θwo
• dimana :
• σ so = tegangan permukaan minyak-benda padat, dyne/cm
• σ sw = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
• σ wo = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
• θ wo = sudut kontak minyak-air
Saturasi
1. Water wet
• Water wet terjadi jika suatu batuan mempunyai sudut kontak fluida (minyak dan
• air) terhadap batuan itu sendiri lebih kecil dari 90o (θ < 90o). Kejadian ini terjadi
• sebagai akibat dari gaya adhesi yang lebih besar pada sudut lancip yang dibentuk
• antara air dengan batuan dibandingkan gaya adhesi pada sudut yang tumpul yang
• dibentuk antara minyak dengan batuan.
2. Oil wet
• Oil wet terjadi jika suatu batuan mempunyai sudut kontak antara fluida (minyak dan
• air) terhadap batuan itu sendiri dengan sudut lebih besar dari 90o (θ > 90o). Karakter
• oil wet pada kondisi batuan reservoar tidak diharapkan terjadi sebab akan
• menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal pada batuan reservoar saat diproduksi
• lebih besar daripada water wet.
Tekanan Kapiler
• Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
terjadi antara permukaan
• dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)
sebagai akibat dari
• terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan mereka.
Perbedaan tekanan dua
• fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida “non-wetting
fasa” (Pnw) dengan
• fluida “wetting fasa” (Pw) atau :
• Pc = Pnw - Pw
Tekanan Kapiler
• Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori dan macam
• fluidanya. Secara kuantitatip dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai berikut :
• = Δρ.g.h
• r
• 2 σ cos θ
• P=c
• dimana :
• Pc = tekanan kapiler
• σ = tegangan permukaan antara dua fluida
• cosθ = sudut kontak permukaan antara dua fluida
• r = jari-jari lengkung pori-pori
• Δρ = perbedaan densitas dua fluida
• g = percepatan gravitasi
• h = ketinggian kolom
• Dari Persamaan diatasdapat dilihat bahwa tekanan kapiler berhubungan dengan
• ketinggian di atas permukaan air bebas (oil-water contact), sehingga data tekanan
• kapiler dapat dinyatakan menjadi plot antara h versus saturasi air (Sw). perubahan
• ukuran pori-pori dan densitas fluida akan mempengaruhi bentuk kurva tekanan kapiler
• dan ketebalan zona transisi.
Tekanan Kapiler
• Tujuan
• Untuk menentukan kedalaman yang tepat saat perforasi.
• Imbibisi: Wetting phase meningkat, non wetting phase
menurun. Terjadi saat produksi (water influx) & saat
melakukan water flooding.
• Drainage: Non wetting phase meningkat, wetting
phase menurun. Terjadi saat migrasi oil & saat
melakukan EOR (injeksi yang bukan air).
Imbibisi & drainage
Grafik
• Reservoir minyak yang mepunyai API gravity rendah maka
kontak minyak-air akan mempunyai zona transisi yang panjang
(fluida yang berbeda).
Grafik
• Batuan reservoir dengan permeabilitas yang besar akan
mempunyai tekanan kapiler yang rendah dan ketebalan
zona transisi yang tipis daripada reservoir dengan
permeabilitas yang rendah.
Compresibilitas
• Kompressibilitas batuan adalah perubahan volume batuan akibat
perubahan tekanan yang mempengaruhinya
• Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami
dua macam
• tekanan, antara lain :
1. Tekanan dalam (internal stress) yang disebabkan oleh tekanan
hidrostatik fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan.
2. Tekanan luar (external stress) yang disebabkan oleh berat
batuan yang ada diatasnya (overburdan pressure).
Compresibilitas
• Pada saat fluida dalam pori batuan berkurang maka terjadi
pengosongan ruang pori, kondisi ini menyebabkan tekanan di
dalam pori berkurang karena berat batuan di atasnya maka
batuan akan terkompaksi dan ruang pori semakin mengecil. Jika
suatu saat akan dilakukan perhitungan cadangan setelah
produksi berjalan beberapa waktu, maka faktor kompresibilitas
ini perlu dipertimbangkan. Hal ini menyatakan bahwa
kompresibilitas volume pori adalah merupakan fungsi porositas.
Sieve analyz
• Sieve analysis adalah penentuan persentase berat butiran
agregat yang lolos dari satu set sieve
• Untuk mengkumulatifkan persen berat terhadap besar butir
(grain size) menentukan baik- buruknya pemilahan (sorted).
• Untuk menentukan metode-metode penanggulangan masalah
kepasiran.

Pemilihan well completion yaitu :


• Consolidated :open hole
• Unconsolidated :cased hole + screen liner + gravel pack
• Penyebab Problem Kepasiran
• Drag Force (tenaga pengerukan) yg besar
• Aliran fluida dan viskositas meningkat
• Produksi di zona pasir
• Adanya lapisan unconsolidated disekitar formasi
• Hilangnya kompaksi batuan
• Disebabkan aliran fluida reservoir
• Penurunan Tekanan laju alir
• Akibatnya kekompakan formasi unconsolidated mulai
berkurang akibat penurunan tekanan laju alir
Kepasiran
Efek Problem Kepasiran
• Erotion
• Reduce Production
• Formation damage
• Equip damage
• Tubing instability
Penanggulangan Problem Kepasiran
• Mengurangi Drag Force.
• Menggunakan metode mekanik:
• Screen Liner : berupa saringan yg dipasang pada tubing.
• Gravel Pack : berupa kerikil yg diinjeksikan menggunakan coil
tubing.
• Sand Consolidation : injeksi resin ke formasi untuk menguatkan
ikatan antar butir batuan.
Gravel Pack
• Pelaksanaan Gravel Pack
• Pembersihan perforasi dengan clean fluid
• Penentuan ukuran Gravel Pack
• Lakukan Squeeze gravel pack
• Produksikan sumur
Gravel Pack
• Jenis-jenis Gravel Pack
• Open Hole Gravel Pack
Dipasang pada dinding formasi
• Inside Gravel Pack
Dipasang antara casing yg diperforasi dengan screen liner
Metode Penempatan GP

• Metode Wash Down


• Metode Reverse Circulation
• Metode Crossover Tool
• Metode Modified
Metode Wash Down

• Gravel diendapkan sampai ketinggian tertentu diatas zona


perforasi
• Turunkan screen liner dgn wash pipe, agar screen liner dapat
menembus gravel
• Biarkan gravel mengendap di sekeliling screen liner
Metode Reverse Circulation

• Gravel di pompakan melalui annulus antara casing dengan


string.
• Lalu fluida pendorong akan kembali keatas melalui screen dan
kepermukaan melalui string.
• Dipakai pada saat regravel (penempatan perbaikan gravel) utk
mengisi gravel antara casing dengan string.
Metode Crossover Tool

• Mensirkulasi gravel melalui tubing dengan bantuan pompa dan


fluida.
• Fluida pendorong akan kembali keatas melalui crossover dan
kembali kepermukaan melalui annulus antara tubing dan casing.
Metode Modified

• Peralatan crossover diganti dengan alat bypass yg dipasang dalam tubing


dibawah packer.
• Setting packer lalu jatuhkan bola besi pada alat bypass.
• Kemudian alat bypass akan jatuh ke dalam gravel dan mensqueeze gravel
kedalam zona perforasi.
SL & GP
• Screen liner adalah sebuah pipa yang merupakan bagian dari analisa sieve yang
berada di daerah zona perforasi untuk meminimalisir kandungan pasir yang ikut
terproduksi.
• Gravel pack, Prinsipnya adalah menempatkan gravel yang mempunyai ukuran yang
benar didepan perforasi formasi yang unconsolidasted (mudah lepas) untuk
mencegah pergerakan butiran pasir, akan tetapi masih bisa melewatkan minyaknya
kelubang sumur.
acidizing
Syarat asam ;
• Tidak terlampau reaktif terhadap peralatan logam.
• Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan
indikas atau jaminan keberhasilan proyek acidizing ini.
• Harus dapat bereaksi/melarutkan karbonat atau mineral
endapan lainnya sehingga membentuk soluble product atau
hsil-hasil yang dapat larut.
Jenis asam;
• Batuan karbonat (mineral limestone) biasanya larut dalam HCl,
sedangkan silikat (mineral clay) larut dalam mud acid.
• Organic acid, CH3COOH dan HCO2H
• Hydrochloric acid, HCl
• Hydrofluoric acid, HF
Rumus

W = sebelum pengasaman
w = sesudah pengasaman
• Pemilihan besar keseragaman butiran menurut Schwartz yaitu:
• C < 3, merupakan pemilahan yang seragam
• C > 5, merupakan pemilahan yang jelek
• 3 < C < 5, merupakan pemilahan yang sedang
Stimulasi
• Stimulasi adalah usaha untuk meningkatkan produktivitas HC
dari formasi dengan meningkatkan harga permeabilitas formasi
yang mengalami kerusakan sehingga dapat memberikan laju
produksi yang besar.
• Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur produksi yang
mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya
kerusakan formasi (formation damage) atau faktor lain disekitar
lubang sumur.
• Metode stimulasi dapat dibedakan menjadi Acidizing (Pelarutan
batuan dengan menggunakan cairan asam) dan Hydraulic
Fracturing (Injeksi tekanan diatas tekan fracture untuk membuat
rekahan).
Skin
• Skin
• Besaran yang menunjukan ada atau tidaknya kerusakan pada
formasi sebagai akibat dari aktifitas pemboran ataupun
produksi.
• S = negatif (-) menunjukan terjadinya perbaikan pada formasi
(stimulated),
• S = positif (+), menunjukan adanya kerusakan pada formasi
(damage),
• S = 0, menunjukan kondisi reservoir awal yang belum
mengalami perubahan (initial).
Acidizing
• Proses Pengasaman
• Matrix acidizing : Asam di injeksikan ke formasi pada
tekanan dibawah tekanan rekah, dengan tujuan agar
reaksi asam menyebar ke formasi secara radial. Matrix
Acidizing digunakan baik untuk batuan Karbonat
(limestone/dolomite) maupun sand stone.
• Acid Fracturing : penginjeksian asam ke dalam formasi
untuk memakan permukaan rekahan yang sudah ada
(memperbesar ukuran rekahan).
• Acid Washing : Asam yang di injeksikan untuk melarutkan
scale disekitar sumur, menghilangkan endapan yang
dapat larut dalam asam atau untuk membuka saluran-
saluran meliputi pipa dan lubang perforasi.
Additive yang digunakan pada Asam

• Inhibitors : Pencegahan korosi pada pipa.


• Surfactant : Membuat batuan tetap suka akan air.
• Complexing Agents : Bila ada unsur besi dalam formasi.
• Gelling Agents: Mempunyai dua tujuan dalam pengasaman,
yaitu mengurangi Friksi dan memperlambat reaksi asam.
• Diverting Agents: Membuat pengasaman terdistribusi lebih
merata dengan cara menutup sementara zona yang lebih
permabel.
• Etc.
Faktor yg Mempengaruhi Laju Reaksi
Asam
• Temperature
• Berbanding lurus
• Luas Permukaan Batuan
• Berbanding lurus
• Tekanan
• Berbanding terbalik
• Konsentrasi Asam
• Berbanding lurus
• Komposisi Batuan
• Laju reaksi cenderung cepat, kecuali pada batuan dolomit
• Kecepatan Aliran Asam
• Memiliki pengaruh terhadap daya reaktifnya terhadap batuan
Artificial lift
• Setelah tahap pemboran dan komplesi selesai, maka sumur baru
dapat diproduksikan. Pada awal-awalnya, bila tekanan statik
dasar sumur cukup besar, maka produksi dapat berlangsung
secara spontan tanpa bantuan energi dari luar atau sering disebut
dengan natural flowing atau sembur alam. Dengan berjalannya
waktu, maka tekanan reservoir akan menurun dan untuk dapat
mempertahankan laju produksi, maka sumur-sumur diberikan
sistem pengangkatan buatan atau yang sering disebut dengan
artificial lift.
1. Sucker Rod Pump (SRP)

• Sumur dengan laju produksi dari yang sangat rendah sampai


menengah atau moderate (lebih rendah dari 2000 bpd, 320
m3/d) sangat cocok menggunakan SRP dalam pengangkatan
fluida produksi ke permukaan. Hal ini disebabkan SRP mampu
membentuk drawdown yang tinggi di sekitar lubang bor.
2. Electrical Submersible Pump (ESP)

• ESP sangat baik diaplikasikan untuk sumur-sumur


dengan produksi yang sangat besar dengan gas liquid
ratio (GLR) formasi yang rendah dan temperatur di bawah
250 oF. Penggunaan dari ESP ini sangat baik pula untuk
sumur-sumur yang telah mencapai kadar air yang sangat
tinggi.
3. Gas Lift

• Komplesi gas lift adalah salah satu cara sederhana untuk


mengangkat fluida produksi ke permukaan dengan menginjeksi gas
dalam kondisi bertekanan baik secara kontinyu atau berkala
(intermitten) lihat Gambar 3.
• Gas yang diinjeksikan akan larut dalam kolom fluida dalam tubing
sehingga dapat menurunkan head fluida dalam tubing, menurunkan
viskositas fluida, menurunkan gaya friksi serta akan memberikan
energi potensial yang cukup untuk mendorong fluida ke permukaan.
• Berdasarkan skema komplesi gas lift, hal utama dalam pendesainan
sistem gas lift adalah :
• • Penentuan ukuran tubing yang tepat
• • Menentukan jumlah dan letak kedalaman (setting depth) dari
valve gas lift.
ENHANCED OIL RECOVERY (EOR)

• Tujuan dari teknik EOR adalah untuk meningkatkan


pertambahan recovery yaitu dengan memperbaiki kondisi dan
sistem reservoir, dengan memperhitungkan faktor ekonominya.
1. Water Flooding

• Water flooding adalah proses penginjeksian air untuk


mendorong minyak ke suatu sumur produksi dengan pola-pola
pendesakan tertentu. Selain itu injeksi air ada yang bertujuan
untuk mengimbangi penurunan tekanan reservoir yang sering
disebut dengan pressure maintenance.
2. Thermal
• Tujuan dari injeksi thermal adalah untuk menurunkan viskositas minyak atau membuat
minyak berubah ke fasa uap dan mendorong minyak ke sumur-sumur produksi. Proses
injeksi thermal yang sering digunakan adalah sbb :
• 1. Injeksi uap, yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
• a. Huff and puff : yaitu uap diinjeksikan ke suatu sumur produksi, kemudian sumur
ditutup untuk sementara waktu sehingga pengaruh panas menjalar ke sekitar formasi dekat
sumur tersebut, dan selanjutnya diproduksikan. Jadi pada proses ini satu sumur berfungsi
sebagai sumur injeksi dan sumur produksi.
• b. Steam flooding : yaitu penginjeksian uap panas secara kontinyu melalui suatu
sumur injeksi dan minyak diproduksikan lewat sumur produksi.
• 2. Pembakaran ditempat (in-situ combustion), yaitu menginjeksikan udara dan
membakar sebagian minyak. Ini akan menurunkan viskositas minyak, menubah minyak
menjadi uap dan mendorong dengan pendesakan gabungan uap air panas dan gas.
• 3. Injeksi air panas, yaitu hampir sama dengan water flood, tetapi pada injeksi ini
temperatur air yang diinjeksikan lebih tinggi dari temperatur air formasi.

• Injeksi thermal sangat cocok untuk diterapkan pada reservoir dengan kandungan minyak
yang cukup berat atau mengandung parafin.

Anda mungkin juga menyukai