Anda di halaman 1dari 7

i

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR- FAKTOR NON PASIEN TERHADAP


KETERLAMBATAN PRA RUMAH SAKIT PADA PASIEN SINDROM
KORONER AKUT DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR, RUMAH SAKIT
ISLAM AISYISYAH, DAN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

Dwi Harsanto Kurniawan

NIM. 165070201111022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kecacatan

dan kematian yang menyumbang sebanyak 31,3% dari semua kematian

pada tahun tertentu (Mozaffarian et al, 2016). Penyakit kardiovaskular

adalah Penyakit jantung coroner ( PJK ) menjadi peringkat pertama

penyebab kematian di beberapa Negara ( Agustini, 2014 ).Menurut data

dari Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) pada tahun 2015 sebesar 7,4 juta

kasus kematian pertahun disebabkan oleh penyakit jantung coroner seperti

Sindrom Koroner (WHO, 2015). Menurut Federasi Jantung Dunia, angka

kematian akibat penyakit jantung coroner di Asia Tenggara mencapai 1,8

juta kasus pada tahun 2014. Hasil dari Riskesdas ( Riset Kesehatan Dasar

) 2013 menunjukkan bahwa penyakit jantung coroner berada pada posisi

ketujuh tertinggi PTM ( Penyakit Tidak Menular ) di Indonesia.

Setiap tahunnya terdapat lebih dari 36 juta orang meninggal karena

Penyakit Tidak Menular ( 63% dari seluruh total kematian ). Menurut

Awalianti et al (2012), Infark Miokard Akut (IMA) merupakan penyebab

kematian nomor 2 di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Data mengenai

jumlah klasus IMA di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang menujukkan bahwa

terdapat 365 kasus IMA per tahun dengan 59 orang diantaranya meninggal

dunia. Hal ini menujukkan bahwa angka mortalitas IMA di RSUD Dr. Saiful

Anwar Malang adalah sebesar 16,6% per tahun.


3

Menurut Gabrielle McKee et al (2013), penundaan pra- rumah sakit

adalah jumlah total waktu yang diambil oleh pasien untuk dating ke unit

gawat darurat setelah onset gejala akut. Rata- rata waktu tunda pra- rumah

sakit berkisar dari 1 hingga 4,5 jam dan condong kea rah waktu tunda yang

lebih lama. Prediktor utama keterlambatan pra- rumah sakit dapat

dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu sosiodemografi, klinis, factor

situasional, penilaian dan perlilaku, pengethauan dan keyakinan. Pada

predictor seosiodemografi yang ditemukan terakit dengan waktu tunda pra-

rumah sakit yang lebih lama adalah usia yang lebih tua, jenis kelamin

perumpuan, non- kaukasia, tingkat pendidikan yang lebih rendah, tidak

adanya asuransi kesehatan, status ekonomi yang lebih rendah dan tidak

menikah (Marry Money et al, 2013).

Faktor resiko kardiovaskular yang terkait dengan penundaan pra-

rumah sakit yang lebih lama adalah merokok, diabetes, dan hipertensi.

Faktor- factor pasien seperti penilaian, perilaku, dan pengetahuan pasien

tentang penyakit jantung jugha terbukti berdampak pada keterlambatan pra

rumah sakit. Peniaian gejala sebagai penyakit jantung atau serius secara

konsisten dikaitkan dengan keterlambatan pra- rumah sakit lebih

pendek(Sharon O’Donnell et al, 2013)

Menurut O’Donnel & Moser (2012), penyebab lain keterlambatan

pasien SKA disebabkan oleh perilaku pencarian pelayanan kesehatan,

dimana pasien menunda dan ragu- ragu untuk segera mencari bantuan

medis di rumah sakit (McKinley et al, 2009; Silber, 2010). Selama di rumah

pasien hanya berbaring mengobati diri sendiri dan membeli obat di apotik

atau warung terdekat, tak sedikit pula pasien SKA yang berobat ke dukun.
4

Jenis penggunaan tranportasi seperti penggunaan ambulan, kendaraan

pribasi, atau kendaraan umum juga dikaitkan dengan waktu keterlambatan

penanganan sebelum masuk ke rumah sakit.

Di Indonesia, transportasi penderita SKA ke rumah sakit hingga

saat ini masih menggunakan bermacam- macam kendaraan, hanya

sebagian kecil yang menggunakan ambulan (Silvialila et al, 2014). Menurut

Prastya et al ( 2016) manfaat dari penggunaan ambulan selain mengurangi

keterlambatan juga adanya pemantauan pada kondisi pasien saat

perjalanan menuju rumah sakit (Mol et al. , 2016). Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan di IGD RSUD dr. TC. Hillers Maumere

diperoleh sekitar 70% perilaku pencarian pelayanan kesehatan pasien SKA

menunda untuk dating ke rumah sakit. Selama di rumah pasien hanya

berbaring, mengobsti diri sendiri dan membeli obat di apotek terdekat.

Selain itu juga diketahui anggota keluarga mengalami kesulitan

transportasi untuk membawa pasien ke IGD dengan ambulan.

Berdasarkan rekam medis, 70% pasien SKA tiba di IGD lebih dari 120

menit (Rekam Medis RSUD dr.TC.Hillers, 2017)

Secara khusus pasien dengan penyakit jantung coroner merupakan

populasi yang paling beresiko mengalami SKA, oleh karena itu sangat

penting untuk segera mencari pelayanan kesehatan di rumah sakit

(Farquharson et al. , 2014). Dengan berbagai latar belakang di atas,

penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara factor- factor non

pasien terhadap keterlambatan pra rumah sakit pada pasien sindrom

coroner akut di RSUD Dr. Saiful Anwar, Rumah Sakit Islam Aisyisyah, dan

Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang


5

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara antara factor- factor non pasien

terhadap keterlambatan pra rumah sakit pada pasien sindrom coroner akut

di RSUD Dr. Saiful Anwar, Rumah Sakit Islam Aisyisyah, dan Rumah Sakit

Universitas Muhammadiyah Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara antara factor- factor non pasien

terhadap keterlambatan pra rumah sakit pada pasien sindrom

coroner akut di RSUD Dr. Saiful Anwar, Rumah Sakit Islam Aisyisyah,

dan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang ?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi hubungan antara sosiodemografi dan factor

klinis terhadap keterlambatan pra rumah sakit pada pasien SKA

di RSSA, RSIA, dan RSUMM Malang

2. Mengidentifikasi hubungan antara transportasi yang digunakan

terhadap keterlambatan pra rumah sakit pada pasien SKA di

RSSA, RSIA, dan RSUMM Malang

3. Mengidentifikasi hubungan antara pola pencarian pengobatan

terhadap keterlambatan pra rumah sakit pada pasien SKA di

RSSA, RSIA, dan RSUMM Malang


6

4. Mengidentifikasi antara jarak area residensial terhdap

keterlambatan pra rumah sakit pada pasien SKA di RSSA, RSIA,

dan RSUMM Malang

5. Mengidentifikasi hubungan antara factor biaya terhadap

keterlmabatan pra rumah sakit pada pasien SKA di RSSA, RSIA,

dan RSUMM Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat menambah informasi bagi ilmu keperawatan

serta meningkatkan kualitas layanan keperawatan dalam upaya

mengurangi interval keterlmabatan pasien SKA untuk tiba do rumah

sakit

1.4.2 Manfaat Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan perawat untuk bahan

evaluasi kinerja dan perawat tetap memberikan edukasi pada pasien

mengenai factor pra- rumah sakit yang memperngaruhi interval

keterlambatan sehingga ketika terdaoat serangan berulang pasien

tidak mengalami keterlambatan untuk dating ke rumah sakit

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai factor-

factor non pasien yang mempengaruhi keterlambatan pra rumah

sakit pasien sindrom coroner akut.


7

Anda mungkin juga menyukai