Machinary
Machinary
Seperti halnya Sistem Manajemen yang lain, maka Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di bentuk dari bagian elemen-elemen dasar dari sistem manajemen yaitu:
Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebuah rencana tindakan yang dirancang
untuk mencegah kecelakaan dan penyakit kerja. Beberapa bentuk aktivitas dalam program
tersebut merupakan persyaratan dalam undang-undang/peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja, oleh karenanya sebuah program kesehatan dan keselamatan kerja minimum harus
mencakup unsur-unsur yang dipersyaratkankan oleh undang-undang/peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja.
Dikarenakan suatu organisasi berbeda dengan organisasi lainnya, sebuah program yang
dikembangkan untuk satu organisasi belum tentu dapat memenuhi kebutuhan organisasi
lainnya baik dari sisi kebutuhan pemenuhan persyaratan undang-undang/peraturan K3
ataupun pemenuhan terhadap kebutuhan sesuai dengan jenis dan karakteristik serta budaya
kerjanya.
Dalam hal ini kami mencoba meringkas elemen-elemen umum dari sebuah program
keselamatan dan kesehatan agar dapat dipergunakan oleh organisasi menengah dan kecil
untuk mengembangkan program K3 sesuai dengan kebutuhan organisasinya secara spesifik.
Sebuah program yang unik dan specific dapat dikembangkan dengan cara melibatkan karyawan
secara mendalam dalam perancangan Program kesalamatan dan Kesehatan Kerja, hal ini
merupakan syarat mutlak yang dalam kondisi tertentu mungkin keterlibatan karyawan harus
diusahakan dan jika diperlukan keterlibatan karyawan ini dirancang dengan upaya lebih
komprehensif dan tegas atau merupakan suatu bagian dari uraian tugas dan tanggung
gugatnya.
Pernyatan Kebijakan Suatu organisasi keselamatan dan kesehatan kerja adalah pernyataan
prinsip dan aturan umum yang berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Manajemen senior
harus berkomitmen untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut diberlakukan tanpa
pengecualian.
Kebijakan kesehatan dan keselamatan harus memiliki kepentingan/arah yang sama dengan
kebijakan organisasi, secara lebih tepat kebijakan K3 harus merupakan penjabaran secara
spesifik dari kebijakan organisasi terhadap kebutuhan organisasi tersebut dilihat dari sisi
pandang kepentingan perusahaan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
dinyatakan dalam istilah yang jelas, tidak dengan kata yang bias, tegas dan lugas
ditandatangani oleh Top Manajemen organisasi
terus ditinjau dan dimutakhirkan
dikomunikasikan kepada setiap karyawan
melekat dalam seluruh kegiatan kerja
Berikut ini adalah contoh dari kesehatan dan keselamatan pernyataan kebijakan:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pt. Usaha Makmur Mandiri merupakan prioritas utama
dalam rangka melindungi karyawan dan kepentingan keberlangsungan perusahaan dari sisi
perlindungan sumber daya manusia sebagai asset penting perusahaan. Maka Manajemen
berkomitmen untuk melakukan semua upaya dan daya untuk melindungi karyawannya dari
kecelakaan, penyakit akibat kerja, bahaya kebakaran serta menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dan aman.
Oleh karenanya:
1) Semua Supervisor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua bawahannya
mendapatkan pelatihan yang diperlukan untuk menghasilkan output yang optimal tanpa
mengakibatkan kecelakaan, dan memastikan semua bawahannya mengikuti metoda kerja yang
aman serta mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
2)Semua karyawan diwajibkan untuk mendukung penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
dan menjadikannya bagian dari tugas rutin harian, mengikuti semua aturan keselamatan dan
kesehatan kerja serta melaksanakan metoda kerja yang aman berdasarkan prosedur yang sudah
ditetapkan.
3) Semua karyawan yang tidak mematuhi dan mengabaikan kebijakan ini dan tidak
menjalankan dengan baik keselamatan dan kesehatan kerja di area yang menjadi tanggung
jawabnya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perusahaan sebagaimana tercantum
dalam perjanjian kesepakatan kerja bersama.
5)Semua karyawan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk mendapat perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.
6)perbaikan terus menerus Keselamatan dan kesehatan kerja harus diupayakan dan menjadi
tanggung jawab seluruh karyawan dan manajemen perusahaan.
Untuk itu komitmen juga harus dapat dibuktikan dan diukur serta dilakukan peninjauannya
terhadap keselarasan dengan kondisi baik di dalam organisasi ataupun diluar organisasi.
Agar komitment dapat di buktikan dan diukur serta dapat di tinjau kesesuaiannya dengan jenis
organisasinya maka komitmen ini harus dituliskan, disyahkan dengan dibubuhi tandatangan
dari penanggungg jawab organisasi tersebut.
Kebijakan adalah gambaran secara tertulis tentang Komitmen atau tekad dari organisasi. maka
dengan kata lain Kebijakan adalah merupakan perwujudan dari komitmen suatu organisasi
dalam wujud tulisan yang di syahkan oleh penanggung jawab organisasi. sebagai bentuk
pengesyahan Komitmen tersbut harus di berikan tanggal dan dibubuhi tanggal dari orang yang
bertanggung jawab terhadap organisasi tersebut.
CONTOH Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Safety Policy of Production Department
Kami berkeyakinan bahwa seluruh karyawan adalah aset yang sangat berharga bagi
perusahaan, oleh karena itu merupakan prioritas utama kami untuk melindungi seluruh
karyawan dari penyakit kerja, kecelakaan kerja dan cidera.
Untuk dapat menjamin pelaksanaan yang efesien maka kami menerapkan Sistem pengelolaan
Keselamtan dan Kesehatan Kerja dengan semangat perbaikan secara berkelanjutan dan
mentaati peraturan pemerintah, Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan dan
persyaratan keselamatan lainnya.
Merupakan perhatian perusahaan untuk menyediakan program, pelatihan dan semua yang
berhubungan dengan anggaran untuk menjamin pemenuhan terhadap persyaratan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Ini adalah Kebijakan kita untuk keselamatan dan kesehatan kerja. Setiap karyawan produksi
termasuk kontraktor dan suplier harus mengikuti Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan kerja
Departemen Produksi ini.
1. Gambaran saat ini dan Gap analysis-nya terhadap standar SMK3 yang akan
diraih (Standard SMK3 dimaksud adalah standard Lokal ataupun dari Luar.
contoh, SMK3 berdasarkan PERMENAKER, SNI dan dari Luar contohnya five
star ILCI/ISRS, ataupun OHSAS 18001.
1. Tujuan/Purpose
Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan identifikasi peraturan,
perundangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (termasuk identifikasi persyaratan lainnya jika
diperlukan) dan evaluasi terhadap kesesuaian materi peraturan perundangan dengan kegiatan
bisnis xxxx serta evaluasi terhadap status pemenuhannya.
The objective of this procedure is to give clear guidance to identify the regulation, occupational
health and safety legislation (include other requirements identification, if needed) and
evaluation the suitability of its substance with xxxxx business activities, also the evaluation of
compliance.
2. Ruang Lingkup/Scope
Prosedur ini melingkupi semua jenis kegiatan xxxxx baik yang dilakukan secara langsung
maupun kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor. Ruang lingkup identifikasi peraturan
perundangan meliputi identifikasi terhadap peraturan terkait dengan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia serta identifikasi
terhadap persyaratan Kesehatan dan Keselamatan Kerja lainya yang berlaku di Indonesia
seperti SNI jika diperlukan.
This procedure applies to all activities in xxxxxx, directly and activities conducted by
contractors. The scope covers the identification of regulation related to occupational health
and safety issued by Government of Indonesia Republic, also identification of other
occupational health and safety requirements applied in Indonesia, such as SNI, if needed.
6.1 Identifikasi/Identification
6.1.4 Catatan identifikasi peraturan harus disimpan dengan masa penyimpanan 1 tahun
dari tanggal terbitnya Daftar Identifikasi Peraturan terbaru (jika terjadi perubahan
terhadap catatan dimaksud).
Regulation identification record must be kept with time interval one year from issued
date of newest Legal Identification List (if there is any change in the record as
mentioned)
6.2.1 Setiap peraturan yang teridentifikasi harus dikaji secara menyeluruh terhadap
kemungkinan dapat diterapkan kaitannya dengan Bahaya dan Resiko yang diakibatkan
oleh kegiatan bisnis xxxxx.
Every legal identified must comprehensively reviewed for the possibility to be
implemented regarding hazard and risk result from xxxxxx business activities.
6.2.2 Hasil Pengkajian tersebut harus dicatat/direkam ke dalam Form Identifikasi dan
Evaluasi Pemenuhan Peraturan Perundangan K3 (xEHS/006-FM-001)
Result of the review must be documented/recorded into Identification and Evaluation
of OHS Legal Compliance Form (x/EHS/006-FM-001)
6.2.3 Hasil pengkajian harus dengan jelas menyatakan apakah suatu peraturan dapat
dipergunakan atau tidak, dengan memberikan keterangan “applicable” untuk yang dapat
dipergunakan dan “not applicable” untuk yang tidak sesuai menjadi acuan.
Result of the review must clearly state whether a legal requirement can be used or not,
by adding remark “applicable” for legal that can be used, and “not applicable” for legal
that can’t be used.
6.3.1 Seluruh peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang mempunyai status
“applicable” harus dievaluasi tingkat pemenuhannya dengan menguraikan hal-hal yang
menjadi kewajiban untuk dilaksanakan di xxxx kemudian mencatumkan perkiraan
terhadap pemenuhannya dengan satuan persentase.
All legal requirements related to OSH that “applicable” must be evaluated for the
compliance with describing things that become obligation to be implemented in xxxxx,
then put approximation for the compliance in percentage.
6.3.2 Jika dari hasil evaluasi pemenuhan/ketaatan terdapat peraturan yang tingkat
pelaksanaan dibawah 100% maka harus dimasukkan ke dalam Formulir Laporan
Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (x/MSC/004-FM-001) dan dipertimbangkan
menjadi tujuan dan program K3 baik secara bertahap ataupun secara langsung
disesuaikan dengan adanya konsekuensi dari pelaksanaan peraturan perundangan
tersebut terhadap kelangsungan bisnis xxxxx.
If from evaluation of legal compliance there is legal requirement with implementation
level <100%, shall be mentioned in Corrective and Preventive Action Report Form
(x/MSC/004-FM-001) and considered to be OHS objective and program, in several
stage or directly appropriate with consequence result from legal implementation
concerning xxxxx business continuity.
7. Lampiran/Attachment
Attach : a. Form-identifikasi-peraturan-k3
b. nfpa_nec-1.pdf
c. nfpa_nec-2.pdf
b. Prosedur HIRARC
1. Tujuan/Purpose
Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan identifikasi bahaya dan
penilaian resiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja baik karyawan maupun pihak-pihak
luar yang terkait dalam kegiatan PT XXXX, serta menentukan pengendalian yang sesuai.
The objective of the procedure is to give clear guidance to conduct hazard identification and
risk assessment relates occupational health and safety result from employees and external
parties activities in PT XXXx, also determining appropriate controls.
2. Ruang Lingkup/Scope
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta pengontrolannya harus dilakukan di seluruh
aktifitas XXXX, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan tersebut dilakukan oleh
karyawan langsung maupun karyawan kontrak, suplier dan kontraktor, serta aktifitas fasilitas
atau personal yang masuk ke dalam tempat kerja. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus
dilakukan oleh karyawan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang
ditetapkan oleh XXXX.
Hazard identification, risk assessment, and control include all activities in XXXX, routine and
non routine activities done by direct or temporary workers, suplier and contractors, also
activities by facilities or personal who come in workplace area. Hazard identification and risk
assessment must conduct by employee who have competency according to competency
standard established by XXXX.
3. Persyaratan/Requirement
Control
4.1 Bahaya/Hazard
Sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi menimbulkan luka atau gangguan
kesehatan, atau kombinasi keduanya.
Source, situation,or act with a potential for harm in terms of human injury or ill health, or
a combination of these.
4.6 Resiko/Risk
Kombinasi dari kemungkinan kejadian dari suatu bahaya atau paparan dan keparahan yang
timbul dari luka atau gangguan kesehatan yang diakibatkan dari kejadian atau paparan.
Combination of the likelihood of an occurrence of a hazardous event or exposure(s) and
the severity of injury or ill health that can be caused by the event or exposure(s).
4.9 Insiden/Incidents
Kejadian berhubungan dengan kerja dimana luka atau gangguan kesehatan atau kejadian
fatal terjadi, atau bisa terjadi.
Work-related event(s) in which an injury or ill health or fatality occurred, or could have
occurred.
6. Uraian Prosedur
6.1 Pelatihan dan Kompetensi/Training and Competency
Persyaratan pelatihan untuk Penilai Resiko yang kompeten, manajer senior atau manajer
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa orang yang ditunjuk sebagai Penilai Risiko
harus :
Training requirements for competence Risk Assessor, manager or senior manager are
responsible to ensure that appointed person as Risk Assessor must :
6.1.1 Berhasil secara lengkap mengikuti pelatihan identifikasi bahaya dan penilaian
resiko dan pengendaliannya
Completely succeeded in hazard identification anf risk assessment and control training
6.1.2 Menguasai pekerjaan atau aktifitas, tempat kerja, sarana, material, dan prosedur
kerja
Good knowledge about work or activities, workplace, equipments, materials, and work
procedure
6.1.3 Mendapat beberapa training mengenai bahaya yang spesifik dengan tempat kerja
masing-masing sebelum seseorang ditunjuk sebagai orang yang kompeten untuk
melakukan penilaian risiko. Training khusus yang diperlukan tersebut adalah :
Possess several training about specific hazard in each workplace before someone is
appointed as a competence personel to conduct risk assessment. Specific training
needed are :
6.2 Identifikasi bahaya dan analisa resiko/Hazard identification and risk analysis
Hazard identification and risk assessment should be conducted in all activities include
administration and office, routine and non-routine, and to be reviewed at least once in
two years. Hazard identification and risk assessment are conduct if :
Adanya rekayasa teknik, mendesign ulang fasilitas, atau menata ulang ruang, perubahan
peralatan, metode atau gedung.
Any technical engineering, facilities design review, changes (layout, equipment,
method, or building)
Adanya proyek baru
Any new project
Adanya penggantian material atau penggunaan material baru termasuk bahan kimia
Any material substitution or new material include chemical
Adanya perubahan prosedur, instruksi kerja, atau standar baru
Changes in procedure, work instruction, or new standard
Setelah tindakan perbaikan dilakukan
After corretive action implemented
Adanya indikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan gangguan kepada manusia.
Any indication about hazard potential in which harm to human
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko resiko harus di dokumentasikan kedalam “form
no 5.3.1-01 Identifikasi bahaya dan peKriteriaan resiko “
Hazard identification and risk assessment must documented in “form no 5.3.1-01
Hazard identification and risk assessment “
6.2.2 Identifikasi bahaya dan analisa resiko/hazard identification and risk analysis
Langkah dalam identifikasi bahaya dan analisa resiko:
Steps in hazard identification and risk analysis :
Kriteria S = Kriteria terbesar dari S1, S2, S3S Criteria = highest criteria from S1, S2, S3
The next step is to determine the Likelihood of the occurence which can cause
harm. There are three things to consider in loss potential likelihood analysis :
1. Frekuensi kegiatan/Activities frequency
Yaitu interval pengulangan waktu dari suatu kegiatan yang di identifikasi
ditentukan :
Is potential occurence of consequences/risk result from each activities. In this
term determined as :
a. Mungkin terjadi /
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan konsekuensi/kerugian pernah terjadi dengan
interval waktu 1 bulan yang lalu sampai 1 tahun yang lalu
Base on experience and observation on consequence/loss which occured in time interval
from one month until one year ago.
b. Jarang terjadi /
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan konsekuensi/kerugian pernah terjadi dengan
interval waktu lebih dari 1 tahun yang lalu sampai 2 tahun yang lalu
Base on experience and observation on consequence/loss which occured in time interval
from one year until two years ago.
c. Terampil
Pelaku kegiatan dapat melakukan kegiatan, berpengalaman, mendapat pelatihan
teknis pekerjaannya dengan cukup dan memahami aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
The performer can do the activites, experienced. Possess enough training about
his.her technical job, and understand about occupational health and safety
Berdasarkan tiga hal tersebut diatas maka kriteria kemungkinan dari potensi
konsekuensi/kerugian terjadi adalah kriteria tertinggi yang teridentifikasi dari salah satu
faktor tersebut diatas, sehingga kriteria kemungkinan tersebut dapat merujuk pada tabel
berikut dibawah
According to three things above, the likelihood criteria from consequece or loss
potential occur the highest criteria which are identified from one of the factors.
Likelihood criteria can be seen as following tabel :
Kemungkinan/Likelihood
Tinggi/ High P3 : Mungkin terjadi – terjadi secara regular
Sedang /Medium P2 : Tidak mungkin terjadi – terjadi kadang-kadang
Rendah /Low P1 : Sangat tidak mungkin terjadi – jarang terjadi
R=P x C
Risk (R) = Likelihood (P) X Consequence (C)
dimonitor dan jika diperlukan di tambah sistem pengontrol yang baru agar resiko residualnya
needed
3. Tingkat Resiko/Risk Rating 6-9 Resiko tinggi – Risiko yang tidak dapat diterima. Kontrol
tambahan
6.2.4.1 Pemusnahan/Elimination
Menghilangkan bahaya dengan cara mengerjakan pekerjaan dengan cara lain/
cara berbeda.
Eliminate hazard with different or other way when doing task
6.2.4.2 Substitusi/Substitution
Menurunkan resiko dari sumbernya atau menggunakan alternatif yang lebih
aman
Reduce risk from its source or using safer alternatives
Hal ini menjadi tanggung jawab mulai dari Direktur Perusahaan, Kepala Divisi, Kepala
Departemen, serta Kepala Seksi untuk membuat tujuan dan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di area yang menjadi tanggung jawabnya dan hal tersebut menjadi
bagian dari performance review bagi personel yang bersangkutan.
This is the responsibility form Corporate Director, Head of Division, Head of
Department, also Section Head to establish occupational health and safety objective
and program in each area responsible and it is part of preformance review to pertinent
personel.
7. Lampiran/Attachment
7.1 Lembar Catatan Penilaian Resiko
7.2 Matrikulasi Penilaian Resiko
7.3 Form Identifikasi Bahaya dan Evaluasi Resiko
7.4 Form Rencana Kerja Tindakan Perbaikan (Objective & Target) dan Progres Pencapaian
e. Risk-assessmen.xlsb
CONTOH Matrix HIRARC
Potensi Kerugian/Potential Loss
Very dangerous S3 Permanent disability or causing death (one od more person) or causing acout
disease
Cidera ringan atau sakit penyakit hanya perlu P3K, tidak menyebabkan hari kerja
Sedikit berbahaya
hilang
S1
Not too dangerous Slightly injury or illhealth, only need first aid, not causing day lost
Kemungkinan/Likelihood
Tinggi
Mungkin terjadi – terjadi secara regular
P3
High
Sedang
Tidak mungkin terjadi – terjadi kadang-kadang
P2
Medium
Rendah
Sangat tidak mungkin terjadi – jarang terjadi
P1
Low
contoh : Tabel Matrix HIRARC
KEPARAHAN / KONSEKUENSI
SEVERIRY/ CONSEQUENCES
S1 S2 S3
Tinggi
P3 3 6 9
High
KEMUNGKINAN Sedang
P2 2 4 6
LIKELIHOOD Medium
Rendah
P1 1 2 3
Low
Prosedur ini dibuat untuk menjelaskan tata cara mengkomunikasikan, berpartisipasi, serta
mengkonsultasikan tentang isu isu Keselamatan dan Kesehatan Kerja baik isu-isu secara
internal maupun eksternal.
The objective of this procedure is to explain how to communicate, participate, and consult
regarding Occupational Health and Safety issues, internally and externally.
2. Ruang Lingkup/Scope
Ruang lingkup komunikasi yang dimaksud disini adalah mengatur komunikasi, partisipasi, dan
konsultasi secara internal antara manajemen dan karyawan, serta antara xxxx dengan pihak
eksternal terkait.
The scope of communication includes communication, participation, and consultation,
internally between management and employees, also between xxxxxx and external parties.
4.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)/Occupational Health and Safety (OHS)
Kondisi dan faktor yang mempengaruhi, atau dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan karyawan dan pekerja lainnya (termasuk pekerja sementara dan kontraktor),
pengunjung, atau orang lain di tempat kerja
Conditions and factors that affect, or could affect, the health and safety of employees or other
workers (including temporary workers and contractor personnel), visitors, or any other person
in the workplace.
Semua ketentuan yang telah ditetapkan dalam prosedur ini harus dilaksanakan secara konsisten
All of requirement stated in the procedure to be applied consistently
6.1.3 Sekretaris P2K3 dan Kepala Divisi EHS berkoordinasi dengan HS Representative harus
menginformasikan secara aktif kepada karyawan isu-isu K3 seperti:
P2K3 Secretary and EHS Division Head coordination with HS Representative must actively
inform employess regarding OHS issues, such as :
6.1.4 Jika diperlukan karyawan dapat secara aktif untuk mendapatkan informasi K3 dengan
meminta secara langsung kepada HS Representative, Sekretaris P2K3 ataupun kepada Divisi
EHS.
If needed, employess can actively to get OHS information by asking directly to Health and Safety
Representative, P2K3 Secretary, or EHS Division.
6.2.1 Konsultasi dan partisipasi karyawan dapat dilakukan baik melalui rapat P2K3 ataupun
keterlibatan secara langsung dalam unit kerja/tim dengan melakukan konsultasi dan partisipasi
aktif dalam pengkajian jika terjadi adanya perubahan terhadap:
Consultation and participation can be done through P2K3 meeting or direct involvement in
work unit/team by actively consult and participate in review if there are any changes in :
6.2.1.1 Proses kerja, metoda kerja, alat kerja, material, ataupun tata letak kerja yang berpotensi
terhadap timbulnya bahaya dan resiko dari pekerjaan tersebut.
Work process, work method, equipment, material, or layout which potential for hazard and risk
result from its activities.
6.2.1.2 Kebijakan, tujuan dan program K3
Policy, objective, and OHS programme
6.2.2 Jika karyawan memerlukan konsultasi isu-isu K3, dapat dilakukan baik melalui HS
Representative diareanya ataupun secara langsung mengkonsultasikannya kepada Kepala Divisi
EHS secara tertulis menggunakan Form Komunikasi dan Konsultasi K3 (xxxxx/EHS/007-Ehsp-
010) ataupun dengan fasilitas elektronik mail yang telah disediakan oleh perusahaan.
If employees need to consult regarding OHS issues, can be done through Health and Safety
Representative in their area or directly to EHS Division Head in written using OHS
Communication and Consultation Form (xxxx/EHS/007-ehsp-010) or by electronic mailing
facility provided by company.
6.2.3 Partisipasi aktif dapat disalurkan dalam kegiatan seperti lomba saran, lomba poster dan
lomba kinerja K3 di masing-masing bagian/areanya
Active participation can be accessed though activities such as suggestion contest, poster contest,
and OHS performance contest in each area.
6.3.1 xxxxx melalui sekretaris P2K3 dan Kepala Divisi EHS berkomunikasi, berpartisipasi, dan
berkonsultasi secara aktif dengan cara korespondensi kepada pihak terkait seperti Departemen
Tenaga Kerja atau institusi lainnya dalam hal:
xxxxx through P2K3 Secretary and EHS Division Head are communicating, participating, and
consulting actively by correspondency with interesred party like Man Poser Department or other
institution regarding :
6.3.1.1 Peraturan perundangan K3/OHS legal or regulation
6.3.1.2 Laporan kegiatan P2K3/P2K3 activities report
6.3.1.3 Ijin dan sertifikasi/Permit and certification
6.3.2 Jika pihak terkait memerlukan konsultasi isu-isu K3, dapat dilakukan baik melalui HS
Representative di unit kerja xxxxx ataupun secara langsung mengkonsultasikannya kepada
Kepala Divisi EHS secara tertulis menggunakan Form Komunikasi dan Konsultasi K3
(xxx/EHS/007-xxxx-010) ataupun dengan fasilitas elektronik mail yang telah disediakan oleh
perusahaan.
If external parties need to consult regarding OHS issues, can be done through Health and Safety
Representative in their area or directly to EHS Division Head in written using OHS
Communication and Consultation Form (xxxx/EHS/007-xxx-010) or by electronic mailing
facility provided by company.
6.3.3 Dalam kondisi tertentu yang dikategorikan kedalam situasi gawat darurat maka semua
komunikasi, partisipasi dan konsultasi di koordinir oleh Head of Coorperate Communication
xxxxx.
In certain condition categorized in emergency situation, all communication, participation, and
consultation are coordinated by xxxx Head of Cooperate Communication
7. Lampiran/Attachment
Apakah yang dimaksud dengan Tanggung Jawab, Wewenang dan Tanggung gugat?
Tanggung jawab individu harus ditetapkan dan berlaku untuk setiap karyawan di tempat
kerja pada setiap level tidak ada terkecuali, hal ini sangat penting dalam budaya
Indonesia dimana pemimpin akan dilihat sebagai suri tauladannya sehingga kunci
kesuksesan K3 terletak dari suri tauladan para pimpinan perusahaan.
level kompetensi adalah derajat kemampuan yang diperlukan oleh seseorang sesuai dengan
fungsi dan jabatannya.