Anda di halaman 1dari 49

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALIASASI SESI I - VII

DI RUANG KAKAK TUA

RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun oleh :
M Ashif Burkhiyah 172303101074
Nora Safira 172303101022
Fara Oktavia 172303101026
Rina Yulia A 172303101020
Rizky Sri Lestari 172303101068

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Proposal kegiatan “Terapi Aktivitas Kelompok (Tak) Sosialiasasi Sesi I –


VII Di Ruang Kakak Tua” Praktek Profesi Keperawatan Jiwa Di Ruang Kakak
Tua RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Laporan proposal ini disahkan pada :


Hari : Rabu
Tanggal : 22 mei 2019
Tempat : Ruang Kakak Tua

Lawang, 22 Mei 2019


Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

Primasari Mahardika S. Kep.Ns Nanang Syahgianto, S.Kep.Ns

Mengetahui,
Kepala Ruangan
Ruangan Kakak Tua RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat

Nanang Syahgianto, S.Kep.Ns


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esakarena atas berkat dan
karunianya-Nya proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal “Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi” ini dibuat untuk memenuhi
tugas mahasiswa stase Keperawatan Jiwa D3 Keperawatan Universitas Jember
PenyusunanProposal “Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi” ini
penulis tidak lepas dari hambatan dan kesulitan tetapi karena bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur RSJ RSJ Dr.Radjiman Widyodiningrat
2. Kepala bakordik RSJ Dr.Radjiman Widyodiningrat
3. Kepala ruangan kakak tua RSJ Dr.Radjiman Widyodiningrat
4. Pembimbing klinik ruang kakak tua RSJ Dr.Radjiman Widyodiningrat
5. selaku Pembimbing Akademik

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


serta pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga proposal TAK Keperawatan
Jiwa ini dapat diperbaiki dan dikembangkan bentuk maupun isinya agar
kedepannya menjadi lebih baik.
Proposal TAK Keperawatan Jiwa yang sederhana ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan karena pengalaman kami yang masih sangat minim.Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan proposak TAK
Keperawatan Jiwa ini.

Lawang, 22 Mei 2019


Kelompok 06
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk social yang terus-menerus membutuhkan
pergerakan / aktivitas,sehingga dengan pergerakan proses psikolois tubuh
dapat berjalan dengan baik.Terapi aktivitas kelompok (TAK) khususnya
bermain dapat memberikan energi klien dan klien dapat berinteraksi dengan
lingkungannya.
Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancngan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu.Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awareness),
peningakatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
Di ruang kakak tua ini klien dengan diagnosa keperawatan antara lain
waham, harga diri rendah, isolasi sosial, halusinasi, perilaku kekerasan, defisit
perawatan diri, serta resiko bunuh diri. Diruang Kakak tua pasien dengan
isolasi sosial sebanyak 20 orang, pasien dengan halusinasi sebanyak 8 orang,
pasien dengan defisit perawatan diri sebanyak 5 orang. Dalam hal ini kami
mengambil TAK isolasi sosial sebab kasus terbanyak diruangan adalah isolasi
sosial sebanyak 20 orang.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi, klien dibantu untuk melakukan
sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dilakukan
secara bertahap, dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan massa.
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan social (Budi
Anna Keliat, 2005).
1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan TAK adalah klien
dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap.

2. Tujuan Khusus
o Klien mampu memperkenalkan diri
o Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
o Klien dapat mengenal lingkungan sekitar
o Klien mampu beradaptasi dengan sesama
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ISOLASI SOSIAL
2.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Twondsend, 1998 dikutip Nita Fitria, 2009).
Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan
suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Nita Fitria, 2009).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip
Budi Keliat, 2011).

2.2 Tanda dan Gejala


Gejala subjektif:
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang dan sangat singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti bersama orang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
Gejala objektif:
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri di kamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekspresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
13. Masukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urin atau feses
15. Aktivitas menurun
16. Kurang energy
17. Rendah diri
(Farida, 2010)

2.3 Penyebab
2.3.1 Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
3. Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
a. Sikap bermusuhan/hostilitas
b. Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c. Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya.
d. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
e. Ekspresi emosi yang tinggi
f. Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
4. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
5. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada
kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia
adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik,
diduga dapat menyebabkan skizofrenia, (Farida, 2010)
2.3.2 Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal, meliputi:
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan
pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit
atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2. Stressor Biokimia
a. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
c. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya
peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali
dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah
stuktur sel-sel otak.
3. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan
karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun
realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai
kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan
adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
(Farida, 2010)
2.4 Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya
resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan
salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah
persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan
eksternal.
Tanda dan gejala ;
(1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
(2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
(3) Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
(4) Tidak dapat memusatkan perhatian.
(5) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya)
(6) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
(Farida, 2010)
2.5 Psikopatologi
Berbagai faktor bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif.
Walaupun banyak penelitian telah dilakukan pada gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal, tapi belum ada suatu kesimpulan
yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin saja disebabkan oleh
kombinasi dari berbagai faktor. Faktor yang mungkin mempengaruhi
termasuk:
a) Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapain tugas perkembangan yang akan
mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai
masalah ini adalah orang tidak berhasil memisahkan dirinya dari
orangtuanya. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain diluar keluarga. Peran keluarga seringkali
tidak jelas. Orangtua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga dapat
mempengaruhi seseorang berespon sosial maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
professional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang
hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga
professional.
b) Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap masih diperlukan penelitian
lebih lanjut.
c) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari
kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini
Faktor Presipitasi : stressor sosial dan psikologi
Tingkat kecemasan yang berat dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan individu mengatasi masalah, diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah/ancaman gangguan berhubungan tuntutan yang
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain yang
memenuhi kebutuhan yang ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
tinggi. Stress juga dapat ditimbulkan oleh menurunnya
stabilitas unit kerja, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya.
(Keliat, 2006)

2.6 Diagnosis Keperawatan Utama


Isolasi sosial: menarik diri

2.7 Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu
bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai
efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik,
mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra
pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis.
Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping
seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata
kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey,
2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan
kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive
Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-
masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Activity Daily Living (ADL) adalah tingkah laku yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang
dan setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan
gejala insomnia(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali
tidurnya.
b) Tingkah laku sosial adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab
pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda
adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.
2.8 Tugas Tim Terapi
a. Tugas Leader
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi
b.Tugas Co-leader
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Tugas Observer
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok denga evaluasi kelompok
d. Tugas Fasilitator
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
e. Tugas Fasilitator II
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f. Tugas Fasilitator III :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
BAB III
PENATALAKSANAAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu


dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Stuart & Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti
agresif, takut,kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan
menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laraia, 2001). Semua kondisi ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan
menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang
terjadidalam kelompok.

3.1. TUJUAN DAN FUNGSI KELOMPOK


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan
orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptife.
Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pemimpin
dalam mencapai tujuan.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan
hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang
adaptif.

3.2. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi,
stimulasi sensori, orientasi realita, dan sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok
sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan dengan hal tersebut, maka
Lancaster mengemukakan beberapa aktivitas yang digunakan pada TAK,
yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik, mempersiapkan
meja makan, dan kegiatan sehari-hari lain yang lain. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu membaca puisi, seni,
musik, menari, dan literature.

3.3. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Terapi aktivitas kelompok di bagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivas kelompok
sosialisasi.
1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan
baca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara tv (ini merupakan
stimulus yang disediakan), stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi klien yang maladtif atau distruktif,
mkisalnya kemarahan, kebencian, putus h pada orang lain, hubungan,
pandangan negative pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih
persepsi klien terhadap stimulus.
2. Terapi Aktivitaskelompok Stimulasi Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian
di observasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa
ekspresi perasaan secara non verbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh).
Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan
terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas
yang digunakan sebagai stimulus adalah musik seni, menyanyi, menari.
Jika hobi klien di ketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus,
misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus.
3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu
diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien. Demikin pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan
rencana ke depan. Aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu tempat,
benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.

3.4. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : SOSIALISASI

Terapi aktivitas kelompok (tak) sosialisasi dengan upaya memfasilitasi


kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.

TUJUAN
Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial
dalam kelompok secara bertahap.
Tujuan khususnya adalah:
1. Klien mampu memperkenalkan diri;
2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok;
3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok;
4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik perca kapan
5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pri badi pada
orang lain;
6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok;
7. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS
yang telah dilakukan.
AKTIVITAS DAN INDIKASI
Aktivitas TAKs dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan Klien
yang mempunyai indikasi TAKS adalah dengan gangguan hubungan
sosial berikut.
1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi
2. Personal, telah berespons sesuai Klien kerusakan komunikasi verbal yang
dengan stimulus.
4.1.Pengorganisasian

Tim Terapi
a) Leader : M Ashif Burkhiyah
b) Co-leader : Nora Safira
c) Observer : Fara Oktavia
d) Fasilitator I : Rina Yulia A
e) Fasilitator II : Rizky Sri Lestari
4.2. Persiapan
 Uraian Tugas Team
A. Leader
1. Memotivasi anggota untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
2. Memotivasi anggota untuk aktif akibat terlibat diskusi
3. Menciptakan suasana dimana anggota dapat menerima perbedaan
dalam peran dan perilaku dengan anggota lain
4. Menjadi motivator
B. Co Leader
1. Menyampaikan infomasi dan fasilitator kepada leader
2. Mengingatkan pemimpin jika diskusi menyimpang
3. Mengingatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan
4. Bersama leader menjadi contoh untuk kerjasama yang baik
C. Fasilitator
Ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok
dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan.
 Persiapan Terapis
1. Melakukan briefing sebelum pelaksanaan
2. Untuk menentukan siapa-siapa yang akan menjadi leader, Co leader,
fasilitator dan observer
3. Satu jam sebelum pelaksanaan melakukan role play dengan teman-
teman disertai dengan pembimbing ruangan
 Persiapan Klien
1. Kontrak waktu dan tempat suatu hari sebelum pelaksanaan
2. Kontrak waktu dan jam sebelum pelaksanaan
3. Memastikan klien sudah makan sebelum pelaksaan
4. Menganjurkan klien untuk BAB/BAK sebelum pelaksanaan
 Persiapan Lingkungan
1. Ventilasi cukup
2. Suasana tidak bsising
3. Pengaturan posisi tempat duduk
4. Setting instruktur kegiatan
 Antisipasi Masalah
1. Adanya anggota DO
Intervensi :
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan mengapa meninggalkan tempat
c. Beri penjelasan
2. Adanya penambahan anggota baru
Intervensi :
a. Menerima untuk menjadi anggota baru dan memperkenalkan diri
3. Adanya keterbukaan anggota kelompok yang baru
Intervensi :
a. Beri role mode dan tegaskan kembali aturan permainan
 Setting peserta dan terapi duduk bersama dalam satu lingkungan. Posisi
duduk peserta TAKS adalah membentuk lingkaran, dimana setiap
mahasiswa mendampingi 2 orang klien dan 1 mahasiswa sebagai leader

Leader
Co Leader Fasilitator

Px
Px

Px
Px

Fasilitator 1 Leader
Px

Gambar. Setting peserta dan terapi duduk bersama dalam satu lingkungan

4.3. Pelaksanaan

a. Hari/Tanggal :22 Mei 2019


b. Waktu : 15.00 WIB s.d selesai selama 45 menit
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
d. Tempat : Ruang Kakak Tua RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang
e. Jumlah klien : 10 Orang
Metode dan Media
a. Metode
1. Diskusi
2. Bermain peran/stimulasi
3. Tanya jawab
4. Demonstrasi
b. Media
1. Handphone (MP3)
2. Kertas
3. Spidol
4. Balon

4.4. Tahapan Sesi TAKS

SESI 1: TAKS
Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi.

Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1. Handphone
2. MP3 Kebahagiaan
3. Balon
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi sosial menarik diri.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam terapeutik: Salam dari terapis
b. Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta
bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam arah kiri) tape
dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan
dirinya.
b. Hidupkan kaset pada tape recorder tenis berlawanan dengan arah jarum
jam. Memegang dan mengoperkan bola ke teman-temanya.
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang membawa bola
mendapat giliran untuk menyebutkan: salam, nama panggilan, hobi, dan
asal, dimulai oleh ketua TAKs, sebagai contoh: nama dan tempel/ Tulis
nama panggilan pada kertas/papan nama.
d. Kelompok mendapat Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota giliran.
e. Beri pujian untuk tiap keberhasila anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri
kepada orang lain di kehidupan sehari-hari
2. Memasukkankegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian
klien
c. Kontrak akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok.
2. Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 1,
dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal
dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.
Sesi 1 : TAKS
Kemampuan Memperkenalkan Diri
a. Kemampuan Verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Menyebutkan Nama
1
Lengkap
Menyebutkan nama
2
panggilan
3 Menyebutkan asal

4 Menyebutkan hobi

Jumlah

b. Kemampuan Non Verbal


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk Tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3
yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah

TAKS SESI 2
Tujuan
a. klien mampu berkenalan anggota kelompok
b. Memperkenalkan diri sendiri nama lengkap nama panggilan asal dan hobi.
c. Menanyakan diri anggota kelompok lain: nama lengkap, nam panggilan,
asal, dan hobi
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Handphone
2. MP3 Kebahagiaan
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi1 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi Pada tahap ini terapis melakukan:


a. Memberi salam terapeutik
1. Salam dari terapis.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1.Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada orang
lain.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan ang- gota
kelompok.
2. Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder edarkan bola tenis berlawanan dengan
arah jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada di
sebelah kanan dengan cara:
1. Memberi salam;
2. Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
3. Menanyakan nama lengkap, nama panggilan asal, dan hobi lawan bicara
4. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat
tape dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk
memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada
kelompok, yaitu: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
e. Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok deng- an memberi
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan.
2. Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian.
c. Kontrak yang akan datang dengan bercakap
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu cakap tentang kehidupan pribadi.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi khususnya Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAKS Sesi 2, dievaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal dan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.
Sesi 2 : TAKS
Kemampuan Berkenalan
a. Kemampuan Verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan Nama Lengkap

2 Menyebutkan nama panggilan

3 Menyebutkan asal

4 Menyebutkan hobi

5 Menanyakan nama lengkap

6 Menanyakan nama panggilan

7 Menanyakan asal

8 Menanyakan hobi

Jumlah

b. Kemampuan Non Verbal


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk Tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3
yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah
SESI 3: TAKS
Tujuan
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
a. Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
b. Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.
Setting .
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Handphone
2. MP3 Kebahagiaan
3. Balon
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi2 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik Pada tahap ini terapis melakukan:
1. Memberi salam terapeutik.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab tentang
kehidupan pribadi.
2. Menjelaskan aturan main berikut. Jika ada peserta yang akan
meninggalkan kelompok, meminta izin kepada terapis. Lama kegiatan
45 menit. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada di sebelah kanan dengan
a. Memberi salam
b. Memanggil panggilan
c. Menanyakan kehidupan pribadi: orang terdekat / dipercayai /
disegani, pekerjaan
c.Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi denganorang lain pada kehidupan sehari-hari.
2. Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan
topik pembicaraan tertentu.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan ketika proses TAK langsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAKS sesi 3 dievaluasi kemampuan verbal bertanya dan menjawab pada saat
bercakap-cakap serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan formulir
evaluasi berikut.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, nilai kemampuan verbal bertanya 2,
kemampuan verbal menjawab 2, kemampuan nonverbal 2, maka catatan
keperawatan adalah klien mengikuti TAKS Sesi 3, klien belum mampu bercakap-
cakap secara verbal dan nonverbal. Dianjurkan latihan diulang di ruangan(buat
jadwal)

Sesi 3 : TAKS
Kemampuan Bercakap-Cakap
a. Kemampuan Verbal: Bertanya
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Mengajukan pertanyaan
1
yang jelas
Mengajukan pertanyaan
2
yang ringkas
Mengajukan pertanyaanyang
3
relevan
Mengajukan pertanyaan
4
secara spontan
Jumlah
b. Kemampuan Verbal: Menjawab
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Menjawab dengan jelas

2 Menjawab denngan ringkas

3 Menjawab dengan relevan

4 Menjawab dengan spontan

Jumlah

c. Kemampuan Non Verbal


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk Tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3
yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah

SESI 4: TAKS
Tujuan
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraa tertentu dengan anggota
kelompok
a. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.
b. Memilih topik yang ingin dibicarakan.
c Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Handphone
2. MP3 Kebahagiaan
3. Balon
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
6. Flipcharthwhiteboard dan spidol
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok padasesi3 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberikan salam terapeutik.
b. Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih dan
memberi pendapat tentang topik percakapan
2. Menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja
a) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
b) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh Misal- nya, "cara bicara yang baik"
"cara mencari teman
c) Tuliskan pada Aipcharthwhiteboard topik yang disampaikan secara
beurutan.
d) Ulangi a, b, dan c sampai semua anggota kelompok menyam- paikan
topik yang ingin dibicarakan.
e) Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimati- kan,
anggota yang memegang bola memilih topik yang disukai untuk
dibicarakan dari daftar yang ada.
f) Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik
g) Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih
h) Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimati- kan,
anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang
dipilih
i) Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
j) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2 Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakapakap tentang topik
tertentu dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
b. Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal ke giatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu menyampaikan dan
membicarakan masalah pribadi.
b. Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kera
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK Untuk
TAKssesi 4 dievaluasi kemampuan verbal menyampaikan, memilih, dan
memberi pendapat tentang topik percakapan serta kemampuan nonverbal dengan
mengguna kan formulir evaluasi berikut.

Sesi4 : TAKS
Kemampuan Menyampaikan Topik
a. Kemampuan Verbal: Menyampaikan Topik
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Menyampaikan topik
1
dengan jelas
Menyampaikan topik secara
2
ringkas
Menyampaikan topik yang
3
relevan
Menyampaikan topik secara
4
spontan
Jumlah
b. Kemampuan Non Verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk Tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3
yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah

SESI 5: TAKS

Tujuan:
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang
lain
a. Menyampaikan masalah pribadi
b. Memilih satu masalah untuk dibicarakan.
c. Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.

Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Peralatan
1. Handphone
2. MP3 Kebahagiaan
3. Balon
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
6. ipchart/whiteboard dan spidol
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 4 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam terapeutik
1. Salam dari terapis.
2. Klien dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah telah latihan bakap tentang topik/hal tertentu
dengan orang lain.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, me. milih, dan
memberi pendapat tentang masalah pribadi.
2. Menjelaskan aturan main berikut. A. Jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
3.Lama kegiatan 45 menit.
4. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang ingin
dibicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya, sulit
bercerita" atau"tidak diperhatikan ayah/ibu/ kakak/teman"
c. Tuliskan pada flipchurthwhiteboard masalah yang disampaikan.
d. Ulangi a, b dan c sampai semua anggota kelompok menyam paikan
masalah yang ingin dibicarakan.
e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimati- kan,
anggota yang memegang bola memilih masalah yang ingin dibicarakan.
f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah yang ingin
dibicarakan.
g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih
h. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimati- kan,
anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang masalah
yang dipilih.
i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap
tentangmasalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan
sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah
pribadi pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu bekeria sama dalam kelompok.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 5, dievaluasi
kemampuan verbal klien.
Sesi 5 : TAKS
Kemampuan Bercakap-Cakap Masalah Pribadi
a. Kemampuan Verbal: Menyampaikan topik
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Menyampaikan topik yang


1
jelas
Menyampaikan topik yang
2
ringkas
Menyampaikan topik yang
3
relevan
Menyampaikan topik secara
4
spontan
Jumlah

b. Kemampuan Verbal: Memilih Topik


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Memilih topik dengan jelas


Memilih topik dengan
2
ringkas
Memilih topik dengan
3
relevan
Memilih topik dengan
4
spontan
Jumlah

c. Kemampuan Verbal: Memberi pendapat tentang masalah


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Memberi pendapat dengan


1
jelas
Memberi pendapat dengan
2
ringkas
Memberi pendapat dengan
3
relevan
Memberi pendapat dengan
4
spontan
Jumlah

d. Kemampuan Non Verbal


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk Tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3
yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah

SESI 6: TAKS
Tujuan permainan kelompok:
Klien mampu bekerja sama dalam kebutuhan pada perawat
Setting
1. Klien dan terapis dudukbersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Handphone
2. MP3 Kebahagiaan
3. Balon Buku Catatan Dan Pulpen

4. Jadwal kegiatan klien


5. Kartu kwartet Metode
6. Dinamika kelompok
7. Diskusi dan tanya jawab Bermain peran/simulasi Langkah kegiatan
Persiapan
A. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi TAKS.
B. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi
A. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis.

2. Klien dan terapis memakai papan nama.

B. Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.

2. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi


dengan orang lain

C. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta kartu
yang diperlukan serta menjawab dan memberi kartu pada anggota
kelompok.

2. Menjelaskan aturan main berikut. Jika ada klien yang akan meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada terapis. Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis membagi empat buah kartu kwartet untuk setiap anggota


kelompok. Sisanya diletakkan di atas meja.

b. Terapis meminta tiap anggota kelompok menyusun kartu sesuai dengan


seri(satu seri mempunyai 4 kartu)

c. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.

d. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola


memulai permainan berikut.
e. Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) kepada anggota
kelompok di sebelah kanannya

f. Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan pada kelompok


dengan membaca judul dan subjudul

g. Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap diper kenankan mengambil
satu kartu dari tumpukan kartu di atas meja.

h. Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang


meminta, ia berhak mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas
meja.

i. Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terima kasih

j. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi


tepuk tangan.

Tahap terminasi
Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

Rencana tindak lanjut


Menganjurkan setiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta, menjawab,
dan memberi pada kehidupan sehari-hari. Dan bekerja sama, jadwal kegiatan
Memasukkan kegiatan bekerja sama pada
Kontrak yang akan datang:
1. Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu bekeria sama dalam kelompok.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 6, dievaluasi
kemampuan verbal klien.
Sesi6 : TAKS
Kemampuan Bekerjasama
a. Kemampuan Verbal: Bertanya dan meminta
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Bertanya dan meminta


1
dengan jelas
Bertanya dan meminta
2
dengan ringkas
Bertanya dan meminta
3
dengan relevan
Bertanya dan meminta
4
secara spontan
Jumlah

b. Kemampuan Verbal: Menjawab dan Memberi


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Menjawab dan memberi


1
dengan jelas
Menjawab dan memberi
2
dengan ringkas
Menjawab dan memberi
3
dengan relevan
Menjawab dan memberi
4
dengan spontan
Jumlah
c. Kemampuan Non Verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk Tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3
yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah

SESI 7: TAKS

Tujuan

Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang


telah dilakukan.

Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Handphone
2. MP3 Kebahagiaan
3. Balon
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien Metode
1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab Langkah kegiatan


1. Persiapan
a: Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 6 TAKS.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis.
2. Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah latihan bekerja sama dengan orang lain.

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan man faat enam kali


pertemuan TAKS.

2. Menjelaskan aturan main berikut.

A. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta


izin kepada terapis

B. Lama kegiatan 45 menit sampai selesai

C. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal

3. Tahap kerja

1. Hidupkan kaset pada tape recorder dan berlawanan dengan arah jarum
jam.
2. Pada saat tape dimatikan, anggota yang gang bola mendapat
kesempatan menyampaikan pendapat tentang manfaat dari enam kali
pertemuan yang telah berlalu.
3. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat
kelompok
Sesi 7 : TAKS
Evaluasi Kemampuan Sosialisasi
a. Kemampuan Verbal: Menyebutkan manfaat 6 kali TAKS
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Menyebutkan manfaat
1
dengan jelas
Menyebutkan manfaat
2
secara ringkas
Menyebutkan manfaat yang
3
relevan
Menyebutkan manfaat
4
secara spontan
Jumlah

b. Kemampuan Non Verbal


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk Tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3
yang sesuai
Mengikuti kegiatan dari
4
awal sampai akhir
Jumlah
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA dan Akemat (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakarta:EGC

Keliat BA, Panjaitan RA, Helena N, (2006). Proses Keperawatan Kesehatan


Jiwa, edisi 2. Jakarta: EGC

Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa
edisi 3. Jakarta: EGC

Stuart, Gail Wiscarz (1998). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Purwaningsih, Wahyu & Ina Karliana (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Jogjakarta: Muha Medika

Anda mungkin juga menyukai