Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH EKONOMI

MIKRO KEGAGALAN PASAR, PENYEBABNYA DAN SOLUSINYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak terdapat kekurangan. Tugas kelompok ini
memuat tentang “TUGAS MAKALAH EKONOMI MIKRO KEGAGALAN PASAR,
PENYEBABNYA DAN SOLUSINYA” dan sebagai tugas kelompok guna menambah nilai.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Untuk
itu dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulisan makalah ini.
Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang sangat
berharga bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Pamulang, September 2011

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Ekonomi Mikro ............................................................................................. 2
B. Kegagalan pasar ........................................................................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ..................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dengan adanya mata kuliah Teori Ekonomi Mikro mahasiswa akan mampu
mengembangkan suatu dasar yang kuat atas konsep-konsep perekonomian pasar, seperti
pemahaman tentang hakekat dan metoda pembuatan keputusan yang dilakukan oleh
konsumen, produsen dan pemerintah, yang harus memilih di antara sumberdaya yang
terbatas, beserta seluruh kendala yang ada, seperti persaingan tidak sempurna. Mahasiswa
juga diharapkan akan mampu mengembangkan pemahaman mengenai kerangka institusional
perekonomian di dalam sistem ekstrim maupun campuran. Berarti menyangkut analisis cara-
cara produsen mengorganisasikan bisnis, peranan serikat pekerja dalam pasar tenagakerja,
peranan pajak dalam pilihan-pilihan ekonomi langsung, dan dampak regulasi pemerintah
pada keputusan produksi. Mahasiswa juga diharapkan akan mampu menerapkan konsep dasar
ekonomi pada situasi-situasi yang problematik.
Supaya bisa mencapai hal ini para mahasiswa memerlukan metodologi dasar dan alat
analisis yang diperlukan untuk memformulasikan keputusan-keputusan ekonomi. Pada
akhirnya mahasiswa akan mampu mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai
peranan ilmu ekonomi (mikro) ke dalam lingkungan sosio-politik kita secara lebih nyata
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi
secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,
berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan
pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Mikro
Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu
ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga
pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro
meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu
yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu
lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi
bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas
ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,
pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas
beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Tinjauan umum Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta
mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari
sumber terbatas di antara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisa
kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta
menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna.
Bidang-bidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan
mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi
asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori
permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam
sistem pasar. Asumsi dan definisi
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan
pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam
pasar, dan tidak satupun di antara mereka memiliki kapasitas untuk memengaruhi harga
barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini
ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki
kemampuan untuk memengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam
untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun,
teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar
lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak analisa telah
dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut "kegagalan pasar", yang mengarah
pada alokasi sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh
sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak
langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonom akan
berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah
kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna pasar untuk
bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan optimal, atau dengan membuat "pasar
yang hilang" untuk memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa
"kesejahteraan optimal" biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam aplikasi
matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan norma utilitarian dalam sisi
normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan kolektif, disebut pilihan
masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam
implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para ekonom dan teorinya.

Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil
dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara harga dan kuantitas
yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan
pengaturan seperti inilah yang akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
Model operasi
Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan
akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat
kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:
Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average
total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara
average total cost dan harga.
Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika
keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara
dengan harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran
maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi kerugian minimal.
Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin
membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa
menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya
akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya.
Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, perusahaan
harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak memproduksi sama
sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk
membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi,
kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan
menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan risiko
kerugian menyeluruh.

B. Kegagalan pasar
Dalam ekonomi mikro, istilah "kegagalan pasar" tidak berarti bahwa sebuah pasar
tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar
efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom
normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika
disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada
konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk
situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani "kepentingan publik", sebuah pernyataan
subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.
Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah :
Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana
"sebuah" pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan pada harga atau keluaran.
Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi dengan menggunakan undang-undang anti-
trust.
Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana "pasar tidak dibawa kedalam akun
dari akibat aktivitas ekonomi di dalam orang luar/asing." Ada eksternalitas positif dan
eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program
kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi
ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air. Eksternalitas
negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan
menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima
akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.
Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan publik
seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan
pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk
menyediakan penawaran yang baik dari barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-
pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pada barang publik tersebut
(berkaitan dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak
ketiga/kesejahteraan sosial).
Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian (informasi yang
inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki
informasi yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. Biasanya para penjual yang lebih
tahu tentang produk tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus
ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui bagaimana mobil
tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia
bagi pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupakan
penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang
broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah
tersebut dibandingkan anggota keluarga yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali
oleh Kenneth J. Arrow di artikel seminar tentang kesehatan tahun 1963 berjudul
"ketidakpastian dan Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan, " di dalam American
Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris pada
karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadari bahwa, dalam pasar
seperti itu, nilai rata-rata dari komoditas cenderung menurun, bahkan untuk kualitas yang
sangat sempurna kebaikannya, karena para pembelinya tidak memiliki cara untuk mengetahui
apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah "lemon" (produk yang menyesatkan).

1. Definisi dan Fungsi Pasar


Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas dengan uang untuk
berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Atau merupakan area tempat jual-beli
barang dengan jumlah penjual lebih dari satu. Atau kami dapat mendefinisikan dengan
tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan ekonomi yang berwujud
jual-beli.
Secara umum, pasar mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai sarana distribusi,
pembentukan harga, dan sebagai tempat promosi.
a. Pasar sebagai Sarana Distribusi
Pasar sebagaimana yang telah kita ketahui merupakan lokasi distribusi yang berfungsi
memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan
adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika
kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya,
pasar dikatakan tidak berfungsi baik jika kegiatan distribusi seringkali macet.
b. Pasar sebagai Pembentuk Harga
Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut
penjual menawarkan barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan
barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga
terjadilah tawar-menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, terbentuklah
harga. Dengan demikian, pasar dalam hal ini dapat berfungsi sebagai pembentuk harga.
Harga yang telah menjadi kesepakatan tersebut, tentunya telah diperhitungkan oleh penjual
dan pembeli. Penjual tentu telah memperhitungkan laba yang diinginkannya, sedangkan
pembeli telah memperhitungkan manfaat barang atau jasa serta keadaan keuangannya.

c. Pasar sebagai Sarana Promosi


Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat memperkenalkan dan
menginformasikan suatu barang/jasa tentang manfaat, keunggulan, dan kekhasannya pada
konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang atau jasa yang
diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, memasang
spanduk, menyebarkan brosur, pameran, lewat sarana radio maupun TV. Banyaknya cara
promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih
barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah
dan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen.[2]
2. Mekanisme Pasar
Pada prinsipnya mekanisme pasar diartikan bahwa harga bergerak bebas sesuai hukum
permintaan dan penawaran (supply and demand). Jika suplai lebih besar dari demand, maka
harga akan cenderung rendah. Begitupun jika demand lebih tinggi sementara suplai terbatas,
maka harga akan cenderung mengalami peningkatan.
Di atas kertas, hukum pasar tersebut begitu valid. Akan tetapi, dalam implementasi
sehari-hari kita yang masih dalam taraf pembelajaran di perguruan tinggi tidak pernah tahu
secara pasti apakah harga yang terbentuk di pasar memang berjalan sesuai dengan mekanisme
pasar yang wajar, tidak ada unsur intervensi, tidak ada unsur permainan oleh sekelompok
kekuatan tertentu yang membentuk kartel dan sebagainya.
Memahami mekanisme pasar pada aktifitas jual beli saham di pasar modal tentunya
bukanlah hal yang sederhana. Dibutuhkan kejelian dan kepekaan tinggi untuk melihat mana
kegiatan ekonomi yang memang bergerak berdasarkan mekanisme pasar dan yang bergerak
di luar mekanisme pasar. Disebut bergerak di luar mekanisme pasar karena fakta
menunjukkan memang ada saham-saham tertentu yang pergerakannya dikendalikan oleh satu
kekuatan tertentu meskipun hal itu sulit dibuktikan. Kejelian dan kepekaan tadi dibutuhkan
untuk mendeteksi ada tidaknya aktifitas kekuatan tertentu yang ikut dalam pergerakan saham
tersebut. Kekuatan ini sengaja aktif memainkan saham dengan tujuan untuk mengeruk
keuntungan sebesar-besarnya.
Kekuatan ini dapat terdiri dari satu pihak, tapi bisa juga terdiri dari beberapa pihak yang
sepakat bekerjasama memainkan pasar untuk mendapatkan keuntungan. Bagi investor ritel
terutama pendatang baru bekerjanya kekuatan ini harus diwaspadai agar terhindar dari arus
permainan mereka. Karena itu jangan mudah terlena dengan saham-saham tertentu yang tiba-
tiba aktif ditransaksikan. Jangan mudah terkesima dengan kenaikan harga yang meledak-
ledak. Fakta di pasar memang seringkali menunjukkan ada beberapa saham yang mencatat
kenaikan harga sangat pesat tanpa didukung oleh informasi yang memadai.
Kenaikan harga dapat mencapai di atas 50 persen bahkan sampai melebihi 100 persen
hanya dalam waktu beberapa hari, kurang dari satu bulan. Kenaikan harga 50-100 persen
dalam tempo kurang dari satu bulan, tentu merupakan keuntungan yang menawan dan
menggiurkan. Saham seperti inilah yang harus diwaspadai oleh investor. Bursa Efek
Indonesia (BEI) selaku pengawas pasar tidak mungkin mengambil tindakan karena kenaikan
harga saham tadi berlangsung dalam koridor pasar. Artinya, tidak ada aturan pasar yang
dilanggar. Karena itu investor harus ekstra hati-hati melihat kenaikan harga saham yang tidak
didukung oleh fakta material.
Beberapa keterangan di atas adalah mekanisme pasar menurut ekonom umum(tak
bersangkutan dengan Islam/ konvensional). Sedangkan di bawah ini akan kami paparkan
beberapa hal yang berhubungan dengan mekanisme pasar menurut ekonom Islam klasik dan
bila dipahami secara mendalam akan ditemukan juaga hal yang berhubungan kegagalan
pasar. Walaupun nanti untuk masalah kegagalan pasar akan dibahas pada bagian tersendiri.
a. Mekanisme Pasar menurut Abu Yusuf
Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekhalifahan Harun Al-Rasyid. Ia menulis buku
pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam yang berjudul Kitab Al-Kharaj. Buku ini
ditulis berdasarkan permintaan khalifah untuk digunakan sebagai panduan manual
perpajakan.
Berbeda dengan pemahaman saat itu yang beranggapan bila tersedia sedikit barang
maka harga akan mahal dan sebaliknya, pendapat Abu Yusuf yang dikutip oleh Slamet
Wiharto bahwasanya tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak
disebabkan kelangkaan makanan. Murah dan mahal adalah ketentuan Allah. Kadang-kadang
makanan berlimpah, tetapi tetap mahal dan kadang-kadang makanan sangat sedikit tetapi
murah.
Bahwa peryataan Abu Yusuf diatas sepertinya menyangkal pendapat umum tentang
hubungan terbalik antara penawaran dan harga. Pada kenyataannya, harga tidak bergantung
pada penawaran saja, tetapi juga bergantung pada kekuatan permintaan. Karena itu,
peningkatan atau penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan penurunan atau
peningkatan dalam produksi, Abu Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain yang
mempengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi variabel itu adalah
pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar disuatu negara, atau
penimbunan dan penahanan barang, atau semua hal tersebut. Patut dicatat bahwa Abu Yusuf
menuliskan teorinya sebelum Adam Smith menulis The Wealth of Nations.
Karena Abu Yusuf tidak membahas lebih rinci apa yang disebutkannya sebagai variabel
lain, ia tidak menghubungkan fenomena yang diobservasinya terhadap perubahan dalam
penawaran uang. Namun, pernyataannya tidak menyangkal pengaruh dari permintaan dan
penawaran dalam penentuan harga.
b. Mekanisme Pasar menurut Imam Al-Ghazali
Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali banyak membahas topik-topik ekonomi, termasuk
pasar. Dalam karyanya tersebut ia membicarakan barter dan permasalahannya, pentingnya
aktivitas perdagangan dan evolusi terjadinya pasar, termasuk bekerjanya kekuatan
permintaaan dan penawaran dalam mempengaruhi harga.
Al-Ghazali menyadari kesulitan yang timbul akibat sistem barter yang dalam istilah
ekonomi modern disebut double coincidence, dan karena itu diperlukan suatu pasar. Selain
itu Al-Ghazali juga telah memahami suatu konsep, yang sekarang kita sebut elastisitas
permintaan. Hal ini tampak jelas dari perkataaannya bahwa mengurangi margin keuntungan
dengan menjual harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan, dan ini pada
gilirannya akan meningkatkan keuntungan.
c. Pemikiran Ibnu Taimiyyah
Pemikiran Ibn Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak dicurahkan melalui
bukunya, yaitu Al-Hisbah fīl Al-Islam dan Majmu’ Fatawa, pandangan Ibn Taimiyah dalam
kitab tersebut dikutip oleh Drs. Muhamad, M. Ag., bahwasanya pada masalah pergerakan
harga yang terjadi pada waktu itu beliau meletakakan dalam kerangka mekanisme pasar.
Secara umum, beliau telah menunjukan the beauty of market (keindahan mekanisme pasar
sebagai mekanisme ekonomi). Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaaan dan
kemudian tingkat harga adalah sebagai berikut :
1) Keinginan orang terhadap barang-barang sering kali berbeda-beda.
2) Jumlah orang yang meminta.
3) Kuat atau lemahnya kebutuhan terhadap barang-barang itu.
4) Kualitas pembeli baranng tersebut.
5) Jenis uang pembayaran yang digunakan dalam transaksi jual beli.
Ibn Taimiyah secara umum sangat menghargai arti penting harga yang terjadi karena
mekanisme pasar yang bebas. Ia menolak segala campur tangan untuk menekan atau
menetapkan harga sehingga mengganggu mekanisme yang bebas. Dan persepsinya yang
begitu jelas sehingga beliau mengemukakan bahwa dalam pasar harus terdapat kejujuran,
transparan dan kebebasan (yang tetunya tidak bersinggungan engan ekonomi Islam yang
ada.[9]
3. Kekuatan dan Keseimbangan Pasar
Berikut akan dipaparkan yang mempengaruhi kekuatan pasar sebagaimana dikonsepkan
para pemikir Islam Klasik:
a. Permintaaan
Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakan pasar. Istilah yang digunakan
oleh Ibn Taimiyah untuk menunjukan permintaan ini adalah keinginan. Pada dasarnya faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaaan sebagai berikut:
1) Harga barang yang bersangkutan
Pada umumnya hubungan anatara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah negatif,
yakni semakin tinggi tingkat harga, maka semakin rendah jumlah permintaan, demikian pula
sebaliknya.
a) Efek Substitusi
Efek subtitusi berarti bahwa jika harga suatu barang naik, maka hal ini akan mendorong
konsumen untuk mencari barang lain yang bias menggantikan fungsi dari barang yang
harganya naik tersebut (barang subtitusi).
b) Efek Pendapatan
Efek pendapatan berarti bahwa, jika harga suatu barang naik maka berarti pula secara riil
pendapatan konsumen turun sebab dengan pendapatan yang sama ia hanya dapat membeli
barang sedikit.
2) Pendapatan Konsumen
Semakin tinggi pendapatan seorang konsumen, maka akan semakin tinggi daya belinya
sehingga permintaannya terhadap barang akan semakin meningkat pula.

3) Harga barang lain yang terkait


Yang dimaksud barang lain yang terkait adalah subtitusi dan komplementer dari barang
tersebut. Jika harga barang subtitusinya turun, maka permintaan terhadap barang tersebut pun
turun, sebab konsumen mengalihkan pada barang subtitusi. Sementara jika barang
komplementernya naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun.
4) Selera konsumen
Jika selera konsumen terhadap barang tersebut tinggi maka permintaannya pun akan
tinggi meskipun harganya pun tinggi, dan begitu pun sebaliknya.
5) Ekspektasi (pengharapan)
Meskipun tidak secara eksplisit, pemikiran ekonomi Islam klasik telah menengarai peran
ekspektasi dala menentukan permintaan. Ekspektasi bias berupa ekspektasi positif maupun
negative. Dalam kasus ekspektasi positif konsumen akan lebih terdorong untuk membeli
suatu barang, dan untuk ekspektasi negative berlaku sebaliknya.
6) Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap permitaan tidak bisa dijelaskan secara sederhana sebab ini
tergantung kepada tingkat keimanan. Jika maslahah relative turunmaka jumlah barang yang
diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.
b. Penawaran
Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam Klasik, pasokan (penawaran) telah dikenal
sebagai kekuatan penting di dalam pasar. Semakin tinggi harga maka semakin banyak pua
jumlah barang yang akan dijual. Ibn Taimiyah mengistilahkan penawaran ini sebagai
ketersediaaan barang di pasar. Yang mempengaruhi penawaran antara lain:
1) Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat
keimanan produsen. Jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang diproduksi
semakin meningkat, maka produsen Muslim akan memperbanyak jumlah produksinya.
2) Keuntungan
Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal pada
akhirnya dapat digunakan berbagai aktivitas lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keuntungan adalah:
a) Harga Barang
Jika harga suatu barang naik maka keuntungan akan naik pula. Kemudian hal ini akan
menaikan total keuntungan sehingga mendorong produsen untuk melakukan penawaran lebih
naik lagi.
b) Biaya Produksi
Biaya produksi jelas menentukan tingkat keuntungan sebab keuntungan merupakan selisih
dari penerimaan dengan biaya produksi. Jika biaya turun maka keuntungan produsen akan
meningkat, dan hal ini akan mendorongnya untuk meningkatkan penawaran.

Sedangkan dalam kesimbangannya (pasar) atau ekuilibrium yang berarti suatu


keadaan di mana tidak terdapat suatu kekuatan yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan (dalam keseimbangan). menggambarkan suatu situasi dimana semua kekuatan
yang ada dalam pasar, permintaan dan penawaran, berada dalam keadaan seimbang sehingga
setiap variable yang terbentuk di pasar, harga dan kuantitas sudah tidak lagi berubah. Dalam
keadaan ini harga dan kuantitas yang diminta akan sama dengan yang ditawarkan sehingga
terjadilah transaksi. Proses terjadinya keseimbangan dalam pasar dapat berawal dari sisi mana
saja, baik dari permintaan ataupun penawaran. Dalam masalah harga dalam pasar Ibnu
Khaldun berpendapat bahwasanya keseimbangan harga dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran.

4. Kegagalan Pasar
Sebagaimana yang terdapat dalam id.wikipedia.org bahwasanya dalam ekonomi
mikro, istilah "kegagalan pasar" tidak berarti sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan,
sebuah kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi
atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada
situasi dimana inefisiensi sudah dramatis atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar
akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau
saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak
melayani "kepentingan publik", sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari
landasan moral atau sosial. Atau dapat dikatakan kegagalan pasar adalah dimana suatu pasar
tidak dapat menjalankan secara sempurna sesuai dengan fungsi awal sebagai pasar dan situasi
dimana semua kekuatan yang ada dalam pasar, permintaan dan penawaran, berada dalam
keadaan ketidakseimbangan.

5. Penyebab Kegagalan Pasar


a. Kompetisi yang tidak sempurna Sebagai contoh harga di pasar dapat terdistorsi oleh
kekuatan-kekuatan pembeli dan penjual berupa monopsoni, monopoli atau dalam kasus lain
dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana sebuah pembeli atau penjual bisa memberi
pengaruh signifikan pada harga atau keluaran. Individu-individu tersebut dengan kekuatannya
(baik uang maupun produk) dapat melakukan pengaturan harga suatu barang atau jasa. Hal
ini dapat berimplikasi buruk terhadap pelaku pasar yang lain dan masyarakat yang
membutuhkan barang atau jasa tersebut.
Eksternalitas, eksternalitas adalah dampak tidak langsung –baik dampak menguntungkan
maupun merugikan- yang ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi. Eksternalitas terjadi jika
kegiatan ekonomi menghasilkan biaya tambahan atau keuntungan tambahan bagi pihak ketiga
yang tidak terlibat langsung dari suatu transaksi kegiatan ekonomi. Atau bisa terjadi juga
dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa kedalam akun dari akibat aktivitas ekonomi didalam
orang luar/asing.” Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif
terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi meningkatkan
kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan
polusi udara atau saluran air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari
pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa
perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf
yang seharusnya. Agar lebih mudah dipahami mungkin dengan contoh produksi rokok dapat
mengakibatkan biaya ekstra gangguan kesehatan bagi orang lain yang bukan penjual dan
pembeli rokok. Di sisi lain pembangunan hutan wisata akan menghasilkan ekstra keuntungan
yaitu ketersediaan oksigen yang lebih baik bagi masyarakat sekitar. Dengan kata lain penjual
dan pembeli tidak mengeluarkan uang untuk biaya ekstra ataupun menerima uang dari
keuntungan tambahan yang ditimbulkan.Dalam keadaan seperti ini biasanya produk barang
dan jasa yang meinumbulkan biaya tambahan kepada masyarakat akan diproduksi secara
besar-besaran. Hal ini dapat dimengerti karena penjual dan pembeli tidak perlu menanggung
biaya tersebut. Masyarakat atau pihak ketiga lah yang menanggung beban itu. Sebagai contoh
kegiatan transaksi tanah yang bertujuan mengkonversi lahan dari lahan pertanian menjadi
perumahan atau peruntukan komersial. Kegiatan seperti ini banyak dijumpai. Mengapa?
Yang pertama adalah keuntungan ekonomi akibat konversi tersebut. Hal lain adalah pelaku
transaksi bebas dari biaya eksternalitas yaitu dampak negatif berupa berkurangnya kualitas
lingkungan bahkan ketahanan pangan. Biaya ekstra ini harus ditanggung oleh masyarakat
karena tidak dibayar atau dibebankan pada pelaku transaksi. Sebaliknya, konversi lahan
pertanian untuk hutan wisata sangat jarang terjadi. Hal ini karena pelaku pasar mengetahui
bahwa selain untuk keperluan wisata, kawasan tersebut juga memiliki manfaat lain seperti
peningatan kualitas udara dan pencegahan terhadap bahaya banjir. Sementara itu mereka
tidak memperoleh keuntungan atau bayaran dari eksternalitas yang dihasilkan dari
masyarakat yang diuntungkan. Akibatnya timbul sifat apatis berupa keengganan untuk
melakukan transaksi atau kegiatan serupa.
b. Informasi yang Asimetris atau ketidakpastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris
terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik
dari pihak yang lain. Atau salah satu pihak yang bernegosiasi di pasar memiliki informasi
yang berhubungan dengan barang yang diperdagangkan sementara pihak lain tidak.
Ketidaksamaan informasi ini dapat mengakibatkan keuntungan bagi salah satu pihak dan
kerugian bagi pihak yang lain. Misalnya seseorang yang berniat menjual tanah, tetapi tidak
mengetahui harga transaksi yang terjadi pada beberapa waktu terakhir. Maka si penjual
berpotensi mengalami kerugian dibandingkan calon pembeli yang telah memiliki informasi
tersebut. Kerugian penjual terjadi akibat tidak dimilikinya informasi yang berakibat
ketidakmampuannya untuk memperoleh harga yang adil sesuai kehendak pasar yang efisien.
Contoh lainnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mobil tersebut
telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi
pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupakan
penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang
broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah
tersebut dibandingkan anggota keluarga yang ditinggalkan. Mengenai hal tersebut George
Akerlof menggunakan istilah informasi asimetris pada karyanya ditahun 1970 The Market for
Lemons. Akerlof menyadari bahwa dalam pasar seperti itu nilai rata-rata dari komoditas
cenderung menurun bahkan untuk kualitas yang sangat sempurna kebaikannya, karena para
pembelinya tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah produk yang mereka beli akan
menjadi sebuah “lemon” (produk yang menyesatkan) atau sebaliknya.[18] Lebih jauh lagi,
informasi yang asimetris dapat mengakibatkan biaya transaksi yang lebih tinggi. Biaya ini
terjadi karena adanya kebutuhan akan jasa broker atau perantara. Biaya tersebut adalah beban
yang harus dibayar untuk kebutuhan informasi mengenai keadaan harga pasar yang
sesungguhnya di samping informasi mengenai calon pembeli atau penjual. Kedua kondisi
tersebut merupakan potensi penyebab dari inefisiensi pasar yang pada gilirannya akan
mengakibatkan kegagalan pasar.

6. Solusi Kegagalan Pasar


Solusi pada makalah kegagalan pasar ini menurut pandangan Islam sebagai berikut:
a. Larangan Ikhtikar
Ikhtikar dapat diartikan menahan atau menimbun barang, terutama pada saat terjadi
kelangkaan dengan tujuan untuk menaikkan harga. Akibat dari ikhtikar ini masyarakat luas
akan dirugikan oleh sekelompok kecil yang lain. Sekalipun Islam memberikan kebebasan
kepada setiap orang dalam menjual, membeli dan yang menjadi keinginan hatinya, tetapi
Islam menentang dengan keras sifat egois yang mendorong sementara orang dan ketamakan
pribadi untuk menumpuk kekayaan atas biaya orang lain dan memperkaya pribadi, kendati
dari bahan baku yang menjadi kebutuhan rakyat.
Agar harga dapat kembali ke posisi semula maka pemerintah dapat melakukan berbagi
upaya menghilangkan penimbuanan ini. Namun tidak termasuk ikhtikar adalah penumpukan
yang dilakukan pada situasi ketika pasokan melimpah, misalnya penimbunan atau penahanan
pada saat panen besar, dan segera menjualnya pada saat pasar membutuhkan.
b. Membuka Akses Informasi
Beberapa larangan terhadap praktik penipuan pada dasarnya adalah upaya untuk
menyebarkan keterbukaan informasi sehingga transaksi dapat dilakukan dengan sama-sama
suka dan adil. Beberapa larangan ini antara lain: talaqi rukhban (membeli barang dengan cara
mencegat para penjual di luar kota), bay najasyi (mencakup pengertian kolusi dimana
antarpenjual satu dengan yang lainnya melakukan kerja sama untuk menipu konsumen),
ghaban fahisy (upaya sengaja untuk mengaburkan informasi sebab penjual memanfaatkan
ketidaktahuan konsumen untuk mencari keuntungan yang tinggi. Islam menganggap
penipuan dan kecurangan terhadap takaran, timbangan atau kualitas barang sebagai pebuatan
dosa.
c. Regulasi Harga
Menurut Mannan yang dikutip tim P3EI UII regulasi harga harus menunjukkan tiga fungsi
dasar :
1) Fungsi ekonomi yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan peningkatan
pendapatan masyarakat miskin melalui alokasi dan realokasi sumber daya ekonomi.
2) Fungsi sosial dalam memelihara keseimbangan sosial antara masyarakat kaya dan miskin.
3) Fungsi moral dalam menegkkan nilai-nilai syariah Islam, khususnya yang berkaitan dalam
transaksi ekonmi misalnya kejujuran, keadilan dan kemanfaatan.
Pada dasarnya jika pasar sudah bekerja dengan sempurna, maka tidak ada alasan untuk
mengatur tingkat harga. Penetapan harga justru akan mendistorsi harga sehingga akhirnya
mengganggu mekanisme pasar itu sendiri. Jadi regulasi harga dapat dilakukan pada situasi
tertentu saja.
Pemerintah dapat melakuakan regulasi harga apabila pasar bersaing tidak sempurna,
dan keadaan darurat. Apabila terpaksa menentapkan harga, maka konsep harga yang adil
harus menjadi pedoman. Adapun beberapa keadaan darurat diantaranya adalah harga naik
sedemikian tinggi di kuar kewajaran, menyangkut barang-barang yang amat dibutuhkan
masyarakat, terjadi ketidakadilan.
7. Peranan Pemerintah dalam Mengontrol Pasar
Untuk lebih menjamin berjalannya pasar secara sempurna sebagaimana fungsinya
peran pemerintah sangat penting. Rasulullah SAW sendiri telah menjalankan fungsi
sebagaimarket supervisor atau Al-Hisbah, yang kemudian banyak dijadikan acuan untuk
peran negara terhadap pasar. Peran pemerintah dalam pasar diantaranya adalah untuk
mengatur dan mengontrol pasar serta moral secara umum.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dengan berbagai pembahasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan:
1. Penyebab dari kegagalan pasar adalah adanya kompetisi yang tidak sempurna, eksternalitas
dan informasi yang asimetris.
2. Sedangkan solusi mengatasi hal tersebut yaitu dengan adanya larangan ikhtikar, membuka
akses informasi dan adanya regulasi harga.

Eksternalitas, eksternalitas adalah dampak tidak langsung –baik dampak


menguntungkan maupun merugikan- yang ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi. Eksternalitas
terjadi jika kegiatan ekonomi menghasilkan biaya tambahan atau keuntungan tambahan bagi
pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dari suatu transaksi kegiatan ekonomi. Atau bisa
terjadi juga dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa kedalam akun dari akibat aktivitas
ekonomi didalam orang luar/asing.” Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam Klasik,
pasokan (penawaran) telah dikenal sebagai kekuatan penting di dalam pasar. Semakin tinggi
harga maka semakin banyak pua jumlah barang yang akan dijual.
DAFTAR PUSTAKA

Bade, Robin; and Michael Parkin. Foundations of Microeconomics. Addison Wesley Paperback 1st
Edition: 2001.
Eaton, B. Curtis; Eaton, Diane F.; and Douglas W. Allen. Microeconomics. Prentice Hall, 5th Edition:
2002.
Frank, Robert A.; Microeconomics and Behavior. McGraw-Hill/Irwin, 6th Edition: 2006.
Friedman, Milton. Price Theory. Aldine Transaction: 1976
Jehle, Geoffrey A.; and Philip J. Reny. Advanced Microeconomic Theory. Addison Wesley Paperback,
2nd Edition: 2000.
Hicks, John R. Value and Capital. Clarendon Press. [1939] 1946, 2nd ed.
Katz, Michael L.; and Harvey S. Rosen. Microeconomics. McGraw-Hill/Irwin, 3rd Edition: 1997.
Kreps, David M. A Course in Microeconomic Theory. Princeton University Press: 1990
Home » Makalah » Makalah Teori Ekonomi Mikro

Makalah Teori Ekonomi Mikro


Berikut Adalah contoh makalah Teori Ekonomi Mikro
A. Latar Belakang
Masalah ekonomi timbul sebagai akibat adanya kenyataan kenyataan di bawah ini:
1. Jumlah dan macam ragam kebutuhan manusia sangat banyak, dan
2. Alat pemuas kebutuhan, relatif dibandingkan dengan kebutuhan manusia tersebut di atas,
sangat terbatas.
Dari masa pra sejarah sampai jaman modern seperti sekarang ini belum pernah kita
jumpai suatu masyarakat atau suatu bangsa yang kebutuhan hidupnya telah dapat terpenuhi
seluruhnya. Masyarakat yang dikatakan masih primitif kebutuhan mereka baik jumlah
maupun macamnya relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat
modern.
Akan tetapi oleh karena kemampuannya untuk menghasilkan barang barang dan jasa-jasa
yang langsung dapat memenuhi kebutuhan mereka sangat kecil juga, rnaka banyak dan
kebutuhan mereka yang pemenuhan nya terbatas dalam angan-angan mereka belaka.
Dengan semakin majunya peradaban manusia, manusia menjadi semakin cerdas dan
semakin banyak alat kapital yang mereka miliki; yang semuanya ini meningkatkan
kemampuan mereka dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang selanjutnya dapat
mereka pergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi meningkatnva kemam
puan mereka menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut hampir senantiasa diikuti,
dibarengi, bahkan tidak jarang pula didahuiui oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru.
Meningkatnya kebutuhan mereka tersebut demikian cepatnya, sehingga bangsa yang pa maju
di dunia dewasa mi, masih pula merasakan keterbatasan mereka dalam memenuhi kebutuhan
mereka yang semakin beraneka ragam teori.
Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan mereka, maka
dengan sadar atau tidak manusia bertendensi untuk bersikap rasional, yaitu sepanjang mereka
mempunyai pilihan, mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat sebesar-
besarnya dan peng gunaan alat pemuas kebutuhan tertentu, atau memilih pilihan yang
menurut perhitungan mereka memerlukan korban paling kecil di antara pilihan-pilihan lain
untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu.
Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
mengadakan pemilihan di antara berbagat alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas
kebutuhan yang tersedianya relatif terbatas inilah yang kita sebut ilmu ekonomi atau
economics.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ekonomi Mikro Dalam Kerangka Ilmu Ekonomi?
2. Siapa saja pelaku-pelaku Ekonomi?
3. Bagaimana asumsi-asumsi yang dipakai Teori Ekonomi Mikro?
4. Bagaimana Metodologi Ilmu Ekonomi?
5. Apa saja Materi Ekonomi Mikro?
C. Tujuan Peulisan
1. Untuk menegtahui Ekonomi Mikro dalam Kerangka Ilmu Ekonomi
2. Untuk mengetahui Pelaku-Pelaku Ekonomi
3. Mengetahui Asumsi-Asumsi yang dipakai Teori Ekonomi Mikro
4. Mengetahui Metodologi Ilmu Ekonomi
5. Mengetahui Materi Ekonomi Mikro

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekonomi Mikro Dalam Kerangka Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi biasa dibagi dalam tiga kelompok dasar, yaitu kelompok ekonomi
deskriptif, kelompok teori ekonomi dan kelompok ekonomi terapan. Ekonomi deskriptif atau
descriptive economics, mengumpulkan keterangan-keterangan faktual yang relevan mengenai
sesuatu masalah ekonomi. Teori ekonomi yang biasa juga disebut economic theory atau
economic principles, yang selanjutnya dapat dipecah lagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu
kelompok teori ekonomi mikro dan kelompok teori ekonomi makro, tugas utamanya ialah
encpb menerangkan secara umum sistem perekonomian Apabila yang merupakan materi
pembahasan adalah perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang berada di dalam sistem
perekonomian, maka teori ekonomi iersebut masuk kategori teori ekonomi mikro.
Sedangkan apabila yang merupakan materi pem bahasan adalah mekanisme bekerjanya
perekonomian sebagai suatu keseluruhan, maka teori ekonomi tersebut kita kategorikan
sebagai teori ekonomi makro.
Akhirnya, yang dilakukan oleh ekonomi terapan, atau applied economics ialah menggunakan
hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerangkan keterangan-
keterangan yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif.
Dengan menggunakan kerangka penggolongan ilmu ekonomi tersebut di atas dapatlah
dikatakan bahwa materi yang disajikan dalam buku ini kalau dilihat isinya dapat dimasuk kan
ke dalam kelompok teori ekonomi mikro, yang lazim pula disebut teori harga atau price
theory, dan yang biasa juga disingkat ekonomi mikro atau microeconomics.
B. Pelaku-Pelaku Ekonomi
Di atas telah disinggung bahwa ekonomi mikro berusaha menerangkan perilaku
pelaku-pelaku ekonomi. Oleh karena itu ada man faatnya apabila untuk sejenak perhatian
kita, kita arahkan guna mengetahui macam kegiatan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku
ekonomi tersebut dan hubungan-hubungan yang lazim terjadi di antara mereka.
Dalam perekonomian manapun, baik primitif maupun modern, baik kapitalis, sosialis
maupun komunis, dapat dibedakan tiga kelompok pengambil keputusan ekonomi yang untuk
selanjutnya kita sebut pelaku pelaku ekonomi atau subyek-subyek ekonomi. Ketiga kelompok
pelaku pelaku ekonomi tersebut ialah
1. Rumah tangga keluarga,
2. Rumah tangga perusahaan, dan
3. Rumah tangga pemerintah.
Dan ke tiga kelompok tersebut masing-masing mempunyai pola aktivitas ekonomi tertentu
yang sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem perekono mian yang berlaku. Pada dasarnya
kegiatan-kegiatan ekonomi yang khas bagi masing-masing golongan pelaku ekondmi tersebut
di atas dapat kita ikhtisarkan sebagai berikut
1. Rumah Tangga Keluarga. > Dalam literatur kelompok pelaku ekonomi mi biasa disebut
sebagai household, dan dapat berupa organisasi keluarga atau dapat pula berupa orang
perorangan. Orang perorangan kita anggap sebagai rumah tangga keluarga beranggota
tunggal. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rumah tangga keluarga pada
pokoknya meliputi
a. menjual atau menyewakan sumber-sumber daya yang mereka mi liki dengan mendapatkan
pendapatan yang dapat berupa upah, gaji, sewa, bunga atau laba sebagai hasil penjualan atau
hasil persewaan sumber-sumber daya mereka,
b. membayar pajak, membeli dan mengkonsumsi barang-barang dan jasa-jasa pribadi yang
dihasilkan oleh rumah-rumah tangga perusahaan, dan
c. memanfaati jasa pemakaian barang-barang dan jasa-jasa publik yang disediakan oleh
pemerintah.
2. Rumah Tangga Perusahaan > Pelaku-pelaku ekonomi yang tergolong dalam kategori mi
mempunyai bentuk yuridis yang bermacam macam. Ada yang berbentuk perseroan terbatas,
persekutuan komanditer, persekutuan dengan firma, perusahaan perseorangan, perusahaan
negara, koperasi dan sebagainya lagi. Rumah-rumah tangga perusahaan, yang dengan singkat
kita sebut juga produsen, perusahaan atau badan usaha melaksanakan kegiatan-kegiatan
ekonomi yang pada dasarnya adalah seperti di bawah ini
a. membeli sumber-sumber daya dan rumah-rumah tangga keluarga dan rumah tangga
pemerintah,
b. membayar pajak,
c. memanfaati barang-barang dan jasa-jasa publik yang disediakan oleh pemerintah,
d. menggunakan sumber-sumber daya seperti dimaksudkan di atas untuk menghasilkan barang-
barang dan jasa-jasa, dan
e. menjual barang-barang dan jasa-jasa yang mereka hasilkan, kepada rumah-rumah tangga
keluarga, rumah tangga pemerintah, dan juga kepada sesama rumah tangga perusahaan.
3. Rumah-tangga pemerintah > Pelaku ekonomi ini, yang biasa hanya disebut pemerintah,
menjalankan macam kegiatan ekonomi seperti berikut
a. membeli sumber-sumber daya, (untuk sistem perekonomian kita terutama sumber daya
manusia), barang-barang dan jasa-jasa dan rumah-rumah tangga keluarga dan rumah-rumah
tangga perusahaan,
b. dengan sumber-sumber daya, barang-barang dan jasa-jasa yang dibelinya, rumah tangga
pemerintah menghasilkan serta menya jikan jasa barang-barang publik untuk dapat
dimanfaati oleh rumah-rumah tangga keluarga dan rumah-rumah tangga perusahaan,
c. memungut pajak dan rumah-rumah tangga keluarga dan rumah rumah tangga perusahaan
dengan maksud antara lain untuk membiayai pembelian barang-barang, jasa-jasa serta
sumber-sumber daya yang diperlukan seperti yang dimaksudkan pada butir ke 1 di atas,
d. bertindak sebagai pengatur perekonomian, pemerintah berkewajiban
1) mengusahakan pembagian pendapatan nasional yang adil,
2) mengusahakan tingkat pendapatan nasioñal dan tingkat kesempatan kerja yang tinggi,
3) mengusahakan tingkat harga yang relatif stabil, dan
4) mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih balk mengenai hubungan hubungan ekonomi di
antara ketiga pelaku ekonomi tersebut, kegiatan kegiatan ekonomi seperti disebutkan di atas
kita ikhtisarkan dalam bentuk lingkaran aliran aktivitas ekonomi yang biasa juga disebut
circular flow diagram.
C. Materi Ekonomi Mikro
Di atas telah diungkapkan bahwa cabang ilmu ekonomi yang dapat kita sebut ilmu
ekonomi mikro, teori ekonomi mikro, microeconomics, atau singkatnya ekonomi mikro,
biasa didefinisikan sebagai cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perilaku pelaku-
pelaku ekonomi. Apabila kita berpegang teguh pada definisi ini kita harus berkesimpu1an
bahwa materi-bahas ilmu ekonomi mikro berupa perilaku ekonomi rumah tangga keluarga,
perilaku ekonomi rumah tangga perusahaan dan perilaku ekonomi rumah tangga pemerintah.
Akan tetapi rupa-rupanya para pemikir ekonomi berfikir pragmatis. Dalam mengisi
literatur ekonomi mikro para memikir ekonomi tidak mau terikat kepada definisi ilmu
ekonomi mikro seperti yang mereka lafalkan. Pertama-tama dapat diketengahkan bahwa
dengan mendasarkan kepada pertimbangan bahwa transaksi yang dilakukan oleh pemerintah
di samping nilainya secara keseluruhan sangat besar juga tujuan utamanya sering-sering
adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, maka kebanyakan pemikir ekonomi
tidak memasukkan teori perilaku ekonomi rumah-tangga pemerintah ke dalam disiplin ilmu
ekonomi mikro.

1. Teori Konsumen. Bagian dari ilmu ekonomi mikro ini pada pokoknya membahas
perilaku ekonomi rumah-rumah tangga keluarga dalam menggunakan penghasilan
mereka yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan
memperoleh tingkat kepuasan yang maksimal. Selanjutnya dapat diketengahkan
bahwa teori konsumen mi memberi dasar teoritik konsepsi kurva permintaan
konsumen, suatu konsepsi yang peranan nya sangit besar dalam kita mencoba
menerangkan perilaku harga pasar.
2.
3. Teori Badan Usaha. Bagian ini membahas tentang perilaku rumah tangga perusahaan
dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, dalam menentukan harga
satuan barang atau jasa yang dihasilkan, dan dalam menentukan kombinasi sum ber-
sumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi, yang semuanya ini
didasarkan kepada asumsi bahwa yang ingin dikejar oleh rumah tangga perusahaan
adalah keuntungan sebesar-besarnya. Teori mi memberikan dasar teoritik konsepsi
kurva penawaran produsen.
4. Teori Harga Pasar. Bagian daripada ilmu ekonomi. mikro ini pada dasarnya
membahas perilaku harga pasar barang-barang dan jasa jasa. Teori mi, seperti
disinggung di atas banyak mernanfaati kesimpulan-kesimpulan teoritik teori
konsumen dan teori badan usaha, khususnya konsepsi permintaan dan konsepsi
penawaran yang dihasilkan oleh kedua teori tersebut.
5. Teori Distribusi Pendapatan. Bagian daripada ilmu ekonomi mikro ini mencoba
menerangkan perilaku harga sumber-sumber daya, yang dapat berubah upah untuk
sumber daya manusia, bunga modal untuk sumber daya modal, dan sewa untuk
sumber daya alam. leon distnibusi pendapatan mi banyak menggunakan kesimpulan
teoritik teori rumah-tangga perusahaan dan teori perilaku rumah-tangga keluarga.
6. Teori Keseimbangan Umum. Teori-teori yang disebutkan di atas, yaitu teori
konsumen, teori produsen, teoni harga pasar dan eori distribusi pendapatan semuanya
didasarkan kepada asumsi tidak adanya saling pengaruh-mempengaruhj atau
interdependensi antara kegiatan ekonomi pelaku ekonomi yang satu dengan kegiatan
ekonomi pelaku ekonomi lainnya. Dunia yang nyata menunjukkan adanya hubungan
interdependensi tersebut. Teori ekonomi mikro yang dalam usaha menerangkan
pembentukan harga, penentuan kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan dan yang
dikonsumsi, dan sebagainya seperti yang telah diuraikan di atas, mengikut sertakan ke
dalam analisa unsur saling pengaruh-mempengaruhi di antara pelaku pelaku ekonomi
tersebut, biasa disebut ana/isa keseimbangan- umum atau general equilibrium
analysis.
7. Ekonomi Kemakmuran atau Welfare Economics. Teoni-teoni ekonomi mikro
sepertiyang kita uraikan di atas, dan butir ke 1 sampai dengan butir ke 5, tidak
satupun yang memperhatikan skala preferensi masyarakat. Di lain fihak cabang ilmu
ekonomi mikro yang disebut welfare economics, dalam mencoba menerangkan
perilaku konsumen, produsen, harga dan sebagainya mernperhatikan norma-norma
etik masyarakat.

D. Metodologi Ilmu Ekonomi


Seperti telah disinggung di atas, ilmu ekonomi mencoba menerangkan perilaku umat
manusia dalam menggunakan alat-alat pemuas kebutuhan yang adanya terbatas untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang bisa dikatakan jumlahnya tidak terbatas. Untuk
mengetahui bagaimana tugas tersebut dilaksanakan, dalam bab mi kita sajikan beberapa fasal
yang menyangkut masalah metodologi.
Gambar dibawah ini mengikhtisarkan secara garis besar urutan langkah langkah
kegiatan dalam ilmu ekonomi, khususnya yang menyangkut bidang teori. Pertama-tama kita
perbincangkan sedikit mengenai dunia nyata. Menurut kenyataan dunia yang nyata amat
sangat kompleks. Perbuatan seseorang demikian juga gejala-gejala yang terjadi dalam suatu
perekonomian banyak faktor yang ikut mempengaruhi atau bahkan menentukannya.
Faktor-faktor seperti misalnya politik, sosial, psikologi dan sebagainya lagi juga besar
pengaruhnya terhadap perilaku seseorang atau suatu masyarakat. Teori ekonomi pada
azasnya hanya menelaah salah satu dan sekian banyak aspek kehidupan seseorang ataü suatu
masyarakat, yaitu aspek ekonominya. ini berarti bahwa kita dapat membedakan aspek-aspek
ekonomi dan aspek-aspek lainnya, sekalipun kita tidak dapat memisahkannya.
Oleh karena yang menarik perhatian kita hanyalah aspek ekonomi, maka aspek-aspek
lainnya kita abaikan. Inilah yang kita sebut sebagai tin dakan abstraksi.
Meskipun semua aspek yang bukan ekonomi, telah kita kesamping kan, namun
masalahnya juga sering masih terlalu kompleks untuk bisa di peroleh gambaran yang jelas
dan kesimpulan yang berarti, oleh karena pada umumnya tidak sedikit jumlah macam
variabel ekonomi yang secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai hubungan dengan
masalah masalah yang kita persoalkan.
Oleh karena itu kita terpaksa memilih di antara variabel-variabel tersebut mana yang kita
perkirakan mempunyai peranan yang besar, dan yang bisa dipakai dalam model analisa
ekonomi yang akan kita bentuk. Model analisa ekonomi atau economic model oleh Robert Y.
Awh didefinisikan sebagai konstruksi teoritik atau kerangka analitik yang terdiri dan satu
rangkaian asumsi-asumsi dan mana kesimpulan-kesimpulan kita turunkan. Di dalam
menyusun model analisa ekonomi tersebut kita menentukan asumsi-asumsi mengenai
hubungan-hubungan di antara variabel-variabel yang kita pilih tersebut.
Langkah selanjutnya ialah, dari asumsi-asumsi yang kita pilih dan kita susun sebagai
model ekonomi tersebut kita turunkan kesimpulan kesimpulan teoritik. Menurunkan
kesimpulan-kesimpulan dan hal yang umum ke hal yang khusus biasa disebut melakukan
analisa deduksi. Yang dilakukan oleh teori ekonomi mikro pada umumnya hanya sampai
dengan langkah ini. Kesimpulan-kesimpulan teoritik ini nantinya dapat pula dipergunakan
untuk menyusun model-model analisa ekonomi lainnya.
Kesimpulan-kesimpulan teoritik yang dihasilkan tersebut apabila diturunkan secara
betul dikatakan berlaku secara abstrak universal, yaitu berlaku di manapun juga dan
bilamanapun juga, asalkan dipenuhi syarat bahwa kenyataan dalam dunia nyata sejalan
dengan asumsi-asumsi yang terbentuk dalam model analisa ekonomi yang kita pakai. Apabila
ternyata asumsi yang kita pakai tidak sesuai dengan dunia yang nyata, maka hasil kesimpulan
yang kita turunkan tendensinya juga menjadi kenyataan.
Sebagai contoh misalya saja, Dengan menggunakan asumsi bahwa rumah tangga perusahaan
selalu berusaha memaksimumkan keuntungan, kita sampai pada kesimpulan bahwa
meningkatnya permintaan akan produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan akan
mengakibatkan bertambah besarnya keuntungan yang diperoleh atau bertambah kecilnya
kerugian yang diderita oleh perusahaan bersangkutan.
Bisa saja terjadi bahwa karena sesuatu hal sebuah rumah tangga perusahaan tidak
bersikap rasional; hingga meningkatnya permintaan akan produk yang dihasilkannya tidak
mengakibatkan meningkatnya keuntungan, hal mana misalnya disebabkan tambahan hasil
penjualan dipergunakan untuk membiayai bertambahnya jumlah karyawan perusahaan.
Apabila banyak kesimpulan-kesimpulan teoritik yang menyimpang dan kenyataan,
maka kalau kita tidak hati-hati, kita dapat mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
hasilnya justru berlawanan dengan yang kita harapkan. Oleh karena itu kita perlu menguji
validitas daripada teori dengan cara membandingkan kesimpulan-kesimpulan teoritik.
Pengujian teori tidak semudah yang kita ungkapkan, oleh karena sekali lagi dunia
yang nyata sangat kompleks. Pada umumnya buku teks ekonomi mikro tidak mempersoalkan
hal ini. Akhirnya dapat disebutkan di sini bahwa metode-metode yang banyak dipakai dalam
melaksanakan pengkajian teori ekonomi secara empirik dapat diperoleh dalãm literatur di
bidang statistik ekonomi dan di bidang ekonometrika.
E. Asumsi-Asumsi Yang Dipakai Teori Ekonomi Mikro
Di atas telah disebutkan bahwa teori ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro,
bekerja dengan menggunakan asumsi-asumsi. Dan asumsi-asumsi tersebut ada yang berlaku
sangat umum dalam arti dipakai oleh teori ekonomi, baik teori ekonomi mikro maupun teori
ekonomi makro; ada yang hanya dipakai oleh teori ekonomi mikro saja atau oleh teori
ekonomi makro saja; dan akhirnya ada pula yang hanya dipakai untuk bagian-bagian tertentu
ekonomi mikro maupun bagian-bagian tertentu ekonomi makro. Di bawah mi disajikan
sedikit uraian mengenai beberapa asumsi yang mendasari kebanyakan teori-teori ekonomi
mikro.
1. Asumsi Umum.
Asumsi-asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro maupun kebanyakan teori
ekonomi lainnya
a. Asumsi Rasionalitas. Asumsi ini berlaku untuk semua teori ekonomi. Pelaku ekonomi yang
diasumsikan bersikap rasional biasa disebut juga homo ekonomikus atau economic man.
Penggunaan asumsi mi pada teori konsumen terwujud dalam bentuk asumsi bahwa rumah
tangga keluarga senantiasa berusaha memaksimumkan kepuasan; yaitu yang dalam literatur
terbiasa dengan sebutan utility maximization assump tion. Sebaliknya dalam teori rumah
tangga perusahaan, asumsi yang sama terjelma dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga
perusahaan senantiasa berusaha inemperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Asumsi ini dalani
literatur dikenal sebagai profit maximization assumption.
b. Asumsi Ceteris Paribus. Sebutan lain untuk asumsi ini ialah asumsi other things being equal
atau lain-lain hal tetap sama atau lain-lain hal tidak berubah. Yang dikehendaki oleh asumsi
mi ialah bahwa yang mengalami perubahan hanyalah variabel yang secara eksplisit
dinyatakan berubah, sedangkan variabel-variabel lain yang tidak disebutkan berubah,
sepanjang dalam model analisa tidak diasumsikan sebagai variabel yang nilainya ditentukan
oleh variabel lain harus dianggap tidak berubah.
c. Asumsi Penyederhanaan. Meskipun abstraksi sudah banyak sekali mengurangi kompleksnya
permasalahan, agar supaya permasalahan nya lebih mudah dianalisa dan difahami, sering-
sering kita perlu menyederhanakan persoalan lebih lanjut. Misalnya saja menurut kenyataan
jumlah macam barang dan jasa yang clihadapi rumah tangga keluarga tidak terhitung
banyaknya. Akan tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya pada Bab X, penggunaan analisa
indiferen un tuk menerangkan teori permintaan, jumlah macam barang yang bisa termuat
dalam grafik paling banyak hanya dua. mi memaksa kita menggunakan asumsi bahwa
konsumen hanya menghadapi dua macam barang atau jasa.
2. Asumsi Khusus Ekonomi Mikro
Sebetulnya tidak banyak asumsi yang hanya dipergunakan oleh teori ekonomi mikro,
dalam arti tidak dipergunakan sama sekali oleh teori ekonomi makro. Hal ini kiranya mudah
difahami kalau kita ingat hahwa yang membentuk perilaku perekonomian sebagai suatu
keseluruhan tidak lain adalah perilaku para pelaku ekonomi itu sendiri, dengan demikian
tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bahwa teori ekonomi makro banyak menggunakan
teori-teori atau kesimpulan-kesimpulan teoritik ekonomi mikro sebagai dasar analisanya.
Oleh karena itulah maka yang kita maksud dengan asumsi khusus teori ekonomi
mikro, hanyalah terbatas kepada asumsi-asumsi yang banyak dipakai oleh ekonomi mikro
akan tetapi tidak selalu dipakai oleh teori-teori ekonomi yang lain. Dengan menggunakan
batasan ini kita dapat menyebut beberapa contoh asumsi khusus teori ekonomi mikro. Antara
lain yang penting ialah asumsi ekuilibrium parsial dan asumsi tidak adanya hambatan atas
proses penyesuaian
a. Asumsi ekuilibrium parsial. Untuk sebagian besar model-model analisa ekonomi mikro,
seperti juga halnya dengan seluruh isi buku ini, didasarkan kepada asumsi berlakunya
ekuilibrium parsial, yang mengasumsikan tidak adanya hubungan timbal-balik antara
perbuatan-perbuatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi dengan
perekonomian di mana pelaku-pelaku ekonomi tersebut berada. Misalnya saja, sebagai akibat
berubahnya cita rasa, para konsumen tiba-tiba mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau
tidak dipergunakan asumsi ekuilibrium parsial, maka dalam kita membuat analisa kita harus
memperhitungkan pengaruh penurunan pengeluaran konsumsi tersebut terhadap pendapatan
nasional, yang seterusnya juga terhadap pendapatan mereka, dan yang selanjutnya akan
berpengaruh juga terhadap pola pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan menggunakan
asumsi ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita perhatikan.
b. Asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian. Kelak kita akan menyaksikan
misalnya, apabila harga suatu barang mengalami perubahan, maka berapapun kecilnya
perubahan tersebut, selalu diasumsikan bahwa konsumen melaksanakan penyesuaian atau
adjustment. Menurut kenyataan banyak hambatan-hambatan yang menyulitkan pelaksanaan
penyesuaian tersebut. Faktor-faktor, seperti misalnya faktor psikologi, sosiologi, politik dan
sebagainya, dapat merupakan penghambat terhadap penyesuaian tersebut. Misalnya,
meskipun kita tahu bahwa dengan menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan
meningkat dengan cara mengurangi kortsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang
Z, namun tidak dapat dijamin bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut. Misalnya
saja dikarenakan toko langganan kita tidak menjual barang Z, mungkin kita enggan untuk
mengadakan penyesuaian tersebut. Dalam teori ekonomi mikro kita mengasumsikan bahwa
hambatan hambatan terhadap penyesuaian tersebut tidak ada.
A. Kesimpulan
Pengertian ilmu ekonomi mikro (micro economics) adalah ilmu ekonomi
yang mengkhususkan untuk mempelajari perilaku individu manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhannya.
Ekonomi mikro pada dasarnya mempelajari aktivitas-aktivitas perekonomian yang
bersifat bagian kecil, yang memusatkan perhatiannya pada masalah bagaimana konsumen
akan mengalokasikan pendapatannya yang terbatas terhadap berbagai macam barang dan jasa
yang dibutuhkan, untuk memperoleh kepuasan maksimum. Ekonomi Mikro juga mempelajari
variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.
Ekonomi mikro juga mempelajari bagaimana berbagai keputusan dan perilaku
tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan
menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan
permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Teori ekonomi mikro menganggap bahwa faktor produksi (alam, tenaga kerja,
modal, dan Tengusaha) yang dimiliki oleh masyarakat sifatnya terbatas, sedangkan keinginan
manusia tidak terbatas. Untuk itu masyarakat harus dapat memilih kegiatan ekonomi, yang
meliputi kegiatan dalam memproduksi, menyalurkan, dan menggunakan barang maupun jasa.
B. Saran
Ekonomi mikro pada dasarnya mempelajari aktivitas-aktivitas perekonomian yang
bersifat bagian kecil, yang memusatkan perhatiannya pada masalah bagaimana konsumen
akan mengalokasikan pendapatannya yang terbatas terhadap berbagai macam barang dan jasa
yang dibutuhkan, untuk memperoleh kepuasan maksimum.
Makalah Ekonomi Mikro juga mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil
misalnya perusahaan, rumah tangga. Ekonomi mikro juga mempelajari bagaimana berbagai
keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan
jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan
penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Oleh karena itu pemahan terhadap
Ekonomi mikro sangat penting dikuasai oleh mahasiswa untuk bekal dalam kehidupan di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai