Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. PENETAPAN TITIK THERMOCOUPLE DAN METODE KERJA

III. PERALATAN

IV. DETAIL PEMASANGAN

V. TABEL DATA

VI. GRAFIK SUHU

VII. KESIMPULAN

VIII. L AMPIRAN

1
0
I. PENDAHULUAN

Selama proses curing beton, terjadi reaksi kimia eksoterm dengan ditandai meningkatnya
suhu beton. Secara umum untuk beton dengan ketebalan normal , panas yang dihasilkan akan
berpengaruh relatif kecil , karena akan dilepaskan dalam jangka waktu yang cukup lama dan mudah
untuk dilepaskan ke sekeliling beton.

Struktur dengan tebal beton ekstrim (tebal ukuran beton tidak normal) akan
menimbulkan masalah tersendiri , diantaranya adalah panas yang terdapat dalam struktur beton
tersebut, dimana panas yang muncul tidak bisa dilepaskan dengan cepat dan adanya perbedaan
temperatur suhu yang besar antara bagian tengah dan bagian permukaan struktur beton tersebut,
dimana perbedaan temperature selama proses curing dapat menimbulkan terjadinya retak
permukaan struktur beton.

Hal bisa dilakukan untuk menghindari retak adalah dengan menjaga suhu beton dengan acuan
beda suhu antar layer tidak boleh lebih dari 200 C , untuk mencapai target tersebut hal yang bisa
dilakukan adalah
1. Menurunkan suhu beton segar , missal pengecoran tidak saat siang hari
2. Memasang insulasi plastic dan steorofoam pada permukaan beton

Beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mengurangi suhu beton segar :

1. Penyimpan semen selama lebih dari satu minggu dari tanggal pengecoran , agar suhu semen
bisa ditekan.
2. Melakukan modifikasi desain , dengan dipakainya fly ash untuk menggantikan sebagian
semen yang tapi mutu tetap tercapai , sehingga panas yang dikarenakan semen bisa dikurangi
3. Pembasahan agregat yang dipakai loading pengecoran mass concrete.

Untuk mengetahui karateristik dari suhu beton , maka diperlukan suatu kontrol temperature dari
beton yang terpasang, hal ini bermanfaat untuk mengetahui temperature beton di beberapa tempat
dan dapat menentukan kapan waktunya yang tepat untuk melepas insulatornya , untuk itu diperlukan
dipasang thermocouple di satu titik sebagai monitoring suhu beton dilokasi tersebut.

2
II. PENETAPAN TITIK THERMOCOUPLE DAN METODE KERJA

Pengamatan dilakukan dalam satu arah yaitu arah vertikal . Garis vertikal bertujuan untuk
mendapatkan gambaran bagaimana keadaan beton yang berbeda antara lapisan dasar , tengah,
atas yang mewakili dari permukaan beton.

Secarah vertikal beton diamati pada elevasi 3 , pada ketebalan beton 140 cm :
1. Lapisan atas, berada pada 30 cm dibawah lapisan atas beton
2. Lapisan bawah, berada pada 30 cm diatas lapisan bawah beton.
3. Lapisan tengah , berada antara lapisan atas dan lapisan bawah dari no tersebut diatas.

Dari kondisi titik tersebut diatas dilakukan 2 titik pengamatan

Lapisan permukaan akan berhubungan langsung dengan udara yang terkait dengan cuaca yang
berlangsung sehingga diasumsikan panas bisa lepas dari beton ke udara. Lapisan bawah lebih
dekat dengan tanah dan diasumsikan panas dari beton akan dilepaskan ke tanah.

Secara horizontal, suhu beton diamati pada 2 titik pengamatan dengan asumsi titik-titik pengamatan
tersebut dapat mewakili gambaran kondisi temperature beton saat pengecoran. Penempatan titik
posisi dan elevasi thermocouple dapat diaturkan pada gambar lay out pengecoran.

Titik sensor thermocouple (probe) berada pada posisi-posisi yang telah diuraikan atas diikat kuat
pada kabel kawat untuk memastikan kondisinya tidak berpindah/bergeser selama proses pengecoran
berlangsung. 3 kabel untuk 3 elevasi probe dari titik thermocouple 1 (TC1) dan titik thermocouple
2 (TC2) . Untuk TC1 dan TC2 memiliki kedalaman 1400 Cm. Kabel-kabel extension yang
terhubung dengan sensor probe pada tiap titik pengamatan dikumpulkan dan dimasukan ke dalam
1 batang pipa PVC dia. ½” , dimana rongga pipa tersebut diperkaku dengan semen grout yang
bersifat non shrink. Pipa tersebut terpasang secara vertikal dan didukung dengan besi stek, dan
diikat kuat pada pembesian yang ada dan pipa PVC terikat kuat pada besi stek tersebut.

Setelah semua probe terpasang , kabel-kabel dihubungkan dengan thermometer menggunakan


socket kemudian setiap probe diuji dengan air panas (mendidih) sampai terlihat kerja probe-probe
nya sebagai tanda bahwa telah terpasang dengan benar. Setelah semua probe telah teruji dan
terevaluai alat tidak bermasalah , maka rongga pipa diisi dengan grouting semen, agar saat
pengecoran tidak bermasalah.

Pengecekan suhu akan dilakukan setelah proses finishing pengecoran atau sesuai dengan
kesepakatan yang ada , tapi tidak lebih dari H+1 dari hari selesainya pengecoran

3
Socket Kabel Thermocouple
Ujung kabel diikat pada socket agar dapat
dihubungkan deang alat thermocouple dan
diproteksi dengan plastic untuk menghindari
air hujan

Uji Probe
Ujung kabel dengan menggunakan api untuk
mengetahui probe tersebut normal atau tidak

Socket Kabel Thermocouple


Posisi titik sensor thermocouple (probe) pada
pipa dalam struktur mass concrete

4
III. PERALATAN

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan thermocouple, ini antara lain :

1. Kabel kawat + sensor thermocouple (probe)


2. Temperatur indikator
3. Alat bantu lain : pipa PVC ½” , meteran , cutter, tang, obeng, selotip, spidol , dll

Kabel ekstensi

Probe

5
IV. LOKASI THERMOCOUPLE DAN DETAIL PEMASANGAN

A. Lokasi Titik Pengamatan Thermocouple, ada 2 yaitu


1. Titik ke 1 , dengan kedalaman 140 Cm
2. Titik ke 2 , dengan kedalaman 140 Cm
B. Detail Pemasangan Instalasi Titik Sensor Thermocouple
Letak titik sensor Thermocouple pada bagian Atas, Tengah, dan Bawah

1400 mm

Detail Tiang Thermocouple pada Titik Kedalaman 1400 mm ( 140 Cm)


Satuan gambar tersebut mm

6
V. PEMBACAAN DAN TABEL DATA

Data monitoring suhu dimulai pada saat beton sudah mencapai permukaan dan pekerjaan
finishing sudah selesai, atau air pada permukaan adukan beton telah mengalami proses evaporasi
yang cukup sehingga memudahkan kita untuk memonitor suhu beton. Kemudian dilanjutkan dengan
pekerjaan finishing dan penutupan permukaan beton dengan insulator berupa plastic dan steorofoam.
Data monitoring suhu mulai dicatat setelah beton menutupi probe paling dengan sempurna dan
permukaan beton telah diberi lapisan insulator.

Untuk pengecoran ini , pembacaan bisa dilakukan dimulai :

1. Pembacaan TC 1 , TC2 dimulai + 10 Jam, dari selesai finishing.


2. Pada hari pertama sampai ke lima dari start pembancaan, dilakukan pembacaan tiap 3 jam
3. Pada hari ke enam sampai selesai dari start pembancaan, dilakukan pembacaan tiap 6 jam

Note : terkait interval dan jam baca suhu, bisa disesuaikan dengan spek proyek

Dari data monitoring didapat data suhu maksimal sebagai berikut :

1. TC 1, Suhu udara : ……..0 C


Suhu probe bagian Atas : ……..0 C
Suhu probe bagian Tengah : ……….0 C
Suhu probe bagian Bawah : ……..0 C

2. TC 2, Suhu udara : ……0 C


Suhu probe bagian Atas : ……0 C
Suhu probe bagian Tengah : ……0 C
Suhu probe bagian Bawah : …….0 C

Untuk data monitoring keseluruhan dari awal monitoring sampai akhir monitoring yang dinyatakan
berhenti ( jika beda suhu tertinggi dgn suhu udara kurang dari 200 C).

VI. GRAFIK MONITORING SUHU

Semua data yang didapat di plot dalam bentuk grafik, untuk arah horizontal adalah periode waktu
pembacaan dalam hari dimulai dari hari pengecoran, sedangkan untuk arah vertikal menunjukan data
suhu yang dibaca (akan dilampirkan) . Dari data monitoring suhu yang ada diketahui bahwa suhu
beton yang ada menampakan suhu normal dan stabil dan tidak menunjukan indikasi suhu yang
ekstrim. Untuk data grafik monitoring keseluruhan dari awal monitoring sampai akhir monitoring
yang dinyatakan berhenti, disajikan dalam lampiran laporan ini.

7
VII. KESIMPULAN

Dalam laporan ini akan di buat kesimpulan tentang hasil monitoring suhu , antara lain :

1. Terjadi atau tidak perbedaan suhu lebih dari 200 C


Data sebagai evaluasi bahwa proses insulin yang dilakukan adalah bagus atau tidak dan bisa
dinyatakan atau tidak atas status berhasil/gagal.

2. Dari point akan dapat dijadikan dasar jika suatu hari ada keretakan.

3. Akan dimunculkan data rata-rata, temperature yang lebih tinggi

4. Juga bisa di evaluasi berdasar data naik dan turun suhu selama pembacaan sangat mungkin
terjadi, hal ini disebabkan karena beberapa factor eksternal missal suhu pada malam hari dan
suhu siang hari (temperature udara luar berubah terus menerus), cuaca ekstrim missal hujan yang
terjadi terus menerus, dll.

5. Evaluasi global pada grafik yang ada , menunjukan trend kenaikan dan penurunan suhunya.

9
10

Anda mungkin juga menyukai