Anda di halaman 1dari 28

Menghitung Denyut Nadi

Tujuan
Menghitung denyut nadi dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Alat
Stopwatch dan Kalkulator

Cara Kerja
1. Memegang pergelangan tangan kanan atau leher di bawah telinga Anda dengan
menggunakan jari-jari tangan kiri. Melakukan ini untuk merasakan denyut nadi.
2. Menghitung denyut nadi selama satu menit. Mengulangi sampai tiga kali hitungan.
Kemudian, menghitung rata-rata denyut nadi setiap menit.
3. Selanjutnya melakukan gerakan lari-lari di tempat selama 5 menit. Kemudian,
menghitung denyut nadi seperti di atas.

Hasil Percobaan

TABEL PENGAMATAN

ISTIRAHAT
LARI- RATA-
NO NAMA NORMAL DUDUK BERDIRI SETELAH
LARI RATA
LARI
Ahmad
1. 87 91 89 73 98 87
Salamudin
Surya
2. 68 79 78 65 105 91
Ibrahim
3. Yuni Kurnia 89 80 89 91 105 91
Siti
4. 81 93 90 66 91 84
Lutpiyah

Pertanyaan

1) Berapa frekuensi denyut nadi rata-rata per menit dalam kelompok kalian:
a. Saat duduk: 86
b. Saat berdiri: 87
2) Apakah terdapat perbedaan frekuensi denyut nadi antara saat posisi tubuh duduk dan
berdiri? Mengapa demikian?
Ya, terdapat perbedaan frekuensi denyut nadi antara saat posisi tubuh duduk dan berdiri.
Frekuensi denyut nadi saat posisi tubuh duduk lebih lambat dibanding saat posisi tubuh
berdiri. Begitu pun sebaliknya.
Hal tersebut disebabkan posisi vertikal tubuh saat duduk dan berdiri sehingga peredaran
darah dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan
darah sebagai akibat sirkulasi.
Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras
karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan jantung meningkat. Sikap atau posisi
duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini disebabkan pada saat duduk
sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara
serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot
abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan
seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler
abdomen ke jantung.
Semakin santai atau rileks kegiatan seseorang, maka semakin sedikit pula denyut jantung
yang terjadi. Sebaliknya, semakin berat aktivitas yang kita lakukan, semakin banyak
denyut nadi yang terjadi.

3) Samakah frekuensi rata-rata denyut nadi setiap orang?


Frekuensi rata-rata denyut nadi setiap orang tidaklah sama karena kondisi setiap orang
tentunya berbeda-beda.
a. Apakah ada perbedaan frekuensi rata-rata denyut nadi antara siswa laki-laki dan
perempuan? Jelaskan hubungan antara aktivitas dengan jumlah denyut nadi!
Ya, ada perbedaan frekuensi rata-rata denyut nadi antara siswa laki-laki dan
perempuan. Dimana dalam tabel pengamatan hasil praktikum denyut nadi kami. Pada
umumnya frekuensi rata-rata denyut nadi perempuan lebih kecil daripada laki-laki.
Hubungan antara aktivitas dengan jumlah denyut nadi adalah semakin banyak atau
berat aktivitas yang dilakukan maka semakin banyak pula kuantitas panas yang
dibuang. Tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen. Demi mencukupi kebutuhan
aktivitas tubuh maka peredaran darah meningkat dan jantung juga berdetak lebih
cepat. Laki-laki memiliki aktivitas yang lebih berat daripada perempuan sehingga
mereka membutuhkan lebih banyak oksigen. Oleh karena itu, denyut nadi mereka
lebih besar.
Untuk perempuan yang tidak terbiasa beraktivitas berat seperti lari, frekuensi rata-rata
denyut nadinya akan lebih besar daripada laki-laki karena tubuhnya belum beradaptasi
dan tidak terbiasa sehingga lari dalam waktu 5 menit dianggap sebagai kerja berat
oleh tubuh.
b. Buatlah grafik hubungan antara jumlah denyut nadi dengan aktivitas!

Hubungan Aktivitas dan Jumlah Denyut Nadi


Aktivitas
3.5

2.5

1.5

0.5

0
90 100 150 Jumlah denyut nadi

4) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi seseorang?


Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan dan teori yang berlaku, faktor-
faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi seseorang antara lain:
a. Posisi tubuh
b. Jenis kelamin
c. Aktivitas
d. Suhu tubuh
e. Usia
f. Berat badan
g. Kondisi fisiologis
h. Obat-obatan
Kesimpulan
1. Frekuensi denyut nadi setiap orang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
antara lain:
a. Posisi tubuh : posisi tubuh vertikal (duduk dan berdiri) memiliki frekuensi denyut
nadi yang lebih besar daripada posisi tubuh horizontal (berbaring atau telentang)
b. Jenis kelamin: laki-laki memiliki frekuensi denyut nadi yang lebih besar daripada
perempuan karena aktivitas laki-laki lebih berat sehingga membutuhkan kadar
oksigen yang lebih besar pula dalam tubuh.
c. Aktivitas: semakin berat atau besar aktivitas yang dilakukan maka semakin besar pula
frekuensi denyut nadi seseorang. Begitupun sebaliknya.
d. Suhu tubuh: semakin panas suhu tubuh maka semakin cepat frekuensi denyut nadi
yang dihasilkan. Begitupun sebaliknya.
e. Usia: semakin dewasa usia seseorang frekuensi denyut nadi yang dihasilkan semakin
lambat karena perbedaan kebutuhan oksigen. Begitupun sebaliknya.
f. Berat badan: semakin berat tubuh maka frekuensi denyut nadi yang dihasilkan
semakin lembat. Begitupun sebaliknya.
g. Kondisi fisiologis: kegembiraan dan kemarahan dapat mempercepat frekuensi denyut
nadi sedangkan ketakutan, kecemasan, kesedihan dapat memperlambat frekuensi
denyut nadi. Atau dapat dikatakan, seseorang yang stress memiliki frekuensi denyut
nadi lebih besar dibanding orang dalam keadaan normal. Begitupun sebaliknya.
h. Obat-obatan: orang yang mengonsumsi athropin dan nikotin memiliki frekuensi
denyut nadi lebih cepat.
I. JUDUL : Mempelajari Jaringan pada Hewan dan Tumbuhan
II. TUJUAN :
1. Mahasiswa dapat mengetahui penyusun jaringan pada hewan
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyusun jaringan pada tumbuhan
III. DASAR TEORI :
Jaringan adalah sekelompok sel dengan asal-usul, struktur, dan fungsi yang sama.
 Jaringan tumbuhan
Jaringan pada tumbuhan dikelompokkan berdasarkan tempatnya dalam tumbuhan,
tipe sel, fungsi, asal-usul, dan tahap perkembangannya. Berdasarkan jumlah tipe sel
penyusunnya, jaringan dibedakan menjadi jaringan sederhana dan rumit. Jaringan sederhana
bersifat homogeny, hanya terdiri atas satu tipe sel, sedangkan jaringan rumit bersifat
heterogen, terdiri atas dua atau lebih tipe sel. Parenkim, kolenkim, dan sklerenkim adalah
jaringan sederhana, sedangkan xylem dan floem, dan epidermis adalah jaringan rumit.
a. Jaringan meristem
Pada tahap perkembangan embrio, semua sel mengalami pembelahan.
Pertumbuhan dan perkembangan sel kebih lanjut menunjukkan adanya diferensiasi menjadi
bagian khusu tumbuhan dan juga masih ada sel yang tetap bersifat embrio (embrional), yaitu
mampu mengadakan pembelahan terus-menerus, jaringan yang bersifat embrio dalam tubuh
tumbuhan dewasa ini disebut meristem.
 Pengelompokan meristem
Pengelompokan meristem didasarkan pada berbagai kriteria, yaitu tempatnya
dalam tubuh tumbuhan, asal-usul dan jaringan yang dihasilkan, struktur, tahap
perkembangan, dan fungsinya. Menurut tempatnya, meristem dalam tubuh tumbuhan
dibedakan menjadi tiga.
1. Meristem pucuk, yang terdapat pada bagian pucuk akar dan batang.
2. Meristem interkalar, yang terdapat di antara jaringan dewasa, misalnyanpada
buku Graminae.
3. Meristem lateral, yang letaknya sejajar dengan permukaan organ, misalnya
cambium dan felogen.
Disamping itu, dikenal juga meristem primer dan meristem sekunder yang
didasarkan pada asal-usulnya. Secara kesepakatan, meristem primer adalah sel yang
berkembang secara langsung dari sel bersifat embrio dan gtetap bersifat embrio. Meristem
sekunder adalah jaringaan yang berkembang dari jaringan dewasa yang masih tetap dapat
berdiferensiasi (Prof.Dr.sri Mulyani E.S.2006:83,84,85)

Menurut asal pembentukannya jaringan meristem dibagi menjadi 3 kelompok:


a. Jaringan Promeristem
Merupakan jaringan yang sudah ada semenjak tumbuhan berfase embrio.
Fungsi: Pertumbuhan pada embrio dan menghasilkan jaringan meristem primer.
b. Jaringan Meristem Primer
Merupakan jaringan yang ditemukan pada tumbuhan dewasa. Terletak apada
ujung akar dan ujung batang, oleh karena itu jaringan ini disebut juga meristem apikal.
Fungsi: Menambah tinggi dan panjang tumbuhan
c. Jaringan Meristem Sekunder
Merupakan jaringan hasil perkembangan dari meristem primer, contohnya
adalah cambium (anonim. http://www.biologi-sel.com.2013)
b. Jaringan dewasa
1. Jaringan pelindung
a. jaringan epidermis: melindungi jaringan yang ada didalamnya. Contoh
derivate epidermis stomata dan trikoma
b. jaringan gabus: jika epidermis rusak maka digantikan jaringan gabus, yang
dibedakan atas eksodermis, endodermis, dan peridermis
2. Jaringan parenkim (dasar)
Jaringan dasar yang kaya akan ruang antar sel (contoh: palisade, tempat
fotosintesis berlangsung, jaringan parenkim spons selain sebagai tempat fotosintesis juga
sebagai tempat penyimpanan hasil fotosintesis)
3. Jaringan mekanik (penguat)
a. jaringan kolenkim: sel-selnya hidup, mengalami penebalan zat selulosa pada
dinding selnya.
b. jaringan sklerenkim: sel-selnya mati, mengalami penebalan oleh lignin
4. Jaringan pengangkut
a. floem: tersusun oleh parenkim floem, serabut floem, pembuluh tapis, sel
pengiring. Berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tumbuhan
b. xylem: tersusun oleh parenkim xylem, serabut xylem, trake, trakeid, dan
unsure pembuluh. Berfungsi mengangkut air dan mineral dari dalam tanah melalui akar
sampai daun.
 Akar
Secara umum berfungsi untuk: melekatnya tumbuhan pada media, menyerap air dan
unsur hara, alat pernafasan, tempat menyimpan cadangan makanan, dan menopang
tegaknya batang. Akar berkembang dari meristem apical di ujung akar yang dilindungi
kaliptra (tudung akar). Pembelahan meristem apical membentuk zona pemanjangan sel,
zona diferensiasi sel, dan zona pendewasaan sel. Urutan struktur jaringan akar pada
tumbuhan (secara anatomi dari luar ke dalam) :
1. Epidermis: terdiri atas satu lapis sel, tersusun rapat, dinding sel tipis, dan
mempunyai rambut akar untuk memperluas bidang penyerapan
2. Korteks: tersusun berlapis-lapis, dinding sel tipis, dan memiliki banyak ruang antar
sel, terdapat: parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
3. Endodermis: berupa satu lapis sel, tersusun rapat, dinding sel mengalami penebalan
gabus (yang dinamakan pita kaspari). Terdapat jaringan perisikel yang tersusun dari sel
parenkim yang menebal, yang berfungsi untuk membentuk akar samping dan berperan
dalam pertumbuhan sekunder.
4. Stele/silinder pusat: terdapat berkas pengangkut.
 Batang
Berfungsi dalam pengangkutan air dan unsure hara dari akar, memperluas tajuk
tumbuhan dlm efisiensi menangkap cahaya matahari, tempat tumbuh organ generative,
efisiensi penyerbukan dan pemancaran benih,tempat pemyimpanan cadangan makanan.
Jaringan penyusunnya terdiri atas:
1. Epidermis: tersusun oleh selapis sel, rapat, dinding luar terdapat kutikula, dan
pada tumbuhan kayu yang tua terdapat kamium gabus.
2. Korteks: mengandung amilum dan tersusun oleh sel-sel parenkim, kolenkim
dan sklerenkim.
3. Stele: terdapat perisikel, sel parenkim, dan berkas pengangkut.
Kambium hanya di miliki oleh tumbuhan dikotil, dibedakan menjadi 2:
1. Kambium intravaskuler: cambium terletak di antara xylem dan floem.
2. Kambium intervaskuler: cambium terletak di antara dua berkas pengangkut.
 Daun
Berfungsi sebagai tempat fotosintesis, tempat terjadinya transpirasi dan gutasi,
penyimpanan cadangan makanan (pada vakuola amilum), transpirasi dan pertukaran
gas(pada stomata).
Daun lengkap terdiri atas: tangkai daun, pelepah daun, dan helaian daun. Jaringan
penyusun daun:
1. Epidermis: berupasatu lapis sel, dinding sel mengalami penebalan dari zat kutin
(kutikula) atau lignin, terdapat stomata, dan terkadang ada trikoma dan sel kipas.
2. Mesofil: terdapat parenkim palisade (jaringan tiang), dan parenkim spons
(jaringan bunga karang).
3. Berkas pengangkut: terdapat dalam tulang daun (xylem dan floem).
 Bunga

Berfungsi dalam menghasilkan alat perkembangbiakan. Bunga akan


berkembang lebih lanjut membentuk buah dan biji. Daun mahkota dan daun kelopak
terdiri atas sel-sel parenkim. Epidermis pada daun kelopak dilapisi kutin, stomata, dan
trikoma. Daun mahkota mempunyai epidermis berupa tonjolan yang disebut papila.
Benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Kepala sari mempunyai beberapa
lapisan dinding, yaitu epidermis, endotesium, lapisan tengah dan tapetum. Putik terdiri
atas kepala sari dan tangkai putik. Bagian-bagian bunga:
1. Kelopak: melindungi bagian bunga yang ada di dalam
2. Mahkota: membungkus dan melindungi benang sari dan putik
3. Benang sari: alat perkembangbiakan jantan
4. Putik: alat perkembangan betina
Berdasarkan keberadaan bagian steril (pedunculus, pedicellus, receptacle,
brachtea, brachteola, sepal, dan petal) dan bagian fertil (benangsari dan putik) bunga
dapat digolongkan menjadi bunga lengkap (contoh: bunga sepatu dan bunga melati)
danbunga tak lengkap (contoh: bunga kelapa dan bunga salak).
Berdasarkan kelengkapan alat kelamin bunga dapat digolongkan dalam bunga
sempurna (memiliki benang sari dan putik) contoh: bunga papaya dan bunga
terung, bunga tidak sempurna (memiliki benang sari atau putik saja) contoh: bunga
jagung dan bunga pinus.
 Buah dan biji
Buah merupakan perkembangan dari bakal buah. Buah yang seluruhnya
terbentuk dari bakal buah disebut buah sejati (mangga), sedangkan yang terbentuk dari
bakal buah dan bagian lain dari bunga di sebut buah semu (jambu monyet).
Buah tersusun atas tiga bagian eksokarp (kulit buah), mesokarp (daging buah)
dan endokarp (lapisan dalam buah).
Bakal BIJI yang terdapat dalam bakal buah akan berkembang menjadi biji,
yang merupakan alat perkembangbiakan utama. Biji terdiri atas kulit biji, tali
pusar/tangkai biji, inti biji/isi biji (Darmawan, Ericka.2011. www.pusatbiologi.com).
 Jaringan Hewan
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai
struktur dan fungsi yang sama. Pada saat perkembangan embrio, jaringan mudah (germ
layers) berdiferensiasi dan spesialisasi menjadi empat macam jaringan dasar, yaitu: jaringan
epitel, jaringan ikat jaringan otot, dan jaringan saraf. (Waluyo, 2006 : 35)

 Jaringan epitel tersusun atas sel-sel yang dikemas dengan rapat dan melapisi-
melapisi permukaan tubuh.seringkali epitel berfungsi sebagai sawar (barrier), pengatur
penyerapan zat-zat, ataupun pelindung dari dehidrasi, dingin, serangan mikroba dan lain-
lain. Kulit, misalnya, sebagian besar terdiri dari jaringan-jaringan epitel, saluran pencernaan
dan rongga-rongga lain pada tubuh, begitu pula halnya dengan saluran-saluran dan
pembuluh-pembuluh darah, juga dilapisi oleh jaringan epitel ketiga jenis sel yang
menyusun jaringan epitel (sel-sel skuamosa yang tipis dan rata, sel-sel kuboidal, dan sel-sel
kolumnar) salah satu ujungnya biasanya tertambat pada membrane basal yang berserat,
sementara ujung satunya lagi memiliki berbagai macam fungsi.
Bentuk jaringan epitel pada dasarnya dapat dibedakan atas dasar bentukan sel dan
jumlah lapisannya. Jaringan epitel dapat terdiri atas selapis sel atau bertingkat yang terdiri
atas dua atau lebih lapisan. Bentuk sel individu dapat berbentuk pipih (squamosa), kubus
(epitel kuboidal), dan kolumnar (epitel kolumnar). Sel-sel bertingkat semu atau
pseudostratifield kolumnar yang bersilia dapat dibedakan dengan melihat nukleus epitelnya
(Rachmadiarti, 2007 : 197).
 Jaringan ikat terdapat dalam berbagai bentuk, tetapi dicirikan oleh matriks
ekstraseluler tempat sel-selnya berada. Misalnya saja, tulang terutama terdiri atas matriks
ekstraselular, denga sel-sel tulang yang relatife sedikit berada dalam lakuna (ruang kosong)
dalam matrik yang padat. Bentuk-bentuk jaringan ikat yang lain adalah darah, kartilago
tulang rawan (zat penyokong yang keras namun fleksibel yang menyusun, misalnya telinga),
dan bernagai jenis serat penyokong yang memberi kekuatan dan, terkadang, elastis bagi
tubuh dan kerap kali menghubungkan sutu jaringan dengan jaringan lain (misalnya saja
tendon, yang melekatkan otot ke tulang).
 Jaringan saraf terdiri atas neuron (sel-sel saraf), beberapa diantaranya dapat
mencapai semester panjangnya. Impuls saraf bergerak dari badan sel neuron melalui akson-
nya dan menuju badan sel neuron melalui salah satu dendrit-nya. Neuron sensoris seringkali
sangat terspesialisasi untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang spesifik
(sentuhan, suara, baud an lain-lain). Neuron motoris berperan dalam mengaktifkan respon
otot dan biasanya berkoordinasi dengan neutron sensorin melalui neuron asosiasi. Jaringan
saraf ditemukan diseluruh tubuh, terutama di otak dan urat saraf tulang belakang (George H.
Fried, Ph.D. dan George J. Hademenos, Ph.D.2006:41-42)
 Jaringan otot
Jaringan ini sebagian besar sel-sel yang berbentuk serabut-serabut dengan ukuran
panjang bervariasi. Dapat dikatakan tidak mengandung matriks. Sel-sel tersusun dalam
berkas-berkas yang dibungkus oleh jaringan pengikat. Jaringan otot mempunyai daya kerut
yang cukup tinggi, panjangnya dapat menyusut sampai separuh atau sepertiga panjang
normal.
Jaringan otot dapat dibedakan atas: oto seranlintang, otot polos, dan otot jantung.
a. Otot seran lintang
Otot ini umumnya melekat pada tulang-tulang kecuali pada otot lidah. Dipandang
dari ujudnya otot ini disebut otot seranlintang, tetapi dari segi faalnya disebut otot yang
dipengaruhi kehendak. Setiap otot seran lintang tersusun atas sejumlah besar serabut-serabut
halus yang rata-rata panjangnya 120 mm dan diameternya 100 mikron.
b. Otot polos
Tersusun atas sel-sel atau serabut-serabut otot yang berbentuk kumparan pipih,
1
kadang-kadang ujungnya berbelok.serabut itu panjangnya 0,05 mm dan lebarnya 160 mm. Di

tengah –tengah serabut terdapat nucleus dikelilingi oleh sarkoplasma. Di dalam sitoplasma
terdapat myofibril-miofibril, yang merupakan unsur-unsur kontraktil.
c. Otos jantung
Dalam beberapa hal strukturnya ada kemiripan dengan otot seranlintang maupun
otot polos. Serabut-serabutnya tidak terpisah satu sama lain seperti serabut-serabut otot
polos, melainkan berhubungan satu sam lain dengan perantaan penghubung-penghubung
yang berjalan condong sehingga membentuk jaringan kontraktil. Pada serabut-serabut itu
menjadi sejumlah ruas, tiap ruas mengandung nucleus yang terletak di tengah-tengahnya.
Otot jantung dapat mengkerut secara teratur dan tidak kenal lelah (Drs. Soesilo,
dkk.1986:2.15-2.16)
IV. METODE :
4.1 Alat
 mikroskop
4.2 Bahan
 Preparat awetan jaringan ikat dan otot (pada hewan)
 Preparat awetan penampang melintang akar, batang, dan daun (jaringa
tumbuhan)
1.3 Langkah Kerja
a. Pengamatan jaringan hewan
Menggambar dan memberi keterangan bagian-bagian dari preparat yang dilihat

Memperhatikan bentuk/struktur selnya

Apabila mengalami kesulitan, meminta petunjuk dari pembimbing


b. Pengamatan jaringan tumbuhan
Meletakkan preparat penampang melintang bahan (daun, batang, dan akar) di
bawah mikroskop

Mengamati di bawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat

Menggambar bagian yang terkihat serta memberi keterangan secara lengkap

V. HASIL PENGAMATAN
Dari pratikum yang dilakukan, didapat hasil pengamatan sebagai berikut :
a. Jaringan Akar
Gambar Keterangan
 Jaringan Akar Monokotil

 Jaringan Akar Dikotil

b. Jaringan Batang
Gambar Keterangan
 Jaringan Batang Monokotil

 Jaringan Batang Dikotil

c. Jaringan Daun
Gambar Keterangan
 Jaringan Daun Monokotil

 Jaringan Daun Dikotil

d. Jaringan Otot
Gambar Keterangan
 Jaringan Otot Polos

 Jaringan Otot Lurik

e. Jaringan Tulang
Gambar Keterangan

f. Jaringan Ikat
Gambar Keterangan
 Jaringan Ikat Padat

 Jaringan Ikat Longgar


VI. PEMBAHASAN

Dalam kegiatan praktikum yang telah dilakukan tentang jaringan pada hewan dan
tumbuhan ada beberapa preparat awetan yang dijadikan obyek pengamatan. Preparat awetan
jaringan hewan yang diamati diantaranya adalah :
1. Jaringan akar, batang, daun tumbuhan dikotil dan monokotil.
2. Jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dan saraf hewan.
Pada kegiatan praktikum kemarin kami melakukan pengamatan terhadap jaringan
pada tumbuhan dan manusia. Berikut penjabaran dari hasil pengamatan yang kami lakukan.

a. Pengamatan jaringan ikat kendur


Pengamatan ke tiga yang kami lakukan adalah mengamati jaringan ikat
kendur. Pengamatan kami lakukan dengan perbesaran 4 kali. Pada pengamatan yang
kami lakukan, didapatkan gambar hasil pengamatan berupa serat yang menyusun
jaringan tersebut longgar dan tidak padat. Dan terdapat warna ungu untuk elastin dan
warna biru untuk kolagen, tetapi elastin lebih banyak daripada kolagen. Hal ini
disebabkan karena
b. Jaringan ikat padat
Pengamatan keempat adalah mengamati jaringan ikat padat. Pada pengamatan ini,
kami menggunakan perbesaran 10 kali. Dari gambar hasil pengamatan yang diperoleh,
terlihat beberapa bagian dari preparat awetan yang diamati. Bagian bagian tersebut
diantaranya ; tersusun atas serat-serat yang padat dan teratur
 Diantara jaringan ikat yang kami amati terdapat perbedaan pada organel
penyusunnya yaitu, jaringan ikat kendur tersusun atas serat-serat yang longgar dan
tidak teratur. Sedangkan pada jaringan ikat padat tersusun atas serat-serat yang
padat dan teratur.
 Jaringan ikat kendur dan padat memiliki fungsi yang berbeda. Jaringan ikat
kendur berfungsi sebagai menyokong, mengelilingi dan menghubungkan elemen
dari jaringan / organ lain. Sedangkan jaringan ikat padat berfungsi sebagai
penghubung antartulang melalui sendi.
c. Pengamatan jaringan otot polos
Pengamatan yang kelima adalah jaringan otot polos yang diperbesar 40 kali.
Berdasarkan hasil pengamatan didapat hasil gambar bentuk sel seperti gelondong
yang memiliki ujung runcing dan bercabang. Setiap satu sel memiliki satu inti
ditengah sel. Otot polos menghasilkan gerak peristaltic yang mana otot ini bekerja
secara tidak sadar atau tidak di bawah kendali.
d. Pengamatan jaringan otot lurik
Pengamatan yang keenam yaitu mengamati preparat awetan otot lurik.
Pengamatan ini menggunakan perbesaran 100 kali. Berdasarkan hasil pengmatan
didapat bahwa bentuk otot lurik memanjang dan sesuai dengan namanya yaitu
berlurik-lurik. Memiliki inti sel yang banyak dan letaknya ditepi. Otot ini bekerja
secara sadar dan biasanya terdapat pada rangka.
 Pada pengamatan antara otot polos dan otot lurik terdapat beberapa perbedaan.
Diantaranya adalah letak inti sel, dimana otot polos letak inti selnya berada
ditengah. Sedangkan otot lurik inti selnya berada ditepi. Jumlah sel, pada otot
polos jumlah inti sel untuk setiap selnya adalah satu, sedangkan otot lurik
memiliki inti sel banyak dalam satu selnya. Bentuk dari otot polos berbeda
dengan otot lurik. Pada otot polos bentuknya seperti gelondong sedangkan otot
lurik berbentuk memanjang dan berlurik-lurik.
e. Pengamatan penampang melintang daun (daun beringin)
Pengamatan yang ketujuh ini kita menggunakan daun beringin sebagai obyek
penampang melintang daun dengan menggunakan perbesaran 40 kali. Didapat hasil
dari pengamatan terdapat berkas pengangkut yakni xylem dan floem yang tampak.
Bentuk dari berkas pengangkut pada tumbuhan ini adalah bulat dan tersusun rapat.
Xilem berfungsi dalam mentransfer mineral dan unsur unsur dari dalam tanah yang
dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Sedangkan floem berperan dalam mengangkut
hasil fotosintesis.
f. Pengamatan penampang melintang daun (daun jagung)
Pengamatan yang kedelapan adalah mengamati preparat awetan penampang
melintang daun jagung (Zea mays). Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, di
dapatkan gambar hasil pengamatan penampang melintang daun yang tersusun atas
beberapa bagian. Bagian bagian tersebut diantaranya ; epidermis, jaringan
pengangkut, xylem, floem, dan stomata.
Jaringan epidermis merupakan jaringan yang melindungi daun. Jaringan ini
terletak dibagian atas dan bawah permukaan daun. . Stomata berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Dan jaringan
pengangkut pada daun jagung tersebar dan tidak rapat. Sel sel penyusun jaringan
epidermis pada daun jagung tersusun rapat.
 Daun beringin merupakan tumbuhan dikotil, dilihat ciri-cirinya bahwa berkas
pembuluh pada daun beringin tersusun sangat rapat dan teratur. Sedangkan daun
jagung merupakan tumbuhan monokotil. Dapat dilihat dari struktur jaringan
pengangkut yang tersebar dan tidak rapat.
 Perbandingan antara daun dikotil dan monokotil
Dikotil : (1) Pertulangan daun menyirip/menjari.
(2) Mesofil letakya terjadi antara epidermis atas dan bawah,dan
berdifrensiasi
(3) Jaringan tiang dan jaringan bunga karang/spons tersusun oleh sel-sel
yang tidak teratur dan berdinding tipis.
(4) Jaringan pengangkut berupa tulang daun yang terletak pada helai daun
punya satu ibu tulang dan cabang-cabangnya berbentuk jala.
Monokotil : (1) Pertulangan daun sejajar/melengkung.
(2) Mesofil terletak pada cekungan diantara urat daun dan yang tidak
terdifrensiasi jadi jaringan tiang bentuknya seragam.
(3) Jaringan pengangkut membentuk tulang daun yang letaknya sejajar
sumbu daun dan dihubungkan oleh berkas pengangkut kecil diantaranya.
g. Pengamatan penampang melintang batang (Ficus elastica)
Pada pengamatan yang keembilan ini adalah mengamati penampang melintang
batang dari tanaman Ficus elastica yang menggunakan perbesaran 10 kali. Pada
pengamatan ini terlihat berkas pengangkut yang tersusun rapat dan teratur. Floem dan
xilem merupakan satu kesatuan yang dipisahkan oleh kambium. Floem terdapat di
bagian luar dari kambium yang bentuknya tumpul. Floem ini berfungsi sebagai
pengangkut hasil fotosintesis tumbuhan dan mengedarkannya ke seluruh bagian
tumbuhan. Xilem terletak dibagian dalam dari kambium yang berbentuk runcing.
Xilem berperan penting dalam mengangkut zat-zat dan unsur yang diperlukan
tumbuhan untuk melakukan fotosintesis dari dalam tanah.
h. Pengamatan penampang melintang batang (Zea mays)
Pengamatan kesepuluh yang kami lakukan adalah mengamati penampang
melintang batang yang mana tumbuhan yang kami gunakan sebagai objek
pengamatan yaitu tumbuhan jagung. Pengamatan kami lakukan dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10 kali. Pada gambar hasil pengamatan yang didapat, terdapat
bagian bagian yang menyusun batang tumbuhan jagung. Bagian bagian tersebut
adalah jaringan pengangkut.
 Batang tanaman Ficus elastic adalah dikotil, sedangkan pada jagung adalah
monokotil. Hal ini bias disebabkan oleh berkas pengangkut yang ada pada
tanaman Ficus elastica yaitu xylem dan floemnya letaknya terpisah oleh
kambium. Sedangkan pada batang jagung tidak terdapat kambium sehingga letak
xylem dan floemnya tidak terpisah.
i. Penampang melintang akar dikotil (Arachis hypogea)
Pada pengamatan kesebelas ini, kami mengamati preparat awetan penampang
melintang akar pada tumbuhan dikotil. Pada gambar hasil pengamatan, didapatkan
beberapa bagian penyusun akar tumbuhan tersebut. Bagian bagian tersebut
diantaranya ; epidermis, korteks, empulur, floem, xylem dan kambium.
Epidermis merupakan bagian terluar dari akar tumbuhan ini. Jaringan epidermis
terdiri atas satu lapis sel. Seperti halnya daun, jaringan epidermis ini berfungsi sebagai
pelindung jaringan di dalamnya. Selain itu juga memberi bentuk pada akar. Sel sel
penyusun jaringan epidermis ini berdinding tipis dan cenderung tersusun rapat.
Sehingga tidak terdapat rongga di antara sel sel penyusunnya.

Korteks merupakan bagian dalam setelah jaringan epidermis. Korteks terletak


pada bagian akar tmbuhan. Pada bagian korteks ini, sel sel penyusunnya memiliki
dinding tipis dan mempunyai banyak ruang antar sel. Pada gambar hasil pengamatan,
korteks tampak hanya satu lapis. Ini mungkin dikarenakan perbesaran mikroskop
yang digunakan masih kurang atau pengamatan yang dilakukan kurang fokus.
Di bagian dalam dari korteks terdapat berkas pengangkut. Pada berkas pengangkut
ini, terdapat beberapa bagian yang menyusunnya. Bagian bagian tersebut
diantaranya ; floem, kambium, xilem dan empulur. Keempat bagian tersebut
membentuk lingkaran dari ujung akar sampai pada ranting ranting tumbuhan.
Xilem dan floem merupakan satu kesatuan berbentuk segitiga yang dipisahkan
oleh kambium. Floem merupakan bagian terluar dari berkas pengangkut yang
berfungsi untuk mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
Kambium berfungsi sebagai pemisah antara xilem dan floem. Floem memiliki fungsi
sebagai pengangkut mineral dan unsur unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
bahan dalam proses fotosintesis. Empulur merupakan bagian tengah dari suatu akar
tumbuhan.
j. Pengamatan penampang melintang akar monokotil (jagung)
Pada pengamatan terakhir ini, yang diamati adalah preparat awetan penampang
melintang akar monokotil pada tanaman jagung. Pada gambar hasil pengamatan yang
terlihat hanyalah bagian epidermis dan berkas pengangkut saja. tetapi berkas
pengangkut pada tanaman ini tersebar dan tidak merata karena tidak adanya kambium
dalam sel ini.
 Terdapat perbedaan antara sistem akar dari tanaman dikotil dan monokotil. Pada
tanaman dikotil tidak memiliki cambium sehingga berkas pengangkutnya tersebar
dan tidak tersusun rapat. Sedangkan pada tanaman dikotil memiliki cambium
sehingga berkas pengangkut yakni xylem dan floem terpisah oleh kambium.
 Perbandingan antara batang dan akar dari tumbuhan dikotil dan monokotil
1. Akar

Dikotil : (1) Batang bercabang.


(2) Pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkaran.
(3) Punya cambium vaskuler,sehingga dapat tumbuh membesar.
(4) Tidak punya maristem interkalar.
(5) Jari-jari empulurnya berupa deretan parenkim di antara berkas
pengangkut.
(6) Dapat dibedakan/sudah terdifrensiasi antara korteks dan
empulur
Monokotil : (1) Jenis akar serabut.
(2) Batas ujung akar dan kaliptra jelas
(3) Perisikel terdiri dari beberapa lapis sel yang berdinding tebal
yang hanya membentuk akar.
(4) Xilem dan floem letaknya berselang seling.
(5) Empulurnya luas pada pusat akar.
(6) Tidak memiliki cambium.
2. Batang

Dikotil : (1) Batang bercabang.


(2) Pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkaran.
(3) Punya cambium vaskuler,sehingga dapat tumbuh membesar.
(4) Tidak punya maristem interkalar.
(5) Jari-jari empulurnya berupa deretan parenkim di antara berkas
pengangkut.
(6) Dapat dibedakan/sudah terdifrensiasi antara korteks dan empulur
Monokotil : (1) Batang tidak bercabang.
(2) Pembuluh angkut tidak teratur atau tersebar..
(3) Tidak punya cambium vaskuler,sehingga tidak dapat tumbuh
membesar.
(4) Punya maristem interkalar.
(5) Tidak memiliki jari-jari empulur.
(6) Tidak dapat dibedakan/belum terdifrensiasi antara korteks
dan empulur
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel. Ada yang tersusun atas satu sel saja
(uniseluler) da nada yang multiseluler. Timbuhan dan hewan umumnya tersusun atas banyak
sel (multiseluler). Kemudian kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama
membentuk sebuah jaringan. Jaringan terbagi menjadi dua berdasarkan makhluk hidup yang
memilikinya. Yaitu jaringan pada hewan dan jaringan pada tumbuhan. Antara keduanya
terdapat banyak sekali perbedaan. Tentu juga memiliki fungsi yang berbeda pula.
Jaringan pada hewan terbagi menjadi 4 bagian yang memiliki fungsi yang berbeda.
Jaringan tersebut diantaranya adalah : jaringan epitel, jaringan otot, jaringan ikat, dan
jaringan saraf. Jaringan epitel merupakan jaringan pelindung, seperti contoh epitel pipih.
Jaringan otot merupakan jaringan yang berfungsi menggerakkan tubuh hewan. Jaringan ikat
merupakan jaringan yang berfungsi mengaitkan komponen komponen dalam tubuh. Jaringan
ikat dapat dibedakan menjadi jaringan jaringan ikat padat, dan jaringan ikat padat longgar.
Jaringan saraf adalah jaringan yang mengkoordinasi setiap tindakan dan tanggapan yang
dilakukan oleh tubuh.
1. Letak jaringan epitel pada tubuh
 Epitel pipih
Epitel pipih memiliki bentuk, nukleusnya bulat, dan terletak di tengah. Berdasarkan
lapisan penyusunnya, jaringan epitel pipih dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Epitel pipih selapis
Jaringan epitel pipih selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk pipih dan
tersusun sangat rapat. Jaringan ini berfungsi dalam proses difusi, osmosis, ltrasi, dan
sekresi. Contoh: pada pembuluh darah, alveolus, pembuluh limfa, glomerulus, dan
ginjal.
2) Epitel pipih berlapis banyak
Jaringan epitel berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu sel yang berbentuk pipih
dan tersusun sangat rapat. Fungsi jaringan ini adalah sebagai pelindung. Contoh:
pada kulit, rongga mulut, dan vagina.
 Epitel batang (silindris)
Epitel batang berbentuk seperti batang, nukleusnya bulat, dan terletak di dasar sel.
1) Epitel silindris selapis
Jaringan epitel silindris selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk batang.
Contoh: pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernapasan bagian
atas.
2) Epitel silindris berlapis banyak
Jaringan epitel silindris berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu sel yang
berbentuk batang. Contoh: pada saluran kelenjar ludah dan uretra.
 Epitel kubus
Epitel kubus berbentuk seperti kubus, nukleusnya bulat, besar, dan terletak di
tengah. Berdasarkan lapisan penyusunnya, maka epitel kubus dibagi menjadi:
1) Epitel kubus selapis
Jaringan epitel kubus selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk kubus.
Jaringan ini berfungsi dalam sekresi dan sebagai pelindung. Contoh: pada kelenjar
tiroid, permukaan ovarium, dan lensa mata.
2) Epitel kubus berlapis banyak
Jaringan epitel kubus berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu sel yang
berbentuk kubus. Jaringan ini berfungsi dalam sekresi dan absorpsi. Contoh: pada
saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.
3) Epitel kubus berlapis banyak semu
Jaringan epitel kubus berlapis banyak semu berfungsi sebagai perlindungan, sekresi,
dan gerakan zat yang melewati permukaan. Epitel ini sebenarnya tersusun atas
selapis sel epitel batang namun ketinggian sel yang menyusun tidak sama.
Akibatnya, epitel ini nampak berlapis. Contoh : pada rongga hidung dan trakea
2. Letak jaringan ikat pada tubuh
 Jaringan Ikat Padat. Penyusun utama jaringan ikat padat adalah serabut kolagen.
Oleh karena itu, sifat jaringan ini fleksibel dan tidak elastik. Berdasarkan struktur
serabutnya, jaringan ikat padat dapat dikelompokkan menjadi jaringan ikat padat
teratur dan jaringan ikat padat tidak teratur. Jaringan ikat padat teratur
menghubungkan antara otot dan tulang (tendon), serta menghubungkan tulang dengan
tulang (ligamen). Sementara itu, jaringan ikat padat tidak teratur terdapat di kulit.
3. Letak jaringan otot pada tubuh
 Otot Polos
Defenisi : jaringan otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong.
Fungsi : memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran
pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah
dan gerakan pupil mata.
Struktur : bentuk serabut panjang(serabut serabut fibril) seperti kumparan, dengan
ujung runcing, dengan inti berjumlah satu terletak dibagiann tengah sehingga bila
diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis.
Kontraksi : tidak menurut kehendak (invontary) atau diluar kendali sistem saraf
pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Letak : organ-organ bagian dalam tubuh, seperti saluran pencernaan, kandung
kemih, pembuluh nadi, dan pembuluh balik.
 Otot Lurik (otot rangka)
Defenisi : jaringan otot yang berlurik, dan melekat pada seluruh kerangka tubuh.
Fungsi : untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras,
juga sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat
sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh.
Struktur : serabut panjang, berwarna/lurik dengan karena mempunyai serabut
kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang
(isotrop). Sel atau serabut otot lurik berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap
sel mempunyai banyak inti dan terletak di bagian tepi sarkoplasma.
Kontraksi: menurut kehendak kita (dibawah kendali sistem syaraf pusat/voluntary),
gerakan cepat, kuat, mudah lelah dan tidak beraturan
Letak : melekat di seluruh kerangka tubuh

4. Letak jaringan saraf pada tubuh


 Jaringan saraf terletak diseluruh tubuh manusia teruma di otak dan sumsum
tulang belakang manusia.
Jaringan pada tumbuhan dapat digolongkan berdasarkan umur, komposisi, dan fungsi
dari jaringan itu sendiri. Berdasarkan umurnya jaringan penyusun tumbuhan adalah jaringan
meristem dan jaringan dewasa. Berdasarkan komposisinya, dibedakan menjadi jaringan
sederhana dan jaringan kompleks. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi empat yaitu,
jaringan dasar, jaringan pelindung, jaringan pengangkut, dan jaringan penguat. Jaringan dasar
adalah jaringan yang terletak hampir di semua bagian tumbuhan. Jaringan pelindung terdiri
dari jaringan epidermis dan jaringan gabus. Jaringan pengangkut terdiri dari floem dan xilem.
Jaringan penguat adalah jaringan penyusun tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai penguat
atau memperkokoh tubuh tumbuhan. Jaringan ini tersusun atas jaringan kolenkim dan
sklerenkim.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
 Jaringan penyusun pada hewan terdiri dari jaringan epitel, jaringan otot,
jaringan ikat dan jaringan saraf . jaringan epitel merupakan jaringan penyusun tubuh hewan
yang tersusun rapat dan tidak terdapat ruang antar sel. Jaringan otot merupakan jaringan
penyusun organ hewan yang sel selnya berbentuk serabut memanjang. Jaringan ikat
merupakan jaringan yang sel sel penyusunnya memiliki letak berjauhan antara satu dan yang
lainnya. Jaringan saraf merupakan jaringan yang mengkoordinasi segala kegiatan dan
tanggapan terhadap apa yang terjadi pada tubuh kita.
 Jaringan penyusun pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
jaringan maristem ( embrional ) dan jaringan dewasa. Jaringan maristem sel sel penyusunnya
masih muda dan mudah melakukan pembelahan diri. Sedang jaringan dewasa, sel sel
penyusunnya sudah terdiferensiasi menjadi jaringan tertentu yang memiliki fungsi tertentu.
Jaringan dewasa terdiri dari jaringan pelindung, jaringan dasar, jaringan penguat dan jaringan
pengangkut.
7.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum bahan-bahan yang akan digunakan diperiksa kembali
sehingga tidak ada kesalahan karena bahan yang sudah tidak layak pakai.
DAFTAR PUSTAKA

Soesilo,Drs.,dkk.1986.Buku Materi Pokok Biologi.Karunika Jakarta Universitas


Terbuka.Jakarta
Fried, Ph.D,George H.,Hademenos, Ph.D.,George J.2006.Schaum’s Outline of
Theory and Problems of BIOLOGY.PT Gelora Aksara Pratama.Erlangga
Mulyani E.S,Prof.Dr.Sri.2006.Anatomi Tumbuhan.penerbit Kanisius.Yogyakarta
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.
Rachmadiarti, Fida. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Press.
Anonim.2013. http://www.biologi-sel.com/2013/09/jaringan-tumbuhan-
rangkuman.html.(akses:24 maret 2013.19.00 WIB)
Darmawan, Ericka.2011http://www.pusatbiologi.com/2013/03/struktur-dan-fungsi-
jaringan-tumbuhan.html.(akses:24 maret 2013. 19.21 WIB)
LAMPIRAN
1. Jaringan epitel selapis (kelenjar tiroid)

2. Jaringan epitel kubus berlapis banyak (kelenjar susu)

3. Jaringan ikat kendur

4. Jaringan ikat padat

5. Jaringan otot polos

6. Jaringan otot lurik


Daftar Pustaka

1. Liana, Merry. 2012. Pengukuran Denyut Nadi.


http://merrycreations.blogspot.co.id/2012/02/pengukuran-denyut-nadi.html
2. Hamzah, Nurhayati. 2012. Suhu Badan, Berat Badan dan Tinggi Badan, dan Denyut
Nadi. http://nurhayatihamzahbiologi.blogspot.co.id/2012/05/suhu-badan-berat-badan-
dan-tinggi-badan.html
3. Widi, Pulung. 2013. Kecepatan Denyut Nadi.
http://pulungwidi1110.blogspot.co.id/2013/01/kecepatan-denyut-nadi.html

7. Penampang melintang daun beringin

8. Penampang melintang daun jagung

9. Penampang melintang batang Filus elastica


10. Penampang melintang batang jagung
11. Penampang melintang akar Arachis hypogea
12. Penampang melintang akar monokotil

Anda mungkin juga menyukai