Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER PENAMBAHAN TEPUNG ALGA SPIRULINA

DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERUBAHAN WARNA


IKAN BOTIA (Botia Machracantus)

Disusun oleh:

Rizaldhi Rizki Yuniartyo 26010215130108

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan hias air tawar merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki

peluang untuk meningkatkan perekonomian. Daya tarik ikan hias terlihat dari warna

yang cemerlang, bentuk dan kelengkapan fisik, perilaku, kondisi kesehatan, dan pola

warna. Ikan botia (Chromobotia macracanthus Bleeker) yang memiliki nama

komersil clown loach tergolong ikan hias air tawar endemik yang berasal dari pulau

Sumatera dan Kalimatan (Sudarto dan Pouyad, 2006). Ikan ini memiliki daya tarik

yang luar biasa dengan warna tubuh yang berbelang jingga-hitam, perenang yang

gesit dan lincah, hidup bergerombol, serta merupakan ikan kegemaran kategori

pertama untuk jenis ikan hias ekspor dengan jumlah permintaan yang tinggi (

Dahruddin, 2011).

Kualitas warna menjadi indikator keindahan ikan hias. Dari segi komersial,

konsumen menganggap bahwa ikan botia yang berkualitas memiliki warna yang

cerah, sebaliknya ikan yang berwarna pucat tidak disukai. Kriteria umum pada

pemilihan ikan hias yang diminati oleh pasar meliputi ukuran, kualitas warna, dan

jenis kelamin (Knop & Moorhead 2012). Kecerahan warna ikan botia merupakan

salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pembudidaya ikan botia. Hal ini

dikarenakan semakin cerah warna ikan botia, maka harga jual ikan ini semakin tinggi

sehingga mempengaruhi pendapatan pembudidaya ikan botia.


Menurut Subamia et al., (2010) dalam Amin (2012) warna pada ikan

disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor yang terdapat dalam dermis pada

sisik, diluar maupun dibawah sisik. Komponen utama pembentuk warna merah dan

kuning pada ikan ialah karotenoid, hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid

dalam tubuhnya, oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan. Untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas warna maka diperlukan penambahan

suplemen. Senyawa yang sering digunakan dalam meningkatkan penampilan ikan

hias adalah astaxanthin dan merupakan pigmen karotenoid yang banyak tersedia di

alam (Amin, 2012).

Umumnya warna ikan hias termasuk didalamnya ikan hias botia akan memudar

bila tidak ada zat pewarna (karoten) dalam pakan, oleh karena itu perlu ada bahan

pewarna dalam pakannya. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah

yang merata pada ikan adalah menambah sumber pigmen ke dalam pakan. Saat ini,

sudah banyak dibuat zat warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi

hasilnya tidak sebaik menggunakan sumber pigmen alami. Pembudidaya lebih

memilih menggunakan sumber sumber pigmen alami untuk meningkatkan warna ikan

hias (Barus et al., 2014).

1.2. Tujuan

1. Mengetahui metode pewarnaan ikan botia (C. macracanthus) dan faktor yang

mempengaruhi warna ikan botia (C. macracanthus).


II. METODE PEWARNAAN IKAN

2.1. Metode Pewarnaan Ikan Botia

Warna sebagai nilai estetika ikan hias akan mempengaruhi nilai ekonomisnya.

Warna harus dapat ditingkatkan dan dipertahankan kualitasnya. Usaha yang

dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah

menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Sumber pigmen alami dapat

diperoleh dari Spirulina platensis (Dwijayanti,2005).

Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofora yang

terdapat di lapisan dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik. Faktor yang

memengaruhi pigmentasi karotenoid meliputi kandungan pigmen dalam pakan, status

kesehatan, dan stimulasi lingkungan. Pigmen pada ikan mengandung berbagai jenis

karotenoid yang berbeda-beda dominasinya pada setiap spesies. Karotenoid yang

umum dimiliki ikan yakni beta karoten (warna jingga) dan astaxanthin (warna merah)

(Gupta et al. 2006). Komposisi pigmen yang terkandung dalam Spirulina adalah

phycocyanini, chlorophyll-a dan carotene. Kandungan carotene yang terususun dalam

spirulina mengandung xanthophyll (37%), β-karoten (28%) dan zeaxanthin (17%)

(Tongisiri et al., 2010).

Penambahan tepung spirulina dalam campuran bahan baku pakan mampu

meningkatkan kecerahan warna dari ikan hias karena spirulina merupakan mikroalga

hijau kebiruan. Alga ini mengandungan berbagai zat gizi seperti protein dapat

mencapai 60 %, lipid 8%, karbohidrat 16%,vitamin B1, B2, B6, B12, C, niasin, β
karotin dan kandungan asam amino yang cukup seimbang. Spirulina juga

mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu asam γ-linoleat (GLA), yang

merupakan asam lemak majemuk.

Gambar 1. Ikan Botia (Chromobotia macracanthus)


III. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WARNA IKAN HIAS

3.1. Faktor yang Mempengaruhi

Kecerahan warna ikan hias air tawar dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal, faktor internal berasal dari dalam tubuh ikan seperti kromatofor dan

karotenoid, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungannya.

3.1.1.kromatofor

Pewarnaan ikan pada dasarnya berhubungan dengan pigmen pada kulit. Ada

dua macam sel khusus yang memberikan warna terhadap ikan, kromatofor dan

iridosit. Kromatofor terletak pada bagian epidermis kulit dan di antara sisik serta

mengandung butiran pigmen sebagai sumber warna. Kromatofor dapat bergerak

dalam sitoplasma atau menumpuk pada permukaan kulit. Iridosit dapat disebut

sebagai sel cermin, karena mengandung materi pemantul yang memantulkan warna

dari luar tubuh ikan (Lagler et al. 1977).

Perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan pigmen di dalam

kromatofor disebut perubahan fisiologis, sedangkan perubahan warna yang

disebabkan oleh pertambahan dan penurunan jumlah pigmen dalam kromatofor

merupakan perubahan warna morfologis. Perubahan sel pigmen ini disebabkan oleh

stres karena lingkungan, kurang sinar matahari, penyakit atau kekurangan pakan

terutama komponen warna dalam pakan (Sulawesty, 1997).


3.1.2.karotenoid

Karotenoid merupakan senyawa yang disebut terpenoid, yaitu senyawa organik

hidrokarbon yang kompleks. Karotenoid juga merupakan sekelompok pigmen merah,

oranye, dan kuning yang dapat ditemukan baik pada buah, umbi maupun daun

tanaman, juga dalam daging hewan yang mengkonsumsi tanaman yang mengandung

karoten. Faktor yang memengaruhi pigmentasi karotenoid meliputi kandungan

pigmen dalam pakan, status kesehatan, dan stimulasi lingkungan. Pigmen pada ikan

mengandung berbagai jenis karotenoid yang berbeda-beda dominasinya pada setiap

spesies. Karotenoid yang umum dimiliki ikan yakni beta karoten (warna jingga) dan

astaxanthin (warna merah) (Gupta et al. 2006).

3.1.3.kualitas air

Kualitas air yang baik memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan

kualitas warna dan kesehatan ikan hias. Salah satu kriteria kualitas air yang baik

adalah sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan. Ikan akan hidup sehat dan

berpenampilan prima di lingkungan dengan kualitas air yang sesuai (Satyani, 2005).

3.1.4.cahaya

Selain kualitas air, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan warna pada

ikan adalah cahaya. Ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan memberikan reaksi

warna berbeda dengan ikan yang dipelihara di tempat gelap karena adanya perbedaan

reaksi melanosom yang mengandung pigmen melanofor terhadap rangsangan cahaya

yang ada (Said et al., 2005). Kondisi terang memberikan penampilan warna yang

lebih baik dari pada kondisi yang gelap karena pada kondisi terang melanofor
menjadi terkonsentrasi di sekitar nukleus, sel nampak berkerut dan membuat kulit

ikan tampak lebih cemerlang (Storebaken and Hong, 1992).

3.1.5.pakan

Pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan. Pakan juga

berfungsi meningkatkan intensitas warna. Kecukupan pakan, baik dalam jumlah

maupun dalam kandungan gizinya sangatlah penting, sehingga pakan yang berikan

sebaiknya ditambahkan suplemen bahan-bahan tertentu. Pakan tersebut selain untuk

kelangsungan hidup dan pertumbuhan juga untuk untuk memperbaiki penampilan

terutama kualitas warna. Untuk meningkatkan kualitas warna dari ikan, pakan yang

mengandung pigmen atau zat warna tertentu seperti karoten. (Bachtiar, 2002).

Selain kualitas bahan baku yang baik, keseimbangan gizi yang cukup akan

sangat mempengaruhi penampilan ikan, mempercepat pertumbuhan dan mencegah

timbulnya penyakit. Oleh karena itu, pakan yang diberikan harus mengandung gizi

tinggi dan seimbang yang di dalamnya mengandung nutrisi seperti protein, lemak,

karbohidrat, vitamin, mineral dan sumber karotenoid (Said et al., 2005).


IV. INDIKATOR KUALITAS IKAN HIAS

4.1. Indikator Kualitas Ikan Hias

4.1.1.Warna

Warna serta pola warna memiliki peran dan fungsi penting bagi makhluk hidup.

Banyak taksa pada hewan, termasuk ikan, menggunakannya sebagai alat komunikasi

antar sesama jenisnya (intraspecific communication), contoh dalam hal memilih

pasangan, maupun saat berinteraksi dengan spesies lainnya (interspecific interaction)

terutama sebagai alat perlindungan dan pertahanan diri dari predator, contoh

kamuflase (Hubbard et al., 2010).

Secara ekonomi warna dikenal sebagai karakter komersil penting yang dapat

mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk hewani sehingga

kemudian turut menentukan nilai jualnya di pasar (Colihueque, 2010). Pola warna

yang menghiasi tubuh ikan telah banyak dimanfaatkan untuk memberikan nilai

tambah secara ekonomi pada produk hasil budidaya. Sebagai contoh, pengembangan

variasi pola warna pada ikan koi (Cyprinus carpio), mas koki (Carassius auratus),

zebra (Danio rerio), cupang hias (Betta splendens), dan guppy (Poecilia reticulata),

telah mampu meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk tersebut.

4.1.2.gerakan

Menurut Kusrini et al. (2015), grading ikan hias dilakukan dengan melihat

seleksi kecerahan warna, pola warna, penampilan tubuh, dan gerakan ikan.
V. METODE PENGAMATAN WARNA PADA IKAN HIAS

5.1. Metode Toca Color Finder (TCF)

Pengukuran warna dilakukan dengan menentukan skala warna ikan uji

berdasarkan standar warna TCF dibandingkan warna pada ikan uji. Penetapan standar

warna dilakukan oleh 10 orang panelis untuk menghindari terjadinya bias dalam

melakukan penilaian. Panelis yang dipilih adalah panelis yang tidak buta warna.

Adapun penilaian warna pada ikan uji meliputi warna perut, sirip dada dan sirip ekor.

5.2. Keragaan Warna secara Visual

Keragaan warna diamati secara visual pada akhir pemeliharaan dengan

menggunakan kamera DSLR (Digital Single-Lens Reflex). Kemudian dianalisis

dengan metode konversi gradasi warna menurut skala dan persentase menggunakan

aplikasi Adobe Photoshop CS4. Pengamatan dapat dilakukan terhadap 3 titik meliputi

warna perut, sirip dada dan sirip ekor.

5.3. Jumlah Sel Kromatofor

Penghitungan sel kromatofor pada lapisan epidermis tubuh ikan Metode ini

menggunakan teknik histologi dengan pewarnaan Haematoksilin dan Eosin.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Rosidah dan Lili. 2012. Peningkatan Kecerahan Warna Udang Red Cherry
(Neocaridina heteropoda) Jantan Melalui Pemberian Astaxanthin dan
Chataxanthin dalam Pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3 (4) : 2088–313

Bachtiar, Y. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. Agromedia. Jakarta.

Barus RS., Usman., S dan Nurmatias. 2014. Pengaruh konsentrasi tepung spirulina
pada pakan terhadap peningkatan warna ikan mas koki (Carrasius auratus).
Pro- gram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.

Colihueque, N. 2010, Genetics of salmonid skin pigmentation: clues and prospects


for improving the external appearance of farmed salmonids. Rev Fish Biol
Fisheries, (2010) 20:71–86

Dahruddin, H. 2011. Ikan Botia : Maskotnya Ekspor Ikan Hias Asli Indonesia. Jurnal
Fauna Indonesia, 10 (1) : 17–21.

Dwijayanti, Y. 2005. Pengaruh Penggunaan Tepung Alga Spirulina dalam Pakan


Buatan Terhadap Perubahan Warna Ikan Botia (Botia machracantus bleeker).
[Skripsi]. Universitas Padjajaran. Bandung.

Gupta SK, Jha AK, Pal AK, Venkateshwarlu G. 2006. Use of natural carotenoid for
pigmentation in fishes. Natural Product Radiance. 6(1): 46-49.

Hubbard, J.K., Uy, J.A.C., Hauber, M.E., Hoekstra, H.E., & Safran, R.J. 2010.
Vertebrate pigmentation: from underlying genes to adaptive function. Trends
in Genetics, 26(5): 231-239.

Knop D, Moorhead J. 2012. Ornamentals. In: Lucas JS, Southgate PC (ed.).


Aquaculture: Farming aquatic animal and plants 2nd ed. Blackwell Publishing
Ltd, Oxford. pp. 583- 605.

Kusrini, S. Cindelaras, dan A. B. Prasetio. 2015. Pengembangan Budidaya Ikan Hias


Koi (Cyprinus Carpio) Lokal di Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Ikan Hias Depok. Media Akuakultur. 10(2) : 71-78.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.E. Miller & D.R.M. Passiono. 1977. Ichtyology. John
Willey and Sons, New York. 506 p.

Said, S.D. Supyawati, W.D., dan Noortiningsih. 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan
Kondisi Cahaya terhadap Penampilan Warna ikan Pelangi Merah (Glossolepis
incises) Jantan. Jakarta. Fakultas Biologi. Universitas Negeri Jakarta.

Satyani, D. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarto dan Pouyaud. 2006. Perbedaan Morfologis Populasi Botia (Botia


macracantha) Asal Sumatera dan Kalimantan. Jurnal Iktiologi Indonesia, 6 (2)
: 121–124.

Sulawesty, F. 1997. Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepsis insicus)


Jantan dengan Menggunakan Karotenoid Total dari Rebon. LIMNOTEK
Perairan Darat Tropis di Indonesia. Puslitbang Limnologi LIPI.

Storebakken, T. and Hong, K.N. 1992. Pigmentation of rainbow trout. Aquaculture.

Anda mungkin juga menyukai