Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH

STUDI TAFSIR KLASIK

TAFSI<R IBN KATHI<R

Disusun Oleh :
Eka Sobarista Nur Nofita (1818134035)
Yeni Ika Septania (1818134054)

Dosen Pengampu :
Masrul Anam, Lc, MA.

PROGRAM STUDI ILMU TAFSIR


PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’A>N DAN SAINS AL ISHLAH
(STIQSI)
SENDANGAGUNG PACIRAN LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirah}ma>nirrah}i>m

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. ‘Aza> wa Jalla> yang telah
memberikan Rahmat serta Nikmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan Salam tetap
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah
menuntun umat dari zaman kebodohan menuju zaman keilmuan seperti sekarang
ini yakni dengan agama Islam.

Dalam makalah ini penulis akan memaparkan materi tentang kitab tafsir
Ibn Kathi>r, dari segi biografi pengarangnya, sejarah penulisannya, metode
penafsiran, corak, keistimewaan dan kelemahan kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-
‘Az{i>m atau Tafsi>r Ibn Kathi>r. Dan penulis sertakan pula refrensi yang telah
penulis dapatkan, sebagai bahan rujukan materi ini.

Tak lupa ucapan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Studi
Tafsir Klasik Bapak Masrul Anam, Lc, MA. yang telah membimbing penulis
dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis mohon maaf sebesar-besarnya jika
didapati penulisan maupun pemahaman yang kurang dalam makalah ini. Penulis
harap maklum, semoga penulis dapat memperbaikinya untuk makalah selanjutnya.

Sendangagung, 28 September 2019

Penulis

i|Studi Tafsir Klasik


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... iii
BAB I.............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. BIOGRAFI IBN KATHI<R DAN DESKRIPSI UMUM KITAB
TAFSI<R AL-QUR’A>N AL-‘AZ{I<M ......................................................... 3
1. Biografi Ibn Kathi>r .............................................................................. 3
2. Deskripsi Umum Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m ............................... 10
B. KARAKTERISTIK PENAFSIRAN KITAB TAFSI<R AL-QUR’A<N
AL-‘AZ{I<M .............................................................................................. 12
1. Metode Penafsiran Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Az{i>m ............... 12
2. Sumber Penafsiran Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Az{i>m ............... 13
3. Corak Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m ...................................... 13
4. Sistematika Penulisan Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Az{i>m .......... 15
5. Sikap Ibn Kathi>r Dalam Menafsirkan Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n
Al-‘Az{i>m ..................................................................................................... 16
6. Penilaian Ulama’ Terhadap Kitab Tafsi<r al-Qur’a<n al-‘Az{i<m.. 17
BAB III ......................................................................................................... 20
PENUTUP .................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran .................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

ii | S t u d i T a f s i r K l a s i k
PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Arab Indonesia

‫ء‬ ’ ‫ض‬ D{

‫ب‬ B ‫ط‬ T{

‫ت‬ T ‫ظ‬ Z{

‫ث‬ Th ‫ع‬ ‘

‫ج‬ J ‫غ‬ Gh

‫ح‬ H{ ‫ف‬ F

‫خ‬ Kh ‫ق‬ Q

‫د‬ D ‫ك‬ K

‫ذ‬ Dh ‫ل‬ L

‫ر‬ R ‫م‬ M

‫ز‬ Z ‫ن‬ N

‫س‬ S ‫و‬ W

‫ش‬ Sh ‫ه‬ H

‫ص‬ S{ ‫ي‬ Y

ā = a panjang

ī = i panjang

ū = u panjang

iii | S t u d i T a f s i r K l a s i k
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman pertama bagi umat Islam di dunia. Sebagai
kalam Tuhan yang bersifat global, al-Qur’an menerima penafsiran dari manusia
yang tentunya memiliki keterbatasan. Meski demikian, penafsiran al-Qur’an
sangat dibutuhkan oleh umat Islam, terlebih bagi umat Nabi Muhammad SAW.
sekarang yang tidak hidup di zaman al-Qur’an diturunkan, yang tentunya sangat
membutuhkan penafsiran dalam memahami al-Qur’an dari berbagai sumber,
seperti dari sunnah rasul, pendapat sahabat, tabi’in, hingga ijtihad ulama’. Oleh
karena itu, sepanjang sejarah umat Islam, terdapat banyak tafsir al-Qur’an yang
telah ditulis oleh ulama’ nafa’anā bi’ulūmihim fī dāraini, āmīn.

Dengan banyaknya kitab-kitab tafsir dan semakin luasnya umat Islam,


kiranya perlu memperlajari “profil” dari kitab-kitab tafsir tersebut. Sehingga
dengan mudah mencari apa yang umat Islam butuhkan dari tafsir-tafsir tersebut,
seperti biografinya, sejarah penulisannya, karakteristik penulisannya dan
seterusnya. Berkenaan dengan hal itu, dalam makalah ini akan dibahas secara rinci
tentang kitab yang sangat mashur yaitu kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m atau
biasanya sering disebut kitab Tafsi>r Ibn Kathi>r.

Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m karya Ibn Kathi>r ini sangat populer
dikalangan pengkaji al-Qur’an, terutama di Indonesia. Kitab ini sering menjadi
rujukan ulama’ di Indonesia. Para penulis tafsir seperti A. Hassan, TM Hasbi As-
Shidqi dan Hamka banyak merujuk kepada kitab tafsir ini. Saat ini semakin
banyak intelektual Islam yang berlomba-lomba mengkaji lebih lanjut kitab ini,
mulai dari kalangan pesantren, kampus, hingga masyarakat luas. Dengan
banyaknya minat untuk mengkajinya, akan lebih baik jika kita sebagai intelektual
muda muslim mempelajarinya juga, termasuk apapun yang berkaitan dengan kitab
Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m.

1|Studi Tafsir Klasik


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dan deskripsi umum tentang Kitab Tafsi>r Al-
Qur’a>n Al-‘Az{i>m ?
2. Bagaimana karakteristik penafsiran Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-
‘Az{i>m ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi dan deskripsi umum Kitab Tafsi>r Al-
Qur’a>n Al-‘Az{i>m.
2. Untuk mengetahui karakteristik penafsiran Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-
‘Az{i>m.

2|Studi Tafsir Klasik


BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI IBN KATHI<R DAN DESKRIPSI UMUM KITAB


TAFSI<R AL-QUR’A>N AL-‘AZ{I<M
1. Biografi Ibn Kathi>r
a. Nasab Ibn Kathi>r
Ibn Kathi>r memilki nama lengkap ‘Ima>duddi>n Abu> al- Fida>’
Isma>’i>l bin ‘Umar bin Katsi>r bin Dira>’ al-Qurasy al-Has}li al-Bas}ri ad-
Dima>shqi. Ia adalah al-Ha>fiz} al-H}ujjah serta al-Muhaddith ath-Thiqah.
Ia Qurasy, karena Bani Has}lah menisbatkan diri pada kemuliaan, dan nasab
luhur berada di tangan mereka. Syaikh Abul H{ajjaj al-Mizzi mencermati
sebagian di antaranya, ia kemudian merasa kagum dan senang, lalu
menuliskan kata “al-Qurasy” dalam nasab Ibnu Kathi<r. Juga Bas}rawi,
karena ia asli dari Bus}ra<. Bus}ra< adalah sebuah negeri kuno di Syam,
termasuk kawasan Damaskus. Juga Dimashqi<, karena tinggal dan tumbuh
disana, kemudian wafat dan dimakamkan disana.1
b. Kelahiran dan Keluarganya
Ibn Kathi>r lahir di perkampungan Mijdal, salah satu perkampungan yang
masih termasuk kawasan kota Bus}ra, pada tahun 701 H. Tidak ada
keterangan yang menyebut secara pasti tanggal atau bulan kelahiran Ibn
Kathi>r. Tahun kelahiran Ibn Kathi>r ini diketahui dari penuturan Ibn
Kathi>r sendiri. Ia menuturkan dalam biografi ayahnya yang meninggal dunia
pada tahun 703 H. “Saat itu saya masih kecil, berusia tiga tahun atau
semacamnya, saya menjumpai masa itu laksana mimpi.” Ujar Ibn Kathi>r.
Ibn Kathi>r menulis biografi ayahnya dalam buku karangannya al-
Bida>yah wa an-Niha>yah, ia menuliskan “Pada tahun ini yaitu tahun 703 H
ayah meninggal dunia. Ia adalah al-Kha>tib Syiha>buddi>n Abu Hafsh
‘Umar bin Kathi>r bin Dhau' bin Kathi>r bin Dara' al-Qurasy, dari sebuah

1
Ibn Kathi>r, Sejarah Nabi Muhammad (Solo: At-Tibyan, 2014), hlm. 29

3|Studi Tafsir Klasik


perkampungan bernama Syarkuwain, sebelah barat Bus}ra, terletak di antara
Bus}ra dan Adzriat. Ia (ayah Ibn Kathi>r) lahir disana sekitar tahun 640 H. Ia
berprofesi sebagai penceramah, menganut madzhab asy-Syafi'i, berguru
kepada an-Nawa>wi dan Syaikh Taqiyuddi>n al-Fazari>. Ia memiliki
beberapa anak dari ibunda dan juga istri lain sebelumnya. Yang sulung adalah
isma>'i>l, selanjutnya Yu>nus dan Idri>s. Anak-anak dari ibunda adalah
Abdul Wahha>b, Abdul 'Azi>z, beberapa anak perempuan, kemudian saya
yang sulung.”
c. Pertumbuhannya
Setelah kepergian ayahnya, Ibn Kathi>r kemudian pindah ke Damaskus
pada tahun 707 H. Ia bersama kakak kandungnya, Abdul Wahha>b menimba
ilmu hingga tahun 750 H saudaranya tersebut meninggal dunia. Ibn Kathi>r
tumbuh dewasa di lingkungan Damaskus yang subur dengan dua lembah
disekelilingnya.
Abu> al-Fida>' tidak hidup di Damaskus sebagai orang asing kemudian
meninggalkan kota ini sebagai orang asing. Ia menghabiskan usia di sana
untuk mencatat sejarah kota ini. Melalui kata-kata, ia memuji segala
kebahagiaan dan kemenangan kota ini, menangis karena kesedihan dan duka
derita kota ini. Di sela-sela menuturkan pertikaian perebutan kekuasaan, ia
menyebutkan benteng-benteng, pintu-pintu gerbang, jalanan dan luas kota ini.
Setelah lulus dari mihrab ilmu, Ibnu Kathir dipanggil untuk mengajar di
majelis-majelis ilmu dan hukum. Ia berkhutbah di mimbar masjid-masjid,
mengajar sekaligus memimpin sekolah-sekolah khusus, duduk di masjid Bani
Umaiyah untuk mengajarkan hadits dan tafsir.2
Pada abad 8 H, Damaskus adalah sumber ilmu, tempat ulama, membuka
dada untuk ulama yang berlindung dari wajah Tartar, sehingga kota ini
menjadi sarang dan tempat yang aman bagi mereka. Sekolah-sekolah
Damaskus menyambut baik mereka, hingga mereka memenuhi kota ini
dengan ilmu dan kitab-kitab. Ibn Kathi>r termasuk salah satu ulama ahli
hadits tsiqoh di sana laksana Abu> al-Hajja>j al-Mizzi, faqih bermadzhab

2
Ibid, hlm.33

4|Studi Tafsir Klasik


asy-Syafi’i seperti Tajuddi>n al-Fazari, ahlul ilmi reformis seperti Ibnu
Taimiyah dan generasi yang muncul setelahnya di antara murid-muridnya,
seperti Ibnu al-Qayyi>m.3
d. Guru-Gurunya
Sifat-sifat yang disandang Ibn Kathi>r saat menuntut ilmu menegaskan
bahwa ia adalah seorang penuntut ilmu yang pandai dan unggul, banyak
menghafal, jarang lupa, dan memiliki otak yang cemerlang. Inilah yang
menjelaskan hubungan dekat antara Ibn Kathi>r dengan para gurunya,
khususnya guru-guru yang berpengaruh besar dalam membentuk kepribadian
ilmu dan manhaj Ibn Kathi>r. Berikut ini beberapa guru Ibn Kathi>r secara
garis besar berdasarkan nama dan tahun kematian mereka. Mereka adalah
ulama-ulama pilihan di masanya.
 Ish{a>q bin Yah{ya> bin Ish{a>q al-‘Amidi> (wafat tahun 725 H.)
 Abdul Wahha>b bin Dhuaib al-Asadi yang dikenal sebagai Ibnu
Qa>d{i> Sha>bbah (wafat tahun 726 H.)
 Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Sala>m bin Taimiyah al-Harrani
(wafat tahun 728 H.)
 Ibra>hi>m bin Abdurrah{ma>n al-Fazari> yang dikenal sebagai Ibnu al-
Farkah{ (wafat tahun 729 H.)
 Muhammad bin Sharafuddi>n bin Husain bin Ghalian al-Ba’labaki> al-
Hanbali> (wafat tahun 730 H.)
 Ahmad bin Abu> Tha>lib bin Abu> an-Ni'am bin Ni'matur H{ajar,
dikenal sebagai Ibnu ash-Shahnah (wafat tahun 730 H.)
 Abdulla>h bin Muhammad bin Yu>suf Al-Maqdisi> (wafat tahun 737
H.)
 Al-Qasi>m bin Muhammad al-Barzali>, ahli sejarah Syam, menganut
madzhab ash-Sha>fi’i> (wafat tahun 739 H.)
 Al-H{a>fiz{ Abu> al-H{ajjaj Yu>suf bin az-Zaki> Abdurrahma>n al-
Mizzi>, sekaligus sebagai ayah mertuanya. (wafat tahun 742 H.)4

3
Ibid, hlm.34

5|Studi Tafsir Klasik


e. Karya-karyanya
Kitab-kitab karya Ibn Kathi>r menempati posisi yang tinggi bahkan
setelah ia meninggal dunia. Ibnu Hajar al-Athqalani menuturkan “karya-
karyanya menyebar ke berbagai negeri saat ia masih hidup, dan
dimanfaatkan banyak orang setelah ia meninggal dunia.” Ibn Kathi>r sejak
dini telah terbiasa menulis dan berguru di halaqah syaikh besarnya. Ibnu
Hajar menyatakan “Saat masih kecil, Ibn Kathi>r mengarang Ah}ka>mu at-
Tanbih, lalu dikatakan bahwa gurunya, Burha>nuddi>n, kagum dan
memujinya.” 5
Tidak heran jika setelah Ibn Kathi>r mencapai kematangan dan
kesempurnaan, karya-karya tulisnya menjadi pusat perhatian, keinginan dan
harapan para pelajar. Karya-karyanya tersebut antara lain:
i. Dalam bidang fiqih
 Al-Ijtiha>d fi> T{alabi al-Jiha>d
 Ah}ka>m at-Tanbi>h
 Al-Ah}ka>m al-Kabi>r
 Kita>b fi as-Sima>’
ii. Dalam bidang hadits
 Jami>’u al-Masa>nid wa as-Sunan
 Kitab syarah bagian awal Shahih Bukhari
 Al-Ah}ka>m as}-S{ughra> fi> al-H{adi>th
 Mukhtashar ‘Ulum al-H{adi>th
 At-Takmil fi> Ma’rifah ath-Thiqah wa ad}-D{uafa>’ wa al-Maja>hil
 Musnad ash-Shaikhain
 Mukhtashar al-Madkhal ila Kita>b Suna>n li al-Baihaqi>
iii. Dalam bidang tafsir al-Qur’an\
 Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m
 Fad}a>’i al-Qur’a>n
iv. Dalam bidang sejarah

4
Ibid, hlm.36-41
5
Ibid, hlm. 44

6|Studi Tafsir Klasik


 al-Bida>yah wa an-Niha>yah
 Al-Kawa>kib ad-Durry fi at-Ta>ri>kh
 Al-Fus}u>l fi> Ikh>tis}a>r Sira>t ar-Rasu>l S{alla Alla>hu ‘Alaihi
wa as-sallam
 Si>rah Abi> Bakr Rad}iyalla>hu ‘Anhu
 Si>rah ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b Rad}iyalla>hu ‘Anhu
 Musnad ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b dan Athar wa al-Ah}ka>m al-
Marwiyah ‘Anhu
 T{abaqat ash-Sha>fi’iyyah
 Al-Wad{i>h} an-Nafi>s fi> Mana>qib Ima>m Muhammad ibn Idri>s
f. Posisi Ilmiah Ibn Kathi>r
Kedudukan dan posisi ilmiah Ibn Kathi>r bisa diketahui dari beberapa hal
berikut:
 Kitab-kitab serta karya tulis peninggalannya yang lain merupakan inti
pemikiran dan akalnya, kumpulan puncak ilmu serta penukilan
didalamnya, serta penyatuan berbagai pengetahuan luhur, pemahaman
yang tepat, pandangan yang jeli dan penuh pemeriksaan, sehingga tidak
heran karya-karya dari Ibn Kathi>r dijadikan sebagai rujukan bagi para
penuntut ilmu terutama dalam bidang tafsir, sejarah Islam secara umum
serta sejarah tokoh-tokoh besar Islam. Ibn Kathi>r dari sisi warisan ilmiah
berada di titik yang tidak mampu digapai yang lainnya.
 Menempati posisi terdepan di berbagai bidang pengajaran dan jabatan di
masanya. Ia menjadi kepercayaan para penguasa, ulama, dan kalangan
umum, hingga menjabat sebagai mufti resmi. Ia sering diundang di
majelis-majelis ilmu dan hukum untuk memutuskan perkara-perkara
ilmiah yang rumit dan perbedaan-perbedaan fiqih, menghadiri perdamaian-
perdamaian penting di antara para hakim yang bertikai, juga untuk
menghadiri ujian para penuntut ilmu dan mereka yang mengaku memiliki
hafalan yang luar biasa.6

6
Ibid, hlm.54

7|Studi Tafsir Klasik


 Banyaknya pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh para ulama
spesialis secara objektif menjelaskan kedudukan ilmiah Ibn Kathi>r yang
tinggi.
Adh-Dhahabi>, salah seorang guru Ibn Kathi>r menyatakan tentangnya:
“Imam, mufti, ahli hadits yang unggul, faqih yang ahli, ahli hadits yang
mumpuni, dan mufassir yang kritikus. Ia memiliki karangan-karangan yang
bermanfaat.”7
Abu al-Muh}assin al-H{usaini, murid Ibn Kathi>r menuturkan “ia - Ibn
Kathi>r- menyampaikan fatwa, mengajar, berdebat, ahli di bidang fiqh, tafsir
dan nahwu, saksama dalam meneliti perawi dan ‘illah-‘illah hadits.”8
Ibnu Taghri Bardi menukil dari kitab an-Nuju>m az-Z{ahirah dari al-Aini
yang menuturkan dalam biografi Ibn Kathi>r, “ia teladan ulama dan para
hafidz, sandaran ahli ilmu al-ma’ani, dan lafadz. Ia mendengar,
mengumpulkan, menyusun, mengajar, menyampaiakan hadits dan mengarang.
Ia memiliki telaah besar di bidang hadits, tafsir dan sejarah. Ia dikenal teliti
dan ahli menulis. Puncak ilmu sejarah, hadits dan tafsir. Memiliki banyak
sekali karya tulis yang bermanfaat.”9
g. Masanya
Selama abad ke 7 dan 8 H, umat Islam mengalami krisis kejiwaan akut
dalam menghadapi kelemahan sikap-sikap politik yang dihadapi baik secara
internal maupun eksternal. Padahal kala itu, berbagai negeri Islam tengah
menghadapi serangan-serangan buas Tartar dari timur. Sementara di belahan
kawasan-kawasan barat diserang para perompak eropa dan ambisi-ambisi salib
mereka yang sarat akan kedengkian.10
Dalam situasi tegang seperti ini, para penguasa Islam sendiri sibuk
melancarkan tipu daya satu sama lain untuk mendapat kekuasaan, mengisolasi
diri di dalam daulah-daulah kecil yang bahkan tidak mampu menghalau
serangan dari lawan. Selain dari bencana-bencana perpolitikan, bencana alam

7
Ibid, hlm.56
8
Loc.cit
9
Ibid, hlm.57
10
Ibid, hlm.62

8|Studi Tafsir Klasik


pun juga ikut memperparah keadaan. Bencana seperti banjir, gempa bumi,
kekeringan, hama belalang, kemudian menimbulkan wabah penyakit yang
membunuh puluhan manusia setiap harinya.
Namun, di tengah situasi kelam ini, dunia keilmuwan justru berkembang
pesat, memunculkan buah-buah matang dan hasil-hasil terbaik. Ulama
dihormati penguasa dan juga rakyat. Sekolah dibangun di mana-mana, diberi
wakaf dan anggaran dana, karena raja mendekati rakyat dengan mengangkat
derajat ulama, memberi hadiah, jabatan-jabatan keagamaan bagi yang
menonjol dan punya reputasi baik di antara mereka, khususnya pada masa-
masa sulit. Juga ketika mereka memerlukan pengaruh ulama yang kuat
terhadap kaum muslimin.11
Jika dicermati, ada dua fenomena dalam dunia keilmuan di sela abad ke 7
dan 8 H :
Pertama: keagungan dan keabadian agama Islam. Islam adalah batu kokoh
yang menghancurkan segala ambisi para prajurit musuh, cangkul-cangkul para
peroboh dan penghancur. Islam diuji di masa ini, dan mampu keluar dengan
keadaan selamat dan menang dari ujian dan musibah yang amat berat.12
Kedua: aktivitas ulama pada masa ini, juga kitab-kitab dan karya-karya tulis
mirip ensiklopedi-ensiklopedi di bidang fiqih, bahasa, tafsir dan sejarah yang
ditulis oleh an-Nawawi, Ibnu Taimiyah, Ibnu al-Qayyim, Ibn Kathi>r, dan
lainnya. karya-karya mereka merupakan rangkaian penghubung antara masa
yang ada saat itu, masa lalu dan masa depan umat. Mereka berkeinginan
memperbaharui tekad, mengisi kekosongan dan mempertahankan semangat
Islam agar tetap kuat di dalam jiwa.13
h. Wafatnya Ibn Kathi>r
Pada akhirnya, perjalanan syaikh agung ini berakhir, di usia akhir ia
mengalami kebutaan, sehingga tidak lagi bisa mengamati peristiwa-peristiwa
penting dan mencatat sejarah, tepatnya tahun 767 H. Ia wafat pada hari Kamis,
26 Sya’ban 774 H. Warga Damaskus mengantarkan jenazahnya. Ia dikuburkan
11
Ibid, hlm.65
12
Loc.cit
13
Ibid, hlm.66

9|Studi Tafsir Klasik


di tanah Syaikhul Islam Taqiyyuddi>n Ibnu Taimiyah sesuai wasiatnya, di
pemakaman Shufiyah di luar pintu gerbang Nashr di Damaskus.14

2. Deskripsi Umum Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m


Pada umumnya para penulis sejarah tafsir menyebut Tafsi>r Ibn Kathi>r
dengan nama Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, Muhammad Husain adh-
Dhahabi> dalam salah satu karyanya menulis Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m,
namun nama tersebut belum mengandung ketegasan tentang siapakah yang
memberi nama itu, sedangkan Ali as}-S{a<bunny dalam mukhtasarnya dengan
tegas mengatakan bahwa nama itu sebagai pemberian Ibn Kathi>r sendiri.15

Para penulis biografi kitab klasik tidak mencantumkan nama khusus


untuk kitab tafsir ini. Hal ini berbeda dengan sikap mereka terhadap karya-
karya Ibn Kathi>r lainnya. Barangkali, hanya Ibnu Taghri Bardi dalam an-
Nuju>m az}-Z{ahi>riyyah yang menyebutnya dengan tegas. Namun, nama
yang disebutkannya berbeda dengan nama yang disebutkan di atas, yaitu
Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m.16

a. Latar Belakang Penulisan Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m17


Adapun penulisan kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, Ibn Kathi>r
mengatakan dalam kitabnya:
”Ketahuilah sesungguhnya aku menafsirkan al-Qur’an dengan
semisalnya yaitu al-Qur’an. Sunnah juga diturunkan dengan wahyu, seperti
al-Qur’an. Jika penjelasan tersebut tidak didapati di dalam al-Qur’an, maka
dengan sunnah karena sunnah adalah serupa dengan wahyu. Sunnah juga
dipakai dalam penafsiran, jika penafsiran tersebut tidak didapati di dalam
sunnah. Tidak juga didapati di dalam al-Qur’an, maka kami kembali kepada
pendapat sahabat.”

14
Ibid, hlm.68
15
Rosihon Anwar. Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari Dan Tafsir Ibnu
Katsir (bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm.71
16
Ibid
17
Hasban Ardiyansyah Ritongga, Skripsi, Pemikiran Imam Ibnu Katsir Dalam Menafsirkan Ayat-
Ayat Mutasyabbihat, (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,2018), hlm.4

10 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
Kecenderungan karya seseorang tidak bisa dilepas dari minat penulis
sendiri, kira-kira seperti itu jugalah Ibn Kathi>r. Sosok Ibn Kathi>r yang
condong kepada keabsahan turats telah ikut mewarnai karyanya. Begitu juga
hal ini tidak bisa lepas dari kondisi saat itu. Kemajuan aliran pada abad ke-7
sampai 8 H memang sudah kompleks. Artinya telah banyak aliran pemikiran
yang mewarnai karakter seseorang. Pemahaman yang orisinil untuk
mempertahankan keauntetikan al-Qur’an dan sunnah terus dijaga. Inilah
sebagian pewarnaan dari tafsirnya. Ibn Kathi>r juga telah tersibghah dengan
pola pikir gurunya (Ibnu Taimiyah), sehingga ia dengan jujur berkata bahwa
metode tafsirnya sama persis sealur dan sejalur dengan gurunya tersebut.
Latar belakang pendidikan Ibn Kathi>r tentunya tidak bisa dipisahkan
dari metodenya dalam menulis karyanya. Menurutnya penafsiran al-Qur’an
itu lebih cocok menggunakan komponennya yang berasal dari al-Qur’an itu
sendiri serta sunnah Rasulullah SAW. hingga sahabat karena tingkatan inilah
yang paling bisa memahami al-Qur’an.
b. Bentuk Fisik Kitab Tafsir al-Qur’a>n al-‘Az{i>m
Pada mulanya buku ini ditulis dengan sepuluh jilid, tetapi kemudian
dicetak dengan empat jilid dengan jilidan yang tebal. Pada terbitan Da>r al-
Ji>l, Beirut, tahun 1991, klasifikasinya sebagai berikut:
 Jilid I, dari surat al-Fa>tih}ah sampai surat an-Nisa>’ dengan ketebalan
552 halaman.
 Jilid II dari surat al-Ma>’idah sampai surat an-Nah}l dengan ketebalan
573 halaman.
 Jilid III dari surat al-Isra>’ sampai surat Ya>si>n dengan ketebalan 558
halaman.
 Jilid IV dari surat as}-S{affa>t sampai surat an-Na>s dengan ketebalan
580 halaman.18

18
Ibid, hlm.34

11 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
B. KARAKTERISTIK PENAFSIRAN KITAB TAFSI<R AL-QUR’A<N AL-
‘AZ{I<M
1. Metode Penafsiran Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Az{i>m
Metode tafsir adalah suatu cara berfikir baik untuk mencapai pemahaman
yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah SWT. dalam ayat-ayat al-
Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.19 Pengertian ini
memberikan pemahaman bahwa metode penafsiran berisikan seperangkat
kaidah dan aturan yang harus diindahkan ketika menafsirkan ayat al-Qur’an.
Dalam perkembangan dunia penafsiran, secara umum metode penafsiran
dibagi menjadi empat, yaitu metode Tahli<ly, Ijma<ly, Muqarran
(komparatif) dan Maud{u<’iy (tematik).20 Upaya mengklarifikasi penafsiran
semacam ini juga bervariasi di kalangan para pemerhati tafsir.

Dalam kitab Ibn Kathi>r yang digunakan untuk menafsirkan yaitu


metode tahli<ly, metode yang menjelaskan kandungan al-Qur’an dari seluruh
aspeknya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana
yang tercantum dalam mush}af.21 Namun, metode penafsiran kitab ini dapat
pula dikatakan menggunakn metode Maud{u<’iy (tematik). Karena dalam
menafsirkan ayat, Ibn Kathi>r mengelompokan ayat-ayat yang masih dalam
satu konteks pembicaraan ke dalam suatu tempat baik satu atau beberapa
ayat, kemudian Ia menampilkan ayat-ayat lainnya yang terkait untuk
menjelaskan ayat yang sedang ditafsirkan itu. Metode tersebut diaplikasikan
dengan metode-metode atau langkah-langkah penafsiran yang dianggapnya
paling baik (ah}san turuq al-tafsi>r).22

Salah satu contoh ketika Menurut Ibnu Katsir menafsirkan kalimat,


“huda li al-muttaqi>n” (Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa) dalam surat al-Baqarah/2: 2, ia menafsirkan dengan tiga ayat lain
19
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet I, hlm. 166.
20
Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998),
hlm. 2.
21
Abuddin Nata, Studi Islam Kopmprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), Cet I, hlm.
169.
22
Al-farmawi, Al-Bidayah fi Tafsi>r Al-Maud{u’iy, (Kairo: dar al-kutub al-arabiyah, 1976), hlm.
20.

12 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
yang menjadi latar belakang penjelasannya tersebut yaitu surat Fushilat/41:
44; Isra</17: 82 dan Yu<nus/10: 57. Sehingga penjelasannya atau
penafsiranya
menjadi khusus yakni bagi orang-orang yang beriman.23

2. Sumber Penafsiran Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Az{i>m


Berikut sumber-sumber yang digunakan Ibn Kathi>r untuk menafsirkan
kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az{i>m :

 Menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an.


 Menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan hadits dan sunnah.
 Menafsirkan al-Qur’an dengan perkataan sahabat Rasulullah SAW.
 Menafsirkan al-Qur’an dengan refrensi tabi’in. Pendapat yang sering
digunakan adalah pendapat Ibnu Abbas R.A dan Qatadah.
 Menafsirkan al-Qur’an dengan pendapat ulama’. Dalam berbagai pendapat
menyangkut aspek kebahasaan, teologi, hukum, kisah atau sejarah. Yang
paling banyak dikutip adalah pendapat Ibnu Jari>r at-T{abari.
 Menafsirkan al-Qur’an dengan pendapatnya sendiri. Setelah menganalisis
dan membandingkan penafsiran, kemudian Ibn Kathi>r menyatakan
pendapatnya sendiri di akhir penafsiran, akan tetapi metode ini tidak selalu
ia gunakan dalam penafsiran ayat. Adapun untuk membedakan antara
pendapatnya sendiri dengan pendapat ulama-ulama lainnya, dapat
diketahui dari pernyataannya : “Menurut Pendapatku (qultu...)” yang
secara eksplisit banyak dijumpai dalam kitab ini.24

3. Corak Kitab Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az{i>m


Kitab Ibn Kathi>r memiliki corak otoritas (al-laun wa al-ittijah) yaitu
tafsi>r bi al-ma’thu>r/tafsi>r bi ar-riwa>yah. Karena didalamnya dominan
menggunakan riwayat/hadist, pendapat para sahabat dan tabi’in. Jika dilihat
dari corak literaturnya kitab Ibn Kathi>r memiliki beberapa corak literatur
yang menggambarkan bakat minat pengetahuan sang mufasir, yang

23
Hamin Ilyas, Kitab Studi Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004), hlm. 139.
24
Ibid, hlm. 141-142.

13 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
dipengaruhi oleh beberapa bidang kedisiplinan ilmu yang dimilikinya,
diantaranya corak fiqih, corak ra’y dan corak qira’at.25 Berikut
penjelasannya:
 Corak Fiqih.
Dalam menafsirkan kitab ini, Ibn Kathi>r menjelaskan secara luas dan
panjang lebar terkait ayat-ayat hukum, dengan dilakukannya istinbat
(mengeluarkan hukum) dan tarjih (melakukan analisis terhadap dalil yang
dipakai) terhadap pendapat-pendapat tertentu dengan bersikap secara netral.
Misalnya tentang kasus bilangan tala<’ menurut syara’. Dalam surat al-
Baqarah ayat 230, Ibn Kathi>r menjelaskan tentang bekas suami yang tidak
dapat kembali kepada bekas istrinya, sebelum bekas istri itu kawin lagi
dengan orang lain hingga bersetubuh, kemudian diceraikan oleh suaminya
yang baru itu. Sementara orang yang berkilah dengan meminta kepada
orang lain untuk menjadi muhalil (penghalal). Ibn Kathi>r menegaskan
bahwa pekerjaan itu dilaknat oleh Allah SWT.dan Rasui-Nya yang berarti
perkawinan itu batal.
 Corak Ra’y
Maksud dari corak ra’y yaitu bahwa Ibn Kathi>r dalam menafsirkan al-
Qur’an dengan ijtihad. Ia memahami kalimat-kalimat al-Qur’an dengan
jalan memahami maknanya yang ditunjukan oleh pengetahuan Bahasa Arab
dan peristiwa yang dicatat oleh seorang ahli tafsir. Berikut terdapat beberapa
hal yang berkenaan dengan penggunaan ra’y dalam kitab Tafsi>r al-
Qur’a>n al-‘Az{im :
- Dibandingkan penafsiran yang lain, penafsiran yang dilakukannya lebih
luas dan banyak. Kenyataan ini membuktikan bahwa tafsir al-Qur’an
dengan al-Qur’an itu pada hakekatnya tetap melibatkan ra’y. Perannya
yaitu pada usaha meneliti ayat mana menjelaskan ayat mana, dan
keluasan dan tidaknya penafsiran sangat dipengaruhi tingkat pemahaman
masng-masing mufasir.

25
Ali Hasan Ridho dan Ahmad Akrom, Sejarah dan Metodologi Tafsir (Trj.), (Jakarta: Rajawali
Press, 1994), hlm.59

14 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
- Menerangkan maksud ayat demi ayat, baik secara global maupun
terperinci dengan bantuan ilmu Bahasa Arab (nahwu, sarf dan lain
sebagainya), ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Asba>b an-Nuzu>l, Makki>
Madani>, Na>sih{ mansu>h{, h}adi>th dan ‘Ulu>m al-Ḥadi>th,
Us{u>l Fiqh dan ilmu-ilmu lain.
- Memilih dan menyeleksi riwayat-riwayat, baik Rasulullah SAW, sahabat
maupun tabi’in untuk menafsirkan al-Qur’an, proses ini tentu
menggunakan ra’y
 Corak Qira’at
Keberadaan Ibn Kathi>r sebagai ahli qiraat, ikut memperkaya corak
tafsirnya. Yakni menerangkan riwayat-riwayat al-Qur’an dan qiraat-qiraat
yang diterima dari ahli-ahli qiraat terpercaya. Dalam penyampaiannya, Ibnu
Kath>ir selalu bertolak pada qira’ah sab‘ah dan jumhur ulama, baru
kemudian qira’at-qira’at yang berkembang dan dipegangi sebagian ulama
dan qiraah shazzah. Contoh qira’at pada ayat 5 surat al-Fatiḥah, terhadap
yang membaca (iyya>ka), tanpa tasydid pada huruf ya’-nya, yaitu yang
dibaca ‘Amr ibn Fayya>d, Ibn Kathi>r berkomentar bahwa bacaan ini
adalah shaz dan tertolak, karena (iya) artinya sinar matahari.

4. Sistematika Penulisan Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-‘Az{i>m


Sistematika yang dipakai oleh Ibn Kathi>r dalam tafsirnya, yaitu
menafsirkan seluruh ayat-ayat al-Qur’an sesuai susunan dalam mushaf al-
Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat, dimulai dengan surat al-Fatih{ah{
dan diakhiri dengan surat an-Nass. Secara sistematika tafsir ini menempuh
tartib mushhafi.26
Mengawali penafsirannya, Ibn Kathi>r menyajikan sekelompok ayat yang
berurutan yang dianggap berkaitan dan berhubugan dalam tema kecil. Dengan
begini akan diketahui adanya keintegralan pembahasan al-Qur’an dalam satu
tema kecil yang dihasilkan kelompok ayat yang mengandung muna<sabah
antar ayat-ayat al-Qur’an, sehingga mempermudah seseorang dalam

26
Nur Faizin Maswan, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002),
hlm. 61

15 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
memahami kandungan al-Qur’an serta yang penting adalah terhindar dari
penafsiran secara parsial yang bisa keluar dari maksud nas. Dari cara tersebut,
menunjukan adanya pemahaman lebih utuh yang dimiliki Ibn Kathi>r dalam
memahami muna<sabah dalam urutan ayat, selain muna<sabah antara ayat
(Tafsi>r al-Qur’a>n bi al-Qur’a>n) yang telah diakui kelebihannya oleh para
peneliti maupun para ulama tafsir.

5. Sikap Ibn Kathi>r Dalam Menafsirkan Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Al-


‘Az{i>m
a. Sikapnya Terhadap Israiliyyat
Dalam menafsirkan ayat-ayat, Ibn Kathi>r ada yang menggunakan
israiliyyat ada yang tidak. Ia tidak sepenuhnya membenarkan dan juga tidak
menolak riwayat-riwayat tersebut, kecuali jika itu sejalan dengan syari’at
Islam. Sebagai salah satu contoh, ketika ia menafsirkan surat al-Ma>’idah
ayat 22 yang menceritakan tentang keengganan kaum Nabi Musa A.S. untuk
melaksanakan perintahnya memasuki palestina karena terdapat orang- orang
yang gagah perkasa (qaumun jabba>run). Dalam riwayat- riwayat yang
dikutipnya, diceritakan tentang ciri- ciri fisik qaumun jabba>run yang
menyatakan bahwa salah seorang penghuni negeri itu adalah cucu Nabi Adam
A.S. yang tinggi badannya 3.333 atau 1/3 hasta. Ia mengomentarinya bahwa
hal tersebut mustahil dan bertentangan dengan dalil yang kuat dari Shahih
Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa Allah SWT. menciptakan
Adam dengan tinggi badan 60 hasta, setelah itu Allah SWT. menciptakan
tinggi manusia kurang dari itu.
Namun, walaupun Ibn Kathi>r telah berusaha untuk melakukan kritik
dan seleksi terhadap riwayat-riwayat Israiliyyat dalam penafsirannya, tetapi
terkadang ia tidak memberikan komentar sama sekali, padahal riwayat
Israiliyyat sangat perlu untuk dikritik.
b. Tentang Ayat-Ayat Tashbi<h
Dalam menafsirkan ayat-ayat tashbi<h, nampaknya Ibn Kathi>r
mengikuti pendapat salaf al-s{alih{, yang berpendapat tidak adanya
penyerupaan perbuatan Allah SWT. dengan hamba-hamba-Nya. Ia lebih

16 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
memilih membiarkannya atau tidak mengartikan lafadz-lafadz tashbi<h{
dalam al-Qur’an. Seperti lafadh kursi>, ‘arsh dan istawa>.27 Disini terlihat
dominasi riwayat atau hadist sangatlah kuat memperngaruhi penafsirannya, ia
tidak mewakilkannya sama sekali.
c. Tentang Ayat-Ayat yang Dipahami Secara Berbeda-beda
Pada banyak ayat, khususnya ayat yang menyangkut pembahasan hukum
atau fiqih, perbedaan penafsiran dapat saja atau bahkan sering terjadi. Namun,
disini ingin ditegaskan kembali bahwa kontroversi dan kontradiksi penafsiran
di kalangan ulama biasanya dideskripsikan, didiskusikan dan dianalisa secara
rinci oleh Ibn Kathi>r. Sebagai contoh ketika ia menafsirkan surat al-Isra>’
ayat 15, yang berbunyi :
‫ة ِو ۡز َر أ ُ ۡخ َر ٰۗى‬ٞ ‫علَ ۡي َه ۚا َو ََل ت َِز ُر َو ِاز َر‬ َ ‫َّم ِن ٱ ۡهتَدَى فَإِنَّ َما يَهۡ تَدِي ِلن َۡف ِس ِهۦ َو َمن‬
ِ َ‫ض َّل فَإِنَّ َما ي‬
َ ‫ض ُّل‬
‫س ا‬
١٥ ‫وَل‬ َ ‫َو َما ُكنَّا ُمعَ ِذبِينَ َحتَّى ن َۡب َع‬
ُ ‫ث َر‬
Artinya : “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan
barangsiapa yang sesaat maka sesungguhnya doia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul.
(al-Isra>’/17:15)”28
Ibn Kathi>r menafsirkan ayat ini dengan mengemukakan tiga pendapat
tentang anak-anak yang musyrik. Yang pertama tersebut adalah: pertama,
bahwa mereka masuk surga. Kedua, mereka merupakan usaha orang tuanya.
Dan yang ketiga, tidak memberikan komentar/menangguhkan (tawaqquf).29

6. Penilaian Ulama’ Terhadap Kitab Tafsi<r al-Qur’a<n al-‘Az{i<m


Mayoritas pakar tafsir dan Ulumul Qur’an menyatakan bahwa tafsir ini
merupkan kitab tafsi>r bi al ma’thur terbesar kedua setelah kitab Tafsi>r Al-
T{abari. Namun, menurut Subh{i al-S{alih, jika dibandingkan dengan Tafsi>r

27
Dalam penafsiran al-Qur’an APK surat al-Baqarah: 255, Hud: 7 dan Fussilat: 11.
28
Kemenag Agama RI, Ummul Mu’minim (al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita), (Jakarta
Selatan: Penerbit Wali), hlm.283
29
Ibn Kathi>r, Tafsir Ibn Kathi>r, (CD Maktabah Syamilah) Juz V hlm. 52-60.

17 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
Al-T{abari, kitab Ibn Kathi>r memiliki keistimewaan dalam beberapa aspek,
seperti dalam hal ketelitian sanadnya, kesederhanaan ungkapannya, dan
kejelasan ide pemikirannya.
Selain itu kelebihan dari kitab ini yaitu penafsiran ayat dengan ayat atau
al-Qur’an dengan al-Qur’an, dan dengan hadist yang tersusun secara semi
tematik, bahkan dalam hal ini, Ibn Kathi>r dapat dikatakan sebagai perintisnya.
Juga dalam tafsir ini banyak memuat informasi dan kritik tentang riwayat
Israiliyat, dan menghindari kupasan-kupasan lingusistik yang terlalu bertele-
tele. Sebab itulah Imam \al-Suyuti memuji kitabnya sebagai kitab tafsir yang
tiada tandingannya.
Namun, tidak berarti kitab ini luput dari kekurangan dan kritik.
Muhammad al-Ghazali misalnya, menyatakan bahwa meskipun Ibn Kathi>r
dalam tafsirannya telah berusaha menyeleksi hadist-hadist atau riwayat-riwayat
(secara relatif ketat), ternyata masih juga me\muat hadits yang sanadnya d{aif
dan kontradiktif. Hal ini tidak hanya ada dalam tafsir Ibn Kathi>r, tetapi juga
pada kitab-kitab tafsi>r bi al ma’thur pada umumnya. Selain itu, secara teknis
terkadang Ibn Kathi>r hanya menyebutkan maksud haditsnya tanpa
menampilkan matan atau redaksi haditsnya, dengan menyebut fi> al-H{adi>th
(dalam suatu hadits) atau al-H{a>dith al-’A<khar (dalam hadis yang lain).
Hal lainnya ialah ketika menguraikan perdebatan yang berhubungan
dengan masalah fiqih, kadang-kadang Ibnu Katsir terlampau berlebihan,
sehingga Mahmud Basuni Faudah mengkritik bahwa Ibnu katsir suka melantur
jauh dalam membahas masalah-masalah fiqih ketika menafsirkan ayat-ayat
hukum. Berbeda dengan Mahmud Basuni Faudah, Husain al-Zahabi menilai
bahwa diskusi-diskusi masalah fiqihnya itu masih dalam batas-batas kewajaran,
tidak berlebihan sebagaimana umumnya mufasir dari kalangan fuqaha>’u..
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, tafsir ini ternyata telah memberi
pengaruh yang sangat signifikan kepada sejumlah mufasir yang hidup
sesudahnya, termasuk Rashi>d Rid}a>, penyusun Tafsi>r al-Mana>r. Kitab
ini pun masih tetap relevan untuk dikaji dan diambil manfaatnya hingga
sekarang.

18 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
19 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibn Kathi>r memilki nama lengkap ‘Ima>duddi>n Abu> al- Fida>’ Isma>’i>l
bin ‘Umar bin Katsi>r bin Dira>’ al-Qurasy al-Has}li al-Bas}ri ad-
Dima>shqi. Ia adalah al-Ha>fiz} al-H}ujjah serta al-Muhaddith ath-Thiqah.
Ibn Kathi>r lahir di perkampungan Mijdal, salah satu perkampungan yang
masih termasuk kawasan kota Bushra, pada tahun 701 H. Setelah kepergian
ayahnya, Ibn Kathi>r kemudian pindah ke Damaskus pada tahun 707 H. Ia
bersama kakak kandungnya, Abdul Wahha>b. Ia wafat pada hari Kamis, 26
Sya’ban 774 H. Warga Damaskus mengantarkan jenazahnya. Ia dikuburkan
di tanah Syaikhul Islam Taqiyyuddi>n Ibnu Taimiyah sesuai wasiatnya. Pada
umumnya para penulis sejarah tafsir menyebut Tafsi>r Ibn Kathi>r dengan
nama Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Adapun penulisan kitab Tafsi>r al-
Qur’a>n al-‘Az}i>m, Ibn Kathi>r mengatakan dalam kitabnya:
”Ketahuilah sesungguhnya aku menafsirkan al-Qur’an dengan
semisalnya yaitu al-Qur’an. Sunnah juga diturunkan dengan wahyu, seperti
al-Qur’an. Jika penjelasan tersebut tidak didapati di dalam al-Qur’an, maka
dengan sunnah karena sunnah adalah serupa dengan wahyu. Sunnah juga
dipakai dalam penafsiran, jika penafsiran tersebut tidak didapati di dalam
sunnah. Tidak juga didapati di dalam al-Qur’an, maka kami kembali kepada
pendapat sahabat.”
2. Dalam kitab Ibn Kathi>r yang digunakan untuk menafsirkan yaitu metode
tahlily, metode yang menjelaskan kandungan al-Qur’an dari seluruh aspeknya
dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana yang
tercantum dalam mushaf. Namun, metode penafsiran kitab ini dapat pula
dikatakan menggunakn metode Maud{u’iy (tematik). Dan Ibn Kathi>r
menafsirkan al-Qur’an dengan 6 sumber yakni, menafsirkan al-Qur’an
dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan sunnah, al-Qur’an dengan perkataan
sahabat, al-Qur’an dengan referensi tabi’in, al-Qur’an dengan pendapat
ulama’ dan yang terakhir al-Qur’an dengan pendapatnya sendiri.

20 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
Selain itu kitab ini memiliki corak otoritas (al-laun wa al-it>ijah) yaitu
tafsir bil ma’thur/tafsir bil riwayah. Dan corak literaturnya yang terdiri dari
corak fiqih, ra’yu dan qira’at. Ia juga menafsirkan seluruh ayat-ayat al-
Qur’an sesuai susunan dalam mushaf al-Qur’an yang cecara sistematika tafsir
ini menempuh tartib mush}afi.
Ibn Kathi>r memiliki keistimewaan dalam beberapa aspek, seperti dalam
hal ketelitian sanadnya, kesederhanaan ungkapannya, dan kejelasan ide
pemikirannya. Namun, tidak berarti kitab ini luput dari kekurangan dan kritik.
Muhammad al-Ghazali misalnya, menyatakan bahwa meskipun Ibn Kathi>r
dalam tafsirannya telah berusaha menyeleksi hadist-hadist atau riwayat-
riwayat (secara relatif ketat), ternyata masih juga memuat hadits yang
sanadnya d{aif dan kontradiktif. Kekurangan lainnya yaitu ketika
menguraikan perdebatan yang berhubungan dengan masalah fiqih, kadang-
kadang Ibnu Katsir terlampau berlebihan, sehingga Mahmud Basuni Faudah
mengkritik bahwa Ibnu katsir suka melantur jauh dalam membahas masalah-
masalah fiqih ketika menafsirkan ayat-ayat hukum.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca bisa
memahami isi dari makalah ini, sehingga pembaca bisa menambahkan serta
meneruskan bahkan memperbaiki kekurangan makalah ini untuk penulisan
selanjutnya. Dan alangkah baiknya jika dalam mengkaji kitab-kitab Tafsir secara
umum, harus memperhatikan kelebihan dan terutama kekurangannya. Seperti
halnya dalam kitab Tafsi>r Ibn Kathi>r, pembaca lebih berhati-hati dalam
melihat kualitas hadist yang dinukilnya.

21 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mawardi. 2011. Ulumul Qur’an. Cet I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Al-Farmawi. 1976. Al-Bidayah fi Tafsi>r Al-Maud{u’iy. Kairo: dar al-kutub al-
arabiyah.
Amwar, Rosihon. 1999. Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-
Thabari Dan Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Pustaka Setia

Ilyas, Hamin. 2004. Kitab Studi Tafsir. Yogyakarta: Teras.


Kathi>r, Ibnu. 2014. Sejarah Nabi Muhammad. Solo: At-Tibyan.

Kemenag Agama RI. Ummul Mu’minim (al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita).
Jakarta Selatan: Penerbit Wali.

Maswan, Nur Faizin. 2002. Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir. Yogyakarta:
Menara Kudus.

Nashiruddin, Baidan. 1998. Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Nasution, Abd Haris dan Muhammad Mansur. 2018. Studi Kitab Al-Qur’a>n Al-
‘Az{i>m Karya Ibn Kathi>r. Makasar: Jurnal Ushuludin Adab dan Dakwah.
Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Kopmprehensif. Cet I. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Katsir, Ibnu. 2015. Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup Para
Nabi, Sejak Adam A.S hingga Isa A.S (Terj Oleh: Saefullah MS). Jakarta:
Qisthi Press.
Katsir, Ibnu dan Jalaluddin al-Mahally, Jalaluddin as-Suyuthi. 2015. Samudera al-
Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq & an-Naas. Jakarta: Shahih

Ridho, Ali Hasan dan Ahmad Akrom. 1994. Sejarah dan Metodologi Tafsir.
Jakarta: Rajawali Press.

Ritongga, Hasban Ardiyansyah. 2018. Pemikiran Imam Ibnu Katsir Dalam


Menafsirkan Ayat-Ayat Mutasyabbihat. Ilmu al-Qur’an Dan Tafsir, Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Medan.

22 | S t u d i T a f s i r K l a s i k
Aplikasi :

Al-Qur’an Google Play Store.com (diakses pada Jum’at, 27 September 2019,


pukul: 09.37 WIB)

Katsir, Ibnu. Tafsi>r Ibn Kathi>r, (CD Maktabah Syamilah) Juz V. (Diakses pada
Selasa, 24 September 2019, pukul: 16.18 WIB)

23 | S t u d i T a f s i r K l a s i k

Anda mungkin juga menyukai