Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kapita Selekta Analitik

ANALIS UNSUR RUNUT PADA RUMPUT LAUT

KELOMPOK 2:

ELBYANI LEBANG (H311 16 516)


NOVIANTI (H311 16 013
SRI WAHYUNI NASIR (H311 16 014
AMALIAH TASRIF (H311 16 )
VIRDA SALSA BILA (H311 16 515)
GRACE ADELLA TIKAT (H311 16 516)
NUR ALYA ADDI (H311 16 523)
RAHMA (H311 16 524)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman

jenis rumput laut yang sangat tinggi bahkan oleh para ahli mengatakan sebagai

lumbung rumput laut. Rumput laut merupakan komiditi ekspor yang potensial

untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Keanekaragaman

jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup tinggi dan secara umum sudah banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai makanan dan obat tradisional, dan

tidak banyak memberikan kontribusi terhadap perekonomian mereka. Rumput laut

merupakan kata untuk menggambarkan alga makroskopis dan multiselululer.

Terdapat tiga jenis rumput laut yaitu alga merah, coklat dan hijau. Rumput laut

merupakan kompoenen ekosistem perairan yang sangat penting secara ekologi dan

memegang peranan penting dalam keragaman pesisir (Warkoyo, 2007).

Penggunaan rumput laut dimanfaatkan pada penelitian seperti digunakan

sebagai produksi bioethanol, bioakumulasi logam, produksi sebagai antioksidan ,

antibakteri , dan antibiotika. Beberapa logam berat dalam perairan seperti Pb

(timbal), Cd (cadmium), Hg (Merkuri), Zn (Seng) dengan jumlah konsentrasi

berlebih merupakan logam beracun dan berbahaya. Logam-logam tersebut

termasuk dalam unsur non essensial bagi organisme terutama rumput laut. Pada

beberapa logam berat seperti Cu (tembaga), Fe (Besi), Co (kobalt), Mn (Mangan)

dan lainnya merupakan jenis logam berat essensial yang dalam kuantitas tertentu
sangat diperlukan oleh organisme hidup, terutama rumput laut. Namun, dalam

kadar tertentu juga bersifat toksik (Teheni, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan potensi ekonomi rumput laut yang terjadi di

daerah Bulukumba ?

2. Apa saja jenis logam unsur runut yang terdapat pada rumput laut ?

3. Apa metode yang digunakan dalam menentukan unsur runut pada rumput

laut ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Potensi Rumput Laut di Bulukumba

Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan yang dapat dijadikan

sebagai pengembangan usaha skala kecil maupun menengah (Maryunus, dkk,

2018). Usaha budidaya rumput laut merupakan salah satu sektor ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat Indonesia dimana usaha tersebut bertujuan untuk

menambah dan meningkatkan pendapatan pembudidaya (masyarakat pesisir)

dengan cara mengendalikan perkembangan dan pemanenan rumput laut (Rahadiati,

2018). Perairan Sulawesi Selatan yang cukup luas dengan panjang pantai kurang

lebih 2500 km dapat dimanfaatkan bagi kepentingan budidaya rumput laut.

Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra pengembangan rumput laut di

Indonesia, karena Sulawesi Selatan memiliki daerah pesisir pantai di sepanjang

wilayah kabupatennya. Beberapa daerah di wilayah Sulawesi Selatan melakukan

usaha tani rumput laut dan melakukan ekspor keluar negeri ke negara China,

Pilipina, Taiwan dan Hongkong.

Salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang mengelolala

rumput laut (Eucheuma cottoni) dan memiliki wilayah pesisir yang cukup luas dan

potensial adalah Kabupaten Bulukumba, meliputi pantai barat dan timur.

Kabupaten ini memiliki berbagai variasi geomorfologis pesisir, mulai dari kawasan

perbukitan hingga pantai yang landai. Kabupaten Bulukumba menyimpan potensi

sumber daya kelautan, baik hayati ataupun non hayati yang cukup menjanjikan

untuk dikelola. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu lokasi sentral


produksi rumput laut jenis (Eucheuma cottonii) di Sulawesi Selatan dan salah satu

komoditas ekspor yang utama yang berperan penting dalam peningkatan

kesejahtraan masyarakat yang membudidayakan rumput laut dengan skala besar.

2.2 Unsur Runut

Unsur runut didefenisikan sebagai unsur yang terdapat dalam konsentrasi

yang rendah pada (mg.kg-1 atau lebih kecil) kebanyakan pada tanah, tumbuhan,

organisme hidup (He, dkk., 2005). Unsur runut biasanya terdapat dalam konsentrasi

yang sangat kecil, yakni di bawah 1 ppm berat, akan tetapi keberadaan dari unsur

runut ini sangat diperlukan dalam pengaturan keseimbangan kelarutan elemen-

elemen di laut dan proses biologi organism bahari. Rasio konsentrasi elemen yang

konstan terhadap elemen yang berkaitan dengan khlorinitas atau salinitas

ditemukan pada beberapa elemen karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. Dalam

ilmu kimia laut yang dimaksud dengan unsur-unsur runutan adalah unsur-unsur di

luar gas-gas terlarut, unsur-unsur hara, unsur-unsur mayor dan unsur-unsur

radioaktif. Unsur-unsur runutan terdiri dari 61 unsur dimulai dari Li (Z=3) sampai

dengan Bi (Z=83) yang terdiri dari unsur-unsur alkali, alkali tanah, transisi dan

lantanida.

Unsur runut (trace) yaitu unsur-unsur yang jumlahnya kecil tapi sangat

penting dalam menjalankan proses fisiologis kehidupan makhluk (seperti: B, F, Si,

V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Se, Mo, Sn, dan I), dan sebagian juga memiliki sifat

racun menonjol (seperti: logam-logam Pb, Cd, Hg). Keracunan suatu unsur secara

kasar dapat dikatakan paralel dengan kelimpahannya dalam lapisan kulit bumi atau

air laut. Unsur-unsur yang konsentrasinya rendah di alam biasanya beracun

(contohnya: logam-logam Pb, Cd, dan Hg) (Noor, 1998) .


Rumput laut (seaweed) dalam bahasa ilmiah dikenal dengan istilah alga.

Berdasarkan pigmen yang dikandung alga dapat dikelompokkan menjadi empat

kelompok, yaitu Rhodopyceae (alga merah), Phaeopyceae (alga coklat),

Chlorophyceae (alga hijau) dan Cyanophyceae (alga hijau biru). Rumput laut

bermanfaat untuk makanan, obat dan bahan baku industri. Kandungan rumput laut

umumnya adalah mineral esensial (besi, iodin, aluminum, mangan, calsium,

nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, khlor. silicon, rubidium, strontium, barium,

titanium, cobalt, boron, copper, kalium, dan unsur-unsur lainnya), asam nukleat,

asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung, gula dan vitamin A, D, C, D

E, dan K. Berikut adalah tabel kandungan kimiawi beberapa jenis rumput laut dan

juga kandungan mineral dari rumput laut E.cottonii sp

2.3 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrometer menghasilkan

sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu. Fotometer adalah alat

pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Day dan

Underwood, 2002). Skema alat spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada

Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Komponen-Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Day dan
Underwood, 2002)

Keterangan:

1= Sumber cahaya 4 = Detektor

2= Nyala 5 = Penguat

3= Monokromator 6 = Pembacaan

Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer serapan atom

memegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait satu sama lainnya.

Berikut merupakan uraian bagian-bagian dari spektrofotometer serapan atom:

1. Sumber cahaya

Sumber cahaya dalam spektrofotometer serapan atom digunakan untuk

menghasilkan sinar yang dapat diserap oleh atom-atom dari unsur yang diukur

sesuai dengan panjang gelombangnya karena setiap atom menyerap cahaya pada

panjang gelombang yang sangat spesifik sesuai dengan sifat unsurnya. Sumber

cahaya yang umum digunakan pada spektrofotometer serapan atom adalah Hollow

Cathode Lamp (HCL) atau lampu katoda berongga. Berdasarkan sumber panas

yang digunakan maka terdapat dua metode atomisasi yang dapat digunakan dalam

spektrofotometer serapan atom:

a. Atomisasi menggunakan nyala.


Pada atomisasi menggunakan nyala, digunakan gas pembakar untuk

memperoleh energi kalor yang akan mengubah sampel yang berupa padatan atau

cairan menjadi bentuk uap atomnya sehingga didapatkan atom bebas dalam

keadaan gas. Temperatur yang dapat dicapai oleh nyala ini tergantung dari gas-gas

yang digunakan contohnya gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 2600-

2800oC. Pemilihan oksidan bergantung kepada suhu nyala dan komposisi yang

diperlukan untuk pembentukan atom bebas.

b. Atomisasi tanpa nyala (flameless atomization).

Pada atomisasi tanpa nyala digunakan energi listrik seperti pada atomisasi

tungku grafit (grafit furnace atomization). Teknik atomisasi tanpa nyala dapat

digunakan untuk mengatasi kekurangan dari teknik nyala seperti kurangnya

kepekaan, jumlah sampel, dan penyiapan sampel. Jumlah sampel yang digunakan

pada teknik tanpa nyala lebih sedikit bila dibandingkan dengan teknik nyala dan

sampel yang dianalisis dapat langsung berupa padatan sehingga tidak memerlukan

tahap destruksi terlebih dahulu. Teknik pemanasan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu

pengeringan (drying) dengan temperatur yang relatif rendah, pengabuan (ashing)

dengan temperatur yang relatif tinggi yang bertujuan untuk menghilangkan matriks

kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis, dan pengatoman (atomising).

Waktu dan temperatur pemanasan tanpa nyala dilakukan dengan cara terprogram

(Cantle, 1982).

2. Sel Atom

Instrumen spektrofotometer serapan atom memiliki sel atom yang

berfungsi untuk menghasilkan atom-atom bebas dalam wujud gas dengan sistem

atomisasi nyala. Prinsip dari sistem atomisasi nyala yaitu larutan sampel yang
mengandung logam dalam bentuk garam akan diubah menjadi aerosol yang halus

dari larutan sampel dengan dilewatkan pada nebulizer atau proses ini disebut

sebagai nebulisasi, kemudian dengan adanya penguapan pelarut, butiran aerosol

akan menjadi padatan. Setelah itu, terjadi perubahan bentuk dari padatan menjadi

gas dan senyawa yang terdapat di dalam sampel akan berdisosiasi menjadi bentuk

atom-atom bebas. Atom tersebut akan mengalami proses eksitasi atom dari tingkat

dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Cantle, 1982).

3. Monokromator

Monokromator merupakan suatu alat yang diletakkan diantara nyala dan

detektor pada suatu rangkaian instrumentasi spektrofotometer serapan atom.

Monokromator adalah sebuah piranti yang berfungsi untuk mengisolasi atau

memisahkan dan mengontrol suatu berkas radiasi yang tidak diperlukan dari

spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh suatu sumber yang berkesinambungan

(Hollow Cathode Lamp) dengan kemurnian spektral yang tinggi serta dengan

panjang gelombang tertentu. Terdapat dua jenis monokromator yang dipakai yaitu

monokromator celah dan kisi difraksi (Day dan Underwood, 2002).

4. Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer serapan atom

yang berfungsi mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik

atau mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang

dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor yang digunakan memiliki

beberapa sifat, seperti kepekaan yang tinggi, respon yang linier terhadap daya

radiasi, dapat digandakan, waktu respon yang cepat, kestabilan tinggi atau tingkat

noise yang rendah dan mempuyai respon tetap pada daerah panjang gelombang
pengamatan. Detektor yang biasa digunakan dalam alat spektrofotometer serapan

atom adalah tabung pengganda foton (photomultiplier tube), terdiri dari katoda

yang dilapisi senyawa yang bersifat peka terhadap cahaya dan suatu anoda yang

mampu mengumpulkan elektron (Day dan Underwood, 2002).

5. Alat pembaca Alat pembaca merupakan suatu alat yang telah dikalibrasi untuk

pembacaan suatu transmisi atau absorpsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka,

gambar maupun dalam bentuk kurva yang menggambarkan nilai serapan atau

intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3. Metode

a. Penyiapan Sampel

Sampel berupa alga hijau Eucheuma cottonii diperoleh dari hasil budidaya

beberapa petani yang dipilih secara acak di Desa Punaga, Kecamatan

Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Sampel segar kemudian dibersihkan dari

kotoran dengan menggunakan air mengalir dan pada pembilasan akhir digunakan

air demineralisata. Pengeringan dilakukan pada oven simplisia bersuhu 50oC

hingga diperoleh bobot tetap. Sampel kering diserbukkan menggunakan penghalus

elektrik (Sico ®) hingga menjadi serbuk kasar (mesh 18).

b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi logam Pb, Cd, dan As diperoleh dengan membuat larutan

standar dengan beberapa variasi konsentrasi. Logam Pb dengan konsentrasi 1, 2, 4,

8, dan 10 ppb. Logam Cd pada konsentrasi 10, 15, 20, 25, dan 30 ppb. Serta logam

As pada konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppb. Lalu diukur serapan larutan standar
masing-masing logam pada kondisi optimumnya. Kemudian, dibuat kurva antara

konsentrasi terhadap serapan masing-masing logam.

c. Pengukuran Kadar Logam pada Sampel

Sampel berupa serbuk kering ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu ditambahkan

10 ml HNO3 p (Merck®). Sampeldimasukkan ke dalam vessel pada microwave

digester dan didestruksi pada suhu 150°C selama 45 menit. Selanjutnya sampel

disaring dan dimasukkan ke labu tentukur 50 ml lalu dicukupkan volumenya

dengan air suling. Sampel kemudian diperiksa kandungan logam cadmium (Cd),

timbal (Pb), dan arsen (As) menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada

masing-masing panjang gelombang maksimumnya.

d. Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kandungan logam dari rumput laut

Eucheuma cottonii yang diperoleh dari hasil budidaya petani rumput laut di desa

Punaga, kabupaten Takalar. Sebelum analisis, dilakukan proses determinasi yang

menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini adalah Kappaphycus alvarezii

Doty, yang lebih dikenal dengan nama Eucheuma cottonii. Pada tahap preparasi

sampel, proses destruksi dilaksanakan menggunakan alat microwave digester.

Metode ini dipilih karena lebih sederhana, lebih cepat, dan mengurangi

kemungkinan hilangnya sejumlah analit, yang biasanya terjadi jika sampel

diabukan dengan cara manual (22). Kandungan logam dalam sampel yang telah

didestruksi kemudian diukur menggunakan metode Spektrofotometri Serapan

Atom sehingga mampu mendeteksi elemen dengan jumlah yang sangat kecil (ppm)

.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kabupaten Bulukumba menyimpan potensi sumber daya kelautan, baik hayati

ataupun non hayati yang cukup menjanjikan untuk dikelola. Kabupaten

Bulukumba merupakan salah satu lokasi sentral produksi rumput laut jenis

(Eucheuma cottonii) di Sulawesi Selatan dan salah satu komoditas ekspor yang

utama yang berperan penting dalam peningkatan kesejahtraan masyarakat yang

membudidayakan rumput laut dengan skala besar.

2. Jenis-jenis logam unsur runut yang terdapat pada rumput laut yaitu besi (Fe),

iodin (I), phosphor (F), silicon (Si), cobalt (Co), boron (B), dan copper (Cu).

3. Metode yang digunakan dalam menentukan unsur runut pada rumput laut yaitu

metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)


DAFTAR PUSTAKA

Betawi, A.S., 2012, Analisis Kadar Logam kadmium (Cd) yang Teradsorpsi pada
Rumput Laut Merah (Euchemma Cottoni) di kabupaten Takalar dengan
Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), UIN Alauddin Makassar.

Mubarak, A., 2018, Analisis Kadar Logam Merkuri (Hg) pada Rumput Laut
(Euchemma Cottoni) dan Sedimen di Perairan laut Bulukumba, UIN
Alauddin Makassar.

Naid T. dkk., 2017., Analisis Kandungan Logam Berat As, Cd dan Pb pada
Eucheuma cottonii Eucheuma cottonii dari Perairan Takalar serta Analisis
Maximum Tolerable Intake pada Manusia, Jurnal Farmasi, 21(3): 63-66.

Risa, N.E.W., 2018, Manajemen Usaha Budidaya Rumput Laut (Eucheumma


cottoni) di Desa Salemba, Kecamatan Ujungloe, Kabupaten Bulukumba,
Jurnal Agrominansia, 3(2): 181-192.

Syarif, A., 2018, Analisis Finansial Rumput Laut di Kelurahan Bintalore


Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba, Jurnal Perikanan Octopus,
7(1): 11-19.

Tehemi M. T., 2018., Analisis Logam Berat Cd dan Simbionnya dalam Alga
Eucheuma cottoni di Perairan Kabupaten Bantaeng., Jurnal Farmasi., 4(2):
55.

Warkoyo., 2007., Studi Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii
(Kajian Jenis Larutan Perendam dan Lama Perendaman), Jurnal Protein,
14(1): 49.

Anda mungkin juga menyukai