Anda di halaman 1dari 175

PERCOBAAN I

TEKNIK-TEKNIK DASAR BEKERJA DI LABORATORIUM


I. Tujuan
1. Mengetahui teknik-teknik dasar bekerja di laboratorium.
2. Dapat melakukan teknik-teknik dasar bekerja di laboratorium.

II.Landasan Teori
2.1 Laboratorium
Laboratorium merupakan jantung dari kegiatan pembelajaran sains,
khususnya pembelajaran kimia. Karena laboratorium merupakan tempat untuk
melihat, mencoba, menguji konsep-konsep sains yang di pelajari hingga
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sains. Belajar sains yang
hanya di lakukan membaca buku maupun mendengar dari penjelasan
seseorang tidak lengkap tanpa disertai dengan melakukan kegiatan sains yang
sebagian besar dilaksanakan di laboratorium (Jurnal Pendidikan Indonesia,
Volume 3).
Laboratorium adalah tempat melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan
praktikum maupun penelitian, dimana untuk melakukan kegiatan tersebut
harus memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja. Secara umum
laboratorium dapat dimaknai sebagai tempat atau wahana yang dilengkapi
dengan peralatan atau sarana pendukung yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan eksperimen, penelitian, pembuktian, dan pembelajaran (Sanusi, 2013).
Laboratorium adalah suatu sarana gedung yang di rancang khusus
untuk melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan
penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. Kata laboratorium merupakan
serapan dari bahasa belanda dengan bentuk asalnya laboratorium
(Wirjosoemarto, 2004).
Fungsi laboratorium adalah sebagai tempat berlangsungnya
pembelajaran sains yang memerlukan peralatan khusus. Fungsi laboratorium
lainnya yaitu sebagai sumber prasarana pendidikan, sebagai metode
pengamatan dan metode percobaan, dan sebagai wadah dalam proses belajar
mengajar. Menurut Soejitno, secara garis besar fungsi laboratorium adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori dan telah diterima sehingga
antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang berbeda.
2. Memberikan ketrampilan karya ilmiah bagi mahasiswa.

1
3. Memberikan keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari
suatu objek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia.
5. Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa sebagai modal sikap ilmiah seorang
calon ilmuwan (Sanusi, 2013).
2.2 Pengelolaan Laboratorium
Secara umum, persoalan pengelollan laboratorium kimia dapat muncul
pada proses pengadaan, proses penggunaan alat dan bahan. Pada proses
penggunaan masalah dapat muncul karena ketidaktepatan. Pengadaan masalah
dapat muncul karena kesalahan-kesalahan pengoperasian alat atau bahan.
Pada proses pemeliharaan, masalah dapat muncul karena kesalahan
pembersihan dan penempatan alat dan bahan pengamatan dilapangan
menunjukan bahwa alat dan bahan yang tersedia di laboratorium tidak sesuai
dengan kebutuhan. Terkadang banyak tersimpan alat dan bahan yang sudah
tidak digunakan. Alat dan bahan yang sudah tidak digunakan mestinya
dibuang melalui proses pemusnahan yang sesuai dengan aturan keseimbangan
dan keharmonisan lingkungan laboratorium tetap terjaga. Namun proses
pemusnahan alat dan bahan yang sudah tidak terpakai nampaknya belum
diatur atau belum dilaksanaka (Khamidinal, 2009).
Pengelolaan laboratorium akan berjalan dengan lebih efektif apabila
dalam struktur organisasi laboratorium didukung oleh Board of Management
yang berfungsi sebagai pengarah dan penasihat. Bord of Management terdiri
atas para senior/profesor yang mempunyai kompetisi dengan kegiatan
laboratorium yang bersangkutan. Menurut Fachri, untuk mengelola
laboratorium yang baik harus dipahami perangkat-perangkat manajamen
laboratorium, yaitu:
1. Tata ruang.
2. Alat yang baik dan terkalibrasi.
3. Administrasi laboratorium.
4. Infrastruktur
5. orgnanisasi laboratorium
6. fasilitas pendanaaan
7. Inventarisasi dan keamanan
8. P engamanan laboratorium
9. D isiplin yang tinggi
10. Keterampilan SDM

2
11. Peraturan dasar
12. Penanganan masalah umum
13. Jenis-jenis pekerjaan
Semua perangkat tersebut jika dikelola secara optimal, akan mendukung
terwujudnya penerapan manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikian
manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan
yang kompleks dn terarah. Sejak dari perencanaan taat ruang sampai dengan
perencanaan semua perangkat penunjang lainnya. Dengan demikian sebagai
pusat aktivitasnya adalah tata ruang (Fachri, 1998).
2.3 Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
Keselamatan kerja dilaboratorium merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan nyaman di laboratorium. Keselamatan kerja tersebut dapat diwujudkan
dengan berbagai cara, seperti menyiapkan pedoman kerja, menyediakan
perlengkapan secra lengkap, dan peningkatan pengetahuan pekerja (laboran,
staf pengajar, dan mahasiswa melalui pelatihan-pelatihan dan orientasi
keselamatan kerja di laboratorium (Gunawan, 2004).
Pedoman kerja di laboratorium mempunyai peranan penting dalam
mewujudkan keselamatan kerja di laboratorium persiapan-persiapan yang
dilakukan serta cara-cara bekerja di laboratorium yang aman. Dengan
mengikuti prosedur kerja, para pelajar dapat melakukan pekerjaan tahap demi
tahap secara benar sehingga percobaan akan berlangsung aman dan hasil
percobaan yang diperoleh akan memiliki tignkat akurasi yang tinggi (Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume II).
2.4 Penanganan limbah laboratorium
Penanganan limbah laboratorium untuk membuang limbah laboratorium
yang mungkin berbeda pada tempat yang berbeda pula cara yang sesuai
bergantung pada tipe percobaan yang dilakukan dan bahan kimia yang
digunakan tetapi beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan tidak dapat
dibuang dalam bentuk hasilnya dan harus diolah terlebih dahuku dengan
bantuan proses yang sesuai. Limbah tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya
di tempat bahan tersebut dihasilkan.
Keuntungan dari penghilangan sifat racun juga resiko kontaminasi pada
pekerja yang tidak berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelkaan
dengan limbah ini, oleh karena itu hal ini juga untuk menghindari terhadap
kontaminasi lingkungan. Aturan umum untuk penanganan limbah berbahaya

3
adalah menghindari resijo yang membahayakan terhadap manusia dan
lingkungan baik secara penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan bahan-
bahan tersebut (Wirjosoemarto, 2004).

4
III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

- Erlenmeyer
- Gelas Beker
- corong
- Buret
- Labu ukur
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Pengaduk
- Tabung Reaski
- Pemanas Spritus
- Kaca arloji
- penjepit
- Pasta
- Cawan penguap
- Kaki Tiga
- Kawat kasa
- Kertas saring

3.2 Bahan

- Aquades
- Sabun
- Detergen

5
IV. Prosedur Kerja
A. Teknik dasar mencuci alat laboratorium

Sabun atau detergen sinetik dan air bersih

Digunakan untuk membersihkan gelas piala dan labu erlenmeyer


lalu dibilas dengan air bersih
Dibuat larutan pencuci apabila sabun/detergen tidak dapat
membersihkan alat
Dicuci alat dengan menggunakan larutan pencuci
Dikeringkan alat yang sudah dicuci
Hasil

B. Teknik dasar membaca meniscus pada alat-alat pengukur volume


Cairan

Dimasukkan kedalam tabung pengukur volume


Dibaca volume cairan pada bagian permukaan lengkung cairan
Diamati dengan cermat, volume cairan
Ditentukan berdasarkan batas air dengan garis yang ada
dimukannya
Hasil

C. Teknik dasar melakukan penimbangan


Zat kimia

Diperiksa timbangan apakah bekerja dengan baik atau tidak


Dilakukan kalibrasi dengan cara menyeimbangkan posisi
timbangan dan menekan tombol kalibrasi
Ditimbang dangan menggunakan wadah yang cocok seperti gelas
arloji, botol timbangan, gelas piala, cawan kecil, atau kertas
Digunakan alat bantu selama menimbang berupa penjepit, pinsen,
sendok, atau pipet
Dibersihkan alat timbangan setelah selesai menimbang

hasil

6
D. Teknik dasar menggunakan pipet
Cairan

Digunakan pipet beserta propipet untuk menyedot cairan secara


perahan-lahan
Dicelupkan pipet kedalam cairan kemudian dipencet propipet
hingga
mengempes cairan perlahan-lahan akan mengisi pipet
Dihentikan pemencetan perlaha-lahan ketika cairan yang terisi
pada
pipet mencapai batas
Dipencet propipet untuk mengeluarkan cairan dan pipet
memindahkan cairan pada tempat yang diinginkan
Hasil

E. Teknik dasar membuat larutan


Zat padat

Dimasukkan zat pada yang telah ditimbang kedalam gelas piala


Dimasukkan aquades kedalam gelas piala sedikit demi sedikit lalu
diaduk dengan batang pengaduk
Diaduk sampai zat padat dan aquades terlarut sempurna
Dipindahkan larutan yang telah dibuat digelas piala kedalam labu
volumentrik
Digunakan alat bantu berupa corong pisah dan batang pengaduk
Ditambahkan sedikit demi sedikit pelarut kedalam labu
Volementerik sampai garis batas digunakan botol semprot

Hasil

7
F. Teknik dasar menggunakan buret
Cairan

Dimasukkan kedalam buret yang telah dipasang pada statif dalam


posisi tegak lurus
Diperiksa keran buret
Dioleskan vaselin pada keran yang sukar diputar
Diisikan cairan kedalam buret dengan hati-hati

Digunakan corong pisah dan batang pengaduk untuk


memasukkan cairan
Dialirkan cairan dengan membuka keran perlahan-lahan

Hasil

G. Teknik dasar menggunakan ttabung reaksi


Zat kimia

Dimasukkan kedalam tabung jeagan melebihi setengah


Dilakukan pengocokan dengan cara kesamping
Dilakukan pemanasan secara hati-hati
Digunakan penjepit kayu untuk memegang tabung reaksi
Dipegang tabung reaksi secara miring diarahkan berlawanan
muka dengan tubuh
Digerakkan bolak balik sambil diputar-putar

Hasil

8
H. Teknik dasar menyaring
Akuades

Dibasahi kertas saring dengan akuades dan diratakan dengan


tangan
Dipindahkan larutan atau cairan dengan menggunakan batang
pengaduk agar tidak tercecer
Diperiksa filtrat, apakah ada kekeruhan

Dilakukan pembilasan dengan menggunkan akudes apabila


masih tersisa endapan

Hasil

I. Teknik dasar menggunakan kertas indikator pH

Larutan

Dimasukkan batang pengaduk kedalam larutan yang akan diuji


pH nya
Diteteskan larutan yang ajan diuji pHnya kekerts lakmus
Dibandingkan warna kertas lakmus yang telah ditetes dengan
tabel warna pH yang disediakan

Hasil

J. Teknik dasar pemijaran dan pengabuan


Zat padat

Digunakan wadah ytercapaiang terbuat dari porselen atau nikel


Diketahui wadah yang berisi bahan pada alat yang digunakan
pada proses pengabuan
Diatur suhu pengabuan berdasarkan yang ditentukan
Dihitung kadar abu total bahan setelah proses pengabuan

Hasil

9
V. Hasil dan Pembahasan

Teknik-teknik dasar mencuci alat laboratorium


Nama teknik dasar
Alat yang digunakan Manfaat

- Gelas ukur
- Tabung
Mencuci alat – alat erlemeyer Untuk membersihkan
laboratorium alat – alat laboratorium
- Pipet

- Biuret
-
Untuk alat gelas yang bisa dimasuki sikat seperti gelas piala dan labu
erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun. Pencucian untuk pipet atau
buret jika perlu dapat menggunakan larutan detergen.
Larutan detergen dibuat dengan cara melarutkan 10 – 15 gram kalium
dikromat dengan 15 ml aquades sampai 500 ml kemudian ditambahkan asam
sulfat pekat.
Alat – alat yang telah dicuci kemudian dikeringkan untuk alat – alat
gelas dapat dikeringkan pada suhu 110 jika gelas tersebut tidak berfungsi
sebagai alat ukur dan yang berfungsi sebagai alat ukur biasanya menggunakan
suhu berkisar antara 20 - 50.
Teknik – teknik dasar membaca skala meniskus pada alat – alat
pengukur volume
Nama teknik dasar
Alat alat yang digunakan Manfaat
Membaca meniskus - gelas ukur Untuk mengetahui
pada alat pengukur volume larutan yang
volume - pipet volumetrik sesungguhnya
Meniskus adalah garis lengkungan permukaan cairan yang disebabkan
adanya gaya kohesi/adesi zat cair dengan alat ukur.
Meniskus ada dua macam yaitu meniskus atas dan meniskus bawah.
Meniskus atas adalah suatu keadaan dimana suatu zat cair berada didalam alat
ukur dimana permukaannya melengkung kebawah. Sedangkan meniskus
bawah adalah suatu keadaan dimana permukaan zat cair yangvtampak
melengkung keatas. Untuk larutan tidak bewarna pembacaan meniskus yang
berlaku adalah meniskus bawah. Untuknlarutan bening pembacaan meniskus
yang berlaku adalah meniskus bawah. Untuk larutan pekat pembacaan
meniskus yang berlaku adalah meniskus atas.
Teknik dasar melakukan penimbangan
Nama Teknik Dasar Alat Alat yang Digunakan Manfaat
Untuk mengatahui
Penimbangan Neraca Analitik
massa benda

10
Neraca analitik merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai
batas 0.80001 gr. Langkah kerja penimbangan yaitu:
1. Persiapkan alat bantu penimbangan untuk menimbang zat padat
diperlukan kaca arloji, yang kering dan bersih, sendok, kertas isap, botol
timbang, zat yang akan ditimbang.
2. Pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca dilakukan dengan cara melihat
water pass, pemeriksaan kesetimbangan neraca.
3. Cara menolkan neraca analitik nol kan terlebih dahulu neraca tersebut,
letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan. Baca nilai yang
tertera pada layar monitor neraca. Setelah digunakan nol kan kembali
neraca tersebut.
Teknik dasar menggunakan pipet
Nama teknik dasar Alat -alat yang digunakan Manfaat
- Pipet tetes Untuk memindahkan
Menggunakan
- Pipet volumetrik larutan dari suatu
pipet
- Pipet ukur tempat ke tempat lain.
Pipet tetes digunakan untuk meneteskan atau mengambil larutan
dengan jumlah kecil.
Cara menggunakan pipet tetes , pertama bagian bola karet yang terdapat
diatas pipet dipencet, lalu ditahan dan dimasukkan kedalam cairan, saat pipet
dimasukkan kedalam cairan bola karet yang dipencet kemudian dilepaskan dan
angkat pipet dari cairan ke wadah lain dengan memencet kembali karet bagian
ats.
Pipet volume digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang mengembung.
Cara menggunakan pipet volume, pertama pastikan bahwa kondisi
dalam keadaan kering dan bersih, lalu sediakan bola hisap yang bagus dan
pasangkan ke pipet bagian atas. Untuk menyedot cairan pencet huruf A yang
terdapat pada bola hisap, untuk mengeluarkan cairan pencet hhuruf E pada
bola hisap, dan ketika cairan sudah masuk ke dalam pipet, cairan harus pas
pada garis batas cairan.
Pipet ukur digunakan untuk mengukur volume larutan, cara
menggunakannya sama dengan pipet volum dengan menggunakan bola hisap.
Teknik dasar membuat larutan

Nama Teknik Dasar Alat-alat yang digunakan Manfaat

Membuat Larutan - Labu Volumetrik Untuk membuat suatu


- Gelas Piala larutan
Labu volurimetrik atau labu ukur digunakan untuk membuat atau
mengencerkan larutan dengan ketelitian yang tinggi.
Cara membuat larutan, pertama ambil zat padat yang telah di timbang
ke dalam gelas piala kemudian masukkan zat pelarut. Aduk zat hingga terlarut
11
sempurna. Pindahkan zat tersebut ke dalam labu volurimetrik. Untuk
mengenckan zat, bila zat yang akan diencerkan bukan asam kuat maka
masukkan cairan ke dalam labu dan ditambahkan pelarut sampai batas yang
ditentukan. Bila zat pekat mengeluarkan gas maka bekerjalah dilemari asam
dan gunakan sarung tangan dan masker.
Teknik dasar menggunakan buret

Nama teknik dasar Alat-alat yang digunakan Manfaat

Teknik Untuk melakukan


Buret titrasi asam basa
menggunakan buret
maupun titrasi redoks
Buret digunakan untuk titrasi, tetapi pada keadaan tertentu dapat pula
digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.
Adapun cara menggunakan buret yaitu sebelum digunakan buret harus
dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara mengisinya : keran di tutup
kemudian larutan di masukkan dari bagian atas menggunakan corong gelas.
Jangan mengisi buret bagian atasnya lebih tinggi dari mata.
Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada lautan yang
tumpah dari corong tidak terpercik kemata. Jangan sampai ada gelembung yang
tertinggal dibagian bawah buret. Jika sudah tidak ada gelembung tutup kran,
selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk
mengatur cairan agar tepat pada skala nol.

Teknik dasar menggunakan tabung reaksi

Nama Teknik Dasar Alat-alat Yang Digunakan Manfaat

Menggunakan - Tabung reaksi Untuk melakukan


tabung reaksi reaksi-reaksi kimia
- Pipet tets
Tabung reaksi umunya terbuat dari gelas kaca, dengan berbagai macam
ukuran biasanya 75x10 mm, digunakan untuk mereaksikan dua zat atau lebih
dapat dipanaskan dengan api langsung dan tidak langsung.
Cara menggunakan buret : tabung reaksi dipegang pada lehernya
miringkan sedikit lalu diisi dengan larutan yang akan diperiksa dengan pipet
tetes.
Bila tabung beserta isinya akan dipanaskan tabung dipegang dengan
alat pemegang tabung dan pemanasan dilakukan pada daerah 1/3 bagian
cairan dari bawah mulut tabung harus diarahkan pada diri sendiri atau orang
lain.

12
Teknik dasar menyaring

Nama Teknik Dasar Alat-alat Yang Digunakan Manfaat

Untuk memisahkan
- Kertas saring
Menyaring antara pelarut dan
- Corong pisah larutan

Kertas saring digunakan untuk menyaring larutan. Corong pisah


digunakan untuk memisahkan dua larytan yang tidak bercampur karena
adanya perbedaan massa jenis. Corong pisah biasa digunakan pada proses
ekstraksi.
Teknik dasar menyaring gunakan kertas saring sesuai yang diinginkan
bentuklah kertas saring sedemikan rupa sehingga sesuai dengan ukuran
corong. Sobeklah sedikit kertas saring tersebut. Tempatkan kertas saring pada
corong dan basahi kertas saring dengan air suling sehingga benar-benar
melekat. Pasanglah corong pada statis dan masukkan tempat penumpang
filtrate.
Teknik dasar menggunakan kertas indikator pH

Nama Teknik Dasar Alat-alat yang Digunakan Manfaat

Menggunakan Untuk menentukan


- Kertas lakmus
kertas indikator pH suatu larutan
Kertas lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah
warna jika dicelupkan kedalam larutan asam atau basa. Warna yang dihasilkan
sangat berpengaruhi oleh kadar dalam larutan yang ada.

Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan


asam atau basa. Indikator digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan
suatu asam atau basa. Cara menggunakan kertas indikator masukkan
pengaduk dalam larutan yang akan diuji pHnya, kemudian teteskan larutan ke
atas lakmus, lalu bandingkan warna lakmus yang diteteskan dengan skala table
warna.

Teknik dasar pemijaran dan pengabuan

Nama Teknik Dasar Alat-alat Yang Digunakan Manfaat

- Lampu Bunsen Untuk membakar


Pemijaran dan
sesuatu zat padat
pengabuan
- Korek dengan suhu tinggi

13
Teknik pemijaran dan pengabuan adalah suatu teknik membakar
dengan suhu tinggi suatu zat padat. Pemijaran adalah pembakaran dengan
menggunakan sumber panas dari api yang keluar dari lampu bunsen (gas).
Teknik pengabuan adalah suatu teknik pembakaran denganmenggunakan suhu
tinggi yang berasal dari panas kumparan listrik.

Alat yang digunakan pada proses pengabuan adalah furnace karena


suhu yang digunakan tinggi. Teknik ini harus dilakukan secara hati-hati.

14
V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada 10 teknik dasar yang dilakukan dilaboratorium,antara lain:

- Teknik mencuci alat-alat laboratorium

- Teknik membaca meniscus pada alat-alat pengukur volume

- Teknik melakukan penimbangan

- Teknik menggunakan pipet tetes

- Teknik membuat larutan

- Teknik menggunakan buret

- Teknik menggunakan tabung reaksi

- Teknik menyarinng

- Teknik menggunakan kertas indikator

- Teknik pemijaran atau pengabuan

2. Teknik yang dilakukanpada praktikum ini merupakan teknik


dasar dalam pengelolaan laboratorium. Adanya teknik ini agar
tidak terjadi kesalahab dalam pengelolaan laboratorium.

5.2 Saran
Adapun saran setelah melakukan praktikum ini adalah sebaiknya dalam
melakukan praktikum praktikan focus dan teliti pada percobaan. Sebaiknya
praktikan mengikuti langkah-langkah dan prosedur yang berlaku saat
praktikum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fachri, Djas. 1998. Manajemen dan Pengelolaan Laboratorium. Medan: Fakultas


Kedokteran USU.
Glan, Rama. 2014. “ Pengelolaan Laboratorium”. Pendidikan Indonesia. Vol 3:
427-428.
Gunawan, Prasuad. 2004. Keselamatan Kerja Dilaboratorium. Jakarta: Erlangga.
Khamidinal, Suwandi. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sanusi, Ibrahim. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Setra, Eko. 2007. “ Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium”.
Keperawatan Indonesia. Vol 11: 66-71.
Wirjosoemarto, Koesmadji. 2004. Teknik Laboratorium. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

16
PERCOBAAN II
LARUTAN DAN KONSENTRASI

I. Tujuan
1. Mampu menimbang zat kimia dengan benar.
2. Mampu membuat larutan dengan berbagai konsentrasi.
3. Mampu menguasai perhitungan yang melandasu teori pengenceran.
4. Mahasiswa terampil melakukan pengenceran zat.

II. Landasan teori


2.1 Larutan
Menurut Achmadi (2004), larutan adalah campuran molekul (tom atau ion
dakam beberapa hal) yang biasanya molekul molekul pelarut agak berjauhan
dalam larutan disbanding dalam pelarut murni, sehingga pembentukan larutan
dapat dibuat sebagai suatu proses hipotesis sebagai berikut:
1. Jarak antara molekul-molekul meningkat menjdi rata-rata yang ditampilkan
dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energy untuk melampaui
gaya-gaya intermolekul kohesi. Pada tahap ini, disertai dengan peningkatan
entalpi, reaksinya adalah endoterm.
2. Dalam tahap endoterm kedua, pemisahan yang sama terhadap molekul-
molekul terlarut terjadi.
3. Pada tahap ketiga dan terakhir adalah membiarkan molekul-molekul pelarut
dan terlarut untuk bercampur. Gaaya Tarik intermolekul diatara molekul
yang tidak sejenis menyebabkan pelepasan energy. Entalpi menurun dalam
tahap ini.
Pelarut merupakan unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan
dalam larutan. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya lebih sedikit
dalam larutan. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan
larutan dalam air atau aqueous. Larutan pekat adakag larutan yang
mengandung zat terlarut alam jumlah banyak. Jika jumlah zat terlarut sedikit,
larutan dinamakan lrutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti
pelarut cair dengan cairn, padatan, atau gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat
pula berbentuk gas dan padat. Karena molekul-molekul zat terpisah jauh,
molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, dan semua
campuran adalah larutan.
Salah satu bentuk larutan adalah larutan padat. Di dalam larutan padat,
yang menjadi pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan dalam membuat zat

17
padat sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy. Dalam
larutan padat tertentu, atom terlarut menggantikan beberapa atom terlarut
dalam kisi Kristal. Larutan ini dinamakan larutan substitusional yang ukuran
atom terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan padat lain, atom terlarut dapat
mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat
interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-
lubang di antara atom-atom pelarut (Achmadi, 2004).
Dalam kehidupan kita sehari-hari, ternyata proses pembuatan larutan
sudah sering dilakukan. Contohnya adalah proses pembuatan the manis. Kita
menambahkan gula ke dalam air lalu ditambahkan tes serta mengaduknya.
Ternyata air the terasa manis, lalu ditambahkan lagi air kedalamnya, sehingga
air the yang tadinya kental dan pekat menjadi lebih encer dan ras mansinya
berkurang. Itu semua merupakan kegaitan dalam pembuatan larutsan.
Mencampurkan air, teh, dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan
campuran tersebut dinamakan larutan, sedangkan penambahan air ke dalam
air teh yang manis dinamakan pengenceran. Dan kekentalan atau
kepekatakannya dinamakan konsentrasi atau Molaritas (Baroroh, 2004).
Ada satu istilah dalam larutan, yaitu larutan standar primer. Larutan
standar primer merupakan larutan standar yang dibuat dari zat standar dengan
kemurnian sangat tinggI yang umumnya dipasok oleh NIST, NIBCS, yang
digunakan untuk kalibrasi larutan standar yang dibuat. Larutan standar
sekunder merupakan larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan metode
analitik yang dapat dipercaya (Darlina, 1998).
2.2 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat relarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakn dalam satuan volume (bobot, mol) zat
terlarut dalam sejumlah terntentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul
satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normlitas,
ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Menurut Achmadi (2004), konsentrasi larutan menyatakan kuantitas zat
terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan, sehingga setiam system
konsentrasi harus menyatakan satuan yang digunakan untuk zat terlarut,
kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan, dan satuan
yang digunakan untuk kuantitas kedua. Satuan konsentrasi yang kuantitas
terlarut dan larutannya diukur berdasarkan massa dinamakan persen massa

18
atau massa. Satuan konsentrasi yang kuantitasnya dinyatakan dalam satuan
volume disebut volume atau persen volume. Jika konsentrasi larutan diberikan
berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa,
volume/volume, massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa.
2.3 Pengenceran
Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang yang bersifat netral dan yang
lazim digunakan adalah akuades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut
dalam suatu senyawa dapat berakibat menurunnya kadar kepekatan atau
tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan atau diencerkan (Brady,
1999).
Pengenceran adalah salah satu teknis analisis yang biasa digunakan dalam
menentukan kadar suatu zat di dalam bahan. Konsentrasi yng diukur pada sat
analisis dalam jumlah yang relative kecil agar diperoleh kadar zat yang
sebenarnya dengan cara melipat gandakan konsentrasi zat yang dihasilkan dari
analisis contoh bahan tersebu (Hendrayanti, et al., 2003).
Menurut Sunarya (2010), jika ingin membut suatu larutan dari larutan yang
pekat, diperlukan proses pengenceran. Untuk tujuan ini, perlu pengetahuan
mengenai hubungan molaritas larutan sebelum dan sesudah pengenceran.
Untuk memperoleh hubungan tersebut, pertama tulis ulang rumus molaritas:
mol zat terlarut
Konsentrasi molar (M) =
liter larutan

Rumusan tersebut dapat disusun ulang menjadi:

Mol zat terlarut = Molaritas x Liter Larutan

Hasilnya adalah jumlah mol zat terlarut di dalam larutan. Jika M 1 menyatakan
konsentrasi molar awal (Sebelum pengenceran) dan V1 untuk volume larutan
awal, maka:

Mol zat terlarut = M1 X V1

Jika larutan diencerkan dengan menggunakan pelarut berupa air, konsentrasi


dan volume larutan berubah menjadi M2 (konsentrasi setelah diencerkan) dn V2
(volume pengenceran). Mol zat terlarut menjadi:

Mol zat terlarut = M2 X V2

19
Karena jumlah mol zat terlarut tidak berubah selama pengenceran (tidak ada
zat terlarut yang ditambahkan), maka:

M1 X V1 = M2 X V2

Oleh karena itu dapat disimpulkan jika mol zat sebelum pengenceran sama
dengan mol zat setelah terjadinya pengenceran

20
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Erlenmeyer
- Labu Destilasi
- Gelas Beker
- Corong
- Corong Bucher
- Corong Pisah
- Buret
- Labu Ukur
- Gelas Ukur
- Desikatu
- Kaca Arloji
- Krusibel
- Oven
- Kondensor
- Pipet Gondok
- Pipet Tetes
- Spatula
- Kawat Klasik
- Mortal
- Hot Plate
- Kacamata Pengaman
- Kertas Saring
- Filler
- Rak Tabung Reaksi
- Batang Stirer
- Ring
- Cawan Penguap
- Inkubator
- Pipet Ukur
- Pengaduk
- Tabung Reaksi
- Kawat Nikrom
- Kawat Kasa
- Pipa Kapiler

21
- Penjepit
- Pemanas Spiritus
- Kaki Tiga
3.2 Bahan
- Na2CO3
- (COOH)2
- C6H12O6 (gula pasir)
- NaCl
- MgPO4
- Urea
- KMnO4
- Akuades

22
IV.Prosedur kerja
4.1 NaCO3 0,1 M sebanyak 250 ml

Na2CO3

Ditimbang 2,65 gram Na2CO3.

Ditempatkan ke gelas piala dan dilarutkan dengan air aquades.

Diaduk sampai larut kristal Na2CO3.

Dibilas dengan gelas piala dengan aquades.

Dimasukan air bilasan ke dalam labu ukur.

Ditutup labu dan digoyangkan perlahan sampai rata.


Hasil

4.2 Larutan ( COOH )2 0,1 M sebanyak 250 ml

(COOH)2

Ditimbang 1,25 gram (COOH)2.

Ditempatkan ke gelas piala dan dilarutkan dengan air aquades.

Diaduk sampai larut kristal (COOH)2.

Dipindahkan ke labu ukur 250 ml.

Dibilas gelas piala dengan air aquades dimasukan air bilasan ke labu
ukur.

Ditutup labu ukur dan di goyang perlahan sampai rata.

Hasil

4.3 Larutan gula 10% sebanyak 50 ml

Gula

Ditimbang 5 garam gula pasir.

Dilarutkan dalam air hingga volumenya naik menjadi 50 ml.

Hasil
23
4.4 Larutan NaCl 2000 ppm sebanyak 250 ml

NaCl

Ditimbang 0,5 gram NaCl.

Dilarutkan dengan air hingga 250 ml.

Diukur volume larutan.

Hasil

4.5 Larutan MgPO4 3 gram 0,1 M 250 ml

MgPO4

Ditimbang 3 gram MgPO4.

Dilarutkan dengan aquades.

Diaduk sampai larut dan di pindahkan ke dalam labu ukur 250 ml.

Dibilas gelas piala dengan aquades.

Di masukan air bilasan ke dalam labu ukur .

Ditutup labu ukur dan digoyangkan perlahan sampai rata.


Hasil

4.6 Larutan urea 5% sebanyak 100 ml

Urea

Ditimbang 5 gram urea.

Dilarutkan dengan air aquades hingga volume larutana menjadi 100


ml.
Hasil

24
4.7 Larutan KMnO4 ppm sebanyak 1 liter

KmnO4

Ditambah 0,05 gram KMnO4.

Dilarutkan dengan air hingga berat menjadi 1000 gram.

Hasil

25
V. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan kegiatan pratikum yang telah dilakukan, sebelum


melakukan kegiatan pengenceran, maka pratikan harus membuat larutan
induk terlebih dahulu. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka
diperoleh hasil larutan induk yang harus dibuat sebagai berikut:

No Larutan BM Massa yang Volume Konsentrasi


digu Lar
nak uta
an n

1 CuSO4 159,5 15,95 gram 100ml 1M

2 CH3COOH 60 6ml 100ml 1M

3 AiCl3 133,5 13,35gram 100ml 1M

4 (CO(NH2)2 60 6gram 100ml 1M

5 K2Cr2O4 294 29,4gram 100ml 1M

6 HNO3 64 6,4ml 100ml 1M


Kegiatan pratikum kali ini bertujuan supaya pratikkan mampu
menimbang zat kimia dengan benar untuk mengetahui berapa banyak zat yang
akan ditimbang. Maka harus dicari massa zat terlebih dahulu dengan rumus
mol (n), karena yang diketahui dari zat kimia tersebut adalah volume,
konsenterasi dan bahan molekulnya. Setelah diperoleh massa zat dari rumus
mol, selanjutnya ditimbang zat dengan menggunakan neraca analitik.
Tujuan kedua dari kegiatan pratikum kali ini adalah agar pratikan dapat
membuat larutan dengan berbagai konsentrasi. Zat-zat yang telah ditimbang
dibuat menjadi larutan induk.
Larutan induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar
yang tinggi dan akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan
konsentrasi yang rendah. Larutan induk merupakan larutan dengan kadar
konsentrasi yang tinggi, dan tidak bisa digunakan langsung untuk kegiatan
pratikum di laboratorium.
Terdapat dua jenis larutan yaitu larutan homogen dan larutan
heterogen. Larutan homogen adalah larutan yang susunannya seragam,
sehingga tidak dapat diamati bagian- bagian yang berlainan, bahkan dengan
menggunakan mikroskop optik.

26
Contoh larutan homogen dalam kehidupan sehari-hari adalah larutan
gula,larutan garam,larutan susu,dan teh. Sedangkan larutan heterogen adalah
larutan yang penyusunnya tidak seragam, sehingga mudah untuk mengamati
komponen yang berbeda di dalamnya. Contoh larutan heterogen adalah
campuran air dan pasir, dimana pasir tidak akan larut di dalam air, sehingga
dapat dibedakan bentuk komponen air dan pasir.
Di dalam larutan terdapat konsentrasi, yaitu untuk menyatakan
komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentarasi adalah perbandingan jumlah
zat terlarut di dalam jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume( berat,
mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal
ini muncul satuan konsentrasi yaitu fraksi mol, molalitas, molaritas,
normalitas, Ppm, serta massa dan persen jumlah volume.
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, hal-hal yang
harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Apabila zat berupa padatan, tentukan massa zat yang hendak
digunakan, dan ditimbang dengan neraca analitik.
2. Apabila zat berupa larutan, konsentrasi larutan induk dan larutan
uji harus sesuai.
Pada kegiatan pratikum juga dilakukan kegiatan pengenceran dari
larutan induk yang telah dibuat terlebih dahulu. Berdasarkan kegitan pratikum
yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari pegenceran sbagai berikut:
No Larutan Volume M Volume Konsentrasi
peng peng La larut
ence ence ru an
ran ran ta indu
n k
in
du
k
1 CuSO4 100ml 0,3M 30 1M

2 CH3COOH 100ml 0,4M 40 1M

3 AiCl3 100ml 0,5M 50 1M

4 CO(NH2)2 100ml 0,1M 10 1M

5 K2Cr2O4 100ml 0,05M 5 1M

27
6 HNO3 100ml 0,2M 20 1M

Sebelum melakukan pengenceran, pratikkan harus menentukan berapa


banyak volume larutan induk yang akan diencerkan dengan konsenrasi yang
telah ditetapkan dengan menggunakan rumus perbandingan mol. Kegiatan ini
sesuai dengan tujuan pratikum yang ketiga yaitu mahasiswa menguasai
perhitungan yang dilandasi teori pengenceran.
Pengenceran ada dua macam yatu pengenceran zat padat dan
pengenceran zat cair. Pengenceran zat padat dilakukan untuk mengurangi
konsentrasi zat serta mengubah zat padat menjadi larutan. Untuk
mengencerkan zat tersebut, terlebih dahulu zat ditimbang setelah itu dilakukan
pengenceran. Sedangkan pengenceran pada zat cair dilakukan untuk
mengurangi konsentrasi zat dengan menggunakan rumus pengenceran.
Pengenceran pada zat cair lebih mudah dilakukan daripada pengenceran zat
padat.
Bahan- bahan yang digunakan selama kegiatan pratikum memiliki sifat-
sifat sebagai berikut:
1. Cuso4 / tembaga(II) sulfat
CuSO4 akan terdekomposisi sebelum mencair pada 150c0. Warna CuSO4
biru karena berasal dari hidrasi air ketika tembaga(II) sulfat dipanaskan
degan api, sehingga kristalnya akan terhidrasi dan berubah warna. Pada
pratikum kali ini tidak dilakukan pembakaran.

Reaksi kimia: CuSO4(s) + 2H2O(l) Cu(OH)2(aq) + H2SO4(aq)

2. AiCl3 / alumunium klorida


Alumunium klorida merupakan senyawa kimia utama dari alumunium dan
klorin. Senyawa ini berwarna puti dan apabila direaksikan dengan aquades
larutannya akan berwara bening. Padatan alumunium klorida memiliki titik
leleh dan titik didih yang rendah. Senyawa ini dogolongkan senyawa lewis
dan merupakan senyawa anorganik yang retak pada temperatur rendah.
Mengalami perubahan bolak balik dari polimer ke monomer.

Raksi kimia: AiCl3 (s) + H2o(l) Ai(OH)3(aq) + HCl(aq)

3. CH3COOH/ asam asetat


Asam asetat merupakan senyawa asam berabu menyengat. Asam asetat
merupakan senyawa asam lemah monokromatik dengan Ph 4,7. Asam
asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang, sehingga dapat larut
pada air. Asam asetat mudah bercampur dengan pelarut seperti air.

28
Raksi kimia: CH3COOH (s) + H2o (l) CH3COOH+(aq) + H2O-(aq)

4. K2Cr2O4/ kalium dikromat


Kalium dokromat merupakan oksidator kuat dan berbahaya. Berwujud
padat dan berwarna oren, tidak berbau, memiliki Ph 3,57, memiliki titik
lebur 398C0, titik didih > 500C0. Kalium dikromat harus dipanaskan untuk
memercepat reaksi dengan air,karena bersifat oksidator kuat.

Raksi kimia: K2Cr2O4 (s) + H2o(l) H2Cr2O7(aq) + 2KOH(aq)

5. Urea / CO(NH2)2
Urea merupakan senyawa organik yang tersusun atas carbon,ogsigen dan
nitrogen, titik lebur 133-135C0, merupakan senyawa kovalen non polar,
sehingga tidak dapat bereaksi dengan air.

Raksi kimia: CO(NH2)2 (s) + H2o(l) TR

6. Asam nitrat/HNO3
Asam nitrat merupakan senyawa korosif yang tidak berwarna dan beracun,
dapat menyebabkan luka bakar, sehigga diperlukan perlindungan yang
memadai. Saat direaksikan dengan air membentuk larutan tidak berwarna.

Raksi kimia: HNO3(aq)+ H2o(l) NO3-(aq) + H3O+(aq)

Konsentrasi pada larutan yang dibuat sebagai larutan induk maupun


larutan pada saat pengenceran merupakan perbandingan jumlah zat terlarut
dan jumlah pelarut dalam satuan gram/mol.
Konsentrasi merupakan tolak ukur yang dijadikan panduan untuk
menentukan banyaknya larutan yang hendak digunakan untuk membuat
larutan induk maupun larutan pada saat pengenceran. Konsentrasi
menentukan banyaknya kandungan zat pelarut baik berupa volume untuk zat
berupa larutan, maupun gram untuk zat berupa padatan (solid).
Pada pratikum terdapat zat berbahaya yang dapat membahayakan
kesehatan pratikum, adapun zat tersebut adalah K2Cr2O7, penggunaan K2Cr2O7
dengan kadar yang tinggi dapat membahayakan kesehatan dikarenakan dapat
menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan mengganggu sistem saluran
pencernaan, serta mengganggu kerja ginjal. oleh karena itu penggunaan
K2Cr2O7 dibatasi dalam kadar yang rendah serta digunakan di dalam lemari
asam untuk menghindari terhirupnya gas yang meguap pada saat
menggunakan K2Cr2O7.
Pada saat pembuatan larutan dengan berbagai konsentrasi terutama
dengan metode pengenceran hal yang perlu diperhatikan adalah zat yang
29
hendak digunakan terlebih dahulu ditentukan dengan rumus stoikiometri,
setelah diketahui jumlah zat yang hendak digunakan, selanjutnya ditimbang
pada neraca analitik dengan ketelitiian yang tinggi, hal ini untuk menghindari
ketidakefektifan larutan yang hendak dibuat.
Pada saat menimbang zat dengan menggunakan neraca analitik hasil yang
diperoleh harus akurat yaitu penulisan hasil penimbangan harus diperhatikan,
terutama bilangan desimal dibelakang angka. untuk menghindari ketidakakurat
data yang diperoleh maka pratikan menulis seluruh jumlah bilangan desimal
dibelakang angka, hal ini dikarenakan pembulatan bilangan desimal akan
mempengaruhi hasil perhitungan akhir.
Pada saat membuat larutan dan melakukan pengenceran, diperlukan
perhitungan untuk menyampaikan data dalam bentuk kuantitatif. Perhitungan
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus stoikiometri.Perhitungan dengan
stoikiometri sangat membantu pratikkan untuk mengolah data yang telah
diperoleh.

30
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Penimbangan zat harus dilakukan dengan benar. Zat yang akan
ditimbang harus dicari menggunakan rumus mol.
2. pembuatan larutan dengan berbagai konsentrasi dari zat yang telah
ditimbang dengan neraca analitik. Zat yang aka dilarutkan dan
konsentrasinya adalah CuSO4 sebanyak 15,95 gram 1M, 1M CH3COOH 6
gram, 1M AiCL3 13,35 gram, 1M urea 6 gram, 1M K2Cr2O7 29,4gram, 1M
HNO3 4 gram.
3. Sebelum melakukan pengenceran terlebih dahulu ditentukan volume
larutan induk yang akn digunakan dengan rumus perbandingan mol
yaitu :
n1=n2
M1V1=M2V2
4 saat melakukan pengenceran diperoleh hasil 0,3M CuSO4 sebanyak
100ml, 0,5M AiCl3 100ml, urea 0,1M 100ml, 0,05M K2Cr2O7 100ml, 0,4M
CH3COOH 100ml, 0,2M HNO3 100ml.

6.2 Saran
Adapun saran yang hendak disampaikan yaitu sebaiknya pada saat
larutan dan pengenceran zat K2Cr2O7 digantikan dengan zat lain yang tidak
terlalu berbahaya, dan dengan zat lain yang lebih mudah larut, karena
kalium dikromat sukar larut, sehingga waktu pratikum tidak optimal.

31
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Baroroh, U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung

Mangkurat.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Darlina. 1998. “Pembuatan Larutan Standard an Pereaksi Pemisah KIT RIA T3”.

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka. Vol 2: (77-91).

Hedrayanti, H dan Surayah, A. 2003. “Teknik Pengenceran Analisis Protein

Kasar Metode Kjeldhal dengan Markhan Still dalam Bahan Pakan”.

Jurnal Kimia. Vol 2: (127-132).

Sunarya, Y. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya.

32
PERHITUNGAN

A. Pengenceran (CO(NH2)2
M1V1=M2V2
100ml.0,1M=1M.V2
V2=10 ml
B. Pengenceran CUSO4
M1V1=M2V2
100ml.0,3M=1M.V2
V2=30 ml
C. Pengenceran HNO3
M1V1=M2V2
100ml.0,2M=1M.V2
V2=20 ml
D. Pengenceran K2Cr2O7
M1V1=M2V2
100ml.0,05M=1M.V2
V2=5ml
E. Pengenceran AlCl3
M1V1=M2V2
100ml.0,5M=1M.V2
V2=50ml
F. Pengenceran CH3COOH
M1V1=M2V2
100ml.0,4M=1M.V2
V2=40ml

33
PERCOBAAN III

PENGAMATAN ILMIAH DAN STOIKIOMETRI : PENGUKURAN KCLO3

I.Tujuan
1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan
percobaan
2. Mengembangkan keterampilan dalam menangani alat kaca dan
mengalihkan bahan kimia padat maupun campuran
3. Membiasakan diri dengan tata cara keselamatan kerja di laboratorium
4. Menentukan koefisien reaksi penguraian KCLO3
5. Menghitung volume molar gas oksigen dalam keadaan STP
6. Menghitung persentase O2 dalam KClO3
II. Landasan Teori
Suatu teori ilmiah baru dapat dipastikan ketepatannya setelah di
benarkan secara jelas berdasarkan pengamatan-pengamatan ilmiah. Suatu teori
yang baik, memungkinkan kita untuk dapat menelusuri pengamatan-
pengamatan yang sebelumnya tidak pernah ada dan tidak pernah kita lakukan.
Memprakirakan fakta-fakta baru juga merupakan salah satu segi kualitas dari
suatu teori yang baik. Metodologi ilmiah memberikan petunjuk bagaimana
harus menguji suatu teori ilmiah dan menentukan norma-norma mana yang
harus melengkapinya. Jika teori itu telah melampaui uji coba termaksud,
barulah dapat diterapkan oleh dan bagi masyarakat ilmuan (Sanders, 2004).
Jadi Pengamatan ilmiah ini sangat berguna bagi para saintis untuk dapat
membuat teori-teori imiah yang telah di pelajari dalam kehidupan nyata.
A.Stoikiometri
Dalam ilmu kimia, stoikiometri atau yang biasa disebut stoikiometri
reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi adalah ilmu yang
mempelajari dan menghitung hunungan kuantitatif dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani
Stoikheoin (elemen) dan metria (ukuran).
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia
secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia
(Alfran, 2009).
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia.
Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang

34
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi suatu reaksi kimia
biasa (Hiskia, 1991).
Hukum tambahan dalam kimia mengembangkan hukum konservasi
massa. Hukm perbandingan tetap dari Joseph Provst menyatakan bahwa zat
kimia murni tersusun dari unsur-unsur dengan formula tertentu, kita sekarang
mengetahui bahwa susunan strukturan unsur-unsur ini juga penting (Alfran,
2009).
Alfran (2009), menyatakan hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah
sebagai berikut
1. Hukum Boyle (1662)
2. Hukum Lavoiser disebut juga hukum kekekalan massa (1783)
3. Hukum perbandingan tetap (Proust – 1799)
4. Hukum Gay Lussac (1802)
5. Hukum Boyle Gay Lussac (1802)
6. Hukum Dalton atau hukum kelipatan perbandingan (1803)
7. Hukum Avogadro (1811)
8. Hukum Gas Ideal (1834)
Menurut Sastrohamidjojo (2000), persamaan kimia adalah sesuatu hal yang
terdiri dari 3 unsur, yaitu pereaksi, anak panah, dan hasil reaksi. Pereaksi
adalah zat yang mula-mula terdapat sebelum terjadi reaksi. Hasil reaksi adalah
zat apa saj yang dihasilkan selama reaksi kimia berlangsung. Suatu reaksi
kimia berimbang menunjukkan rumus pereaksi, kemudian ana panahan hasil
reaksi dengan jumlah atom dikiri dan dikanan anak panah sama. Persamaan
kimia memberikan dua macam informasi penting yaitu tentang sifat reaktan
dan produk. Sifat reaktan dan produk harus dilakukan melalui percobaan.
Persamaan reaksi sering ditunjukkan keadaan fisikan reaktan dan produk.
Menurut Keenan (1984), mol dari suatu zat adalah banyaknya suatu zat
yang mengandung 6,022x10²³ satuan. Konsep mol sangat penting dalam ilmu
kimia karena berguna dalam menentukan jumlah partikel zat jika diketahui
massa dan massa relatifnya. Dalam perhitungan ditulis sebagai berikut :
n= 𝑚
𝑣

Keterangan : n = jumah mol (mmol)


M= massa zat (M)
V = volume zat (ml)

35
Kosep mol juga terdapat pada gas dan suhu dengan tekanan yang sama,
persamaan ini dikenak dengan persamaan gas ideal yang dinyatakan sebagai
PV = n . R .T
Ketengan : P =Tekanan Gas
V = Volume
n = mol
R = Tetapan gas (0,082)
T = Suhu
Menurut Keenan (1984), terdapat banyak metode untuk menentukan
persentase bobot dari unsur-unsur yang berbeda dalam suatu senyawa.
Terdapat dua metode klasik, yaitu :
1. Metode analisis endapat dapat dilakukan bila berbentuk senyawa yang
sedikit sekali larut , misalnya suatu senyawa baru mengandung perak, maka
dapat dilarutkan.
2. Metode analisis dengan pembakaran digunakan secara meluas jika suatu zat
mengandung karbon dan hydrogen
Jika klorin, bromine atau iodine ditambahkan ke air , halogen
terdisproporsionasi sebgian membentuk asam halo dan pohalo berdasarkan
keseimbangan berikut :
X2 (aq) + 2H2O2 HOX (aq) + X⁻ (aq) + NSO⁺ (l)
Terapan keseimbangan reaksi ini sangat kecil, tetapi reaksi dapat digeser ke
kanan dalam larutan basa sehingga HOX ternetralkan dan reaksi
keseluruhannya menjadi :
X2 (aq) + 2OH⁻ (aq) OX⁻ (aq) + X (aq) + H2O (l)
Tidak ada hal yang menyulitkan dengan klorin dan larutan stabil ion klorida
dan hipoklorit dihasilkan pada suhu 25°c.
Diantara asam yang mungkin memiliki rumus HXO3, hanya asam
iodidat yang berada dalam bentuk anhidrat, yaitu padatan kristalin yang
sampai stabil sampai titik lelehnya. Larutan asam dari garam ini merupakan zat
pengoksidasi kuat yang bereaksi dengan ion halidanya menghasilkan halogen
IO3⁻(aq) + 5I⁻ (aq) + 6H3O⁺ (aq) 3I2 (aq) + 9H2O (l)
Bila kalium klorat dipanaskan dengan perlahan-lahan tanpa katalis, senyawa
ini berbah menjadi kalium perklorat :
4KClO3 (s) 3KClO4 (s) + KCl (s)

36
Asam Perklorat dalam dibentuk melalui pemanasan kalium perklorat dengan
asan sulfat pekat, tetapi ini merupakan reaksi yang agak bahaya karena
cenderung meledak ( Oxtoby, et al, 2003).
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (Fikri, 2014).
Garam KClO3 paling sering digunakan untuk menghasilkan gas O2
dilaboratorium. Garam ini pirolisis pada suatu temperatur sedikit diatas titik
lelehnya setinggi 268°c. karena oksigen tidak cukup banyak larut dalam air, gas
ini dapat ditampung di atas air. Laju penguraian dapat di tingkatkan dengan
mengandiosida (MnO2) atau besi III oksida (Fe2O3) dicampur merata dengan
kalium klorat sebelum dipanaskan. MnO2 dan Fe2O3 dosebut katalis, dimana
pada akhir reaksi akan terbentuk kembali (Reny, 2008).

37
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Tabung reaksi pyrex
- Penjepit Neraca
- Gelas Piala
- Labu Florence
- Pengaduk kaca
- Kertas Saring
- Kaca arloji
- Botol semprot
- Paku tembaga
- Selang karet
- Pipa kaca
- Cawan penguap
3.2 Bahan
- NH4NO3
- Gylampasir
- H2SO4 Pekat
- Sebuk zink
- CuSO4
- KI
- KClO3
- MnO2
- Air
- KOH
- Etanol
- Kalium iodide

38
IV.Prosedur Kerja
4.1 Demonstrasi oleh asisten
A. Warna biru yang sirna

KOH dan larutan biru metal

Dilarutkan 3 gram glukosa 100 ml dan KOH 0,5 M dan 10 ml


larutan biru metal 0,1 g/liter didalam labu florence.

Diangkat labu dan dikocok satu kali.

Diulangi percobaan pengocokan dua sampai tiga kali.

Hasil

B. Busa hitam

Gula Pasir

Dimasukan gula pasir kedalam gelas piala 150 ml sampai setengah


terisi

Ditambah 15 ml H2SO4 pekat dan diaduk dengan pengaduk kaca.

Hasil

C. Kalor

Etanol dan alkohol

Ditambah 20 ml etanol pada 15 ml air di gelas piala 150 ml.

Diambil kertas saring dan direndam dalam larutan alkohol.

Diperas kelebihan larutan dan di bentangkan pada kaca arloji lalu di


bakar.
Hasil

39
D. Bahaya air
Amonium nitrat

Digerus 3 gram amonium nitrat.

Dialihkan serbuk kedalam cawan penguap.

Ditaburkan serbuk zink.

Disemprotkan air dari botol semprot kepada campuran bahan kimia


dengan mundur beberapa langkah.

Hasil

4.2 Percobaan oleh praktikan


A. Panas dan dingin

KCl dan NH4Cl

Dimasukkan seujung sudip amonium klorida dalam tabung reaksi dan


kalsium klorida dalam tabung reaksi lain.

Diisi tabung sampai setengahnya dengan air.

Dipegang bagian bawah tabung.

Hasil

B. Aktif dan tidak aktif


Paku dan logam kalsium

Diisi gelas piala 250 ml dengan air setengahnya.

Dimasukan sebuah paku dan sekeping logam kalsium dalam air.

Dicatat hasil pengamatan dan ajukan hipotesis.

Hasil

40
C. Paku tembaga

Tembaga ( II ) sulfat

Diisi setengah gelas piala 250 ml dengan larutan tembaga (II) sulfat.

Dimasukan sebuah paku kedalamnya.

Ditunggu beberapa menit lalu dicatat hasil pengamatan.


Hasil

D. Ada dan hilang

Merkuri (II) nitrat dan KI

Dimasukan 10 ml merkuri (II) nitrat kedalam gelas ukur.

Ditambah 20 ml lartan kalium iodide kedalam gelas ukur.

Diamati dan dicatat yang terjadi.

Ditambah 30 ml kalium iodide kedalam gelas ukur.

Diaduk isinya.

Dicatat pengamatan dan diajukan hipotesis.


Hasil

41
4.3 Persiapan alat
Air

Dites alat terhadap kebocoran .

Diisi labu florence dengan air hingga hampir penuh dan dibuka klep
penjepit.

Dilepaskan selang karet bagian atas labu florence yang berhubungan


dengan tabung reaksi.

Ditiup melalui pipa kaca hingga selang terisi penuh dengan air .

Dihubungkan kembali selang dengan kaca pipa pendek pada labu


florence.

Dijepit selang karet dengan klep penjepit dan dikosongkan gelas piala.

Hasil

42
4.4 Percobaan

KClO3 dan MnO2

Ditimbang tabung reaksi pyrex 200 ml dalam keadaan kosong


menggunakan neraca.

Ditimbang 0,2 gram KClO3 lalu ditambah 0,03 gram MnO2

Dihomogenkan KClO3 dan MnO2 dalam tabung reaksi.

Dipasang tabung reaksi yang terisi KClO3 dan MnO2 menggantikan


tabung reaksi kosong pada alat yang telah disiapkan.

Dipanaskan dasar tabung reaksi yang mengandung campuran zat kimia


tersebut sekitar satu menit dengan api spritus dan dibuka klep penjepit.

Dilanjutkan pemanasan hingga tidak ada lagi air yang mengalir dalam
selang karet.

Dijepit selang karet dan dipadamkan api.

Diukur volume air dari gelas kimia dan dicatat suhu air.

Dilepaskan tabung reaksi dan dibersihkan lalu ditimbang setelah


dingin.

Dicatat tekanan dan suhu dilaboratorium.

Dilakukan percobaan sebanyak dua kali.

Hasil

43
V. Hasil dan Pembahasan

Setelah dilakukannya kegiatan praktikum kimia dasar mengenai


pengamatan ilmiah, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
A. Demonstrasi oleh asisten

No Kegiatan Pengamatan Hipotesis


1 Warna biru yang Larutan biru metal Larutan biru metal
sirna. menghilang ketika di terikat oleh larutan
homogenkan dengan homogen KOH dengan
KoH + Glukosa Glukosa sehingga warna
birunya hilang.
2 Busa hitam Gula berubah menjadi hitam Hal ini terjadi karena
mengembang, dan adanya reaksi antara
mengeluarkan asap. asam sulfat dengan gula
dimana asam sulfat
bersifat asam kuat.
3 Kalor Kertas saring dibakar Kertas saring telah
menghasilkan api, dicelupkan dengan
tetapi tidak terbakar alkohol yang bersifat
menjadi abu. mudh terbakar sehingga
menyebabkan kertas
saring tersebut ikut
terbakar pula namun
tidak sampai menjadi
abu

4 Bahaya air Tidak tampak bahaya Seharusnya air


yang terjadi ketika mengeluarkan gelembung
reaksi pencampuran udara yang bersifat
antara amonium berbahaya namun hal ini
nitrat dengan zink tidak terjadi dikarenakan
tetapi terdapat adanya kesalahan baik
gelembung udara saat pada massa zink atau
setelah reaksi. amonium nitrat.

44
B. Percobaan oleh praktikan.

No Kegiatan Pengamatan Hipotesis


1 Panas dan dingin Pada percobaan, Kalsium klorida
kalsium klorida terasa mengalami reaksi
panas sedangkan eksoterm sedangkan
amonium klorida amonium klorida
terasa dingin. mengalami rx endoterm.
2 Paku tembaga Paku yang dimasukkan Tembaga (II) sulfat
ke dalam tembaga (II) bersifat korosi terhadap
asam sulfat mengalami suatu benda.
perkaratan.
3 Ada dan hilang Larutan Pengaruh penambahan
merkuri(II)nitrat kalium iodida warna
berubah warna menjadi orange dan
menjadi orange ketika ditambahkan lagi warna
ditambahkan 10 ml berubah kemabli
kalium iodida dan
berubah menjadi
bening kembali ketika
ditambah 15ml kalium
iodide.
Tujuan dari kegiatan praktikum kali ini adalah supaya praktikan
memperoleh pengalama dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan
percobaan. Berdasarkan percobaan yang dilakukan lansung oleh praktikan dan
didampingi oleh asisten laboratorium membuat praktikan menjadi lebih
memahami mengenai proses pengamatan terhadap percobaan dan praktikan
dapat menjelaskan hasil pengamatan melalui hipotesis-hipotesis yang
dihasilkan.
Berdasarkan kegiatan pengamatan ilmiah yang dilakukan, praktikan
melakukan pengamatan terhadap percobaan-percobaan yang dilakukan
langsung oleh praktikan termasuk percobaan yang seharusnya
didemonstrasikan oleh asisten tetap dilakukan oleh praktikan. Setelah
melakukan kegiatan percobaan dan pengamatan, praktikan akan membuat
suatu hipotesa. Berikut adalah percobaan-percobaan yang dilakukan oleh
praktikan:

45
1. WARNA BIRU YANG SIRNA.
Pada percobaan ini, larutan biru metal yang ada didalam labu florence
dihomogenkan dengan larutan KOH dan Glukosa. Setelah larutan-larutan
tersebut dihomogenkan, lama kelamaan larutan biru metal yang berwarna
biru pekat berubah menjadi biru muda dan kama kelamaan berubah
menjadi bening. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara larutan biru
metal dengan larutan KOH.
2. BUSA HITAM
Pada percobaan busa hitam ini, gila pasir dicampurkan dengan asam
sulfat (H2SO4) lalu diaduk. Warna gula tersebut mulai berubah menjadi
berwarna kuning. Lama kelamaan gula tadi berubah warna menjadi hitam
dan mulai mengembang seolah olah berbentuk seperti busa. Pada saat
proses pembentukan busa tersebut, campuran kedua zat tersebut
menghasilkan panas dan mengeluarkan asap berdasarkan hipotesis, hal
ini terjadi karena adanya reaksi antara glukosa dan asam sulfat yang
bersifat asam kuat. Secara teorinya, hal ini terjadi karena adanya gugus C
pada gula yang dibakaroleh asam sulfat yang bersifat asam kuat tadi,
sehingga ikatan gulanya terputus dan mengasilkan panas dan asap
berupa gas CO2. Campuran gula dan asam sulfat terebut menghasilkan
suatu reaksi seperti berikut:
C6H12O6 + 2H2SO4 → 5C + CO2 + 8H2O + 2SO4
selain menghasilkan gas karbondioksida , pembakaran glukosa dengan
H2SO4 tadi menghasilkan air, Karbon dan sulfat. Butuh prosses dan
waktu beberapa saat supaya terjadi reaksi seperti diatas.
3. KALOR
Pada percobaan ini, kertas saring dicelupkan kedalam alkohol dan
diperas. Lalu kertas ini dibakar . kertas saring ini akan terbakar
danmenghasilkan api yang berwarna biru. Hal ini terjadi karena adanya
kandungan alkohol pada kertas saring yang menyebabkak kertas mudah
terbakar mengeluarkan api, tetapi tidak membuat kertas saring terbakar
menjadi abu.
4. BAHAYA AIR
Pada percobaan ini, dilakukan pereaksian antara amonium nitrat dengan
serbuk zink. Setelah diamati, ternyata tidak tampak adanya bahaya, tetapi
terdapat gelembung udara pada larutan setelah direaksikan. Percobaan ini
bisa dikatakan gagal karena secara teori, seharunya air mengeluarkan

46
gelembung udara yang bersifat berbahaya karena reaksi antara amonium
nitrat dengan serbuk zink terjadi sangat eksotermik. Gagalnya percobaan
ini diperkirakan karena adanya kesalahan baik pada massa zink atau
massa kemudian ditambahkan serbuk zink, lalu ditambahkan air.
Kemudian muncul letupan. Hal ini terjadi karena amonium nitrat
merupakan senyawa reaktif , jika menerima goncangan terus menerus
akan mudah terurai menjadi N,O, dan H2O.
5. PANAS DAN DINGIN
Pada percobaan ini dilakukan pereaksian antara amonium klorida dengan
air dan kalsium klorida dengan air. Dari reaksi tersebut, didapati bahwa
larutan natrium klorida terasa dingin sedangkan larutan kalsium klorida
terasa panas. Berdasarkan hipotesis, hal ini terjadi karena kalsium
klorida mengalami reaksi eksoterm sedangkan amonium klorida
mengalami reaksi endoterm. Hal ini sesuai dengan teori, dimana amonium
klorida yang terasa dingin tersebut berasal darii reaksi NH4CL dengan
H2O yang merupakan reaksi endoterm, dimana terjadi penyerapan kalor
atau panas dari lingkungan ke sistem sehingga menyebabkan suhu
lingkungan turun dan terasa dingin. Sementara reaksi antara CaCl2
dengan H2O merupakan reaksi eksoterm dimana terjadi pelepasan panas
dari sistem ke lingkungan sehingga suhu lingkungan menjadi naik dan
terasa panas.
Reaksi eksoterm : CaCl2 + H2O → Ca(OH)2 + 2HCl
Reaksi endoterm : NH4Cl + H2O → NH4OH + HCl
6. AKTIF DAN TIDAK AKTIF
Percobaan aktif dan tidak aktif ini tidak dilakukan karena kurangnya alat
dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan. Akan
tetapi, apabila percobaan ini dilaksanakan akan dilakukan pereaksian
antara besi dengan air dan kalsium dngan air. Pada saat besi di reaksikan
dengan air tidak akan mengalami perubahan apapun karena besi tidak
reaktif terhadap air. Sedangkan reaksi logam kalsium dengan air akan
menghasilkan kalsium hidroksida dan gas H2. Reaksi antara Ca dan H2O
tergolong kedalam reaksi eksoterm karena gelas piala terasa hangat.
7. PAKU TEMBAGA
Pada percobaan percobaan paku tembaga, direaksikanlah paku besi
dengan larutan tembaga (II) sulfat dan didapati paku mengalami
perkaratan. Praktikan menduga hal ini terjadi karena tembaga (II) sulfat

47
bersifat korosi terhdap suatu benda dan bisa saja telah terjadi reaksi
redoks, dimana larutan tembaga(II)sulfat ini berfungsi sebagai oksidator
yang mengoksidasi besi sehingga besi menjadi berkarat.
Reaksi :
Fe2+ + CuSO4 → FeSO4 + Cu2+
8. ADA DAN HILANG
Pada percobaan ini, dilakukanlah reaksi antara larutan merkuri(II)nitrat
dengan kalium iodida. Pada pencampuran pertama, larutan
merkuri(II)nitrat berubah warna menjadi orange. Lalu dilakukan
penambahan kalium iodida yang kedua, sehingga menyebabkan larutan
orange tadi berubah warna lagi menjadi bening. Berdasarkan percobaan,
dapat dikatan bahwa semakin banyak larutan kalium iodida yang
ditambahkan maka warna larutan yang dihasilkan akan semakin pudar
dan lama kelamaan menjadi tidak berwarna atau bening. Reaksi yang
terjadi pada percobaan ini adalah:
Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI(s) + 2KNO3(aq)

Percobaan selanjutnya adalah mengenai penguraian KCLO3. Disediakan


tiga buah tabung reaksi yang besar. Tabung reaksi yang pertama berisi larutan
KCLO3 yang ditamba dengan larutan MnO2 0,06 gr. Lalu tabung ini
dihubungkan ke tabung kedua yang berisi akuades dengan selang yang tidak
boleh terendam air. Lalu tabung kedua dihubungkan dengan tabung ketiga
yang kosong dengan selang yang terendam akuades. Tabung yang berisi larutan
KCLO3 dan MnO2 dipanaskan dengan spiritus. Percobaan berhasil apabila air
dari tabung kedua mengalir ke tabung ketiga. Pada percobaan ini dapat diambil
hipotesa bahwa larutan KCLO3 dan MnO2 yang dipanaskan akan menghasilkan
uap. Sehingga uap berpindah pada tabung kedua dan mengalirkan air ke
tabung ketiga. Pada percobaa penguraian KCLO3 ini terjadi reaksi:
2KCLO3 → 2KCl + 3O2

Pada proses penguraian KCLO3, dihasilkan kalium klorida dalam bentuk solid
dan gas oksigen dengan bantuan MnO2 yang berfungsi sebagai katalis, yaitu
mempercepat laju reaksi.

48
VI . Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

1. Dapat memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan


pengamatan yang dilakukan.
2. Keterampilan dalam menangani alat kaca dan mengalihkan bahan padat
maupun cairan dapat dikembangkan.
3. Selama bekerja dilaboratoriun, tata cara keselamatan kerja dilaboratorium
harus dipahami.
4. Koefisien reaksi penguraian KCLO3 dapat ditentukan dari kegiatan
pratikum yang telah dilakukan.

6.2 Saran
Sebaiknya, praktikan harus lebih berhati hati dan lebih tebih teliti dalam
menggunakan alat-alat laboratorium dan pada saat melakukan percobaan
ataupun pengamatan .

49
Daftar Pustaka

Alfran, Z. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press.

Fikri, MR. 2014. “Stoikiometri”. Jurnal Pratikum Kimia Dasar. Vol 2 : (7-12).

Hiskia, A dan Tumpamahu. 1991. Stoikiometri Energi Kimia. Bandung : ITB


Press.

Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas. Bandung : ITB.

Oxroby., Gillis., Nachtrieb. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta :


Erlangga.

Reny, U. 2003. “Penentuan sumber gas oksigen untuk percobaan volume molar
gas”. Jurnal Kimia. Vol 9 : (1-15).

Sanders, C. 20014. Iman : Akal dan Non-akal mengenai pengetahuan iman dan
kenyataan. Jakarta : Gunung Mulia.

Satroamidjojo, H. 2000. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM.

50
Lampiran

1.Demonstrasi oleh asisten

Warna Biru yang sirna

Busa Hitam

Kalor

Bahaya Air

51
2. Percobaan oleh pratikan

Aktif dan tidak aktif Paku Tembaga

Ada dan Hilang

Stoikiometri :
Penguraian KCLO3

52
PERCOBAAN IV

GOLONGAN DAN IDENTIFIKASI UNSUR

I. Tujuan
1. Mengkaji kesamaan sifat unsur – unsur dalam tabel berkala
2. Mengamati uji nyala dan reaksi beberapa unsur alkali dan alkali tanah
3. Mengenali reaksi air klorin dan Halida
4. Menganalisis larutan anu yang mengandung unsur alkali atau alkali tanah
dan halida.

II. LandasanTeori
Unsur- unsur dalam suatu golongan mempunyai banyak persamaan
sifat kimianya. Sifat – sifat kimia ditentukan oleh elektron valensinya, yaitu
elektron yang terdapat pada kulit lintasan yang terluar. Karena elektron
valensinya unsur yang segolongan yang sama, dengan sendirinya sifatnya juga
sama. Unsur logam alkali memiliki energi ionisasi yang rendah. Karena memiliki
kecenderungan yang besar untuk kehilangan suatu elektron valensinya. Pada
kenyataannya, dalam sebagian besar senyawanya unsur – unsur tersebut
berupa ion uni positif. Logam alkali dalam keluarga IA dari table berkala dengan
logam alkali tanah dalam keluarga IIA dinamakan demikian karena kebanyakan
oksida dan hidroksidanya termasuk diantara basa alkali yang paling kuat yang
dikenal (Chang, R. 2005).
Menurut jenis sub kulit yang terisi, unsur – unsur dapat dibagi menjadi
beberapa golongan unsur utama, gas mulia, unsur transisi atau logam transisi,
lantanida danaktinida. Unsur – unsur utama adalah unsur golongan IA hingga
VIIA yang semuanya memiliki sub kulit S dan P dengan bilangan utama
tertinggi yang belum terisi penuh, dengan pengecualian pada helium, seluruh
gas mulia( golongan VIII A) mempunyai sub kulit P yang terisi penuh. Logam
transisi adalah unsur – unsur dalam golongan IB dan IIIB hingga VIIIB, yang
mempunyai sub kulit d yang tidak terisi penuh.Demikian pula unsur – unsur
lantanida dan aktinida menyerupai satu sama lain dalam deretnya karena sub
kulit F yang tidak terisi penuh( Syukri, S. 1999)
Menurut Bayu,H (2009) pada table periodik menunjukan sifat – sifat
unsur yang cenderung beraturan baik dalam golongan yang sama maupun
dalam periode yang sama. Sifat – sifat unsur dalam tabel periodik :

53
a. Jari –Jari Atom
Pada periode yang sama dari kiri ke kanan, unsur – unsur golongan
utama untuk menunjukkan kecenderungan penurunan jari–jari atomnya.
Dalam golongan yang sama dari atas kebawah, unsur–unsur utama
menunjukkan kecenderungan peningkatan jari – jari atomnya.
Unsur–unsur transisi cenderung tidak menunjukkan penurunan jari-jari
atomnya pada periode yang sama dari kiri ke kanan, dalam unsur transisi
penurunan jari- jari dalam golongan yang sama dari atas ke bawah relative lebih
besar dibandingkan penurunan jari-jari dalam golongan yang sama unsur-
unsur utama.
b. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah perubahan entalpi yang diperlukan untuk
melepas elektron valensinya dari suatu atom ion dalam wujud zat. Pada
umumnya energi ionisasi pertama meningkat dari kiri ke kanan dalam periode
yang sama dan menurun dalam golongan yang sama dari atas ke bawah.
c. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah perubahan entalpi ketika suatu atom pada
keadaan gas menerima elektron dari luar membentuk suatu anion. Umumnya
kecenderungan periodik dari afinitas ektron kebalikan dari jari-jari atom. Jika
jari-jari atom makin kecil, maka afinitas elektron makinbesar.Dengan demikian,
dalam golongan yang sama dari atas kebawah, umumnya nilai afinitas elektron
makin kecil dalam periode yang sama dari kiri ke kanan, jari-jari atom makin
kecil sedangkan afinitas elektronya makin tinggi.
d. Kereaktifan
Logam alkali yang terdapat dalam golongan IA ini sangat reaktif artinya
mudah bereaksi. “Makin kebawah kereaktifan alkali makin bertamah”. Untuk
halogen “Dari atas ke bawah kereaktifan halogen makin berkurang”. Untuk
golongan VIIIA adalah golongan yang tidak stabil atau paling sukar membentuk
senyawa. Unsurnya terdiri dari (He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn).
Logam golongan alkali dan alkali tanah disebut logam ringan karena
massa jenisnya kecil. Semua logam ini bereaksi kuat dengan air membebaskan
hidrogen dan mengasilkan basa kuat. Unsur ini memiliki elektron valensi 1,
dibandingkan satu periode, maka jari-jari atomnya yang terbesar elektronnya
mudah dilepas. Logam alkali tanah mempunyai dua elektron valensi tingkatan
oksidasinya satu yaitu +2. Unsur ini dapat juga dikenal dengan memeriksa
nyala dari perubahan garamnya (Hiskia, A. 1993).

54
Menurut Rendi, S (2005) sifat-sifat alkali tanah adalah :
1. Kecuali berilium, semua unsur alkali mempunyai konfigurasi elektron
terluar (n-1) p6 ns2
2. Unsur-unsur alkali ini lebih keras dan titik leleh tinggi dari alkali
3. Titik leleh unsur tidak berubah secara teratur karena mempunyai struktur
Kristal yang berbeda
4. Be tidak bereaksi dengan air, mg dapat bereaksi dengan air panas, Ca, Sr,
Ba bereaksi dengan air dingin
5. Kelarutan bertambah dari Be ke Ba
6. Kelarutan florida bertambah dari Mg ke Ba
7. Kelarutan sulfat berkurang dari Mg ke Ba
8. Kestabilan karbon at terhadap pemanasan bertambah
Menurut Hendayana,S (2006) Sifat-Sifat Unsur Halogen adalah :
1. Unsur halogen terdapat dalam molekul diatomic
2. Makin ke bawah letak unsur hydrogen dalam sistem periodik titik leleh dan
titik didih makin tinggi
3. Mudah dikenali dari bau dan warnanya
4. Mudah menangkap elektron
5. Halogen dapat bereaksi dengan basa kuat
Kecenderungan lain dalam perilaku kimia unsur-unsur golongan utama
adalah hubungan diagonal (diagonal relationship). Hubungan diagonal merujuk
pada kemiripan yang ada antara pasangan untuk dalam golongan dan periode
yang berbeda pada table periodik. Secara khusus, tiga anggota pertama periode
kedua( Li, Be, dan B) memperlihankan banyak kemiripan dengan unsur-unsur
yang terletak secara diagonal dibawahnya dalam table periodik. Sifat kimia
lation menyerupai sifat kimia magnesium dalam berbagai hal yang sama
berlaku untuk berilium dan alumunium untuk baron dan silikon.
Penggolongan unsur secara periodik baik sifat fisik maupun sifat kimia
berubah secara sistematis pada posisi melintang table periodik. Sifat fisik
penting meliputi titik leleh dan titik didih, hantaran ternal dan listrik,
kerapatan, ukuran atom dan perubahan energi terlibat dalam perubahan
penambahan satu elektron dan pengambilan satu elektron dari satu atom
netral. Lampiran F menyajikan nilai numerik untuk hampir semua sifat
tersebut. Pada dasarnya unsur-unsur sebelah kiri tabel (terutama dalam
periode- periode akhir) merupakan padatan logam dan penghantar listrik yang
baik. Di sebelah kanan (terutama pada periodik-periodik awal )unsur-unsur

55
merupakan penghantar listrik yang buruk dan biasanya dijumpai dalam wujud
gas pada suhu kamar. Di antara keduanya unsur-unsur semi logam dan non
logam (David,2001)
Unsur logam unsur golongan alkali sangat elektropositif dan reaktif.
Unsur karena kereaktifannya tidak dapat dalam keadaan bebas di alam.
Fransium merupakan unsur yang radioaktif. Semua unsur golongan ini
merupakan panas dan listrik yang baik. Karena lunaknya merupakan reduktor
yang kuat dan mempunyai panas jenis yang rendah. Logam alkali dan alkali
tanah adalah zat pereduksi yang sangat kuat, karena begitu mudah kehilangan
elektron. Mereka mudah bergabung dengan kebanyakan unsur non logam
membentuk senyawa ion.
Parameter respon adalah derajat ionisasi khilosan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa derajat ionisasi deasetilasi khilosan tertinggi adalah 79,65% yang
dihasilkan pada suhu 90℃ dan waktu proses 120 menit. Hasil uji aplikasi
khilosan sebagai adsorben ton logam merkuri menunjukan bahwa semakin
adsorben semakin besar penurunan besar jumlah ton merkurinya (Rahayu,
2007).

56
III. AlatdanBahan
3.1 Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Kawat nikrom
- Bunsen
- Pipet tetes
- Penjepit
3.2 Bahan
- BaCl2
- CaCl2
- SrCl
- KCl
- NaCl
- LiCl
- HCl pekat
- Air suling
- Amonium karbonat
- Ammonium fosfat
- Ammonium sulfat
- Karbontetraklorida
- CCl4
- Larutan NaBr
- Larutan NaI
- Larutan yang mengandung Ca, Li, Na, K, Sr, Bh
- Larutan anu
- Larutan (NH4)3PO4
- Larutan (NH4) 2So4

57
IV. Prosedur Kerja

A. Uji Nyala untuk Unsur Alkali dan Alkali Tanah


BaCl2 0,5M, NaCl 0,5M, LiCl 0,5M, KCl 0,5M, CaCl 2 0,5M, dan
SrCl 0,5M
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Diambil kawat nikrom
- Dipanaskan sampai tidak berwarna
Dicelupkan kawat nikrom kedalam tabung reaksi
Dipanaskan ujung kawat pada nyala
Dicatat pengamatan
Dibersihkan kawan dan ulangi uji nyala larutan kalsium, litium,
kalium, natrium, dan stronsium
Hasil

B.Reaksi-Reaksi Unsur Alkali dan Alkali Tanah


Amonium Karbonat
Ditambahkan 1 mL kedalam setiap tabung
Dibersihkan tabung reaksi dan bilas dengan air suling
- Dimasukkan 2 mL larutan barium, kalsium, litium, kalium, natrium,
dan stronsium masing-masing kedalam tabung reaksi
Ditambah kan 1 mL larutan amonium fosfat 0,5M kedalam setiap
tabung
Dicatat hasil pengamatan
- Dibersihkan tabung dan dimasukkan 1 mL larutan kalsium, litium,
kalium, natrium, dan stronsium kedalam tabung terpisah
- Ditambahkan 1 mL larutan amonium sulfat kedalam setiap tabung
Dicatat pengamatan

Hasil
-

58
C. Reaksi-Reaksi Halida
NaCl 0,5M ; NaBr 0,5M ; NaI 0,5M
Diletakkan tiga tabung reaksi pada rak
Dimasukkan 1 mL larutan NaCl ; NaBr ; NaI
Ditambahkan setiap tabung 1 mL karbon tetraklorida, 1 mL air klorin,
dan 5 tetes asam nitrat
Dikocok setiap tabung
Diamati warna lapisan karbon tetraklorida dibagian bawah

Hasil

D. Analisis larutan Anu


Larutan anu (X) dan (Y)
Dimasukkan 1 mL larutan anu kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 mL amonium karbonat kedalam tabung pertama,
1 mL amonium fosfat kedalam tabung kedua, dan 1 mL amonium
sulfat kedalam tabung ketiga
Dimasukkan 1 mL larutan anu (Y) kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 mL larutan tetra klorida, 1 mL air klorin, setetes asam
nitrat
Dikocok tabung reaksi
- Dicatat warna lapisan karbon tetra klorida
Dibandingkan uji nyala dan reaksi larutan X dengan keenam larutan
Dibandingkan uji halida dari larutan Y dengan ketiga larutan halida

Hasil

59
V. Hasil dan Pembahsan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikum terhadap
unsur alkali dan alkali tanah maka diperoleh data sebagai berikut :

N0 Zat Warna Nyala Keterangan


1 CaCl2 Merah Terang
2 BaCl2 Putih Terang
3 SrCl2 Merah Terang
4 KCl Ungu Terang
5 NaCl Kuning Terang

6 LiCl Merah Gelap

Pada tabel diatas didapat dari ujinyala unsur alkali dan alkali tanah ,
data ini berdasarkan hasil dari pengamatan praktikum golongan dan
identifikasi unsur . dan data ini sesuai dengan literatur kecuali unsur BaCl 2
yang berwarna putih. Sesuai literarur BaCl2 itu ujinyalanya warna nya adalah
hijau. Ini terjadi karena kurang ketelitian praktikan saat menguji nyala BaCl 2.
Uji nyala yang berbeda warna ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
dari hasil emisi akan menghasil warna yang berbeda-beda sesuai dengan
panjang gelombang suatu logam.

Dalam sistem analisa biasanya dilakukan terlebih dahulu uji kualitatif,


yang akan memberi informasi tentang keberadaan logam dimana setiap logam
bila terkena nyala oksidasi maka elektron valensi logam akan tereksitasi
ketingkat yang lebih tinggi. Dan pada saat elektron kembali ketingkat energi
dasarnya maka akan memancarkan cahaya. Cahaya ini akan identik untuk
setiap logam karena elelktron valensinya berbeda. Uji nyala inilah yang
digunakan untuk mrngidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah yang
relatif kecil pada sebuh senyawa, untuk senyawa golongan I uji nyala biasanya
merupakan cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang
terdapat dalam senyawa. Masing-msing perindahan eletron ini menyerap
sejumlah energi mengakibatkan elektron mengalami eksitasi, pada saat elektron
kembali ketingkat energi dasar elektron akan melepaskan energi brupa cahaya
dan cahaya ini lah yang akan dapat pada saat uji nyala. Hanya uji nyala yang
diamaati tidak terlalu kelihata, sebab sampel yang diperiksa mempunyai
konsentrasi yang sangat randah.

60
Pada reaksi-reaksi unsur alkali dan alkali tanah , didapatkam hasil data
pada tabel berikut

No Zat Pereaksi Endapan Terlarut

1 CaCl2 (NH4)2CO3 √ -

2 BaCl2 √ -

3 SrCl2 √ -

4 KCl - √

5 NaCl - √

6 LiCl - √

No Zat Pereaksi Endapan Terlarut

1 CaCl2 (NH4)2PO4 √ -

2 BaCl2 √ -

3 SrCl2 √ -

4 KCl - √

5 NaCl - √

6 LiCl - √

No Zat Pereaksi Endapan Terlarut

1 CaCl2 (NH4)2SO4 √ -

2 BaCl2 √ -

3 SrCl2 √ -

4 KCl - √

5 NaCl - √

6 LiCl - √

Pada tabel diatas, tampak unsur alkali dan alakali tanah direaksikan
dengan amonium karbonat dan didapat hasil CaCl2 yaitu menghasilkan
endapan. Endapan tersebut terjadi karena unsur CaCl itu mempunyai 2
61
elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan logam. Pada reaksi zat BaCl2
dan (NH4)2CO3 dari reaksi SrCl2 dengan (NH4)2CO3 juga menghasilakan
endapan. Itu juga terjadi karaena jika unsur BaCl dan SrCl di reaksi dengan
amonium karbonat mempunyai 2 elektron yang terlibat dalam pembentukan
unsur ikatan logam. Dan terjadi endapan karena unsur Ba dan Sr termasuk
dalam golangan alkali tanah yang mempunyai sifat fisik padat, kerapatan lebih
besar dibandinkan dengan alakali. Pada reaksi zat KCl, NaCl dan LiCl
direaksikan dengan (NH4)2CO3, tidak mengalami endapan, itu terjadi karena
pada unsur KCl, Na, dan Li termasuk kedalam golongan alkali, yang mudah
larut jika beraksi dengan pereaksi.
Pada tabel unsur alkali dan alkali tanah direaksikan dengan amonium
fosfat didapatkan hasil yaitu CaCl 2, BaCl2 dan SrCl2 direaksikan dengan
(NH4)2PO4 menghasilkan endapan, itu terjadi karena unsur Ca Ba dan Sr
termasuk kedalam golongan alkali tanah yang jika direaksikan dengan pereaksi
akan sukar larut, maka terjadi endapan. Dan juga Amonium fosfat ini juga
mudah larut dalam air, dan memiliki bentuk seperti kristal monoklinik putih.
Pada reaksi zat KCl, NaCl dan LiCl direaksikan (NH4)2PO menghasilkan tidak
adanya endapan, karena unsur K, Na, dan Li termasuk dalam golongan I A,
yang bersifat padat dan mudah larut jika direaksikan dengan reaksi, apalagi
amonium fosfat ini juga mudah larut sifatnya.
Pada unsur alkali dan alkali tanah direaksi kan dengan amonium sulfat
di dapat hasil reaksi, yaitu CaCl2, BaCl2 dan SrCl2 di reaksikan dengan
(NH4)2SO4 menghasilkan endapan, karena unsur Ca, Ba dan Sr termasuk
golongan II A yang memiliki sifat yang sukar larut pada saat direaksikan pada
amonium sulfat, apalagi amonium sulfat ini larut dalam air dan dapat membuat
larutan sangat pekat dan karena bereaksi dengan golongan II A ini
menyebabkan hasil berupaendapan. pada reaks KCl, NaCl, dan LiCl direaksikan
dengan (NH4) menghasilkan tidak adanya endapan, karena pada unsur K, Na
dan Li ini memiliki sifat yang mudah larut, karena mudah larut inilah membuat
K, Na dan Li jika di reaksikan dengan pereaksi lain yang mudah larut membuat
hasil tidak memiliki endapan, dan hasil data ini sesuai dengan literatur yang
telah dijelaskan.
Reaksi reaksi pada percobaan unsur alkali dan alkali tanah adalah
sebagai berikut:

CaCl2(aq) + (NH4)2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NH4Cl2(aq)

BaCl2(aq) + (NH4)2CO3(aq) BaCO3(s) + 2 NH4Cl(aq)

62
SrCl2(aq) + (NH4)2CO3(aq) SrCO3(s) + 2NH4Cl(aq)

CaCl2(aq) + (NH4)2PO4(aq) CaPO4(s) + 2NH4Cl(aq)

BaCl2(aq) + (NH4)2PO4(aq) BaPO4(s) + 2NHCl(aq)

SrCl2(aq) + (NH4)2PO4(aq) SrPO4(aq) + NHCl(aq)

2KCL(aq) + (NH4)2 PO(aq) K2PO4 (s) + 2 NH4 Ce(aq)

2 NaCl(a ) + (NH4) Po4(aq) Na2PO4(s) + 2 NH4Cl(aq)

2LiCl(aq ) + (NH4)2 PO4(aq) Li2PO4(s) + 2 NH4 Cl(aq)

CaCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq) CaSO4(s) + 2NH4 Cl(aq)

BaCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq) BaSO4(s) + 2NH4Cl(s)

SrCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq) SrSO4(s) + 2NH4Cl(aq)

2KCl(aq) + (NH4)2SO4 (aq) K2So4(s) + 2NH4Cl(aq)

2NaCl(aq) + (NH4)2SO4(aq) Na2SO4(s) + 2NH4Cl(aq)

2LiCe(aq ) + (NH4)2SO4(aq) Li2SO4(s) + 2NH4Cl(s)

Selanjutnya pada rekasi halida , didapatkan data sebagai berikut:

NO Zat Warna Nyala

1 NaCl+Cl2 Kuning

2 NaBr+Cl2 -

3 NaI+Cl2 Kuning pekat

Garam halida dari alkali tanah dapat bereaksi dengan halogen yang lebih
bersifat pengoksida. Unsur halogen adalah golongan non logam yang paling
reaktif. Br2 pada percobaan tidak menghasilkan warna nyala hal tersebut
mrupakan terjadinya karena kurang ketelitian pengamatan terhadap warna
yang dihasilkan Br berwujud cair yang mudah menguap dan berwujud padat
yang mudah meyumblim, molekul nya memiliki warna karena menyerap sinar
sebagai sebagai hasil eksitasi elektron ketingkat yang lebih tinggi.

Pada analisis larutan anu menghasilkan data sebagai berikut:

a. Zat Y
Warna nyala zat X :

63
X + (NH4)2CO3 : Berwarna Merah Nyala
X + (NH4)2PO4 : Berwarna biru
X + (NH4)2SO4 : Bewarna merah

Pada percobaan larutan X dengan hasil percobaan warna nyala zat X


yaitu (NH4)2CO3 dihasilkan warna merah dan (NH4)2PO4 berwarna biru serta
(NH4)2SO4 berwarna merah. Pada saat bereaksi (NH4)2SO4 terbentuk jel, dan uji
ini sma degan percobaan reaksi unsur alakali dan alkali tanah yang bila
dicampur dengan tiga lapisan tersebut tidak terjadiendapan, bearti zat tersebut
adalah NaCl atau zat tersebut adalah Na.

b. Zat Y
Zat Y + CCl4 + HNO3 : Bening
Warna CCl4 : Lapisan

Pada percobaan analisis larutan Y dengan hasil percobaan setelah


ditambahkan CCl4 terbentuk endapan dan minyak pada permukaan zat Y
menjadi cekung dan setelah ditambahjan HNO3 akan terbentuk endapan dan
permukaan nya tidak terlalu cekung. Kesimpulannya zat Y adalah NaI, karena
sama dengan percobaan pada reaksi halida.

64
VI. Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan makan dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa telah dapat atau bisa ;
1. Mengkaji kesamaan sifat unsur-unsur dalam tabel berkala.
2. Mengamati uji nyala dan reaksi beberapa unsur alkali dan alkali tanah.
3. Mengenali reaksi air klorin dan halida.
4. Menganalisis larutan anu yang mengandung unsur alkali atau alkali
tanah dan halida.
6.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu terhadap penimbangan atau
bobot dimana, seharusnya lebih ketelitian terhadap penimbangan sampel
berbentuk padatan agar tidak mempengaruhi hasil akhirnya.

65
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,H. 1991. Kimia.Jakarta :Erlangga.

Bayu, H. 2009. “PrestasiBelajarDenganPembelajaranKooperatifTipe NHT


LebihTinggi Dari pada TPS PadaPemberian Tata NamaSuatuSenyawa
Kimia”.JurnalPendidikanKimia. Vol2: 04.

Chang, R. 2005. Kimia DasarKonsep-KonsepIntiEdisiKetigaJilid I. Jakarta


:Erlangga.

Davi, 2001.Prinsip-PrinsipKerjaModeren.Jakarta :Erlangga

Hendayana,S. 2006. Kimia Dasar. Bandung : Citra AdityaBakti

Rahayu, 2007.Unsur Adsorben Ion LogamMerkuri.JurnalTekik Kimia. Vol2 : 6

Rendi,S. 2005. “Penelitian dengan Menentukan Unsur Gas Mulia Dan Unsur
Transisi Dari Logam Alkali Dan Alkali Tanah”.Jurnal Penelitian
kimia.Vol3 : 07

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB

66
Pertanyaan Prapraktek

1. Tuliskan unsur-unsur yang termasuk dalam golongan alkali dan alkali


tanah?
jawab : I A ( alkali ) = hidrogen, litium, kalium, dan natrium
II A (alkali tanah ) = berilium, magnesium, calsium, stronsium, barium, radium.

2. Selesaikanlah persamaan reaksi berikut :


a) CaCl2 + (NH4)2CO3 CaCo3 + 2NH4Cl
b) BaCl2 + (NH4)2CO3 BaCo3 + 2NH4Cl
c) NaCl + (NH4)2CO3 Na2Co3 + 2NH4Cl
d) 2NaCl + Cl Tidak Bereaksi
e) 2NaBr + Cl2 2NaCl2 + Br2
f) 2NaI + Cl2 2NaCl + I2
3. Apakah fungsi penambahan CCl4 dalam percobaan C ?

Jawab : fungsinya adalah pada saat larutan tersebut dengan larutan iodin,
larutan tersebut akan bereaksi, karena CCl4 bersifat nonpolar.

67
Pertanyaan Pascapraktek

1. Apakah reaksi nyala saja dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur?


Jelaskan jawaban anda!
Jawab : tidak, karena uji nyala hanyalah salah satu ciri khas dari suatu
unsur yang akan memancarkan spektrum emisi yang teramati
sebagai pancaran cahaya dengan warna tertentu. Sehingga dapat
menimbulkan kekeliruan.
2. Mengapa reaksi air klorin dengan NaCl, NaBr, dan NaI memberikan hasil
yang berbeda?
Jawab : karena setiap unsur halogen memiliki tingkat pengoksidasi yang
berbeda. Daya pengoksidasi unsur halogen dari atas kebawah
semakin kecil. Sehingga halogen yang diatas dapat mengoksidasi
halida yang dibawahnya tetapi tidak sebaliknya.
3. Mengapa unsur golongan IA memberikan hasil yang berbeda dengan
golongan IIA pada percobaan B1,2,dan 3?
Jawab : karena kelarutan senyawa berkurang dari atas ke bawah pada tabel
sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor atom. Unsur alkali
mempunyai kelarutan yang lebih besar dibandingkan dengan alkali
tanah.

68
Lampiran

1.Alat dan Bahan yang di gunakan

2.Larutan Hialida

3.Larutan ANU (X) dan Larutan ANU (Y)

4.Reaksi – reaksi unsur alkali dan alkali tanah

5. reaksi reaksi unsur alkali dan alkali tanah

69
PERCOBAAN V
RUMUS EMPIRIS SENYAWA DAN HIDRASI AIR
I Tujuan
1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus
molekul senyawa tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data
untuk menghitung rumus empiris.
3. Mempelajari sifat-sifat senyawa berhidrat.
4. Mempelajari reaksi bolak-balik hidrasi.
5. Menentukan persentase air didalam suatu hidrat.

II Landasan Teori
Rumus kimia merupakan kumpulan atom-atom dengan komponen
tertentu. Rumus kimia suatu zat menyatakan jenis atom dan unsur jumlah
relative atom-atom yang terdapat dalam zat itu. Rumus kimia zat dapat berupa
rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan banyaknya atom-atom
suatu unsure yang terdapat dalam molekul suatu zat. Contoh, rumus molekul
air kapur, yaitu Ca(OH)2 artinya dalam satu molekul air kapur terdapat 1 atom
Ca dan dua atom O dan H. rumus molekul suatu zat merupakan kelipatan bulat
dari rumus molekul.
Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan bulat
terkecil dari atom-atom dalam suatu senyawa contoh rumus empiris gula yaitu
CN2O atau (CN2O)n artinya dalam senyawa gula perbandingan antar atom C:N:O
= 1:2:1, n adalah bilangan 1,2,3 dan seterusnya untuk menentukan rumus
sebenarnya (David,2001).
Berdasarkan rumus empiris dihitung jumlah relative unsure-unsur yang
terdapat dalam senyawa atau komposisi persentase zat tersebut. Senyawa
hidrat dalam senyawa dalam suatu molekul yang terkait dalam hidrat.
Sedangkan senyawa anhidrat adalah senyawa yang kehilangan molekul air
karena pemanasan terus-menerus. Senyawa hidrat disebut juga senyawakristal
yang mengandung molekul yang mempunyai ikatan hydrogen air, yang
merupakan senyawa berguna yang berpatisipasi dalam berbagai reaksi kimia
dibumi. Air hidrasi adalah air yang terkandung dalam Kristal yaitu terkait pada
ion atau molekul yang membentuk kristal (Astuti, 2004).
Sejumlah besar senyawa membutuhkan media air tidak menciptakan
ikatan dengan ion kristal inti yang mengejutkan. Air hidrasi mempengaruhi
70
struktur senyawa warna kristal dan bentuk. Sifat air sebagai solusi bagaimana
pembentukan kristal. Setelah menyelesaikan kristalisasi sebagian kecil kadar
air yang masih menjadi bagian dari struktur kristal dan dikenal sebagai
kristalisasi air atau hidrasi. Pemahaman tentang hidrasi air sangat banyak
manfaatnya auntuk setiap aspek kehidupan (Sunarya, 2010).
Untuk menyatakan komposisi zat-zat yang menyatakan perubahan-
perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi secara kimia dengan cepat,
tepat dan langsung menggunakan lambing-lambang kimia dan rumus-rumus
kimia. Secara umum dikenal dengan rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus empiris adalah suatu senyawa yang menyatakan jumlah terkecil jumlah
atom yang terdapat pada senyawa tersebut, sedangkan rumus molekut
merupakan rumus untuk semua unsur dalam senyawa (Brady, 1994).
Jika rumus empiris senyawa telah diketahui dapat disimpulkan sifat-
sifat fisik dan kimia dari zat tersebut yaitu dari rumus empiris ini dapat dilihat
unsur apa yang terkandung dalam senyawa tersebut dan beberapa banyak
atom dari masing-masing unsur untuk membentuk unsure senyawa tersebut,
dan massa molekul relative dapat ditentukan massa atom relative dari unsur-
unsur yang membentuk senyawa. Berdasarkan rumus empiris dapat dihitung
jumlah relative unsure-unsur yang terdapat dalam senyawa atau persentase zat
tersebut (Purwoko, 2006).
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan jumlah mol unsur-
unsur yang menyusun suatu senyawa. Menetukan rumus empiris berarti
menghitung jumlah mol-mol kemudian membandingkannya. Adapun rumus
molekul senyawa merupakan rumus kimia yang emnggambarkan jumlah atom
dan unsur penyusun senyawa. Dalam penentuaan rumus molekul, perlu
ditentukan terlebih dahulu empirisnya. Dengan menggunakan data massa
molekul relative (Mr) senyawa dapat ditentukan rumus molekulnya.
Adapun rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk
menentukan rumus molekul dari suatu zat murni yang merupaka tujuan dari
analisis dan kuantitatif suatu zat untuk rumus empiris dan rumus molekul
mempunyai hubungan yang erat atau saling berkaitan. Terdapat tiga
kemungkinan hubungan yang perlu ditimbangkan, yaitu rumus empiris dan
rumus molekul daapt identik, rumus molekul dapat merupakan penggandaan
atau kelipatan dari rumus empiris. Suatu senyawa dalam keadaan padat dapat
memiliki rumus empiris dan tidak memiliki rumus molekul. Rumus kimia zat
dapat menyatakan jenis dan jumlah realative atom yang menyusun zat itu.

71
Rumus kimia berbentuk kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu.
Bilangan menyatakan jumlah atom masing-masing unsur dalam rumus kimia
disebut angka indeks. Rumus kimia zat dapat berupa rumus empiris adalah
rumus molekul (Sukardjo, 1985).
Dalam kimia rumus empiris atau komposisi kimia dari suatu senyawa
adalah ekspresi sederhana, jumlah relative setiap jenis atom yang dikandung
suatu empiris tidak memberikan gambaran mengenai isomer, struktur, atau
jumlah obsolute atau istilah empiris menunjuk pada analist etemental, suatu
yang terkait analitik yang digunakan untuk menentukan persentasi komposisi
relative. Perumusan dari zat kimia konstanta dengan formula empiris, formula
kimia mengidentifikasi jumlah obsolute atom unsur-unsur yang ditemukan
pada setiap molekul disenyawa tersebut.
Rumus empiris merupakan rumus paling sederhana dari suatu senyawa.
Rumus empiris tidak menunjukkan jumlah atom-atom molekul yang terdapat
dalsm molekul. Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom
yang terdapat dalam molekul. Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan.
Hasil perbandingan tetap merupakan hukum yang menghendak penulisan
kimia yang baik, berupa rumus empiris maupun rumus molekul (Eddelmann,
2006).
Rumus empiris dalam molekul dapat ditentukan dengan cara,
menentukan massa atau persentase unsur-unsur pengujian senyawa, bagi
massa atau persen dengan Ar masing-masing dan tentukan perbandingan
terkecil. Adapun rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk
menetukan rumus molekul dari suatu zat murni yang merupakan tujuan dari
analis, kuantitatif. Suatu zat anatara rumus empiris dan rumus molekul
mempunyai hubungan yang erat saling berkaitan. Rumus empiris merupakan
rumus perbandingan jumlah mol unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa
(Keenan, 1980).
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul-molekul air.
Molekul air yang terikat dinamakan molekul hidrat. Penentuaan jumalah
molekul hidrat ynag terikat dilakuakan dengan cara memanaskan garam
terhidrat (mengandung air) menjadi garam anhidrat yang tidak mengandung air.
Air merupakan senyawa yang serba guna yang berpatisipasi didalam berbagai
reaksi kimia dibumi. Hidrasi air adalah air yang terkandung Kristal, yaitu
terikat pada ion atau molekul yang berbentuk Kristal,senyawa atau zat padat
yang tidak mengandung air disebut anhidrat. Misalnya CaO yang merupakan

72
anhisrat basa dari Ca(OH)2 , sedangkan senyawa yang emngandung atau yang
mengikat air secara kimia sebagian dari kisi kristalnya disebut senyawa hidrat.
Air berubah kedalam tiga sifat menurut waktu dan tempat, yakni air
sebagai bahan padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas. Air
mempunyai kapasitas penahan panas yang sangat besar. Sifat-sifat ini yang
mempunyai variasi suhu. Demikian pada air dapat melarutkan bahan-bahan
pada temperature relative rendah, molekul air cendrung berkumpul membentuk
suatu rongga yang dikaitakan oleh ikatan hydrogen antar molekul air. Rongga
atau sarang-sarang air tersebut akan terbentuk dari luruh karena tidak stabil.
Reaksi hidrat merupakan reaksi fisika, setelah hidrat terbentuk maka daapt
menghilangkan kembali dengan cara yang demikian. Hanya ikatan kovalen
antar molekul hydrogen dan oksigen sajalah yang hanya akan tetap bertahan.
Hal tersebut diperlukannya (disebabkannya energy yang relative besar untuk
memecahkannya (Nurmauli, 2012).
Air dapat dalam keadaan bebaas sebagai gas, cair, atau padat
bergantung pada keadaan suhu atau tekanan. Dalam banyak hal, air terikat
pada zat padat. Ada zat dimana air terikat secara kimiawi dipermukaan, sebagai
contoh nilika gel dan selulosa. Ada zat lain yang mengikat air membentuk
kristal hidrat. Misalnya CuSO4.5H2O dan Na2SO4.10H2O.
Hidrat-hidrat ini adalah zat murni dengan rumus tertentu dan stabil
pada suhu tertentu dan kelembapan atmosfer. Garam hidrat ini dapat
kehilangan air membentuk garam hidrat.
Rumus empiris senyawa telah diketahui dan dapat disimpulkan sifat-
sifat fisik dan kimia dari zat tersebut yaitu dari rumus empiris ini dapat dilihat
unsure apa yang terkandung dalam senyawa tersebut dan berapa banyak atom
masing-masing unsure untuk membentuk molekul senyawa. Berdasarkan
rumus empiris dalam dihitung jumlah relative unsure yang terdapat dalam
senyawa atau komposisi persentase zat tersebut (Suharli, 2006).
Reaksi I-dalam mekanisme reaksi hydrogen perioksida dengan iodide
pada suasana asam, menegtahui hukum laju berupa penjumlahan atau bukan
ditentukan dari ada tidaknya gas O2. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
mekanisme reaksi memiliki hukum laju berupa pecahan, dimana I-dapat
berorder O dan I. Selain itu, hukum laju dalam kondisi percobaan ini cenderung
bukan merupakan penjumlahan dengan tidak didapatkannya gan O 2 (Rosalia,
2014).

73
III Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Cawan krus
- Timbangan
- Bunsen
- Penjepit krus
- Pipet tetes
- Cawan penguap
- Segitiga penyangga
- Kaki tiga
- Cawan porselen
- Kaca arloji
3.2 Bahan
- Pita magnesium
- Logam Mg
- Magnesium nitrat
- Akuades
- Asam nitrat
- Air suling
- Larutan HNO3
- Tembaga (II) sulfat pentahidrat

74
IV Prosedur Kerja
4.1 Rumus empiris senyawa
a Pita Mg
Pita Mg
Diambil cawan kurs dan tutupnya
Ditimbang kur dan tutupnya hingga ketelitian 0,001 gram
Diambil sepotong pita Mg (10-15)
Dibersihkan dengan tisu unruk menghilangkan kotoran dan
minyak
Digulung pita Mg hingga dapat masuk sesuai dengan dasar kurs
Dimasukkan gulungan Mg kedalam kurs
Diletakkan kurs dan isinya diatas kaki tiga
Dipanaskan kurs beserta isinya dengan pembakaran bunsen
hingga dasar kurs berpijar
Diambil penjepit kurs dan buka kurssedikit agar udara dapat
masuk setelah dipanasi 20 menit
Dimatikan Bunsen dan dibiarkan dingin 15 menit
Digunakan pipet tetes, lalu teteskan 40 tetes air kedalam cawan
kurs
Dipanaskan kurs dalam keadaan tutup selama 5 menit
Dimatikan bunsen
Dilanjutkan pemanasan dengan api kecil
Ditimbang kurs dengan isinya dan tutupnya hingga ketelitian
0,001 gram
Hasil

75
b Pita Cu
Pita Cu
Dibersihkan cawan penguap, panaskan, dinginkan, timbang
sampai bobot tetap
Ditambahkan 0,5 g logam tembaga
Dicampur dengan 10 ml asam nitrat 4 M dan tutup dengan kaca
arloji
Dipanaskan lagi setelah semua logam tembaga larut sampai
terbentuk kristal hitam
Dilanjutkan pemanasan sampai terbentuk kristal kekuning-
kuningan
Didinginkan dalam suhu kamar
Ditimbang dalam cawan penguap beserta isinya sampai bobot tetap
Ditentukan rumus empiris dari oksidasi tembaga tersebut
Hasil

76
4.2 Hidrasi air
a Penentuan kuantitatif persentase air dalam senyawa hidrat
Larutan HNO3 6
M Dipanaskan cawan porselin dengan tutupnya

Dicuci cawan detergen dan air


Dibilas dengan air suling, kemudian dengan larutan HNO 3 6 M
Dikeringkan dan tempatkan cawan pada segitiga penyangga
Diatur ketinggian kaki tiga
Dipanaskan cawan dengan hati-hati sampai bagian tengah cawan
terlihat membara
Dihentikan pemanasan, dan dinginkan selama 10-15 menit
Ditempatkan kira-kira 1 g sampel dalam cawan
Dipanaskan cawan selama 1 menit
Dinaikkan panas hingga bagian atas cawan terlihat merah
Dihentikan pemanasan
Ditutup cawan dan biarkan dingin pada suhu kamar
Diulangi pemanasan sampai didapatkan bobot tetap
Dihitung persentase air dalam contoh dan tentukan rumus
hidratnya

Hasil

b Reaksi Bolak-Balik Hidrat

Tembaga(II) Sulfat Pentahidrat


CuSO4.5H2O
Dimasukkan setengah spatula tembaga(II) sulfat
pentahidrat kedalam porselen
Ditutup cawan dengan kaca arloji
Dipanaskan dan dicatat hasil pengamatan
Dihentikan pemanasan
Diteteskan air yang terkumpul pada kaca arloji kedalam
cawan, setelah dingin

Hasil

77
V. Hasil dan Pembahasan

Beberapa hasil dari praktikum praktikan mendapatkan hasil pengamatan


dan percobaannya sebagai berikut
A.Senyawa Tembaga

NO Pernyataan Hasil

1. Bobot cawan penguap 60.0053 g

2. Bobot cawan penguap+tembaga 60,50053 g

3. Bobot cawan penguap+oksida tembaga 56,1504 g

4. Bobot oksida tembaga yang diperoleh 3,8549 g

5. Reaksi antara logam tembaga dengan asam CuO+2HNO3→Cu(NO3)2+H2O


nitrat
6. Perhitungan:

Perhitungan
Cu : O
Massa Massa
n= : n=
Ar Ar

0,5 0,17
n= : n=
63,5 16

n=7,87x10⁻³ : 7,9x10⁻³
n= 1 : 1
Rumus empiris oksida tembaga= CuO
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang didapat rumus
empiris dari senyawa tembaga oksida adalah CuO yang didapatkan dari
perbandingan mol tembaga dan mol oksigen.

Rumus empiris untuk setiap senyawa tidak tergantung kepada


bobotnya, karena dalam setiap pengulangan bobotnya tetap sama. Hanya saja
jika ada kesalahan kalibrasi pada alat timbangan mungkin akan berubah.

78
B.Hidrat

NO Pengamatan Hasil

1. Massa cawan kosong+tutup 61,2482 g

2. Massa cawan kosong+tutup+contoh 62,247 g

3. Massa cawan kosong+tutup+contoh pemanasan 1 61,8907 g

4. Massa cawan kosong+tutup+contoh pemanasan 2 61,8772 g

5. Massa cawan kosong+tutup+contoh pemanasan 3 61,8749 g

6. Massa contoh setelah pemanasan (bobot tutup) 0,3728 g

7. Massa contoh setelah pemanasan 0,3705 g

8. Massa contoh setelah pemanasan 0,6425 g

9. Persentase air yang hilang dari contoh 37,10%

10. Massa molar senyawa anhidrat 149,5 g

11. Rumus hidrat CuSO4.5H2O

12. Massa air yang hilang 0,3575 g

13. Jumlah zat anu 1g

Pada praktikum ini, digunakan tembaga(II) sulfat tersebut kemudian


dipanaskan selama beberapa menit dan dihitung berapa persentase air yang
hilang selama pemanasan dan tembaga tersebut mengikat berapa molekul air
juga.
Massa air yang hilang
Persentase air yang hilang= x100%
Massa total senyawa

0,3705
= x100%
0,9986

=37,10%

Dapat dilihat bahwa setelah dipanaskan beberapa menit hasil yang


diperoleh sebanyak 37,10% air dalam senyawa tersebut hilang. Dengan begitu
praktikan dapat menentukan rumus senyawa hidrat tersebut dengan cara:
Massa air yang hilang dari contoh
Mol air=
Mr air

0,3575
=
18

79
=0,019 mol

Mol CuSO4:Mol air


0,004 : 0,019
1 : 4,75
1 : 5

Jadi rumus senyawa hidrat yang digunakan pada praktikum ini adalah
CuSO4.5H2O yang berarti 1 mol tembaga(II) sulfat ini apabila senyawa hidrat
dipanaskan maka molekul air akan lepas dari hidrat dan menguap ke udara
bebas.

C.Reaksi bolak-balik hidrasi

NO Pernyataan Hasil

1. Warna CuSO4.5H2O Biru muda

2. Pada pemanasan CuSO4.5H2O terdapat/tidak Terdapat air


terdapat air pada kaca arloji

3. Warna contoh setelah pemanasan Putih

4. Setelah pemanasan dan penambahan H2O Warna biru muda


terjadi:

5. Persamaan reaksi: CuSO4.5H2O→CuSO4+5H2O

CuSO4+5H2O→CuSO4.5H2O

Berdasarkan hasil dari data reaksi bolak-balik diatas menggunakan


senyawa hidrat yang diketahui sebagai CuSO4.5H2O. Pada praktikum ini
CuSO4.5H2O dipanaskan hingga berubah warna dari biru menjadi putih. Hal ini
terjadi karena molekul air yang terikat pada CuSO4 yang menyebabkan
warnanya menjadi biru terlepas dan menguap ke udara sehingga warnanya
menjadi putih. Kemudian setelah ditetesi air tersebut menurut persamaan
reaksi: CuSO4+5H2O→CuSO4.5H2O yang menyebabkan warnanya kembali
menjadi biru muda.

Ketika dipanaskan senyawa hidrat berubah menjadi senyawa anhidrat


karena air yang dikandungnya terlepas, hal ini sesuai dengan sifat-sifat hidrat
yaitu:
1. Membentuk Kristal

2. Mengandung molekul air


80
3. Mengalami reaksi bolak-balik

Hidrat merupakan istilah yang digunakan dalam senyawa organik


maupun senyawa anorganik untuk mengindikasi bahwa zat tersebut
mengandung air. Jika hidrat dipanaskan maka dia akan kehilangan molekul
airnya, pemanasan yang terus menerus menyebabkan senyawa hidrat
kehilangan airnya, jika hal ini terjadi maka senyawa hidrat disebut sebagai
anhidrat. Contoh reaksi: CuSO4.5H2O(S)→CuSO4(S)+5H2O. CuSO4 disebut sebagai
anhidrat dari hidrat CuSO4.5H2O. Beberapa senyawa hidrat berbeda warna
dengan senyawa anhidrat. Hidrat CuSO4.5H2O berwarna biru sedangkan
anhidrat CuSO4 berwarna putih. Hidrat CoCl2.6H2O warna merah, anhidratnya
berwarna biru. Jadi perubahan warna itu bisa jadi sebagai indikasi perubahan
dari hidrat ke anhidrat atau sebaliknya.

81
VI. Kesimpulan Dan Saran

6.1 Kesimpulan
1. Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan rasio perbandingan
terkecil dari atom-atom pembentuk senyawa.
2. Rumus empiris dapat diketahui dengan mencari nilai masing-masing unsur
dalam suatu senyawa dan dicari perbandingannya adapun nilai yang dicari
adalah mol.
3. Senyawa hidrat merupakan senyawa yang mengikat molekul air, sedangkan
senyawa anhidrat merupakan senyawa yang kehilangan molekul air.
4. Senyawa hidrat dapat mengalami reaksi bolak-balik membentuk kristal dan
mengandung molekul air dengan cara pemanasan dan hasil yang di dapat
dengan tambahan air dari penguapan.
5. persentase air yang hilang :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛

6.2 Saran
Sewaktu praktikum sebaiknya alat-alat dan bahan yang akan digunakan
tersedia dengan lengkap agar penelitian tidak terganggudan tidak memakan
waktu yang lama. Karena pada penelitian ini banyak memakan waktu dalam hal
pemanasan dan pendinginan.

82
Daftar Pustaka

Astuti,Yuni.2004.Kimia Dasar 3.Bandung:ITB.

Brady.1994.Kimia Universitas.Jakarta:Erlangga.

David,w.Oxtoby.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern.Jakarta:Erlangga.

Eddelman.2006.”Rumus Empiris Senyawa Kimia”.Jurnal Kimia Indonesia. Vol :


1.

Keenan.1980.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.

Nurmauli.2012.”Senyawa Hidrat Dan Anhidrat”.Jurnal Pendidikan.Vol : 6.

Purwoko.2006.Kimia Dasar Jilid 1.Mataram: Mataram University Pers.

Rosalia,Ayuni.2014.”Kajian Empiris Mekanisme Reaksi Hidrogen Peroksida


Dengan Iodide Pada Suasana Asam”.Jurnal Kimia Indonesia.vol:1.hal :39-46.

Suharli.2006.”Studi Empiris Senyawa Mengenal Sifat Fisik Kimia Dan Jumlah


Relative.”Jurnal Management Dan Informasi Senyawa.vol :6.hal : 53-
58.

Sukardjo.1985.Kimia Koordinasi Kimia Fisis Dan Teoritis.Jakarta: Bina Aksara.

Sunarya,Yayan.2010.Kimia Dasar 2.Bandung:Cv.Yrama Widya.

83
Pertanyaan Prapraktek

1. Apakah yang disebut rumus empiris dan rumus molekul?


Jawab : rumus empiris adalah perbandingan jumlah mola tom unsur-unsur
dalam senyawa dan rumus molekul adalah menggambarkan jumlah
sebenarnya dari atom tiap unsur dalam molekul senyawa yang
merupakan kelipatan bulat dari rumus empiris.

2. Jika dalam 5 g tembaga klorida terdapat 2,35 g tembaga dan 2,65 g klorida,
tentukan rumus yang paling sederhana dari tembaga klorida tersebut.
Jawab :
Diketahui massa Cu=2,35 gr ; Ar Cu = 63,5 ; massa Cl = 2,65 gr ; Ar
Cl= 35,5
Ditanya : rumus yang paling sederhana?

Mol Cu : Mol Cl

0,037 : 0,075

1 : 2 , sehingga rumus empirisnya CuCl 2.

3. Definisikan apa yang dimaksud dengan hidrat?


Jawab : hidrat adalah senyawa yang setiap satu molnya mengandung air atau
senyawa yang tersusun karena adanya molekul air sebagai bagian
komposisinya.
4. Suatu sampel diketahui berupa hidrat yaitu Zink Sulfat (ZnSO 4). Bila 300
gram sampel dipanaskan hingga bobotnya tetap, bobot yang tersisa adalah
1,692 gr. Bagaimana rumus garam hidrat ini ?
Jawab : ZnSO4.7H2O

84
PERCOBAAN VI
DAYA HANTAR LISTRIK DAN LARUTAN ELEKTROLIT

I. Tujuan
1. Mengukur daya hantar listrik berbagai jenis senyawa dan larutan pada
berbagai konsentrasi.
2. Mempelajari pengaruh jenis senyawa dan konsentrasi suatu larutan
terhadap daya hantar listrik.

II. Landasan Teori


Larutan adalah system homogeny dimana seluruh partikelnya berupa
molekul atau ion. Suatu larutan terdiri dari dua komponen yaitu zat terlarut
dan zat pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya larutan dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit. Larutan elektrolit
dapat menghantarkan arus listrik sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit mampu menghantarkan arus
listrik karena larutan ini mengandung banyak ion dan ion-ionnya bergerak
bebas. Larutan non elektrolit yaitu larutan yang tidak memiliki ion atau electron
yang bergerak bebas. Larutan elektrolit sendiri masih di bagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang banyak
memiliki ion atau electron bersimbiosis bebas dalam larutan. Larutan elektrolit
lemah kuat yaitu larutan yang banyak memiliki ion atau electron bersimbiosis
bebas dalam larutan. Larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang sedikit
memiliki ion atau electron yang bergerak bebas (Sumarjono,2002).
Daya hantar listrik merupakan daya hantar listrik dari suatu benda atau
suatu zat dan kemampuan benda itu sendiri untuk menghantarkan listrik.
Daya hantar listrik pada air menurut The American Society for testing material
(Ariston, 1989) adalah suatu kebalikan tekanan dalam ohm yang di ukur pada
muka tanah yang berlawanan dalam cm x cm dalam suhu 25°C di ukur dalam
micromho (s). Jadi hantaran listrik adalah merpakan kebalikan dari tahanan,
tetapi karena besarnya daya hantar listrik ini sangat kecil maka biasanya
dinyatakan dalam mho yang besarnya sama dengan 10-6 mho (Watongare.,et
all,2014).
Dalam mengahantar listrik suatu larutan dipengaruhi oleh konduktifitas
larutan, yaitu suatu ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan
listrik. Konduktifitas berperan dalam proses electrochemical machining karena
ada relevansi antara konsentrasi dan konduktifitas suatu larutan, maka untuk

85
menentukan konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan cara mengukur
konduktifitas larutan tersebut. Dengan menggunakan rumus :
K = C I/A
Dimana , K=konduktivitas (mho/cm)
C=konduktansi (mho)
A=Luas Elektroda (cm3)
I=Jarak antara elektroda(cm)
Dari persamaan tersebut suatu konduktivitas dengan nilai 1 mho dapat
dinyatakan sebagai kemampuan hantar dari zat cair yang berukuran luas
penampang 1 cm2 untuk arus1 ampere dengan teganan 1 volt. Jika arus yang
dihantarkan lebih besar lagi, maka konduktifitasnya lebih besar pula. Jika pada
suatu resistor dialirkan arus yang membesar maka tahanan atau resistensinya
akan mengecil. Hal ini berarti bahwa konduktifitas adalah kebalikan dari
resistensi, mho=1/ohm (Sediawan,2012).
Semua zat terlarut yang larut dalam air termasuk ke dalam salah satu
dari dua golongan berikut, yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah
suatu zat yang ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang
akan menghantarkan arus listrik. Non elektrolit adalah suatu larutan yang
tidak menghantarkan arus listrik ketika di larutkan di dalam air.

(Gambar : Suatu rangkaian alat untuk membedakan antara larutan


dan non elektrolit).
Pada gambar memperlihatkan suatu metode yang mudah dan langsung
untuk membedakan antara larutan elektrolit dan non elektrolit. Sepasang
elektroda platina dicelupkan ke dalam gelas kimia yang berisi air . Untuk
menghasilkan nyala lampu pijar, arus listrik harus mengalir dari suatu

86
elektroda ke elektroda yang lainnya, sehingga menyempurnakan rangkaian
listrik. Air murni merupakan penghantar listrik yang baik. Walaupun demikian,
jika ditambahkan sedikit natrium klorida (NaCl), bola lampu akan menyala
segera setelah garam larut dalam air. Padatan NaCl suatu senyawa ionik akan
terurai menjadi ion-ion Na+ dan Cl- pada saat larut dalam air. Ion Na+ akan
tertarik ke elektroda negative dan ion Cl- akan menuju elektroda positif.
Pergerakan ini menghasilkan arus listrik yang setara dengan aliran electron
sepanjang kabel logam. Oleh karena NaCl dapat menghantarkan arus listrik,
maka NaCl merupaka suatu larutan elektrolit.
Berikut tabel contoh penggolongan zat terlarut dalam larutan berair :

Elektrolit kuat Elektrolit lemah Non elektrolit

HCl CH3COOH (NH2)2CO (Urea)


HNO3 HF CH3OH (Metanol)
HClO4 HNO3 C2H5OH(etanol)
H2SO4 NH3 C6H12O6(glukosa)
NaOH H2O C12H12O11(sukrosa)

Dengan membandingkan cahaya bola lampu pijar dan zat-zat terlarut


dengan jumlah molar yang sama dapat membantu untuk membedakan antara
larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Ciri elektrolit kuat adalah apabila
zat terlarut di anggap telah 100% terdisosiasi menjadi ion-ionnya dalam larutan.
(Disosiasi adalah penguraian senyawa menjadi kation dan anion).
Dengan demikian dapat dinyatakan proses pelarutan natrium klorida dalam air
sebagai berikut.
NaCl(s) Na(aq)+Cl-(aq)
Persamaan ini menyatakan bahwa semua natrium klorida yang masuk
dalam larutan akan menjadi ion Na+ dan Cl-. Tidak ada satupun unit NaCl yang
tidak terdisosiasi dalam larutan.
Air merupakan pelarut yang sangat efektif untuk senyawa-senyawa
ionik. Walaupun air merupaka molekul yang bermuatan netral, namun memiliki
ujung positif (atom H) dan ujung negative (atom O), atau kutub positif dan
negative, karena itu air sering di anggap sebagai pelarut. Ketika senyawa ionic
seperti natrium klorida larut dalam air, jaringan tiga dimensi dari ion-ion dalam
padatan akan rusak, dan ion-ion Na+ dan Cl- terpisahkan satu sama lain. Dalam
larutan, setiap ion Na+ dikelilingi oleh sejumlah molekul air yang mengarahkan
87
ujung negatifnya kearah kation. Hal yang serupa setiap ion Cl - dikelilingi oleh
molekul air yang ujung positifnya di arahkan pada anion. Proses dimana sebuah
ion dikelilingi oleh molekul-molekul air yang tersusun dalam keadaan tertentu
disebut hidrasi (hidration). Hidrasi membantu menstabilkan ion-ion dalam
larutan dan mencegah kation untuk bergabung kembali dengan anion.
Asam dan basa juga merupakan larutan elektrolit. Beberapa asam,
termasuk asam klorida (HCl) dan asam nitrat (HNO 3) merupakan elektrolit kuat.
Asam-asam mengalami ionisasi sempurna dalam air, contoh pada saat gas
asam klorida larut dalam air maka terbentuklah ion-ion H+ dan Cl- :

HCl(g) H+(aq)+Cl-(aq)

Dengan kata lain semua molekul HCl yang terlarut akan terpisah
menjadi ion-ion H+ dan Cl- yang terhidrasi larutan. Oleh karena itu ketika
menuliskan HCl(aq) ini berarti bahwa larutan tersebut mengandung ion-ion H+(aq)
dan Cl-(aq) dan tidak ada molekul HCl yang terhidrasi. Dari pihak lain, berapa
asam tertentu seperti asam asetat (CH 3COOH), yang ditemukan dalam cuka,
mengalami ionisasi sebagai bagian dari ionisasi asam asetat yang dinyatakan
dengan :
CH3COOH(aq)CH3COO-(aq)+ H+(aq)

Dimana CH3COO- disebut ion asetat. (Dalam buku akan menggunakan


istilah disosiasi untuk senyawa-senyawa ionic dan ionisasi untuk asam basa).
Dengan menulis rumus molekul asam asetat sebagai CH3COOH, dapat dikenali
bahwa proton yang dapat terionisasi berasal dari gugus COOH.
Panah rangkap dalam persamaan reaksi tersebut reversible, yaitu reaksi
dapat berlangsung dalam dua arah.
Keadaan kimiawi dimana tidak ada perubahan menyeluruh yang dapat
teramati (walaupun aktivitas berkesinambungan terus berlansung dalam
tingkat molekul). Disebut kesetimbangan kimia. Oleh karena itu asam asetat
merupakan elekrolit sebab ionisasi yang di alaminya dalam air tidak sempurna.
Sebaliknya, dalam larutan asam klorida, ion-ion H+ dan Cl- tidak memiliki
kecenderungan untuk bergabung kembali membentuk molekul HCl. Oleh
karena itu digunakan tanda panah tunggal untuk menunjukkan ionisasi
sempurna (Chang, 2004).

88
Adapun tahap-tahap pengembangan prosedur larutan elektrolit dan non
elektrolit sebagai berikut :
1. Optimasi konsentrasi larutanDaya hantar listrik larutan elektrolit bergantung
pada konsentrasinya. Rentang konsentrasinya yaitu 0,1 m – 2 m, ini dipakai
karena rata-rata konsentrasi pada larutan tersebut.
2. Optimasi sumber arus
Sumber arus berhenti apabila arus yang dialirkannya kecil mka lampu
tidak akan menyala. Sesuai hokum Ohm yang menyatakan bahwa R=V/I.
Dimana R adalah hambatan, I adalah kuat arus / arus yang mengalir dan V
beda potensial (Volt). Karena hambatannya tetap, maka arus yang mengalir
akan sebanding dengan besarnya tegangan yang dipakai. Semakin besar arus
listrik yang mengalir, kemampuan untuk menyalakan bola lamppu juga
semakin baik.
3. Optimasi daya lampu
Optimasi daya lampu dengan menggunakan hukum ohm. Kebalikan dari
tekanan adalah hantaran(L). jadi apabila tekananya besar maka kemampuan
daya hantarnya kecil, begitu sebaliknya.
4. optimasi panjang kabel
Faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu kawat penghantar
atau yaitu panjang kawat, luas penampang kawat, dan jenis bahan laktat.
Secara matematis dinyatakan dengan rumus R=P 1/a
Jadi nilai hambatan listriknya adalah :
a) Sebanding dengan panjang kabel
b) Berbanding terbalik dengan luas penampang a dan
c) Berbanding lurus dengan nilai hambatan jenis larutannya(P)
Semakin panjang kabel maka hambatan yang dihasilkan juga akan
semakin besar dan ketika hambatan yang dihasilkan juga kecil yang
kemampuan untuk menyalakan bola kecil.
1) Rangkaian seri resistor
Rangkaian seri resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari dua
buah atau lebih resistor yang di susun secara sejajar atau berbentuk seri
dengan rumus rangkaian :
Rtotal = R1+R2+R3+…+Rn

Sehingga gambarnya dinyatakan :

89
(Gambar : Rangkaian listrik seri)
2) Rangkaian paraller adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih resistor yang disusun secara berderet dan berbentuk araller. Untuk
mendapat rangkaian rangkaian nilai hamparan pengganti dinyatakan :
1/Rtotal = 1/R1+1/R2+1/R3+…+1/Rn

Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
dapat menghantarkan listrik, yang merupakan kebalikkan dari suatu hambatan
listrik (R) dimana
R = P L/A
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm. Oleh karena itu daya hantar
listrik dinyatakan : Ohm = 1/R = K A/L Dimana,

K = 1/R x LA

Daya hantar listrik disebut konduktivitas yang satuannya ohm -1. Tetapi
secara resmi satuan yang di gunakan adalah siemen (s), dimana s = ohm -1 maka
satuan k adalah sm-1 atau scm-1.

Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan/cairan elektrolit.


Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas sedangkan
konduktivitas tidak dapat digantikan untuk ukuran larutan suatu larutan.
Ukuran yang lebih spesifik yaitu konduktivitas molar (∆m). Konduktivitas molar
adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu
molar dinyatakan
dimana ∆m = Hambatan molar (scm2/mol)
K = Konduktivitas spesifik ( scm-1)
C = Konsentrasi larutan (mol/L)

90
Jika satuan volume yang digunakan adalah cm3 maka persamaan yang
digunakan adalah : ∆m = 1000 k/ C
Besarnya daya hantar jenis dapat dicari dari tahanan larutan jadi
dengan dapat ditentukan tahanan larutan dapat ditentukan daya hantar
equivalen. Biasanya dipakai jembatan wheat stone.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan ion adalah :


a) berat dan muatan ion
b) Adanya hidrasi
c) orientasi atmosfer pelarut
d) daya tarik antar ion
e) Tempratur
f) viskositas

Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah nya semakin besar
dan untuk elektrolit kuat gaya yang menariknya yaitu gaya antar ion semakin
kecil. Pada pengenceran tidak terhingga, daya hantar ekuivalen elektrolit hanya
bbergantung pada jenis ionnya. Masing-masing ion mempunyai daya hantar
ekuivalen yang tergantung pada :
a) jumlah ion yang ada
b) kecepatan ion pada beda potensial antara kedua elektroda yang ada.
Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit kuat atau lemah
dan konsentrasi selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit lemah atau kuat
memperbesar daya hantar dan mencapai harga maksimum pada pengenceran
tak hingga (Ari,2008).
Alat ukur multimeter adalah alat ukur dalam elektronik yang
penggunanya untuk mengukur tegangan Dc, mengukur arus Dc, mengukur
tahanan (ohm), mengukur nilai kapastansi kapasitor (farat) an memeriksa
keadaan suatu komponen masih baik atau tidak dan juga digunakan pada
trouble shooting suatu peralatan elektronik. Pada multimeter analog terdapat
skala pembacaan meter dan saklar putar untuk memilih fungsi pengukuran dan
kisaran/rentangan pengukuran. Fungsi pengukurannya yaitu Dc, ampermeter,
Ac voltmeter, Dc Voltmeter, Ohmmeter DH.
Kisaran/rentangan pengukuran dapat dilihat atau dipilih pada saklar
putar dan pembacaan dapat dilihat pada skala meter.

91
Sensor mekanik yang umum digunakan pada rangkaian
voltmeter,ampermeter, maupun ohmmeter adalah penggerak D’arsonval meter
yang terdiri dari sebuah permanen magnet yang berbentuk tapak kuda dan
sebuah silinder di antara kutub utara dan selatan magnet sebagai inti besi
dimana dililitkan sebuah kawat harus membentuk kumparan.
Kumparan kawat dililitkan pada sebuah logam yang sangat ringan dan
diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat berputar bebas. Karena kawat
kumparan berada di dalam medan magnet, maka bila dilalui arus listrik akan
menghasilkan torsi elektromagnetik yang menyebabkan kumparan berputar,
persamaan torsi elektromagnetiknya :
T=BxAxIxN
Dimana T = torsi
B = densita flux di udara (Wb/m2)
A = luas penampang kawat kumparan (m 2)
I = arus pada kumparan yang bergerak (∆ )
N = banyaknya lilitan kawat kumparan

Sebuah jarum penunjuk dililitkan pada kumparan dan akan membuat


simpangan pada skala bila kumparan tersebut berputar. Besar kecilnya
simpangan jarum menunjukkan besar kecilnya arus listrik yang mengalir pada
kumparan.
Rangkaian ampermeter adalah rangkaian yang berfungsi untuk
mengatur besarnya arus listrik pada sebuah rangkaian listrik dalam hal arus
searah. Ragkaian ampermeter menggunakan rangkaian pembagi arus dengan
menggunakan resistor. Pada rangkaian arus berlaku hokum ohm V = I R
Rangkaian dasar voltmeter adalah rangkaian yang berfungsi untuk
mengukur besarnya tegangan suatu komponen atau tegangan suatu titik
terhadap titik lain pada rangkaian listrik. Rangkaian voltmeter dapat mengukur
besar tegangan searah maupun tegangan bolak-balik. Rangkaian voltmeter
menggunakan d’arsonval meter dengan prinsip dasar rangkaian pembagi terjadi
karena tegangan jatuh pada d’ansonval meter kecil.
Pada rangkaian pembagi tegangan berlaku
Vtotal = Vseri + Vmeter
Vtotal = I. Rseri + I.Rmeter

92
(Gambar : rangkaian ampermeter dan voltmeter)

Untuk mengukur tegangan, voltmeter di pasang parallel terhadap


komponen atau tempat yang hendak di ukur besar tegangannya (prawiroredjo,
2006).

93
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
 Beker gelas 100 ml
 Batang pengaduk
 Rangkaian alat multimeter
 Gelas ukur 100 ml
 Gelas ukur 50 ml
 Kaca arloji
 Pipet tetes
 Spatula
 Kertas saring

3.2 Bahan :
 Akuades
 NaCl
 Air jeruk nipis
 NH4OH
 NaOH
 HCl
 NaBr
 NaI
 NH4Cl
 Minyak tanah

94
IV. Prosedur Kerja

4.1 Menentukan daya hantar listrik berbagai senyawa

Minyak Tanah 25 ml

Disediakan 5 buah gelas beker 100 ml

Diisi masing masing dengan 25 ml minyak tanah, air,


larutan NaCl dan kristal NaCl

Diukur dengan daya hantar listrik setiap larutan


tersebut menggunakan alat multimeter yang telah
dirangkai

Ditentukan sifat zat tersebut terhadap arus


listrik (konduktor kuat, konduktor lemah atau isolator)

Hasil

4.2 Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar larutan elektrolit

Minyak Tanah 25 ml

Disediakan masing masing larutan dengan volume


25ml dan kosentrasi 0.005,0.1,0.5,1 M

Diukur daya hantar listrik untuk setiap larutan dan


gambar hubungan larutan terhadap konsentrasi

Diterangkan perbedaan elektrolit kuat dan lemah

Digambar grafik daza hantar listrik larutan kelompok 2


terhadap kosentrasi dibandingkan daya hantar
listrik

Hasil

95
V. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan percobaan daya hantar listrik dan larutan elektrolit
diperoleh data penentuan daya hantar listrik berbagai senyawa sebagai berikut :

Senyawa I(mA) V(volt) L=i/R (ohm)

Minyak tanah 0 1,5 0

H2O 0 1,5 0

Larutan KCl 8,33 × 10-3 1,5 5,55 x 10-3

Kristal KCl 7,894×10-3 1,5 5,26 x 10-3

Larutan elektrolit merupakan suatu larutan yang dapat menghantarkan arus


listrik dimana ion ionnya akan terurai menjadi ion ion yang bermuatan positif
dan ion yang bermuatan negatif yang bergerak menuju katoda maupun anoda.
Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan
non elektrolit. Larutan elektrolit adalah suatu larutan yang menghantarkan
arus listrik dengan arus dan daya yang tinggi sehingga jika diujikan pada nyala
lampu, lampu akan bernyala terang dan diujikan pada suatu muktimeter indeks
yang diperoleh pada jarum akan besar. Larutan elektrolit kuat dapat
menghantarkan arus listrik secara kuat dikarenakan ion ion yang ada pada
larutan terionisasi secara sempurna sehingga derajat ionisasinya sama dengan
satu, sedangkan pada larutan non elektrolit ion ionnya tidak terionisasi
sehingga derajat ionisasinya sama dengan nol dan kelarutan tersebut tidak
dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan pada Larutan elektrolit lemah ion
ion akan terionisasi tetapi tidak dengan sempurna sehingga derajat ionisasinya
kurang dari satu. Larutan elektrolit jika diujikan pada alat multimeter maka
jarum penunjuk pada alat tersebut tidak bergerak atau sama dengan nol.
Percobaan terhadap larutan elektrolit menguji adanya daya hantar listrik
dilakukan oleh pratikan yaitu dengan empat sampel terdiri dari minyak tanah,
H2O, larutan KCl, serta kristal KCl. Metode pengukuran dengan menggunakan
suatu alat yang disebut dengan multimeter. Dimana alat ukur ini merupakan
alat ukur yang penggunaannya adalah untuk mengukur tegangan DC ,
mengukur arus AC, mengukur hambatan serta pengukuran kapasitas kapasitor
dan memeriksa suatu keadaan komposisi atau komponen masih baik atau tidak
96
dan juga digunakan pada troumbel shooting suatu peralatan elektronik. Pada
multimeter analog terdapat suatu pembacaan meter dan jarum putar yang
berfungsi sebagai pengukuran dari kisaran atau renggangan pengukuran.
Fungsi pengukurannya yaitu DC ampermeter, AC voltemeter, DC voltemeter dan
lain lain. Dimana kisaran pengukuran ini dapat dilihat pada skala yaitu
pergeseran jarum pada alat tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan
terhadap pengujuran alat ini pada jarum yang mana penunjukan terhadap
tahanan berbalik dengan arah ukur tegangan atau voltnya. Pengukuran
tahanan ditunjuk dengan skala ohm pada pinggirnya sedangkan tekanan volt.
Prinsip kerja dari alat multimeter ini adalah dengan suatu kumparan listrik
yang menggunakan prinsip d'arsonual meter, yang terdiri dari sebuah magnet
yang berbentuk kapal kuda dan sebuah silinder diantara kutub utara dan
kutub selatan magnet, sebagai inti besi dimana dililitkan kawat yang
membentuk kumparan. kumparan kawat dililitkan pada sebuah logam yaang
sangat ringan dan diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat berputar bebas.
Karena Kawat kumparan kumparan dililitkan pada medan magnet maka bika
dialiri arus listrik akan menghasilkan torsi elektronik yang menyebabkan
kumparan berputar. Sebuah jarum yang dilekatkan pada kumparan dan akan
membuat simpangan pada skala bila kumparan tersebut berputar. Besar
kecilnya simpangan jarum menunjukkan besar kecilnya arus litrik yang
mengalir pada kumparan.
Berdasarkan pada prinsip kerja itulah yang digunakan oleh praktikan
sehingga dapat diketahui daya hantar listrik larutannya. Sebelum
menggunakan alat tersebut pratikan terlebih dahulu menyiapkan rangkaian
dan melakukan pengkalibrasi alat tersebut. Pada alat dipasang kabel yang
berwarna merah dan hitam atau disebut juga terminal i dan com, kabel ini
berfungsi sebagai pengujian lansung terhadap sampelnya yang mana pada
kabel merah dipasang pada lubang plus dan hitam pada lubang minus,
kemudian dilakukan pengkalibrasian dengan cara menggesekkan antara kabel
pada bagian ujungnya yaitu terdapat suatu besi samapi jarum akan bergerak
menuju nol dibelah kanan dan nol disebelah kiri, setelah itu barulah diujikan
pada sampel. Pada pengukuran terhadap minyak tanah, H 2O, larutan KCl dan
kristal KCl, didapat hasil pengukuran pada minyak tanah dan air 0, dan arus
listrik pada larutan KCl adalah 8,33x10-3 dan kristal KCl 7,8947x10-3 mA. Hal
ini berarti minyak tanah dan air tidak dapat menghantarkan arus listrik dan
bukan larutan elektrolit, sebab ketika diujikan pada alat ukur multimeter tidak

97
diperoleh pergerakan pada jarumnya dan tahannya berarti bernilai nol sehingga
arus listriknya bernilai nol sebab I(arus listrik) adalah hasil bagi tegangan (v)
dan tahanan (R). Minyak tanah tidak memiliki kation (ion positif) dan anion(ion
negatif) pada larutannya, sehingga tidak terionisasi. Sedangkan air memiliki
sifat sebagai penghantar listrik yang sangat buruk(isolator) tetapi air dapat
melarutkan senyawa ion dan senyawa kovalen polar yang dapat membuat suatu
larutan penghantar daya listrik. Sehingga air disebut pelarut polar pada KCl
dan kristal KCl ionnya akan terurai menjadi K+, Cl-, sehingga ketika terbntuk
larutan katoda akan membentuk reaksi
2H2O +2 e H2+2OH-,

sedangkan anodanya akan membentuk reaksi

2Cl- Cl2+2e

KCl(l) K++Cl-

peristiwa ini merupakan pembentukan ion yang terjadi dengan adanya pelarut
yang memisahkan ion positif dan negatif karena terjadi ikatan ion dengan
pelarutnya.
Percobaan kedua yang dilakukan oleh praktikan adalah mempelajari
pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik pada larutan elektrolit yang
dibagi menjadi dua kelompok pada kelompok pertama diperoleh data berupa
pada tabel berikut.
Air jeruk nipis NH4OH HCl KOH

M I v L I V L I v L I v L

0,05 0.00 1,5 0.00 0.00 1.5 0.00 0.03 1.5 0.02 0.00 1.5 0.00
001 5 06 04 75 5
5

0,1 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.01
075 05 5 15

0,5 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.00
045 036 5 851 55

1 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 0.02 1.5 0.01

98
6 4 5 5 6

Pada percobaan pengaruh daya hantar listrik dari konsentrasi suatu


senyawa atau larutan, yang pada setiap senyawa berbeda dibedakan lagi jumlah
atau tinkat konsentrasinya , dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: suatu
larutan yang berbeda jenisnya meskipun dengan konsentrasi yang sama besar
antara senyawa satu dengan senyawa lainnya namun kemampuan daya hantar
listriknya juga berbeda hal ini dikarenakan suatu larutan elektrolit memiliki
tingkat ionisasi yang berbeda beda, cara ionisasi yang berbeda serta sifat dari
suatu zat tersebut juga berbeda.
Dari data perbedaan konsentrasinya pratikan juga memperoleh hasil
yang berbeda, dimana hasil yang diperoleh pratikan pada larutan NH 4OH
adalah naik turun, pada larutan HCl anatar konsentrasi 0,05 sampai 0,1
mengalami penurunan kemuudiaan datar, pada KOH juga naik turun. Daya
hantar listrik yang paling kuat diantara senyawa tersebut adalah larutan HCl,
kemudian KOH dan NH4OH dan jeruk nipis hal tersebut berarti laruOH dan
jeruk nipis hal tersebut berarti laruran HCl dan KOH adalah elektrolit kuat,
sedangakan jeruk nipis dan NH4OH merupakan elektrolit lemah hal tersebut
terjadi karena ion ionnya tidak terionisasi secara sempurna. Proses terionisasi
dari senyawa tersebuat adalah :
NH4OH(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
sedangkan untuk larutan elektrolit kuat HCl dan KOH proses ionisasinya
adalah
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
KOH(aq) K+(aq)+OH-(aq)
Pada percobaan daya hantar listrik tabel pertama antara larutan KCl dan
kristal KCl diperoleh daya hantar listrik larutan KCl lebih besar dari pada
kristal KCl hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh bentuk zat atau senyawa,
dimana pada larutan KCl ion ionya dapat bergerak secara bebas dibandingkan
kristal KCl yang sulit ditembus bagiannya.
Karena pada percobaan yang didapat diperoleh nilai dari kosentrasi yang
berbeda dengan nilai yang naik turun, maka tidak dapat dibuktikan bahwa
konsentrasi berpengaruh pada daya hantar listrik. Pada teori dijelaskan bahwa
pengaruh konsentrasi pada daya hantar listrik adalah semakin besar
konsentrasi suatu larutan atau senyawa maka kemampuan untuk
menghantarkan listrik juga besar ini berarti teori tidak sesuai dengan experimen
percobaan gagal. Kesalahn dari percobaan kali ini tidak lain dikarenakan oleh
99
beberapa faktor anatara lain kesalahan pengamat dalam mangamati skala pada
jarum, kesalahan pada perhitungan, amunpun kesalahan pada saat kalibrasi
alat. Namun, kegagalan percobaan ini adalah hal yang biasa terjadi sebab setiap
pengukuran maupun pengamatan tidak terlepas dari kegagalan dan kesalahan.
Pada percobaan kelompok dua terhadap pengaruh konsentrasi terhadap
daya hantar listrik dilakukan oleh pratikan dengan menggunakan larutan KCl,
KBr, KI, NH4Cl dengan konsentrasi masing masing yaitu, 0.005, 0.1, 0.5, 1 M.
berdasarkan:
M KCl KBr KI NH4Cl
I v L I V L I v L I v L
0.05 0.00 1.5 0.00 0.00 1.5 0.00 0.00 1.5 0.00 _ 1.5 _
84 56 105 61 795 53
0.1 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.00
5 124 83 5 84 56
0.5 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.01
5 84 56 5 15
1 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 _ 1.5 _
4 6 84 56 5
Pada hasil percobaan diatas juga diperoleh hasil yang berbeda baik dari
segi jenis zat ataupun pada konsentrasinya untuk konsentrasi pada
pengukuran KCl diperoleh arus listrik dengan nilai yang semakin keatas
semakin tinggi artinya percobaan inni dapat sesui dengan teori yang mana
semakin besar konsentrasinya, daya hantarnya juga semakin besar, namun
percobaan tidak bisa dikatakan 100% berhasil sebab didalam data tersebut
terdapat arus yang sama besar pada no 2 dan 3 atau konsentrasi 0,1-0,5 mA.
Kemudian larutan KBr diperoleh data yang hasilnya naik turun, yang mana
pada konsentrasi 0.05-0.1 nilainya naik dan pada konsentrasi 0.5-1 nilainya
tetap, percobaan penentuan konsentrasi tidak dapat dibuktikan secara
eksperimen. Pada NH4Cl arus listrik yang terjadi yaitu pada konsentrasi 1,
maka diperoleh nilai arus sebesar 0. Pada konsentrasi 0.1 dan 0.5 diperoleh
nilai yang naik namun pada percobaan 4 NH4Cl yang diuji tidak menghasilkan
arus listrik.
Larutan kalium klorida (KCl) merupakan garam yang mempunyai kelarutan
tinggi dan merupakan hasil asam kuat+basa kuat termasuk KI, sehingga
digolongkan elektrolit kuat. Reaksi ionisasi yang terjadi adalah :
KCl(aq) K+(aq)+Cl-(aq)

100
Reaksi reduksi :2 K+(aq) +2e K2
Reaksi oksidasi : Cl- Cl+e
Meskipun pada konsentrasi 0.05 dan 1 M larutan NH 4Cl tidak dapat
menghasilkan arus listrik namun sebenarnya larutan ini tergolong pada
elektrolit kuat, sebab merupakan jenis garam, yang mana garam merupakan
golongan elektrolit kuat. Terdapat nilai nol yang disebabkan oleh kekurang
telitian pengamat, kesalahan alat, atau sifat dari NH4Cl yang pada konsentrasi
tertentu dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Namun pada
konsentrasi tertentu bersifat non elektrolit. Antara jeruk nipis dan jeruk manis,
jeruk nipis dpat menghantarkan arus listrik meskipun daya hantarnya lemah
dibandingkan jeruk manis biasa, sebab hal tersebut jeruk nipis memiliki kadar
keasaman yang lebih tinggi dibandingkan jeruk biasa sehingga lebih
memungkinkan untuk dapat menghantarkan listrik.
Dari percobaan yang telah dilakukan oleh pratikan mengenai pratikum
terhadap daya hantar listrik, praktikan dapat menentukan nilai dari daya
hantar listrik pada larutan tersebut dengan memasukkan niali yang diperoleh
pada persamaan L=I/R dimana L merupakan daya hantar listrik dan R adalah
tahanan dan pada percobaab kedua dpat diketahui hubungan anatara pengarus
konsentrasi terhadap daya hantar listrik suatu larutan yang grafiknya akan
dapat terlihat pada bahasan ini. Adapun grafik dapat digambarkan oleh
pratikan berdasarkan pada hasil dari percobaan kelompok 1 dan 2 dari berbagai
jenis senyawa berikut yaitu :
- Grafik hubungan konsentrasi dan daya hantar listrik pada larutan
NH4OH

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.05 0.1 0.5 1

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa daya hantar listrik pada larutan NH4OH
zang tertinggi terdapat pada konsentrasi 0,1 M kemudian 0.05 M,1 M dan zang
terendah pada konsentrasi 0.5 molar. Hal ini tidak sesuai dengan teori zang
menyatakan semakin besar konsentrasi zat semakin besar pula daya hantar

101
listriknya. Hasil tidak sesuai dengan percobaan. Dari kosentrasi 0.05-0.1 molar
terdapat grafik naik dengan nilai konsentrasi 0.05 M terhadap daya hantar
listrik sebesar 0.004 ohm dan daya hantar pada konsentrasi 1 adalah 0.005
kemudian anatar 0.1 diperoleh lagi grafik dengan laju turun artinya daya hantar
listriknya turun dan larutan tersebut mengalami kenaikan lagi terhadap daya
hantar listrik dari 0.0036 M, grafik zig zag menunjukan adanya kesalahan
pratikan, seharusnza grafik yang tergamabr garis lurus linear.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daza hantar listrik pada larutan
HCl

100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1

Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa daya hantar listrik yang paling kuat
pada larutan HCl pada kosentrasi 0.05 yaitu konsentrasi yang paling rendah
kemudian daya hantar listrik turun ketika konsentrasinza diubah menjadi 0.1
M kemudian mengalami nilai konstan atau sama besar pada konsentrasi
berikutnya, daya hantar listrik pada larutan HCl juga tidak dapat sesuai dengan
teori bahwa berbanding terbalik yang mana konsentrasi yang rendah memiliki
daya hantar yang kuat.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan KOH

100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1

Dari grafik laurutan KOH terhadao hubungan antara konsentrasi dengan daya
hantar listrik yaitu pada konsentrasi 0.005 dengan 0.1 meningkat artinya grafik
naik yaitu dengan selisih sekitar 0.005 kemudian dari 0.1 menuju 0.5 grafik
menurun mendekati nilai pada kosentrasi 0.05 M setelah itu antara konsentrasi
0.5 menuju 1 M grafik mengalami kenaikan lagi, yang besar kenaikkannya dua
kali lipat dari dari daya hantar konsentrasi 0.005 M, kenaikan ini cukup

102
signifikan namun percobaan ini juga tidak sesuai dengan teori walaupun daya
hantar listrik tertinggi berda pada konsentrasi yang besar, tapi kenaikannya
adalah naik turun.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan KCl

100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 0.05 dan 0.1 daya
hantar kistriknya naik pada konsentrasi 0.1-0.5 terjadi nilai kontan artinya
sama dengan konsentrasi 0.1 dan 0.5 terjadi kenaikan tetapi hanya kecil sekali
sehingga grafik yang digambarkan adalah datar. Tetapi daya hantar terkecil
terjadi pada konsentrasi yang paling kecil yaitu 0.05 dan daya hantar terbesar
pada konsentrasi 1 M.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan KBr.

100

80

60

40

20

0
0.05 0.1 0.5 1

Dari grafik diatas dapat dilihat antara konsentrasi 0.05 dan 0.1 M memiliki nilai
daya hantar yang naik kemudian dari konsentrasi 0.1 sampai 0.5 mengalami
penurunan dan selanjutnya adalah kosntam, daya hantar tertinggi pada larutan
konsentrasi 0.1 dan tertinggi kedua 0.05 artinya percobaan tidak sesuai dengan
teori bahwa nilai daya hantar terkecil terdapat pada konsentrasi yang lebih
besar yaitu 0.5 dan 1 M.

f. Grafik hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik karutan KI.

103
100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1

g. Grafik hubungan terhadap daya hantar listrik larutan NH4Cl

100
80
60
40
20
0
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 0.05 molar sampai 0.5
M daya hantar listrik dengan grafik naik artinya nilai daya hantarnya meningkat
dari 0 menjadi 0.01 yang kenaikkannya bisa dikatakan konstan kerena garisnya
mendekati linear, namun setelah daya hantar mengalami kenaikan konsentrasi
terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu menuju nol sama dengan
konsentrasi paling kecil L kosentrasi 0.05 sama dengan konsemtersi 1 M.
Percobaan ini sangat tidak sesuai dengan teori.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar percobaan tidak sesuai dengan teori hubungan antara konsentrasi
dengan daya hantar listrik tidak dapat dibuktikan dengan sempurna sebab
kesalahn pratikum cukup besar.

104
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Jika diperhatikan berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan
menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit. Yang termasuk dalam
elektrolit kuat yaitu NaOH, NaCl, NaI, NH4Cl, elektrolit lemah yaitu jeruk
nipis dan NH4OH, dan non elektrolit yaitu H2O, minyak tanah, dan Kristal
NaCl.
2. Perbedaan konsentrasi pada suatu senyawa dapat mempengaruhi daya
hantar listriknya. Semakin besar konsentrasinya maka semakin besar daya
hantarnya karena semakin banyak ion-ion yang dapat bergerak bebas dan
terionisasi dengan baik dalam menghantarkan arus listrik begitu juga
sebaliknya.

6.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya bahan harus lebih di lengkapkan
lagi. Praktikan juga harus lebih teliti dalam membaca skala pada alat
multimeter.

105
DAFTAR PUSTAKA

Ari. 2008. Mengenal Kimia 1. Jakarta : Yudhistira

Budiman dan Soeharjo. 2002. Inti Sari Kimia Organik. Jakarta : Hipolirates

Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi 3. Jakarta : Erlangga

Martono,Y dan Dewi, K.A.K.H. 2013. “Perbandingan Kristalisasi Steviosida dan


Stevia Reboudiana (Bert) Antara Pelarut Organik dan Air serta
Formulasi Sebagai Pemanis Alami”. Jurnal Seminar Nasional Kimia
Terapan. Solo : Universitas Kristen Satya Wacana. Volume 3-5. Hal 9-
15. ISSN : 2088-9828

Sediawan, W.B. 2000. “Berbagai Teknologi Proses Pemisahan Daur Ulang Bahan
Bakar Nuklir”. Jurnal Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan-Bahan
nuklir V(P2TBDU) dan P2BGN. Jakarta : Batan. ISSN 1410-1998.

Sumarjono. 2002. Kimia. Jakarta : Erlangga

Watongare, A.S., Lumehta, J.O., Wuwung, B.A., Sugiarso. 2013. “ Rancang


Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses
Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik”. E-jurnal Teknik
Elektro dan Komputer. Manado : PT. UNSRAT.

106
Pertanyaan prapraktek

1. Apa yang dimaksud dengan daya hantar listrik ?


Jawab :
Daya hantar listrik yaitu kemampuan suatu pengantar memindahkan
muatan listrik, daya hantar listrik juga merupakan kemampuan dari air untuk
menghantarkan arus listrik yang dipengaruhi oleh jenis ion,valensi, dan
konsentrasi.
2. Bagaimana suatu larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik ?
Jawab :
Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan listrik
karena senyawa dari zat terlarut dapat terurai menjadi ion – ion yang bergerak
bebas. Zat elektrolit dalam larutan menjadi ion – ion yang bergerak bebas
tersebut dinamakan ionisasi.
3. Jelaskan cara kerja pengukuran daya hantar listrik dengan menggunakan
alat multimeter!
Jawab :
Perpindahan muatan dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara
satu tempat dengan tempat yang lain dan arus listrik akan mengalir dari
potensial tinggi ke potensial rendah, dalam sebuah larutan perpindahan
muatan dari tinggi kerendah yang digunakan menggunakan alat multimeter.

107
Pertanyaan pascapraktek

1. Apa yang dimaksud dengan larutan elekrtrolit ?


Jawab :
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

2. Bagaimana sifat dari larutan yang bersifat elektrolit kuat, elektrolit lemah,
dan non elektrolit ?
Jawab :
- Elektrolit kuat : zat elektrolit yang terurai sempurna didalam air
- Elektrolit lemah : zat elektrolit yang terurai hanya sebagian didalam air
- Non elektrolit : tidak larut dalam air dan tidak terurai menjadi ion – ion

3. Berikan masing – masing 3 buah contoh senyawa yang bersifat elektrolit


kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit !
Jawab :
- Elektrolit kuat : NaOH, NaI, NH4Cl
- Elektrolit lemah : NH4OH, CH3COOH
- Non elektrolit : H2O, minyak tanah, Kristal NaCl

4. Jelaskan pengaruh jenis senyawa dan konsentrasi suatu larutan terhadap


daya hantar listrik!
Jawab :
Pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar lisrtrik yaitu semakin besar
konsentrasi suatu larutan maka daya hantarnya juga semakin besar, begitu
pula sebaliknya. Sedangkan pengaruh jenis senyawa terhadap daya hantar
listrik yaitu jika suatu senyawa mudah untuk terisolasi (terpisahkan) maka
daya hantar listriknya semakin tinggi.

108
LAMPIRAN

Larutan –Larutan Yang Diukur Daya


Hantar Listriknya

Proses Pengukuran Resistor Dengan


Multimeter

109
PERCOBAAN VII

PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN DAN ANALISIS MELALUI


PENGENDAPAN

I. Tujuan
1. Memisahkan campuran dengan cara (1) sublimasi, (2) ekstraksi, (3)
dekantasi, (4) kristalisasi, dan (5) kromatografi.
2. Mengendapkan barium klorida dan menentukan persentase hasil dari
barium kromat.
3. Menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran
4. Mendalami dan menggunkan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia.
5. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.

II. Landasan Teori


Campuran (mixed) merupakan penggabungan dua atau lebih zat dimana
dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya
masing-masing. Campuran tidak memiliki susunan tetap sehingga sampel
seperti udara yang diperoleh dari kota yang berbeda susunannya bisa berbeda
kerena ketinggian pencemaran dan lain lain.
Setiap campuran terdiri dari campuran homogen dan campuran
heterogen. Baik campuran homogen atau heterogen dapat dibuat dan kemudian
dipisahkan dengan cara fisika menjadi komponen-komponen murninya tanpa
mengubah identitas dari setiap komponen. Contohnya seperti gula dalam air
yang dilarutkan dapat diperoleh kembali dari larutannya dalam air dengan
memanaskan larutan itu dan menguapkannya hingga kering. Dengan
mengembunkannya uap air dapat diperoleh kembali airnya. Setelah pemisahan,
komponen-komponen campuran akan memiliki susunan dan sifat yang sama
seperti semula (Chang,2004).
Kebanyakan materi di alam ini tidak murni tetapi berupa campuran.
Contohnya air yang digunakan sehari-hari masih mengandung zat-zat lain
dalam bentuk gas, padat, atau cair. Pada dasarnya hamir semua campuran
dapat dipisahkan. Metode yang dapat dijadikan dasar pemisahan campuran
bergantung pada sifat fisika dari partikel penyusun campuran tersebut. Sifat
fisika yang dapat dijadikan dasar pemisahan suatu campuran adalah ukuran
partikel, titik didih partikel, dan kelarutan.
110
Namun demikian, ada campuran yang tidak dapat dipisahkan secara
fisika. Biasanya campuran tersebut tergolong homogen. Campuran tersebut
dapat dipisahkan secara kimia. Salah satu contohnya adalah proses koagulasi.
Proses tersebut merupakan sifat kimia yaitu terbentuknya endapan akibat
penambahan zat kimia tertentu (Kamilati,2006).
Menurut Sediawan (2000), berdasarkan tahap proses pemisahan, metode
pemisahan dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu metode pemisahan
sederhana dan metode pemisahan kompleks.
1. Metode pemisahan sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara
satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang
relatif sederhana.
2. Metode pemisahan kompleks
Metode pemisahan kompleks merupakan metode yang memerlukan
beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan
proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yag diperlukan. Metode ini
biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya,
pengolahan bijih dari pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.
Beberapa proses yang menyangkut pemisahan komponen kimia dari
campuran homogen dan tidak mencangkup proses proses pemisahan mekanis
filtrasi, sedimentasi, dekantasi, dan lain-lain), yaitu sebagai berikut :
1. Destilasi
Destilasi merupakan suatu perubahan komponen cairan menjadi uap
dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi
merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada
distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair.
Jenis destilasi terbagi menjadi,
a. Destilasi sederhana, yaitu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua
atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu
senyawa yang dipisahkan dengan destilasi biasanya untuk memperoleh
senyawa murni.
b. Destilasi frakionisasi (bertingkat), yaitu menggunakan prinsip yang sama
dengan destilasi sederhana, hanya saja destilasi ini memiliki rangkaian alat
konensor yang lebih tinggi.

111
c. Destilasi azeotrop, yaitu memisahkan campuran azeotrop campuran dua
atau lebih komponen yang sulit yang sulit dipisahkan.
2. Absorbsi
Absorbsi yaitu, pengambilan komponen-komponen dari campuran gas
dengan penyerapan menggunakan solven. Contoh reaksi absorbsi reaktif dalam
industri adalah

𝐶𝑂2 + 𝐾2 𝐶𝑂3 + 𝐻2 𝑂→ 2𝐾𝐻𝐶𝑂3

Absorbsi reaktif memerlukan suhu tinggi dan pada absorbsi biasa karena reaksi
kimia akan berjalan cepat pada suhu yang lebih tinggi.
1. Memisahkan suspensi
Suspensi yaitu cairan yang mengandung zat padat tak larut. Contoh air
sungai yang keruh. Suspensi dapat dipisahkan melalui filtrasi, dekantasi, atau
pemusingan (sentrifuge).

2. Memisahkan zat padat dari larutan


Zat padat terlarut tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan,
dekantasi, dan sentrifugasi. Namun zat padat terlarut dapat dipisahkan melalui
penguapan dan kristalisasi.
a. Penguapan ( evaporasi )
Penguapan adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk
memisahkan suatu larutan yang zat penyusun larutan tersebut berupa padatan
( zat padat ) dan cairan ( zat cair ). Metode tersebut dapat dilakukan dengan
cara memanaskan larutan seperti gambar berikut :
Jika suatu larutan dipanaskan melebihi titik didihnya pelarut, maka
partikel akau menguap, sedangkan padatan yang terlarut akan tertinggal.
Proses penguapan yang digunakan pada proses pengolahan garam dapur.
b. Pengkristalan ( kristalisasi)
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal. Dimana larutan pekat
didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Pengkristalan terjadi pada
larutan karena larutan berkurang ketika suhu diturunkan, larutan yang tidak
cukup pekat dapat didinginkan terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan
dengan pendinginan.
Pembentukan kristal dapat juga terjadi karena larutan berkurang ketika
suatu dilarutkan telah mencapai titik jenuhnya. Titik jenuh larutan adalah

112
suatu titik ketika penambahan partikel suatu terlarut sudah tidak dapat lagi
menyebabkan partikel tersebut melarut sehingga terbentuk larutan jenuh.
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel
terlarut pada pada suatu larutan pada suhu tertentu. Contohnya NaCl telah
mencapai titik jenuh maka akan terbentuk kristal?berkurangnya air karena
penguapan, menyebabkan larutan melewati titik jenuh dan mempercepat
terbentukna kristal seperti padatan. Dengan cara kristalisasi dapat diperoleh
zat padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya yang kadarnya
lebih kecil tidak ikut mengkristal (kamilati,2006).
Menurut Bresnick (2003), ada beberapa cara memisahkan campuran
dari zat padat, yaitu :
a. Sublimasi
Sublimasi adalah metode pemisahan campuran sesama zat padat
berdasarkan perubahan wujud zat. Zat padat dapat menyublim (berubah wujud
dari padat langsung menjadi gas atau sebaliknya) dapat dipisahkan dari
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat menyublim menggunkan
metode sublimasi. Contoh campuran iodin akan segera mengkristal ketika
menemui daerah yang cukup dingin sehingga diperoleh iodin murni.
b. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah metode pemurnian padatan yaitu dengan
menggunkan material padatan terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu
tinggi (pada atau dekat pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau
dekat jenuh. Ketika larutan panas didinginkan perlahan, kristal akan
mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurunkan suhu sehingga
kelarutan padatan menurun.
3. Kromatografi
Kromatografi berasal dari kata chroma yang berarti warna. Kromatografi
merupakan suatu teknik pemisahan campuran yang digunakan untuk
menguraikan campuran berupa partikel warna menjadi komponen-komponen
penyusunnya. Beberapa zat yang diteteskan dapat bergerak pindah lebih cepat
dari yang lain.
Dalam kromatografi komponen-komponen yang akan dipisahkan dan
didistribusikan antara dua fase, salah satu fase nya disebut fase stasioner (fase
diam) dan fase lainnya disebut fase mobil ( fase gerak). Dalam fase ini
komponen yang kurang larut dalam fase gerak akan tertinggal. Sedangkan
komponen yang lebih larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.

113
Menurut Murtono dan Dewi (2013), ada beberapa cara pemisahan
campuran yaitu dekantasi dan ekstraksi.
1. Dekantasi
Dekantasi dapat digunakan sebagai salah satu alternatif selain filtrasi
untuk memisahkan cairan dari padatan. Dekantasi dilakukan dengan cara
menuang cairan perlahan-lahan, sehingga padatan tertinggal didalam wadah.
Metode ini lebih cepat dari filtrasi, tetapi hasilnya kurang efektif. Hasil
pemisahan yang lebih efektif diperoleh jika zat padat ukurannya dalam
campuran lebih besar. Proses dekantasi dapat dilihat ada gambar berikut :

Gambar : pemisahan dengan dekantasi


2. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu metode yang digunakan dengan melarutkan
bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini
adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu.
Beberapa dasar ekstraksi-kristalisasi yang dikembangkan adalah
penyesuaian Ph larutan dengan bahan-bahan yang lebih efisien dan mudah
didapatkan, penjernihan larutan dengan mengklafikasikan menggunakan arang
aktif dan bentotit. Serta pencapaian keadaan larutan lewat jenuh yang dapat
membetuk kristal steviosida.
Menurut Bresnick (2003),Teknik pemisahan digunakan untuk
mendapatkan dua atau lebih produk yang telah murni dari suatu campuran
senyawa kimia, sebagian besar senyawa ditemukan dialam dari suatu
campuran senyawa kimia yang tidak murni. Suatu zat dapat dipisahkan dari
campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Hal ini dinamakan dasar
pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran partikel
Jika ukuran partikel zat yang digunakan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi.

114
2. Titik didih
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh
berbeda dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Pabila titik didih zat hasil
lebih rendah dari pada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu
didih zat hasil dan dibawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih
cepat menguap, sedangkan zat campur tetap dalam keadaan cair dan sedikit
menguap ketika titik didihnya terlewati.
3. Kelarutan
Suatu zat memiliki kelarutan yang berbeda-beda dengan zat yang
lainnya dalam campurannya, karena spesifikasi kelarutan yang berbeda.
4. Pengendaan
Jika suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan
kecepatan pengendapan berbeda dapat dipisahkan dengan sedimentasi atau
sentrifugasi.
5. Difusi
Yaitu jika dua macam zat berwujud cair atau gas ketika dicampur dapat
berdifusi (bergerak mengalir) dan bercampur satu sama lainnya.
6. Absorbsi
Merpakan penarikan suatu zat oleh bahan pengabsorbsi secara kuat
sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengabsorbsi.

115
III. Alat dan Bahan
3.1. Alat
- Timbangan
- Cawan penguap
- Kaca arloji
- Pembakar bunsen
- Bejana kromatografi atau gelas piala
- Gunting
- Penotol ( pipa kapiler
- Kertas saring

3.2. Bahan
- NH4Cl 0,1 gr
- NaCl 0,1 gr
- SiO2 0,1 gr
- 𝐻2 𝑂
- Pelarut ( eluen )
- Butanol
- Asam asetat
- BaCl2
- K2CrO4
- BaCrO4

116
IV. Prosedur Kerja
4.1 Pemisahan komponen dari campurannya
A. Pemisahan dengan cara konvensional
v 𝑁𝐻 𝐶𝑙 0,1 gr, NaCl 0,1 gr
4

Ditimbang cawan penguap yang bersih dan kering


dengan ketelitian 0,01 gram dan ditimbang contoh

Ditimbang cawan penguap dan contoh dan diletakkan


diatas alat

Dipanaskan dengan hati-hati cawan penguap dan


contoh samai asap putih benar-benar habis

Uap 𝑁𝐻4 𝑂𝐻 Residu NaCl ; Si𝑂2

Dibiarkan cawan penguap dingin dan


ditimbang
Ditambahkan 25 ml air pada padatan
yang terbentuk dan diaduk selama 5
menit
Didekantasi larutan dengan cermat pada
cawan penguap lain yang sudah
ditimbang sebelumnya

Kristal NaCl Residu Si𝑂2

Ditempatkan Dicucu dengan air sampai bebas dari


cawan penguap NaCl
diatas pemanas Dikeringkan Si𝑂2
Ditempatkan cawan penguap yang
Dipanaskan dan mengandung Si𝑂2
ditutup dengan
kaca arloji yang Ditutup dengan kaca arloji yang telah
telah ditimbang ditimbang
Didinginkan sampai mencapai suhu
kamar
Kristal NaCl
Ditimbang Si𝑂2 kering yang tidak
mengalami penguapan lagi

Si𝑂2

117
B. Pemisahan dengan kromatografi

Pelarut ( Eulen )

Disediakan bejana kromatografi atau gelas


piala 150 mL

Diisi bejana dengan pelarut ( eulen ) yakni


campuran butanol, asam asetat, air dengan
nisbah 1:1:4 sebanyak 4 sampai 5 mL

Ditutup dengan kaca untuk menjenuhkan


bejana dengan eulen

Digunting kertas saring 3x10 cm dibuat garis


(3x8,5 cm) dengan pensil pada jarak 1 -1,5 cm
dari bagian bawah kertas, dengan penotol ( pipa
kapiler ) dibuat noda dengan tinta hitam.
Ukuran tinggi kertas disesuaikan bejana

Digantungkan kertas saring yang telah diberi


noda dengan bejana kromatografi dengan noda
harus berada di permukaan pelarut

Dibiarkan sampai diperoleh pemisahan yang


baik

Ditentukan harga Rf dari setiap noda yang


diperoleh

Hasil

118
4.2 Analisis melalui pengendapan
A. Persentase hasil barium kromat

𝐵𝑎𝐶𝑙2

Ditimbang gelas piala 250 ml dan dictat


bobotnya

Dimasukkan kira-kira 1 gram (0,8 sampai 1,2


gram) 𝐵𝑎𝐶𝑙2 dan ditimbang kembali

Ditambahkan 25 ml air suling diaduk sampai


larutan homogen. Dimasukkan 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4 0,2 M
sebanyak 25 ml
Di aduk dan diamati endapan yang terbentuk

Diuji larutan dengan beberapa tetes 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4

Dipanaskan sampai mendidih dialihkan dari


api
Disaring dengan kertas saring whatman

filtrat Residu endapan 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4

Dikeringkan endapan 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4


dan ditimbang
Dicatat bobot 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4

Dhitung hasil teoritis endapan

Ditentukan persen hasil

Kristal 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4

119
B. Persentase Barium Klorida di dalam campuran

𝐵𝑎𝐶𝑙2

Didapatkan suatu campuran yang


mengandung 𝐵𝑎𝐶𝑟2 , dicatat bobotnya

Dihitung prosedur A

Dihitung massa 𝐵𝑎𝐶𝑙2 , dalam


campuran

Ditentukan persen hasil

Hasil

120
V. Hasil dan Pembahasan
Pemisahan komponen dari campuran merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memisahkan dan memurnikan suatu senyawa dan suatu
campuran dinama suatu senyawa atau beberapa senyawa yang telah bergabung
dan dapat dipisahkan kembali.
Praktikan pada pratikum kali ini menggunakan beberapa metode
pemisahan campuran diantaranya dengan cara konvensional dan kromatografi
serta menganalisis melalui pengendapan dengan menentukan persentase
barium kromat serta persentase barium klorida dalam suatu campuran yaitu
dengan metode kristalisasi dan dekantasi.
Berdasarkan pada percobaan yang dilakukan oleh pratikan, pada metode
pemisahan dengan cara konvensional diperoleh data sebagai berikut :

I. 1) bobot cawan penguap dan contoh semula : 62,1965 gr


2) bobot cawan penguap : 61,8382 gr
3) bobot contoh : 0,3583 gr
4) bobot cawan penguap sesudah NH4Cl menyublin : 62,2624 gr
5) bobot NH4Cl : 0,4242 gr
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑁𝐻4 𝐶𝑙
6) persentase NH4Cl : x 100% = 118,392%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

II. 1) bobot cawan + kaca arloji + NACl : 33,6789 gr


2) bobot cawan + kaca arloji : 33,639 gr
3) bobot NACl : 0,0399 gr
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑁𝑎𝐶𝑙
4) persentase NACl : x 100% = 11,1359%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
5) perhitunagan : 67,3578 gr

III. 1) bobot cawan + SiO2 : 82,1842 gr


2) bobot cawan : 61,8382 gr
3) bobot SiO2 : 0,1275 gr
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖02
4) persentase SiO2 : : x 100% = 35,5847%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
5) Perhitungan : 144,1499 gr

IV. 1) bobot sampel : 0,3583 gr


2) bobot NH4Cl + NACl + SiO2 : 0,5916 gr
3) selisih bobot : 0,2353 gr

121
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
4) persentase bahan yang terpisahkan : x 100%
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

=1,6511%
Pada percobaan dengan cara konvensional pratikan menggunakan
metode dekantasi ( pengendapan) dan metode kristalisasi. Prinsip yang
digunakan pada metode dekantasi yaitu berdasarkan perbedaan ukuran
molekul, sedangkan pada kristalisasi yaitu berdasarkan pada titik didih yang
berbeda. Percobaan ini bertujuan untuk melepaskan Kristal NaCl dari
campurannya yaitu NH4Cl melalui proses dekantasi (menyublin) NH4Cl yang
dipanaskan akan membentuk uap NH4Cl dan residu NaCl dan SiO2, larutan
NH4Cl menyublin/menguap sehingga menghasilkan uap NH4OH dan sisanya
kemudian membentuk residu NaCl dan SiO2. Setelah dingin dan ditimbang
kemudian di tambahkan air maka larutan dapat didekantasi pada cawan lain
yang telah ditimbang sebelumnya, yaitu residu NaCl dan SiO2 pemisahan oleh
residu NaCl dan SiO2 yang dilakukan dengan perlahan ( supernatant ) sehingga
menghasilkan larutan NaCl dan residu SiO2. Dari larutan NaCl akan
dikristalkan menjadi Kristal NaCl (terjadi proses kristalisasi) menggunakan
metode kristalisasi larutan yang mendidih dari awal akan menguap diatas kaca
arloji dan meninggalkan Kristal NaCl disamping itu residu SiO2 di cuci dengan
air sampai benar – benar terbebas dari NaCl, kemudian dikeringkan maka
menghasilakn SiO2 yang terbebas dari NaCl dengan berbentuk SiO2 kering.
Adapun persentase dari NH4Cl, SiO2 dan persentase larutan yang
dipisahkan dari percobaan ini yaitu diperoleh 5,1282 % untuk NH 4Cl, 0,4908 %
untuk NaCl dan 1,5684 % SiO2 dan 7,278 % untuk persen masa keseluruhan
yang terpisahkan.
Untuk persen masa keseluruhan yang dipisahkan atau terpisahkan
dicari pratikan dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan (teori),
selain itu dapat dibandingkan dengan cara perhitungan sederhana yaitu dengan
menambahkan persentase NH4Cl, persentase NaCl, dan persentase SiO2 yaitu
diperoleh %NH4Cl + %NACl +% SiO2 = 7,1884 % sedangkan perolehan nilai pada
rumus teori 7,278 % artinya percobaan yang diperoleh dapat sesuai dengan
teori.
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan tersebut adalah :

NaCl (l) + SiO2 ( l ) + NH4Cl( l ) → NaCl (s) + SiO2 ( s )

122
Proses pembentukan Krista NACl dan SiO2, secara singkat seperti bagan
berikut :

Campuran 𝑁𝐻4 𝐶𝑙 ; 𝑁𝑎𝐶𝑙 ; 𝑆𝑖𝑂2

Residu 𝑁𝑎𝐶𝑙 ; 𝑆𝑖𝑂2 Uap 𝑁𝐻4 𝑂𝐻

Supenatan larutan Residu 𝑆𝑖𝑂2


𝑁𝑎𝐶𝑙

𝑆𝑖𝑂2
𝑁𝑎𝐶𝑙

Percobaan pemisahan selanjutnya yang dilakukan oleh pratikan adalah


denagan menggunakan metode kromatografi yaitu suatu metode yang
digunakan untuk memisahan zat padat dari campurannya berdasarkan pada
migrasi senyawa.
Data yang diperoleh pratikan pada percobaan kali ini sebagai berikut :
No Warna yang Jarak tempuh Noda Rf warna
terbentuk
1 Hitam 7 cm 0,875
2 Biru 8 cm 1
3 Coklat 6 cm 0,75
4 Merah muda 2 cm 0,22
Prinsip yang digunakan pada metode kromatografi adalah berdasarkan
kepada kepolaran dari senyawa. Pada peristiwa ini campuran (pada noda) akan
terpisah atau terurai menjadi komponen penyusunnya dalam bentuk partikel
warna. Komponen dari noda akan terpidah dan terdistribusi anatara dua fase
yaitu fase gerak dan fase diam. Dimana fase gerak yang digunakan pada
percobaan ini adalah eluen (asam asetat, butanol dan air), sedangkan fase
diamnya adalah kertas saring. Eluen yang digunakan memiliki kepolaran yang
berbeda, sehingga akibat dari perbedaan kepolarannya menyebabkan campuran
tidak saling bercampur. Adapun sifat dari senyawa eluen yaitu butanol memiliki
sifat semipolar, asam asetat dan air memiliki sifat polar, dengan urutan
kepolarannya yaitu air > n-butanol > asam asetat.

123
Sebelum melakukan pemisahan atau memisahkan kertas kedalam
eluen, terlebih dahulu eluen harus di jenuhkan hal ini bertujuan untuk
mempercepat proses elusi. Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain saat proses elusi. Sebaiknya gelas di tutup sehingga eluen tidak
menguap ketika tidak terlarut, kertas saring yang digunakan juga harus di
sesuaikan ukurannya dengan gelas piala. Hal ini agar prosesnya tidak
terhambat. Pada kertas saring yang digunakan juga tidak boleh dilipat pada
ujungnya jika kertas ukurannya tidak sesuai dengan gelas piala hal tersebut
mengakibatkan kertas akan teresolusi sehingga proses pemisahannya
terhambat. Adapun proses pengerahan eluen pada kertas dinamakan proses
aseending yang di pengaruhi oleh gaya kapiler. Dari pemisahan dengan metode
ini pratikan memperoleh warna pengamatan berupa warna hitam,
biru,coklat,dan merah muda dengan jarak tempuh warna yaitu 7,8,6,dan 2 cm.
sehingga di peroleh nilai Rf 0,875 ; 1 ; 0,75 ; dan 0,22. Namun pada sebaran
warna yang terjadi tidak mengalami pemisahan yang baik, sebab warna yang
dihasilkan masih menumpuk atau bersatu. Penyebab tidak terpisahnya warna
dengan baik salah satunya dipengaruhi oleh keadaan eluen yang tidak baik
atau larutan sudah tidak murni lagi. Eluen yang dipakai tidak terlalu sempurna
sehingga tidak menghasilkan pemisahan yang baik. Dengan kasus tersebut
tentunya akan berpengaruh dengan hasil Rf sebab anatara fase gerak dan fase
diam tidak terebusi dengan baiik.
Percobaan ketiga yang dilakukan oleh pratikan adalah analisis melalui
pengendapan yaitu menentukan persentase hasil barium kromat. Dengan
peroleh data sebagai berikut :
1. Bobot gelas piala + BaCl2 : 128,7867 gr
2. Bobot gelas piala : 127,7867 gr
3. Bobot BaCl2 : 1 gr
4. Bobot kertas saring + endapan BaCrO4 : 5,5793 gr
5. Bobot kertas saring : 1.1046 gr
6. Hasil endapan BaCrO4 : 4.4747 gr
Perhitungan hasil teoritis
𝐵𝑎𝐶𝑙2(𝑠) + 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4(𝑠) → 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) + 2𝐾𝐶𝑙(𝑠)
Mula-mula : 0,05 0,015
Reaksi : 0,015 0,015 0,015
Setimbang : 0,035 0 0,015
Bobot endapan 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) (hasil teoritis)

124
M = n.mr
= 0,015.255
= 3,825 gr
Peraentase hasil 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
%𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) = x 100% = 116,9856%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Berdasarkan data diatas pratikan memperoleh hasil BaCrO 4 yaitu
sebanyak 116,9856 % yang diperoleh dengan menggunakan rumus hasil
eksperimen : hasil teoritis x 100 %. Adapun proses terbentuknya pengendapan
oleh BaCrO4 secara singkat sebagai berikut :

𝐵𝑎𝐶𝑙2 + 𝐻2 𝑂 + 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4(𝑠)

Residu endapan
Filtrat 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠)

Kristal 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠)

BaCl yang telah dilarutkan dalam air sehingga larutan homogen


ditambahkan K2CrO4 sampai terbentuk residu endapan BaCrO4 dalam filtrasi.
Pada proses ini residu endapan BaCrO4 akan berubah menjadi Kristal barium
kromat. Untuk dapat mengamati endapan yang terbentuk ditambahkan K 2CrO4
pada larutan sampai endapan tidak terbentuk lagi ditambahkan selalu K 2CrO4
itulah tujuan dari penambahan K2CrO4.
Namun pada percobaan yang dilakukan oleh pratikan endapan masih
terbentuk, hal ini dipengaruhi oleh adanya factor-faktor kelarutan. Pada
padatan Kristal yang mempengaruhi adalah suhu, sifat pelarut , dan adanya
ion-ion yang mungkin sama atau tidak sama dengan ion-ion didalam padatan
dan ion-ion yang membentuk padatan terionisasi sedikit atau ion kompleks
dengan ion padatannya.
Pengaruh hasil konsentrasi dalam rumus tetapan kesetimbangan ( Qc )
sebagai berikut :
Jika Qc < Ksp, larutan belum jenuh
Jika Qc = Ksp, larutan tepat jenuh
Jika Qc > Ksp, terjadi endapan

125
Artinya berdasarkan data Qc terhadap Ksp diatas endapan akan
terbentuk jika harga Qc lebih besar dari harga Ksp atau hasil kali kalarutan
ion-ionnya lebih besar dari harga Ksp.
Reaksi dari hasil percobaan yaitu :
BaCl2 ( aq ) + K2CrO4 ( Aq ) → BaCrO4 + 2KCl (aq)

Percobaan keempat ( terakhir ) yang dilakukan oleh pratikan adalah


menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran, dimana
campuran barium klorida telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang
diperoleh pratikan adalah sebagai berikut :
1. Bobot gelas piala + campuran : 128,7867 gr
2. Bobot gelas piala : 127,7667 gr
3. Bobot campuran : 1 gr
4. Bobot kertas saring + endapan BaCl 2 : 5,57793 gr
5. Bobot kertas saring : 1,1046 gr
6. Hasil nyata endapan BaCl2 : 4,4747 gr
Perhitungan massa BaCl2 dalam camapuran :
Massa BaCl2 = n.mr = 0,035.208 = 7,29 gram
Perhitungan persentase BaCl2 dalam cmpuran :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
%𝐵𝑎𝐶𝑙2(𝑠) = x 100% = 61,4656%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Perhitungan persentase 𝐵𝑎𝐶𝑙2 ditentukan oleh praktikan menggunakan
sampel yang telah didapat dari percobaan penentuan persentase barium kromat
sebelumnya.

126
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Sublimasi : pemisahan campuran dari suatu padatan dengan
cara menguap, dengan menggunakan prinsip berdasarkan
perubahan dari fase padat menjadi gas.
b. Ekstraksi : proses pemisahan campuran dari suatu campuran
berdasarkan kelarutan
c. Dekantasi : proses pemisahan campuran dari padatan dengan
menuang supernatan (perlahan), berdasarkan prinsip
perbedaan ukuran molekul.
d. Kristalisasi : pemisahan zat padat dari campuran berdasarkan
kelarutan.
e. Kromatografi : pemisahan campuran berdasrkan perbedaan
migrasi senyawa.
2. Barium klorida dapat diendakan dalam larutan barium kromat
dengan reaksi
𝐵𝑎𝐶𝑙2(𝑎𝑞) + 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4(𝑎𝑞) → 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) + 2KCl
Dengan hasil dapat dicari dengan rumus
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
% hasil = x 100%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

3. Persentase barium klorida dapat juga dicari dengan menggunakan


persamaan % hasil diatas.
4. Mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia
dimana campuran dapat di pisahkan dengan adanya perubahan fasa
atau fasenya.
5. Penyaringan dan pemindahan endapan, yaitu penyaringan dapat
dilakukan dengan menggunakan kertas saring whotman selanjutnya
endaan dapat dipisahkan dengan cara metode dekantasi yaitu
supernatan (perlahan).

6.2 Saran
pada percobaan dengan metode kromatografi, pemisahan tidak
terjadi secara sempurna, hal tersebut terjadi dikarenakan larutan yang
digunakan kurang baik, sebaiknya pada saat pengolahan gelas ditutup dengan
aluminium oil agar dapat jenuh dengan sempurna, selain itu ketika proses elusi

127
terjadi, gelas piala dan kertas sebaiknya juga ditutup hal ini untuk menghindari
penguapan pada eluen (pelarut).

128
Daftar pustaka
Bresnick,S. 2003. Inti Sari Kimia Organik . Jakarta : Hipokrates.
Chang,R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Kalimati,N. 2006. Mengenal Kimia 1. Jakarta : Yudhistira.
Martono,Y dan Dewi,K.A.K.H. 2013. “ Perbandingan Kristalisasi Steviosida dari
Stevia rebaudiana ( Bert ) antara Pelarut Organik dan air serta
formulasinya sebagai sebagai Pemanis Alami”. Jurnal Seminar Nasional
Kimia Terapan. Sola : Universitas Kristen Satya Wacana. Volume 3-5. Hal
9-15. Issrv : 2088-9828.
Sediawan,W.B.2000.” Berbagai Teknologi Proses Pemisahan Daur ulang Bahan
Bakar Nuklir”. Jurnal Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar
Nuklir V ( P2TBDU ) dan P2BGN . Jakarta : Batan. ISSN 1410 – 1998.
Watangare,A.S., Lumehta,J.O., Wuwung,B.A., Sugiarso. 2013. “ Rancang
Bangun Alat Konversi Air Laut menjadi Air Minum dengan Proses
Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas elektrik “. E-Jurnal Teknik
Elektron dan Komputer. Manado : FT. UNSRAT.

129
Perhitungan
A. Pemisahan komponen dari campuran
1. Penulisan dengan cara konvensional
 Bobot cawan penguap + contoh semula = 62,1965 gr
 Bobot cawan penguap = 61,8382 gr
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑁𝐻4 𝐶𝑙
 Persentase NH4Cl : X 100% = 118,392%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑁𝑎𝐶𝑙
 Persentase nacl : X 100% = 11,1359%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖02
 Persentase sio2 : : X 100% = 35,5847%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
 Persentase bahan yang terpisahkan : X 100%
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

=1,6511%
2. Pemisahan dengan cara kromatografi
 Jarak tempuh pelarut = 8 cm
 Jarak tempuh zat :
7
 Warna hitam : 7 cm, Rf = = 0,875
8
8
 Warna biru : 8 cm,, Rf = =1
8
6
 Warna coklat : 6 cm, Rf = = 0,75
8
2
 Warna merah muda : 2 cm, Rf = = 0,22
8

B. Analisis melalui pengendapan


1. Persentase barium kromat
𝐵𝑎𝐶𝑙2(𝑠) + 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4(𝑠) → 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) + 2𝐾𝐶𝑙(𝑠)
Mula-mula : 0,05 0,015
Reaksi : 0,015 0,015 0,015
Setimbang : 0,035 0 0,015
Bobot endapan 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) (hasil teoritis)
M = n.mr
= 0,015.255
= 3,825 gr
Peraentase hasil 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
%𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) = x 100% = 116,9856%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
2. Persentase barium klorida
Massa BaCl2 = n.mr = 0,035.208 = 7,29 gram
Perhitungan persentase BaCl2 dalam cmpuran :
130
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
%𝐵𝑎𝐶𝑙2(𝑠) = x 100% = 61,4656%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

131
Pertanyaan Prapraktek

1. Apa yang dimaksud dengan pemisahan komponen dari campuran?


2. Sebutkan cara-cara pemisahan yang anda ketahui dan jelaskan prinsipnya.
3. Apakah yang disebut dengan Rf dan apa peranannya dalam proses
pemisahan?
4. Berikan definisi untuk : a. Filtrat; b. % komposisi; c. endapan; d.
stoikiometri; e. supernatant; f. hasil teoritis.
5. Bagaimana menguji apakah endapan telah sempurna?
6. Masalah apa yang terjadi jika endapan yang terjadi tidak sempurna?
7. Apakah yang anda lakukan jika partikel endapan terlihat dalam filtrate?
Apakah sumber utama dari kesalahan percobaan tersebut?

Jawaban

1. Suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu


senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang
berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala
murni.
2. - Dekantasi ( pengendapan ) : pemisahan komponen campuran dengan
cara diendapkan. Contoh pengendapan pasir dengan air.
- Filtrasi : penyaringan : pemisahan komponen campuran dengan
cara menggunakan alat penyaring. Contoh campuran bubuk kapur
dengan air disaring dengan bubuk kapur.
- Sentripugasi yaitu teknik pemisahan yang digunakan untuk
memisahkan suspensi yang jumlahnya sedikit.
- Sublimasi yaitu pemisahan pada suatu campuran dari suatu
padatan dengan cara penguap. Prinsip yang digunakan berdasarkan
perubahan fase padat mennjadi gas.
- Ekstraksi yaitu proses pemisahan campuran dari suatu campuran
berdasarkan perbedaan kelarutan.
- Dekantasi yaitu proses pemisahan campuran dari padatannya
dengan menuang supernatant (perlahan). Prinsip yang digunakan
berdasarkan perbedaan ukuran molekul.
- Kristalisasi yaitu pemisahan zat padat dari campurannya
berdasarkan kelarutan.

132
- Kromatografi yaitu pemisahan yang berdasarkan pada perbedaan
migrasi senyawa.
- Adsorbsi yaitu penarik suatu zat terhadap zat lain secara kuat
sehingga menempel pada permukaannya.
3. Harga Rf ialah perbandingan dari jarak yang ditempuh oleh suatu soluent
terhadap jarak yang ditempuh oleh bagian mula soluen selama waktu
yang sama. Harga Rf digunakan untuk keperluan identifikasi noda-noda
sering ditemukan contohnya dengan harga Rf. Harga Rf yang identik dari
senyawa yang diketahui dan tidak diketahui dengan menggunakan
beberapa system soluent yang memberikan bukti bahwa keduanya adalah
identik terutama jika dilakukan berdampingan dengan dialas pita keras.
4. a. filtrat : hasil filtrasi ( penyaringan ) dari suatu campuran.
b. % komposisi : persentase setiap unsure dalam senyawa.
c. endapan : komponen campuran yang tidak larut dan terdapat dibagian
bawah suatu campuran.
d. stoikiometri : kajian tentangpengukuran partikel atau unsure yang
terdapat didalam senyawa dalam reaksi kimia.
e. suoernatan adalah perlahan-lahan ( hati- hati ).
f. hasil teoritis : banyaknya produk yang diperoleh dari reaksi yang
berlangsung sempurna.
5. dengan memasukkan beberapa tetes larutan yang diujikan/ reaksikan
sehingga dilihat lagi terjadinya endapan
6. sebagian bobot yang seharusnya mengendap terpaksa harus menguap
karena masih menyatu dengan bagian larutan yang diatas.
7. apabila pratikel endapan masih terdapat dalam filtrat dilakukan lagi
penyaringan hingga tidak adal lagi partikel dlam filtrat. Sumber utama dari
kesalahan percobaan tersebut adalah kertas saring yang kurang berkualitas
atau proses percobaan itu sendiri yang kurang berkualitas atau proses
percobaan kurang teliti dalam melakukan penyaringan.

133
Pertanyaan Pasca Praktek

1. Gunakan Handbook untuk menjawab pertanyaan ini :


a. Bagaimana cara anda memisahkan NiCO3 dari Na2 CO3 ?
b. Bagaimana cara anda memisahkan AgCl dari BaCl2 ?
c. Bagaimana cara anda memisahkan TeO2 dari SiO2 ?
2. Apakah ada cara pemisahan selain yang disebutkan dalam percobaan ini?
3. Mengapa contoh NaCl perlu ditutup selama pemanasan?
4. Apa kekurangan dan kelebihan cara kromatografi sebagai alat analisis?

Jawaban :

1. a. Yaitu dengan cara Kromatografi ( berdasarkan kepolaran dari senyawa )


b. melalui cara dekantasi
c. dengan cara konvensional.
2. Ada, yaitu kristalisasi, filtrasi, destilasi dan ekstraksi.
3. Karena jika tidak ditutup air nya akan menguap dan akan menyebabkan
ketidak tepatan pengukuran bobot NaCl.
4. Kelebihan :
a. prosedur sederhana dan cukup tepat.
b. Tidak diperlukan kuantitas kecil dari zat itu.
c. Tidak perlu zat dan senyawa yang mahal
Kekurangan : memakan waktu yang lama dan hasil yang diperoleh dengan
akurat.

134
LAMPIRAN

Pemisahan dengan Cara


konvensional

Pemisahan dengan Cara


kromatografi

Persentase hasil barium


kromat

135
PERCOBAAN VIII

REAKSI-REAKSI KIMIA DAN REAKSI REDOKS

I. Tujuan
1. Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis.
2. Mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi.
3. Menuliskan persamaan reaksi dengan benar.
4. Menyelesaikan persamaan redoks setiap percobaan.

II. Landasan Teori

Persamaan reaksi merupakan bahasa ilmu kimia, persamaan reaksi


menjelaskan secara kualitatif peristiwa yang terjadi jika dua pereaksi atau lebih
bergabung dan secara kuantitatif menyatakan jumlah zat yang bereaksi serta
jumlah produk reaksi.
Reaksi kimia dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Reaksi kimia yang berlangsung tanpa perpindahan electron
2) Reaksi kimia yang berlangsung dengan terjadinya perpindahan elektron
Contoh reaksi kimia yang berlangsung tanpa perpindahan electron
Ag+ (l) + NO3- (l) Na+(l) Cl-(l) AgCl (s) + Na+(l) + NO3-(l)
Ag+(l) +Cl-(l) AgCl(s)
Reaksi yang disertai perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain
dikenal sebagai reaksi oksidasi reduksi (redoks), contoh :
Na * + : .Cl ∷ NaCl

Sebuah atom netral natrium memberikan satu electron ke atom netral kalor
hingga terbentuk muatan positif Na+ dan muatan negatif Cl- .
Reaksi kimia adalah proses yang mengkonversi sekelompok zat yang
disebut reaktan, menjadi kelompok zat baru yang dinamakan produk. Dengan
kata lain, reaksi kimia adalah reaksi yang menghasilkan perubahan kimia.
Memang dalam banyak kasus, tidak ada yang terjadi ketika sejumlah zat
dicampur masing-masing mempertahankan komposisi dan zat aslinya. Kita
memerlukan bukti sebelum kita dapat mengatakan bahwa suatu reaksi telah
terjadi. Beberapa jenis bukti fisis yang diperlukan ditunjukkan oleh perubahan
warna, Pembentukan padatan dalam larutan jernih, evolusi gas, evolusi atau
penyerapan kalor.

136
Meskipun pengamatan seperti ini biasanya menandakan bahwa reaksi
telah terjadi, bukti kuat masih memerlukan analisis kimia terperinci dari
campuran reaksi untuk mengidentifikasi semua zat yang ada (Petrucci, 2007).

Umumnya reaksi-reaksi kimia digolongkan menurut jenisnya yaitu,


reaksi penggabungan, yaitu reaksi di mana dua buah zat bergabung
membentuk zat ketiga. Kasus paling sederhana adalah jika dua unsur bereaksi
membentuk senyawa. Misalnya, logam natrium bereaksi dengan gas klorin
membentuk natrium klorida. Persamaan kimianya:
Na(s) + Cl(g) 2NaCl(s)
Reaksi Penguraian yaitu suatu reaksi senyawa tunggal membentuk dua
atau lebih zat baru. Biasanya reaksi ini berlangsung dalam suhu tinggi.
Beberapa senyawa yang dapat terurain dengan menaikkan suhu misalnya kclo3.
senyawa ini jika dipanaskan akan terurai menjadi KCl dan gas oksigen.
Persamaan kimianya :
2KClO3(s) 2KCl(s) + 3O2 (g)
Reaksi pendesakan atau pergantian adalah suatu reaksi di mana suatu
unsur bereaksi dengan suatu senyawa menggantikan unsur yang terdapat
dalam senyawa itu. Misalnya, jika logam besi dicelupkan ke dalam larutan
tembaga (II) nitrat, akan mengendapka logam tembaga. Persamaan kimianya :
2Fe(s) + Cu (No3)2(aq) CU(s) + Fe(No3)2(aq)
Reaksi metalesis (pembentukan ganda) yaitu reaksi yang melibatkan
pertukaran bagian dari pereaksi. Jika pereaksi adalah senyawa ionik dalam
bentuk larutan, bagian yang bertukaran adalah kation dan anion dari senyawa.
Misalnya larutan kalium iodida yang tidak berwarna. Ion-ion di dalam larutan
bereaksi memebentuk endapan berwarna kuning dari senyawa timbal (II) iodida.
Persamaan kimianya :
2KCl(aq) + Pb (No3)3(aq) 2KNO3(aq) + Pbl2(s)
Reaksi pembakaran yaitu reaksi suatu zat dengan oksigen, biasanya
bereaksi cepat disertai pelepasan kalor membentuk nyala.
Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan bilangan satu
elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion dan molekul). Bila suhu unsur
dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif suatu zat
pengoksidasi adalah suatu zat yang memperoleh elektron dan dalam proses
tertentu zat tersebut direduksi. Reduksi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari alam zat (atom, ion dan
molekul). Bila suhu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih
137
negatif. Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron dalam
proses itu zat ini dioksidasi (Svehia,1995).
Menurut Syukri (1999), elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang
berkenaan dengan interkonversi energi listrik dan energi kimia. Proses
elektrokimia adalah reaksi redoks dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas
oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana energi listrik digunakan
agar reaksi yang spontan bisa terjadi.
Dalam reaksi redoks, elektron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat
lain. Reaksi antara logam Mg dan HCl merupakan satu contoh reaksi redoks:
0 +1 +2 0

Mg (s) + 2HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2 (g)


Reaksi redoks dapat dilihat dengan menentukan bilangan oksidasi (BO)
atom atom sebelum dan sesudah reaksi.
Menentukan reaksi redoks : dalam mencari bilangan oksidasi semua
unsur dalam suatu reaksi, serta dapat mengetahui reaksi tersebut redoks serta
menentukan unsur yang teroksidasi dan tereduksi, contoh :
a. 2Na + Cl2 2NaCl , biloks Na = 0 ke +1(oksidasi)
, biloks Cl = 0 ke -1 (reduksi)
b. NaS +CaCl2 CaS + 2HCl , bilangan oksidasi semua unsur tetap.
Jadi reaksi a dan b adalah redoks dan metethesis.

Oksidasi adalah proses pelepasan elektron (e-) dari suatu zat, sedangkan
reduksi adalah proses penangkapan electron oleh suatu zat. Sebaliknya, zat
pengoksidasi adalah zat yang menerima electron dank arena itu zat tersebut
mengalami reduksi (Harrizul,1994).

Dalam mempelajari reaksi oksidasi dan reduksi biasanya reaksi ini


dipisahkan mejadi dua bagian misalnya untuk reaksi sebagai berikut:
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)
Dipisahkan menjadi dua setengah reaksi, yaitu:
Oksidasi : Zn(s) Zn2+ + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- Cu(s)
Contoh, bila logam zn dimasukkan kedalam larutan yang berisi Zn+
terdapat beda potensial antara larutan yang berisi ion inert seperti Pt
dimasukkan dalam timbul beda potensial antara larutan dan elektrodanya yang
disebut potensial redoks (Sukardjo,1990).

138
Ketersediaan limbah kayu pelawan sangat potensial untuk diolah
menjadi asap cair. Asap cair diperoleh dari pengembunan asap hasil penguraian
senyawa organik yang terdapat didalam kayu pada proses pirolisis. Pirolisis
adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi
penguraian komponen-komponen penyusun kayu, pada proses reaksi
penguraian tersebut menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padat, cair dan
gas ( Akbar, dkk. 2013).

Sistem elektrokimia adalah meliputi sel elektrokimia dan reaksi


elektrokimia karena didasarkan pada reaksi redoks, pereduksi utama yang
berperan dalam metode ini adalah elektron yang dipasok dari suatu sumber
listrik (Kusumawati, dkk. 2008)
Oksidasi diartikan sebagai reaksi penggabungan dengan oksigen,
sedangkan reduksi diartikan sebagai reaksi pengambilan oksigen dari oksida
logam agar terbentuk logam bebas. Zat zat yang mudah melepaskan atau
bereaksi dengan oksigen seperti karbon, hydrogen dinamakan pereduksi
(reduktor) sedangkan zat yang mudah melepaskan oksigen dinamakan
pengoksidasi (oksidator). Reaksi transfer electron dinamakan reaksi reduksi
oksidasi atau disingkat reaksi redoks (Sunarya, 2010).

139
III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Pipet Tetes

- Thermometer

- Gelas piala 100 ml

- Gelas piala 150 ml

- Erlenmeyer 150 ml

- Batang pengaduk

- Spatula

- Kaca arloji

3.2 Bahan

- Akuades

- n-Heksana

- Sikloheksana

- n-Dekana

- o-diklorobenzen

- p-diklorobenzen

- n-butil alcohol

- t-butilalkohol

- Naftalena

- C10H8

- C6H4Cl2

- NaCl

- KI

- Mg(SO4)2

- (CH3)2CHOH

140
IV. Prosedur Kerja

A. Reaksi penggabungan

Mg

Dimasukkan seujung sudip


Dibakar pada nyala bunsen

Hasil

B. Reaksi penguraian

Kristal CuSO4.5H2O

Dimasukkan seujung sudip


Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Dipanaskan pada nyala bunsen
Diamati dan dicatat hasil

Hasil

C. Reaksi penggantian tunggal

1 mL larutan AgNO3
0,01 M
Dimasukkan 1 g serbuk Cu
Dikocok
Diamati dan dicatat hasil

1 mL HCl 0,1 M

Dimasukkan 0,1 g serbuk Mg


Dikocok
Diamati dan dicatat hasil

Hasil

141
D. Reaksi penggantian rangkap

1 mL AgNO3 0,01 M, 1 mL Hg(NO3)2 0,1 M, 1 mL Al(NO3)2 0,1 M

Dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi I,II dan III

Ditambahkan pada masing-masing tabung 1 mL Kl

Diamati dan dicatat hasil

1 mL AgNO3 0,01 M, 1 mL Hg(NO3)2 0,1 M, 1 mL


Al(NO3)2 0,1 M
Dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi IV, V dan VI

Ditambahkan pada masing-masing tabung 1 mL larutan Na3PO4

Diamati dan dicatat hasil

Hasil

E. Reaksi netralisasi

1 mL HNO3 0,01 M, 1 mL H2SO4 0,1 M, 1 mL H3PO4 0,1 M

Dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi VII, VIII dan IX

Ditambahkan kedalam masing-masing tabung 1 tetes indikator

fenolftalein

Ditetesi masing-masing tabung dengan larutan NaOH 0,1 M sampai

terjadi perubahan warna

Diamati dan dicatat jumlah tetesan NaOH yang terpakai

Hasil

142
F. Reaksi redoks serta perubahan warna

0,5 mL H2SO4 6 M dan 0,5 mL KmNO4


0,1 M
Dimasukkan kedalam tabung reaksi X
Ditambahkan dengan Na2SO4
Diamati perubahan warna

3 mL NaHSO3 0,1 M dan mL NaOH 10 m

Dimasukkan kedalam tabung reaksi XI


Ditambahkan dengan KmNO4
Diamati setiap tetesan penambahan KmNO4
Diamati perubahan warna yang terjadi
Dicatat KmNO4 yang terpakai

0,5 mL H2SO4 6 M dan 0,5 mL KmNO4 0,1 M

Dicampurkan kedalam tabung raksi XII


Dipanaskan dalam lemari asam
Diamati yang terjadi

HASIL

143
G. Beberapa reaksi redoks

2 mL CuSO4 0,5 M

Dimasukkan kedalam tabung reaksi


Ditambahkan sepotong logam Zn
Dibiarkan beberapa menit
Dicatat yang terjadi
Dilakukan sebaliknya dengan memasukkan Logam Cu kedalam
larutan ZnSO4 0,5 M
Diamati yang terjadi dengan potensial elektroda reaksi

Pb(NO3)2 0,1 M dan NaNO3


0,5 M
Dicampurkan kedalam tabung reaksi
Dimasukkan sedikit serbuk logam Mg
Dicatat urutan logam
Ditulis persamaan reaksi

5 tetes H2O2 0,1


M
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Dimasukkan 5 tetes H2SO4 dan 10 tetes KI masing-masing 0,1 M
Ditambahkan 1 tetes larutan kanji
Dicatat hasil pengamatan

FeCl3 0,1 M

Dimasukkan kedalam tabung reaksi


Ditambahkan 10 tetes H2SO4 1 M
Ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M
Dipanaskan selama 2 menit
Ditambahkan 1 tetes larutan kanji
Diperhatikan yang terjadi

Hasil

144
V. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil dari pratikum yang dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
Persamaan Reaksi Bukti terjadi reaksi
A. Reaksi penggabungan Terjadi perubahan warna dan suhu
Mg + ½O2 MgO
B. Reaksi penguraian Perubahan warna dan penguapan perubahan
CuSO4.5H2O CuSO4+5H2O suhu dan gas
C. Reaksi penggantian tunggal
1. Cu+AgNO3 Tidak ada perubahan
2. 2HCL+Mg MgCl2+H2 Warna abu-abu dibawah dan bening diatas,
warna berubah menjadi abu-abu.

D. Reaksi penggantian rangkap Perubahan warna oranye ke bening


1. AgNO3+KI AgI+ KNO3Perubahan warna oranye ke bening
2. Hg(NO3)2+KI HgI2+2KNO
Pengendapan
3

3. Al(NO3)2 +KI AlI2+2KNO


Perubahan
3 warna bening ke coklate
4. 3Ag(NO3)2 + 2Na3PO4
Ag3PO4+3NaNO3 Warna berubah dari bening ke kuning
5. 3Ag(NO3)2+2Na3PO4
Ag3(PO4)2+6NaNO3 Perubahan warna putih ke bening
6. 3Al(NO3)2 + 2Na3PO4
Al3(PO4)2+6NaNO3
a. Pada percobaan pertama mengenal reaksi penggabungan, zat atau unsur
yang digunakan untuk dilihat reaksinya adalah Mg. Pembakaran Mg akan
menghasikan MgO yang ditandai dengan berubahnya warna pada Mg menjadi
lebih pucat dan suhu lebih panas. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini
adalah :

Mg(s) + ½O2(g) MgO(s)

Dari reaksi tersebut dapat terlihat bahwa logam Mg bereaksi dengan gas
oksigen saat dipanaskan. Reaksi Mg dengan oksigen ini lah yang menghasilkan
zat baru yaitu MgO.
Hasil percobaan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Petrucci
(1989), yaitu ketika unsur pertama ditambahkan atau bereaksi dengan unsure

145
ion akan menghasilkan unsure baru. Pada percobaan ini, ketika logam Mg
bereaksi dengan oksigen terbentuk unsure baru yaitu MgO.
b. Reaksi penguraian
Percobaan ini dilakukan adalah untuk menunjukkan adanya penguraian
yang dilakukan oleh suatu senyawa kompleks. CuSO4.5H2O merupakan
senyawa yang dapat terurai jika dipanaskan. Reaksi yang terjadi pada
pemanasan senyawa ini adalah :
CuSO4.5H2O(s) CuSO4+5H2O(g)
Setelah dipanaskan beberapa menit, ternyata pada wujud CuSO4.5H2O
ini terjadi perubahan warna dimana lebih pucat dari warna sebelumnya selain
itu ada terdapat penguapan. Perubahan ini terjadi karena adanya proses
penguapan dimana air yang terkandung dalam sampel mengalami penguapan
sehingga hanya tersisa padatan dari CuSO4. Hilangnya kandungan air pada
sampel menunjukkan bahwa sampel lebih terurai menjadi senyawa tunggal.
c. Reaksi pergantian tunggal
Percobaan ini dilakukan dengan dua buah sampel, dimana sampel
pertama menggunakan Cu dan AgNO3, dimana reaksi yang terjadi tidak terjadi
perubahan dari senyawa tersebut, ini dibuktikan dengan hasil percobaan yang
praktikan lakukan dimana setelah memasukkan Cu dan AgNO3 kemudian
dikocok tidak terjadi perubahan apapun.
Percobaan kedua menggunakan sampel HCL dan serbuk Mg dimana
reaksi yang terjadi yaitu :
2HCL(aq)+Mg(s) MgCl2(aq)+H2(g)
Larutan HCl yang awalnya bening akan berada di atas dari serbuk Mg.
percobaan ini terdapat gelembung-gelembung yang menandakan bahwa adanya
gas. Mg yang semula mengendap dibagian bawah lama-kelamaan akan larut
dan mengubah larutan menjadi keabu-abuan.
Dilihat dari hasil pengamatan, reaksi penggantian tunggal dapat
diartikan sebagai reaksi dimana sebuah unsur menggantikan unsur lain dalam
reaksi yang terjadi tersebut. Dalam percobaan pertama Cu menggantikan
unsure Ag dalam AgNO3 dan Mg menggantikan unsure H dalam HCl pada
percobaan kedua (Keenan,1984).
d. Reaksi pengganti rangkap
Pada percobaan ini, ada enam prosedur yang dilakukan. Prosedur
pertama adalah mereaksikan AgNO3 dengan KI dimana reaksi yang teradi :
AgNO3(aq)+KI(aq) AgI + KNO3(aq)

146
Larutan pada saat reaksi berubah warna menjadi bening. Perubahan
warna ini menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara keduanya.
Percobaan kedua adalah mereaksikan Hg(NO3)2 dengan KI, dimana
reaksi yang terjadi :

Hg(NO3)2(aq)+2KI(aq) HgI2(s)+2KNO3(aq)

Percobaan ini menghasilkan perubahan warna sama seperti percobaan


pertama dimana terjadi perubahan warna dari oranye menjadi bening.
Percobaan ketiga yaitu mereaksikan Al(NO3)2 dengan KI, dimana reaksi
yang terjadi :
Al(NO3)2 +KI AlI2+2KNO3
Dimana percobaan ini didapatkan endapan dari AlI 2.
Percobaan keempat yaitu mereaksikan Hg(NO 3)2 dengan Na3PO4, dimana
reaksi yang terjadi :
3Hg(NO3)2 + 2NaPO4 Hg3(PO4)2 +6NaNO3

Hasil dari percobaan ini warna berubah dari bening menjadi kuning dan
juga terbentuk endapan. Seperti yang telah diketahui bahwa Hg termasuk
unsure yang tidak larut dan akan mengendap karena Hg termasuk unsure yang
sukar untuk larut.
Percobaan kelima yaitu mereaksikan AgNO3 dengan NO3PO4. Dari
pengamatan yang dilakukan terjadi perubahan warna dari bening ke coklat, dan
ada sedikit endapan. Reaksi yang terjadi adalah :
3Ag(NO3)2+2Na3PO4 Ag3(PO4)2+3NaNO3
Selanjutnya, percobaan keenam yaitu dengan mereaksikan antara
Al(NO3)2 dengan Na3PO4, dimana reaksi yang terjadi adalah perubahan dari
warna putih ke bening dengan persamaan reaksi :
3Al(NO3)2 + 2Na3 Al3(PO4)2 + 6NaNO3
Persamaan reaksi Bukti terjadi
E. Reaksi netralisasi
1. HNO3+NaOH NaNO3+H2O Warna bening menjadi ungu muda
2. H2SO4+2NaOH NaSO4+2H2O Warna bening menjadi merah muda
3. H3PO4+3NaOH Warna bening menjadi ungu pekat
Na3PO4+3H2O
F. Reaksi redoks terhadap perubahan
warna
1. Na2C2O4+H2SO4+2KMnO4 Perubahan ungu menjadi bening

147
K2SO4 +NO2SO4 +2MnSO4 +CO2 +H2O
2. NaHSO4 +NaOH NaHSO4
NaHSO4 +KMnO4 Adanya endapan bewarna bening
3. HCl + 2KMnO4 2KCl hijau, dibawah larutan
+2MnCl + 8H2O + 5Cl2 Perubahan warna dari ungu muda
menjadi ungu pekat kehitaman
e. Reaksi netralisasi
Pada percobaan reaksi netralisasi, ada tiga kali percobaan yang
dilakukan yaitu dengan menambahkan larutan fenoflatein dalam larutan HNO 3,
H2SO4 dan H3PO4.
Percobaan pertama yaitu pada larutan HNO3 dimana larutan fenolflatein
tidak mempengaruhi warna larutan, sedangkan pada saat penggunaan NaOH
warna berubah menjadi pekat. Reaksi yang terjadi :
HNO3(aq) + 3NaOH(aq) Na3PO4 + 3H2O
Semakin lemah suatu asam maka akan semakin sedikit NaOH yang
diperlukan untuk mengubah warna dari suatu larutan. Pada reaksi H2SO4,
reaksi yang terjadi adalah
H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2
Dimana warna bening asalnya berubah menjadi merah muda.
Selanjutnya percobaan ketiga yaitu H3PO4, dimana reaksi yang terjadi
adalah
H3PO4 + 3NaOH Na3PO4 + 3H2O
Dimana reaksi yang terjadi yaitu warna larutan dari bening menjadi
ungu pekat.
f. Reaksi redoks terhadap perubahan warna
Percobaan pertama yang dilakukan adalah dengan mencampurkan
larutan H2SO4 dengan KMnO4 dimana menghasilkan warna ungu dan setelah
diteteskan kembali dengan NaC2O4 warna tersebut memudar. Persamaan reaksi
yang terjadi
2KMnO4 + 5NaC2O4 + H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + CO2
+1 +3 +2 +4
Oksidasi
reduksi
Reduksi : 2KMnO4
Oksidasi : 5NaC2O4

148
Percobaan kedua yang dilakukan adalah NaHSO4 dan NaOH dan diberi
KMnO4 warna berubah menjadi hijau. Persamaan reaksi :
2NaHSO4 + 2NaOH + 2KMnO4 2NaSO4 + 2KCl + 2MnO2
+4 +7 +6 +2
Oksidasi reduksi
Dimana yang bertindak sebagai reduktor adalah NaHSO4 dan oksidator
2KMnO4.

Percobaan ketiga yaitu larutan HCL direaksikan dengan KMnO 4 yang


ditambahkan berbentuk atau berwujud kristal (padat) dan warna berubah
menjadi ungu kehitaman. Persamaan reaksi :
16HCl + 2KMnO4 2KCl + 2MnH2 + 8H2O +5Cl2
-1 +4 +2 0
Reduksi
Oksidasi
Dimana pada larutan ini yang bertindak sebagai oksidator adalah
2KMnO4 dan reduktor adalah 16HCl.
Reaksi Bukti terjadinya reaksi
1. CuSO4 + Logam Zn Terjadi endapan dibagian bawah
ZnSO4 + logam Cu Terjadi endapan dibagian atas
Serbuk Mg + 2n(NO3)2 Terjadi pengendapan dan suhu panas
2. Serbuk Mg + 2n(NO4)2 Terdapat endapan dan menghasilkan
gas
Serbuk Mg + NaNO3 Terjadi pengendapan
3. H2O + H2SO4 + KI + larutan kanji Berwarna larutan kanji berwarna
ungu, dingin di bagian bawah
4. FeCl3 + H2SO4 + KI + larutan tabung
kanji FeCl3 + H2SO4 + KI dipanaskan
berwarna orange + kanji
berwarna hitam pekat panas.

g. Beberapa reaksi redoks


Dari data pengamatan diatas dapat dikatakan bahwa pratikum
melakukan 7 kali percobaan dengan sampel berbeda sebanyak 7 buah.
Percobaan pertama yang dilakukan dengan melarutkan logam Zn
kelarutan CuSO4. Hasil pengamatan yang didapat adalah terjadi endapan
bagian bawah. Persamaan reaksi :

149
CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)
+2 0 +2 0
Reduksi
Oksidasi
Yang berperan sebagai oksidator adalah CuSO4 dan sebagai reduktor
adalah Zn.
Percobaan kedua yaitu ZnSO4 + logam Cu dimana terjadi endapan
bagian atas. Persamaan reaksinya
ZnSO4 + Cu TR
Percobaan ini tidak terjadi reaksi karena logam Cu tidak bereaksi
dengan ZnSO4. Hal tersebut dikarenakan logam Cu tidak lebih reaktif dari pada
logam Zn sehingga tidak terjadi reaksi.
Percobaan ketiga yaitu serbuk Mg + Pb(NO 3)2 :
Pb(SO3)2 + Mg Mg(NO3)2 + Pb
+2 0 +2 0
Reduksi
Oksidasi
Pada reaksi ini terbentuk endapan Pb karena Pb pada deret volta
disebelah kanan Mg sehingga Pb lebih mudah tereduksi dan mengendap, yang
bertindak sebagai reduktor adalah Mg dan sebagai oksidator adalah Pb(NO 3)2.
Selanjutnya adalah reaksi antara Mg + NaNO3 dimana terdapat
pengendapan yang terjadi reaksi yang terjadi.
NaNO3 + Mg
Tidak tejadi reaksi karena Mg telah reaksi jika dibandingkan dengan Na
dan Mg lebih mudah tereduksi. Dalam percobaan, pratikum melakukan
kesalahan dalam reaksikan sehingga antara data dan literatur tidak sesuai.
Selanjutnya ada reaksi dimana meneteskan H2O2, H2SO4 dan KI pada
larutan kanji.
3H2O + H2SO4 + KI 4H2O + K2SO4 + I2 + O2
-1 -1 -2 0
Reduksi
Oksidasi
Didapatkan dalam hasil pengamatan yaitu lautan kanji berwarna ungu
dengan dibagian bawah tabung dimana yang bertindak sebagai oksidator adalah
H2O dan reduktor adalah KI.
2FeCl3 + 3H2SO4 + KI Fe2(SO4)3 + 3H2 + 3I2 + 6KCl

150
+1 -1 0 0
Oksidasi
Reduksi
Dari data pengamatan didapat bahwa larutan berubah menjadi
berwarna orange dan ketika ditambah larutan kanji berubah menjadi hitam
pekat, yang berperan sebagai reduktor adalah KI dan sebagai oksidator adalah
H2SO4.
VI. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan
1. Ada 5 jenis reaksi kimia :
- Reaksi penggabungan : sintesis satu jenis senyawa dari 2 zat atau
lebih.
- Reaksi penguraian : terpecahnya satu senyawa menjadi 2 zat atau
lebih.
- Reaksi penggantian : satu unsur menggantikan unsur lain dalam
senyawa, unsur yang digantikan adlah yang letaknya lebih bawah
dalam deret volta.
- Reaksi penggantian rangkap : dua zat dalam larutan bertukar
pasangan.
- Reaksi netralisasi : asam dan basa bereaksi memebentuk garam dan
air.
2. Tanda- tanda terjadinya reaksi adalah timbulnya gas, adanya endapan,
terjadi perubahan warna, terjadinya perubahan
3. Reaksi redoks yaitu reaksi reduksi dan oksidasi.
4. Reaksi reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron, melepaskan
oksigen, mengikat H2 dan biloksnya berkurang.
5. Reaksi oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron, penangkapan
oksigen, melepaskan H2 dan koefisienya bertambah.

6.2 Saran
Pada setiap percobaan terhadap jenis reaksi kimia yang
menggunakan tabung reaksi diharapkan agar praktikan selanjutnya benar
benar selektif dan cermat melihat apakah tabung reaksi benar-benar bersih,
sebab zat sisa yang masih terdapat dalam tabung akan mempengaruhi reaksi
karena ikut bereaksi dengan zat yang ditambahkan.

151
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A., Rio, P., Pamilia, C. 2013. “Pengaruh Variabel Waktu dan Temperatur
Terhadap Pembuatan asap Cair dari Limbah Kayu Pelawan “. Jurnal
Teknik Kimia Vol : 19 No.1.

Harrizul, R.1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.


Kusumawati, D.H., Woro,S.,Nugraha, P.P. 2008. “Studi Pengaruh Arus
polimerisasi terhadap Konduktivitas Listrik Polianilin yang Disintesis
dengan Metode Galvano Statik”. Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol : 4
No.1.
Petruci, R. H. 1998. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 2008. Kimia Organik. Jakarta : Yudhistira.

Svehia, G . 1995.Reaksi Redoks. Surakarta: Balai Pustaka.

Syukri,S . 1999 . Kimia Dasar 1 . Bandung : ITB.

Sunarya, Y. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung : Yrama Widya.

152
Pertanyaan Pra Praktek

1. Memberikan definisi dari istilah-istilah berikut : katalis, deret


elektromotif, reaksi eksotermik, endapan, produk, dan pereaksi.
Jawab:
a. Katalis adalah yang dapat meningkatkan laju reaksi, tanpa
mengalami perubahan kimia secara tetap.
b. Deret elektromotif adalah suatu deret yang mengatakan kemampuan
suatu zat untuk mereduksi dari yang paling kuat hingga ke yang
paling lemah.
c. Reaksi eksotermik adalah reaksi kimia yang memberikan atau
melepas kalor kelingkungan.
d. Endapan adalah zat padat tidak larut dalam larutan dan terdapat
dibagian bawah campuran.
e. Produk adalah zat hasil reaksi.
f. Pereaksi adalah zat yang digunakan untuk mereaksikan zat-zat lain
atau menguji zat lain.
2. Terangkan arti lambing-lambang berikut : ∆, WR. (s), (I), (g), dan (aq)?
Jawab:
a. ∆ artinya diberi panas
b. WR artinya jumlah energy dalam reaksi
c. (s) solid untuk fase padat.
d. (I) liquid untuk fase cair
e. (g) gas untuk fase gas.
f. (aq) artinya berlangsung dalam larutan air.
3. Berapa kira-kira volume dalam tabung reaksi yang berisi sepersepuluh
bagian?
Jawab:
1/10 x 250 ml = 25 mL
4. Apakah warna indicator pp dalam larutan asam?
Jawab :
Tidak berwarna
5. Hitung massa atom Cu dari data berikut :
Bobot cawan penguap + logam M yang tidak diketahui = 45,82 g
Bobot cawan penguap = 45,361 g
Bobot cawan penguap + logam Cu = 45,781 g
Jawab :
153
Massa atom Cu = (bobot cawan penguap+logam Cu)-bobot cawan
penguap
= 45,781 gram – 45,361 gram
= 0,420 gram
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidasi dan reduksi !
Jawab :
Oksidasi adalah reaksi penyerahan atau melepas electron sedangkan
reduksi adalah reaksi penerimaan atau menangkap electron.
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor!
Jawab :
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi sedangkan reduktor
adalah zat yang mengalami oksidasi.

154
Pertanyaan Pasca Praktek

1. Identifikasi zat zat berikut ini. Lihat kembali hasil pengamatan anda.
Jawab :
a. Asap putih (A.1) : gas O2 (Rx. Penggabungan)
b. Cairan tak berwarna (B.1) : H2O (Rx. Penggantian tunggal)
c. Gas yang dapat memadamkan api (B.2) : CO 2 (Rx. Penguraian)
d. Padatan kelabu (C.1) : Ag (Rx. Penggantian tunggal)
e. Gas tak berwarna (C.2) : H2 (Rx. Penggantian tunggal)
f. Endapan jingga (D.2) : PbI2 (Rx. Penggantian rangkap)
g. Endapan kuning (D.4) : Ag3PO4 (Rx. Penggantian rangkap)
h. Yang mengubah warna indicator (E.1) : NaOH (Rx. Netralisasi)
2. Buatlah persamaan reaksinya :
a. Tembaga logam + oksigen → tembaga (II) oksida
b. Merkuri (II) nitrat + kalium bromide → merkuri (II) bromide + kalium
nitrat
Jawab :
1
a. Cu(s) + O2(g) → CuO(s)
2

b. Hg(NO3)2 + 2KBr → 2KNO3 + Hg(Br2)2


3. Lengkapi persamaan reaksi berikut, bila tidak ada reaksi, tulislah TR.
Jawab :
a. Hg + Fe(NO3)2 → TR
b. Zn + Ni(OH)2 → Zn(OH2)2 + Ni
c. Pb(NO3)2 + K2CrO4 → TR
d. Zn(HCO3)2 → TR

155
LAMPIRAN

Reaksi Pengabungan

Reaksi Penguraian

AgNO3 + Cu HCl + Mg
Reaksi penggantian
Tunggal

AgNO3 + KI Hg(NO3)2 + KI Al(NO3)3 + KI


156
PERCOBAAN IX
PERBANDINGAN SENYAWA KOVALEN DAN IONIK

I.Tujuan
1. Mengenal perbedaan antara senyawa kovalen dan ionic.
2. Mempelajari jenis ikatan dan struktur molekul yang mempengaruhi
senyawa secara langsung.
3. Membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer.
4. Mempersiapkan diri untuk memasuki praktikum kimia organik.

II.Landasan Teori
Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan
suatu senyawa bersatu. Macam-macam ikatan kimia yang dibentuk oleh atom
tergantung dari struktur elektron atom. Ikatan kimia dibagi menjadi 2 kategori :
ikatan ionik dan kovalen. Ikatan kovalen adalah daya tarik-menarik inti atom
pada elektron yang terbagi diantara elektron itu sendiri (Brady, 1999).
Ikatan ion terbentuk jika terjadinya perpindahan elektron diantara atom
untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik
menarik. Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dengan ion negatif. Atom
yang melepas elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan
menjadi ion negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif
tersusun selang-selang membentuk molekul raksasa (Syukri, 1999).
Perbedaan fisik yang paling mencolok antara senyawa kovalen dan ionik
terdapat pada titik leleh, kelarutan, dan hantaran listriknya. Ketiga perbedaan
ini umumnya disebabkan oleh kekuatan ikatan ionik yang lebih besar dari pada
ikatan kovalen. Senyawa ionik sebagian larut dalam air karena molekul air yang
polar membentuk ikatan yang kuat dengan ion-ion. Bagian negatif dari oksigen
pada molekul air berinteraksi ddengan kation (M+) dan bagian hydrogen
berinteraksi dengan anion (X-).
Suhu kamar senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal yang disebut
Kristal ion. Kristal ion ini terdiri atas ion positif dan ion negatif (Syafiruddin,
1994).
Dalam kristal ion, setiap ion menimbulkan gaya tarik dengan beberapa
ion disekelilingnya. Demikian pula ion dengan muatan yang sejenis akan saling
bertolakkan. Sulit untuk menentukan kekuatan bersih gaya-gaya di dalam
kristal ion. Besarnya gaya ini cukup besar sehingga ion-ion tidak mudah
melepaskan diri begitu saja dan berubah fase gas. Padatan ion tidak menyublim

157
pada suhu kamar. Semua padatan ion dapat melekat jika diberi cukup energi
panas untuk menghancurkan struktur kristal. Pada umumnya semakin tinggi
energi kisi, semakin tinggi titik lelehnya (Petruci, 1987).
Beberapa sifat senyawa ion yang penting adalah sebagai berikut :
Larutan atau leburnya dapat menghantarkan listrik, mempunyai titik leleh dan
titik didih yang tinggi, sangat keras dan getas, pada umunya larut dalam
pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar (Baroroh, 2004).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan
pemakaian bersamaan. Contoh : Bom, karbondioksida, heksana, ammonia, etil
alcohol. Titik leleh dan titik didih senyawa kovalen cenderung lebih rendah dari
pada senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa untuk meleleh dan
menguapkan suatu zat padat maupun cairan molekul hanya membutuhkan
energy secukupnya untuk mengalahkan energy gaya tarik Van Deer Wals antar
molekul (Audrey, 1991).
Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul
adalah orbital yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu
electron. Dua atom yang terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa
hingga satu orbital yang berisi satu electron mengalami overlap atau saling
tindih dengan orbital lain. Makin besar overlap orbital-orbital atom, makin kuat
ikatan yang terbentuk. Ikatan inilah yang sering disebut ikatan kovalen
(Hardjono, 1987).
Sifat-sifat senyawa karbon antara lain kebanyakan menunjukkan titik
leleh rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam air,
sedikit menghantarkan listrik, muah terbakar, dan banyak berbau. Ikatan
kovalen dihasilkan oleh sejumlah atom yang berpasangan electron (Antony,
1992).
Senyawa kovalen dipisahkan jauh lebih mudah karena mereka terbentuk
dari molekul-molekul yang berbeda yang tidak berinteraksi satu sama lain
(Swastika dan Fahimah, 2012).
Disisi lain senyawa kovalen non logam yang terikat bersama-sama dan
terdiri dari 2 elektron yang dibagi antara dua atom (Yunianingsih, 2013).
Logam alkali dalam keluarga satu A dari tabel berkala dan logam alkali
dalam keluarga II A dinamakan demikian karena kebanyakan oksida dan
hidroksidanya termasuk diantara basa (alkali) yang paling kuat yang dikenal.
Ciri khas yang paling mencolok dari alkali dan alkali tanah adalah
kereaktifannya luar biasa besar. Karena logam-logam begitu aktif sehingga

158
mereka tak terdapat sebagai unsure-unsur I A dan II A terdapat di alam dalam
keadaan unsurnya. Semua unsure alkali terdapat dalam senyawa alam sebagai
ion unipositif (positif 1) semua unsure alkali tanah terdapat sebagai ion positif
(positif kedua) (Keenan, 1980).
Logam alkali dan alkali tanah adalah zat produksi yang sangat kuat,
karena begitu mudah kehilangan electron. Mereka mudah bergabung dengan
kebanyakan unsure non logam. Membentuk senyawa ion, seperti halide,
hidrida, oksida, dan sulfide CO15.
Halida anhidrat dapat dibuat dengan dehidrasi dari garam hidrat.
Halida-halida dan kereaktifannya mudah menyerap air. Kemampuan untuk
membentuk hidrat seperti juga kelarutannya dalam air menurun dengan
naiknya ukuran dan halide-halida Cr, badan RA biasanya anhidrat. Hal ini
melengkapi kenyataan bahwa energy menurun secara lebih cepat dari pada
energyi kesi dengan bertambahnya ukuran M2+ (Cotton, 1989).
Menurut Wirasasmita (1989), banyak ion terlarut yang kita temui
disekitar kita misalnya pada air laut, sungai, limbah, ataupun dalam bentuk
padatannya seperti pada tanah dan pupuk. Unsur logam dalam larutannya
akan membentuk ion positif atau kation, sedangkan unsure non logam akan
membentuk ion negative atau anion. Metode yang digunakan untuk
menentukan keberadaan kation an anion tersebut dalam bidang kimia disebut
analisis kuantitatif. Untuk senyawa anorganik disebut analisis kualitatif
anorganik.
1. Warna beberapa ion dalam pelarut air
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga
dilakukan sebagai salah satu untuk identifikasi kation tersebut.
2. Warna nyala beberapa logam
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi
kimia seperti reaksi asam basa, redoks, kompleks, dan pengendapan,
hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke
arah mana reaksi berjalan. Prosedur pertama kali yang digunakan untuk
menguji suatu zat yang tidak diketahui adalah membuat contoh (sampel)
yang dianalisis dalam bentuk cairan / larutan. Selanjutnya terhadap
larutan yang dihasilkan dilakukan uji terhadap ion-ion yang mungkin
ada. Sebelum mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu
campuran ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu
melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali

159
endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion
yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan
reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan
berwarna yang merupakan karakteristik untuk ion-ion tertentu.

160
III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Pipet Tetes

- Thermometer

- Gelas piala 100 ml

- Gelas piala 150 ml

- Erlenmeyer 150 ml

- Batang pengaduk

- Spatula

- Kaca arloji

3.2 Bahan

- Akuades

- n-Heksana

- Sikloheksana

- n-Dekana

- o-diklorobenzen

- p-diklorobenzen

- n-butil alcohol

- t-butilalkohol

- Naftalena

- C10H8

- C6H4Cl2

- NaCl

- KI

- Mg(SO4)2

- (CH3)2CHOH

161
IV. Prosedur Kerja

4.1 Perbandingan titik leleh

a. Senyawa-senyawa Kovalen

Naftalen, C10H8, p-diklorobenzen,C6H4Cl2

Disiapkan tabung kapiler untuk penentuan titik leleh, lalu


masukkan serbuk dari senyawa yang akan diamati
dengan cara menekan ujung yang terbuka dari kapiler
pada cotoh.

Dibalikkan kapiler dan ketuk perlahan hingga contoh


turun kedasar kapiler

Diikat pipa kapiler pada thermometer dengan karet


gelang, dan sejajarkan ujung pipa kapiler dengan ujung
air raksa thermometer

Dipanaskan penangas air sehingga Hg dalam thermometer


naik sekitar 10 0C/menit. Selama pemanasan diaduk
airnya

Diamati contoh baik-baik. Catat suhu pada saat contoh


mulai meleleh.

Dicatat kisaran titik leleh untuk setiap senyawa

Hasil

b. Senyawa Ionik

NaCl, KI, dan Mg(SO4)2

Digunakan handbook dan catat titik leleh setiap senyawa

Hasil

162
4.2 Perbandingan Kelarutan

(CH3)2CHOH, Naftalen, p-diklorobenzen, NaCl, KI, Mg(SO4)2

Disediakan enam tabung reaksi yang berisi masing-masing


senyawa diatas kira-kira 0,6 g.

Dimasukkan 1 ml air, aduk dan amati apakah senyawa


tersebut larut

Diulangi percobaan diatas menggunakan karbon tetra


klorida sebagai pelarut

Hasil

4.3 Senyawa karbon berantai lurus dan lingkar(cincin)

n-heksana, Sikloheksana, n-dekana, dan minyak bumi

Dibandingkan sifat fisis (kenampakan dan bau) dari n-


heksana dan sikloheksana

Dibandingkan kekentalan n-heksana, n-dekana, dan


minyak bumi dengan meneteskan masing-masing senyawa
tadi menggunakan pipet tetes

Hasil

163
V. Hasil dan pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka yang dapat dibahas


adalah sebagai berikut :
A. Perbandingan titik leleh
a. Senyawa kovalen
Senyawa kovalen Titik leleh Titik leleh pustaka 0C
Awal akhir
Naftalena 81,50C 92,50C 860C
Dalam melakukan pengujian perbandingan titik leleh, didapat titik leleh
awal 81,50C dan titik leleh akhir 92,50C untuk mengetahui perbandingan sifat
senyawa ion dan senyawa kovalen. Bahan yang digunakan naftalena C10H8,
NaCl, KI, MgSO4. Dari hasil percobaan perbandingan titik leleh senyawa kovalen
dengan memanaskan senyawa seperti naftalena, maka didapatkan beberapa
perbedaan pada perbandingan titik leleh, sehingga dari nilai-nilai tersebut
didapatkan kisaran titik leleh naftalena antara 81,5OC sampai 92,50C. jauh
berbeda dengan literatur (Jhon,2009) titik lelehnya yaitu 600C sampai 1000C.
Perbedaan perbandingan titik leleh hasil percobaan dengan literatur titik leleh
sebabkan oleh beberapa faktor antaranya yaitu ketidaktepatan penelitian yang
dilakukan saat percobaan dan pada saat pencucian tabung reaksi yang
digunakan masih ada zat yang tersisa (belum benar-benar bersih) dan kering.
Titik leleh senyawa ion jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
senyawa kovalen, hal ini disebab ikatan ion-ion dengan gaya elektostatis sangat
kuat dengan susunan kristal yang tertentu dan teratur. Data yang didapat dari
literatur (Brady,1999) tentang titik leleh senyawa ion adalah sebagai berikut :
NaCl mencair pada kisaran suhu 8010C sampai 8040C. KI meleleh pada suhu
6810C sampai MgSO4 meleleh pada suhu 11240C.
Dan percobaan ini didapatkan bahwa ikatan molekul pada ikatan
kovalen lebih lemah dibandingkan ikatan molekul pada ikatan ion. Karena titik
leleh ikatan kovalen relatif kecil maka atom-atom yang saling berikatan mudah
lepas atau terurai, dapat dikatakan ikatan molekulnya lemah sehingga mudah
meleleh. Sebaliknya ikatan ion yang memiliki titik leleh yang tinggi dikarenakan
ikatan antar atom pada ikatan ion sangat kuat sehingga sulit untuk diuraikan
atau dilelehkan.
Pada unsur alkali memiliki satu elektron ikatan dan bertambah lemah
jika jari-jari bertambah besar, hal ini menyebabkan titik leleh berkurang dari
atas ke bawah dalam satu golongan. Sedangkan unsur halogen terikat oleh gaya

164
Van der Waals yang lemah, gaya ini bertambah jika jari-jari bertambah besar,
oleh sebab itu titik leleh bertambah besar dari atas kebawah dalam satu
golongan. Kekuatan ikatan logam bertambah dari kiri ke kanan, sehingga titik
leleh bertambah dan kiri kekanan. Titik leleh ditentukan oleh besarnya nomor
atom. Sementara titik leleh dari karbon sangat tinggi. Penggunaan pipa kapiler
supaya senyawa lain tidak dapat mempengaruhi range titik leleh. Struktur
siklik sangat berpengaruh pada titik leleh karena semakin banyak membentuk
rantai karbon maka akan menurunkan titik didih, sebalik struktur hidrokarbon
asiklik yaitu senyawa dengan rantai tertutup yang mengandung ikatan jenuh
atau tidak jenuh.
Melting point apparatus adalah alat untuk mengukur titik lebur atau
titik leleh dari suatu senyawa. Prinsip dari melting point apparatus adalah
pertama, menyatakan melting point apparatus dengan memutar suhu 200C per
menit. Kedua ketika suhu menjadi 60% maka memutar suhu diturunkan
hingga 100C per menit. Ketiga, jika thermometer sudah mencapai titik lebur
atau leleh, kemudian dikurangi 150C, maka pada pemutar suhu harus diputar
kekiri hingga 10C per menit. Bila senyawa melebur cukup lama maka senyawa
kemurnian rendah, sedangkan yang cepat melebur senyawa kemurniannya
tinggi.
Perbandingan kelarutan
Senyawa kovalen Kelarutan
Air Karbon tetraklorida
Isopropil alcohol Larut Tidak larut
(CH3)2CHOH
C10H8 Tidak larut Larut
NaCl Larut Tidak larut
KI Larut Tidak larut
MgSO4 Larut Tidak larut
Pada percobaan ini selain untuk mengetahui titik leleh juga dilakukan
untuk mengetahui kelarutannya. Dalam hal ini pratikum menggunakan dua
macam terlarut yaitu air dan karbon tetraklorida (CCl4). Air adalah pelarut yang
memiliki sifat polar sedangkan CCl4 memiliki sifat nonpolar. Dari data
perbandingan kelarutan diperoleh C10H8 tidak larut dalam air sedangkan
senyawa - senyawa NaCl, KI, MgSO4 dan isopropil alkohol juga larut dalam air
dan tidak larut dalam senyawa CCl4. Senyawa kovalen larut dalam nonpolar
seperti C10H8, Sedangkan senyawa ion pada umum larut dalam pelarut polar

165
seperti air, karena sebagian molekul pelarut mendapatkan kutub negatifnya ke
ion positifnya sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif,
sehingga ion – ion terpisah satu sama lain. Hal ini menandakan bahwa senyawa
– senyawa ion larut dalam pelarut polar karena dipol-dipolnya yang tidak salin
meniadakan. meskipun demikian, ada juga senyawa ion yang larut dalam
pelarut non polar. Untuk senyawa kovalen pada umumnya larut dalam pelarut
non polar dan sedikit larut dalam air, misal isopropil alkohol yang tampak
keruh pada larutan CCl4. Dan hasil pengamatan, naftalena tidak larut dalam air
maupun tetapi larut hanya dalam CCL4.
Senyawa yang dapat larut pada pelarut air maupun karbon tetraklorida
(CCl4) disebabkan karena senyawa bersifat ionik terhadap pelarutnya dimana
pelarut tersebut termasuk dalam pelarut polar. Sedangkan senyawa yang tidak
larut pada pelarut dikarenakan senyawa tersebut berinteraksi dengan pelarut
yang sifatnya non polar. Sehingga dapat disimpulkan, larut atau tidaknya
digantungkan pada sifatnya yang larut dengan pelarutnya.
Struktur senyawa
a. Naftalena

b. Air

c. Karbon Tetraklorida (CCl4)

166
Senyawa Karbon berantai lurus dan lingkaran (cincin)
Senyawa Warna Bau Taraf kekentalan
n-heksana Bening Bau pemutih 4
Sikloheksana Bening Bau kuat 4

Senyawa Warna Bau Taraf kekentalan


n-heksana Bening Bau kuat 4
Minyak bumi Kehitaman Cat minyak 3
Catatan taraf kekentalan : 1. Sangat kental, 2. Kental, 3. Cukup kental,
4. Tidak kental.
Pada percobaan ini didapatkan data yang ada pada tabel. senyawa n-
heksana mengeluarkan bau pemutih, bewarna bening dan tidak kental.
Senyawa sikloheksana mengeluarkan bau yang kuat dibandingkan n-heksana,
sedangkan warna senyawa bening dan tidak kental. Untuk senyawa minyak
bumi mengeluarkan bau seperti cat minyak dengan warna kehitam-hitaman
dan larutan kurang kental.
Hidrokarbon sperti alkana, alkena, dan alkuna sifat fisik yaitu : semua
berupa senyawa yang tidak bewarna tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut non-polar. Hidrokarbon dengan hanya atom karbon seperti disebut
alkana atau sikloheksana. Alkana-alkana ini berbentuk gas dan terdapat dalam
minyak bumi. Gas-gas ini digunakan sebagai bahan bakar. Karbon-karbon dari
suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai rantai atau suatu melingkar (cincin).
Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu rantai lurus
atau bercabang diklasifikasi sebagai ikatan alkana. Hidrokarbon jenuh dengan
atom-atomnya membentuk cincin disebut sikloalkana. Sikloalkana sering kali
disebut suatu subkelas dari alkana. Alkana senyawa non polar. Akibatnya gaya
tarik antar molekul lemah, rantai lurus sampai butena, larut dalam pelarut non
polar dan titik didih tergantung banyaknya energi yang diperlukan oleh n-
heksana dan sikolheksana merupakan isomer dengan sifat fisis yang berbeda.
Hal ini dibuktikan dari warna bau masing-masing isomer. Struktur :
167
n-heksana

Sikloheksana

n-dekana

Perbedaan sifat fisis senyawa disebabkan oleh jenia ikatan yan berbeda
masing-masing senyawa serta tergantung pada rumus molekul yang ada pada
masing masing senyawa. Semakin panjang rantai lurus suatu senyawa maka
semakin sulit untuk diputuskan.
Isomer
Sifat fisis
Senyawa Warna Bau
n-butil alcohol Bening Bau menyengat
t-butil alcohol Bening Bau menyengat
(tidak kuat)
Sifat kelarutan
Senyawa Kejenuhan larutan
n-butil alcohol 10 tetes (bening)
t-butil alcohol 13 tetes (bening)
Pada percobaan isomer yaitu membandingkan warna, berubah kelarutan
t-butil alkohol dan n-butil alkohol. Pada senyawa n-butil alkohol didapatkan

168
warna bening, dan baunya menyengat dengan kelarutan larutan jenuh pada 10
tetes. Sedangkan untuk t-butil alkohol didapatkan bau tidak kuat dibandingkan
dengan n-butil alkohol. Sedangkan warna sama-sama bening dan kejenenuhan
larutan pada 13 tetes dengan warna bening. Sifat fisis dari benzene yaitu
memiliki titik didih dan titik leleh yang khas. Titik leleh yang tinggi merupakan
sifat khas benzena karena pada bentuk p-isomer lebih simetris dan dapat
membentuk kisi kristal yang lebih teratur dan lebih kuat dari pada orto atau
meta. Sifat kimia benzena tidak mengalami reaksi adisi, tetapi mengalami reaksi
subtitusi sifat fisis n-butil alkohol dan t-butil alkohol sama dengan sifat fisis
alkohol yaitu : alkohol rantai pendek bersifat polar, larut dalam air , titik didih
tinggi disebabkan karena adanya ikatan karena adanya ikatan hidrogen. Sifat
kimia alkohol mudah terbakar,unsur OH cukup relative.
Struktur dari orto diklorobenzena dan para diklorobenza :

O-diklorobenzena m-diklorobenzena p-
diklorobenzena
Keisomeran alkohol ada 2 jenis alkohol dari isomer optik :
1. Alkohol sekunder memiliki dua alkali terikat pada C-OH
2. Alkohol tersier memiliki 3 alkali terikat pada C-OH
Senyawa Bau Kecepatan terbakar
Dietil eter Bau menyengat Tidak terbakar
n-butil alcohol Bau menyengat Terbakar 2 sekon
t-butil alcohol Tidak menyengat Terbakar 1 sekon
Pada percobaan isomer membandingkan dietil eter, n-butil alkohol dan t-
butil alkohol. Pada senyawa dietil eter, n-butil alkohol dan t-butil alkohol. Pada
senyawa dietil eter bau menyengat dan tidak terbakar. Sedangkan n-butil
alkohol baunya lebih menyengat dibandingkan dengan t-butil alkohol. Struktur
senyawa dietil eter :

169
Sifat-sifat eter pada keadaan standar hampir semua berwujud cair
kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol titik didih
dan titik leleh eter lebih kecil. Ini karena molekul eter tidak membentuk ikatan
hidrogen. Dan eter juga cenderung bersifat non polar. Keisomeran eter yaitu
isomer struktur dan isomer fungsional. Isomer struktur contoh dietil eter, metal
propel eter dan metal isopropil eter. Berdasarkan literatur dietil eter kecepatan
terbakar sangat lama, sedangkan n-butil alkohol dan t-butil alkohol merupakan
isomer alkohol yang mudah terbakar dalam waktu 2 sekon dan 1 sekon. Hal ini
berbeda dengan literatur seharusnya n-butil alkohol lebih cepat terbakar
disbanding t-butil alkohol karena struktur senyawa n-util alkohol lebih mudah
bereaksi dengan oksigen. Perbedaan sifat kimia suatu senyawa dipengaruhi oleh
struktur molekul dan gugur fungsi yang dimiliki oleh masing-masing senyawa.

170
VI. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

1. Senyawa kovalen dan ionic memiliki perbedaan yaitu pada titik leleh
kelarutan dan daya hantar listriknya.
2. Sifat fisika dan kimia senyawa ion dan kovalen bisa dilihat berdasarkan
titik leleh dan titik leburnya, wujud senyawa, kelarutan, daya hantar
listrik, kemudahan terbakar, serta dengan menguji bau dari tiap
senyawa.
3. Senyawa yang dapat larut dalam air adalah NaCl, KI, MgSO4, sedangkan
senyawa yang dapat larut dalam CCl4 adalah naftalena.
4. Senyawa hidrokarbon memiliki dua rantai yaitu rantai lurus dan rantai
melingkar.
5. Pada senyawa isomer, terdapat perbedaan sifat kimia maupun fisisnya.
6. Senyawa ion adalah NaCl, KI, MgSO4 sedangkan senyawa kovalen
isopropil alkohol dan naftalena.

6.2 Saran
Pada senyawa ionik, penentuan titikleleh tidak dapat menggunakan
radas titik leleh seperti senyawa kovalen, agar dapat dibandingkan dengan
literature sebaiknya digunakan alat lain yang dapat digunakan untuk
menentukan titikleleh dari senyawa ionic misalnya dengan melalui
pembakaran biasa dan titik leleh.

171
DAFTAR PUSTAKA

Anthony.1992.Kimia.Jakarta : Pustaka Media.

Audrey.1991.Kimia Universitas.Jakarta : Erlangga.

Baroroh,U.L.2004.Diktat Kimia Dasar 1.Banjar Baru : Universitas Lampung

Mangkura.

Brady,J.E.1999.Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Binarupa Aksara.

Cotton,F.1989.Kimia Anorganik Dasar.Jakarta : Universitas Indonesia.

Hardjono.1987.Kimia.Bandung : Pustaka Setia.

Keenan.1980.Kimia Untuk Universitas.Jakarta : Erlangga.

Petrucci,R.H.1987.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Bandung : ITB.

Swastika,L.N dan Fahimah,M.2012.”Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion

Logam Cu(II) dengan Logam 2-Feniletilamin”.Jurnal Sains dan Semi

Pomits.Vol.1 N0.1.

Syafiruddin,N.1994.Ikatan Kimia.Bandung.Gadjah Mada University Press.

Syukri,S.1999.Kimia Dasar Jilid 1.Bandung : ITB.

Wirasasmita,W.1989Kimia Jilid 1.Jakarta : Erlangga.

Yunianingsih,W.2013.”Tingkat Keterampilan Berfikir Saling Bergantung

(Sependen) dengan Tingkat Penguasaan Konsep”.Jurnal Pendidikan

Kimia.Vol.2 No.1.

172
Pertanyaan Pra Praktek

1. Apa sebabnya air disebut molekul polar? Kelaskan dwi kutub air
berdasarkan bentuk molekulnya.
Jawab:
Molekul H2O bersifat polar karena ikatan O-H bersifat polar (ada
perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul yang tidak simetris.
Pol negative pada O dan pol positif pada H.
2. Tuliskan beberapa perbedaan antara senyawa ionic dan kovalen!
Jawab:
Senyawa ionic memiliki titik leleh tinggi, kelarutan tinggi, dan daya
hantar listrik yang tinggi. Sedangkan senyawa kovalen memiliki titik
leleh yang rendah, kelarutan yang rendah, dan daya hantar listrik yang
rendah.
3. Gambarkan struktur isomer dari C3H6Cl12 (gambarkan setiap ikatan
dengan garis).
Jawab :
Cl

CH3-CH2-CH

Cl
4. Diantara senyawa-senyawa berikut ini : MgCl2, C4H10, SO3, Li2O, C3H8,
PCl3, HCl, tentukan nama senyawa ionic dan mana senyawa kovalen.
Jawab :
Senyawa ionic : MgCl2, C4H10, Li2O , HCl
Senyawa kovalen : SO3, Li2O
5. Gambarkan ikatan rantai lurus dari siklik dari C4H8 (setiap ikatan
digambarkan dengan garis).
Jawab:
CH3-CH=C=CH2

CH = CH

CH=CH

173
Pertanyaan Pasca Praktek

1. Manakah yang lebih tinggi titik lelehnya CaCl2, KI, atau CH3(CO)Cl?
Jawab :
Kalium iodide dan CaCl2 memiliki titik leleh yang lebih tinggi
daripada asetil klorida karena CaCl 2 merupakan senyawa ionic dan
CH3(CO)Cl senyawa kovalen.
2. Mengapa naftalen tidak larut dalam air?
Jawab :
Karena naftalen merupakan senyawa kovalen dan bersifat nonpolar
sedangkan air bersifat polar.
3. Mengapa senyawa ionic tidak dapat larut dalam heksana?
Jawab :
Karena senyawa ionic bersifat polar sehingga senyawa ionic hanya
dapat larut pada senyawa yang bersifat polar juga, dan heksana
adalah senyawa nonpolar.
4. Dietil eter sedikit larut dalam air. Jelaskan peraturan air di dalam
pelarut eter!
Jawab :
Etil sukar larut dalam air karena molekul eter tidak terlalu polar
serta tidak ada ikatan hidrogennya.
5. Gambarkan 2 isomer eter dari etil eter !
Jawab :
C5H5-O-C2H3 → dietil eter
CH2-C-C5H2 → metal propel eter

174
LAMPIRAN

A. Perbandingan Titik Leleh


a. Senyawa Kovalen

Sikloheksana
n-heksana

B. Perbandingan Kelarutan

𝐶10 𝐻8 𝑀𝑔𝑆𝑂4 NaCl

C. Senyawa Karbon berantai lurus dan lingkar


D.

Sikloheksana n-heksana Minyak Bumi

D. Isomer

Pembakaran dietil eter,


t-butilalkohol n-butilalkohol, t-
n-butilalkohol butilalkohol

175

Anda mungkin juga menyukai