II.Landasan Teori
2.1 Laboratorium
Laboratorium merupakan jantung dari kegiatan pembelajaran sains,
khususnya pembelajaran kimia. Karena laboratorium merupakan tempat untuk
melihat, mencoba, menguji konsep-konsep sains yang di pelajari hingga
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sains. Belajar sains yang
hanya di lakukan membaca buku maupun mendengar dari penjelasan
seseorang tidak lengkap tanpa disertai dengan melakukan kegiatan sains yang
sebagian besar dilaksanakan di laboratorium (Jurnal Pendidikan Indonesia,
Volume 3).
Laboratorium adalah tempat melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan
praktikum maupun penelitian, dimana untuk melakukan kegiatan tersebut
harus memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja. Secara umum
laboratorium dapat dimaknai sebagai tempat atau wahana yang dilengkapi
dengan peralatan atau sarana pendukung yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan eksperimen, penelitian, pembuktian, dan pembelajaran (Sanusi, 2013).
Laboratorium adalah suatu sarana gedung yang di rancang khusus
untuk melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan
penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. Kata laboratorium merupakan
serapan dari bahasa belanda dengan bentuk asalnya laboratorium
(Wirjosoemarto, 2004).
Fungsi laboratorium adalah sebagai tempat berlangsungnya
pembelajaran sains yang memerlukan peralatan khusus. Fungsi laboratorium
lainnya yaitu sebagai sumber prasarana pendidikan, sebagai metode
pengamatan dan metode percobaan, dan sebagai wadah dalam proses belajar
mengajar. Menurut Soejitno, secara garis besar fungsi laboratorium adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori dan telah diterima sehingga
antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang berbeda.
2. Memberikan ketrampilan karya ilmiah bagi mahasiswa.
1
3. Memberikan keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari
suatu objek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia.
5. Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa sebagai modal sikap ilmiah seorang
calon ilmuwan (Sanusi, 2013).
2.2 Pengelolaan Laboratorium
Secara umum, persoalan pengelollan laboratorium kimia dapat muncul
pada proses pengadaan, proses penggunaan alat dan bahan. Pada proses
penggunaan masalah dapat muncul karena ketidaktepatan. Pengadaan masalah
dapat muncul karena kesalahan-kesalahan pengoperasian alat atau bahan.
Pada proses pemeliharaan, masalah dapat muncul karena kesalahan
pembersihan dan penempatan alat dan bahan pengamatan dilapangan
menunjukan bahwa alat dan bahan yang tersedia di laboratorium tidak sesuai
dengan kebutuhan. Terkadang banyak tersimpan alat dan bahan yang sudah
tidak digunakan. Alat dan bahan yang sudah tidak digunakan mestinya
dibuang melalui proses pemusnahan yang sesuai dengan aturan keseimbangan
dan keharmonisan lingkungan laboratorium tetap terjaga. Namun proses
pemusnahan alat dan bahan yang sudah tidak terpakai nampaknya belum
diatur atau belum dilaksanaka (Khamidinal, 2009).
Pengelolaan laboratorium akan berjalan dengan lebih efektif apabila
dalam struktur organisasi laboratorium didukung oleh Board of Management
yang berfungsi sebagai pengarah dan penasihat. Bord of Management terdiri
atas para senior/profesor yang mempunyai kompetisi dengan kegiatan
laboratorium yang bersangkutan. Menurut Fachri, untuk mengelola
laboratorium yang baik harus dipahami perangkat-perangkat manajamen
laboratorium, yaitu:
1. Tata ruang.
2. Alat yang baik dan terkalibrasi.
3. Administrasi laboratorium.
4. Infrastruktur
5. orgnanisasi laboratorium
6. fasilitas pendanaaan
7. Inventarisasi dan keamanan
8. P engamanan laboratorium
9. D isiplin yang tinggi
10. Keterampilan SDM
2
11. Peraturan dasar
12. Penanganan masalah umum
13. Jenis-jenis pekerjaan
Semua perangkat tersebut jika dikelola secara optimal, akan mendukung
terwujudnya penerapan manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikian
manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan
yang kompleks dn terarah. Sejak dari perencanaan taat ruang sampai dengan
perencanaan semua perangkat penunjang lainnya. Dengan demikian sebagai
pusat aktivitasnya adalah tata ruang (Fachri, 1998).
2.3 Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
Keselamatan kerja dilaboratorium merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan nyaman di laboratorium. Keselamatan kerja tersebut dapat diwujudkan
dengan berbagai cara, seperti menyiapkan pedoman kerja, menyediakan
perlengkapan secra lengkap, dan peningkatan pengetahuan pekerja (laboran,
staf pengajar, dan mahasiswa melalui pelatihan-pelatihan dan orientasi
keselamatan kerja di laboratorium (Gunawan, 2004).
Pedoman kerja di laboratorium mempunyai peranan penting dalam
mewujudkan keselamatan kerja di laboratorium persiapan-persiapan yang
dilakukan serta cara-cara bekerja di laboratorium yang aman. Dengan
mengikuti prosedur kerja, para pelajar dapat melakukan pekerjaan tahap demi
tahap secara benar sehingga percobaan akan berlangsung aman dan hasil
percobaan yang diperoleh akan memiliki tignkat akurasi yang tinggi (Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume II).
2.4 Penanganan limbah laboratorium
Penanganan limbah laboratorium untuk membuang limbah laboratorium
yang mungkin berbeda pada tempat yang berbeda pula cara yang sesuai
bergantung pada tipe percobaan yang dilakukan dan bahan kimia yang
digunakan tetapi beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan tidak dapat
dibuang dalam bentuk hasilnya dan harus diolah terlebih dahuku dengan
bantuan proses yang sesuai. Limbah tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya
di tempat bahan tersebut dihasilkan.
Keuntungan dari penghilangan sifat racun juga resiko kontaminasi pada
pekerja yang tidak berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelkaan
dengan limbah ini, oleh karena itu hal ini juga untuk menghindari terhadap
kontaminasi lingkungan. Aturan umum untuk penanganan limbah berbahaya
3
adalah menghindari resijo yang membahayakan terhadap manusia dan
lingkungan baik secara penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan bahan-
bahan tersebut (Wirjosoemarto, 2004).
4
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Erlenmeyer
- Gelas Beker
- corong
- Buret
- Labu ukur
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Pengaduk
- Tabung Reaski
- Pemanas Spritus
- Kaca arloji
- penjepit
- Pasta
- Cawan penguap
- Kaki Tiga
- Kawat kasa
- Kertas saring
3.2 Bahan
- Aquades
- Sabun
- Detergen
5
IV. Prosedur Kerja
A. Teknik dasar mencuci alat laboratorium
hasil
6
D. Teknik dasar menggunakan pipet
Cairan
Hasil
7
F. Teknik dasar menggunakan buret
Cairan
Hasil
Hasil
8
H. Teknik dasar menyaring
Akuades
Hasil
Larutan
Hasil
Hasil
9
V. Hasil dan Pembahasan
- Gelas ukur
- Tabung
Mencuci alat – alat erlemeyer Untuk membersihkan
laboratorium alat – alat laboratorium
- Pipet
- Biuret
-
Untuk alat gelas yang bisa dimasuki sikat seperti gelas piala dan labu
erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun. Pencucian untuk pipet atau
buret jika perlu dapat menggunakan larutan detergen.
Larutan detergen dibuat dengan cara melarutkan 10 – 15 gram kalium
dikromat dengan 15 ml aquades sampai 500 ml kemudian ditambahkan asam
sulfat pekat.
Alat – alat yang telah dicuci kemudian dikeringkan untuk alat – alat
gelas dapat dikeringkan pada suhu 110 jika gelas tersebut tidak berfungsi
sebagai alat ukur dan yang berfungsi sebagai alat ukur biasanya menggunakan
suhu berkisar antara 20 - 50.
Teknik – teknik dasar membaca skala meniskus pada alat – alat
pengukur volume
Nama teknik dasar
Alat alat yang digunakan Manfaat
Membaca meniskus - gelas ukur Untuk mengetahui
pada alat pengukur volume larutan yang
volume - pipet volumetrik sesungguhnya
Meniskus adalah garis lengkungan permukaan cairan yang disebabkan
adanya gaya kohesi/adesi zat cair dengan alat ukur.
Meniskus ada dua macam yaitu meniskus atas dan meniskus bawah.
Meniskus atas adalah suatu keadaan dimana suatu zat cair berada didalam alat
ukur dimana permukaannya melengkung kebawah. Sedangkan meniskus
bawah adalah suatu keadaan dimana permukaan zat cair yangvtampak
melengkung keatas. Untuk larutan tidak bewarna pembacaan meniskus yang
berlaku adalah meniskus bawah. Untuknlarutan bening pembacaan meniskus
yang berlaku adalah meniskus bawah. Untuk larutan pekat pembacaan
meniskus yang berlaku adalah meniskus atas.
Teknik dasar melakukan penimbangan
Nama Teknik Dasar Alat Alat yang Digunakan Manfaat
Untuk mengatahui
Penimbangan Neraca Analitik
massa benda
10
Neraca analitik merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai
batas 0.80001 gr. Langkah kerja penimbangan yaitu:
1. Persiapkan alat bantu penimbangan untuk menimbang zat padat
diperlukan kaca arloji, yang kering dan bersih, sendok, kertas isap, botol
timbang, zat yang akan ditimbang.
2. Pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca dilakukan dengan cara melihat
water pass, pemeriksaan kesetimbangan neraca.
3. Cara menolkan neraca analitik nol kan terlebih dahulu neraca tersebut,
letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan. Baca nilai yang
tertera pada layar monitor neraca. Setelah digunakan nol kan kembali
neraca tersebut.
Teknik dasar menggunakan pipet
Nama teknik dasar Alat -alat yang digunakan Manfaat
- Pipet tetes Untuk memindahkan
Menggunakan
- Pipet volumetrik larutan dari suatu
pipet
- Pipet ukur tempat ke tempat lain.
Pipet tetes digunakan untuk meneteskan atau mengambil larutan
dengan jumlah kecil.
Cara menggunakan pipet tetes , pertama bagian bola karet yang terdapat
diatas pipet dipencet, lalu ditahan dan dimasukkan kedalam cairan, saat pipet
dimasukkan kedalam cairan bola karet yang dipencet kemudian dilepaskan dan
angkat pipet dari cairan ke wadah lain dengan memencet kembali karet bagian
ats.
Pipet volume digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang mengembung.
Cara menggunakan pipet volume, pertama pastikan bahwa kondisi
dalam keadaan kering dan bersih, lalu sediakan bola hisap yang bagus dan
pasangkan ke pipet bagian atas. Untuk menyedot cairan pencet huruf A yang
terdapat pada bola hisap, untuk mengeluarkan cairan pencet hhuruf E pada
bola hisap, dan ketika cairan sudah masuk ke dalam pipet, cairan harus pas
pada garis batas cairan.
Pipet ukur digunakan untuk mengukur volume larutan, cara
menggunakannya sama dengan pipet volum dengan menggunakan bola hisap.
Teknik dasar membuat larutan
12
Teknik dasar menyaring
Untuk memisahkan
- Kertas saring
Menyaring antara pelarut dan
- Corong pisah larutan
13
Teknik pemijaran dan pengabuan adalah suatu teknik membakar
dengan suhu tinggi suatu zat padat. Pemijaran adalah pembakaran dengan
menggunakan sumber panas dari api yang keluar dari lampu bunsen (gas).
Teknik pengabuan adalah suatu teknik pembakaran denganmenggunakan suhu
tinggi yang berasal dari panas kumparan listrik.
14
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
- Teknik menyarinng
5.2 Saran
Adapun saran setelah melakukan praktikum ini adalah sebaiknya dalam
melakukan praktikum praktikan focus dan teliti pada percobaan. Sebaiknya
praktikan mengikuti langkah-langkah dan prosedur yang berlaku saat
praktikum.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
PERCOBAAN II
LARUTAN DAN KONSENTRASI
I. Tujuan
1. Mampu menimbang zat kimia dengan benar.
2. Mampu membuat larutan dengan berbagai konsentrasi.
3. Mampu menguasai perhitungan yang melandasu teori pengenceran.
4. Mahasiswa terampil melakukan pengenceran zat.
17
padat sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy. Dalam
larutan padat tertentu, atom terlarut menggantikan beberapa atom terlarut
dalam kisi Kristal. Larutan ini dinamakan larutan substitusional yang ukuran
atom terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan padat lain, atom terlarut dapat
mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat
interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-
lubang di antara atom-atom pelarut (Achmadi, 2004).
Dalam kehidupan kita sehari-hari, ternyata proses pembuatan larutan
sudah sering dilakukan. Contohnya adalah proses pembuatan the manis. Kita
menambahkan gula ke dalam air lalu ditambahkan tes serta mengaduknya.
Ternyata air the terasa manis, lalu ditambahkan lagi air kedalamnya, sehingga
air the yang tadinya kental dan pekat menjadi lebih encer dan ras mansinya
berkurang. Itu semua merupakan kegaitan dalam pembuatan larutsan.
Mencampurkan air, teh, dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan
campuran tersebut dinamakan larutan, sedangkan penambahan air ke dalam
air teh yang manis dinamakan pengenceran. Dan kekentalan atau
kepekatakannya dinamakan konsentrasi atau Molaritas (Baroroh, 2004).
Ada satu istilah dalam larutan, yaitu larutan standar primer. Larutan
standar primer merupakan larutan standar yang dibuat dari zat standar dengan
kemurnian sangat tinggI yang umumnya dipasok oleh NIST, NIBCS, yang
digunakan untuk kalibrasi larutan standar yang dibuat. Larutan standar
sekunder merupakan larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan metode
analitik yang dapat dipercaya (Darlina, 1998).
2.2 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara
kuantitatif. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat relarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakn dalam satuan volume (bobot, mol) zat
terlarut dalam sejumlah terntentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul
satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normlitas,
ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Menurut Achmadi (2004), konsentrasi larutan menyatakan kuantitas zat
terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan, sehingga setiam system
konsentrasi harus menyatakan satuan yang digunakan untuk zat terlarut,
kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan, dan satuan
yang digunakan untuk kuantitas kedua. Satuan konsentrasi yang kuantitas
terlarut dan larutannya diukur berdasarkan massa dinamakan persen massa
18
atau massa. Satuan konsentrasi yang kuantitasnya dinyatakan dalam satuan
volume disebut volume atau persen volume. Jika konsentrasi larutan diberikan
berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa,
volume/volume, massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa.
2.3 Pengenceran
Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang yang bersifat netral dan yang
lazim digunakan adalah akuades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut
dalam suatu senyawa dapat berakibat menurunnya kadar kepekatan atau
tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan atau diencerkan (Brady,
1999).
Pengenceran adalah salah satu teknis analisis yang biasa digunakan dalam
menentukan kadar suatu zat di dalam bahan. Konsentrasi yng diukur pada sat
analisis dalam jumlah yang relative kecil agar diperoleh kadar zat yang
sebenarnya dengan cara melipat gandakan konsentrasi zat yang dihasilkan dari
analisis contoh bahan tersebu (Hendrayanti, et al., 2003).
Menurut Sunarya (2010), jika ingin membut suatu larutan dari larutan yang
pekat, diperlukan proses pengenceran. Untuk tujuan ini, perlu pengetahuan
mengenai hubungan molaritas larutan sebelum dan sesudah pengenceran.
Untuk memperoleh hubungan tersebut, pertama tulis ulang rumus molaritas:
mol zat terlarut
Konsentrasi molar (M) =
liter larutan
Hasilnya adalah jumlah mol zat terlarut di dalam larutan. Jika M 1 menyatakan
konsentrasi molar awal (Sebelum pengenceran) dan V1 untuk volume larutan
awal, maka:
19
Karena jumlah mol zat terlarut tidak berubah selama pengenceran (tidak ada
zat terlarut yang ditambahkan), maka:
M1 X V1 = M2 X V2
Oleh karena itu dapat disimpulkan jika mol zat sebelum pengenceran sama
dengan mol zat setelah terjadinya pengenceran
20
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Erlenmeyer
- Labu Destilasi
- Gelas Beker
- Corong
- Corong Bucher
- Corong Pisah
- Buret
- Labu Ukur
- Gelas Ukur
- Desikatu
- Kaca Arloji
- Krusibel
- Oven
- Kondensor
- Pipet Gondok
- Pipet Tetes
- Spatula
- Kawat Klasik
- Mortal
- Hot Plate
- Kacamata Pengaman
- Kertas Saring
- Filler
- Rak Tabung Reaksi
- Batang Stirer
- Ring
- Cawan Penguap
- Inkubator
- Pipet Ukur
- Pengaduk
- Tabung Reaksi
- Kawat Nikrom
- Kawat Kasa
- Pipa Kapiler
21
- Penjepit
- Pemanas Spiritus
- Kaki Tiga
3.2 Bahan
- Na2CO3
- (COOH)2
- C6H12O6 (gula pasir)
- NaCl
- MgPO4
- Urea
- KMnO4
- Akuades
22
IV.Prosedur kerja
4.1 NaCO3 0,1 M sebanyak 250 ml
Na2CO3
(COOH)2
Dibilas gelas piala dengan air aquades dimasukan air bilasan ke labu
ukur.
Hasil
Gula
Hasil
23
4.4 Larutan NaCl 2000 ppm sebanyak 250 ml
NaCl
Hasil
MgPO4
Diaduk sampai larut dan di pindahkan ke dalam labu ukur 250 ml.
Urea
24
4.7 Larutan KMnO4 ppm sebanyak 1 liter
KmnO4
Hasil
25
V. Hasil dan Pembahasan
26
Contoh larutan homogen dalam kehidupan sehari-hari adalah larutan
gula,larutan garam,larutan susu,dan teh. Sedangkan larutan heterogen adalah
larutan yang penyusunnya tidak seragam, sehingga mudah untuk mengamati
komponen yang berbeda di dalamnya. Contoh larutan heterogen adalah
campuran air dan pasir, dimana pasir tidak akan larut di dalam air, sehingga
dapat dibedakan bentuk komponen air dan pasir.
Di dalam larutan terdapat konsentrasi, yaitu untuk menyatakan
komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentarasi adalah perbandingan jumlah
zat terlarut di dalam jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume( berat,
mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal
ini muncul satuan konsentrasi yaitu fraksi mol, molalitas, molaritas,
normalitas, Ppm, serta massa dan persen jumlah volume.
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, hal-hal yang
harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Apabila zat berupa padatan, tentukan massa zat yang hendak
digunakan, dan ditimbang dengan neraca analitik.
2. Apabila zat berupa larutan, konsentrasi larutan induk dan larutan
uji harus sesuai.
Pada kegiatan pratikum juga dilakukan kegiatan pengenceran dari
larutan induk yang telah dibuat terlebih dahulu. Berdasarkan kegitan pratikum
yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari pegenceran sbagai berikut:
No Larutan Volume M Volume Konsentrasi
peng peng La larut
ence ence ru an
ran ran ta indu
n k
in
du
k
1 CuSO4 100ml 0,3M 30 1M
27
6 HNO3 100ml 0,2M 20 1M
28
Raksi kimia: CH3COOH (s) + H2o (l) CH3COOH+(aq) + H2O-(aq)
5. Urea / CO(NH2)2
Urea merupakan senyawa organik yang tersusun atas carbon,ogsigen dan
nitrogen, titik lebur 133-135C0, merupakan senyawa kovalen non polar,
sehingga tidak dapat bereaksi dengan air.
6. Asam nitrat/HNO3
Asam nitrat merupakan senyawa korosif yang tidak berwarna dan beracun,
dapat menyebabkan luka bakar, sehigga diperlukan perlindungan yang
memadai. Saat direaksikan dengan air membentuk larutan tidak berwarna.
30
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Penimbangan zat harus dilakukan dengan benar. Zat yang akan
ditimbang harus dicari menggunakan rumus mol.
2. pembuatan larutan dengan berbagai konsentrasi dari zat yang telah
ditimbang dengan neraca analitik. Zat yang aka dilarutkan dan
konsentrasinya adalah CuSO4 sebanyak 15,95 gram 1M, 1M CH3COOH 6
gram, 1M AiCL3 13,35 gram, 1M urea 6 gram, 1M K2Cr2O7 29,4gram, 1M
HNO3 4 gram.
3. Sebelum melakukan pengenceran terlebih dahulu ditentukan volume
larutan induk yang akn digunakan dengan rumus perbandingan mol
yaitu :
n1=n2
M1V1=M2V2
4 saat melakukan pengenceran diperoleh hasil 0,3M CuSO4 sebanyak
100ml, 0,5M AiCl3 100ml, urea 0,1M 100ml, 0,05M K2Cr2O7 100ml, 0,4M
CH3COOH 100ml, 0,2M HNO3 100ml.
6.2 Saran
Adapun saran yang hendak disampaikan yaitu sebaiknya pada saat
larutan dan pengenceran zat K2Cr2O7 digantikan dengan zat lain yang tidak
terlalu berbahaya, dan dengan zat lain yang lebih mudah larut, karena
kalium dikromat sukar larut, sehingga waktu pratikum tidak optimal.
31
DAFTAR PUSTAKA
Mangkurat.
Aksara.
Darlina. 1998. “Pembuatan Larutan Standard an Pereaksi Pemisah KIT RIA T3”.
32
PERHITUNGAN
A. Pengenceran (CO(NH2)2
M1V1=M2V2
100ml.0,1M=1M.V2
V2=10 ml
B. Pengenceran CUSO4
M1V1=M2V2
100ml.0,3M=1M.V2
V2=30 ml
C. Pengenceran HNO3
M1V1=M2V2
100ml.0,2M=1M.V2
V2=20 ml
D. Pengenceran K2Cr2O7
M1V1=M2V2
100ml.0,05M=1M.V2
V2=5ml
E. Pengenceran AlCl3
M1V1=M2V2
100ml.0,5M=1M.V2
V2=50ml
F. Pengenceran CH3COOH
M1V1=M2V2
100ml.0,4M=1M.V2
V2=40ml
33
PERCOBAAN III
I.Tujuan
1. Memperoleh pengalaman dalam mencatat dan menjelaskan pengamatan
percobaan
2. Mengembangkan keterampilan dalam menangani alat kaca dan
mengalihkan bahan kimia padat maupun campuran
3. Membiasakan diri dengan tata cara keselamatan kerja di laboratorium
4. Menentukan koefisien reaksi penguraian KCLO3
5. Menghitung volume molar gas oksigen dalam keadaan STP
6. Menghitung persentase O2 dalam KClO3
II. Landasan Teori
Suatu teori ilmiah baru dapat dipastikan ketepatannya setelah di
benarkan secara jelas berdasarkan pengamatan-pengamatan ilmiah. Suatu teori
yang baik, memungkinkan kita untuk dapat menelusuri pengamatan-
pengamatan yang sebelumnya tidak pernah ada dan tidak pernah kita lakukan.
Memprakirakan fakta-fakta baru juga merupakan salah satu segi kualitas dari
suatu teori yang baik. Metodologi ilmiah memberikan petunjuk bagaimana
harus menguji suatu teori ilmiah dan menentukan norma-norma mana yang
harus melengkapinya. Jika teori itu telah melampaui uji coba termaksud,
barulah dapat diterapkan oleh dan bagi masyarakat ilmuan (Sanders, 2004).
Jadi Pengamatan ilmiah ini sangat berguna bagi para saintis untuk dapat
membuat teori-teori imiah yang telah di pelajari dalam kehidupan nyata.
A.Stoikiometri
Dalam ilmu kimia, stoikiometri atau yang biasa disebut stoikiometri
reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi adalah ilmu yang
mempelajari dan menghitung hunungan kuantitatif dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani
Stoikheoin (elemen) dan metria (ukuran).
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur
dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia
secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia
(Alfran, 2009).
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia.
Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang
34
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi suatu reaksi kimia
biasa (Hiskia, 1991).
Hukum tambahan dalam kimia mengembangkan hukum konservasi
massa. Hukm perbandingan tetap dari Joseph Provst menyatakan bahwa zat
kimia murni tersusun dari unsur-unsur dengan formula tertentu, kita sekarang
mengetahui bahwa susunan strukturan unsur-unsur ini juga penting (Alfran,
2009).
Alfran (2009), menyatakan hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah
sebagai berikut
1. Hukum Boyle (1662)
2. Hukum Lavoiser disebut juga hukum kekekalan massa (1783)
3. Hukum perbandingan tetap (Proust – 1799)
4. Hukum Gay Lussac (1802)
5. Hukum Boyle Gay Lussac (1802)
6. Hukum Dalton atau hukum kelipatan perbandingan (1803)
7. Hukum Avogadro (1811)
8. Hukum Gas Ideal (1834)
Menurut Sastrohamidjojo (2000), persamaan kimia adalah sesuatu hal yang
terdiri dari 3 unsur, yaitu pereaksi, anak panah, dan hasil reaksi. Pereaksi
adalah zat yang mula-mula terdapat sebelum terjadi reaksi. Hasil reaksi adalah
zat apa saj yang dihasilkan selama reaksi kimia berlangsung. Suatu reaksi
kimia berimbang menunjukkan rumus pereaksi, kemudian ana panahan hasil
reaksi dengan jumlah atom dikiri dan dikanan anak panah sama. Persamaan
kimia memberikan dua macam informasi penting yaitu tentang sifat reaktan
dan produk. Sifat reaktan dan produk harus dilakukan melalui percobaan.
Persamaan reaksi sering ditunjukkan keadaan fisikan reaktan dan produk.
Menurut Keenan (1984), mol dari suatu zat adalah banyaknya suatu zat
yang mengandung 6,022x10²³ satuan. Konsep mol sangat penting dalam ilmu
kimia karena berguna dalam menentukan jumlah partikel zat jika diketahui
massa dan massa relatifnya. Dalam perhitungan ditulis sebagai berikut :
n= 𝑚
𝑣
35
Kosep mol juga terdapat pada gas dan suhu dengan tekanan yang sama,
persamaan ini dikenak dengan persamaan gas ideal yang dinyatakan sebagai
PV = n . R .T
Ketengan : P =Tekanan Gas
V = Volume
n = mol
R = Tetapan gas (0,082)
T = Suhu
Menurut Keenan (1984), terdapat banyak metode untuk menentukan
persentase bobot dari unsur-unsur yang berbeda dalam suatu senyawa.
Terdapat dua metode klasik, yaitu :
1. Metode analisis endapat dapat dilakukan bila berbentuk senyawa yang
sedikit sekali larut , misalnya suatu senyawa baru mengandung perak, maka
dapat dilarutkan.
2. Metode analisis dengan pembakaran digunakan secara meluas jika suatu zat
mengandung karbon dan hydrogen
Jika klorin, bromine atau iodine ditambahkan ke air , halogen
terdisproporsionasi sebgian membentuk asam halo dan pohalo berdasarkan
keseimbangan berikut :
X2 (aq) + 2H2O2 HOX (aq) + X⁻ (aq) + NSO⁺ (l)
Terapan keseimbangan reaksi ini sangat kecil, tetapi reaksi dapat digeser ke
kanan dalam larutan basa sehingga HOX ternetralkan dan reaksi
keseluruhannya menjadi :
X2 (aq) + 2OH⁻ (aq) OX⁻ (aq) + X (aq) + H2O (l)
Tidak ada hal yang menyulitkan dengan klorin dan larutan stabil ion klorida
dan hipoklorit dihasilkan pada suhu 25°c.
Diantara asam yang mungkin memiliki rumus HXO3, hanya asam
iodidat yang berada dalam bentuk anhidrat, yaitu padatan kristalin yang
sampai stabil sampai titik lelehnya. Larutan asam dari garam ini merupakan zat
pengoksidasi kuat yang bereaksi dengan ion halidanya menghasilkan halogen
IO3⁻(aq) + 5I⁻ (aq) + 6H3O⁺ (aq) 3I2 (aq) + 9H2O (l)
Bila kalium klorat dipanaskan dengan perlahan-lahan tanpa katalis, senyawa
ini berbah menjadi kalium perklorat :
4KClO3 (s) 3KClO4 (s) + KCl (s)
36
Asam Perklorat dalam dibentuk melalui pemanasan kalium perklorat dengan
asan sulfat pekat, tetapi ini merupakan reaksi yang agak bahaya karena
cenderung meledak ( Oxtoby, et al, 2003).
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (Fikri, 2014).
Garam KClO3 paling sering digunakan untuk menghasilkan gas O2
dilaboratorium. Garam ini pirolisis pada suatu temperatur sedikit diatas titik
lelehnya setinggi 268°c. karena oksigen tidak cukup banyak larut dalam air, gas
ini dapat ditampung di atas air. Laju penguraian dapat di tingkatkan dengan
mengandiosida (MnO2) atau besi III oksida (Fe2O3) dicampur merata dengan
kalium klorat sebelum dipanaskan. MnO2 dan Fe2O3 dosebut katalis, dimana
pada akhir reaksi akan terbentuk kembali (Reny, 2008).
37
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Tabung reaksi pyrex
- Penjepit Neraca
- Gelas Piala
- Labu Florence
- Pengaduk kaca
- Kertas Saring
- Kaca arloji
- Botol semprot
- Paku tembaga
- Selang karet
- Pipa kaca
- Cawan penguap
3.2 Bahan
- NH4NO3
- Gylampasir
- H2SO4 Pekat
- Sebuk zink
- CuSO4
- KI
- KClO3
- MnO2
- Air
- KOH
- Etanol
- Kalium iodide
38
IV.Prosedur Kerja
4.1 Demonstrasi oleh asisten
A. Warna biru yang sirna
Hasil
B. Busa hitam
Gula Pasir
Hasil
C. Kalor
39
D. Bahaya air
Amonium nitrat
Hasil
Hasil
Hasil
40
C. Paku tembaga
Tembaga ( II ) sulfat
Diisi setengah gelas piala 250 ml dengan larutan tembaga (II) sulfat.
Diaduk isinya.
41
4.3 Persiapan alat
Air
Diisi labu florence dengan air hingga hampir penuh dan dibuka klep
penjepit.
Ditiup melalui pipa kaca hingga selang terisi penuh dengan air .
Dijepit selang karet dengan klep penjepit dan dikosongkan gelas piala.
Hasil
42
4.4 Percobaan
Dilanjutkan pemanasan hingga tidak ada lagi air yang mengalir dalam
selang karet.
Diukur volume air dari gelas kimia dan dicatat suhu air.
Hasil
43
V. Hasil dan Pembahasan
44
B. Percobaan oleh praktikan.
45
1. WARNA BIRU YANG SIRNA.
Pada percobaan ini, larutan biru metal yang ada didalam labu florence
dihomogenkan dengan larutan KOH dan Glukosa. Setelah larutan-larutan
tersebut dihomogenkan, lama kelamaan larutan biru metal yang berwarna
biru pekat berubah menjadi biru muda dan kama kelamaan berubah
menjadi bening. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara larutan biru
metal dengan larutan KOH.
2. BUSA HITAM
Pada percobaan busa hitam ini, gila pasir dicampurkan dengan asam
sulfat (H2SO4) lalu diaduk. Warna gula tersebut mulai berubah menjadi
berwarna kuning. Lama kelamaan gula tadi berubah warna menjadi hitam
dan mulai mengembang seolah olah berbentuk seperti busa. Pada saat
proses pembentukan busa tersebut, campuran kedua zat tersebut
menghasilkan panas dan mengeluarkan asap berdasarkan hipotesis, hal
ini terjadi karena adanya reaksi antara glukosa dan asam sulfat yang
bersifat asam kuat. Secara teorinya, hal ini terjadi karena adanya gugus C
pada gula yang dibakaroleh asam sulfat yang bersifat asam kuat tadi,
sehingga ikatan gulanya terputus dan mengasilkan panas dan asap
berupa gas CO2. Campuran gula dan asam sulfat terebut menghasilkan
suatu reaksi seperti berikut:
C6H12O6 + 2H2SO4 → 5C + CO2 + 8H2O + 2SO4
selain menghasilkan gas karbondioksida , pembakaran glukosa dengan
H2SO4 tadi menghasilkan air, Karbon dan sulfat. Butuh prosses dan
waktu beberapa saat supaya terjadi reaksi seperti diatas.
3. KALOR
Pada percobaan ini, kertas saring dicelupkan kedalam alkohol dan
diperas. Lalu kertas ini dibakar . kertas saring ini akan terbakar
danmenghasilkan api yang berwarna biru. Hal ini terjadi karena adanya
kandungan alkohol pada kertas saring yang menyebabkak kertas mudah
terbakar mengeluarkan api, tetapi tidak membuat kertas saring terbakar
menjadi abu.
4. BAHAYA AIR
Pada percobaan ini, dilakukan pereaksian antara amonium nitrat dengan
serbuk zink. Setelah diamati, ternyata tidak tampak adanya bahaya, tetapi
terdapat gelembung udara pada larutan setelah direaksikan. Percobaan ini
bisa dikatakan gagal karena secara teori, seharunya air mengeluarkan
46
gelembung udara yang bersifat berbahaya karena reaksi antara amonium
nitrat dengan serbuk zink terjadi sangat eksotermik. Gagalnya percobaan
ini diperkirakan karena adanya kesalahan baik pada massa zink atau
massa kemudian ditambahkan serbuk zink, lalu ditambahkan air.
Kemudian muncul letupan. Hal ini terjadi karena amonium nitrat
merupakan senyawa reaktif , jika menerima goncangan terus menerus
akan mudah terurai menjadi N,O, dan H2O.
5. PANAS DAN DINGIN
Pada percobaan ini dilakukan pereaksian antara amonium klorida dengan
air dan kalsium klorida dengan air. Dari reaksi tersebut, didapati bahwa
larutan natrium klorida terasa dingin sedangkan larutan kalsium klorida
terasa panas. Berdasarkan hipotesis, hal ini terjadi karena kalsium
klorida mengalami reaksi eksoterm sedangkan amonium klorida
mengalami reaksi endoterm. Hal ini sesuai dengan teori, dimana amonium
klorida yang terasa dingin tersebut berasal darii reaksi NH4CL dengan
H2O yang merupakan reaksi endoterm, dimana terjadi penyerapan kalor
atau panas dari lingkungan ke sistem sehingga menyebabkan suhu
lingkungan turun dan terasa dingin. Sementara reaksi antara CaCl2
dengan H2O merupakan reaksi eksoterm dimana terjadi pelepasan panas
dari sistem ke lingkungan sehingga suhu lingkungan menjadi naik dan
terasa panas.
Reaksi eksoterm : CaCl2 + H2O → Ca(OH)2 + 2HCl
Reaksi endoterm : NH4Cl + H2O → NH4OH + HCl
6. AKTIF DAN TIDAK AKTIF
Percobaan aktif dan tidak aktif ini tidak dilakukan karena kurangnya alat
dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan. Akan
tetapi, apabila percobaan ini dilaksanakan akan dilakukan pereaksian
antara besi dengan air dan kalsium dngan air. Pada saat besi di reaksikan
dengan air tidak akan mengalami perubahan apapun karena besi tidak
reaktif terhadap air. Sedangkan reaksi logam kalsium dengan air akan
menghasilkan kalsium hidroksida dan gas H2. Reaksi antara Ca dan H2O
tergolong kedalam reaksi eksoterm karena gelas piala terasa hangat.
7. PAKU TEMBAGA
Pada percobaan percobaan paku tembaga, direaksikanlah paku besi
dengan larutan tembaga (II) sulfat dan didapati paku mengalami
perkaratan. Praktikan menduga hal ini terjadi karena tembaga (II) sulfat
47
bersifat korosi terhdap suatu benda dan bisa saja telah terjadi reaksi
redoks, dimana larutan tembaga(II)sulfat ini berfungsi sebagai oksidator
yang mengoksidasi besi sehingga besi menjadi berkarat.
Reaksi :
Fe2+ + CuSO4 → FeSO4 + Cu2+
8. ADA DAN HILANG
Pada percobaan ini, dilakukanlah reaksi antara larutan merkuri(II)nitrat
dengan kalium iodida. Pada pencampuran pertama, larutan
merkuri(II)nitrat berubah warna menjadi orange. Lalu dilakukan
penambahan kalium iodida yang kedua, sehingga menyebabkan larutan
orange tadi berubah warna lagi menjadi bening. Berdasarkan percobaan,
dapat dikatan bahwa semakin banyak larutan kalium iodida yang
ditambahkan maka warna larutan yang dihasilkan akan semakin pudar
dan lama kelamaan menjadi tidak berwarna atau bening. Reaksi yang
terjadi pada percobaan ini adalah:
Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI(s) + 2KNO3(aq)
Pada proses penguraian KCLO3, dihasilkan kalium klorida dalam bentuk solid
dan gas oksigen dengan bantuan MnO2 yang berfungsi sebagai katalis, yaitu
mempercepat laju reaksi.
48
VI . Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Sebaiknya, praktikan harus lebih berhati hati dan lebih tebih teliti dalam
menggunakan alat-alat laboratorium dan pada saat melakukan percobaan
ataupun pengamatan .
49
Daftar Pustaka
Fikri, MR. 2014. “Stoikiometri”. Jurnal Pratikum Kimia Dasar. Vol 2 : (7-12).
Reny, U. 2003. “Penentuan sumber gas oksigen untuk percobaan volume molar
gas”. Jurnal Kimia. Vol 9 : (1-15).
Sanders, C. 20014. Iman : Akal dan Non-akal mengenai pengetahuan iman dan
kenyataan. Jakarta : Gunung Mulia.
50
Lampiran
Busa Hitam
Kalor
Bahaya Air
51
2. Percobaan oleh pratikan
Stoikiometri :
Penguraian KCLO3
52
PERCOBAAN IV
I. Tujuan
1. Mengkaji kesamaan sifat unsur – unsur dalam tabel berkala
2. Mengamati uji nyala dan reaksi beberapa unsur alkali dan alkali tanah
3. Mengenali reaksi air klorin dan Halida
4. Menganalisis larutan anu yang mengandung unsur alkali atau alkali tanah
dan halida.
II. LandasanTeori
Unsur- unsur dalam suatu golongan mempunyai banyak persamaan
sifat kimianya. Sifat – sifat kimia ditentukan oleh elektron valensinya, yaitu
elektron yang terdapat pada kulit lintasan yang terluar. Karena elektron
valensinya unsur yang segolongan yang sama, dengan sendirinya sifatnya juga
sama. Unsur logam alkali memiliki energi ionisasi yang rendah. Karena memiliki
kecenderungan yang besar untuk kehilangan suatu elektron valensinya. Pada
kenyataannya, dalam sebagian besar senyawanya unsur – unsur tersebut
berupa ion uni positif. Logam alkali dalam keluarga IA dari table berkala dengan
logam alkali tanah dalam keluarga IIA dinamakan demikian karena kebanyakan
oksida dan hidroksidanya termasuk diantara basa alkali yang paling kuat yang
dikenal (Chang, R. 2005).
Menurut jenis sub kulit yang terisi, unsur – unsur dapat dibagi menjadi
beberapa golongan unsur utama, gas mulia, unsur transisi atau logam transisi,
lantanida danaktinida. Unsur – unsur utama adalah unsur golongan IA hingga
VIIA yang semuanya memiliki sub kulit S dan P dengan bilangan utama
tertinggi yang belum terisi penuh, dengan pengecualian pada helium, seluruh
gas mulia( golongan VIII A) mempunyai sub kulit P yang terisi penuh. Logam
transisi adalah unsur – unsur dalam golongan IB dan IIIB hingga VIIIB, yang
mempunyai sub kulit d yang tidak terisi penuh.Demikian pula unsur – unsur
lantanida dan aktinida menyerupai satu sama lain dalam deretnya karena sub
kulit F yang tidak terisi penuh( Syukri, S. 1999)
Menurut Bayu,H (2009) pada table periodik menunjukan sifat – sifat
unsur yang cenderung beraturan baik dalam golongan yang sama maupun
dalam periode yang sama. Sifat – sifat unsur dalam tabel periodik :
53
a. Jari –Jari Atom
Pada periode yang sama dari kiri ke kanan, unsur – unsur golongan
utama untuk menunjukkan kecenderungan penurunan jari–jari atomnya.
Dalam golongan yang sama dari atas kebawah, unsur–unsur utama
menunjukkan kecenderungan peningkatan jari – jari atomnya.
Unsur–unsur transisi cenderung tidak menunjukkan penurunan jari-jari
atomnya pada periode yang sama dari kiri ke kanan, dalam unsur transisi
penurunan jari- jari dalam golongan yang sama dari atas ke bawah relative lebih
besar dibandingkan penurunan jari-jari dalam golongan yang sama unsur-
unsur utama.
b. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah perubahan entalpi yang diperlukan untuk
melepas elektron valensinya dari suatu atom ion dalam wujud zat. Pada
umumnya energi ionisasi pertama meningkat dari kiri ke kanan dalam periode
yang sama dan menurun dalam golongan yang sama dari atas ke bawah.
c. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah perubahan entalpi ketika suatu atom pada
keadaan gas menerima elektron dari luar membentuk suatu anion. Umumnya
kecenderungan periodik dari afinitas ektron kebalikan dari jari-jari atom. Jika
jari-jari atom makin kecil, maka afinitas elektron makinbesar.Dengan demikian,
dalam golongan yang sama dari atas kebawah, umumnya nilai afinitas elektron
makin kecil dalam periode yang sama dari kiri ke kanan, jari-jari atom makin
kecil sedangkan afinitas elektronya makin tinggi.
d. Kereaktifan
Logam alkali yang terdapat dalam golongan IA ini sangat reaktif artinya
mudah bereaksi. “Makin kebawah kereaktifan alkali makin bertamah”. Untuk
halogen “Dari atas ke bawah kereaktifan halogen makin berkurang”. Untuk
golongan VIIIA adalah golongan yang tidak stabil atau paling sukar membentuk
senyawa. Unsurnya terdiri dari (He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn).
Logam golongan alkali dan alkali tanah disebut logam ringan karena
massa jenisnya kecil. Semua logam ini bereaksi kuat dengan air membebaskan
hidrogen dan mengasilkan basa kuat. Unsur ini memiliki elektron valensi 1,
dibandingkan satu periode, maka jari-jari atomnya yang terbesar elektronnya
mudah dilepas. Logam alkali tanah mempunyai dua elektron valensi tingkatan
oksidasinya satu yaitu +2. Unsur ini dapat juga dikenal dengan memeriksa
nyala dari perubahan garamnya (Hiskia, A. 1993).
54
Menurut Rendi, S (2005) sifat-sifat alkali tanah adalah :
1. Kecuali berilium, semua unsur alkali mempunyai konfigurasi elektron
terluar (n-1) p6 ns2
2. Unsur-unsur alkali ini lebih keras dan titik leleh tinggi dari alkali
3. Titik leleh unsur tidak berubah secara teratur karena mempunyai struktur
Kristal yang berbeda
4. Be tidak bereaksi dengan air, mg dapat bereaksi dengan air panas, Ca, Sr,
Ba bereaksi dengan air dingin
5. Kelarutan bertambah dari Be ke Ba
6. Kelarutan florida bertambah dari Mg ke Ba
7. Kelarutan sulfat berkurang dari Mg ke Ba
8. Kestabilan karbon at terhadap pemanasan bertambah
Menurut Hendayana,S (2006) Sifat-Sifat Unsur Halogen adalah :
1. Unsur halogen terdapat dalam molekul diatomic
2. Makin ke bawah letak unsur hydrogen dalam sistem periodik titik leleh dan
titik didih makin tinggi
3. Mudah dikenali dari bau dan warnanya
4. Mudah menangkap elektron
5. Halogen dapat bereaksi dengan basa kuat
Kecenderungan lain dalam perilaku kimia unsur-unsur golongan utama
adalah hubungan diagonal (diagonal relationship). Hubungan diagonal merujuk
pada kemiripan yang ada antara pasangan untuk dalam golongan dan periode
yang berbeda pada table periodik. Secara khusus, tiga anggota pertama periode
kedua( Li, Be, dan B) memperlihankan banyak kemiripan dengan unsur-unsur
yang terletak secara diagonal dibawahnya dalam table periodik. Sifat kimia
lation menyerupai sifat kimia magnesium dalam berbagai hal yang sama
berlaku untuk berilium dan alumunium untuk baron dan silikon.
Penggolongan unsur secara periodik baik sifat fisik maupun sifat kimia
berubah secara sistematis pada posisi melintang table periodik. Sifat fisik
penting meliputi titik leleh dan titik didih, hantaran ternal dan listrik,
kerapatan, ukuran atom dan perubahan energi terlibat dalam perubahan
penambahan satu elektron dan pengambilan satu elektron dari satu atom
netral. Lampiran F menyajikan nilai numerik untuk hampir semua sifat
tersebut. Pada dasarnya unsur-unsur sebelah kiri tabel (terutama dalam
periode- periode akhir) merupakan padatan logam dan penghantar listrik yang
baik. Di sebelah kanan (terutama pada periodik-periodik awal )unsur-unsur
55
merupakan penghantar listrik yang buruk dan biasanya dijumpai dalam wujud
gas pada suhu kamar. Di antara keduanya unsur-unsur semi logam dan non
logam (David,2001)
Unsur logam unsur golongan alkali sangat elektropositif dan reaktif.
Unsur karena kereaktifannya tidak dapat dalam keadaan bebas di alam.
Fransium merupakan unsur yang radioaktif. Semua unsur golongan ini
merupakan panas dan listrik yang baik. Karena lunaknya merupakan reduktor
yang kuat dan mempunyai panas jenis yang rendah. Logam alkali dan alkali
tanah adalah zat pereduksi yang sangat kuat, karena begitu mudah kehilangan
elektron. Mereka mudah bergabung dengan kebanyakan unsur non logam
membentuk senyawa ion.
Parameter respon adalah derajat ionisasi khilosan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa derajat ionisasi deasetilasi khilosan tertinggi adalah 79,65% yang
dihasilkan pada suhu 90℃ dan waktu proses 120 menit. Hasil uji aplikasi
khilosan sebagai adsorben ton logam merkuri menunjukan bahwa semakin
adsorben semakin besar penurunan besar jumlah ton merkurinya (Rahayu,
2007).
56
III. AlatdanBahan
3.1 Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Kawat nikrom
- Bunsen
- Pipet tetes
- Penjepit
3.2 Bahan
- BaCl2
- CaCl2
- SrCl
- KCl
- NaCl
- LiCl
- HCl pekat
- Air suling
- Amonium karbonat
- Ammonium fosfat
- Ammonium sulfat
- Karbontetraklorida
- CCl4
- Larutan NaBr
- Larutan NaI
- Larutan yang mengandung Ca, Li, Na, K, Sr, Bh
- Larutan anu
- Larutan (NH4)3PO4
- Larutan (NH4) 2So4
57
IV. Prosedur Kerja
Hasil
-
58
C. Reaksi-Reaksi Halida
NaCl 0,5M ; NaBr 0,5M ; NaI 0,5M
Diletakkan tiga tabung reaksi pada rak
Dimasukkan 1 mL larutan NaCl ; NaBr ; NaI
Ditambahkan setiap tabung 1 mL karbon tetraklorida, 1 mL air klorin,
dan 5 tetes asam nitrat
Dikocok setiap tabung
Diamati warna lapisan karbon tetraklorida dibagian bawah
Hasil
Hasil
59
V. Hasil dan Pembahsan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikum terhadap
unsur alkali dan alkali tanah maka diperoleh data sebagai berikut :
Pada tabel diatas didapat dari ujinyala unsur alkali dan alkali tanah ,
data ini berdasarkan hasil dari pengamatan praktikum golongan dan
identifikasi unsur . dan data ini sesuai dengan literatur kecuali unsur BaCl 2
yang berwarna putih. Sesuai literarur BaCl2 itu ujinyalanya warna nya adalah
hijau. Ini terjadi karena kurang ketelitian praktikan saat menguji nyala BaCl 2.
Uji nyala yang berbeda warna ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
dari hasil emisi akan menghasil warna yang berbeda-beda sesuai dengan
panjang gelombang suatu logam.
60
Pada reaksi-reaksi unsur alkali dan alkali tanah , didapatkam hasil data
pada tabel berikut
1 CaCl2 (NH4)2CO3 √ -
2 BaCl2 √ -
3 SrCl2 √ -
4 KCl - √
5 NaCl - √
6 LiCl - √
1 CaCl2 (NH4)2PO4 √ -
2 BaCl2 √ -
3 SrCl2 √ -
4 KCl - √
5 NaCl - √
6 LiCl - √
1 CaCl2 (NH4)2SO4 √ -
2 BaCl2 √ -
3 SrCl2 √ -
4 KCl - √
5 NaCl - √
6 LiCl - √
Pada tabel diatas, tampak unsur alkali dan alakali tanah direaksikan
dengan amonium karbonat dan didapat hasil CaCl2 yaitu menghasilkan
endapan. Endapan tersebut terjadi karena unsur CaCl itu mempunyai 2
61
elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan logam. Pada reaksi zat BaCl2
dan (NH4)2CO3 dari reaksi SrCl2 dengan (NH4)2CO3 juga menghasilakan
endapan. Itu juga terjadi karaena jika unsur BaCl dan SrCl di reaksi dengan
amonium karbonat mempunyai 2 elektron yang terlibat dalam pembentukan
unsur ikatan logam. Dan terjadi endapan karena unsur Ba dan Sr termasuk
dalam golangan alkali tanah yang mempunyai sifat fisik padat, kerapatan lebih
besar dibandinkan dengan alakali. Pada reaksi zat KCl, NaCl dan LiCl
direaksikan dengan (NH4)2CO3, tidak mengalami endapan, itu terjadi karena
pada unsur KCl, Na, dan Li termasuk kedalam golongan alkali, yang mudah
larut jika beraksi dengan pereaksi.
Pada tabel unsur alkali dan alkali tanah direaksikan dengan amonium
fosfat didapatkan hasil yaitu CaCl 2, BaCl2 dan SrCl2 direaksikan dengan
(NH4)2PO4 menghasilkan endapan, itu terjadi karena unsur Ca Ba dan Sr
termasuk kedalam golongan alkali tanah yang jika direaksikan dengan pereaksi
akan sukar larut, maka terjadi endapan. Dan juga Amonium fosfat ini juga
mudah larut dalam air, dan memiliki bentuk seperti kristal monoklinik putih.
Pada reaksi zat KCl, NaCl dan LiCl direaksikan (NH4)2PO menghasilkan tidak
adanya endapan, karena unsur K, Na, dan Li termasuk dalam golongan I A,
yang bersifat padat dan mudah larut jika direaksikan dengan reaksi, apalagi
amonium fosfat ini juga mudah larut sifatnya.
Pada unsur alkali dan alkali tanah direaksi kan dengan amonium sulfat
di dapat hasil reaksi, yaitu CaCl2, BaCl2 dan SrCl2 di reaksikan dengan
(NH4)2SO4 menghasilkan endapan, karena unsur Ca, Ba dan Sr termasuk
golongan II A yang memiliki sifat yang sukar larut pada saat direaksikan pada
amonium sulfat, apalagi amonium sulfat ini larut dalam air dan dapat membuat
larutan sangat pekat dan karena bereaksi dengan golongan II A ini
menyebabkan hasil berupaendapan. pada reaks KCl, NaCl, dan LiCl direaksikan
dengan (NH4) menghasilkan tidak adanya endapan, karena pada unsur K, Na
dan Li ini memiliki sifat yang mudah larut, karena mudah larut inilah membuat
K, Na dan Li jika di reaksikan dengan pereaksi lain yang mudah larut membuat
hasil tidak memiliki endapan, dan hasil data ini sesuai dengan literatur yang
telah dijelaskan.
Reaksi reaksi pada percobaan unsur alkali dan alkali tanah adalah
sebagai berikut:
62
SrCl2(aq) + (NH4)2CO3(aq) SrCO3(s) + 2NH4Cl(aq)
1 NaCl+Cl2 Kuning
2 NaBr+Cl2 -
Garam halida dari alkali tanah dapat bereaksi dengan halogen yang lebih
bersifat pengoksida. Unsur halogen adalah golongan non logam yang paling
reaktif. Br2 pada percobaan tidak menghasilkan warna nyala hal tersebut
mrupakan terjadinya karena kurang ketelitian pengamatan terhadap warna
yang dihasilkan Br berwujud cair yang mudah menguap dan berwujud padat
yang mudah meyumblim, molekul nya memiliki warna karena menyerap sinar
sebagai sebagai hasil eksitasi elektron ketingkat yang lebih tinggi.
a. Zat Y
Warna nyala zat X :
63
X + (NH4)2CO3 : Berwarna Merah Nyala
X + (NH4)2PO4 : Berwarna biru
X + (NH4)2SO4 : Bewarna merah
b. Zat Y
Zat Y + CCl4 + HNO3 : Bening
Warna CCl4 : Lapisan
64
VI. Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan makan dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa telah dapat atau bisa ;
1. Mengkaji kesamaan sifat unsur-unsur dalam tabel berkala.
2. Mengamati uji nyala dan reaksi beberapa unsur alkali dan alkali tanah.
3. Mengenali reaksi air klorin dan halida.
4. Menganalisis larutan anu yang mengandung unsur alkali atau alkali
tanah dan halida.
6.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu terhadap penimbangan atau
bobot dimana, seharusnya lebih ketelitian terhadap penimbangan sampel
berbentuk padatan agar tidak mempengaruhi hasil akhirnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Rendi,S. 2005. “Penelitian dengan Menentukan Unsur Gas Mulia Dan Unsur
Transisi Dari Logam Alkali Dan Alkali Tanah”.Jurnal Penelitian
kimia.Vol3 : 07
66
Pertanyaan Prapraktek
Jawab : fungsinya adalah pada saat larutan tersebut dengan larutan iodin,
larutan tersebut akan bereaksi, karena CCl4 bersifat nonpolar.
67
Pertanyaan Pascapraktek
68
Lampiran
2.Larutan Hialida
69
PERCOBAAN V
RUMUS EMPIRIS SENYAWA DAN HIDRASI AIR
I Tujuan
1. Mencari rumus empiris dari suatu senyawa dan menetapkan rumus
molekul senyawa tersebut.
2. Mempelajari cara mendapatkan data percobaan dan cara memakai data
untuk menghitung rumus empiris.
3. Mempelajari sifat-sifat senyawa berhidrat.
4. Mempelajari reaksi bolak-balik hidrasi.
5. Menentukan persentase air didalam suatu hidrat.
II Landasan Teori
Rumus kimia merupakan kumpulan atom-atom dengan komponen
tertentu. Rumus kimia suatu zat menyatakan jenis atom dan unsur jumlah
relative atom-atom yang terdapat dalam zat itu. Rumus kimia zat dapat berupa
rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan banyaknya atom-atom
suatu unsure yang terdapat dalam molekul suatu zat. Contoh, rumus molekul
air kapur, yaitu Ca(OH)2 artinya dalam satu molekul air kapur terdapat 1 atom
Ca dan dua atom O dan H. rumus molekul suatu zat merupakan kelipatan bulat
dari rumus molekul.
Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan bulat
terkecil dari atom-atom dalam suatu senyawa contoh rumus empiris gula yaitu
CN2O atau (CN2O)n artinya dalam senyawa gula perbandingan antar atom C:N:O
= 1:2:1, n adalah bilangan 1,2,3 dan seterusnya untuk menentukan rumus
sebenarnya (David,2001).
Berdasarkan rumus empiris dihitung jumlah relative unsure-unsur yang
terdapat dalam senyawa atau komposisi persentase zat tersebut. Senyawa
hidrat dalam senyawa dalam suatu molekul yang terkait dalam hidrat.
Sedangkan senyawa anhidrat adalah senyawa yang kehilangan molekul air
karena pemanasan terus-menerus. Senyawa hidrat disebut juga senyawakristal
yang mengandung molekul yang mempunyai ikatan hydrogen air, yang
merupakan senyawa berguna yang berpatisipasi dalam berbagai reaksi kimia
dibumi. Air hidrasi adalah air yang terkandung dalam Kristal yaitu terkait pada
ion atau molekul yang membentuk kristal (Astuti, 2004).
Sejumlah besar senyawa membutuhkan media air tidak menciptakan
ikatan dengan ion kristal inti yang mengejutkan. Air hidrasi mempengaruhi
70
struktur senyawa warna kristal dan bentuk. Sifat air sebagai solusi bagaimana
pembentukan kristal. Setelah menyelesaikan kristalisasi sebagian kecil kadar
air yang masih menjadi bagian dari struktur kristal dan dikenal sebagai
kristalisasi air atau hidrasi. Pemahaman tentang hidrasi air sangat banyak
manfaatnya auntuk setiap aspek kehidupan (Sunarya, 2010).
Untuk menyatakan komposisi zat-zat yang menyatakan perubahan-
perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi secara kimia dengan cepat,
tepat dan langsung menggunakan lambing-lambang kimia dan rumus-rumus
kimia. Secara umum dikenal dengan rumus empiris dan rumus molekul.
Rumus empiris adalah suatu senyawa yang menyatakan jumlah terkecil jumlah
atom yang terdapat pada senyawa tersebut, sedangkan rumus molekut
merupakan rumus untuk semua unsur dalam senyawa (Brady, 1994).
Jika rumus empiris senyawa telah diketahui dapat disimpulkan sifat-
sifat fisik dan kimia dari zat tersebut yaitu dari rumus empiris ini dapat dilihat
unsur apa yang terkandung dalam senyawa tersebut dan beberapa banyak
atom dari masing-masing unsur untuk membentuk unsure senyawa tersebut,
dan massa molekul relative dapat ditentukan massa atom relative dari unsur-
unsur yang membentuk senyawa. Berdasarkan rumus empiris dapat dihitung
jumlah relative unsure-unsur yang terdapat dalam senyawa atau persentase zat
tersebut (Purwoko, 2006).
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan jumlah mol unsur-
unsur yang menyusun suatu senyawa. Menetukan rumus empiris berarti
menghitung jumlah mol-mol kemudian membandingkannya. Adapun rumus
molekul senyawa merupakan rumus kimia yang emnggambarkan jumlah atom
dan unsur penyusun senyawa. Dalam penentuaan rumus molekul, perlu
ditentukan terlebih dahulu empirisnya. Dengan menggunakan data massa
molekul relative (Mr) senyawa dapat ditentukan rumus molekulnya.
Adapun rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk
menentukan rumus molekul dari suatu zat murni yang merupaka tujuan dari
analisis dan kuantitatif suatu zat untuk rumus empiris dan rumus molekul
mempunyai hubungan yang erat atau saling berkaitan. Terdapat tiga
kemungkinan hubungan yang perlu ditimbangkan, yaitu rumus empiris dan
rumus molekul daapt identik, rumus molekul dapat merupakan penggandaan
atau kelipatan dari rumus empiris. Suatu senyawa dalam keadaan padat dapat
memiliki rumus empiris dan tidak memiliki rumus molekul. Rumus kimia zat
dapat menyatakan jenis dan jumlah realative atom yang menyusun zat itu.
71
Rumus kimia berbentuk kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu.
Bilangan menyatakan jumlah atom masing-masing unsur dalam rumus kimia
disebut angka indeks. Rumus kimia zat dapat berupa rumus empiris adalah
rumus molekul (Sukardjo, 1985).
Dalam kimia rumus empiris atau komposisi kimia dari suatu senyawa
adalah ekspresi sederhana, jumlah relative setiap jenis atom yang dikandung
suatu empiris tidak memberikan gambaran mengenai isomer, struktur, atau
jumlah obsolute atau istilah empiris menunjuk pada analist etemental, suatu
yang terkait analitik yang digunakan untuk menentukan persentasi komposisi
relative. Perumusan dari zat kimia konstanta dengan formula empiris, formula
kimia mengidentifikasi jumlah obsolute atom unsur-unsur yang ditemukan
pada setiap molekul disenyawa tersebut.
Rumus empiris merupakan rumus paling sederhana dari suatu senyawa.
Rumus empiris tidak menunjukkan jumlah atom-atom molekul yang terdapat
dalsm molekul. Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom
yang terdapat dalam molekul. Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan.
Hasil perbandingan tetap merupakan hukum yang menghendak penulisan
kimia yang baik, berupa rumus empiris maupun rumus molekul (Eddelmann,
2006).
Rumus empiris dalam molekul dapat ditentukan dengan cara,
menentukan massa atau persentase unsur-unsur pengujian senyawa, bagi
massa atau persen dengan Ar masing-masing dan tentukan perbandingan
terkecil. Adapun rumus empiris suatu senyawa dapat digunakan untuk
menetukan rumus molekul dari suatu zat murni yang merupakan tujuan dari
analis, kuantitatif. Suatu zat anatara rumus empiris dan rumus molekul
mempunyai hubungan yang erat saling berkaitan. Rumus empiris merupakan
rumus perbandingan jumlah mol unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa
(Keenan, 1980).
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul-molekul air.
Molekul air yang terikat dinamakan molekul hidrat. Penentuaan jumalah
molekul hidrat ynag terikat dilakuakan dengan cara memanaskan garam
terhidrat (mengandung air) menjadi garam anhidrat yang tidak mengandung air.
Air merupakan senyawa yang serba guna yang berpatisipasi didalam berbagai
reaksi kimia dibumi. Hidrasi air adalah air yang terkandung Kristal, yaitu
terikat pada ion atau molekul yang berbentuk Kristal,senyawa atau zat padat
yang tidak mengandung air disebut anhidrat. Misalnya CaO yang merupakan
72
anhisrat basa dari Ca(OH)2 , sedangkan senyawa yang emngandung atau yang
mengikat air secara kimia sebagian dari kisi kristalnya disebut senyawa hidrat.
Air berubah kedalam tiga sifat menurut waktu dan tempat, yakni air
sebagai bahan padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas. Air
mempunyai kapasitas penahan panas yang sangat besar. Sifat-sifat ini yang
mempunyai variasi suhu. Demikian pada air dapat melarutkan bahan-bahan
pada temperature relative rendah, molekul air cendrung berkumpul membentuk
suatu rongga yang dikaitakan oleh ikatan hydrogen antar molekul air. Rongga
atau sarang-sarang air tersebut akan terbentuk dari luruh karena tidak stabil.
Reaksi hidrat merupakan reaksi fisika, setelah hidrat terbentuk maka daapt
menghilangkan kembali dengan cara yang demikian. Hanya ikatan kovalen
antar molekul hydrogen dan oksigen sajalah yang hanya akan tetap bertahan.
Hal tersebut diperlukannya (disebabkannya energy yang relative besar untuk
memecahkannya (Nurmauli, 2012).
Air dapat dalam keadaan bebaas sebagai gas, cair, atau padat
bergantung pada keadaan suhu atau tekanan. Dalam banyak hal, air terikat
pada zat padat. Ada zat dimana air terikat secara kimiawi dipermukaan, sebagai
contoh nilika gel dan selulosa. Ada zat lain yang mengikat air membentuk
kristal hidrat. Misalnya CuSO4.5H2O dan Na2SO4.10H2O.
Hidrat-hidrat ini adalah zat murni dengan rumus tertentu dan stabil
pada suhu tertentu dan kelembapan atmosfer. Garam hidrat ini dapat
kehilangan air membentuk garam hidrat.
Rumus empiris senyawa telah diketahui dan dapat disimpulkan sifat-
sifat fisik dan kimia dari zat tersebut yaitu dari rumus empiris ini dapat dilihat
unsure apa yang terkandung dalam senyawa tersebut dan berapa banyak atom
masing-masing unsure untuk membentuk molekul senyawa. Berdasarkan
rumus empiris dalam dihitung jumlah relative unsure yang terdapat dalam
senyawa atau komposisi persentase zat tersebut (Suharli, 2006).
Reaksi I-dalam mekanisme reaksi hydrogen perioksida dengan iodide
pada suasana asam, menegtahui hukum laju berupa penjumlahan atau bukan
ditentukan dari ada tidaknya gas O2. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
mekanisme reaksi memiliki hukum laju berupa pecahan, dimana I-dapat
berorder O dan I. Selain itu, hukum laju dalam kondisi percobaan ini cenderung
bukan merupakan penjumlahan dengan tidak didapatkannya gan O 2 (Rosalia,
2014).
73
III Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Cawan krus
- Timbangan
- Bunsen
- Penjepit krus
- Pipet tetes
- Cawan penguap
- Segitiga penyangga
- Kaki tiga
- Cawan porselen
- Kaca arloji
3.2 Bahan
- Pita magnesium
- Logam Mg
- Magnesium nitrat
- Akuades
- Asam nitrat
- Air suling
- Larutan HNO3
- Tembaga (II) sulfat pentahidrat
74
IV Prosedur Kerja
4.1 Rumus empiris senyawa
a Pita Mg
Pita Mg
Diambil cawan kurs dan tutupnya
Ditimbang kur dan tutupnya hingga ketelitian 0,001 gram
Diambil sepotong pita Mg (10-15)
Dibersihkan dengan tisu unruk menghilangkan kotoran dan
minyak
Digulung pita Mg hingga dapat masuk sesuai dengan dasar kurs
Dimasukkan gulungan Mg kedalam kurs
Diletakkan kurs dan isinya diatas kaki tiga
Dipanaskan kurs beserta isinya dengan pembakaran bunsen
hingga dasar kurs berpijar
Diambil penjepit kurs dan buka kurssedikit agar udara dapat
masuk setelah dipanasi 20 menit
Dimatikan Bunsen dan dibiarkan dingin 15 menit
Digunakan pipet tetes, lalu teteskan 40 tetes air kedalam cawan
kurs
Dipanaskan kurs dalam keadaan tutup selama 5 menit
Dimatikan bunsen
Dilanjutkan pemanasan dengan api kecil
Ditimbang kurs dengan isinya dan tutupnya hingga ketelitian
0,001 gram
Hasil
75
b Pita Cu
Pita Cu
Dibersihkan cawan penguap, panaskan, dinginkan, timbang
sampai bobot tetap
Ditambahkan 0,5 g logam tembaga
Dicampur dengan 10 ml asam nitrat 4 M dan tutup dengan kaca
arloji
Dipanaskan lagi setelah semua logam tembaga larut sampai
terbentuk kristal hitam
Dilanjutkan pemanasan sampai terbentuk kristal kekuning-
kuningan
Didinginkan dalam suhu kamar
Ditimbang dalam cawan penguap beserta isinya sampai bobot tetap
Ditentukan rumus empiris dari oksidasi tembaga tersebut
Hasil
76
4.2 Hidrasi air
a Penentuan kuantitatif persentase air dalam senyawa hidrat
Larutan HNO3 6
M Dipanaskan cawan porselin dengan tutupnya
Hasil
Hasil
77
V. Hasil dan Pembahasan
NO Pernyataan Hasil
Perhitungan
Cu : O
Massa Massa
n= : n=
Ar Ar
0,5 0,17
n= : n=
63,5 16
n=7,87x10⁻³ : 7,9x10⁻³
n= 1 : 1
Rumus empiris oksida tembaga= CuO
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang didapat rumus
empiris dari senyawa tembaga oksida adalah CuO yang didapatkan dari
perbandingan mol tembaga dan mol oksigen.
78
B.Hidrat
NO Pengamatan Hasil
0,3705
= x100%
0,9986
=37,10%
0,3575
=
18
79
=0,019 mol
Jadi rumus senyawa hidrat yang digunakan pada praktikum ini adalah
CuSO4.5H2O yang berarti 1 mol tembaga(II) sulfat ini apabila senyawa hidrat
dipanaskan maka molekul air akan lepas dari hidrat dan menguap ke udara
bebas.
NO Pernyataan Hasil
CuSO4+5H2O→CuSO4.5H2O
81
VI. Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan rasio perbandingan
terkecil dari atom-atom pembentuk senyawa.
2. Rumus empiris dapat diketahui dengan mencari nilai masing-masing unsur
dalam suatu senyawa dan dicari perbandingannya adapun nilai yang dicari
adalah mol.
3. Senyawa hidrat merupakan senyawa yang mengikat molekul air, sedangkan
senyawa anhidrat merupakan senyawa yang kehilangan molekul air.
4. Senyawa hidrat dapat mengalami reaksi bolak-balik membentuk kristal dan
mengandung molekul air dengan cara pemanasan dan hasil yang di dapat
dengan tambahan air dari penguapan.
5. persentase air yang hilang :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛
6.2 Saran
Sewaktu praktikum sebaiknya alat-alat dan bahan yang akan digunakan
tersedia dengan lengkap agar penelitian tidak terganggudan tidak memakan
waktu yang lama. Karena pada penelitian ini banyak memakan waktu dalam hal
pemanasan dan pendinginan.
82
Daftar Pustaka
Brady.1994.Kimia Universitas.Jakarta:Erlangga.
83
Pertanyaan Prapraktek
2. Jika dalam 5 g tembaga klorida terdapat 2,35 g tembaga dan 2,65 g klorida,
tentukan rumus yang paling sederhana dari tembaga klorida tersebut.
Jawab :
Diketahui massa Cu=2,35 gr ; Ar Cu = 63,5 ; massa Cl = 2,65 gr ; Ar
Cl= 35,5
Ditanya : rumus yang paling sederhana?
Mol Cu : Mol Cl
0,037 : 0,075
84
PERCOBAAN VI
DAYA HANTAR LISTRIK DAN LARUTAN ELEKTROLIT
I. Tujuan
1. Mengukur daya hantar listrik berbagai jenis senyawa dan larutan pada
berbagai konsentrasi.
2. Mempelajari pengaruh jenis senyawa dan konsentrasi suatu larutan
terhadap daya hantar listrik.
85
menentukan konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan cara mengukur
konduktifitas larutan tersebut. Dengan menggunakan rumus :
K = C I/A
Dimana , K=konduktivitas (mho/cm)
C=konduktansi (mho)
A=Luas Elektroda (cm3)
I=Jarak antara elektroda(cm)
Dari persamaan tersebut suatu konduktivitas dengan nilai 1 mho dapat
dinyatakan sebagai kemampuan hantar dari zat cair yang berukuran luas
penampang 1 cm2 untuk arus1 ampere dengan teganan 1 volt. Jika arus yang
dihantarkan lebih besar lagi, maka konduktifitasnya lebih besar pula. Jika pada
suatu resistor dialirkan arus yang membesar maka tahanan atau resistensinya
akan mengecil. Hal ini berarti bahwa konduktifitas adalah kebalikan dari
resistensi, mho=1/ohm (Sediawan,2012).
Semua zat terlarut yang larut dalam air termasuk ke dalam salah satu
dari dua golongan berikut, yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah
suatu zat yang ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang
akan menghantarkan arus listrik. Non elektrolit adalah suatu larutan yang
tidak menghantarkan arus listrik ketika di larutkan di dalam air.
86
elektroda ke elektroda yang lainnya, sehingga menyempurnakan rangkaian
listrik. Air murni merupakan penghantar listrik yang baik. Walaupun demikian,
jika ditambahkan sedikit natrium klorida (NaCl), bola lampu akan menyala
segera setelah garam larut dalam air. Padatan NaCl suatu senyawa ionik akan
terurai menjadi ion-ion Na+ dan Cl- pada saat larut dalam air. Ion Na+ akan
tertarik ke elektroda negative dan ion Cl- akan menuju elektroda positif.
Pergerakan ini menghasilkan arus listrik yang setara dengan aliran electron
sepanjang kabel logam. Oleh karena NaCl dapat menghantarkan arus listrik,
maka NaCl merupaka suatu larutan elektrolit.
Berikut tabel contoh penggolongan zat terlarut dalam larutan berair :
HCl(g) H+(aq)+Cl-(aq)
Dengan kata lain semua molekul HCl yang terlarut akan terpisah
menjadi ion-ion H+ dan Cl- yang terhidrasi larutan. Oleh karena itu ketika
menuliskan HCl(aq) ini berarti bahwa larutan tersebut mengandung ion-ion H+(aq)
dan Cl-(aq) dan tidak ada molekul HCl yang terhidrasi. Dari pihak lain, berapa
asam tertentu seperti asam asetat (CH 3COOH), yang ditemukan dalam cuka,
mengalami ionisasi sebagai bagian dari ionisasi asam asetat yang dinyatakan
dengan :
CH3COOH(aq)CH3COO-(aq)+ H+(aq)
88
Adapun tahap-tahap pengembangan prosedur larutan elektrolit dan non
elektrolit sebagai berikut :
1. Optimasi konsentrasi larutanDaya hantar listrik larutan elektrolit bergantung
pada konsentrasinya. Rentang konsentrasinya yaitu 0,1 m – 2 m, ini dipakai
karena rata-rata konsentrasi pada larutan tersebut.
2. Optimasi sumber arus
Sumber arus berhenti apabila arus yang dialirkannya kecil mka lampu
tidak akan menyala. Sesuai hokum Ohm yang menyatakan bahwa R=V/I.
Dimana R adalah hambatan, I adalah kuat arus / arus yang mengalir dan V
beda potensial (Volt). Karena hambatannya tetap, maka arus yang mengalir
akan sebanding dengan besarnya tegangan yang dipakai. Semakin besar arus
listrik yang mengalir, kemampuan untuk menyalakan bola lamppu juga
semakin baik.
3. Optimasi daya lampu
Optimasi daya lampu dengan menggunakan hukum ohm. Kebalikan dari
tekanan adalah hantaran(L). jadi apabila tekananya besar maka kemampuan
daya hantarnya kecil, begitu sebaliknya.
4. optimasi panjang kabel
Faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu kawat penghantar
atau yaitu panjang kawat, luas penampang kawat, dan jenis bahan laktat.
Secara matematis dinyatakan dengan rumus R=P 1/a
Jadi nilai hambatan listriknya adalah :
a) Sebanding dengan panjang kabel
b) Berbanding terbalik dengan luas penampang a dan
c) Berbanding lurus dengan nilai hambatan jenis larutannya(P)
Semakin panjang kabel maka hambatan yang dihasilkan juga akan
semakin besar dan ketika hambatan yang dihasilkan juga kecil yang
kemampuan untuk menyalakan bola kecil.
1) Rangkaian seri resistor
Rangkaian seri resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari dua
buah atau lebih resistor yang di susun secara sejajar atau berbentuk seri
dengan rumus rangkaian :
Rtotal = R1+R2+R3+…+Rn
89
(Gambar : Rangkaian listrik seri)
2) Rangkaian paraller adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih resistor yang disusun secara berderet dan berbentuk araller. Untuk
mendapat rangkaian rangkaian nilai hamparan pengganti dinyatakan :
1/Rtotal = 1/R1+1/R2+1/R3+…+1/Rn
K = 1/R x LA
Daya hantar listrik disebut konduktivitas yang satuannya ohm -1. Tetapi
secara resmi satuan yang di gunakan adalah siemen (s), dimana s = ohm -1 maka
satuan k adalah sm-1 atau scm-1.
90
Jika satuan volume yang digunakan adalah cm3 maka persamaan yang
digunakan adalah : ∆m = 1000 k/ C
Besarnya daya hantar jenis dapat dicari dari tahanan larutan jadi
dengan dapat ditentukan tahanan larutan dapat ditentukan daya hantar
equivalen. Biasanya dipakai jembatan wheat stone.
Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah nya semakin besar
dan untuk elektrolit kuat gaya yang menariknya yaitu gaya antar ion semakin
kecil. Pada pengenceran tidak terhingga, daya hantar ekuivalen elektrolit hanya
bbergantung pada jenis ionnya. Masing-masing ion mempunyai daya hantar
ekuivalen yang tergantung pada :
a) jumlah ion yang ada
b) kecepatan ion pada beda potensial antara kedua elektroda yang ada.
Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit kuat atau lemah
dan konsentrasi selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit lemah atau kuat
memperbesar daya hantar dan mencapai harga maksimum pada pengenceran
tak hingga (Ari,2008).
Alat ukur multimeter adalah alat ukur dalam elektronik yang
penggunanya untuk mengukur tegangan Dc, mengukur arus Dc, mengukur
tahanan (ohm), mengukur nilai kapastansi kapasitor (farat) an memeriksa
keadaan suatu komponen masih baik atau tidak dan juga digunakan pada
trouble shooting suatu peralatan elektronik. Pada multimeter analog terdapat
skala pembacaan meter dan saklar putar untuk memilih fungsi pengukuran dan
kisaran/rentangan pengukuran. Fungsi pengukurannya yaitu Dc, ampermeter,
Ac voltmeter, Dc Voltmeter, Ohmmeter DH.
Kisaran/rentangan pengukuran dapat dilihat atau dipilih pada saklar
putar dan pembacaan dapat dilihat pada skala meter.
91
Sensor mekanik yang umum digunakan pada rangkaian
voltmeter,ampermeter, maupun ohmmeter adalah penggerak D’arsonval meter
yang terdiri dari sebuah permanen magnet yang berbentuk tapak kuda dan
sebuah silinder di antara kutub utara dan selatan magnet sebagai inti besi
dimana dililitkan sebuah kawat harus membentuk kumparan.
Kumparan kawat dililitkan pada sebuah logam yang sangat ringan dan
diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat berputar bebas. Karena kawat
kumparan berada di dalam medan magnet, maka bila dilalui arus listrik akan
menghasilkan torsi elektromagnetik yang menyebabkan kumparan berputar,
persamaan torsi elektromagnetiknya :
T=BxAxIxN
Dimana T = torsi
B = densita flux di udara (Wb/m2)
A = luas penampang kawat kumparan (m 2)
I = arus pada kumparan yang bergerak (∆ )
N = banyaknya lilitan kawat kumparan
92
(Gambar : rangkaian ampermeter dan voltmeter)
93
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
Beker gelas 100 ml
Batang pengaduk
Rangkaian alat multimeter
Gelas ukur 100 ml
Gelas ukur 50 ml
Kaca arloji
Pipet tetes
Spatula
Kertas saring
3.2 Bahan :
Akuades
NaCl
Air jeruk nipis
NH4OH
NaOH
HCl
NaBr
NaI
NH4Cl
Minyak tanah
94
IV. Prosedur Kerja
Minyak Tanah 25 ml
Hasil
Minyak Tanah 25 ml
Hasil
95
V. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan percobaan daya hantar listrik dan larutan elektrolit
diperoleh data penentuan daya hantar listrik berbagai senyawa sebagai berikut :
H2O 0 1,5 0
97
diperoleh pergerakan pada jarumnya dan tahannya berarti bernilai nol sehingga
arus listriknya bernilai nol sebab I(arus listrik) adalah hasil bagi tegangan (v)
dan tahanan (R). Minyak tanah tidak memiliki kation (ion positif) dan anion(ion
negatif) pada larutannya, sehingga tidak terionisasi. Sedangkan air memiliki
sifat sebagai penghantar listrik yang sangat buruk(isolator) tetapi air dapat
melarutkan senyawa ion dan senyawa kovalen polar yang dapat membuat suatu
larutan penghantar daya listrik. Sehingga air disebut pelarut polar pada KCl
dan kristal KCl ionnya akan terurai menjadi K+, Cl-, sehingga ketika terbntuk
larutan katoda akan membentuk reaksi
2H2O +2 e H2+2OH-,
2Cl- Cl2+2e
KCl(l) K++Cl-
peristiwa ini merupakan pembentukan ion yang terjadi dengan adanya pelarut
yang memisahkan ion positif dan negatif karena terjadi ikatan ion dengan
pelarutnya.
Percobaan kedua yang dilakukan oleh praktikan adalah mempelajari
pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik pada larutan elektrolit yang
dibagi menjadi dua kelompok pada kelompok pertama diperoleh data berupa
pada tabel berikut.
Air jeruk nipis NH4OH HCl KOH
M I v L I V L I v L I v L
0,05 0.00 1,5 0.00 0.00 1.5 0.00 0.03 1.5 0.02 0.00 1.5 0.00
001 5 06 04 75 5
5
0,1 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.01
075 05 5 15
0,5 0.00 1.5 0.00 0.01 1.5 0.01 0.00 1.5 0.00
045 036 5 851 55
98
6 4 5 5 6
100
Reaksi reduksi :2 K+(aq) +2e K2
Reaksi oksidasi : Cl- Cl+e
Meskipun pada konsentrasi 0.05 dan 1 M larutan NH 4Cl tidak dapat
menghasilkan arus listrik namun sebenarnya larutan ini tergolong pada
elektrolit kuat, sebab merupakan jenis garam, yang mana garam merupakan
golongan elektrolit kuat. Terdapat nilai nol yang disebabkan oleh kekurang
telitian pengamat, kesalahan alat, atau sifat dari NH4Cl yang pada konsentrasi
tertentu dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Namun pada
konsentrasi tertentu bersifat non elektrolit. Antara jeruk nipis dan jeruk manis,
jeruk nipis dpat menghantarkan arus listrik meskipun daya hantarnya lemah
dibandingkan jeruk manis biasa, sebab hal tersebut jeruk nipis memiliki kadar
keasaman yang lebih tinggi dibandingkan jeruk biasa sehingga lebih
memungkinkan untuk dapat menghantarkan listrik.
Dari percobaan yang telah dilakukan oleh pratikan mengenai pratikum
terhadap daya hantar listrik, praktikan dapat menentukan nilai dari daya
hantar listrik pada larutan tersebut dengan memasukkan niali yang diperoleh
pada persamaan L=I/R dimana L merupakan daya hantar listrik dan R adalah
tahanan dan pada percobaab kedua dpat diketahui hubungan anatara pengarus
konsentrasi terhadap daya hantar listrik suatu larutan yang grafiknya akan
dapat terlihat pada bahasan ini. Adapun grafik dapat digambarkan oleh
pratikan berdasarkan pada hasil dari percobaan kelompok 1 dan 2 dari berbagai
jenis senyawa berikut yaitu :
- Grafik hubungan konsentrasi dan daya hantar listrik pada larutan
NH4OH
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.05 0.1 0.5 1
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa daya hantar listrik pada larutan NH4OH
zang tertinggi terdapat pada konsentrasi 0,1 M kemudian 0.05 M,1 M dan zang
terendah pada konsentrasi 0.5 molar. Hal ini tidak sesuai dengan teori zang
menyatakan semakin besar konsentrasi zat semakin besar pula daya hantar
101
listriknya. Hasil tidak sesuai dengan percobaan. Dari kosentrasi 0.05-0.1 molar
terdapat grafik naik dengan nilai konsentrasi 0.05 M terhadap daya hantar
listrik sebesar 0.004 ohm dan daya hantar pada konsentrasi 1 adalah 0.005
kemudian anatar 0.1 diperoleh lagi grafik dengan laju turun artinya daya hantar
listriknya turun dan larutan tersebut mengalami kenaikan lagi terhadap daya
hantar listrik dari 0.0036 M, grafik zig zag menunjukan adanya kesalahan
pratikan, seharusnza grafik yang tergamabr garis lurus linear.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daza hantar listrik pada larutan
HCl
100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1
Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa daya hantar listrik yang paling kuat
pada larutan HCl pada kosentrasi 0.05 yaitu konsentrasi yang paling rendah
kemudian daya hantar listrik turun ketika konsentrasinza diubah menjadi 0.1
M kemudian mengalami nilai konstan atau sama besar pada konsentrasi
berikutnya, daya hantar listrik pada larutan HCl juga tidak dapat sesuai dengan
teori bahwa berbanding terbalik yang mana konsentrasi yang rendah memiliki
daya hantar yang kuat.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan KOH
100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1
Dari grafik laurutan KOH terhadao hubungan antara konsentrasi dengan daya
hantar listrik yaitu pada konsentrasi 0.005 dengan 0.1 meningkat artinya grafik
naik yaitu dengan selisih sekitar 0.005 kemudian dari 0.1 menuju 0.5 grafik
menurun mendekati nilai pada kosentrasi 0.05 M setelah itu antara konsentrasi
0.5 menuju 1 M grafik mengalami kenaikan lagi, yang besar kenaikkannya dua
kali lipat dari dari daya hantar konsentrasi 0.005 M, kenaikan ini cukup
102
signifikan namun percobaan ini juga tidak sesuai dengan teori walaupun daya
hantar listrik tertinggi berda pada konsentrasi yang besar, tapi kenaikannya
adalah naik turun.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan KCl
100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 0.05 dan 0.1 daya
hantar kistriknya naik pada konsentrasi 0.1-0.5 terjadi nilai kontan artinya
sama dengan konsentrasi 0.1 dan 0.5 terjadi kenaikan tetapi hanya kecil sekali
sehingga grafik yang digambarkan adalah datar. Tetapi daya hantar terkecil
terjadi pada konsentrasi yang paling kecil yaitu 0.05 dan daya hantar terbesar
pada konsentrasi 1 M.
- Grafik hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan KBr.
100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1
Dari grafik diatas dapat dilihat antara konsentrasi 0.05 dan 0.1 M memiliki nilai
daya hantar yang naik kemudian dari konsentrasi 0.1 sampai 0.5 mengalami
penurunan dan selanjutnya adalah kosntam, daya hantar tertinggi pada larutan
konsentrasi 0.1 dan tertinggi kedua 0.05 artinya percobaan tidak sesuai dengan
teori bahwa nilai daya hantar terkecil terdapat pada konsentrasi yang lebih
besar yaitu 0.5 dan 1 M.
103
100
80
60
40
20
0
0.05 0.1 0.5 1
100
80
60
40
20
0
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 0.05 molar sampai 0.5
M daya hantar listrik dengan grafik naik artinya nilai daya hantarnya meningkat
dari 0 menjadi 0.01 yang kenaikkannya bisa dikatakan konstan kerena garisnya
mendekati linear, namun setelah daya hantar mengalami kenaikan konsentrasi
terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu menuju nol sama dengan
konsentrasi paling kecil L kosentrasi 0.05 sama dengan konsemtersi 1 M.
Percobaan ini sangat tidak sesuai dengan teori.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar percobaan tidak sesuai dengan teori hubungan antara konsentrasi
dengan daya hantar listrik tidak dapat dibuktikan dengan sempurna sebab
kesalahn pratikum cukup besar.
104
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Jika diperhatikan berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan
menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit. Yang termasuk dalam
elektrolit kuat yaitu NaOH, NaCl, NaI, NH4Cl, elektrolit lemah yaitu jeruk
nipis dan NH4OH, dan non elektrolit yaitu H2O, minyak tanah, dan Kristal
NaCl.
2. Perbedaan konsentrasi pada suatu senyawa dapat mempengaruhi daya
hantar listriknya. Semakin besar konsentrasinya maka semakin besar daya
hantarnya karena semakin banyak ion-ion yang dapat bergerak bebas dan
terionisasi dengan baik dalam menghantarkan arus listrik begitu juga
sebaliknya.
6.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya bahan harus lebih di lengkapkan
lagi. Praktikan juga harus lebih teliti dalam membaca skala pada alat
multimeter.
105
DAFTAR PUSTAKA
Budiman dan Soeharjo. 2002. Inti Sari Kimia Organik. Jakarta : Hipolirates
Sediawan, W.B. 2000. “Berbagai Teknologi Proses Pemisahan Daur Ulang Bahan
Bakar Nuklir”. Jurnal Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan-Bahan
nuklir V(P2TBDU) dan P2BGN. Jakarta : Batan. ISSN 1410-1998.
106
Pertanyaan prapraktek
107
Pertanyaan pascapraktek
2. Bagaimana sifat dari larutan yang bersifat elektrolit kuat, elektrolit lemah,
dan non elektrolit ?
Jawab :
- Elektrolit kuat : zat elektrolit yang terurai sempurna didalam air
- Elektrolit lemah : zat elektrolit yang terurai hanya sebagian didalam air
- Non elektrolit : tidak larut dalam air dan tidak terurai menjadi ion – ion
108
LAMPIRAN
109
PERCOBAAN VII
I. Tujuan
1. Memisahkan campuran dengan cara (1) sublimasi, (2) ekstraksi, (3)
dekantasi, (4) kristalisasi, dan (5) kromatografi.
2. Mengendapkan barium klorida dan menentukan persentase hasil dari
barium kromat.
3. Menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran
4. Mendalami dan menggunkan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia.
5. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.
111
c. Destilasi azeotrop, yaitu memisahkan campuran azeotrop campuran dua
atau lebih komponen yang sulit yang sulit dipisahkan.
2. Absorbsi
Absorbsi yaitu, pengambilan komponen-komponen dari campuran gas
dengan penyerapan menggunakan solven. Contoh reaksi absorbsi reaktif dalam
industri adalah
Absorbsi reaktif memerlukan suhu tinggi dan pada absorbsi biasa karena reaksi
kimia akan berjalan cepat pada suhu yang lebih tinggi.
1. Memisahkan suspensi
Suspensi yaitu cairan yang mengandung zat padat tak larut. Contoh air
sungai yang keruh. Suspensi dapat dipisahkan melalui filtrasi, dekantasi, atau
pemusingan (sentrifuge).
112
suatu titik ketika penambahan partikel suatu terlarut sudah tidak dapat lagi
menyebabkan partikel tersebut melarut sehingga terbentuk larutan jenuh.
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel
terlarut pada pada suatu larutan pada suhu tertentu. Contohnya NaCl telah
mencapai titik jenuh maka akan terbentuk kristal?berkurangnya air karena
penguapan, menyebabkan larutan melewati titik jenuh dan mempercepat
terbentukna kristal seperti padatan. Dengan cara kristalisasi dapat diperoleh
zat padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya yang kadarnya
lebih kecil tidak ikut mengkristal (kamilati,2006).
Menurut Bresnick (2003), ada beberapa cara memisahkan campuran
dari zat padat, yaitu :
a. Sublimasi
Sublimasi adalah metode pemisahan campuran sesama zat padat
berdasarkan perubahan wujud zat. Zat padat dapat menyublim (berubah wujud
dari padat langsung menjadi gas atau sebaliknya) dapat dipisahkan dari
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat menyublim menggunkan
metode sublimasi. Contoh campuran iodin akan segera mengkristal ketika
menemui daerah yang cukup dingin sehingga diperoleh iodin murni.
b. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah metode pemurnian padatan yaitu dengan
menggunkan material padatan terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu
tinggi (pada atau dekat pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau
dekat jenuh. Ketika larutan panas didinginkan perlahan, kristal akan
mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurunkan suhu sehingga
kelarutan padatan menurun.
3. Kromatografi
Kromatografi berasal dari kata chroma yang berarti warna. Kromatografi
merupakan suatu teknik pemisahan campuran yang digunakan untuk
menguraikan campuran berupa partikel warna menjadi komponen-komponen
penyusunnya. Beberapa zat yang diteteskan dapat bergerak pindah lebih cepat
dari yang lain.
Dalam kromatografi komponen-komponen yang akan dipisahkan dan
didistribusikan antara dua fase, salah satu fase nya disebut fase stasioner (fase
diam) dan fase lainnya disebut fase mobil ( fase gerak). Dalam fase ini
komponen yang kurang larut dalam fase gerak akan tertinggal. Sedangkan
komponen yang lebih larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
113
Menurut Murtono dan Dewi (2013), ada beberapa cara pemisahan
campuran yaitu dekantasi dan ekstraksi.
1. Dekantasi
Dekantasi dapat digunakan sebagai salah satu alternatif selain filtrasi
untuk memisahkan cairan dari padatan. Dekantasi dilakukan dengan cara
menuang cairan perlahan-lahan, sehingga padatan tertinggal didalam wadah.
Metode ini lebih cepat dari filtrasi, tetapi hasilnya kurang efektif. Hasil
pemisahan yang lebih efektif diperoleh jika zat padat ukurannya dalam
campuran lebih besar. Proses dekantasi dapat dilihat ada gambar berikut :
114
2. Titik didih
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh
berbeda dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Pabila titik didih zat hasil
lebih rendah dari pada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu
didih zat hasil dan dibawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih
cepat menguap, sedangkan zat campur tetap dalam keadaan cair dan sedikit
menguap ketika titik didihnya terlewati.
3. Kelarutan
Suatu zat memiliki kelarutan yang berbeda-beda dengan zat yang
lainnya dalam campurannya, karena spesifikasi kelarutan yang berbeda.
4. Pengendaan
Jika suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan
kecepatan pengendapan berbeda dapat dipisahkan dengan sedimentasi atau
sentrifugasi.
5. Difusi
Yaitu jika dua macam zat berwujud cair atau gas ketika dicampur dapat
berdifusi (bergerak mengalir) dan bercampur satu sama lainnya.
6. Absorbsi
Merpakan penarikan suatu zat oleh bahan pengabsorbsi secara kuat
sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengabsorbsi.
115
III. Alat dan Bahan
3.1. Alat
- Timbangan
- Cawan penguap
- Kaca arloji
- Pembakar bunsen
- Bejana kromatografi atau gelas piala
- Gunting
- Penotol ( pipa kapiler
- Kertas saring
3.2. Bahan
- NH4Cl 0,1 gr
- NaCl 0,1 gr
- SiO2 0,1 gr
- 𝐻2 𝑂
- Pelarut ( eluen )
- Butanol
- Asam asetat
- BaCl2
- K2CrO4
- BaCrO4
116
IV. Prosedur Kerja
4.1 Pemisahan komponen dari campurannya
A. Pemisahan dengan cara konvensional
v 𝑁𝐻 𝐶𝑙 0,1 gr, NaCl 0,1 gr
4
Si𝑂2
117
B. Pemisahan dengan kromatografi
Pelarut ( Eulen )
Hasil
118
4.2 Analisis melalui pengendapan
A. Persentase hasil barium kromat
𝐵𝑎𝐶𝑙2
Kristal 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4
119
B. Persentase Barium Klorida di dalam campuran
𝐵𝑎𝐶𝑙2
Dihitung prosedur A
Hasil
120
V. Hasil dan Pembahasan
Pemisahan komponen dari campuran merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memisahkan dan memurnikan suatu senyawa dan suatu
campuran dinama suatu senyawa atau beberapa senyawa yang telah bergabung
dan dapat dipisahkan kembali.
Praktikan pada pratikum kali ini menggunakan beberapa metode
pemisahan campuran diantaranya dengan cara konvensional dan kromatografi
serta menganalisis melalui pengendapan dengan menentukan persentase
barium kromat serta persentase barium klorida dalam suatu campuran yaitu
dengan metode kristalisasi dan dekantasi.
Berdasarkan pada percobaan yang dilakukan oleh pratikan, pada metode
pemisahan dengan cara konvensional diperoleh data sebagai berikut :
121
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
4) persentase bahan yang terpisahkan : x 100%
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
=1,6511%
Pada percobaan dengan cara konvensional pratikan menggunakan
metode dekantasi ( pengendapan) dan metode kristalisasi. Prinsip yang
digunakan pada metode dekantasi yaitu berdasarkan perbedaan ukuran
molekul, sedangkan pada kristalisasi yaitu berdasarkan pada titik didih yang
berbeda. Percobaan ini bertujuan untuk melepaskan Kristal NaCl dari
campurannya yaitu NH4Cl melalui proses dekantasi (menyublin) NH4Cl yang
dipanaskan akan membentuk uap NH4Cl dan residu NaCl dan SiO2, larutan
NH4Cl menyublin/menguap sehingga menghasilkan uap NH4OH dan sisanya
kemudian membentuk residu NaCl dan SiO2. Setelah dingin dan ditimbang
kemudian di tambahkan air maka larutan dapat didekantasi pada cawan lain
yang telah ditimbang sebelumnya, yaitu residu NaCl dan SiO2 pemisahan oleh
residu NaCl dan SiO2 yang dilakukan dengan perlahan ( supernatant ) sehingga
menghasilkan larutan NaCl dan residu SiO2. Dari larutan NaCl akan
dikristalkan menjadi Kristal NaCl (terjadi proses kristalisasi) menggunakan
metode kristalisasi larutan yang mendidih dari awal akan menguap diatas kaca
arloji dan meninggalkan Kristal NaCl disamping itu residu SiO2 di cuci dengan
air sampai benar – benar terbebas dari NaCl, kemudian dikeringkan maka
menghasilakn SiO2 yang terbebas dari NaCl dengan berbentuk SiO2 kering.
Adapun persentase dari NH4Cl, SiO2 dan persentase larutan yang
dipisahkan dari percobaan ini yaitu diperoleh 5,1282 % untuk NH 4Cl, 0,4908 %
untuk NaCl dan 1,5684 % SiO2 dan 7,278 % untuk persen masa keseluruhan
yang terpisahkan.
Untuk persen masa keseluruhan yang dipisahkan atau terpisahkan
dicari pratikan dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan (teori),
selain itu dapat dibandingkan dengan cara perhitungan sederhana yaitu dengan
menambahkan persentase NH4Cl, persentase NaCl, dan persentase SiO2 yaitu
diperoleh %NH4Cl + %NACl +% SiO2 = 7,1884 % sedangkan perolehan nilai pada
rumus teori 7,278 % artinya percobaan yang diperoleh dapat sesuai dengan
teori.
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan tersebut adalah :
122
Proses pembentukan Krista NACl dan SiO2, secara singkat seperti bagan
berikut :
𝑆𝑖𝑂2
𝑁𝑎𝐶𝑙
123
Sebelum melakukan pemisahan atau memisahkan kertas kedalam
eluen, terlebih dahulu eluen harus di jenuhkan hal ini bertujuan untuk
mempercepat proses elusi. Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain saat proses elusi. Sebaiknya gelas di tutup sehingga eluen tidak
menguap ketika tidak terlarut, kertas saring yang digunakan juga harus di
sesuaikan ukurannya dengan gelas piala. Hal ini agar prosesnya tidak
terhambat. Pada kertas saring yang digunakan juga tidak boleh dilipat pada
ujungnya jika kertas ukurannya tidak sesuai dengan gelas piala hal tersebut
mengakibatkan kertas akan teresolusi sehingga proses pemisahannya
terhambat. Adapun proses pengerahan eluen pada kertas dinamakan proses
aseending yang di pengaruhi oleh gaya kapiler. Dari pemisahan dengan metode
ini pratikan memperoleh warna pengamatan berupa warna hitam,
biru,coklat,dan merah muda dengan jarak tempuh warna yaitu 7,8,6,dan 2 cm.
sehingga di peroleh nilai Rf 0,875 ; 1 ; 0,75 ; dan 0,22. Namun pada sebaran
warna yang terjadi tidak mengalami pemisahan yang baik, sebab warna yang
dihasilkan masih menumpuk atau bersatu. Penyebab tidak terpisahnya warna
dengan baik salah satunya dipengaruhi oleh keadaan eluen yang tidak baik
atau larutan sudah tidak murni lagi. Eluen yang dipakai tidak terlalu sempurna
sehingga tidak menghasilkan pemisahan yang baik. Dengan kasus tersebut
tentunya akan berpengaruh dengan hasil Rf sebab anatara fase gerak dan fase
diam tidak terebusi dengan baiik.
Percobaan ketiga yang dilakukan oleh pratikan adalah analisis melalui
pengendapan yaitu menentukan persentase hasil barium kromat. Dengan
peroleh data sebagai berikut :
1. Bobot gelas piala + BaCl2 : 128,7867 gr
2. Bobot gelas piala : 127,7867 gr
3. Bobot BaCl2 : 1 gr
4. Bobot kertas saring + endapan BaCrO4 : 5,5793 gr
5. Bobot kertas saring : 1.1046 gr
6. Hasil endapan BaCrO4 : 4.4747 gr
Perhitungan hasil teoritis
𝐵𝑎𝐶𝑙2(𝑠) + 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4(𝑠) → 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) + 2𝐾𝐶𝑙(𝑠)
Mula-mula : 0,05 0,015
Reaksi : 0,015 0,015 0,015
Setimbang : 0,035 0 0,015
Bobot endapan 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) (hasil teoritis)
124
M = n.mr
= 0,015.255
= 3,825 gr
Peraentase hasil 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) :
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
%𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) = x 100% = 116,9856%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Berdasarkan data diatas pratikan memperoleh hasil BaCrO 4 yaitu
sebanyak 116,9856 % yang diperoleh dengan menggunakan rumus hasil
eksperimen : hasil teoritis x 100 %. Adapun proses terbentuknya pengendapan
oleh BaCrO4 secara singkat sebagai berikut :
𝐵𝑎𝐶𝑙2 + 𝐻2 𝑂 + 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4(𝑠)
Residu endapan
Filtrat 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠)
Kristal 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠)
125
Artinya berdasarkan data Qc terhadap Ksp diatas endapan akan
terbentuk jika harga Qc lebih besar dari harga Ksp atau hasil kali kalarutan
ion-ionnya lebih besar dari harga Ksp.
Reaksi dari hasil percobaan yaitu :
BaCl2 ( aq ) + K2CrO4 ( Aq ) → BaCrO4 + 2KCl (aq)
126
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Sublimasi : pemisahan campuran dari suatu padatan dengan
cara menguap, dengan menggunakan prinsip berdasarkan
perubahan dari fase padat menjadi gas.
b. Ekstraksi : proses pemisahan campuran dari suatu campuran
berdasarkan kelarutan
c. Dekantasi : proses pemisahan campuran dari padatan dengan
menuang supernatan (perlahan), berdasarkan prinsip
perbedaan ukuran molekul.
d. Kristalisasi : pemisahan zat padat dari campuran berdasarkan
kelarutan.
e. Kromatografi : pemisahan campuran berdasrkan perbedaan
migrasi senyawa.
2. Barium klorida dapat diendakan dalam larutan barium kromat
dengan reaksi
𝐵𝑎𝐶𝑙2(𝑎𝑞) + 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4(𝑎𝑞) → 𝐵𝑎𝐶𝑟𝑂4(𝑠) + 2KCl
Dengan hasil dapat dicari dengan rumus
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
% hasil = x 100%
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
6.2 Saran
pada percobaan dengan metode kromatografi, pemisahan tidak
terjadi secara sempurna, hal tersebut terjadi dikarenakan larutan yang
digunakan kurang baik, sebaiknya pada saat pengolahan gelas ditutup dengan
aluminium oil agar dapat jenuh dengan sempurna, selain itu ketika proses elusi
127
terjadi, gelas piala dan kertas sebaiknya juga ditutup hal ini untuk menghindari
penguapan pada eluen (pelarut).
128
Daftar pustaka
Bresnick,S. 2003. Inti Sari Kimia Organik . Jakarta : Hipokrates.
Chang,R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Kalimati,N. 2006. Mengenal Kimia 1. Jakarta : Yudhistira.
Martono,Y dan Dewi,K.A.K.H. 2013. “ Perbandingan Kristalisasi Steviosida dari
Stevia rebaudiana ( Bert ) antara Pelarut Organik dan air serta
formulasinya sebagai sebagai Pemanis Alami”. Jurnal Seminar Nasional
Kimia Terapan. Sola : Universitas Kristen Satya Wacana. Volume 3-5. Hal
9-15. Issrv : 2088-9828.
Sediawan,W.B.2000.” Berbagai Teknologi Proses Pemisahan Daur ulang Bahan
Bakar Nuklir”. Jurnal Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar
Nuklir V ( P2TBDU ) dan P2BGN . Jakarta : Batan. ISSN 1410 – 1998.
Watangare,A.S., Lumehta,J.O., Wuwung,B.A., Sugiarso. 2013. “ Rancang
Bangun Alat Konversi Air Laut menjadi Air Minum dengan Proses
Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas elektrik “. E-Jurnal Teknik
Elektron dan Komputer. Manado : FT. UNSRAT.
129
Perhitungan
A. Pemisahan komponen dari campuran
1. Penulisan dengan cara konvensional
Bobot cawan penguap + contoh semula = 62,1965 gr
Bobot cawan penguap = 61,8382 gr
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑁𝐻4 𝐶𝑙
Persentase NH4Cl : X 100% = 118,392%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑁𝑎𝐶𝑙
Persentase nacl : X 100% = 11,1359%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑖02
Persentase sio2 : : X 100% = 35,5847%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
Persentase bahan yang terpisahkan : X 100%
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
=1,6511%
2. Pemisahan dengan cara kromatografi
Jarak tempuh pelarut = 8 cm
Jarak tempuh zat :
7
Warna hitam : 7 cm, Rf = = 0,875
8
8
Warna biru : 8 cm,, Rf = =1
8
6
Warna coklat : 6 cm, Rf = = 0,75
8
2
Warna merah muda : 2 cm, Rf = = 0,22
8
131
Pertanyaan Prapraktek
Jawaban
132
- Kromatografi yaitu pemisahan yang berdasarkan pada perbedaan
migrasi senyawa.
- Adsorbsi yaitu penarik suatu zat terhadap zat lain secara kuat
sehingga menempel pada permukaannya.
3. Harga Rf ialah perbandingan dari jarak yang ditempuh oleh suatu soluent
terhadap jarak yang ditempuh oleh bagian mula soluen selama waktu
yang sama. Harga Rf digunakan untuk keperluan identifikasi noda-noda
sering ditemukan contohnya dengan harga Rf. Harga Rf yang identik dari
senyawa yang diketahui dan tidak diketahui dengan menggunakan
beberapa system soluent yang memberikan bukti bahwa keduanya adalah
identik terutama jika dilakukan berdampingan dengan dialas pita keras.
4. a. filtrat : hasil filtrasi ( penyaringan ) dari suatu campuran.
b. % komposisi : persentase setiap unsure dalam senyawa.
c. endapan : komponen campuran yang tidak larut dan terdapat dibagian
bawah suatu campuran.
d. stoikiometri : kajian tentangpengukuran partikel atau unsure yang
terdapat didalam senyawa dalam reaksi kimia.
e. suoernatan adalah perlahan-lahan ( hati- hati ).
f. hasil teoritis : banyaknya produk yang diperoleh dari reaksi yang
berlangsung sempurna.
5. dengan memasukkan beberapa tetes larutan yang diujikan/ reaksikan
sehingga dilihat lagi terjadinya endapan
6. sebagian bobot yang seharusnya mengendap terpaksa harus menguap
karena masih menyatu dengan bagian larutan yang diatas.
7. apabila pratikel endapan masih terdapat dalam filtrat dilakukan lagi
penyaringan hingga tidak adal lagi partikel dlam filtrat. Sumber utama dari
kesalahan percobaan tersebut adalah kertas saring yang kurang berkualitas
atau proses percobaan itu sendiri yang kurang berkualitas atau proses
percobaan kurang teliti dalam melakukan penyaringan.
133
Pertanyaan Pasca Praktek
Jawaban :
134
LAMPIRAN
135
PERCOBAAN VIII
I. Tujuan
1. Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis.
2. Mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi.
3. Menuliskan persamaan reaksi dengan benar.
4. Menyelesaikan persamaan redoks setiap percobaan.
Sebuah atom netral natrium memberikan satu electron ke atom netral kalor
hingga terbentuk muatan positif Na+ dan muatan negatif Cl- .
Reaksi kimia adalah proses yang mengkonversi sekelompok zat yang
disebut reaktan, menjadi kelompok zat baru yang dinamakan produk. Dengan
kata lain, reaksi kimia adalah reaksi yang menghasilkan perubahan kimia.
Memang dalam banyak kasus, tidak ada yang terjadi ketika sejumlah zat
dicampur masing-masing mempertahankan komposisi dan zat aslinya. Kita
memerlukan bukti sebelum kita dapat mengatakan bahwa suatu reaksi telah
terjadi. Beberapa jenis bukti fisis yang diperlukan ditunjukkan oleh perubahan
warna, Pembentukan padatan dalam larutan jernih, evolusi gas, evolusi atau
penyerapan kalor.
136
Meskipun pengamatan seperti ini biasanya menandakan bahwa reaksi
telah terjadi, bukti kuat masih memerlukan analisis kimia terperinci dari
campuran reaksi untuk mengidentifikasi semua zat yang ada (Petrucci, 2007).
Oksidasi adalah proses pelepasan elektron (e-) dari suatu zat, sedangkan
reduksi adalah proses penangkapan electron oleh suatu zat. Sebaliknya, zat
pengoksidasi adalah zat yang menerima electron dank arena itu zat tersebut
mengalami reduksi (Harrizul,1994).
138
Ketersediaan limbah kayu pelawan sangat potensial untuk diolah
menjadi asap cair. Asap cair diperoleh dari pengembunan asap hasil penguraian
senyawa organik yang terdapat didalam kayu pada proses pirolisis. Pirolisis
adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi
penguraian komponen-komponen penyusun kayu, pada proses reaksi
penguraian tersebut menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padat, cair dan
gas ( Akbar, dkk. 2013).
139
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Tabung reaksi
- Pipet Tetes
- Thermometer
- Erlenmeyer 150 ml
- Batang pengaduk
- Spatula
- Kaca arloji
3.2 Bahan
- Akuades
- n-Heksana
- Sikloheksana
- n-Dekana
- o-diklorobenzen
- p-diklorobenzen
- n-butil alcohol
- t-butilalkohol
- Naftalena
- C10H8
- C6H4Cl2
- NaCl
- KI
- Mg(SO4)2
- (CH3)2CHOH
140
IV. Prosedur Kerja
A. Reaksi penggabungan
Mg
Hasil
B. Reaksi penguraian
Kristal CuSO4.5H2O
Hasil
1 mL larutan AgNO3
0,01 M
Dimasukkan 1 g serbuk Cu
Dikocok
Diamati dan dicatat hasil
1 mL HCl 0,1 M
Hasil
141
D. Reaksi penggantian rangkap
Hasil
E. Reaksi netralisasi
fenolftalein
Hasil
142
F. Reaksi redoks serta perubahan warna
HASIL
143
G. Beberapa reaksi redoks
2 mL CuSO4 0,5 M
FeCl3 0,1 M
Hasil
144
V. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil dari pratikum yang dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
Persamaan Reaksi Bukti terjadi reaksi
A. Reaksi penggabungan Terjadi perubahan warna dan suhu
Mg + ½O2 MgO
B. Reaksi penguraian Perubahan warna dan penguapan perubahan
CuSO4.5H2O CuSO4+5H2O suhu dan gas
C. Reaksi penggantian tunggal
1. Cu+AgNO3 Tidak ada perubahan
2. 2HCL+Mg MgCl2+H2 Warna abu-abu dibawah dan bening diatas,
warna berubah menjadi abu-abu.
Dari reaksi tersebut dapat terlihat bahwa logam Mg bereaksi dengan gas
oksigen saat dipanaskan. Reaksi Mg dengan oksigen ini lah yang menghasilkan
zat baru yaitu MgO.
Hasil percobaan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Petrucci
(1989), yaitu ketika unsur pertama ditambahkan atau bereaksi dengan unsure
145
ion akan menghasilkan unsure baru. Pada percobaan ini, ketika logam Mg
bereaksi dengan oksigen terbentuk unsure baru yaitu MgO.
b. Reaksi penguraian
Percobaan ini dilakukan adalah untuk menunjukkan adanya penguraian
yang dilakukan oleh suatu senyawa kompleks. CuSO4.5H2O merupakan
senyawa yang dapat terurai jika dipanaskan. Reaksi yang terjadi pada
pemanasan senyawa ini adalah :
CuSO4.5H2O(s) CuSO4+5H2O(g)
Setelah dipanaskan beberapa menit, ternyata pada wujud CuSO4.5H2O
ini terjadi perubahan warna dimana lebih pucat dari warna sebelumnya selain
itu ada terdapat penguapan. Perubahan ini terjadi karena adanya proses
penguapan dimana air yang terkandung dalam sampel mengalami penguapan
sehingga hanya tersisa padatan dari CuSO4. Hilangnya kandungan air pada
sampel menunjukkan bahwa sampel lebih terurai menjadi senyawa tunggal.
c. Reaksi pergantian tunggal
Percobaan ini dilakukan dengan dua buah sampel, dimana sampel
pertama menggunakan Cu dan AgNO3, dimana reaksi yang terjadi tidak terjadi
perubahan dari senyawa tersebut, ini dibuktikan dengan hasil percobaan yang
praktikan lakukan dimana setelah memasukkan Cu dan AgNO3 kemudian
dikocok tidak terjadi perubahan apapun.
Percobaan kedua menggunakan sampel HCL dan serbuk Mg dimana
reaksi yang terjadi yaitu :
2HCL(aq)+Mg(s) MgCl2(aq)+H2(g)
Larutan HCl yang awalnya bening akan berada di atas dari serbuk Mg.
percobaan ini terdapat gelembung-gelembung yang menandakan bahwa adanya
gas. Mg yang semula mengendap dibagian bawah lama-kelamaan akan larut
dan mengubah larutan menjadi keabu-abuan.
Dilihat dari hasil pengamatan, reaksi penggantian tunggal dapat
diartikan sebagai reaksi dimana sebuah unsur menggantikan unsur lain dalam
reaksi yang terjadi tersebut. Dalam percobaan pertama Cu menggantikan
unsure Ag dalam AgNO3 dan Mg menggantikan unsure H dalam HCl pada
percobaan kedua (Keenan,1984).
d. Reaksi pengganti rangkap
Pada percobaan ini, ada enam prosedur yang dilakukan. Prosedur
pertama adalah mereaksikan AgNO3 dengan KI dimana reaksi yang teradi :
AgNO3(aq)+KI(aq) AgI + KNO3(aq)
146
Larutan pada saat reaksi berubah warna menjadi bening. Perubahan
warna ini menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara keduanya.
Percobaan kedua adalah mereaksikan Hg(NO3)2 dengan KI, dimana
reaksi yang terjadi :
Hg(NO3)2(aq)+2KI(aq) HgI2(s)+2KNO3(aq)
Hasil dari percobaan ini warna berubah dari bening menjadi kuning dan
juga terbentuk endapan. Seperti yang telah diketahui bahwa Hg termasuk
unsure yang tidak larut dan akan mengendap karena Hg termasuk unsure yang
sukar untuk larut.
Percobaan kelima yaitu mereaksikan AgNO3 dengan NO3PO4. Dari
pengamatan yang dilakukan terjadi perubahan warna dari bening ke coklat, dan
ada sedikit endapan. Reaksi yang terjadi adalah :
3Ag(NO3)2+2Na3PO4 Ag3(PO4)2+3NaNO3
Selanjutnya, percobaan keenam yaitu dengan mereaksikan antara
Al(NO3)2 dengan Na3PO4, dimana reaksi yang terjadi adalah perubahan dari
warna putih ke bening dengan persamaan reaksi :
3Al(NO3)2 + 2Na3 Al3(PO4)2 + 6NaNO3
Persamaan reaksi Bukti terjadi
E. Reaksi netralisasi
1. HNO3+NaOH NaNO3+H2O Warna bening menjadi ungu muda
2. H2SO4+2NaOH NaSO4+2H2O Warna bening menjadi merah muda
3. H3PO4+3NaOH Warna bening menjadi ungu pekat
Na3PO4+3H2O
F. Reaksi redoks terhadap perubahan
warna
1. Na2C2O4+H2SO4+2KMnO4 Perubahan ungu menjadi bening
147
K2SO4 +NO2SO4 +2MnSO4 +CO2 +H2O
2. NaHSO4 +NaOH NaHSO4
NaHSO4 +KMnO4 Adanya endapan bewarna bening
3. HCl + 2KMnO4 2KCl hijau, dibawah larutan
+2MnCl + 8H2O + 5Cl2 Perubahan warna dari ungu muda
menjadi ungu pekat kehitaman
e. Reaksi netralisasi
Pada percobaan reaksi netralisasi, ada tiga kali percobaan yang
dilakukan yaitu dengan menambahkan larutan fenoflatein dalam larutan HNO 3,
H2SO4 dan H3PO4.
Percobaan pertama yaitu pada larutan HNO3 dimana larutan fenolflatein
tidak mempengaruhi warna larutan, sedangkan pada saat penggunaan NaOH
warna berubah menjadi pekat. Reaksi yang terjadi :
HNO3(aq) + 3NaOH(aq) Na3PO4 + 3H2O
Semakin lemah suatu asam maka akan semakin sedikit NaOH yang
diperlukan untuk mengubah warna dari suatu larutan. Pada reaksi H2SO4,
reaksi yang terjadi adalah
H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2
Dimana warna bening asalnya berubah menjadi merah muda.
Selanjutnya percobaan ketiga yaitu H3PO4, dimana reaksi yang terjadi
adalah
H3PO4 + 3NaOH Na3PO4 + 3H2O
Dimana reaksi yang terjadi yaitu warna larutan dari bening menjadi
ungu pekat.
f. Reaksi redoks terhadap perubahan warna
Percobaan pertama yang dilakukan adalah dengan mencampurkan
larutan H2SO4 dengan KMnO4 dimana menghasilkan warna ungu dan setelah
diteteskan kembali dengan NaC2O4 warna tersebut memudar. Persamaan reaksi
yang terjadi
2KMnO4 + 5NaC2O4 + H2SO4 K2SO4 + 2MnSO4 + CO2
+1 +3 +2 +4
Oksidasi
reduksi
Reduksi : 2KMnO4
Oksidasi : 5NaC2O4
148
Percobaan kedua yang dilakukan adalah NaHSO4 dan NaOH dan diberi
KMnO4 warna berubah menjadi hijau. Persamaan reaksi :
2NaHSO4 + 2NaOH + 2KMnO4 2NaSO4 + 2KCl + 2MnO2
+4 +7 +6 +2
Oksidasi reduksi
Dimana yang bertindak sebagai reduktor adalah NaHSO4 dan oksidator
2KMnO4.
149
CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)
+2 0 +2 0
Reduksi
Oksidasi
Yang berperan sebagai oksidator adalah CuSO4 dan sebagai reduktor
adalah Zn.
Percobaan kedua yaitu ZnSO4 + logam Cu dimana terjadi endapan
bagian atas. Persamaan reaksinya
ZnSO4 + Cu TR
Percobaan ini tidak terjadi reaksi karena logam Cu tidak bereaksi
dengan ZnSO4. Hal tersebut dikarenakan logam Cu tidak lebih reaktif dari pada
logam Zn sehingga tidak terjadi reaksi.
Percobaan ketiga yaitu serbuk Mg + Pb(NO 3)2 :
Pb(SO3)2 + Mg Mg(NO3)2 + Pb
+2 0 +2 0
Reduksi
Oksidasi
Pada reaksi ini terbentuk endapan Pb karena Pb pada deret volta
disebelah kanan Mg sehingga Pb lebih mudah tereduksi dan mengendap, yang
bertindak sebagai reduktor adalah Mg dan sebagai oksidator adalah Pb(NO 3)2.
Selanjutnya adalah reaksi antara Mg + NaNO3 dimana terdapat
pengendapan yang terjadi reaksi yang terjadi.
NaNO3 + Mg
Tidak tejadi reaksi karena Mg telah reaksi jika dibandingkan dengan Na
dan Mg lebih mudah tereduksi. Dalam percobaan, pratikum melakukan
kesalahan dalam reaksikan sehingga antara data dan literatur tidak sesuai.
Selanjutnya ada reaksi dimana meneteskan H2O2, H2SO4 dan KI pada
larutan kanji.
3H2O + H2SO4 + KI 4H2O + K2SO4 + I2 + O2
-1 -1 -2 0
Reduksi
Oksidasi
Didapatkan dalam hasil pengamatan yaitu lautan kanji berwarna ungu
dengan dibagian bawah tabung dimana yang bertindak sebagai oksidator adalah
H2O dan reduktor adalah KI.
2FeCl3 + 3H2SO4 + KI Fe2(SO4)3 + 3H2 + 3I2 + 6KCl
150
+1 -1 0 0
Oksidasi
Reduksi
Dari data pengamatan didapat bahwa larutan berubah menjadi
berwarna orange dan ketika ditambah larutan kanji berubah menjadi hitam
pekat, yang berperan sebagai reduktor adalah KI dan sebagai oksidator adalah
H2SO4.
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Ada 5 jenis reaksi kimia :
- Reaksi penggabungan : sintesis satu jenis senyawa dari 2 zat atau
lebih.
- Reaksi penguraian : terpecahnya satu senyawa menjadi 2 zat atau
lebih.
- Reaksi penggantian : satu unsur menggantikan unsur lain dalam
senyawa, unsur yang digantikan adlah yang letaknya lebih bawah
dalam deret volta.
- Reaksi penggantian rangkap : dua zat dalam larutan bertukar
pasangan.
- Reaksi netralisasi : asam dan basa bereaksi memebentuk garam dan
air.
2. Tanda- tanda terjadinya reaksi adalah timbulnya gas, adanya endapan,
terjadi perubahan warna, terjadinya perubahan
3. Reaksi redoks yaitu reaksi reduksi dan oksidasi.
4. Reaksi reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron, melepaskan
oksigen, mengikat H2 dan biloksnya berkurang.
5. Reaksi oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron, penangkapan
oksigen, melepaskan H2 dan koefisienya bertambah.
6.2 Saran
Pada setiap percobaan terhadap jenis reaksi kimia yang
menggunakan tabung reaksi diharapkan agar praktikan selanjutnya benar
benar selektif dan cermat melihat apakah tabung reaksi benar-benar bersih,
sebab zat sisa yang masih terdapat dalam tabung akan mempengaruhi reaksi
karena ikut bereaksi dengan zat yang ditambahkan.
151
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Rio, P., Pamilia, C. 2013. “Pengaruh Variabel Waktu dan Temperatur
Terhadap Pembuatan asap Cair dari Limbah Kayu Pelawan “. Jurnal
Teknik Kimia Vol : 19 No.1.
152
Pertanyaan Pra Praktek
154
Pertanyaan Pasca Praktek
1. Identifikasi zat zat berikut ini. Lihat kembali hasil pengamatan anda.
Jawab :
a. Asap putih (A.1) : gas O2 (Rx. Penggabungan)
b. Cairan tak berwarna (B.1) : H2O (Rx. Penggantian tunggal)
c. Gas yang dapat memadamkan api (B.2) : CO 2 (Rx. Penguraian)
d. Padatan kelabu (C.1) : Ag (Rx. Penggantian tunggal)
e. Gas tak berwarna (C.2) : H2 (Rx. Penggantian tunggal)
f. Endapan jingga (D.2) : PbI2 (Rx. Penggantian rangkap)
g. Endapan kuning (D.4) : Ag3PO4 (Rx. Penggantian rangkap)
h. Yang mengubah warna indicator (E.1) : NaOH (Rx. Netralisasi)
2. Buatlah persamaan reaksinya :
a. Tembaga logam + oksigen → tembaga (II) oksida
b. Merkuri (II) nitrat + kalium bromide → merkuri (II) bromide + kalium
nitrat
Jawab :
1
a. Cu(s) + O2(g) → CuO(s)
2
155
LAMPIRAN
Reaksi Pengabungan
Reaksi Penguraian
AgNO3 + Cu HCl + Mg
Reaksi penggantian
Tunggal
I.Tujuan
1. Mengenal perbedaan antara senyawa kovalen dan ionic.
2. Mempelajari jenis ikatan dan struktur molekul yang mempengaruhi
senyawa secara langsung.
3. Membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer.
4. Mempersiapkan diri untuk memasuki praktikum kimia organik.
II.Landasan Teori
Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan
suatu senyawa bersatu. Macam-macam ikatan kimia yang dibentuk oleh atom
tergantung dari struktur elektron atom. Ikatan kimia dibagi menjadi 2 kategori :
ikatan ionik dan kovalen. Ikatan kovalen adalah daya tarik-menarik inti atom
pada elektron yang terbagi diantara elektron itu sendiri (Brady, 1999).
Ikatan ion terbentuk jika terjadinya perpindahan elektron diantara atom
untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik
menarik. Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dengan ion negatif. Atom
yang melepas elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan
menjadi ion negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif
tersusun selang-selang membentuk molekul raksasa (Syukri, 1999).
Perbedaan fisik yang paling mencolok antara senyawa kovalen dan ionik
terdapat pada titik leleh, kelarutan, dan hantaran listriknya. Ketiga perbedaan
ini umumnya disebabkan oleh kekuatan ikatan ionik yang lebih besar dari pada
ikatan kovalen. Senyawa ionik sebagian larut dalam air karena molekul air yang
polar membentuk ikatan yang kuat dengan ion-ion. Bagian negatif dari oksigen
pada molekul air berinteraksi ddengan kation (M+) dan bagian hydrogen
berinteraksi dengan anion (X-).
Suhu kamar senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal yang disebut
Kristal ion. Kristal ion ini terdiri atas ion positif dan ion negatif (Syafiruddin,
1994).
Dalam kristal ion, setiap ion menimbulkan gaya tarik dengan beberapa
ion disekelilingnya. Demikian pula ion dengan muatan yang sejenis akan saling
bertolakkan. Sulit untuk menentukan kekuatan bersih gaya-gaya di dalam
kristal ion. Besarnya gaya ini cukup besar sehingga ion-ion tidak mudah
melepaskan diri begitu saja dan berubah fase gas. Padatan ion tidak menyublim
157
pada suhu kamar. Semua padatan ion dapat melekat jika diberi cukup energi
panas untuk menghancurkan struktur kristal. Pada umumnya semakin tinggi
energi kisi, semakin tinggi titik lelehnya (Petruci, 1987).
Beberapa sifat senyawa ion yang penting adalah sebagai berikut :
Larutan atau leburnya dapat menghantarkan listrik, mempunyai titik leleh dan
titik didih yang tinggi, sangat keras dan getas, pada umunya larut dalam
pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar (Baroroh, 2004).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan
pemakaian bersamaan. Contoh : Bom, karbondioksida, heksana, ammonia, etil
alcohol. Titik leleh dan titik didih senyawa kovalen cenderung lebih rendah dari
pada senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa untuk meleleh dan
menguapkan suatu zat padat maupun cairan molekul hanya membutuhkan
energy secukupnya untuk mengalahkan energy gaya tarik Van Deer Wals antar
molekul (Audrey, 1991).
Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul
adalah orbital yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu
electron. Dua atom yang terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa
hingga satu orbital yang berisi satu electron mengalami overlap atau saling
tindih dengan orbital lain. Makin besar overlap orbital-orbital atom, makin kuat
ikatan yang terbentuk. Ikatan inilah yang sering disebut ikatan kovalen
(Hardjono, 1987).
Sifat-sifat senyawa karbon antara lain kebanyakan menunjukkan titik
leleh rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam air,
sedikit menghantarkan listrik, muah terbakar, dan banyak berbau. Ikatan
kovalen dihasilkan oleh sejumlah atom yang berpasangan electron (Antony,
1992).
Senyawa kovalen dipisahkan jauh lebih mudah karena mereka terbentuk
dari molekul-molekul yang berbeda yang tidak berinteraksi satu sama lain
(Swastika dan Fahimah, 2012).
Disisi lain senyawa kovalen non logam yang terikat bersama-sama dan
terdiri dari 2 elektron yang dibagi antara dua atom (Yunianingsih, 2013).
Logam alkali dalam keluarga satu A dari tabel berkala dan logam alkali
dalam keluarga II A dinamakan demikian karena kebanyakan oksida dan
hidroksidanya termasuk diantara basa (alkali) yang paling kuat yang dikenal.
Ciri khas yang paling mencolok dari alkali dan alkali tanah adalah
kereaktifannya luar biasa besar. Karena logam-logam begitu aktif sehingga
158
mereka tak terdapat sebagai unsure-unsur I A dan II A terdapat di alam dalam
keadaan unsurnya. Semua unsure alkali terdapat dalam senyawa alam sebagai
ion unipositif (positif 1) semua unsure alkali tanah terdapat sebagai ion positif
(positif kedua) (Keenan, 1980).
Logam alkali dan alkali tanah adalah zat produksi yang sangat kuat,
karena begitu mudah kehilangan electron. Mereka mudah bergabung dengan
kebanyakan unsure non logam. Membentuk senyawa ion, seperti halide,
hidrida, oksida, dan sulfide CO15.
Halida anhidrat dapat dibuat dengan dehidrasi dari garam hidrat.
Halida-halida dan kereaktifannya mudah menyerap air. Kemampuan untuk
membentuk hidrat seperti juga kelarutannya dalam air menurun dengan
naiknya ukuran dan halide-halida Cr, badan RA biasanya anhidrat. Hal ini
melengkapi kenyataan bahwa energy menurun secara lebih cepat dari pada
energyi kesi dengan bertambahnya ukuran M2+ (Cotton, 1989).
Menurut Wirasasmita (1989), banyak ion terlarut yang kita temui
disekitar kita misalnya pada air laut, sungai, limbah, ataupun dalam bentuk
padatannya seperti pada tanah dan pupuk. Unsur logam dalam larutannya
akan membentuk ion positif atau kation, sedangkan unsure non logam akan
membentuk ion negative atau anion. Metode yang digunakan untuk
menentukan keberadaan kation an anion tersebut dalam bidang kimia disebut
analisis kuantitatif. Untuk senyawa anorganik disebut analisis kualitatif
anorganik.
1. Warna beberapa ion dalam pelarut air
Beberapa logam mempunyai warna nyala yang spesifik sehingga
dilakukan sebagai salah satu untuk identifikasi kation tersebut.
2. Warna nyala beberapa logam
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi
kimia seperti reaksi asam basa, redoks, kompleks, dan pengendapan,
hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke
arah mana reaksi berjalan. Prosedur pertama kali yang digunakan untuk
menguji suatu zat yang tidak diketahui adalah membuat contoh (sampel)
yang dianalisis dalam bentuk cairan / larutan. Selanjutnya terhadap
larutan yang dihasilkan dilakukan uji terhadap ion-ion yang mungkin
ada. Sebelum mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu
campuran ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu
melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali
159
endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion
yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan
reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan
berwarna yang merupakan karakteristik untuk ion-ion tertentu.
160
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Tabung reaksi
- Pipet Tetes
- Thermometer
- Erlenmeyer 150 ml
- Batang pengaduk
- Spatula
- Kaca arloji
3.2 Bahan
- Akuades
- n-Heksana
- Sikloheksana
- n-Dekana
- o-diklorobenzen
- p-diklorobenzen
- n-butil alcohol
- t-butilalkohol
- Naftalena
- C10H8
- C6H4Cl2
- NaCl
- KI
- Mg(SO4)2
- (CH3)2CHOH
161
IV. Prosedur Kerja
a. Senyawa-senyawa Kovalen
Hasil
b. Senyawa Ionik
Hasil
162
4.2 Perbandingan Kelarutan
Hasil
Hasil
163
V. Hasil dan pembahasan
164
Van der Waals yang lemah, gaya ini bertambah jika jari-jari bertambah besar,
oleh sebab itu titik leleh bertambah besar dari atas kebawah dalam satu
golongan. Kekuatan ikatan logam bertambah dari kiri ke kanan, sehingga titik
leleh bertambah dan kiri kekanan. Titik leleh ditentukan oleh besarnya nomor
atom. Sementara titik leleh dari karbon sangat tinggi. Penggunaan pipa kapiler
supaya senyawa lain tidak dapat mempengaruhi range titik leleh. Struktur
siklik sangat berpengaruh pada titik leleh karena semakin banyak membentuk
rantai karbon maka akan menurunkan titik didih, sebalik struktur hidrokarbon
asiklik yaitu senyawa dengan rantai tertutup yang mengandung ikatan jenuh
atau tidak jenuh.
Melting point apparatus adalah alat untuk mengukur titik lebur atau
titik leleh dari suatu senyawa. Prinsip dari melting point apparatus adalah
pertama, menyatakan melting point apparatus dengan memutar suhu 200C per
menit. Kedua ketika suhu menjadi 60% maka memutar suhu diturunkan
hingga 100C per menit. Ketiga, jika thermometer sudah mencapai titik lebur
atau leleh, kemudian dikurangi 150C, maka pada pemutar suhu harus diputar
kekiri hingga 10C per menit. Bila senyawa melebur cukup lama maka senyawa
kemurnian rendah, sedangkan yang cepat melebur senyawa kemurniannya
tinggi.
Perbandingan kelarutan
Senyawa kovalen Kelarutan
Air Karbon tetraklorida
Isopropil alcohol Larut Tidak larut
(CH3)2CHOH
C10H8 Tidak larut Larut
NaCl Larut Tidak larut
KI Larut Tidak larut
MgSO4 Larut Tidak larut
Pada percobaan ini selain untuk mengetahui titik leleh juga dilakukan
untuk mengetahui kelarutannya. Dalam hal ini pratikum menggunakan dua
macam terlarut yaitu air dan karbon tetraklorida (CCl4). Air adalah pelarut yang
memiliki sifat polar sedangkan CCl4 memiliki sifat nonpolar. Dari data
perbandingan kelarutan diperoleh C10H8 tidak larut dalam air sedangkan
senyawa - senyawa NaCl, KI, MgSO4 dan isopropil alkohol juga larut dalam air
dan tidak larut dalam senyawa CCl4. Senyawa kovalen larut dalam nonpolar
seperti C10H8, Sedangkan senyawa ion pada umum larut dalam pelarut polar
165
seperti air, karena sebagian molekul pelarut mendapatkan kutub negatifnya ke
ion positifnya sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif,
sehingga ion – ion terpisah satu sama lain. Hal ini menandakan bahwa senyawa
– senyawa ion larut dalam pelarut polar karena dipol-dipolnya yang tidak salin
meniadakan. meskipun demikian, ada juga senyawa ion yang larut dalam
pelarut non polar. Untuk senyawa kovalen pada umumnya larut dalam pelarut
non polar dan sedikit larut dalam air, misal isopropil alkohol yang tampak
keruh pada larutan CCl4. Dan hasil pengamatan, naftalena tidak larut dalam air
maupun tetapi larut hanya dalam CCL4.
Senyawa yang dapat larut pada pelarut air maupun karbon tetraklorida
(CCl4) disebabkan karena senyawa bersifat ionik terhadap pelarutnya dimana
pelarut tersebut termasuk dalam pelarut polar. Sedangkan senyawa yang tidak
larut pada pelarut dikarenakan senyawa tersebut berinteraksi dengan pelarut
yang sifatnya non polar. Sehingga dapat disimpulkan, larut atau tidaknya
digantungkan pada sifatnya yang larut dengan pelarutnya.
Struktur senyawa
a. Naftalena
b. Air
166
Senyawa Karbon berantai lurus dan lingkaran (cincin)
Senyawa Warna Bau Taraf kekentalan
n-heksana Bening Bau pemutih 4
Sikloheksana Bening Bau kuat 4
Sikloheksana
n-dekana
Perbedaan sifat fisis senyawa disebabkan oleh jenia ikatan yan berbeda
masing-masing senyawa serta tergantung pada rumus molekul yang ada pada
masing masing senyawa. Semakin panjang rantai lurus suatu senyawa maka
semakin sulit untuk diputuskan.
Isomer
Sifat fisis
Senyawa Warna Bau
n-butil alcohol Bening Bau menyengat
t-butil alcohol Bening Bau menyengat
(tidak kuat)
Sifat kelarutan
Senyawa Kejenuhan larutan
n-butil alcohol 10 tetes (bening)
t-butil alcohol 13 tetes (bening)
Pada percobaan isomer yaitu membandingkan warna, berubah kelarutan
t-butil alkohol dan n-butil alkohol. Pada senyawa n-butil alkohol didapatkan
168
warna bening, dan baunya menyengat dengan kelarutan larutan jenuh pada 10
tetes. Sedangkan untuk t-butil alkohol didapatkan bau tidak kuat dibandingkan
dengan n-butil alkohol. Sedangkan warna sama-sama bening dan kejenenuhan
larutan pada 13 tetes dengan warna bening. Sifat fisis dari benzene yaitu
memiliki titik didih dan titik leleh yang khas. Titik leleh yang tinggi merupakan
sifat khas benzena karena pada bentuk p-isomer lebih simetris dan dapat
membentuk kisi kristal yang lebih teratur dan lebih kuat dari pada orto atau
meta. Sifat kimia benzena tidak mengalami reaksi adisi, tetapi mengalami reaksi
subtitusi sifat fisis n-butil alkohol dan t-butil alkohol sama dengan sifat fisis
alkohol yaitu : alkohol rantai pendek bersifat polar, larut dalam air , titik didih
tinggi disebabkan karena adanya ikatan karena adanya ikatan hidrogen. Sifat
kimia alkohol mudah terbakar,unsur OH cukup relative.
Struktur dari orto diklorobenzena dan para diklorobenza :
O-diklorobenzena m-diklorobenzena p-
diklorobenzena
Keisomeran alkohol ada 2 jenis alkohol dari isomer optik :
1. Alkohol sekunder memiliki dua alkali terikat pada C-OH
2. Alkohol tersier memiliki 3 alkali terikat pada C-OH
Senyawa Bau Kecepatan terbakar
Dietil eter Bau menyengat Tidak terbakar
n-butil alcohol Bau menyengat Terbakar 2 sekon
t-butil alcohol Tidak menyengat Terbakar 1 sekon
Pada percobaan isomer membandingkan dietil eter, n-butil alkohol dan t-
butil alkohol. Pada senyawa dietil eter, n-butil alkohol dan t-butil alkohol. Pada
senyawa dietil eter bau menyengat dan tidak terbakar. Sedangkan n-butil
alkohol baunya lebih menyengat dibandingkan dengan t-butil alkohol. Struktur
senyawa dietil eter :
169
Sifat-sifat eter pada keadaan standar hampir semua berwujud cair
kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol titik didih
dan titik leleh eter lebih kecil. Ini karena molekul eter tidak membentuk ikatan
hidrogen. Dan eter juga cenderung bersifat non polar. Keisomeran eter yaitu
isomer struktur dan isomer fungsional. Isomer struktur contoh dietil eter, metal
propel eter dan metal isopropil eter. Berdasarkan literatur dietil eter kecepatan
terbakar sangat lama, sedangkan n-butil alkohol dan t-butil alkohol merupakan
isomer alkohol yang mudah terbakar dalam waktu 2 sekon dan 1 sekon. Hal ini
berbeda dengan literatur seharusnya n-butil alkohol lebih cepat terbakar
disbanding t-butil alkohol karena struktur senyawa n-util alkohol lebih mudah
bereaksi dengan oksigen. Perbedaan sifat kimia suatu senyawa dipengaruhi oleh
struktur molekul dan gugur fungsi yang dimiliki oleh masing-masing senyawa.
170
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
1. Senyawa kovalen dan ionic memiliki perbedaan yaitu pada titik leleh
kelarutan dan daya hantar listriknya.
2. Sifat fisika dan kimia senyawa ion dan kovalen bisa dilihat berdasarkan
titik leleh dan titik leburnya, wujud senyawa, kelarutan, daya hantar
listrik, kemudahan terbakar, serta dengan menguji bau dari tiap
senyawa.
3. Senyawa yang dapat larut dalam air adalah NaCl, KI, MgSO4, sedangkan
senyawa yang dapat larut dalam CCl4 adalah naftalena.
4. Senyawa hidrokarbon memiliki dua rantai yaitu rantai lurus dan rantai
melingkar.
5. Pada senyawa isomer, terdapat perbedaan sifat kimia maupun fisisnya.
6. Senyawa ion adalah NaCl, KI, MgSO4 sedangkan senyawa kovalen
isopropil alkohol dan naftalena.
6.2 Saran
Pada senyawa ionik, penentuan titikleleh tidak dapat menggunakan
radas titik leleh seperti senyawa kovalen, agar dapat dibandingkan dengan
literature sebaiknya digunakan alat lain yang dapat digunakan untuk
menentukan titikleleh dari senyawa ionic misalnya dengan melalui
pembakaran biasa dan titik leleh.
171
DAFTAR PUSTAKA
Mangkura.
Pomits.Vol.1 N0.1.
Kimia.Vol.2 No.1.
172
Pertanyaan Pra Praktek
1. Apa sebabnya air disebut molekul polar? Kelaskan dwi kutub air
berdasarkan bentuk molekulnya.
Jawab:
Molekul H2O bersifat polar karena ikatan O-H bersifat polar (ada
perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul yang tidak simetris.
Pol negative pada O dan pol positif pada H.
2. Tuliskan beberapa perbedaan antara senyawa ionic dan kovalen!
Jawab:
Senyawa ionic memiliki titik leleh tinggi, kelarutan tinggi, dan daya
hantar listrik yang tinggi. Sedangkan senyawa kovalen memiliki titik
leleh yang rendah, kelarutan yang rendah, dan daya hantar listrik yang
rendah.
3. Gambarkan struktur isomer dari C3H6Cl12 (gambarkan setiap ikatan
dengan garis).
Jawab :
Cl
CH3-CH2-CH
Cl
4. Diantara senyawa-senyawa berikut ini : MgCl2, C4H10, SO3, Li2O, C3H8,
PCl3, HCl, tentukan nama senyawa ionic dan mana senyawa kovalen.
Jawab :
Senyawa ionic : MgCl2, C4H10, Li2O , HCl
Senyawa kovalen : SO3, Li2O
5. Gambarkan ikatan rantai lurus dari siklik dari C4H8 (setiap ikatan
digambarkan dengan garis).
Jawab:
CH3-CH=C=CH2
CH = CH
CH=CH
173
Pertanyaan Pasca Praktek
1. Manakah yang lebih tinggi titik lelehnya CaCl2, KI, atau CH3(CO)Cl?
Jawab :
Kalium iodide dan CaCl2 memiliki titik leleh yang lebih tinggi
daripada asetil klorida karena CaCl 2 merupakan senyawa ionic dan
CH3(CO)Cl senyawa kovalen.
2. Mengapa naftalen tidak larut dalam air?
Jawab :
Karena naftalen merupakan senyawa kovalen dan bersifat nonpolar
sedangkan air bersifat polar.
3. Mengapa senyawa ionic tidak dapat larut dalam heksana?
Jawab :
Karena senyawa ionic bersifat polar sehingga senyawa ionic hanya
dapat larut pada senyawa yang bersifat polar juga, dan heksana
adalah senyawa nonpolar.
4. Dietil eter sedikit larut dalam air. Jelaskan peraturan air di dalam
pelarut eter!
Jawab :
Etil sukar larut dalam air karena molekul eter tidak terlalu polar
serta tidak ada ikatan hidrogennya.
5. Gambarkan 2 isomer eter dari etil eter !
Jawab :
C5H5-O-C2H3 → dietil eter
CH2-C-C5H2 → metal propel eter
174
LAMPIRAN
Sikloheksana
n-heksana
B. Perbandingan Kelarutan
D. Isomer
175