Pembimbing :
Penyusun :
Putri Yuliani
030.05.174
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Tentara
Pendidikan : AKABRI
B. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal 30 Desember 2010 pada
pukul 15.00 WIB.
Keluhan Utama
Lemas sejak 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS)
Riwayat Kebiasaan
Os merupakan perokok sejak usia 20-an, merokok 1-2 bungkus perhari, merk Djarum
Super. Baru berhenti merokok saat dirawat di rumah sakit. Os juga sering
mengkonsumsi kopi, kratingdaeng, dan extra joss. Os memiliki kebiasaan olahraga
tenis meja 1kali/minggu. Pasien bukan vegetarian, memiliki kebiasaan makan yang
cukup baik, menghindari jeroan, namun cukup sering mengkonsumsi hati.
C. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 30 Desember 2010 pada pukul 07.00 WIB
Keadaan umum
Kesan sakit : sakit sedang, terpasang infus RL di lengan kanan
Kesadaran : compos mentis
TB / BB : 165 cm / 50 Kg
BMI : 18.3 kg/m2
Status gizi : cukup
Habitus : atletikus
Cara berbaring : aktif
Mobilitas : aktif
Sikap pasien : kooperatif
Cara bicara : wajar
Tanda vital
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Suhu : 36.8ºC diukur di axilla
Nadi : 72 kali/menit (kuat, isi cukup, reguler, equal kanan dan kiri)
Pernafasan : 24 kali/menit
Kulit
Warna kulit : sawo matang tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis
Suhu raba : hangat
Kelembaban : cukup
Turgor : baik
Hiperpigmentasi : tidak ada
Kepala
Bentuk kepala : normocephali
Deformitas : tidak ada
Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, ikterik (-),sianosis (-), tidak ada nyeri tekan sinus
paranasalis
Mata : alis warna hitam, simetris, distribusi merata, tidak mudah
dicabut, ekteropion (-/-), enteropion (-/-), ptosis (-/-),
exopthalmus (-/-), oedem palpebra (-/-), injeksi siler (-/-),
injeksi konjungtiva (-/-), pupil bulat (+/+), simetris (+/+),
isokor(+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), CA (+/+), SI (-/-)
Telinga : normotia, liang telinga (+/+) normal, serumen(+/+) , sekret(-/-
), membran timpani tidak dapat diobservasi, nyeri tekan tragus
dan mastoid (-/-)
Hidung : bentuk hidung normal, deformitas (-), pernafasan cuping
hidung (-), lubang hidung simetris, septum deviasi (-), sekret(-)
,mukosa hiperemis (-), oedem concha (-)
Bibir : simetris, warna merah, mukosa tidak kering, cyanosis(-)
Mulut dan tenggorokan : gigi lengkap, gusi merah muda, hiperemis (-). lidah agak
kotor, tidak hiperemis, tidak tremor, tidak ada deviasi lidah,
uvula di tengah, hiperemis(-), tonsil T1-T1 tenang, arcus
faringeus hiperemis (-), palatum intak
Leher : pembesaran KGB submentalis(-), submandibularis(-),
cervicalis(-), pembesaran kelenjar thyroid (-), trakhea lurus
ditengah, kaku kuduk (-), JVP 5+0 cmH2O
Thorax depan
Bentuk thorax simetris, tidak ada retraksi sela iga, hiperpigmentasi (-), benjolan/massa (-
), spider nevi (-), tidak terdapat ginekomastia.
Paru-paru
Inspeksi : bentuk thorax normal,gerak nafas simetris saat statis dan dinamis,
pernapasan abdominothorakal
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vokal fremitus sama keras kiri dan kanan,
massa/benjolan (-), angulus costae <90 º
Perkusi : sonor dikedua lapang paru, nyeri ketuk (-)
Batas paru-hepar : ICS V linea midclavicularis dextra
Batas paru-lambung : ICS VI linea axillaris anterior sinistra
Peranjakan paru : ICS V : sonor menjadi redup
ICS VI : redup menjadi pekak
ICS VII : pekak
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), krepitasi (-/-),
pleural friction rub (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba dari ics 5 tepat linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
Batas kiri jantung : ICS IV linea sternalis sinistra
Batas kanan jantung : ICS VI linea sternalis dextra
Auskultasi : BJ 1 dan 2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : datar, vena kolateral(-), spider nevi(-), smiling umbilicus (-), distensi
(-), masa/benjolan (-), peristaltik usus tidak tampak.
Palpasi :turgor dinding perut supel, nyeri tekan (+) pada regio lumbal
dextra, defense muscular(-), hepar teraba 3 jari dibawah arcus
costae, lien tidak teraba membesar, murphy sign(-), ginjal tidak
teraba.
Perkusi : timpani di seluruh abdomen, nyeri ketuk (+), shifting dullness(-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, Arterial bruit (-), metallic sound (-)
Thorax belakang
Inspeksi : Bentuk simetris saat statis dan dinamis, Tidak ada deformitas pada
tulang belakang, tidak terlihat adanya massa atau benjolan
Palpasi : vokal fremitus sama keras kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, tidak ada nyeri
Batas bawah paru kanan : Setinggi T10, linea skapularis dekstra
Batas bawah paru kiri : Setinggi T9, linea skapularis sinistra
Auskultasi : suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Extremitas atas
Tidak tampak ikterik, sianosis (-), palmar eritem (-), oedem (-), akral hangat
Extremitas bawah
Tidak tampak ikterik, sianosis (-), akral hangat, pitting oedem (-)
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah dan Kimia Darah
Parameter 27/12 28/12 29/12 30/12
LED 140
Trigliserida 73
Kolesterol 142
Kolesterol 32
HDL
Kolesterol 93
LDL
Protein 8.6
Total
Albumin 2.6
Globulin 6.0
Bilirubin 1.99
Total
Bilirubin 1.24
Direk
Bilirubin 0.75
Indirek
Alkali 1250
Phosphatase
Asam Urat 5.8
SGOT 67
SGPT 92
Ureum 32
Creatinine 1.1
S : lemas, mual-muntah (+), nafsu S : napas agak sesak, BAB (-) 1 S : nyeri perut sebelah kanan
makan menurun, BAB (-) mgg seperti ditusuk-tusuk
Cor : Bj I,II reg, G-, M- Cor : Bj I,II reg, G-, M- Cor : Bj I,II reg, G-, M-
suara nafas vesikuler , ronkhi (-/- suara nafas vesikuler , ronkhi (- suara nafas vesikuler , ronkhi (-/-
), wheezing (-/-) /-), wheezing (-/-) ), wheezing (-/-)
Abd : supel, BU + N,H/ L ttm Abd : supel, BU + N,H/ L ttm Abd : supel, BU + N,H/ L ttm
Ht :26% Ht : 33 % Ht : 31%
F. RESUME
Tn.S, 52 tahun, datang ke IGD RSAL Dr.Mintohardjo dengan keluhan tubuh
terasa lemas sejak 2 minggu SMRS. Rasa lemas sebenarnya dirasakan sudah sejak 5
bulan yang lalu. Saat itu OS sedang akan mendonorkan darahnya di PMI seperti
biasa, namun dikatakan tidak layak untuk menjadi donor karena jumlah hemoglobin
yang berada dibawah syarat minimum ( 11,6 gr/dL). Bulan-bulan berikutnya OS
kembali dikatakan tidak memenuhi syarat untuk mendonorkan darah dengan alasan
yang sama. Saat itu keluhan lemas sudah dirasakan, namun tidak disertai oleh
keluhan lainnya. 3 minggu SMRS, keluhan lemas semakin berat, sehingga OS berobat
ke RS Cilandak, disana dirawat selama 5 hari, dinyatakan menderita anemia, lalu
dipulangkan setelah Hb mencapai 11 gr/dL. Namun setelah itu pasien merasa
keluhan lemas tetap tidak membaik, sehingga kembali berobat ke RSAL. Saat ini OS
mengeluhkan nyeri perut sebelah kanan terutama bila ditekan. OS hanya
mengeluhkan nafsu makan menurun, dan berat badan turun 12 kg selama 2 bulan
terakhir.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, hemodinamik stabil,
ditemukan konjunctiva anemis pada pemeriksaan mata. Pada pemeriksaan
abdomen, ditemukan nyeri tekan dan nyeri ketuk pada regio lumbal dextra.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil anemia (Hb 7,8 gr/dL), leukositosis
(12.600/mm3), dan trombositosis (771.000/mm3). Juga ditemukan gangguan pada
fungsi hati (SGOT 67 , SGPT 92), LED 140 mm, hipoalbuminemia, dan nilai alkali
phosphatase yang sangat meningkat.
Pada pemeriksaan morfologi darah tepi didapatkan kesan gambaran anemia
defisiensi asam folat/B12, leukosit, trombositosis
G. DIAGNOSA KERJA
Anemia Megaloblastik e.c defisiensi Asam Folat dan B12
H. PENATALAKSANAAN
a. Nonmedikamentosa
Diet : Diet makanan yang mengandung asam folat seperti
asparagus, brokoli, bayam, pisang, melon, hati, dan
jamur. Makanan tersebut tidak boleh dimasak secara
berlebihan untuk menghindari hilangnya zat-zat yg
diperlukan tubuh. Dan untuk mencegah defisiensi
kobalamin, pasien harus mengkonsumsi produk susu
dan telur.
b. Medikamentosa
Transfusi PRC hingga Hb ≥ 10 gr/dL
Asam Folat tablet 3x1
B12 3x1
Levofloksasin 1 x 500 mg
Curcuma 3x1
I. ANJURAN PEMERIKSAAN
USG Abdomen
J. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad functionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam
K. ANALISA KASUS
Pasien laki-laki usia 52 tahun datang dengan keluhan seluruh tubuh terasa
lemas dan cepat lelah yang dirasa makin memberat dalam 2 minggu terakhir ini.
Gejala ini sesuai dengan gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia,
timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia
setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb < 7 gr/dL). Namun, pada
pasien ini tidak terdapat gejala umum anemia lainnya seperti telinga berdenging,
mata berkunang-kunang, dan sesak napas. Mungkin disebabkan oleh tubuh masih
dapat beradaptasi dengan baik dengan penurunan kadar hemoglobinnya.
Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang ditemukan hanya konjunctiva yang
tampak pucat. Hal ini sesuai dengan gejala yang paling awal dapat ditemukan pada
pasien dengan anemia karena pada konjunctiva terdapat pembuluh-pembuluh darah
perifer yang paling mudah dilihat. Gejala lain yang dapat tampak pada pasien dengan
anemia adalah wajah tampak pucat, kemudia pada ujung-ujung jari dan telapak
tangan.
Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap, ditemukan nilai hemoglobin
yang berada di bawah normal, 7.8 gr/dL yang memastikan bahwa pasien menderita
anemia. Setelah dapat dipastikan memiliki anemia, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui tipe anemia yang diderita pasien. Maka
dilakukan pemeriksaan morfologi darah tepi untuk mengetahui sifat dan
karakteristik sel darah merah apakah makrositik, mikrositik, normositik, atau
hipokrom.
Pada pemeriksaan morfologi darah tepi, ditemukan kesan gambaran anemia
defisiensi asam folat/ B12 disertai leukositosis dan trombositosis. Anemia defisiensi
folat/B12 biasa dikenal dengan nama anemia megaloblastik, dimana ditemukan sel-
sel eritrosit yang berukuran lebih besar dari normal dengan kromasi yang hampir
sama dengan sel-sel eritrosit normal. Ukuran yang besar ini berasal dari kegagalan
sintesis DNA akibat kekurangan asam folat dan kobalamin sehingga eritrosit sulit
menjadi matang.
Berdasarkan temuan ini, maka dimulailah terapi untuk anemia defisiensi
asam folat dan vitamin B12 dengan memberikan suplementasi asam folat dan
kobalamin. Pada anemia jenis ini, karena anemia berlangsung secara bertahap dan
perlahan-lahan, biasanya pasien sudah terbiasa atau dapat beradaptasi dengan nilai
hemoglobinnya yang rendah sehingga transfusi darah tidak perlu dilakukan. Namun,
pada pasien ini, karena keluhan lemas sudah semakin memberat dan nilai
hemoglobinnya sudah mencapai 7.8 gr/dL maka diputuskan untuk memberikan
transfusi dengan PRC hingga Hb mencapai 10 gr/dL.
Setelah diberikan transfusi sebanyak ± 500 cc, Hb pasien dapat mencapai 10
gr/dL dan keluhan berkurang. Namun karena berdasarkan anamnesa, pasien tidak
memiliki masalah dengan intake asupan asam folat maupun B12, maka perlu
dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti anemia
dari pasien, maka disarankan dilakukan USG abdomen sesuai dengan keluhan pasien
yang mengalami nyeri perut pada regio lumbal dextra.
TINJAUAN PUSTAKA
ANEMIA
Kriteria Anemia
Parameter yang paling umum dipakai untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit adalah
kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Pada umumnya ketiga
parameter itu saling bersesuaian. Harga normal hemoglobi sangat bervariasi secara
fisiologik tergantung umur, jenis kelamin, adanya kehamilan dan ketinggian tempat tinggal.
WHO menentukan cut-off point anemia untuk keperluan penelitian lapangan seperti terlihat
pada tabel berikut ini.
Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan
melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi ini anemia dibagi menjadi
tiga golongan : 1). Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV<80 fl dan MCH <27 pg; 2).
Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg; 3). Anemia
makrositer, bila MCV >95 fl.
Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting pada kasus
anemia untuk mengarahkan diagnosis anemia. Tetapi pada umumnya diagnosis anemia
memerlukam pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin,
indeks eritrosit dan apusan darah tepi.
Pemeriksaan Darah Seri Anemia
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit, dan
laju endap darah.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada :
Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, protoporfirin eritrosit,
feritin serum, reseptor transferin dan pengecatan besi pada sumsum tulang
Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12, tes supresi deoksiuridin dan tes
Schilling
Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis Hb, dan lain-lain
Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang
Anemia megaloblastik adalah gangguan yang disebabkan oleh sintesis DNA yang
terganggu. Sel-sel yang pertama dipengaruhi adalah yang secara relatif mempunyai sifat
perubahan yang cepat, terutama sel-sel awal hematopoetik dan epitel gastrointestinal.
Pembelahan sel terjadi lambat, tetapi perkembangan sitoplasmik normal, sehingga sel-sel
megaloblastik cenderung menjadi besar dengan peningkatan rasio dari RNA terhadap DNA.
Sel-sel awal/pendahulu eritroid megaloblastik cenderung dihancurkan dalam sumsum
tulang. Dengan demikian selularitas sumsum tulang sering meningkat tetapi produksi sel
darah merah berkurang, dan keadaan abnormal ini disebut dengan istilah eritropoesis yang
tidak efektif.
Defisiensi Kobalamin
Sebab-sebab lain
Obat-obat yang mengganggu metabolisme DNA : antagonis purin (6
merkaptopurin, azatiopurin, dll). antagonis pirimidin (5-fluorourasil, sitosin
arabinose, dll). lain-lain : prokarbazin, hidroksiurea, acyclovir, zidovudin.
Gangguan metabolik (jarang) : asiduria urotik herediter, sindrom Lesch-
Nyhan,lain-lain
Anemia megaloblastik dengan Penyebab tak diketahui : anemia megaloblastik
refrakter, sindrom Diguglielmo, anemia diseritropoetik kongenital.
Asam Folat
Folat yang didapatkan dari makanan, akan dikonversikan menjadi methyl THF (yang
mana, seperti asam folat, hanya memiliki satu glutamat moieties) selama proses
absorpsi di usus halus. Saat methyl THF masuk ke dalam sel, maka akan dikonversikan
lagi menjadi folate polyglutamate. Folat berikatan dengan protein ditemukan pada
permukaan sel termasuk enterosit dan memfasilitasi pengambilan folat ke dalam sel.
Tidak terdapat plasma protein spesifik yang dapat meningkatkan pengambilan folat ke
dalam sel.
Folat dibutuhkan dalam berbagai macam reaksi biokimia di dalam tubuh termasuk
transfer unit karbon tunggal, pada interkonversi asam amino (misalnya pada konversi
homosistein menjadi metionin) dan serin menjadi glisin atau pada sintesis prekursor
purin di DNA.
DNA dibentuk dari polimerase dari empat deoksiribonukleasida trifosfat. Defisiensi
folat menyebabkan anemia megaloblastik dengan menghambat sintesis thymidilate,
salah satu langkah dalam sintesa DNA dimana terjadi pembentukan thymidine
monofosfat (dTMP), reaksi ini membutuhkan 5,10 methylene THF polyglutamate sebagai
koenzimnya.
Semua sel tubuh, termasuk sumsum tulang, menerima folat dari plasma dalam
bentuk methyl THF. B12 dibutuhkan dalam konversi methyl THF ini menjadi THF, suatu
reaksi dimana homosistein dimetilasi menjadi metionin. THF merupakan substrat dari
sintesa folate polyglutamate di dalam sel.
Vitamin B12
Vitamin ini disintesa secara alami oleh mikroorganisme; binatang memperoleh vitamin
ini dengan memakan binatang lain, atau dengan memakan bahan makanan yang telah
terkontaminasi bakteri. Vitamin ini ditemukan pada bahan makanan yang berasal dari
hewan seperi hati, daging, ikan dan produk susu, namun tidak terdapat pada buah-
buahan, sereal, dan sayur-mayur.
Absorpsi
Absorpsi. Intake B12 dalam makanan biasanya melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh
tubuh. B12 kemudian akan berikatan dengan Intrinsic Factor (IF) yang disintesa oleh sel-
sel parietal gaster. Komleks IF-B12 kemudian dapat berikatan dengan permukaan
reseptor spesifik untuk IF, cubilin, yang kemudian akan berikatan dengan protein kedua,
amnionless, yang akan menyebabkan terjadinya endositosis dari kompleks cubilin IF-
B12 di distal ileum dimana B12 diserap dan IF kemudian dihancurkan.
Fungsi biokimia. Vitamin B12 merupakan koenzim yang digunakan pada dua reaksi
biokimia dalam tubuh. Pertama, dalam bentuk methyl B12 bertindak sebagai kofaktor
dalam sintesa metionin, enzim ini bertanggung jawab dalam proses metilasi dari
homosistein menjadi metionin menggunakan methyl THF dengan cara bertindak sebagai
donor metil. Kedua, dalam bentuk deoxyadenosyl B12, membantu proses konversi
methylmalonyl koenzim A menjadi succynil CoA.
Temuan Laboratoris
Bentuk anemia yang ditemukan adalah makrositik (MCV > 85 fL dan bahkan dapat
mencapai 120-140 fL pada kasus-kasus yang berat) dan biasanya sel-selnya berbentuk
oval. Jumlah retikulosit lebih rendah dan jumlah sel darah putih relatif lebih rendah,
khususnya pada pasien dengan anemia berat. Proporsi netrofil menunjukkan sel yang
hipersegmen (dengan lobus lebih dari 6). Sumsum tulang biasanya hiperseluler dan
eritroblas berukuran lebih besar dari normal. Karakteristik lainnya yang khas adalah
ditemukannya metemielosit berukuran raksasa dan abnormal.
Juga dilakukan pemeriksaan LDH dan Bilirubin Indirek, diharapkan hasilnya
meningkat akibat destruksi intramedular dari prekursor sel darah merah megaloblastik.
Meningkatnya LDH dan Bilirubin Indirek yang disertai dengan hitung retikulosit yang
rendah menandakan adanya eritropoesis inefektif.
Tes untuk mendiagnosis defisiensi kobalamin. Pemeriksaan yang paling penting
adalah mengukur level kobalamin dalam serum. Schilling test dapat dilakukan pada
pasien yang telah menjalani pengobatan dengan vitamin B12 dan asam folat.
Selain itu, juga perlu dilakukan pemeriksaan untuk kadar asam folat dalam serum.
Result in
Hoffbrand A.V., Moss P.A.H., Petit J.E.; “Megaloblastic Anaemias and Other
Macrocytic Anaemias”, in “Essential Haematology”, Fifth Edition, Blackwell
Publishing, 2006;44-57