Anda di halaman 1dari 18

CUSTOM

Penyelundupan Sabu dari Malaysia ke Kalimantan Timur

Dosen Pembimbing
Ibu Maria Valerie

Disusun oleh:
Kelompok III
1. Fanesa Henoek (180809344)
2. Dedi Dwi Haryadi (180809345)
3. Sharul Asman (180809346)
4. Anita Udmi Pusfitasari (180809347)
5. Nurahmadiansyah (180809348)

Program Studi D-IV Manajemen Transportasi Udara

Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta

Yogyakarta

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang


telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Penyelundupan Sabu dari
Malaysia ke Kalimantan Timur” . Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak khususnya kepada Ibu Maria Valerie selaku dosen yang telah membimbing
kami dalam menulis makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna
serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait
dampak yang diakibatkan karena sampah, serta sekaligus langkah-langah tentang
bagaimana sampah dapat diolah menjadi barang kerajinan yang dapat dipakai.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap
pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hatiDemikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 10 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 2
B. Rumusan Makalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
1. Pengertian Bea dan Cukai ................................................................................... 5
2. Ruang Lingkup Bea Cukai .................................................................................. 7
3. Lembaga Penanganan Bea Cukai ........................................................................ 8
4. Menghitung Pajak Bea Cukai ........................................................................... 10
5. Hubungan antara Bea Cukai dan Pajak ............................................................. 11
6. Kasus Penyelundupan di Indonesia ................................................................... 12

BAB III ................................................................................................................. 14


PENUTUP ............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, lembaga bea cukai atau kepabeanan diyakini telah ada


sejak zaman kerajaan (pra kolonial). Namun tidak ada dokumentasi yang
menegaskan hal tersebut. Dokumentasi mengenai bea cukai Indonesia mulai
tercatat dengan rapi sejak masuknya Vereenigde Oostindische Compagnie
(VOC) atau Kongsi Dagang Hindia Timur. Pada masa kolonialisme Belanda
inilah muncul sebutan douane yang mengacu pada petugas bea cukai yang
bekerja pada De Dienst der Invoer en Uitvoerrechten en Accijnzen (I. U &
A), yang merupakan lembaga resmi bea cukai Hindia Belanda. Tugas I. U &
A ini sama dengan lembaga kepabeanan pada umumnya, yakni memungut
bea impor, bea ekspor dan cukai. Pada masa pendudukan Jepang, tugas
lembaga bea cukai hanya mengurus pungutan cukai. Barulah setelah
Indonesia menyatakan kemerdekaan, lembaga bea cukai kembali mengurus
pungutan bea serta pungutan cukai. Lembaga bea cukai pada masa awal
kemerdekaan dibentuk pada 1 Oktober 1946 dengan nama Pejabatan Bea dan
Cukai. Kepala Pejabatan Bea dan Cukai yang pertama adalah R.A
Kartadjoemena. Dia ditunjuk sebagai kepala oleh Menteri Muda Keuangan
Republik Indonesia, Sjafrudin Prawiranegara. Lembaga ini kemudian
berubah nama menjadi Jawatan Bea dan Cukai pada tahun 1948 hingga 1965.
Dan, pada 1965 Jawatan Bea dan Cukai kembali mengubah namanya
menjadi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Nama ini dipakai hingga saat ini.
Saat ini, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pungutan baik
untuk barang ekspor maupun impor bagi negara bukan tanpa tujuan sama
sekali. Pungutan negara tersebut dilakukan karena ada tujuan khusus yang
menaunginya. Salah satu tujuan pengenaan bea pada barang-barang tersebut
adalah untuk mengurangi tingkat impor. Impor sudah menjadi transaksi antar
negara yang penting, tetapi bukan berarti bahwa impor tidak membawa
2

dampak buruk. Impor perlu diatur dan salah satu cara untuk mengatur impor
ini adalah dengan mengenakan bea masuk. Setelah dikenakan bea masuk,
barang yang dibeli dari luar negeri tersebut akan mempunyai harga beli yang
lebih mahal.
Penyeludupan adalah perbuatan membawa barang atau orang secara
ilegal dan tersembunyi, seperti keluar dari sebuah bangunan, ke
dalam penjara, atau melalui perbatasan antarnegara, bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan lain.
Penyeludupan didorong berbagai sebab. Ini termasuk perdagangan ilegal,
seperti narkoba, imigrasi dan migrasi ilegal, menghindari cukai,
penyeludupan barang ilegal kepada tahanan penjara, atau penyeludupan
barang yang dicuri. Contoh lain adalah sebab bukan bermotifkan keuangan
seperti membawa barang terlarang melewati sebuah pos pemeriksaan
keselamatan (seperti di lapangan terbang) atau penghapusan dokumen
rahasia dari pejabat negara atau pemerintah. Jenis penyeludupan dapat
berupa barang, orang maupun makhluk liar.

B. Rumusan Makalah

1. Apa pengertian Bea dan Cukai?


2. Bagaimana ruang lingkup dalam Permasalahan Bea Cukai?
3. Siapa yang menangani masalah Bea Cukai?
4. Bagaimana cara menghitung Pajak Bea Cukai?
5. Bagaimana Hubungan Bea Cukai dengan Pajak?
6. Apakah ada kasus penyelundupan di Indonesia yang ditangani oleh pihak
Bea dan Cukai?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Memahami Pengertian Bea dan Cukai.


2. Memahami Ruang Lingkup Bea Cukai.
3. Memahami Lembaga yang menangani Bea Cukai.
4. Memahami Cara Menghitung Pajak Bea Cukai.
5. Memahami Hubungan Bea Cukai dengan Pajak.
6. Memahami dan Mengetahui Kasus Penyelundupan di Indonesia
3

D. Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :


1. Belajar memahami masalah dan mencari solusinya
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk diimplentasikan di
lapangan
4

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Bea dan Cukai

Bea berasal dari bahasa Sansekerta, bea berarti ongkos. Bea dipakai
sebagai istilah ongkos barang yang keluar atau masuk suatu negara, yakni bea
masuk dan bea keluar. Instansi pemungutnya disebut pabean. Hal-hal yang terkait
dengannya disebut kepabeanan. Secara istilah, kepabeanan berarti segala sesuatu
yang terkait dengan pengawasan atas lalu lintas barang antar Negara. Bea dibagi
menjadi dua yaitu:

a. Bea masuk pungutan negara berdasarkan undang-undang pabean yang


dikenakan terhadap barang yang diimpor. Jadi setiap barang yang diimpor
dari luar negeri itu selain kita membayar harga barang dengan ongkos
kirimnya kita juga harus membayar ke negara, berupa bea masuk.
b. Bea keluar pungutan negara yang dikenakan terhadap barang yang
diekspor tapi buat barang ekspor ini, hanya beberapa aja yang kena bea
keluar/bea ekspor

Tujuan dari Bea yaitu

 Mengurangi Tingkat Impor

Otomatis kalo harga suatu barang itu mahal, semua orang bakal
mengurangi daya beli terhadap barang, apalagi jika ada padanan
barangnya di dalam negeri. tapi sayangnya, banyak barang luar negeri
yang kita itu butuh kemudian tidak ada produksinya di dalam negeri,
seperti handphone, mobil, dan barang teknologi tinggi lainnya, jadinya
terpaksa kita harus tetap impor untuk barang tersebut. untuk bea keluar,
cuma beberapa barang yang dipungut, yang termasuk barang barang
yang jadi kebutuhan dalam negeri seperti CPO (minyak sawit), pasir
besi, dll.
5

 Sebagai Pemasukan Negara

Bea termasuk pajak tidak langsung, sehingga sebagai pungutan


wajib yang masuk ke kas negara. dan pungutan berupa bea masuk ini
nantinya juga buat untuk dana pembangunan.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang


tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam
Undang-undang Cukai. Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri
dari:

 Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang


digunakan dan proses pembuatannya;
 Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun,
dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses
pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkoho.
 Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau
iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak
mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan
pembantu dalam pembuatannya.

Barang kena cukai adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat


atau karakteristik, yang konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu
diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi
keadilan dan keseimbangan

Sehubungan dengan penetapan jenis barang kena cukai sebagaimana


disebutkan di atas sesuai Undang-Undang 11 Tahun 1995 Tentang Cukai
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tentang Cukai, maka saat ini
untuk sementara waktu kita baru mengenal tiga jenis barang kena cukai secara
6

umum, yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil alkohol, dan hasil
tembakau. Tidak menutup kemungkinan perubahan jenis Barang Kena Cukai

Cukai juga dapat di artikan sebagai pungutan negara yang dikenakan


terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang
ditetapkan dalam undang-undang cukai ( UU No. 11 Tahun 1995 ).

Karakteristik cukai yaitu:

a. Konsumsinya perlu dikendalikan;


b. Peredarannya perlu diawasi;
c. Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup; atau Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara
demi keadilan dan Keseimbangan

Adapun tujuan dari Cukai yaitu

 Mengurangi Konsumsi

Pemberitaaan mengenai pungutan cukai ini tiap tahun selalu berbeda,


seperti rokok dan minuman berakohol selalu pajaknya mahal untuk
mengurangi impor akan konsumsi barang tersebut

 Sebagai Pemasukan Negara

Karena bea sama cukai ini termasuk dalam pajak tidak langsung, yang
berati mereka sama sama nantinya disetorkan ke negara, dan nantinya di
jadikan untuk dana pembangunan

2. Ruang Lingkup Bea Cukai

a) Pabean

Pabean yang dalam bahasa Inggrisnya Customs atau Duane,


bahasa Belanda memiliki definisi yang dapat kita temukan dan hafal baik dalam
kamus bahasa Indonesia ataupun Undang-Undang kepabeanan. Untuk dapat
7

memahami kata pabean maka diperlukan pemahaman terhadap


kegiatan ekspor dan impor.

Pabean adalah kegiatan yang menyangkut pemungutan bea


masuk dan pajak dalam rangka impor. Ada juga bea keluar untuk ekspor,
khususnya untuk barang atau komoditi tertentu.

Filosofi pemungutan bea masuk adalah untuk melindungi industri dalam


negeri dari limpahan produk luar negeri yang diimpor, dalam bahasa perdagangan
sering disebut tarif barier yaitu besaran dalam persen yang ditentukan oleh negara
untuk dipungut oleh DJBC pada setiap produk atau barang impor. Sedang
untukekspor pada umumnya pemerintah tidak memungut bea demi mendukung
industri dalam negeri dan khusus untuk ekspor pemerintah akan
memberikan insentifberupa pengembalian restitusi pajak terhadap barang yang
diekspor.

Produk mentah seperti beberapa jenis kayu, rotan dsb pemerintah memungut
pajak ekspor dan pungutan ekspor dengan maksud agak para eksportir sedianya
dapat mengekspor produk jadi dan bukanlah bahan mentah atau setengah jadi.
Filosofi pemungutan pajak ekspor pada komoditi ini adalah untuk
melindungi sumber daya alam Indonesia dan menjamin ketersediaan bahan baku
bagi industri dalam negeri. Kegiatan impor dapat dikatakan sebagai proses jual
beli biasa antara penjual yang berada di luar negeri dan pembeli yang berada di
Indonesia.

3. Lembaga Penanganan Bea Cukai

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (disingkat DJBC atau bea cukai)
adalah nama dari sebuah instansi pemerintah yang melayani masyarakat di
bidang kepabeanan dan cukai. Pada masa penjajahan Belanda, bea dan cukai
sering disebut dengan istilah douane. Seiring dengan era globalisasi, bea dan
cukai sering menggunakan istilah customs.
Dari segi kelembagaan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dipimpin oleh
seorang direktur jenderal yang setara dengan unit eselon 1 yang berada di bawah
8

Kementerian Keuangan Indonesia, sebagaimana juga Direktorat Jenderal


Pajak, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan lain-lain.
- Tugas dan Fungsi DJBC
Tugas dan fungsi DJBC adalah berkaitan erat dengan pengelolaan
keuangan negara, antara lain memungut bea masuk berikut pajak dalam
rangka impor (PDRI) meliputi (PPN Impor, PPh Pasal 22, PPnBM) dan cukai.
Sebagaimana diketahui bahwa pemasukan terbesar (sering disebut sisi
penerimaan) ke dalam kas negara adalah dari sektor pajak dan termasuk
didalamnya adalah bea masuk dan cukai yang dikelola oleh DJBC.
Selain itu, tugas dan fungsi DJBC adalah mengawasi
kegiatan ekspor dan impor, mengawasi peredaran minuman yang
mengandung alkohol atau etil alkohol, dan peredaran rokok atau barang hasil
pengolahan tembakau lainnya. Seiring perkembangan zaman, DJBC
bertambah fungsi dan tugasnya sebagai fasilitator perdagangan, yang
berwenang melakukan penundaan atau bahkan pembebasan pajak dengan
syarat-syarat tertentu.
Dengan begitu, fungsi utama Ditjen Bea dan Cukai, di antaranya:
a) Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian
fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat sasaran.
b) Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan
memperlancar logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan
prisedur kepabeanan dan sukai serta penerapan sistem manajemen risiko
yang handal
c) Melindungi masyarakat, industri dalam negeri dan kepentingan
nasional melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya barang
impor dan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan
berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi
d) Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor dan kegiatan di
bidang kepabeanan dan cukai lainnya secara efektif dan efisien melalui
penerapan sistem manajemen risiko yang handal, intelijen, dan
penyidikan yang kuat, serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan
dan cukai yang tepat
9

e) Membatasi, mengawasi dan/atau mengendalikan produksi, peredaran


dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik
dapat membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban dan keamanan
masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan
dan keseimbangan, dan
f) Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk bea masuk, bea
keluar dan cukai guna menunjang pembangunan nasional.

4. Menghitung Pajak Bea Cukai

Pemungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor disini memakai
pola Official Assessment, dimana Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan
perhitungan dan pemungutan atas barang kiriman tersebut. Lain halnya
dengan barang impor pada umumnya, dimana importir melakukan kegiatan
menghitung,memberitahukan dan membayar bea masuk dan pajak dalam
rangka impornya sendiri (Self Assessment).

Kemudian untuk penentuan nilai pabean barang kiriman tetap berdasar


pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.04/2010 Tentang Nilai
Pabean untuk Perhitungan Bea Masuk, dimana nilai pabean yang dimaksud
sesuai International Commercial Term (Incoterms), yaitu dengan
menggunakan terminologi penyerahan barang Cost, Insurance and Freight
(CIF), biaya-biaya transportasi dan asuransi harus ditambahkan kedalam biaya
yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.

Pengertian:

 Harga barang = Cost (C)


 Asuransi = Insurance (I)
 Ongkos kirim = Freight (F)
 Nilai Dasar Pengenaan Bea Masuk (NDPBM) = Cost + Insurance + Freight
= CIF

Untuk barang impor tidak melalui PJT:


10

 Bea masuk = CIF * tarif bea masuknya (bisa 0%, 5%, 10% dst lihat di
BTBMI)
 PPN = (CIF + bea masuk) * 10%
 PPh = (CIF + bea masuk) * 7.5% (bisa kena 2,5% bila punya API, atau 15%
bila tidak punya NPWP

- Untuk barang impor melalui PJT atau kantor pos, tata cara perhitungan sama
dengan formula diatas, hanya sebelumnya harga barang – 50 USD

- Untuk barang dgn harga dibawah 50 dolar gratis / free tidak bayar bea masuk dan
pajak

Bea masuk = (CIF) * tarif bea masuknya

PPN = (CIF + bea masuk) * 10%

PPh = (CIF + bea masuk) * 7.5%

Contoh:
Harga barang $500 dikurangi hak untuk barang kiriman $50 = 500-50 = $450,
Shipping cost $50 –> CIF = 450 + 50 = 500, jenis barang = handphone (tarif bea
masuk dlm BTBMI = 0%) – Bea masuk = ( 500 ) * 0% = 0
PPN = (500 + 0) * 10% = 50 dolar
PPh = (500 + 0) * 7,5% = 37.5 dolar
total tagihan = 50 + 37.5 = 87.5 dolar * 10.232,75 = Rp. 896.000,- (pembulatan)

5. Hubungan antara Bea Cukai dan Pajak

Hubungan antara pajak negara yang dipungut oleh DPJ dan kewajiban bea
masuk/bea keluar dan cukai yang dipungut oleh DJBC saling berkaitan erat yang
dapat kita lihat melalui pemahaman istilah kewajiban dan pemahaman ketentuan
perundangan yang ada.

Dalam praktik perdagangan internasional lazim dikenal adanya


istilah custom duties atau diterjemahkan sebagai kewajiban pabean yang di
Indonesia saat ini dikenal adanya bea masuk dan bea keluar dan istilah excise
11

duties yang diterjemahkan sebagai kewajiban cukai atau cukai. Istilah duty atau
jamaknya duties dalam literatur disebutkan duty asal mulanya ialah suatu
pembayaran yang diwajiban, terutama suatu pembayaran yang harus dilunasi
kepada pemerintah, seperti yang sekarang dipakai ialah suatu pembayaran pajak
yang dipungut atas barang-barang impor atau expor. Pada hakikatnya,
suatu duty adalah pajak yang sebenarnya dipungut, sedangkan suatu tarif itu adalah
daftar atau tabel, dasar, tingkat pajak itu. Jadi, dalam teks ini, berbagai
penggolongan dan jenis tariffs atau duties yang dimasukkan dan didefinisikan di
bawah tariff (Abdurrachman, 1991:359).

Hubungan dengan undang-undang pajak sebagai pajak objektif yang


berkaitan dengan abrang kena pajak, yaitu PPN dan PPnBM sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983jo Nomor 11 Tahun 1994 jo 18
Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
disebutkan dalam ketentuan umum,

“Dasar pengenaan pajak adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor,
nilai ekspor, dan nilai lainnya yang ditetapkan keputusan Menteri Keuangan yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang”, sedangkan nilai
impor adalah, “Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak bedasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan pabean untuk impor barang kena pajak tidak
termasuk pajak pertambahan nilai yang dipungut menurut undang-undang ini.
“Nilai pabean untuk perhitungan bea masuk adalah nilai transaksi dari barang yang
bersangkutan (Pasal 15, Ayat 1 undang-undang tentang kepabean.

6. Kasus Penyelundupan di Indonesia

Penyelundupan narkoba dari Malaysia ke Indonesia masih belum habis. Para


bandar kembali memanfaatkan luasnya wilayah lautan Indonesia untuk
menyelundupkan barang haram dari negeri Jiran. Kali ini narkoba jenis sabu-sabu
diselundupkan bandar dari Malaysia menuju Indonesia melalui jalur laut
perbatasan kedua negara.
12

Pengungkapan itu berawal dari informasi masyarakat yang melaporkan


dugaan pengiriman narkoba dari Tawau, Malaysia, ke Samarinda, Kalimantan
Timur (Kaltim), melalui jalur laut rute Tawau -Sebatik, Tarakan dan Tanjung
Selor, Kalimantan Utara (Kaltra).
Tim BNN bersama Dirjen Bea Cukai Kaltim dan Kaltara melakukan
penyelidikan bersama. Mereka melakukan pengawasan lintas darat Tarakan, jalur
laut, hingga perbatasan Tanjung Selor. Dari penyelidikan diketahui pada Sabtu
(20/7) dini hari, narkoba itu sudah dipindahkan dari kapal ke kapal atau ship to
ship di tengah laut perbatasan Indonesia - Malaysia, kemudian kapal penerima
langsung menuju Tanjung Selor.
Pelaku masuk Indonesia menggunakan perahu nelayan dari Tawau menuju
Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara). Komplotan sindikat
narkoba ini lantas menempuh perjalanan darat menyusuri Malinau, Berau,
Samarinda hingga memasuki Balikpapan.
Polisi mengidentifikasi pelaku merupakan sindikat narkoba lintas negara
yang ada di Malaysia dan Indonesia. Komplotan kriminal tersebut lihai
membujuk kurir dengan iming-iming pembayaran antara Rp 50 juga hingga Rp
250 juta.
Petugas melanjutkan surveillance dan mendapati informasi bahwa barang
sudah berpindah lagi dari kapal ke satu unit mobil Toyota Innova warna putih.
Tak mau kehilangan target buruan, tim dibantu Sat Lantas Polres Tanjung Selor
melakukan pengejaran. Alhasil di Jalan Raya Jelaray Tanjung Selor, BNN
menghentikan Toyota Innova tersebut. Petugas memeriksa kendaraan dan
mendapati satu orang bernama Achmad Fatthoni (AF), warga Samarinda. Dari
dalam mobil itulah petugas menemukan sabu-sabu yang dimasukkan ke dalam
dua tas sport warna hitam. Dikatakan bahwa masing-masing tas berisi 19 kantong
plastik putih dengan total 38 kantong dan berat kurang lebih 38 kilogram. Petugas
juga menyita KTP tersangka, iPhone 7, dan Toyota Innova putih. Tersangka dan
barang bukti diamankan sementara di Polres Tanjung Selor. Petugas masih
melakukan pengembangan untuk mengejar tersangka yang kabur.
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bea berasal dari bahasa Sansekerta, bea berarti ongkos. Bea dipakai sebagai
istilah ongkos barang yang keluar atau masuk suatu negara, yakni bea masuk dan
bea keluar
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam
Undang-undang Cukai.
Pabean adalah kegiatan yang menyangkut pemungutan bea
masuk dan pajak dalam rangka impor. Ada juga bea keluar untuk ekspor,
khususnya untuk barang atau komoditi tertentu.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (disingkat DJBC atau bea cukai) adalah nama
dari sebuah instansi pemerintah yang melayani masyarakat di
bidang kepabeanan dan cukai.
Tugas dan fungsi DJBC adalah mengawasi kegiatan ekspor dan impor,
mengawasi peredaran minuman yang mengandung alkohol atau etil alkohol, dan
peredaran rokok atau barang hasil pengolahan tembakau lainnya. Seiring
perkembangan zaman, DJBC bertambah fungsi dan tugasnya sebagai fasilitator
perdagangan, yang berwenang melakukan penundaan atau bahkan pembebasan
pajak dengan syarat-syarat tertentu.
Hubungan antara pajak negara yang dipungut oleh DPJ dan kewajiban bea
masuk/bea keluar dan cukai yang dipungut oleh DJBC saling berkaitan erat yang
dapat kita lihat melalui pemahaman istilah kewajiban dan pemahaman ketentuan
perundangan yang ada.
Penyelundupan narkoba dari Malaysia ke Indonesia masih belum habis. Para
bandar kembali memanfaatkan luasnya wilayah lautan Indonesia untuk
menyelundupkan barang haram dari negeri Jiran. Kali ini narkoba jenis sabu-sabu
14

diselundupkan bandar dari Malaysia menuju Indonesia melalui jalur laut


perbatasan kedua negara.
Pengungkapan itu berawal dari informasi masyarakat yang melaporkan
dugaan pengiriman narkoba dari Tawau, Malaysia, ke Samarinda, Kalimantan
Timur (Kaltim), melalui jalur laut rute Tawau -Sebatik, Tarakan dan Tanjung
Selor, Kalimantan Utara (Kaltra).

B. Saran

Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan


sumber yang saya peroleh. Sehingga isi dari analisis ini masih bersifat umum,
oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mencari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila
terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.
15

DAFTAR PUSTAKA

Apa Perbedaan. 2017. Bea v Cukai.


https://apaperbedaan.com/bea-dan-cukai/ Diakses 10 November 2019

Dewi, Anita Permata. 2019. 37 kg sabu-sabu dari kapal pesiar berbendera


Malaysia
https://kaltim.antaranews.com/berita/56999/37-kg-sabu-sabu-dari-kapal-pesiar-be
rbendera-malaysia Diakses pada 10 November 2019

Grha Pena Jawa Pos Group. 2019. Lagi, Sabu-Sabu Asal Malaysia
Diselundupkan Lewat Kalimantan
https://www.jpnn.com/news/lagi-sabu-sabu-asal-malaysia-diselundupkan-lewat-k
alimantan Diakses 10 November 2019

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai. 2017. Official


Website Direktorat Jnederal Bea dan Cukai.
http://www.beacukai.go.id/ Diakses 10 November 2019

Pos Kaltim. 2017. Polda Kaltim Berhasil Amankan Sabu Asal Malaysia di
Samarinda
https://poskaltim.com/polda-kaltim-berhasil-amankan-sabu-asal-malaysia-di-sam
arinda/ Diakses pada 10 November 2019
PT Achilles Advanced Systems. 2017. Pengertian Bea dan Cukai
https://www.online-pajak.com/bea-cukai/ Diakses 10 November 2019

Wikipedia. 2017. Penyelundupan


https://id.wikipedia.org/wiki/Penyelundupan Diakses pada 10 November 2019

Anda mungkin juga menyukai