Anda di halaman 1dari 37

PERCOBAAN I

Judul : Sifat-sifat Pelarut Organik

Tujuan : Membedakan pelarut organik yang bersifat polar dan pelarut

organik yang bersifat non-polar

Hari/Tanggal : Selasa /14 Oktober 2014

Tempat : Laboratarium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang

molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon.

Diantara beberapa golongan senyawaan organic adalah senyawa alifatik, rantai

karbon yang dapat diubah gugus fungsinya hidrokarbon aromatic, senyawa yang

mengandung paling tidak satu cincin benzena.

Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu

tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau

solven telah terjadi dan memebentuk disperse molekuler yang homogen.

Kelarutan suatu zat(solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like

dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling

melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dan solute

yang dinyatakan dengan tetapan dielektikum atau momen dipol, ikatan hydrogen,

ikatan Van der waals (London) atau ikatan elktrolistatik yang lain.(Anonim, 2012)

Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari

momen dipolnya. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen lebih

merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan polaritas.

Sifat-Sifat Pelarut Organik 1


Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton dan lain-lain yang mengandung

oksigen dan nitrogen yang dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion

elektrolit kuat dan lemah. Karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut

juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektolit yang berionisasi lemah

karena pelarut non polar termasuk dalam golungan pelarut aprotik dan tidak dapat

membentuk jembatan hydrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut

ionic dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non polar

(Martin, 1993).

Bahan yang bersifat polar terdiri dari bahan yang bersifat ionik atau

kovalen. Untuk yang nonpolar umumnya adalah bersifat kovalen. Berdasarkan

polaritas ini maka pelarut. Pelarut yang ada dialam juga dapat dogolongkan. Hal

ini dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan saat akan

melarutkan bahan (Iqmal, 2012).

Melarut tidaknya suatu zat dalam suatu sistem tertentu dan besarnya

kelarutan., sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada

pada zat terlarut-pelarutdan resultan interaksi zat terlarut-pelarut,kelarutan suatu

senyawa tergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, selain itu

dipengaruhi pula oleh faktot temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah

yang lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut. Kelarutan zat terlarut

juga struktur molekulnya seperti perbandingan gugus polar dan nonpolar dari

molekul. Semakin panjang rantai karbon nonpolar dari alifatis, semakin kecil

kelarutannya dalam air. Kelarutan zat terlarut dalam pelarut juga dipengaruhi oleh

polaritas atau momen dipole pelarut. Pelarut-pelarut polar dapat melarutkan

Sifat-Sifat Pelarut Organik 2


senyawa-senyawa ionik serta senyawa-senyawa polar lainnya (Widyaningsih,

2009)

Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa dibandingkan unsur lain

sebab atom tidak hanya dapat membentuk ikatan karbon-karbon tunggal, rangkap

dua dan rangkap tiga, tetapi juga bisa terkait satu sama lain membentuk struktur

rantai dan cincin.

Dalam senyawa kovalen seperti H2O, HCl, CH3OH atau H2C=O, satu

atom mempunyai keelektronegatifan yang substansi lebih besar daripada yang

lain. Semakin tinggi keelektronegatifan suatu atom, semakin besar terikatnya

terhadap elektron ikatan-ikatannya tidak cukup bagi atom untuk memecahkannya

menjadi ion, tetapi cukup sehingga atom ini mempunyai bagian rapat elektron

yang lebih besar.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan:

1. Batang pengaduk 1 buah

2. Gelas kimia 500 mL 4 buah

3. Gelas ukur 10 mL 7 buah

4. Hotplate 1 buah

5. Kaca arloji 1 buah

6. Pipet tetes 7 buah

7. Penjepit tabung reaksi 2 buah

8. Rak tabung reaksi 1 buah

Sifat-Sifat Pelarut Organik 3


9. Spatula 3 buah

10. Neraca analitik 1buah

11. Tabung reaksi 7 buah

12. Lumpang dan alu 1buah

Bahan yang digunakan :

1. Air

2. Benzena

3. Etanol

4. kloroform

5. Metanol

6. n-heksana

7. Sikloheksana

8. Sampel padat (A, B dan C)

9. Sampel cair (D dan E)

Keterangan : A : sukrosa C : vaselin E : n-heksana

B : naftalena D : air

III. PROSEDUR KERJA

a) Kelarutan suatu zat dalam pelarut organik.

1. Menimbang 0,1 g sampel A kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi.

Menambahkan 1 mL benzena sambil mengaduk. Mengamati apa yang terjadi.

2. Apabila sampel tidak larut, memanaskan campuran di dalam penangas air

sampai mendidih. Mengamati apa yang terjadi.

Sifat-Sifat Pelarut Organik 4


3. Mengulangi percobaan 1 dan 2 dengan mengganti pelarut n-heksana dengan

pelarut yang telah ditentukan (etanol, sikloheksana, air, kloroform, n-heksana

dan metanol).

4. Melakukan hal yang sama dengan sampel B (naftalen) dan C (vaselin).

b) Pencampuran antar pelarut organik.

1. Memipet 1 mL sampel D (air) kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi.

Menambahkan 1 mL benzena sambil mengocok dan mengamati apa yang

terjadi.

2. Mengulangi percobaan 1 dan 2 dengan mengganti pelarut benzena dengan

pelarut lain yang sudah ditentukan.

3. Melakukan hal yang sama untuk sampel E(n-heksana).

IV. HASIL PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil pengamatan

A. Kelarutan suatu zat dalam pelarut

organik

Sampel A (sukrosa) - larutan bening dan tidak

1  menimbang 0,1 gram sukrosa larut

 memasukkan 1mL benzena

kedalam tabung reaksi - sukrosa tetap bewarna

 mengaduk dan memanaskan putih susu setelah

 mengamati dipanaskan

2  menimbang 0,1 gram sukrosa - larutan sedikit keruh dan

 memasukkan 1mL etanol tidak larut

Sifat-Sifat Pelarut Organik 5


No Perlakuan Hasil pengamatan

kedalam tabung reaksi

 mengaduk dan memanaskan - sukrosa tetap bewarna

 mengamati putih susu setelah

dipanaskan

4  menimbang 0,1 gram sukrosa

 memasukkan 1mL - larutan bening

sikloheksana kedalam tabung

reaksi - sampel larut

 mengaduk dan mengamati

5  menimbang 0,1 gram sukrosa

 memasukkan 1 mL air kedalam - larutan bening

tabung reaksi

 mengaduk dan memanaskan - sukrosa menjadi putih

 Mengamati bening, larutan keruh dan

tidak larut setelah

dipanaskan

6  menimbang 0,1 gram sukrosa

 memasukkan 1 mL air kedalam - larutan bening

tabung reaksi

 mengaduk dan memanaskan sukrosa menjadi putih susu, dan

 Mengamati tidak larut setelah dipanaskan

Sifat-Sifat Pelarut Organik 6


No Perlakuan Hasil pengamatan

7  menimbang 0,1 gram sukrosa - larutan bening dan tidak

 memasukkan 1 mL air kedalam larut

taung reaksi

- sampel larut setelah

 mengaduk dan memanaskan dipanaskan

 Mengamati

Sampel B ( Naftalena)

1  menimbang 0,1 gram naftalena - larutan keruh dan sampel

 memasukkan 1 mL benzena larut

kedalam tabung reaksi

 mengaduk dan mengamati

2  menimbang 0,1 gram naftalena - larutan bening dan sampel

 memasukkan 1 mL etanol tidak larut

kedalam tabung reaksi

 mengaduk dan memanaskan - sampel larut setelah

 mengamati dipanaskan

3  menimbang 0,1 gram naftalena

 memasukkan 1mL

sikloheksana kedalam tabung

reaksi

Sifat-Sifat Pelarut Organik 7


No Perlakuan Hasil pengamatan

 mengaduk dan mengamati - larutan keruh dan sampel

larut

4  menimbang 0,1 gram naftalena - larutan keruh dan sampel

 memasukkan 1 mL air tidak larut

kedalam tabung reaksi - sampel menggumpal

 mengaduk dan memanaskan setelah dipanaskan

 mengamati

5  menimbang 0,1 gram naftalena

 memasukkan 1 mL kloroform

kedalam tabung reaksi - larutan keruh dan sampel

 mengaduk dan mengamati larut

6  menimbang 0,1 gram naftalena - larutan bening dan sampel

 memasukkan 1 mL n- hekasan tidak larut

kedalam tabung reaksi

 mengaduk dan memanaskan - sampel larut dan bewarna

 mengamati keruh setelah dipanaskan

7  menimbang 0,1 gram naftalena - larutan bening dan sampel

 memasukkan 1 mL metanol tidak larut

kedalam tabung reaksi

Sifat-Sifat Pelarut Organik 8


No Perlakuan Hasil pengamatan

 mengaduk dan memanaskan - larutan bening dan sampel

 mengamati larut sesaat dan kemudian

menjadi 9kristal setelah

dipanaskan

Sampel C (vaselin)

1  menimbang 0,1 gram vaselin

 memasukkan 1 mL benzena - larutan keruh dan sampel

kedalam tabung reaksi larut

 mengaduk dan mengamati

2  menimbang 0,1 gram vaselin - larutan bening dan sampel

 memasukkan 1 mL etanol tidak larut

kedalam tabung reaksi - larutan bening dan sampel

 mengaduk dan memanaskan larut setelah dipanaskan

 mengamati

3  menimbang 0,1 gram vaselin - larutan keruh dan sampel

 memasukkan 1 mL larut

sikloheksana - larutan bening dan sampel

kedalam tabung reaksi larut setelah dipanaskan

 mengaduk dan mengamati

4  menimbang 0,1 gram vaselin - larutan bening dan sampel

 memasukkan 1 mL air tidak larut

Sifat-Sifat Pelarut Organik 9


No Perlakuan Hasil pengamatan

kedalam tabung reaksi - larutan bening dan sampel

 mengaduk dan memanaskan larut setelah dipanaskan

 mengamati

5  menimbang 0,1 gram vaselin

 memasukkan 1 mL kloroform

kedalam tabung reaksi - larutan keruh dan sampel

 mengaduk dan mengamati larut tanpa dipanaskan

6  menimbang 0,1 gram vaselin

 memasukkan 1 mL n-heksana

kedalam tabung reaksi - larutan keruh dan sampel

 mengaduk dan mengamati larut tanpa dipanaskan

7  menimbang 0,1 gram vaselin - larutan bening dan sampel

 memasukkan 1 mL metanol tidak larut

kedalam tabung reaksi - sampel tidak larut setelah

 mengaduk dan memanaskan dan berupa gumpalan

 mengamati setelah dipanaskan

B. Pencampuran antar Pelarut Organik

Sampel D (air)

1  Mengambil air 1 mL

 memasukkan kedalam tabung - larutan bening

reaksi dan melakukannya

Sifat-Sifat Pelarut Organik 10


No Perlakuan Hasil pengamatan

sampai 7 tabung reaksi

2  menambahkan 1mL benzena - larutan bening

pada tabung I

 mengocok - membentuk gelembung

 mengamati yang terjadi - membentuk dua lapisan

3  menambahkan 1 mL etanol - memebentuk larutan

pada tabung II homogen

 mengocok

 mengamati yang terjadi - larutan bening

4  menambahkan 1 mL - terbentuk gelembung

sikloheksana pada tabung II

 mengocok - membentuk dua lapisan

 mengamati yang terjadi - larutan bening

5  menambahkan 1 mL kloroform - membentuk gelembung

pada tabung II lebih banyak daripada

tabung I dan II

 mengocok - membentuk dua lapisan

 mengamati yang terjadi - larutan bening

6  menambahkan 1 mL etanol

pada tabung II

 mengocok - larutan bening

Sifat-Sifat Pelarut Organik 11


No Perlakuan Hasil pengamatan

mengamati yang terjadi - langsung membentuk dua

engamati lapisan tanpa danya

gelembung

7  menambahkan 1 mL etanol - larutan bening

pada tabung II - membentuk larutan

 mengocok homogen

mengamati yang terjadi

engamati

8  menambahkan 1 mL etanol - larutan bening

pada tabung II - memebentuk larutan

 mengocok homogen

mengamati yang terjadi

engamati

1 Sampel E (n-heksana)

 Mengambil sampel E (n- -larutan bening

heksana) 1mL dan

memasukkan ke dalam tabung

reaksi dan melakukannya

sampai 7 tabung reaksi

2  Menambahkan 1 mL benzena - larutan sedikit keruh

pada tabung I

Sifat-Sifat Pelarut Organik 12


No Perlakuan Hasil pengamatan

 mengocok dan mengamati - membentuk larutan

homogen

3  Menambahkan 1 mL n- - larutan sedikit keruh

heksana pada tabung II - membentuk larutan

 mengocok dan mengamati homogen

4  Menambahkan 1 mL - larutan bening

sikloheksana pada tabung III - membentuk gelembung

mengocok dan mengamati pada dasar tabung reaksi

5  Menambahkan 1 mL methanol - larutan bening

pada tabung IV - membentuk gelembung

 mengocok dan mengamati pada pemisahan larutan

6  Menambahkan 1 mL etanol - larutan sedikit keruh

pada tabung V

 mengocok dan mengamati - membentuk dua lapisan

7  Menambahkan 1 mL kloroform - larutan keruh

pada tabung VI

 mengocok dan mengamati - membentuk gelembung

8  Menambahkan 1 mL aquades - larutan bening

pada tabung VII

 mengocok dan mengamati - membentuk dua lapisan

Sifat-Sifat Pelarut Organik 13


V. ANALISIS DATA

Untuk menentukan apakah suatu senyawa atau larutan bersifat polar dan

non-polar, maka harus dilihat terlebih dahulu rumus struktur dari senyawa-

senyawa yang telah ada pada percobaan, yaitu sampel A (sukrosa), B (naftalena),

C (Vaseline), D (air) dan E (n-heksana).

Sample B (naftalena)
Sampel A (sukrosa)

Sampel C (vaselin)
Sampel D (air)

CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3

Sampel E (n-heksana)

Sampel E (n-heksana)
Selain itu, kita juga perlu mengetahui rumus struktur dari pelarut-pelarut

yang digunakan pada percobaan ini. Pelarut-pelarut tersebut adalah benzena,

sikloheksana, methanol, etanol dan kloroform.Berikut ini adalah rumus struktur

dari pelarut-pelarut tersebut :

Sifat-Sifat Pelarut Organik 14


sikloheksana
H2
C
H2 C CH2

H2 C CH2
C
H2
Benzena Kloroform

Sikloheksana

Metanol Etanol
Air

Dilihat dari struktur-struktur pelarut di atas, maka dapat diketahui pelarut

yang bersifat polar dan bersifat nonpolar. Berdasarkan spektrumnya kepolaran

suatu senyawa dipengaruhi oleh simetris tidaknya bentuk molekul dan gugus-

gugus fungsionalnya, serta momen dipol senyawa tersebut. Senyawa polar yaitu

senyawa yang mempunyai momen dipol ≠ 0 dengan struktur molekulnya yang

asimetris. Sedangkan senyawa nonpolar mempunyai momen dipol yang sama

dengan nol dengan struktur molekulnya yang simetris. Pelarut-pelarut di atas yang

termasuk senyawa polar adalah etanol, metanol dan air, sedangkan untuk senyawa

nonpolar adalah benzena, sikloheksana, n-heksana, dan kloroform.

1. Kelarutan Suatu Zat Dalam Pelarut Organik

Percobaan ini menggunakan 3 sampel padat yaitu sampel A (sukrosa),

sampel B (naftalena), sampel C (vaselin) dengan 7 pelarut yaitu benzena,

etanol, metanol, sikloheksana, kloroform, n-heksana dan aquades.

Sifat-Sifat Pelarut Organik 15


A. Sampel A (sukrosa)

Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11 yang terbentuk dari dua

molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa yang berikatan melalui

gugus –OH dengan melepaskan air. Sukrosa banyak memiliki gugus fungsional

–OH, sehingga mampu membentuk ikatan hidrogen di antara molekulnya dan

merupakan senyawa yang bersifat polar. Berdasarkan sifatnya ini, secara teori

sukrosa akan larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar.

Di bawah ini adalah kelarutan sukrosa dalam berbagai pelarut, yaitu:

1) Pelarut Aquades

Sukrosa larut dalam sempurna dalam air tanpa pemanasan, ini terjadi

karena sukrosa dan aquades memiliki sifat yang sama yaitu bersifat

polar. Sukrosa adalah senyawa yang banyak mengandung gugus –OH

yang bersifat hidrofilik dan gugus –OH tersebut mampu membentuk

ikatan hidrogen dengan molekul aquades sehingga dapat larut dalam

aquades. Selain itu, aquades juga memiliki konstanta dielektrik yang

tinggi (e = 80) sehingga tingkat kemampuan untuk melarutkan sukrosa

juga tinggi.

2) Pelarut metanol

Sukrosa dalam pelarut metanol larut setelah dipanaskan. Hal ini

membuktikan bahwa sukrosa yang bersifat polar dapat larut dalam

pelrut yang bersifat polar yaitu methanol yang dapat memebentuk

ikatan hidrogen, kemungkinan lain terjadi karena sukrosa hanya bisa

Sifat-Sifat Pelarut Organik 16


larut dalam senyawa polar yang memiliki bilangan dielektrik tinggi

seperti air yang memiliki bilangan dielektrik 80,10 sedangkan metanol

memiliki bilanngan dielektrik 34,6 saja. Konstanta dielektrik metanol

yang rendah ini menyebabkan tingkat kemampuannya untuk melarutkan

sukrosa juga rendah.

3) Pelarut etanol

Sukrosa dalam pelarut etanol tidak dapat larut meskipun memanaskan

sampai mendidih, selain itu meskipun senyawa etanol memiliki sifat

polar yang sama dengan sukrosa. Hal ini kemungkinan dikarenakan

sukrosa yang diambil terkontaminasi oleh zat lain yang menyebabkan

sukrosa tidak larut dalam etanol dan karena sukrosa hanya bisa larut

dalam senyawa polar yang memiliki bilangan dielektrik tinggi seperti

air yang memiliki bilangan dielektrik 80,10 sedangkan etanol memiliki

bilanngan dielektrik 24,5 saja. Konstanta dielektrik etanol yang rendah

ini menyebabkan tingkat kemampuannya untuk melarutkan sukrosa

juga rendah.

4) Pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana

Dalam pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana,

sukrosa tidak larut meskipun sudah mengalami proses pemanasan

hingga pelarut medidih. Beberapa penyebabnya adalah karena pelarut

tersebut memiliki struktur molekul yang simetris dan tidak dapat

Sifat-Sifat Pelarut Organik 17


membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, selain itu keempat

pelarut tersebut memiliki konstanta dielektrik yang sangat rendah.

Ketiga hal tersebut menyebabkan pelarut bersifat nonpolar. Perbedaan

sifat antara zat terlarut sukrosa yang polar dengan pelarut yang nonpolar

menjadi penyebab sukrosa tidak dapat larut dalam keempat pelarut

tersebut. Keadaan ini sesuai dengan prinsip kelarutan like dissolves.

B. Sampel B (Naftalena)

Naftalena merupakan senyawa organic yang bersifat non polar karena

atom-atomnya mempunyai harga kelektronegatifan hamper sama dimana

keduanya merupakan tarikan yang hampir sama pula.senyawa naftalena

mempunyai tetapan dielektrik yang rendah, berarti senyawa tersebuttidak

memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif (-) akibat meratanya distribusi

electron, sehingga momen dipole sama dengan nol dan akan mudah larut dalam

pelarut non polar saja.

1) Pelarut Aquades

Naftalena dalam pelarut air tidak dapat larut dan membentuk gumpalan

yang mengapung dan ketika dipanaskan naftalena jadi mengeras

membentuk kristal. Ketidaklarutan naftalena ini terjadi karena

perbedaan sifat antara naftalena dengan aquades yaitu naftalena bersifat

nonpolar sedangkan aquades bersifat polar. Nafatalena adalah senyawa

polisiklik aromatik yang sama sekali tidak memiliki gugus hidrofil

sehingga tak dapat larut dalam aquades. Penyebab naftalena menjadi

mengeras adalah karena naftalena mudah menguap saat dipanaskan, uap

Sifat-Sifat Pelarut Organik 18


ini kemudian terjebak dalam aquades dan membentuk emulsi. Saat

didinginkan, naftalena yang mudah mengeras menjadi kristal seperti

yang terbentuk pada percobaan.

2) Pelarut metanol

Naftalena dalam pelarut metanol tidak larut, ini disebabkan karena

keduanya memiliki sifat yang berbeda, dimana naftalena bersifat

nonpolar sedangkan metanol bersifat polar. Namun ketika dilakukan

pemanasan naftalena jadi sedikit larut. Hal ini terjadi karena proses

pemanasan akan meningkatkan kelarutan sedangkan naftalena yang

dilarutkan sangat sedikit, selain itu metanol juga memiliki gugus alkil

yaitu metil (–CH3) yang berifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat

berinteraksi dengan naftalena. Selain itu konstanta dielektrik yang

dimiliki metanol cukup rendah, inilah yang membuat metanol memiliki

sedikit kemampuan untuk melarutkan naftalena (emetanol = 24.5). Secara

teoritisnya senyawa yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dalam

senyawa yang bersifat polar. Hal ini kemungkinan karena methanol

memiliki dua gugus yang bersifat polar dan nonpolar, gugus polarnya

adalah OH dan gugus nonpolarnya adalah –CH3 sehingga methanol

dapat larut pada zat polar dan nonpolar.

Sifat-Sifat Pelarut Organik 19


3) Pelarut etanol

Sukrosa dalam pelarut metanol tidak melarut hal ini dikarenakan

perbedaan sifat kepolaran dimana naftalena bersifat nonpolar sedangkan

etanol bersifat polar. Namun ketika dipanaskan naftalena jadi sedikit

larut. Hal ini terjadi karena proses pemanasan akan meningkatkan

kelarutan sedangkan naftalena yang dilarutkan sangat sedikit, selain itu

etanol juga memiliki gugus alkil yaitu etil (–C2H5) yang berifat

nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi dengan naftalena. Selain

itu juga konstanta dielektrik yang dimiliki etanol juga rendah, hal inilah

yang membuat etanol memiliki sedikit kemampuan untuk melarutkan

naftalena (eetanol = 34.5). Secara teoritisnya senyawa yang bersifat

nonpolar tidak dapat larut dalam senyawa yang bersifat polar. Hal ini

kemungkinan karena etanol memiliki dua gugus yang bersifat polar dan

nonpolar, gugus polarnya adalah OH dan gugus nonpolarnya adalah –

C2H5 sehingga etanol dapat larut pada zat polar dan nonpolar.

4) Pelarut benzena, sikloheksana, dan kloroform

0,1 g vaselin dapat larut dalam pelarut benzena, sikloheksana, dan

kloroform tanpa dipanaskan, karena ketiga pelarut tersebut memiliki

struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk ikatan

hidrogen antara molekulnya, selain itu ketiga pelarut tersebut memiliki

konstanta dielektrik yang sangat rendah. Ketiga hal tersebut

menyebabkan pelarut bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan

Sifat-Sifat Pelarut Organik 20


naftalena yang bersifat nonpolar. Hal ini membuktikan bahwa sesuai

dengan prinsip kelarutan like dissolves like senyawa organic yang

bersifat nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.

5) Pelarut n-heksana

Dalam pelarut n-heksana, naftalena dapat sedikit larut hanya jika

dilakukan proses pemanasan karena proses pemanasan akan

meningkatkan kelarutan suatu zat. Meskipun n-heksana merupakan

pelarut nonpolar karena memiliki struktur molekul yang simetris dan

tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulnya, namun jika

dibandingkan dengan benzena, sikloheksana, dan kloroform, maka n-

heksana memiliki konstanta dielektrik yang paling rendah (e = 1,890),

sehingga tingkat kemampuan melarutkannya juga lebih rendah. Dalam

hal ini jika jumlah pelarut n-heksana diperbanyak maka kemungkinan

0,1 g naftalena dapat larut juga tinggi.

C. Sampel C (Vaselin)

Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah

padat diperoleh dari minyak bumi yang keseluruhan dan hampir keseluruhan

dihilangkan warnanya

Vaselin bersifat nonpolar yang dapat dilihat berdasarkan strukturnya yang

simetris dengan perbedaan elektronegatifitasnya yang kecil, selain itu momen

dipolnya sama dengan nol dan resultan gaya antara momen ikatan dan momen

pasangan elektron bebas (PEB) yang saling meniadakan. Vaselin bersifat

Sifat-Sifat Pelarut Organik 21


nonpolar karena vaselin tidak mengandung gugus hidroksil (-OH) sehingga

tidak bisa memebentuk ikatan hidrogen.

1) Pelarut aquades

Vaselin dalam pelarut aquades tidak larut karena perbedaan sifat,

vaselin bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Namun ketika

dipanaskan vaselin jadi larut, padahal mestinya vaselin tidak dapat

larut. Hal ini terjadi karena vaselin yang dilarutkan sangat sedikit

sehingga aquades (air) yang merupakan pelarut universal mampu

melarutkannya.

2) Pelarut metanol

Vaselin dalam pelarut metanol tidak larut meski dipanaskan karena

perbedaan sifat, dimana vaselin bersifat nonpolar sedangkan metanol

bersifat polar.

3) Pelarut etanol

Vaselin dalam pelarut etanol tidak larut karena perbedaan sifat, vaselin

bersifat nonpolar sedangkan etanol bersifat polar. Namun ketika

dipanaskan vaselin jadi larut. Hal ini dikarenakan vaselin yang

dilarutkan sangat sedikit dan etanol memiliki gugus alkil yaitu etil (-

C2H5) yang bersifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat berinteraksi

dengan vaselin sehingga mampu melarutkan vaselin tersebut.

Sifat-Sifat Pelarut Organik 22


4) Pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana

0,1 g vaselin dapat larut dalam pelarut benzena, sikloheksana,

kloroform dan n-heksana, karena keempat pelarut tersebut memiliki

struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk ikatan

hidrogen antara molekulnya, selain itu keempat pelarut tersebut

memiliki konstanta dielektrik yang sangat rendah. Ketiga hal tersebut

menyebabkan pelarut bersifat nonpolar. Sehingga keempat pelarut

tersebut dapat melarutkan vaselin yang bersifat nonpolar.

5) Pencampuran antar Pelarut Organik

Percobaan ini menggunakan 2 sampel cair yaitu sampel D (air) dan

sampel E( n-heksana) dengan tujuh pelarut yaitu benzena, etanol,

sikloheksana, kloroform, n-heksana, methanol dan air (aquades).

D. Sampel D (aquades)

Dilihat dari strukturnya, aquades mempunyai ikatan hidrogen intermolekul

dan mempunyai momen dipol yang tinggi yaitu 1,850 D dan tetapan

dielektriknya 80,10. Hal ini menyebabkan kemampuan aquades untuk

mensolvasi ionnya besar sehingga dapat ditentukan bahwa air merupakan

senyawa polar.

1) Pelarut aquades

Aquades yang dicampurkan dalam pelarut aquades dapat larut

sempurna tanpa pemanasan dalam pelarut air karena memiliki sifat

yang sama yaitu polar dan kedua senyawa tersebut dapat membentuk

Sifat-Sifat Pelarut Organik 23


ikatan hidrogen terhadap molekul-molekulnya. Selain itu kesamaan

bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat kelarutannya

menjadi meningkat.

2) Pelarut metanol

Aquades yang dicampurkan dalam pelarut metanol dapat larut

sempurna tanpa pemanasan dalam pelarut air karena memiliki sifat

yang sama yaitu polar. Aquades dapat membentuk ikatan hidrogen

dengan metanol karena metanol memiliki gugus –OH yang bersifat

hidrofilik sehingga aquades dapat larut sempurna. Selain itu kesamaan

bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat kelarutannya

menjadi meningkat.

3) Pelarut etanol

Aquades yang dicampurkan dalam pelarut etanol dapat larut sempurna

tanpa pemanasan karena memiliki sifat yang sama yaitu polar. Aquades

dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus –OH pada etanol yang

bersifat hidrofilik sehingga aquades dapat larut sempurna. Selain itu

kesamaan bentuk molekulnya (tetrahedral) menyebabkan tingkat

kelarutannya menjadi meningkat.

4) Pelarut benzena

Larutan aquades yang bersifat polar tidak dapat larut dalam pelarut

benzena yang bersifat nonpolar, karena terdapat perbedaan sifat di

Sifat-Sifat Pelarut Organik 24


antara keduanya sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan di bawah

adalah air sedangkan lapisan atas adalah benzena, hal ini karena massa

jenis air lebih besar daripada massa jenis benzena (ρair = 1 g/mL; ρbenzena

= 0,879 g/mL). Sedangkan batas cekung yang terbentuk disebabkan

karena gaya adhesi antara partikel air dengan kaca lebih besar daripada

kohesi antara partikel air dengan benzena.

5) Pelarut n-heksana dan sikloheksana

Dalam pencampuran antara larutan aquades dalam pelarut n-heksana

tanpa adanya gelembung dan sikloheksana dengan adanya gelembung

membentuk dua lapisan dengan batas rata. Larutan tidak bersatu karena

terdapat perbedaan sifat, dimana aquades bersifat polar sedangkan n-

heksana dan sikloheksana bersifat nonpolar. Senyawa pada lapisan

bawah adalah air sedangkan pada lapisan atas adalah n-heksana dan

sikloheksana pada tabung yang lain, hal ini karena massa jenis air yang

lebih besar dibandingkan dengan n-heksana maupun sikloheksana. (ρair

= 1 g/mL; ρn-heksana = 0,655 g/mL; ρsikloheksana = 0,779 g/mL).

6) Pelarut kloroform

Pencampuran antara aquades yang polar dengan pelarut kloroform yang

bersifat nonpolar tidak dapat bersatu karena perbedaan sifat yang

masing-masing dimiliki oleh senyawa tersebut. Selain itu campuran ini

juga membentuk dua lapisan dengan batas bias cembung, dengan

gelembung lebih banyak daripada pelarut benzene dan sikloheksana

membuktikan adanya reaksi kimia. Pada bagian atas adalah aquades

Sifat-Sifat Pelarut Organik 25


sedangkan pada bagian bawah adalah kloroform, hal ini karena massa

jenis kloroform yang lebih besar dibandingkan dengan massa jenis

aquades. (ρaquades = 1 g/mL; ρkloroform = 1,498 g/mL).Batas cembung

yang terbentuk di antara dua lapisan tersebut disebabkan karena gaya

kohesi antara partikel kloroform dengan aquades lebih besar daripada

gaya adhesi antara partikel-partikel kloroform dengan kaca tabung

reaksi.

E. Sampel E (n-heksana)

n-heksana merupakan senyawa golongan alkana yang mempunyai 6 atom

alkil yang bersifat nonpolar (hidrofobik). Kepolaritasan yang dimiliki n-

heksana saangatlah rendah pada ikatannya. n-heksana adalah senyawa nonpolar

1) Pelarut aquades

n-heksana yang dilarutkan dalam pelarut aquades tidak dapat larut

sehingga terbentuk 2 lapisan dimana pada lapisan bawah adalah air dan

pada lapisan atas adalah n-heksana, hal ini karena ρair > ρn-heksana. n-

heksana tidak larut dalam aquades karena terdapat perbedaan sifat

kepolaran dimana n-heksana bersifat nonpolar sedangkan aquades

bersifat polar.

2) Pelarut metanol

n-heksana dalam pelarut metanol tdak dapat melarut dan memebentuk

gelembung pada pemisah larutan ini menandakan adanya reaksi kimia.

Senyawa n-heksana yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dalam

metanol bersifat polar. Hal ini terjadi karena metanol memiliki gugus

Sifat-Sifat Pelarut Organik 26


alkil yaitu metil (–CH3) yang berifat nonpolar (hidrofobik) yang dapat

berinteraksi dengan n-heksana sehingga metanol dapat melarutkan n-

heksana dan bisa juga tidak dapat melarutkan.

3) Pelarut etanol

n-heksana yang dilarutkan dalam pelarut etanol tidak dapat melarut dan

membentuk dua lapisan Senyawa n-heksana yang bersifat nonpolar

tidak dapat larut dalam etanol bersifat polar. Hal ini terjadi karena

etanol memiliki gugus alkil yaitu etil (–C2H5) yang berifat nonpolar

(hidrofobik) yang dapat berinteraksi dengan naftalena sehingga dapat

melarutkan n-heksana dan bisa juga tidak dapat melarutkan n-heksana.

4) Pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana

Dalam pelarut benzena, sikloheksana, kloroform dan n-heksana, n-

heksana dapat larut membentuk larutan yang keruh. Larutnya n-heksana

dalam keempat pelarut tersebut karena keempat pelarut tersebut

memiliki struktur molekul yang simetris dan tidak dapat membentuk

ikatan hidrogen antara molekulnya, selain itu keempat pelarut tersebut

memiliki konstanta dielektrik yang sangat rendah. Ketiga hal tersebut

menyebabkan pelarut bersifat nonpolar. Perbedaan sifat antara zat

terlarut n-heksana yang nonpolar dengan pelarut yang nonpolar menjadi

penyebab n-heksana dapat larut dalam keempat pelarut tersebut.

Sedangkan warna keruh yang dihasilkan pada larutan berasal dari warna

asal n-heksana yang memang keruh.

Sifat-Sifat Pelarut Organik 27


VI. KESIMPULAN

1. Pelarut organik ada yang bersifat polar dan nonpolar

2. Pelarut organik polar adalah air, etanol, dan metanol sedangkan Pelarut

organik non polar adalah benzena, sikloheksana, kloroform, dan n-

heksana

3. Senyawa organik yang bersifat polar lebih mudah larut dalam pelarut

polar dan senyawa organik nonpolar akan lebih mudah larut dalam

pelarut nonpolar.

4. Senyawa yang mempunyai struktur ikatan hidrogen akan mudah larut

pada senyawa organik yang bersifat polar karena pelarut organic itu akan

memilki ikatan hydrogen yang terjadi antar molekul.

5. Kelarutan suatu zat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaralain:

ketetapan dielektrik, dapat tidaknya membentuk ikatan hidrogen,

kemiripan struktur dan kemiripan sifat kepolaran

6. Pelarut organik polar mempunyai gugus hidroksil yang bisa membentuk

ikatan hidrogen dengan senyawa polar sedangkan pelarut organik non

polar tidak memiliki gugus hidroksil untuk menghasilkan ikatan hidragen

Sifat-Sifat Pelarut Organik 28


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Kediri: Universitas

haluoleo

Arsyad. 2001. Kamus Kimia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Fessenden, Rapl J dan Fessenden, Joan S. 1986. Dasar-dasar Kimia Organik

Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Iqmal. 2012. Kaidah kelarutan bahan.(19 Oktober 2014).http: // iqmal.

Staff.Ugm.ac.id

Martin,Alferd. 1993. Farmasi Fisik Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu

Farmasetik Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press

Syahmani dan Rilia Iriani. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik.

Banjarmasin : PMIPA FKIP UNLAM.

Widyaningsih, L. 2009. Pengaruh Penambahan kosolven PropelinGlikol

terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah

Sifat-Sifat Pelarut Organik 29


LAMPIRAN

A. PERTANYAAN PRA PRAKTEK

1. Apakah perbedaan antara senyawa polar dan non-polar ?

2. Mengapa pemanasan terhadap pelarut organic tidak boleh menggunakan

api langsung ?

Jawaban :

1. Perbedaan antara senyawa polar dan senyawa non-polar adalah

 Senyawa polar adalah senyawa yang merupakan momen dipol lebih

besar daripada nol karena molekul yang menyusun adalah molekul

yang mempunyai yang tidak sejenis dan memiliki perbedaan

keelektronegatifan serta mempunyai struktur bangun asimetris.

Senyawa polar terjadi karena perbedaan keelektronegatifan didalam

ikatan kovalen sehingga menimbulkan pebedaan muatan parsial atom-

atom penyusun molekul,. Pebedaan ini mengakibatkan senyawa

mempunyai dipol-dipol dan bersifat polar.

 Senyawa non-polar adalah senyawa yang mempunyai momen dipol

sama dengan nol (μ = 0). Hal ini dikarenakan molekul yang

mempunyai atom sejenis atau molekul tidak sejenis tetapi rumus

bangunnya berbentuk asimetris, sehingga tidak ada kecenderungan

titik berat elektron menuju salah satu molekul. Senyawa non-polar

terjadi karena atom dalam keelektronegatifan yang sama atau hampir

sama membentuk ikatan kovalen, dimana kedua atom menerapkan

Sifat-Sifat Pelarut Organik 30


tarikan yang sama/hampir sama terhadap elektron ikatnya. Hal ini

menyebabkan senyawa bersifat non-polar.

2. Pemanasan terhadap pelarut organik tidak boleh menggunakan api

langsung karena ikatan yang terjadi pada pelarut organik adalah ikatan

kovalen, sehingga apabila dipanaskan secara langsung akan berakibat

mudah putusnya ikatan antara karbon. Pemutusan ikatan tersebut dapat

menyebabkan senyawa organik itu mudah terbakar dan mudah rusak,

sehingga tidak dapat digunakan lagi karena terjadi perubahan bentuk

molekul senyawa.

B. PERTANYAAN

1. Berdasarkan srukturnya, kelompokkan kepolaan pelarut-pelarut yang

digunakan

2. Berdasarkan hasil percobaan, bagaimana sifat kepolaran sample A, B, C,

D, dan E

3. Berdasarkan struktur, kelompokkan kepolaran A, B, C, D, dan E

Jawaban

1. Berdasarkan strukturnya kepolaran pelarut-pelarut yang digunakan pada

percobaan, yaitu :

 Pelarut polar : air, metanol dan etanol

 Pelarut non-polar : benzena, sikloheksana, n-heksana dan kloroform.

2. Berdasarkan hasil pengamatan, sifat kepolaran sampel A, B, C, D, E

adalah

Sifat-Sifat Pelarut Organik 31


Sampel A (sukrosa) bersifat polar

Sampel B (naftalena) bersifat non-polar

Sampel C (vaselin) bersifat non-polar

Sampel D (aquades) bersifat polar

Sampel E (n-heksana) bersifat non-polar.

3. Berdasarkan strukturnya, kelompok kepolaran sampel A, B, C, D, dan E

yaitu :

 Senyawa polar : sampel A (sukroa) dan D (aquades)

 Senyawa non-polar : sampel B(naftalena), C(vaselin), dan E(n

heksana).

Sifat-Sifat Pelarut Organik 32


LAMPIRAN FOTO

Bahan-bahan yang digunakan Sampel sebelum dicampurkan

Sampel E (air)setelah dicampurkan ke dalam pelarut sikloheksana, metanol,


n-heksena, benzena, etanol, kloroform, aquades

Sifat-Sifat Pelarut Organik 33


Melarutkan sampel A (sukrosa) ke dalam pelarut sikloheksana,

metanol, n-heksena, benzena, etanol, kloroform, aquades

kloroform, n-heksana, sikloheksana. Melarutkan vaselin ke

dalam pelarut methanol, etanol, aquades, benzena,

Sifat-Sifat Pelarut Organik 34


Melarutkan sampel naftalen ke dalam pelarut methanol,

aquades, etanol, benzena, kloroform, n-heksana, dan

sikloheksana

Melarutkan sampel benzene ke dalam pelarut n-heksana,

sikloheksana, aquades, kloroform, metanol, etanol dan benzena

Sifat-Sifat Pelarut Organik 35


FLOW CHART

1. Kelarutan Suatu Zat Dalam Pelarut Organik

10 mg sampel A + 1 mL benzena

-Memasukkan ke dalam tabung reaksi

-Mengaduk

-Mengamati yang terjadi

Larutan homogen Campuran heterogen

- Memanaskan di dalam
penangas air sampai
mendidih
- Mengamati yang terjad

Campuran homogen Campuran homogen

Catatan:

 Mengulangi percobaan dengan mengganti pelarut benzena dengan pelarut yang


telah ditentukan. (benzena, etanol, metanol, sikloheksana, kloroform, n-heksana,
dan aquades)
 Melakukan hal yang sama dengan sampel B dan C
 Jika sampel tidak larut dipanaskan terdahulu.

Sifat-Sifat Pelarut Organik 36


2. Pencampuran Antar Pelarut Organik

1 mL sampel D + 1 mL benzena

- Memasukkan ke dalam tabung reaksi


-Mengocok
-Mengamati yang terjadi

Larutan homogen Campuran heterogen

Catatan:

- Mengulangi percobaan dengan mengganti pelarut benzena dengan

pelarut lain yang telah ditentukan (benzena, etanol, metanol

sikloheksana, kloroform, n-heksana, dan aquades)

- Melakukan hal yang sama dengan sampel E.

Sampel A : sukrosa

Sampel B : naftalena

Sampel C : vaselin

Sampel D : aquades

Sampel E : n-heksana

Sifat-Sifat Pelarut Organik 37

Anda mungkin juga menyukai