Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VC

M. Sofyan Ali 23010117140052


Remi Prehatin 23010117120066
Azki Azhari A. 23010117140066
Maulana Samsudin 23010117140067

-
LABORATORIUM ILMU NUTRISI DAN PAKAN
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum

Kelompok :V

Kelas :C

Tanggal : Desember 2018

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si. Kamilia Afliha


NIP. NIM. 23010116130215

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah


Bahan Pakan Formulasi Ransum

Dr. Ir. Marry Christiyanto, M.P.


NIP. 197012251993031001
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum

Kelompok :V

Kelas :C

Tanggal : Desember 2018

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si. Kamilia Afliha


NIP. 19890704 20018007 1 001 NIM. 23010116130215

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah


Bahan Pakan Formulasi Ransum

Dr. Ir. Marry Christiyanto, M.P.


NIP. 19701225 199303 1 001
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum

Kelompok :V

Kelas :C

Tanggal : Desember 2018

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si. Kamilia Afliha


NIP. 19890704 20018007 1 001 NIM. 23010116130215

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah


Bahan Pakan Formulasi Ransum

Dr. Ir. Eko Pangestu, M.P.


NIP. 19571030 198603 1 002
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum

Kelompok :V

Kelas :C

Tanggal : Desember 2018

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si. Kamilia Afliha


NIP. 19890704 201807 1 001 NIM. 23010116130215

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah


Bahan Pakan Formulasi Ransum

Prof. Dr. Ir. Bambang Sukamto, M.S.


NIP. 19530216 198103 1 004
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum

Kelompok :V

Kelas :C

Tanggal : Desember 2018

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si. Kamilia Afliha


NIP. 19890704 2001807 1 001 NIM. 23010116130215

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah


Bahan Pakan Formulasi Ransum

Prof. Ir. Vitus Dwi Yunianto B. I., M.S. M.Sc. Ph.D


NIP. 19590615 198503 1 004
ACARA 1
IDENTIFIKASI BAHAN PAKAN
SECARA INTERNASIONAL
IDENTIFIKASI BAHAN PAKAN SECARA INTERNASIONAL

Berdasarkan praktikum dengan materi identifikasi bahan pakan secara

internasional dibagi menjadi 8 kelas yaitu hijauan kering/pakan kasar, hijauan

segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan

zat aditif.

1. Hijauan Kering/Hay/Pakan Kasar

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Bahan Pakan Hijauan Kering/Hay/Pakan Kasar


Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman nutrisi
1. Jerami Padi Bentuk: Sejajar KA : 14,87 1 Lazim Asam
Tekstur: Kasar PK : 5,21 Fitat
Warna: Coklat LK : 1,17
Muda SK : 26,77
Bau: Khas Padi TDN : 48
Ca : 0,35
P : 0,5
2. Rumput Bentuk: Sejajar KA : 13,52 1 Lazim Asam
Lapangan Tekstur: Kasar PK : 15,11 Oksalat
Warna: Coklat LK : 0,41
Muda SK : 45,28
Bau: Khas TDN : 47
Rumput Kering Ca : 0,62
P : 0,74

3. Rumput Bentuk: Sejajar KA : 13,52 1 Lazim Asam


Gajah Tekstur: Kasar PK : 15,11 Oksalat
Warna: LK : 0,41
kecoklatan SK : 45,28
Bau: Khas TDN : 38
Rumput kering Ca : 0,62
P : 0,74

4. Kulit Bentuk : KA : 12,63 4 Tidak -


Kacang Serpihan PK : 5,77 Lazim
Tanah Tekstur : Kasar LK : 2,51
Warna : Coklat SK : 73,37
Bau : Kacang EM : 629
TDN : 19
Ca : 0,05
P : 0,6
Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman nutrisi
5. Janggel Bentuk : KA : 23,39 4 Lazim -
Jagung Bongkahan PK : 5,62
Tekstur : Kasar LK : 1,58
Warna : Coklat SK : 25,25
Bau : Jagung TDN : 51
Ca : 0,5
P : 0,75
6. Kulit Kopi Bentuk : KA : 8,23 4 Tidak Tanin
Serpihan PK : 11,17 Lazim
Tekstur : Kasar LK : 2,5
Warna : Coklat SK : 21,74
kehitam TDN : 54
Bau : Kopi Ca : 0,65
P : 0,8

Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Berdasarkan hasil dari praktikum uji organoleptik terdiri atas jerami padi,

rumput lapangan, rumput gajah, kulit kacang tanah kulit kopi dan janggel jagung.

Uji organoleptik jerami padi, rumput gajah dan rumput lapang memiliki bentuk

daun sejajar, berwarna coklat dan teksturnya kasar. Menurut Subekti (2009)

bahwa hijauan kering (jerami padi) yang baik berwarna hijau kecoklatan, tekstur

kasar dan tidak mudah patah. Uji organoleptik kulit kopi, kulit kacang tanah dan

janggel jagung memiliki tekstur kasar dan warna coklat. Menurut Zubaili et al.

(2017) bahwa limbah pertanian seperti kulit kacang memiliki tekstur kasar

sehingga palatabilitas rendah.


Berdasarkan hasil dari praktikum kandungan nutrisi pada hijauan segar

memiliki kadar air sebesar 8,23% – 23,39%. Menurut Pertiwi (2010) bahwa jerami

padi, rumput gajah dan rumput lapang memiliki kadar air sekitar 12 – 16 %. Pakan

kasar memiliki kandungan serat kasar sebesar 21,74% – 73,37%. Menurut Fitriani

(2017) bahwa pakan sumber serat kasar memiliki kandungan dengan batasan 20%-
70%. Jadi jerami padi, rumput gajah, rumput lapang, kulit kacang tanah, kulit kopi

dan janggel jagung termasuk kedalam kelas hijauan kering/pakan kasar.

Hijauan kering/pakan kasar merupakan bahan pakan yang lazim digunakan

untuk ternak ruminansia karena memiliki kandungan serat kasar tinggi. Menurut

Sari et al. (2015) bahwa serat kasar tinggi akan mengaktifkan kerja dari

mikroorgansme dalam rumen. Jerami padi memiliki kandungan antinutrisi berupa

asam fitat yang merugikan. Asam Oksalat pada bahan pakan dapat menurunkan

dan mengikat ketersediaan mineral pada ternak. Menurut Mahyuddin et al. (2016)

bahwa kandungan zat antinutrisi pada bahan pakan dapat mengikat mineral seperti

kalsium pada bahan ternak. Asam fitat dapat mengikat kandungan mineral dalam

tubuh ternak sehingga ternak mengalami kekurangan mineral. Menurut Amalia

dan Yuliana (2013) bahwa zat antinutrisi berupa asam fitat yang terdapat pada

bahan pakan dapat mengikat protein dan mineral seperti Ca, Fe, P dan Zn,

sehingga penyerapan protein dan mineral kurang maksimal.

2. Hijauan Segar

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hijauan Segar


Kandungan Secara Secara Anti
No. Bahan Pakan Organoleptik
Nutrisi (%) Internasional Kelaziman nutrisi
1. Centro Bentuk: KA : 73 2 Lazim Mimosin
Menyirip PK : 19,9
Tekstur: Kasar LK : 3,6
Warna: Hijau SK : 31,2
Bau: Apek TDN : 40,7
Menyengat Ca : 1,57
P : 0,3
Kandungan Secara Secara Anti
No. Bahan Pakan Organoleptik
Nutrisi (%) Internasional Kelaziman nutrisi
2. Lamtoro Bentuk: KA : 65,45 2 Lazim Mimosin
Menyirip PK : 9,65
Tekstur: Kasar LK : 1,25
Warna: Hijau SK : 7,33
Bau: Khas TDN : 67
Daun Ca : 0,42
P : 0,12
3. Daun Turi Bentuk: KA : 2 Lazim Mimosin
Menyirip 57,95
Tekstur: Halus PK : 8,59
Warna: Hijau LK : 1,92
Kekuningan SK : 6,53
Bau: Harum TDN : 68
Khas Daun Ca : 0,32
P : 0,07
4. Rumput Bentuk: Sejajar KA : 69,11 2 Lazim Asam
Gajah Tekstur: Halus PK : 3,17 Oksalat
Warna: Hijau LK : 0,63
Pucat SK : 9,41
Bau: Khas TDN : 64
Rumput kering Ca : 0,23
P : 0,06
5. Gamal Bentuk: KA : 74,66 2 Lazim Mimosin
Menyirip PK : 11,42
Tekstur: Halus LK : 1,25
Warna: Hijau SK : 8,54
Bau: Harum TDN : 68
Khas Daun Ca : 0,5
P : 0,04
6. Kalopo Bentuk: KA : 63,32 2 Lazim Asam
Tekstur: PK : 6,88 Fitat
Warna: LK : 0,91
Bau: SK : 8,01
TDN : 65
Ca : 0,35
P : 0,14
7. Rumput Bentuk: Sejajar KA: 63,86 2 Lazim Asam
Lapangan Tekstur: Kasar PK: 5,5 Oksalat
Warna: Coklat LK: 0,42
Muda SK: 8,42
Bau: Khas TDN : 64
Rumput Kering Ca: 0,26
P : 0,01
Sumber: Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Berdasarkan uji organoleptik pada centro, lamtoro, daun turi, rumput gajah,

gamal, kalopo dan rumput lapang memiliki warna hijau. Menurut Wahyuningsih

(2010) bahwa hijauan merupakan bahan pakan hijaun berwarna hijau segar. Hijauan
segar seperti gamal memiliki bau khas hijaun. Menurut Gusasi (2014) bahwa

hijaun gamal memiliki bau khas hijauan yang berasal dari zat coumarin.

Berdasarkan hasil praktikum bahwa daun turi dan gamal memiliki kadar

air sebesar 57,95% – 74,66%. Menurut Subekti (2009) bahwa hijauan segar yang

baru dipotong memiliki kadar air sekitar 75% - 85%. Leguminosa dan rumput-

rumputan memiliki kandungan serat kasar sebesar 6,53% – 31,2%. Menurut

Ramdani et al. (2017) bahwa kandungan serat kasar pada hijauan segar tinggi

yaitu diatas 20%. Jadi centro, lamtoro, daun turi, rumput gajah, gamal, kalopo dan

rumput lapang termasuk dalam kelas hijauan segar.

Hijauan segar merupakan bahan pakan yang lazim digunakan karena

disukai ternak. Menurut Agustono et al. (2017) menyatakan bahwa hijauan segar

merupakan bahan pakan utama yang diberikan kepada ternak ruminansia untuk

menentukan produktifitas sehingga sering digunakan. Rumput-rumputan dan

leguminosa ada yang memiliki beberapa zat anti nutrisi yaitu asam oksalat, asam

fitat dan mimosin. Menurut Pahlawaningrum (2018) bahwa zat antinutrisi berupa

asam oksalat dihasilkan dari rumput-rumputan sedangkan zat antinutrisi berupa

mimosin dihasilkan dari leguminosa.


3. Silase

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Silase
Bahan Kandungan Secara Secara
No. Organoleptik Antinutrisi
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman
1. Silase Bentuk : KA : 27,56 3 Lazim -
Rumput Potongan PK : 10,2
Gajah Tekstrur : Kasar LK : 3,82
Warna : Coklat SK : 28,42
Bau : Apek TDN : 53
Ca : 0,32
P : 0,62
Sumber: Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Berdasarkan hasil pengamatan silase dapat diketahui bahwa bahan pakan

silase hanya terdapat satu bahan pakan. Organoleptik silase secara umum memiliki

bentuk berupa potongan, tekstur yang kasar dan padat, memiliki warna coklat

kehitaman, dan memiliki bau khas. Menurut Kurniawan et al.. (2015) bahwa warna

yang baik dan bagus pada silase yaitu berwarna coklat kehitaman, memiliki aroma

yang asam, dan teksturnya padat serta menggumpal. Silase rumput gajah memiliki

organoleptik berwarna coklat tua, tektur yang kasar dan baunya khas seperti tanah.

Menurut Sugiyono dan Wahyuni (2009) yang menyatakan warna silase rumput gajah

yaitu kecoklatan dan memiliki bau yang asam serta teksturnya kasar.

Silase rumput gajah memiliki kadar air sebesar 27,56 %. Menurut Qitri

(2011) bahwa silase rumput gajah mengandung kadar air sebesar 30 % - 45 %.

Silase rumput gajah mengandung serat kasar sekitar 28,42%. Menurut Hidayat

(2014) bahwa rumput gajah yang dibuat silase mengandung serat kasar sekitar

26,95%. Jadi silase rumput gajah termasuk dalam kelas silase


Silase rumput gajah merupakan bahan pakan yang sering digunakan untuk

ternak. Menurut Pujaningsih (2011) bahwa silase rumput gajah tergolong bahan

pakan yang lazim karena berasal dari tanaman hijauan, macam-macam silase

sendiri yaitu silase jagung, silase sorghum, dan silase rumput gajah. Rumput gajah

memiliki zat antinutrisi berupa asam oksalat, namun setelah melalui proses silase

zat antinutrisi tersebut dapat turun sehingga dapat meningkatkan palabilitas pada

ternak. Menurut Tumianti (2016) bahwa silase dapat mengurangi antinutrisi yang

terdapat pada bahan pakan yang mengakibatkan ternak tidak menyukai bahan

pakan yang belum diolah karena mengandung zat anti nutrisi.

4. Sumber Energi

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Sumber Energi


Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) International Kelaziman nutrisi
1 Molases Bentuk : Cair KA : 27,88 4 Lazim -
Tekstur : Kental PK : 8,5
Warna : Hitam LK : 0,78
Bau : Khas SK : 0,82
Molases TDN : 67
Ca : 0,45
P : 0,3
2 Pipil Bentuk : Butiran KA : 14,85 4 Lazim NSP
Jagung Tekstur : Kasar PK : 7,64
Warna : Kuning LK : 1,09
Bau : Jagung SK : 0,68
EM : 3.205
TDN : 66
Ca : 0,40
P : 0,60
3 Jewawut Bentuk : Butiran KA : 12,05 4 Lazim Asam
Tekstur : Kasar PK : 8,5 Fitat
Warna : Putih LK : 3,82
Bau : Khas biji SK : 9,42
serealia EM : 3.069
TDN : 63
Ca : 0,08
P : 0,12
Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) International Kelaziman nutrisi
4 Millet Bentuk : Butiran KA : 11,2 4 Lazim Asam
Merah Tekstur : Kasar PK : 10,94 Fitat
Warna : Merah LK : 3,84
Bau : Khas SK : 8,41
Serelia EM : 3.098
TDN : 65
Ca : 0,13
P : 0,42
5 Pollard Bentuk : Tepung KA : 10,56 4 Lazim Asam
Tekstur : Halus PK : 16,29 Fitat
Warna : Putih LK : 1,82
Bau : Padi SK : 12,92
EM : 2.662
TDN : 62
Ca : 0,15
P : 0,32
6 Gaplek Bentuk : KA : 15,88 4 Lazim HCN
Bongkahan PK : 10,24
Tekstur : Kasar LK : 4,82
Warna : Putih SK : 12,08
Bau : Singkong EM : 2.750
TDN : 64
Ca : 0,25
P : 0,41
7 Tepung Bentuk : Tepung KA : 13,85 4 Lazim NSP
Jagung Tekstur : Halus PK : 7,64
Warna : Kuning LK : 1,09
Bau : Jagung SK : 0,68
EM : 3.241
TDN : 66
Ca : 0,40
P : 0,60
8 Dedak Bentuk : Tepung KA : 8,73 4 Lazim Asam
Padi Tekstur : Halus PK : 9,96 Fitat
Warna : Coklat LK : 2,32
Bau : Padi SK : 18,51
EM : 2.530
TDN : 56
Ca : 0,75
P : 1,1
9 Limbah Bentuk : Tepung KA : 27,12 4 Tidak -
Roti dan Bongkahan PK : 5,24 Lazim
Tekstur : Halus LK : 15,32
dan kasar SK : 4,72
Warna : Coklat TDN : 80
Bau : Roti tengik Ca : 0,1
P : 0,25
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan bahwa bijian-bijian

seperti molasses, pipil jagung, jewawut, millet merah, pollard, gaplek, tepung
jagung, dedak padi dan limbah roti. Bahan pakan bijian memiliki organoleptik yang

mirip dengan millet merah yaitu memiliki tekstur yang keras. Menurut Hidayat

(2015) bahwa millet merah bertekstur keras. Molasses memiliki organoleptik bentuk

cairan kental dan berwarna coklat gelap. Menurut Yanuartono et al. (2017) bahwa

molasses memliki bentuk cairan yang kental berwarna coklat gelap.

Bahan pakan sumber energi memiliki kandungan energi sebesar 2.530 kal/g

– 3.241 kal/g. Menurut Wahyuni et al. (2008) bahwa standar kandungan energi

pada jagung 3394 kal/g. Bahan pakan sumber energi merupakan bahan pakan

yang mengandung TDN sebessar 56 % - 80 %. Menurut Saputro et al.. (2016)

bahwa TDN pada ddak padi sebesar 57,82 %. Jadi molasses, pipil jagung,

jewawut, millet merah, pollard, gaplek, tepung jagung, dedak padi dan limbah roti

termasuk dalam bahan pakan sumber energi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan bahwa bahan pakan

sumber energi secara keseluruhan lazim untuk digunakan pada ternak sedangkan

bahan pakan yang tidak lazim digunakan berupa kulit kacang tanah dan kulit kopi

yang berasal dari limbah pertanian Menurut Koni (2013) bahwa limbah pertanian

merupakan bahan tidak lazim atau inkonvensional. Zat anti nutrisi yang terkandung

berupa NSP dan asam fitat. NSP yang terkandung pada pipil jagung dan tepung

jagung dapat mengakibatkan terhambatnya penyerapan nutrisi pada ternak. Menurut

Haryati et al. (2010) bahwa NSP dapat menghambat penyerapan nutrisi pada ternak.

Asam Fitat yang terkandung dalam dedak padi, millet merah, jewawut dan pollard

dapat mengakibatkan berkurangnya zat mineral. Menurut Fathul dan


Wajizah (2010) bahwa Asam fitat dapat menurunkan ketersedian zat mineral pada

ternak.

5. Sumber Protein

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh sebagai berikut :

Tabel 5. Sumber Protein


Bahan Kandungan Secara Secara
No Organoleptik Anti nutrisi
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman
1. Corn Bentuk : KA : 17,45 5 Lazim -
Gluten serbuk PK : 24,91
Feed Tekstur : halus LK : 8,22
(CGF) Warna : coklat SK : 8,19
Bau : EM : 3.043
TDN : 75
Ca : 0,58
P : 0,44
2. Daun Bentuk : daun KA : 11,88 5 Lazim Tanin
Sengon Tekstur : halus PK : 22,04
Warna : hijau LK : 1,82
Bau : khas SK : 34,74
daun TDN : 49
Ca : 0,23
P : 0,51
3. DDGS Bentuk : KA : 12,82 5 Lazim -
Jagung Tekstur : PK : 25,08
Warna : LK : 7,86
Bau : SK : 9,24
EM : 3.178
TDN : 74
Ca : 0,44
P : 0,59
4. Poulry Bentuk : KA : 11,88 5 Lazim
Meat serbuk PK : 48,78
Meal Tekstur : kasar LK : 10,42
(PMM) Warna : coklat SK : 8,42
Bau : amis EM : 2.921
Ca : 10,42
P : 3,85

5. Ampas Bentuk : tidak KA : 8,78 5 Lazim Anti Tripsin


Tahu teratur PK : 26,18
Tekstur : kasar LK : 4,82
Warna : putih SK : 8,44
Bau : apek EM : 3.167
TDN : 71
Ca : 0,26
Bahan Kandungan Secara Secara
No Organoleptik Anti nutrisi
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman
P : 0,4
6. Bungkil Bentuk : KA : 13,48 5 Lazim Anti Tripsin
Sawit serbuk PK : 34,11
Tekstur : kasar LK : 11,9
Warna : coklat SK : 11,85
hitam EM : 3.064
Bau : apek TDN : 80
Ca : 0,5
P : 0,4
7. Bungkil Bentuk : KA : 10,59 5 Lazim Anti Tripsin
Kedelai butiran PK : 52,07
Tekstur : kasar LK : 1,01
Warna : coklat SK : 5,53
Bau : khas EM : 3.001
kedelai TDN : 78
Ca : 0,6
P : 0,8
8. Tepung Bentuk : KA : 9 5 Lazim -
Ikan serbuk PK : 53,67
Tekstur : kasar LK : 4,73
Warna : putih SK : 5,11
coklat EM : 3.018
Bau : amis Ca : 5,45
P : 2,5
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Berdasarkan praktikum uji terdiri atas bungkil sawit, bungkil kedelai,

poultry meat meal (PMM), daun sengon, dried distillers grains with soluble

(DDGS), corn gluten feed (CGF), bungkil kopra, tepung ikan dan ampas tahu.

Organoleptik diperoleh hasil bahwa ciri organoleptik dari tepung ikan memiliki

bau yang amis khas ikan. Menurut Sa’diyah et al. (2016) bahwa bau khas tepung

ikan berbau amis. Bentuk organoleptik dari bahan sumber protein berbentuk

tepung yang memiliki tekstur halus. Menurut Atmaka dan Bambang (2010) bahwa

tepung merupakan butiran – butiran yang bertekstur halus.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa sumber protein memiliki

kandunga protein kasar sebesar 22,04 % - 53,67 %. Menurut Rahmat dan Harianto

(2017) bahwa bahan pakan sumber protein mengandung protein kasar di


atas 20%. Protein kasar tertinggi pada tepung ikan sebesar 53,67 %. Menurut

Siswati et al. (2010) bahwa tepung ikan memiliki kandungan protein kasar yang

berbeda antara 50 - 70%. Jadi bungkil sawit, bungkil kedelai, poultry meat meel

(PMM), daun sengon, dried distillers grains with soluble (DDGS), corn gluten

feed (CGF), bungkil kopra, tepung ikan dan ampas tahu termasuk dalam bahan

pakan sumber protein.

Bahan pakan lazim digunakan sebagai pakan ternak karena pakan sumber

protein dikatakan lazim karena sering digunakan, tidak merupakan pangan

manusia, dan tidak tekandung banyak zat antinutrisi. Menurut Resnawati (2014)

bahwa pakan lazim dan tidak lazim dapat dimanfaatkan secara maksimal guna

menekan serendah mungkin penggunaan bahan pakan import. Zat antinutrisi yang

terkandung berupa antitripsin dan tanin. Antitripsin pada bahan pakan ampas tahu,

bungkil sawit dan bungkil kedelai dapat mengganggu kecernaan protein. Menurut

Parmesta et al.. (2016) bahwa antitripsin merupakan senyawa yang dapat

menghambat kecernaan protein dengan cara mengganggu aktivitas enzim

proteolitik yang dapat mengurangi daya cerna protein dan dapat menyebabkan

pembengkakan pankreas. Tanin yang terkandung dalam daun sengon dapat

megakibatkan pengikatan protein, selulosa dan hemiselulosa sehingga

menghambat kinerja enzim. Menurut Puastuti et al. (2010) bahwa tingginya tanin

dapat mengakibatkan pengiikatan terhadap protein, selulosa dan hemiselulosa dan

menghambat kinerja enzim pencernaan ternak.


6. Sumber Mineral

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh sebagai berikut :

Tabel 6. Sumber Mineral.


Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) International Kelaziman Nutrisi
1 Garam Bentuk : Butiran KA : 24,74 6 Lazim -
Tekstur : Kasar PK :0
Warna : Putih LK :0
Kusam SK :0
Bau : Garam TDN : 63
Ca : 0
P:0
2 Tepung Bentuk : KA : 5,88 6 Lazim -
Tulang Tepung PK : 6,88
Ikan Tekstur : Halus LK :0,42
Warna : Putih SK : 1,51
Bau : Amis EM : 1.985
TDN : 67
Ca : 35,02
P : 5,66
3 Kapur Bentuk : KA : 5,38 6 Lazim -
Tepung PK : 1,38
Tekstur : Halus LK : 0,22
Warna : Putih SK : 1,44
Bau : Kapur EM : 2.027
TDN : 65
Ca : 66,65
P : 10,21
4 CaCO3 Bentuk : KA : 8 6 Lazim -
Tepung PK : 0
Tekstur : Halus LK : 0
Warna : Putih SK : 0
Bau : Seperti EM : 1.802
kapur agak TDN : 66
menyengat Ca : 25,52
P : 10,5
5 Tepung Bentuk : KA : 4,96 6 Lazim -
Cangkang Tepung PK : 1,24
Telur Tekstur : Halus LK : 0,24
Warna : Putih SK : 1,44
Bau : Khas EM : 2.255
cangkang TDN : 65
Ca : 23,55
P : 8,12
Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) International Kelaziman Nutrisi
6 Tepung Bentuk : KA : 11,86 6 Lazim Kitin
Cangkang Tepung PK : 10,55
Rajungan Tekstur : Halus LK : 1,52
Warna : Putih SK : 2,49
Bau : Amis EM : 1.888
TDN : 70
Ca : 10,27
P : 4,28
7 Biji Batu Bentuk : Butiran KA : 10,75 6 Tidak -
Tekstur : Kasar PK : 0 Lazim
Warna : Putih LK : 0
Bau : Batu SK : 0
EM : 1.521
TDN : 67
Ca : 30,42
P : 12,5
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Berdasarkan data yang diperoleh keseluruhan bahan pakan terdiri atas garam,

kapur, CaCO3, tepung tulang ikan, tepung cangkang telur, tepung cangkang rajungan

dan biji batu berbentuk tepung seperti tepung tulang ikan, tepung kapur, CaCO3,

tepung cangkang rajungan dan tepung cangkang telur yang memiliki tekstur yang

halus. Menurut Marbun et al. (2018) bahwa tepung merupakan partikel yang

berbentuk halus. Garam memiliki tekstur yang kasar dan keras. Menurut Arwiyah et

al. (2015) bahwa garam berasal dari laut yang memiliki tekstur keras.

Berdasarkan data yang diperoleh kandungan kalsium sebesar 0 % - 66,65

%. terutama pada bagian kalsium. Menurut Putranto et al. (2015) bahwa tepung

tulang ikan mengandung 35,81% kalsium. Kandungan fospor yang diperoleh

sebesar 0 % - 12,5 %. Menurut Yanuar et al.. (2009) bahwa tepung cangkang

rajungan memiliki kandungan fosfor sebesar 1,81%. Jadi garam, kapur, CaCO3,

tepung tulang ikan, tepung cangkang telur, tepung cangkang rajungan dan biji

batu termasuk dalam kelas pakan sumber mineral.


Garam, tepung tulang ikan, CaCO3, kapur, tepung cangkang telur dan

tepung cangkang rajungan merupakan bahan pakan yang lazim digunakan,

sedangkan biji batu merupakan bahan pakan jarang digunakan sebagai pakan serta

berasal dari serpihan batu. Menurut Triani (2017) bahwa biji batu merupakan

bahan pakan alternatif yang bersifat inkonvensional, berasal dari limbah pertanian

atau bidang lain. Zat antinutrisi yang terdapat pada bahan pakan sumber mineral

adalah kitin (bersifat mengganggu kecernaan ternak). Menurut Saenab et al..

(2010) bahwa tingginya kadar kitin dapat menggungu kecernaan pada ternak.

3.7. Sumber Vitamin

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh sebagai berikut :

Tabel 6. Sumber Vitamin


Kandungan Secara Secara Anti
No Bahan Pakan Organoliptik
Nutrisi (%) Internasional Kelaziman nutrisi
1. Vita Chick Bentuk: tepung KA: - 7 Lazim -
Tekstur : halus PK: -
Warna : kuning LK: -
Bau : obat SK: -
EM : -
Ca : -
P:-
2. Vita Stress Bentuk: tepung KA: - 7 Lazim -
Tekstur : halus PK: -
Warna : kuning LK: -
Bau : obat SK: -
EM : -
Ca : -
P:-
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa uji organoleptik terdiri

atas vita chick dan vita stress merupakan cara pengujian dengan indera manusia untuk

pengukuran daya terima terhadap suatu bahan. Uji organoleptik meliputi


pengujian bentuk, tekstur, warna, dan bau. Menurut Ismanto et al.. (2010) bahwa

pengujian organoleptik dilakukan dengan menguji warna, bau, tekstur, dan

bentuk. Bahan pakan vitamin didapat hasil uji organoleptik yaitu, bentuknya

tepung, bertekstur halus, memiliki warna kuning dan tidak berbau. Menurut

Yaman (2013) bahwa bahan pakan suplemen tambahan memiliki tekstur yang

halus dan tidak berbau.

Vita stress mengandung vitamin A 6 × 106 IU, D3 1,2 × 106 IU, E 2,5 × 103

IU, K 3 × 106 mg, B1 2 × 103 mg, B2 3× 103 mg, B6 1 × 103 mg, B12 2 mg, C 2 ×

104 mg, asam nikotin, kalsium D- Pantotenat, natrium, kalsium dan magnesium (PT

Medion). Menurut Fatkumala (2016) bahwa kandungan dalam vita stress yaitu

vitamin A, D3, E, K, B1, B2, B6, B12, C, asam nikotin, kalsium D- Pantotenat,

natrium, kalsium dan magnesium. Vitachick mengandung bacitracin MD, vitamin A 5

× 106 IU, D3 5 × 105 IU, E 2,5 × 103 IU, K3 1 × 103 mg, B1, B2, B6, B12 1 mg, C 1

× 103, nikotinic acid, Calcium D- pantothenate. Menurut Imama (2017) bahwa

kandungan dari vitachick berupa mengandung bacitracin MD, vitamin A, D3, E, K3,

B1, B2, B6, B12, C, nikotinic acid, Calcium D- pantothenate.

. Sumber vitamin yang diberikan kepada ternak akan mempengaruhi

terhadap pertumbuhan bobot ternak. Menurut Kusumasari et al. (2013) yang

menayatakan bahwa vitamin dapat mempengaruhi pertumbuhan bobot pada

ternak. Vitachick diberikan pada ternak unggas berfungsi untuk meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap penyakit. Menurut Pravita et al. (2016) bahwa

pemberian vitachick dapat memberikan daya tahan tubuh pada ternak unggas.
Pemberian vitamin pada ternak merupakan suatu yang lazim, karena vitamin

dapat membantu proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Menurut Yulianti

(2008) menyatakan bahwa vitamin A berfungsi dalam diferensiasi sel, perkembangan

dan pertumbuhan serta reproduksi. Bahan pakan sumber vitamin tidak terdapat zat

antinutrisi dan merupakan antioksidan. Menurut Kusumasari et al. (2013) bahwa

vitamin A dan vitamin E dapat menjadi antioksidan.

8. Zat Aditif

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh sebagai berikut :

Tabel 8. Zat Aditif


Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman nutrisi
1 Asam Bentuk: Butiran KA : - 8 Tak Lazim
Sitrat Tekstur: Kasar PK : -
Warna : Putih LK : -
Bau : Khas SK : -
EM : -
Ca : -
P:-
2 Lysine Bentuk: Butiran KA : 21,36 8 Lazim
HCl Tekstur: Kasar PK : 21,47
Warna : Coklat LK : 1,56
Bau : Khas SK : 0,31
Tanah EM : 2521
Ca : 0,71
P:-
3 L Bentuk: Tepung KA : - 8 Lazim
Metionin Tekstur: Halus PK : -
Warna : Coklat LK : -
Bau : Amis SK : -
Telur EM : -
Ca : -
P:-
4 Premik Bentuk: Tepung KA : 9,92 8 Lazim -
Tekstur: Halus PK : 0
Warna : Coklat LK : 0
Muda SK : 0
Bau : Busuk EM : 3.187
TDN : 62
Ca : 10,41
P : 5,84
Bahan Kandungan Secara Secara Anti
No Organoleptik
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman nutrisi
5 Tepung Bentuk: Tepung KA : 12,87 8 Tak Lazim Tanin
Daun Tekstur: Halus PK : 12,53
Yakon Warna : Hijau LK : 4,28
Bau : Seperti SK : 26,42
Teh EM : 2.930
TDN : 53
Ca : 0,44
P : 0,22
6 Tepung Bentuk: Tepung KA : 19,96 8 Tak Lazim Tanin
Biji Tekstur: Halus PK : 0,32
Alpukat Warna : Coklat LK : 1,88
Bau : Khas SK : 10,24
EM : 1520
Ca : 0,28
P :
7 Urea Bentuk: Butiran KA : 25,41 8 Tak Lazim -
Tekstur: Kasar PK : 20,63
Warna : Merah LK : 0,61
Muda SK : 0,73
Bau : Amis EM : 2164
Ca : 3,41
P:-
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.

Hasil praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ditentukan bahwa

zat aditif terdiri atas premix, L metionin, lysin HCl, asam sitrat, tepung daun

yakon, urea dan tepung biji alpukat salah satunya urea memiliki ciri berbentuk

butiran dan bertekstur kasar. Menurut Tatra (2010) bahwa urea merupakan salah

satu zat aditif yang memiliki ciri berbentuk butiran dan bertekstur kasar, serta

berwarna merah muda. Premix merupakan bahan pakan zat aditif yang bertekstur

halus. Menurut Farban dan Mulki (2003) bahwa premix memiliki aroma yang

khas, tidak berbau dan bertekstur halus.

Kandungan kalsium sebesar 0,28 % - 10,41 %. Menurut Patricia (2015)

bahwa daun yakon memiliki kandungan kalsium 6 % - 13 % bahwa premix memiliki

kandungan kalsium sebesar. Kandungan fosfor sebesar 0,22 % - 5,84 %. Menurut

Prasetyowati et al (2010) bahwa kandung fosfor pada alpukat sebesar 0,20


%. Jadi premix, L metionin, lysin HCl, asam sitrat, tepung daun yakon, urea dan

tepung biji alpukat termasuk dalam kelas zat aditif.

Mulyono et al. (2009) bahwa zat aditif merupakan kelas terakhir yang

memiliki fungsi utama adalah sebagai antibiotik yang mengatur komposisi

mikrobia pada ternak dengan menekan mikroorganisme patogen yang ada saluran

pencernaan. Penggunaan zat aditif juga dapat meningkatkan selera makan dari

ternak. Menurut Guntoro (2012) berpendapat bahwa pemberian aditif tertentu

berguna bagi peningkatan selera makan pada ternak itu sendiri.

Urea termasuk zat aditif yang tak lazim digunakan. Menurut Alamsyah

dan Muhamad (2012) menyatakan bahwa urea merupakan bahan yang tak lazim

digunakan untuk ternak, karena biasanya digunakan sebagai pupuk pada tanaman.

Bahan pakan zat aditif terdapat bahan yang mengandung antrinutrisi berupa tanin.

Menurut Nutigusti et al.. (2013) menyatakan bahwa adanya kandungan tanin dan

saponin pada bahan pakan zat aditif tertentu dapat menurunkan kecernaan karena

terdapat zat antrinutrisi didalamnya.


SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa

bahan pakan secara internasional terdapat delapan kelas. hijauan kering/pakan kasar

(jerami padi, rumput gajah, rumput lapang, kulit kacang tanah, kulit kopi dan janggel

jagung) , hijauan segar (centro, lamtoro, daun turi, rumput gajah, gamal, kalopo dan

rumput lapang), silase (silase rumput gajah), sumber energi (molasses, pipil jagung,

jewawut, millet merah, pollard, gaplek, tepung jagung, dedak padi dan limbah roti),

sumber protein (bungkil sawit, bungkil kedelai, poultry meat meel (PMM), daun

sengon, dried distillers grains with soluble (DDGS), corn gluten feed (CGF), bungkil

kopra, tepung ikan dan ampas tahu), sumber mineral (garam, kapur, CaCO3, tepung

tulang ikan, tepung cangkang telur, tepung cangkang rajungan dan biji batu), sumber

vitamin (vita chick dan vita stress) dan zat aditif (premix, L metionin, lysin HCl, asam

sitrat, tepung daun yakon, urea dan tepung biji alpukat).


DAFTAR PUSTAKA

Agustono, B., M. Lamid, A. Ma’ruf, M. T. E. Purnama. 2017. Identifikasi limbah


pertanian dan perkebunan sebagai bahan pakan inkonvensional di
Banyuwangi. J. Medik Veteriner. 1 (1) : 12 – 22.

Alamsyah, S. dan Y. K. Muhamad. 2012. Uji organoleptik, fisik dan kimia pakan
buatan untuk ikan bandeng yang disubtitusi dengan tepung cacing tanah. J.
Akuakultur Indonesia. 11 (20) : 124 – 131.

Amalia, R. dan R. Y. S. Yuliana. 2013. Fermentasi substrat pada kulit singkong


sebagai bahan pakan ternak unggas. J. Teknologi Kimia dan Industri. 2 (3) :
17 – 23.

Arwiyah, M. Zainuri dan M. Efendy. 2015. Studi kandungan NaCl di dalam air
baku dan garam yang dihasilkan serta produktivitas lahan garam
menggunakan media meja garam yang berbeda. J. Kelautan. 8(1) : 1 - 9.

Atmaka, W. dan S. A. Bambang. 2010. Kajian karakteristik fisikokimia tepung


instan beberapa verietas jagung (Zea mays L.). J. Teknologi Hasil Pertanian.
3 (1) : 13 - 20.

Farban, E. dan M. Mulki. 2003. Kajian Proses Pembuatan Premix Tahu Instan
Fungsional dari Tepung Kedelai Berlemak Penuh. IPB, Bogor.

Fathul, F dan S. Wajizah, 2010. Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam


ransum terhadap aktivitas biofermentasi rumen domba secara in vitro. Jurna
lImu Ternak dan Veteriner, 15 (1) : 9 - 15.

Fatkumala, R. 2016. Performa Ayam Broiler yang Diberi Ekstrak Daun


Babadotan Babadotan (Ageratum conyzoides Linn.) dalam Air Minum dan
Kepadatan Kandang Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.(Skripsi Sarjana Peternakan)

Fitriani. 2017. Kandungan protein kasar dan serat kasar pakan komplit berbasis
tongkol jagung dengan penambahab azolla sebagai pakan ruminansia. J.
Galung Tropika. 6 (1) : 12 – 18.

Guntoro, S. 2012. Meramu Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. Agromedia


Pustaka, Jakarta.

Haryati, T., P. A. Marbun dan T. Purwadaria. 2010. Preservasi xilanase bacillus


pumilus pu4-2 dengan teknik imobilasi pada pollard dan penambahan
kation. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 15 (1) : 63 – 71.
Hidayat, C. 2015. Peluang Penggunaan Kulit Singkong Sebagai Pakan Unggas.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian
Ternak, Bogor.

Hidayat, N. 2014. Karakteristik dan kualitas silase rumput raja menggunakan


berbagai sumber dan tingkat penambahan karbohidrat. J. Agripet. 14 (1) : 42
- 49.

Imama, N. O. 2017. Pemberian Sari Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L.) sebagai
Acidifier terhadap Organ Dalam dan Malondialdehil Hati Puyuh. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan)

Ismanto, A., Masni, dan Belgis C. 2010. Pengaruh penambahan kunyit (Curcuma
domestica val) atau temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) dalam air
minum terhadap presentase dan kualitas organoleptik karkas ayam broiler. J.
Teknologi Pertanian. 6 (1) : 7 - 14.

Koni, T. N. I. 2013. Pengaruh pemanfaatan kulit pisang yang difermentasi


terhadap karkas broiler. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 18 (2) : 153 -157.

Kurniawan, D. 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter pada Pembuatan


Silase terhadap Kualitas Fisik dan pH Silase Ransum Berbasis Limbah
Pertanian. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 3 (4) : 191 - 195.

Kusumasari, D. P., I. Mangisah dan I Estiningdriati. 2013. Pengaruh penambahan


vitamin A dan E dalam ransum terhadap bobot telur dan mortalitas embrio
ayam kedu hitam. J. Animal Agriculture. 2 (1) : 191 - 200.

Mulyono, R. Marwani dan F. Wahyono. 2009. Kajian penggunaan probiotik


Saccharomyces cereviceae sebagai alternatif aditif antibiotik terhadap
pegunaan protein dan energi pada Ayam Broiler. J. Indonesian Tropica
Animal Agriculture. 34 (2): 145 – 151.

Nutigusti, P.,M. Bata dan B. Rustomo. 2013. Pengaruh penambahan tepung daun
waru (hibiscus tiliaceus) dalam ransum sapi lokal berbasis jerami padi
amoniasi terhadap kecernaan protein kasar dan serat kasar. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1 (2): 669 – 676.

Pahlawaningrum, N. 2018. Perubahan Kandungan Senyawa Mimosin, Asam Fitat


dan Tanin selama Fermentasi Biji lamtoro ( Leucaena leucocephala )
Menggunakan Rhicopus Oligosporus Saito. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Surakarta. (Skripsi Sarjana Peternakan)

Parmesta, S., H. Supratman dan H. Setiyatwan. 2016. Nilai energi metabolis dan
retensi nitrogen ransum yang mengandung kedelai (glycine max) hasil
fermentasi pada ayam broiler. J. Peternakan. 5 (1) : 1 – 8.
Patricia, M. 2015. Efek Ekstrak Daun Yakon (Smallanthus Sonchifolius) terhadap
Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kolesterol Tikus yang Diinduksi
Streptozotosin. Fakultas Kedoketeran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. (Skripsi Sarjana Kedokteran)

Pertiwi, S. 2010. Pengaruh Penggunaan Ampas Ganyong (Canna edulis kerr)


Fermentasi dalam Ransum terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
Organik Domba Lokal Jantan. Fakultas Peternakan. Universitas Debelas
Maret, Surakarta. (Skripsi Sarjana Peternakan)

Prasetyowati, R. Pratiwi dan F. Tris. 2010. Pengambilan minyak biji alpukat (persea
americana mill) denga metode ekstraksi. J. Teknik Kimia. 2 (17) : 16 - 24.

Pravita, N. P. W. N., L. G. N. G. Bidura dan D. P. M. A. Candrawati. 2016.


Persentase daging dada dan paha broiler yang diberi pakan mengandung
ampas tahu terfermentasi dengan khamir saccharomyces sp.sebagai inokulan
probiotik. J. Peternakan Tropika. 4 (1) : 184 -195.

Puastuti, W., D. Yulistiani dan I. W. Mathius. 2010. Pengaruh pencampuran cairan


batang pisang dab pemanasan terhadap degradasi bungkil kedelai di dalam
rumen domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 15 (1) : 1 – 8.

Pujaningsih, R.I. 2011. Kodok Lembu. Kanisius, Yogyakarta.

Putranto, H. F., A. N. Asikin, dan I. Kusumaningrum. 2015. Karakteristis tepung


tulang ikan belida (chitala sp.) sebagai sumber kalsium dengan metode
hidrolisis protein. J. Ziraa’ah. 40 (1) : 11 – 20.

Qitri, N. A. 2011. Evaluasi Kulitas Silase Ransum Komplit Bhan Dasar Hijauan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dan Daun Rami (Boehmeria nivea,
L. GAUD) pada Silo yang Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan).

Rahmat dan Harianto, B. 2017. Pakan Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Resnawati, H., dan Bintang, A. K. 2014. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Pada
Periode Pertumbuhan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Saenab, A., E. B. Laconi, Y. Retnani dan M. S. Mas’ud. 2010. Evaluasi kualitas


pelet ransum komplit yang mengandung produk samping udang. J. Ilmu
Ternak dan Veteriner. 19 (3) : 31 – 39.
Sa’diyah, H., A. F. Hadi dan N. Ilminnafik. 2016. Pengembangan usaha tepung
ikan di Desa Nelayan Puger Wetan. Asian Journal of Innovation and
Enterpreneurship. 1 (1) : 39 - 47.

Saputro, T., S. D. Widyawati dan Suharto. 2016. Evaluasi nutrisi perbedaan rasio
dedak padi dan ampas bir ditinjau dari nilai tdn ransum domba lokal jantan.
J. Sains Peternakan. 14 (1) : 27 -35.

Sari, M. L., A. I. M. Ali, S. Sandi dan A. Yolanda. 2015. Kualitas serat kasar,
lemak kasar dan betn terhadap lama penyimpanan wafer rumput kumpai
minyak dengan perekat karaginan. J. Peternakan Sriwijaya. 4 (2) : 35 – 40.

Siswati, N. D., A. Zain dan Mohammad. 2010. Animal feed making from tuna
fish waste with fermentation process. J. Teknik Kimia. 4 (2) : 309 - 313.

Subekti, E. 2009. Ketahanan pakan ternak Indonesia. J. Mediagro. 5 (2) : 63 – 71.

Triani, H. D. 2017. Pengaruh pemberian biji alpukat dan kulit pisang fermentasi terhadap berat
serta warna kuning telur puyuh. J. Bibiet. 2 (2) : 60 - 67.

Tumianti. 2016. Pengaruh Ensilase Campuran Rumput Gajah ( Pennisetum


purpureum ) dengan Daun Gammal ( Gliricida maculata ) terhadap pH,
Bahan Kering dan Protein Kasar. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanudin Makassar. Makassar . (Skripsi Sarjana Peternakan)

Wahyuni, H. I., R. I. Pujaningsih dan P. A. Sayekti. 2008. Kajian nilai energi


metabolis biji sorghum memalui teknologi sangrai pada ayam petelur
periode afkir. J. Agripet. 8 (1): 25 – 30.
Wahyuningsih, N. 2010. Pengaruh Penggunaan Ampas Ganyong (Canaedulis
kerr) Fermentasi dalam Ransum terhadap Performa Domba Lokal Jantan.
Fakultas Peternakan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi Sarjana
Peternakan)

Yaman, M. A. 2013. Ayam Kampung Pedaging Unggul. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Yanuar, V., J. Santoso dan E. Salamah. 2009. Pemanfaatan cangkang rajungan


(portunus pelagicus) sebagai sumber kalsium dan fosfor dalam pembuatan
produk crackers. J. Pengolahan Hasil Perikanan. 12 (1) : 59 – 72.

Yanuartono, A. Nururrozi, S. Indarjulianto, H. Purnamaningsih dan S. Rahardjo.


2017. Molasses : dampak negatif pada ruminansia. J. Ilmu-Ilmu Peternakan.
27 (2) : 25 – 34.
Yulianti, R. 2008. Pembuatan Minuman Jeli Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk)
sebagai Sumber Vitamin C dan ß-Karoten. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Pertanian).

Zubaili, S. Wajiah dan Y. Usman., 2017. Evaluasi kecernaan in vitro complite


feed fermentasi berbahan dasar ampas sagu dengan teknik fermentasi
berbeda. J. Ilmu Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 2 (2): 250 – 258.

Mahyuddin, A. N. (2016). Performan sapi Aceh yang diberi pakan enceng gondok
(Eichhorniacirassipes) fermentasi dengan probiotik aspergillus niger sebagai
substitusi rumput gajah dan rumput lapangan. J. Ilmiah Mahasiswa Pertanian
Unsyiah. 1 (1): 824 – 833.

Anda mungkin juga menyukai