BPFR Acara 1
BPFR Acara 1
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VC
-
LABORATORIUM ILMU NUTRISI DAN PAKAN
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok :V
Kelas :C
Mengetahui,
Menyetujui,
Kelompok :V
Kelas :C
Mengetahui,
Menyetujui,
Kelompok :V
Kelas :C
Mengetahui,
Menyetujui,
Kelompok :V
Kelas :C
Mengetahui,
Menyetujui,
Kelompok :V
Kelas :C
Mengetahui,
Menyetujui,
segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan
zat aditif.
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.
Berdasarkan hasil dari praktikum uji organoleptik terdiri atas jerami padi,
rumput lapangan, rumput gajah, kulit kacang tanah kulit kopi dan janggel jagung.
Uji organoleptik jerami padi, rumput gajah dan rumput lapang memiliki bentuk
daun sejajar, berwarna coklat dan teksturnya kasar. Menurut Subekti (2009)
bahwa hijauan kering (jerami padi) yang baik berwarna hijau kecoklatan, tekstur
kasar dan tidak mudah patah. Uji organoleptik kulit kopi, kulit kacang tanah dan
janggel jagung memiliki tekstur kasar dan warna coklat. Menurut Zubaili et al.
(2017) bahwa limbah pertanian seperti kulit kacang memiliki tekstur kasar
memiliki kadar air sebesar 8,23% – 23,39%. Menurut Pertiwi (2010) bahwa jerami
padi, rumput gajah dan rumput lapang memiliki kadar air sekitar 12 – 16 %. Pakan
kasar memiliki kandungan serat kasar sebesar 21,74% – 73,37%. Menurut Fitriani
(2017) bahwa pakan sumber serat kasar memiliki kandungan dengan batasan 20%-
70%. Jadi jerami padi, rumput gajah, rumput lapang, kulit kacang tanah, kulit kopi
untuk ternak ruminansia karena memiliki kandungan serat kasar tinggi. Menurut
Sari et al. (2015) bahwa serat kasar tinggi akan mengaktifkan kerja dari
asam fitat yang merugikan. Asam Oksalat pada bahan pakan dapat menurunkan
dan mengikat ketersediaan mineral pada ternak. Menurut Mahyuddin et al. (2016)
bahwa kandungan zat antinutrisi pada bahan pakan dapat mengikat mineral seperti
kalsium pada bahan ternak. Asam fitat dapat mengikat kandungan mineral dalam
dan Yuliana (2013) bahwa zat antinutrisi berupa asam fitat yang terdapat pada
bahan pakan dapat mengikat protein dan mineral seperti Ca, Fe, P dan Zn,
2. Hijauan Segar
Berdasarkan uji organoleptik pada centro, lamtoro, daun turi, rumput gajah,
gamal, kalopo dan rumput lapang memiliki warna hijau. Menurut Wahyuningsih
(2010) bahwa hijauan merupakan bahan pakan hijaun berwarna hijau segar. Hijauan
segar seperti gamal memiliki bau khas hijaun. Menurut Gusasi (2014) bahwa
hijaun gamal memiliki bau khas hijauan yang berasal dari zat coumarin.
Berdasarkan hasil praktikum bahwa daun turi dan gamal memiliki kadar
air sebesar 57,95% – 74,66%. Menurut Subekti (2009) bahwa hijauan segar yang
baru dipotong memiliki kadar air sekitar 75% - 85%. Leguminosa dan rumput-
Ramdani et al. (2017) bahwa kandungan serat kasar pada hijauan segar tinggi
yaitu diatas 20%. Jadi centro, lamtoro, daun turi, rumput gajah, gamal, kalopo dan
disukai ternak. Menurut Agustono et al. (2017) menyatakan bahwa hijauan segar
merupakan bahan pakan utama yang diberikan kepada ternak ruminansia untuk
leguminosa ada yang memiliki beberapa zat anti nutrisi yaitu asam oksalat, asam
fitat dan mimosin. Menurut Pahlawaningrum (2018) bahwa zat antinutrisi berupa
Tabel 3. Silase
Bahan Kandungan Secara Secara
No. Organoleptik Antinutrisi
Pakan Nutrisi (%) Internasional Kelaziman
1. Silase Bentuk : KA : 27,56 3 Lazim -
Rumput Potongan PK : 10,2
Gajah Tekstrur : Kasar LK : 3,82
Warna : Coklat SK : 28,42
Bau : Apek TDN : 53
Ca : 0,32
P : 0,62
Sumber: Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2018.
silase hanya terdapat satu bahan pakan. Organoleptik silase secara umum memiliki
bentuk berupa potongan, tekstur yang kasar dan padat, memiliki warna coklat
kehitaman, dan memiliki bau khas. Menurut Kurniawan et al.. (2015) bahwa warna
yang baik dan bagus pada silase yaitu berwarna coklat kehitaman, memiliki aroma
yang asam, dan teksturnya padat serta menggumpal. Silase rumput gajah memiliki
organoleptik berwarna coklat tua, tektur yang kasar dan baunya khas seperti tanah.
Menurut Sugiyono dan Wahyuni (2009) yang menyatakan warna silase rumput gajah
yaitu kecoklatan dan memiliki bau yang asam serta teksturnya kasar.
Silase rumput gajah memiliki kadar air sebesar 27,56 %. Menurut Qitri
Silase rumput gajah mengandung serat kasar sekitar 28,42%. Menurut Hidayat
(2014) bahwa rumput gajah yang dibuat silase mengandung serat kasar sekitar
ternak. Menurut Pujaningsih (2011) bahwa silase rumput gajah tergolong bahan
pakan yang lazim karena berasal dari tanaman hijauan, macam-macam silase
sendiri yaitu silase jagung, silase sorghum, dan silase rumput gajah. Rumput gajah
memiliki zat antinutrisi berupa asam oksalat, namun setelah melalui proses silase
zat antinutrisi tersebut dapat turun sehingga dapat meningkatkan palabilitas pada
ternak. Menurut Tumianti (2016) bahwa silase dapat mengurangi antinutrisi yang
terdapat pada bahan pakan yang mengakibatkan ternak tidak menyukai bahan
4. Sumber Energi
seperti molasses, pipil jagung, jewawut, millet merah, pollard, gaplek, tepung
jagung, dedak padi dan limbah roti. Bahan pakan bijian memiliki organoleptik yang
mirip dengan millet merah yaitu memiliki tekstur yang keras. Menurut Hidayat
(2015) bahwa millet merah bertekstur keras. Molasses memiliki organoleptik bentuk
cairan kental dan berwarna coklat gelap. Menurut Yanuartono et al. (2017) bahwa
Bahan pakan sumber energi memiliki kandungan energi sebesar 2.530 kal/g
– 3.241 kal/g. Menurut Wahyuni et al. (2008) bahwa standar kandungan energi
pada jagung 3394 kal/g. Bahan pakan sumber energi merupakan bahan pakan
bahwa TDN pada ddak padi sebesar 57,82 %. Jadi molasses, pipil jagung,
jewawut, millet merah, pollard, gaplek, tepung jagung, dedak padi dan limbah roti
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan bahwa bahan pakan
sumber energi secara keseluruhan lazim untuk digunakan pada ternak sedangkan
bahan pakan yang tidak lazim digunakan berupa kulit kacang tanah dan kulit kopi
yang berasal dari limbah pertanian Menurut Koni (2013) bahwa limbah pertanian
merupakan bahan tidak lazim atau inkonvensional. Zat anti nutrisi yang terkandung
berupa NSP dan asam fitat. NSP yang terkandung pada pipil jagung dan tepung
Haryati et al. (2010) bahwa NSP dapat menghambat penyerapan nutrisi pada ternak.
Asam Fitat yang terkandung dalam dedak padi, millet merah, jewawut dan pollard
ternak.
5. Sumber Protein
poultry meat meal (PMM), daun sengon, dried distillers grains with soluble
(DDGS), corn gluten feed (CGF), bungkil kopra, tepung ikan dan ampas tahu.
Organoleptik diperoleh hasil bahwa ciri organoleptik dari tepung ikan memiliki
bau yang amis khas ikan. Menurut Sa’diyah et al. (2016) bahwa bau khas tepung
ikan berbau amis. Bentuk organoleptik dari bahan sumber protein berbentuk
tepung yang memiliki tekstur halus. Menurut Atmaka dan Bambang (2010) bahwa
kandunga protein kasar sebesar 22,04 % - 53,67 %. Menurut Rahmat dan Harianto
Siswati et al. (2010) bahwa tepung ikan memiliki kandungan protein kasar yang
berbeda antara 50 - 70%. Jadi bungkil sawit, bungkil kedelai, poultry meat meel
(PMM), daun sengon, dried distillers grains with soluble (DDGS), corn gluten
feed (CGF), bungkil kopra, tepung ikan dan ampas tahu termasuk dalam bahan
Bahan pakan lazim digunakan sebagai pakan ternak karena pakan sumber
manusia, dan tidak tekandung banyak zat antinutrisi. Menurut Resnawati (2014)
bahwa pakan lazim dan tidak lazim dapat dimanfaatkan secara maksimal guna
menekan serendah mungkin penggunaan bahan pakan import. Zat antinutrisi yang
terkandung berupa antitripsin dan tanin. Antitripsin pada bahan pakan ampas tahu,
bungkil sawit dan bungkil kedelai dapat mengganggu kecernaan protein. Menurut
proteolitik yang dapat mengurangi daya cerna protein dan dapat menyebabkan
menghambat kinerja enzim. Menurut Puastuti et al. (2010) bahwa tingginya tanin
Berdasarkan data yang diperoleh keseluruhan bahan pakan terdiri atas garam,
kapur, CaCO3, tepung tulang ikan, tepung cangkang telur, tepung cangkang rajungan
dan biji batu berbentuk tepung seperti tepung tulang ikan, tepung kapur, CaCO3,
tepung cangkang rajungan dan tepung cangkang telur yang memiliki tekstur yang
halus. Menurut Marbun et al. (2018) bahwa tepung merupakan partikel yang
berbentuk halus. Garam memiliki tekstur yang kasar dan keras. Menurut Arwiyah et
al. (2015) bahwa garam berasal dari laut yang memiliki tekstur keras.
%. terutama pada bagian kalsium. Menurut Putranto et al. (2015) bahwa tepung
rajungan memiliki kandungan fosfor sebesar 1,81%. Jadi garam, kapur, CaCO3,
tepung tulang ikan, tepung cangkang telur, tepung cangkang rajungan dan biji
sedangkan biji batu merupakan bahan pakan jarang digunakan sebagai pakan serta
berasal dari serpihan batu. Menurut Triani (2017) bahwa biji batu merupakan
bahan pakan alternatif yang bersifat inkonvensional, berasal dari limbah pertanian
atau bidang lain. Zat antinutrisi yang terdapat pada bahan pakan sumber mineral
(2010) bahwa tingginya kadar kitin dapat menggungu kecernaan pada ternak.
atas vita chick dan vita stress merupakan cara pengujian dengan indera manusia untuk
bentuk. Bahan pakan vitamin didapat hasil uji organoleptik yaitu, bentuknya
tepung, bertekstur halus, memiliki warna kuning dan tidak berbau. Menurut
Yaman (2013) bahwa bahan pakan suplemen tambahan memiliki tekstur yang
Vita stress mengandung vitamin A 6 × 106 IU, D3 1,2 × 106 IU, E 2,5 × 103
IU, K 3 × 106 mg, B1 2 × 103 mg, B2 3× 103 mg, B6 1 × 103 mg, B12 2 mg, C 2 ×
104 mg, asam nikotin, kalsium D- Pantotenat, natrium, kalsium dan magnesium (PT
Medion). Menurut Fatkumala (2016) bahwa kandungan dalam vita stress yaitu
vitamin A, D3, E, K, B1, B2, B6, B12, C, asam nikotin, kalsium D- Pantotenat,
× 106 IU, D3 5 × 105 IU, E 2,5 × 103 IU, K3 1 × 103 mg, B1, B2, B6, B12 1 mg, C 1
kandungan dari vitachick berupa mengandung bacitracin MD, vitamin A, D3, E, K3,
daya tahan tubuh terhadap penyakit. Menurut Pravita et al. (2016) bahwa
pemberian vitachick dapat memberikan daya tahan tubuh pada ternak unggas.
Pemberian vitamin pada ternak merupakan suatu yang lazim, karena vitamin
dapat membantu proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Menurut Yulianti
dan pertumbuhan serta reproduksi. Bahan pakan sumber vitamin tidak terdapat zat
8. Zat Aditif
zat aditif terdiri atas premix, L metionin, lysin HCl, asam sitrat, tepung daun
yakon, urea dan tepung biji alpukat salah satunya urea memiliki ciri berbentuk
butiran dan bertekstur kasar. Menurut Tatra (2010) bahwa urea merupakan salah
satu zat aditif yang memiliki ciri berbentuk butiran dan bertekstur kasar, serta
berwarna merah muda. Premix merupakan bahan pakan zat aditif yang bertekstur
halus. Menurut Farban dan Mulki (2003) bahwa premix memiliki aroma yang
Mulyono et al. (2009) bahwa zat aditif merupakan kelas terakhir yang
mikrobia pada ternak dengan menekan mikroorganisme patogen yang ada saluran
pencernaan. Penggunaan zat aditif juga dapat meningkatkan selera makan dari
Urea termasuk zat aditif yang tak lazim digunakan. Menurut Alamsyah
dan Muhamad (2012) menyatakan bahwa urea merupakan bahan yang tak lazim
digunakan untuk ternak, karena biasanya digunakan sebagai pupuk pada tanaman.
Bahan pakan zat aditif terdapat bahan yang mengandung antrinutrisi berupa tanin.
Menurut Nutigusti et al.. (2013) menyatakan bahwa adanya kandungan tanin dan
saponin pada bahan pakan zat aditif tertentu dapat menurunkan kecernaan karena
bahan pakan secara internasional terdapat delapan kelas. hijauan kering/pakan kasar
(jerami padi, rumput gajah, rumput lapang, kulit kacang tanah, kulit kopi dan janggel
jagung) , hijauan segar (centro, lamtoro, daun turi, rumput gajah, gamal, kalopo dan
rumput lapang), silase (silase rumput gajah), sumber energi (molasses, pipil jagung,
jewawut, millet merah, pollard, gaplek, tepung jagung, dedak padi dan limbah roti),
sumber protein (bungkil sawit, bungkil kedelai, poultry meat meel (PMM), daun
sengon, dried distillers grains with soluble (DDGS), corn gluten feed (CGF), bungkil
kopra, tepung ikan dan ampas tahu), sumber mineral (garam, kapur, CaCO3, tepung
tulang ikan, tepung cangkang telur, tepung cangkang rajungan dan biji batu), sumber
vitamin (vita chick dan vita stress) dan zat aditif (premix, L metionin, lysin HCl, asam
Alamsyah, S. dan Y. K. Muhamad. 2012. Uji organoleptik, fisik dan kimia pakan
buatan untuk ikan bandeng yang disubtitusi dengan tepung cacing tanah. J.
Akuakultur Indonesia. 11 (20) : 124 – 131.
Arwiyah, M. Zainuri dan M. Efendy. 2015. Studi kandungan NaCl di dalam air
baku dan garam yang dihasilkan serta produktivitas lahan garam
menggunakan media meja garam yang berbeda. J. Kelautan. 8(1) : 1 - 9.
Farban, E. dan M. Mulki. 2003. Kajian Proses Pembuatan Premix Tahu Instan
Fungsional dari Tepung Kedelai Berlemak Penuh. IPB, Bogor.
Fitriani. 2017. Kandungan protein kasar dan serat kasar pakan komplit berbasis
tongkol jagung dengan penambahab azolla sebagai pakan ruminansia. J.
Galung Tropika. 6 (1) : 12 – 18.
Imama, N. O. 2017. Pemberian Sari Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L.) sebagai
Acidifier terhadap Organ Dalam dan Malondialdehil Hati Puyuh. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan)
Ismanto, A., Masni, dan Belgis C. 2010. Pengaruh penambahan kunyit (Curcuma
domestica val) atau temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) dalam air
minum terhadap presentase dan kualitas organoleptik karkas ayam broiler. J.
Teknologi Pertanian. 6 (1) : 7 - 14.
Nutigusti, P.,M. Bata dan B. Rustomo. 2013. Pengaruh penambahan tepung daun
waru (hibiscus tiliaceus) dalam ransum sapi lokal berbasis jerami padi
amoniasi terhadap kecernaan protein kasar dan serat kasar. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1 (2): 669 – 676.
Parmesta, S., H. Supratman dan H. Setiyatwan. 2016. Nilai energi metabolis dan
retensi nitrogen ransum yang mengandung kedelai (glycine max) hasil
fermentasi pada ayam broiler. J. Peternakan. 5 (1) : 1 – 8.
Patricia, M. 2015. Efek Ekstrak Daun Yakon (Smallanthus Sonchifolius) terhadap
Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kolesterol Tikus yang Diinduksi
Streptozotosin. Fakultas Kedoketeran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. (Skripsi Sarjana Kedokteran)
Prasetyowati, R. Pratiwi dan F. Tris. 2010. Pengambilan minyak biji alpukat (persea
americana mill) denga metode ekstraksi. J. Teknik Kimia. 2 (17) : 16 - 24.
Qitri, N. A. 2011. Evaluasi Kulitas Silase Ransum Komplit Bhan Dasar Hijauan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dan Daun Rami (Boehmeria nivea,
L. GAUD) pada Silo yang Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan).
Rahmat dan Harianto, B. 2017. Pakan Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Resnawati, H., dan Bintang, A. K. 2014. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Pada
Periode Pertumbuhan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Saputro, T., S. D. Widyawati dan Suharto. 2016. Evaluasi nutrisi perbedaan rasio
dedak padi dan ampas bir ditinjau dari nilai tdn ransum domba lokal jantan.
J. Sains Peternakan. 14 (1) : 27 -35.
Sari, M. L., A. I. M. Ali, S. Sandi dan A. Yolanda. 2015. Kualitas serat kasar,
lemak kasar dan betn terhadap lama penyimpanan wafer rumput kumpai
minyak dengan perekat karaginan. J. Peternakan Sriwijaya. 4 (2) : 35 – 40.
Siswati, N. D., A. Zain dan Mohammad. 2010. Animal feed making from tuna
fish waste with fermentation process. J. Teknik Kimia. 4 (2) : 309 - 313.
Triani, H. D. 2017. Pengaruh pemberian biji alpukat dan kulit pisang fermentasi terhadap berat
serta warna kuning telur puyuh. J. Bibiet. 2 (2) : 60 - 67.
Mahyuddin, A. N. (2016). Performan sapi Aceh yang diberi pakan enceng gondok
(Eichhorniacirassipes) fermentasi dengan probiotik aspergillus niger sebagai
substitusi rumput gajah dan rumput lapangan. J. Ilmiah Mahasiswa Pertanian
Unsyiah. 1 (1): 824 – 833.